118
IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh: RIDA NIM: P00324014065 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2017

IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

  • Upload
    phamdat

  • View
    256

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADAIBU BERSALIN DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan padaProgram Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

Disusun Oleh:

RIDANIM: P00324014065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII

TAHUN 2017

Page 2: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADAIBU BERSALIN DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

TAHUN 2016

Disusun dan Diajukan Oleh :

RIDANIM : P00324014065

Telah disetujui dan dipertahankan dalam Ujian Karya Tulis Ilmiah dihadapan

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 25 Juli 2017 Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.

Kendari, Agustus 2017

Pembimbing I, Pembimbing II,

Hendra Yulita, SKM., MPH. Yustiari, SST., M.Kes.NIP. 19681031 199203 2 001 NIP. 19800414 200501 2 003

Mengetahui,Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Kendari

Halijah, SKM., M.Kes.NIP. 19620920 198702 2 002

Page 3: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

iii

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADAIBU BERSALIN DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:

RIDANIM : P00324014065

Telah DiujikanPada Tanggal 25 Juli 2017

TIM PENGUJI

Penguji I : Hj. Sitti Zaenab, SKM., S.Si.T., M.Keb. (...................................)

Penguji II : Hj. Syahrianti., S.Si.T., M.Kes. (...................................)

Penguji III : Heyrani, S.Si.T., M.Kes. (...................................)

Penguji IV : Hendra Yulita, SKM., MPH. (...................................)

Penguji V : Yustiari, SST., M.Kes. (...................................)

Mengetahui,Ketua Jurusan KebidananPoltekkes Kemenkes Kendari

Halijah, SKM., M.Kes.NIP. 19620920 198702 2 002

Page 4: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

iv

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis1. Nama : Rida2. Tempat Tangal Lahir : Rombo, 16 Juli 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Ereke / Indonesia

6. Alamat : Jl. Jend. A Nasution Lorong Maleo

Kota Kendari

B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 27 Kulisusu, Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 4 Kulisusu, Tahun Tamat 2011

3. SMA Negeri 2 Kulisusu, Tamat Tahun 2014

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

Tahun 2014 sampai sekarang.

Page 5: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016”.

Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan

dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung

dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan

awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hendra Yulita, SKM., MPH., selaku

Pembimbing I dan Ibu Yustiari, SST., M.Kes., selaku Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung

jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Depkes Kendari.

2. Bapak dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan staf yang telah membantu dalam

memberikan informasi selama pengambilan data awal penelitian ini

berlangsung.

3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Depkes Kendari.

Page 6: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

vi

4. Ibu Hj. Sitti Zaenab, SKM., S.Si.T., M.Keb., selaku Penguji I, Ibu Hj.

Syahrianti., S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Heyrani, S.Si.T.,

M.Kes., selaku Penguji III.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Depkes Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes

Depkes Kendari.

6. Teristimewa kepada ayahanda Udin, dan Ibunda Arti tersayang yang telah

mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang, serta

memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-

saudaraku, Linci, Meli, Nova Fanesha, Sofianti Aruel, terima kasih atas

pengertiannya selama ini.

7. Sahabat-sahabatku Nita, Wiya, Komang, Afni dan Sulda, terima kasih atas

kebersamaannya selama ini.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Depkes Kendari Jurusan

Kebidanan angkatan 2014.

Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah

SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua

pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kendari, Juli 2017

Penulis

Page 7: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

vii

ABSTRAK

Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalindi RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016

Rida 1, Hendra Yulita 2, Yustiari 3

Latar Belakang: Mengingat sekitar 90% kematian ibu terjadi disaat sekitarpersalinan dan 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang seringtak dapat diperkirakan sebelumnya, maka pemerintah menetapkan upaya akselerasipenurunan angka kematian ibu.Tujuan Penelitian: untuk mengidentifikasi kejadian persalinan pada ibu bersalin diRSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016.Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitiandeskriptif. Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSU Dewi Sartika Kota Kendaripada bulan Juni-Juli 2017. Populasi adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkandengan komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSU Dewi Sartika Kota Kendaritahun 2016 sebanyak 184 orang. Berdasarkan jumlah populasi tersebut maka jumlahsampel yang digunakan sebanyak 184 responden yang ditetapkan secara totalsampling. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu inersia uteri, preeklamsiaberat, Ketuban Pecah Dini, plasenta previa, dan partus lama, sedangkan variabeldependen dalam penelitian ini yaitu ibu bersalin dengan komplikasi persalinan.Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa angka kejadian inersia uteri sebanyak 46orang (25,0%); Ketuban Pecah Dini sebanyak 70 orang (38,0%); preeklamsia beratsebanyak 24 orang (13,0%); plasenta previa sebanyak 8 orang (4,3%); dan partuslama sebanyak 36 orang (19,6%).Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komplikasipersalinan yang banyak dialami oleh ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendaritahun 2016 adalah Ketuban Pecah Dini yakni sebanyak 70 orang (38,0%).

Kata Kunci : Komplikasi PersalinanDaftar Pustaka : 23 (2006-2015)

1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

Page 8: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persalinan ......................................... 7

B. Tinjauan Tentang Risiko Persalinan .............................. 9

C Tinjauan Tentang Persalinan yang Menyebabkan

Terjadinya Komplikasi Persalinan ................................. 10

D. Landasan Teori .............................................................. 60

E. Kerangka Teori ............................................................... 64

F. Kerangka Konsep .......................................................... 65

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................. 66

B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................... 66

C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 66

Page 9: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

ix

D. Variabel Penelitian ........................................................ 67

E. Definisi Operasional ...................................................... 67

F. Sumber Data ................................................................. 68

G. Pengolahan Data ........................................................... 69

H. Penyajian Data .............................................................. 69

I. Analisis Data ................................................................. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................. 71

B. Pembahasan ................................................................. 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................... 95

B. Saran ............................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari ......... 76

2. Distribusi Frekuensi Komplikasi Persalinan Menurut Umurdi RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016 .......................... 77

3. Distribusi Frekuensi Komplikasi Persalinan Menurut Pekerjaandi RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016 .......................... 78

4. Distribusi Frekuensi Kejadian Inersia Uteri di RSU Dewi SartikaKota Kendari Tahun 2016 ............................................................ 78

5. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSU DewiSartika Kota Kendari Tahun 2016 ................................................ 79

6. Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsia Berat di RSU DewiSartika Kota Kendari Tahun 2016 ................................................ 79

7. Distribusi Frekuensi Kejadian Plasenta Previa di RSU Dewi SartikaKota Kendari Tahun 2016 ............................................................ 80

8. Distribusi Frekuensi Kejadian Partus Lama di RSU Dewi SartikaKota Kendari Tahun 2016 ............................................................ 80

Page 11: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ................................................................................. 64

2. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 65

Page 12: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Master Tabel

2. Surat Ijin Melakukan Penelitian

3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 13: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mordibitas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah

masalah besar di negara berkembang. Angka kematian Ibu (AKI)

merupakan salah satu indikator penting dari derajat kesehatan

masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari

suatu penyebab kematian terkait gangguan selama kehamilan, melahirkan

dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Depkes

RI, 2012).

Data Word Health Organisation (WHO) menunjukan, 99% kematian

ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran. Angka kematian yang tinggi

umumnya disebabkan masih kurangnya pengetahuan tentang sebab dan

penanggulangan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Data WHO

tahun 2008-2013, penyebab kematian ibu berturut-turut adalah

perdarahan (35%), preeklamsi dan eklamsi (18%), penyebab tidak

langsung (18%), karakteristik ibu dan perilaku kesehatan ibu hamil (11%),

aborsi dan keguguran (9%), keracunan darah atau sebsis (8%), emboli

(1%) (WHO, 2013).

Kematian ibu di Indonesia, seperti halnya dengan negara lain

disebabkan karena perdarahan, infeksi dan eklamsi (Kemenkes RI, 2013).

Tahun 1999-2009 preeklamsi menjadi penyebab utama kematian ibu yaitu

Page 14: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

2

52,9%, diikuti perdarahan 26,5% dan infeksi 14,7% (Indrianto, 2009).

Selain itu penyebab kematian ibu secara tidak langsung antara lain

ganguan kehamilan seperti kurang energi protein (KEP), Kurang Energi

Kronis (KEK) dan Anemia (Depkes RI, 2013).

Survey Demogravi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan pada

tahun 2011, angka kematian ibu mencapai 228/100.000 kelahiran hidup

(Depkes RI, 2012). Sedangkan pada tahun 2012, hasil SDKI menunjukan

bahwa rata-rata angka kematian ibu tercatat mencapai 359/100.000

kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Data ini menunjukan bahwa terjadi

peningkatan angka kematian ibu pada tahun 2012 dibanding tahun 2007.

Fakta tersebut jauh dari target MDGS (Millenium Development Gools)

yang diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI hingga

102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2012).

Angka kematian ibu 2012 di Sulawesi Tenggara sebesar 189 per

100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu di Sulawesi

Tenggara yaitu perdarahan (55,25%), eklamsi (28,42%), infeksi (11,29%)

dan lain-lain (5,06%) (Dinkes Prov. Sultra, 2013). Sedangkan menurut

data yang diperoleh dari buku register RSU Dewi Sartika jumlah

persalinan pada tahun 2014 sebanyak 362 persalinan dengan 230 orang

atau (63,5%) dengan persalinan normal dan 132 orang atau (36,4%)

dengan persalinan komplikasi diantaranya ketuban pecah dini 93 org atau

(25,6%), preeklamsia berat 30 orang atau (8,28 %), inersia uteri 9 orang

atau (2,48%) (RSU Dewi Sartika, 2014).

Page 15: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

3

Menurut data yang diperoleh dari buku register RSU Dewi Sartika

jumlah persalinan pada tahun 2015 sebanyak 718 dengan persalinan

normal sebanyak 495 (68,9%), dengan persalinan komplikasi sebanyak

223 persalinan (31,05%), dengan persalinan komplikasi diantaranya KPD

170 orang (75,2%), pre eklamsia berat 37 orang (16,5%) dan inersia uteri

20 orang (6,72%) (RSU Dewi Sartika, 2015).

Mengingat sekitar 90% kematian ibu terjadi disaat sekitar

persalinan dan 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri

yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya, maka pemerintah

menetapkan upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu. Upaya

tersebut yaitu dengan meningkatkan jangkauan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan melalui langkah strategis agar setiap persalinan di

tolong atau di dampingi oleh bidan, dan pelayanan obstetrik sedekat

mungkin kepada semua ibu hamil (Wiknjosastro, 2009).

Faktor-faktor penyebab kematian maternal merupakan suatu hal

yang cukup kompleks yang dapat digolongkan pada faktor reproduksi,

komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi. Adapun

faktor-faktor lain terjadinya komplikasi kehamilan yaitu faktor kekurangan

gizi dan anemia, paritas tinggi, usia melahirkan terlalu muda, dan usia

lanjut pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2008). Hal ini sesuai dengan

pengumpulan data awal bahwa dari 948 persalinan pada tahun 2016 di

RSU Dewi Sartika persalinan normal sebanyak 800 ibu (84,3%), dan

persalinan dengan komplikasi berjumlah 184 ibu (19,4%).

Page 16: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

4

Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan penelitian

dengan judul: Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu

Bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apasaja kejadian komplikasi persalinan pada

ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi kejadian persalinan pada ibu bersalin di RSU

Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan inersia uteri di

RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016.

b. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan Ketuban

Pecah Dini (KPD) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016.

c. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan preeklamsia

berat di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016.

d. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan plasenta

previa di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016.

e. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan partus lama

di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016.

Page 17: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi

yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan

promosi kesehatan ibu dalam pembuatan kebijakan serta upaya

peningkatan kesehatan ibu bersalin.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

informasi pengetahuan khususnya mengenai kejadian komplikasi

persalinan pada masyarakat, selain itu diharapkan masyarakat dapat

meningkatkan pengetahuannya sehubungan dengan kasus ginekologi,

khususnya kejadian komplikasi persalinan.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir

secara ilmiah khususnya masalah kejadian komplikasi persalinan pada

ibu bersalin.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah:

1. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Yeti Armagustini dengan judul

Determinan kejadian komplikasi persalinan di Indonesia tahun 2010.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dan

Page 18: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

6

jenis penelitian kuantitatif dengan pendekekatan cross sectional.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu jumlah sampel, jenis penelitian

dan teknik pengambilan sampel, dimana penelitian ini mengambil

sampel sebanyak 184 orang ibu yang mengalami komplikasi

persalinan, dengan teknik pengumpulan data total sampling, jenis

penelitian menggunakan deskriptif.

2. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Nelyta Oktavianisyah dengan

judul Faktor Resiko Komplikasi Persalinan pada Ibu Melahirkan pada

Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah case control

dengan pendekatan retrospektif. Jumlah sampel sebanyak 54 kasus

ibu melahirkan dengan komplikasi persalinan. Perbedaan dengan

penelitian ini yaitu jumlah sampel, jenis penelitian dan teknik

pengambilan sampel, dimana penelitian ini mengambil sampel

sebanyak 184 orang ibu yang mengalami komplikasi persalinan,

dengan teknik pengumpulan data total sampling, jenis penelitian

menggunakan deskriptif.

Page 19: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan persentasi belakang

kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin (Wiknjosastro, 2008).

Pada tiap persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan yaitu

kekuatan his, jalan lahir, dan kekuatan ibu.

a. Kekuatan His

His yaitu kontraksi otot rahim pada persalinan, his persalinan

mempunyai tanda dominan didaerah fundus rahim, terasa sakit

intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin meningkat, juga

menimbulkan perubahan dengan mendorong janin menuju jalan

lahir menimbulkan pembukaan mulut rahim, memberikan tanda

persalinan (pengeluaran lendir, lender campur darah, pengeluaran

air selaput janin pecah (Manuaba, 2007).

7

Page 20: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

8

b. Jalan Lahir

Otot rahim tersusun oleh 3 lapis sumbernya dari kedua

tanduk rahim yaitu longitudinal (memanjang), melingkar dan miring.

Susunan demikian menguntungkan karena segera setelah

persalinan akan dapat menutup pembuluh darah dan menghindari

terjadinya perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Di samping

kontraksi dominan di bagian fundus pada skala 1 persalinan

menyebabkan terjadi pembukaan secara pasif mulut rahim,

mendorong bagian janin terendah menuju jalan lahir, sehingga ikut

aktif dalam membuka mulut rahim (Manuaba, 2007).

c. Kekuatan Ibu

Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam. Penurunan

kepala atau bagian terendah, menekan serviks dimana terdapat

fleksus, frankenhauser, sehingga terjadi refleks mengejan makin

mendorong bagian terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu

dengan crowning dan penipisan perimeum. Selanjutnya kekuatan

his dan refleks mengejan menyebabkan ekspulsi kepala, sehingga

berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka dan kepala

selanjutnya (Manuaba, 2007).

Tanda-tanda Inpartu yaitu:

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

Page 21: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

9

c. Kadang-kadang ketuban pecah sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah

ada.

B. Tinjauan Tentang Risiko Persalinan

Risiko adalah ukuran statistik dari peluang untuk terjadinya suatu

keadaan yang tidak diinginkan dimasa mendatang. Faktor risiko

merupakan suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang atas suatu

kelompok yang mempunyai hubungan dengan peluang akan terjadinya

suatu penyakit, cacat atau kematian.

Faktor risiko mempunyai ciri-ciri yang merupakan suatu mata rantai

oleh proses terjadinya risiko tertentu, dapat diamati serta dikenal sebelum

peristiwa yang diramalkan akan terjadinya dan beberapa faktor risiko pada

individu yang sama dan menyebabkan peluang lebih besar akan hasil

yang lebih jelek (Rustam, 2009).

Untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia, Departemen

Kesehatan melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar

60% dari keseluruhan persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih.

Strategi ini dilaksanakan untuk dapat mengenali dan menanggulangi

gangguan kehamilan dan persalinan sedini mungkin, penyiapan sarana

pertolongan gawat darurat merupakan langkah antisipatif terhadap

komplikasi yang mengancam keselamatan ibu (Wiknjosastro, 2008).

Perawatan antenatal yang memadai dapat mengurangi risiko dan

ketidakpastian dalam pelaksanaan persalinan dan segera mengetahui

Page 22: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

10

risiko persalinan dengan melakukan pemeriksaan dan riwayat penyakit

serta gambaran kehamilan sebelumnya dapat sangat membantu dalam

menentukan risiko (Stenehever, 2009).

Faktor risiko pada ibu hamil dan bersalin adalah sebagai berikut:

1. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2. Primigravida dan grandemultigravida.

3. Jarak kehamilan yang rapat

4. Tinggi badan kurang dari 145 cm

5. Berat badan kurang dari 40 kg

6. Pendidikan dan status sosial ekonomi rendah

Pendekatan faktor risiko pada ibu hamil sangat penting karena

suatu saat dapat mengancam kehidupan seorang ibu hamil dan bersalin

berupa terjadinya perdarahan, preeklamsia/eklamsia. Untuk itu diperlukan

pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi

kasus risiko tinggi (Stenehever, 2009).

C. Tinjauan Tentang Persalinan Yang Menyebabkan TerjadinyaKomplikasi Persalinan

1. Inersia Uteri

a. Definisi Inersia Uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak

adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong

janin ke bawah. Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau

fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan

fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau

Page 23: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

11

karena penggunaan analgetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase

deselerasi ditemukan pada disproporsi sefalopelvik atau kelainan

anak. Perlu disadari bahwa pemanjangan fase laten maupun fase

aktif meninggikan kematian perinatal (Manuaba, 2007).

b. Penyebab Inersia Uteri

Penggunaan analgetik terlalu cepat, kesempitan panggul,

letak defleksi, kelainan posisi, regangan dinding rahim (hidramnion,

kehamilan ganda) dan perasaan takut dari ibu. Sebab-sebab

inersia uteri adalah:

1) Kelainan his sering dijumpai pada primipara

2) Faktor herediter, emosi dan ketakutan

3) Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang

4) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen

bawah rahim, ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak

janin dan disproporsi sevalopelvik

5) Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis

6) Kehamilan postmatur (postdatism)

7) Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia

8) Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau

kehamilan kembar atau makrosomia

c. Pembagian inersia uteri

Inersia uteri dibagi dalam:

1) Inersia uteri primer: jika His lemah dari awal persalinan

Page 24: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

12

2) Inersia uteri sekunder: jika mula-mula His baik, tetapi kemudian

menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah akibat persalinan

berlangsung lama (inersia karena kelelahan)

d. Komplikasi yang mungkin terjadi

Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan

berlangsung lama dengan akibat-akibat terhadap ibu dan janin

(infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dll)

1) Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan.

2) Kemungkinan infeksi bertambah dan juga meningkatnya

kematian perinatal.

3) Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi: tanda-tandanya denyut

nadi naik, suhu meninggi, asetonuria, napas cepat,

meteorismus, dan turgor berkurang

e. Diagnosis

Untuk mendiagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman

dan pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Kontraksi uterus

yang disertai rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis

bahwa persalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan

ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi.

Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya

telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis

inersia uteri sekunder akan lebih mudah.

Page 25: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

13

f. Penanganan

Penanganan inersia uteri dengan:

1) Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama

kehamilan harus diperhatikan.

2) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan

tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada.

3) Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam

persalinan, evaluasi kemajuan persalinan 12 jam, kemudian

dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari 3 cm.

porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistrahatkan, berikan

sedativa sehingga pasien dapat tidur, mungkin masih dalam

“false labour”. Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa

ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his tanpa

ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his

diperbaiki dengan infus pitosin, perlu diingat bahwa persalinan

harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah

agar prognosis janin tetap baik.

4) Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera

dilakukan:

a) Penilaian cermat apakah ada disproporsi sevalopelvik

dengan pelvimentri klinik atau radiologi. Bila CPD maka

persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarean.

b) Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin

infuse.

Page 26: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

14

c) Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik.

Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio

cesarea.

d) Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi

vakum atau cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera

diakhiri dengan bantuan alat tersebut.

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

a. Pengertian

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban

sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2010). Ketuban pecah

dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah

KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang

adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya

melahirkan.

b. Tanda dan gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban

merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan

tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna

darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus

diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri,

kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”

Page 27: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

15

atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara, demam, bercak

vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

c. Penyebab

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya

kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau

oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran

disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan

serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah

kontroversi obstetrik. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:

1) Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut

kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang

terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-

tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin

yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan

anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui

ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada

serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa

perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester

kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan

dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi

(Manuaba, 2010).

Page 28: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

16

2) Peninggian tekanan intra uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat

secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban

pecah dini. Misalnya:

a) Trauma

b) Gemeli

c) Makrosomia

d) hidramnion

3) Kelainan letak janin dan rahim: letak sungsang, letak lintang.

4) Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum

masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi)

5) Korioamnionitis

Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan

oleh penyebaran organism vagina ke atas. Dua faktor

predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24

jam dan persalinan lama.

6) Penyakit Infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah

mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput ketuban.

Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik

pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga

memudahkan ketuban pecah.

7) Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,

kelainan genetik)

Page 29: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

17

8) Riwayat KPD sebelumnya

9) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10)Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia

kehamilan 23 minggu

d. Diagnosis

1) Pastikan selaput ketuban pecah.

2) Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.

3) Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-

sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.

4) Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian

terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.

5) Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus

(nitrazintes), jika lakmus merah berubah menjadi biru

menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari

vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-

7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila

terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher

rahim, dan air seni.

6) Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik

menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.

7) Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.

Page 30: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

18

8) Tentukan ada tidaknya infeksi.

a) Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C

serta cairan ketuban keruh dan berbau.

b) Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.

c) Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi

intrauterin.

9) Tentukan tanda-tanda persalinan.

10)Tentukan adanya kontraksi yang teratur Periksa dalam

dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi

kehamilan)

e. Penanganan

1) Konservatif

a) Rawat di rumah sakit

b) Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut,

pikirkan solusioplasenta.

c) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina

berbau), berikan antibiotika sama halnya jika terjadi

amnionitosis.

d) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu: Berikan

antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.

e) Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250

mg per oral 3 x perhari selama 7 hari. Jika usia kehamilan 32

- 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri dexametason,

Page 31: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

19

dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi

tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

f) Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu,

tidak ada infeksi maka berikan tokolitik, dexametason, dan

induksi setelah 24 jam.

2) Aktif

a) Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin

Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol

25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4

kali.

b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi

dan persalinan diakhiri.

c) Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah

sebagai berikut:

1) Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim.

Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat

janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.

2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih

dari 38°C, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda

infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan kultur air ketuban.

Page 32: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

20

3. Preeklamsia Berat

a. Pengertian Pre-eklamsia Berat

Pre-ekalamsia berat adalah ibu hamil yang menderita

hipertensi (> 160/110 mmhg) disertai protein uria (+++) sampai

++++), oedema atau kedua-keduanya, umumnya muncul saat

kehamilan minggu ke-20 hingga 24 jam post partum (Wiknjosastro,

2010).

b. Penyebab

Faktor penyebab terjadinya komplikasi kehamilan termasuk

pre-eklamsia yaitu faktor kekurangan gizi dan anemia, paritas

tinggi, usia melahirkan terlalu muda dan usia lanjut pada ibu hamil.

Lebih lanjut Wiknjosastro (2008) mengatakan insidensi pre-

eklamsia umumnya terjadi pada wanita multipara, molahidatidosa,

diabetes mellitus, kehamilan ganda, usia lebih dari 35 tahun,

obesitas dan hipertensi. Adanya pertambahan berat badan yang

berlebihan merupakan faktor utama timbulnya pre-eklamsia.

Umumnya penderita pre-eklamsia dialami oleh remaja

belasan tahun atau wanita yang berumur di atas 35 tahun.

Disamping itu frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi pada kehamilan

pertama daripada kehamilan multigravida. Walaupun belum

diketahui secara pasti penyebab pre-eklamsia disebabkan

kelebihan sekresi plasenta, hormon adrenal, meskipun bukti dasar

hormonal masih tidak mencukupi. Selanjutnya teori lain yang

masuk akal adalah bahwa pre-eklamsia merupakan akibat adanya

Page 33: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

21

beberapa autoimun atau alergi yang timbul akibat adanya janin.

Teori dewasa ini menyatakan bahwa penyebab pre-eklamsia

adalah iskemia plasenta (Wiknjosastro, 2008).

Menurut beberapa ahli, selama kehamilan uterus

memerlukan darah lebih banyak, namun pada kehamilan kembar,

akhir kehamilan dan saat persalinan, peredaran darah pada dinding

rahim berkurang. Maka keluarlah zat-zat dari plasenta yang

menyebabkan terjadinya hipertensi dan pembengkakan.

Adanya tekanan darah tinggi menyebabkan pembuluh darah

mengecil sehingga aliran darah ke organ lain menurun, diantaranya

pada ginjal. Penurunan aliran darah ke ginjal yang muncul sebagai

akibat bocornya protein darah ke dalam urine.

c. Tanda dan gejala

1) Desakan darah: pasien dalam keadaan istirahat – desakan

sistolik ≥ 160 mm/Hg dan desakan diastolik ≥ 90 mm/Hg.

2) Proteinuria: > 5 gr jumlah urine selama 24 jam.

3) Oliguria: produksi urine < 400 – 500 cc/24 jam

4) Kenaikan kreatinin serum

5) Edema paru dan cyanosis

6) Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen:

disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai

gejala awal rupture hepar.

7) Gangguan otak dan visus perubahan kesadaran, nyeri kepala,

scotomata dan pandangan kabur.

Page 34: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

22

8) Gangguan fungsi hepar: peningkatan alanine atau aspartate

amino transferase.

9) Hemolisis mikroangiopatik

10)Sindroma HELLP (hemolysis, eleveted liver enzyme low

platelets)

Dasar pengelolaan pre-eklamsia berat pada kehamilan

dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar

sebagai berikut:

1) Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya: terapi

medikamentosa dengan memberikan obat-obatan untuk

penyulitnya.

2) Baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya: yang

tergantung pada umur kehamilan.

Sikap terhadap kehamilannya terbagi 2 yaitu:

1) Ekspektatif: konservatif: Bila umur kehamilan < 37 minggu,

artinya kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil

memberikan terapi medikamentosa

2) Aktif agresif: bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya

kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa

untuk stabilisasi ibu.

d. Komplikasi

1) Komplikasi ibu :

a) Dapat menimbulkan sianosis

b) Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

Page 35: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

23

c) Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak

dan kegagalan jantung mendadak

d) Gangguan fungsi ginjal

e) Perdarahan

f) Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2) Komplikasi janin dalam rahim:

a) Asfiksia mendadak

b) Solusio plasenta

c) Persalinan prematuritas

e. Penanganan

Penanganan penderita pre-eklamsia berat, yang masuk

rumah sakit segera harus diberi sedativa yang kuat untuk

mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12– 24 jam

bahaya akut dapat diatasi, dapat dipikirkan cara yang terbaik untuk

menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah

terjadinya eklamsia. Penanganan penderita diusahakan:

1) Terisolasi supaya tidak mendapat rangsangan suara atau sinar

2) Dipasang infus glukosa 5%

3) Dilakukan pemeriksaan umum (tekanan darah, denyut nadi,

suhu dan pernapasan), pemeriksaan kebidanan (Pemeriksaan

Leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam untuk

mengevaluasi pembukaan serviks dan keadaan janin dalam

rahim) dan evaluasi keseimbangan cairan.

Page 36: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

24

4) Pengobatan, terdiri dari sedative (Phenobarbital 3 x 500 mgr,

valium 3 x 20 mgr), untuk menghindari kejang diberikan

magnesium sulfat (inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6 jam,

observasi pernapasan tidak kurang 16 x/mnt, refleks patella

positif dan urine tidak kurang dari 600 cc/24 jam, valium (inisial

dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20 mgr/drip 20 tetes /mnt, dosis

maksimal 120 mgr/24 jam), kombinasi pengobatan (pethidine 50

mgr IM, klorpromasin 50 mgr Im dan dfiazepam /valium 20 mgr

IM) dan bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40 % IV untuk

menarik cairan dari jaringan sehingga dapat merangsang

diuresis (Wiknjosastro, 2008).

f. Pencegahan

Pemeriksaan kehamilan yang teratur dan teliti dapat

menemukan tanda-tanda dini pre-klamsia. Pemeriksaan hendaknya

dilakukan sekali 2 minggu setelah bulan ke 6 dan sekali seminggu

pada bulan terakhir. Walaupun demikian timbulnya pre-eklamsia

tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat

dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan

pengawasan yang baik pada wanita hamil.

Penerangan tentang manfaat istirahat yang dimaksud tidak

selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-

hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan

berbaring (Wiknjosastro, 2008).

Page 37: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

25

4. Plasenta Previa

a. Diagnosis

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh

atau sebagian dari ostium uteri internum. Sejalan dengan

bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah

rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang

berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti

perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut

bermigrasi (Wiknjosastro, 2008).

b. Penyebab

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah

rahim belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan

saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim

tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan

sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua

yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang

atau atrofi. Paritis tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas

bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan

dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang

semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya

plasenta previa. Hipoksemia akibat karbonmonoksida hasil

pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi

sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti

Page 38: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

26

pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bias

menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar kesegmen bawah

rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri

internum (Sakala, 2007).

c. Pembagian

Pembagian pada plasenta previa yaitu:

1) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang

menutupi seluruh ostium uteri internum.

2) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi

sebagian ostium uteri internum.

3) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada

pada pinggir ostium uteri internum.

4) Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya

berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.

Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

Gambar 1. Klasifikasi Plasenta Previa(Sumber: Gibbs RS. Karlan BY. Haney AF, 2008)

Page 39: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

27

d. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada plasenta pervia yaitu:

1) Kematian janin karena hipoksia

2) Perdarahan dan syok

3) Infeksi

4) Laserasi serviks

5) Plasenta akreta

6) Prematuritas

7) Prolaps tali pusar

8) Prolaps plasenta

e. Diagnosis

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus

dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai

ternyata dugaan itu salah. Penentuan jenis plasenta previa dapat

dilakukan dengan USG dan pemeriksaan dalam atau spekulum di

kamar operasi (Gibbs, 2008).

1) Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22

minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada

multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari

anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit

(Wiknjosastro, 2008).

Page 40: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

28

2) Pemeriksaan luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas

panggul, apabila persentasi kepala, biasanya kepalanya masih

melayang di atas pintu atas panggul atau mengolak ke samping,

dan sukar di dorong ke dalam pintu atas panggul. Tidak jarang

terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak

sungsang (Gibbs, 2008).

3) Pemeriksaan in spekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari

kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri,

karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva

dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostiumuteri

eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Gibbs,

2008).

Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya

dan jenis plasenta previa ialah langsung meraba plasenta

melalui kanalis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat

berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.

Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya

dilakukan apabila penanganan pasif ditinggalkan, dan ditempuh

penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan

siap operasi (Gibbs, 2008).

Page 41: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

29

Pemeriksaan dalam di meja operasi dilakukan sebagai

berikut:

a) Perabaan formises. Pemeriksaan ini hanya bermakna

apabila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong

sedikit kepala janin ke arah pintu atas panggul, perlahan-

lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya

terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat

plasenta; dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari

dan kepala janin tidak terdapat plasenta. Bekuan darah

dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis

mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu

mendahului pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk

mendapat kesan pertama ada tidaknya plasenta previa

(Gibbs, 2008).

b) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis

servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk

dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, dengan tujuan

kalau-kalau meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon

plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis

servikalis. Jangan sekali-kali berusaha menyelusuri pinggir

plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas

dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan

banyak (Gibbs, 2008).

Page 42: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

30

4) Pemeriksaan Ultrasonografi

Metode penentuan lokasi plasenta yang paling

sederhana, tepat, dan aman adalah sonografi, yang dapat

menentukan lokasi plasenta dengan tingkat keakuratan sampai

98% (Cunningham, 2010).

Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium

internum pada 30% kasus. Dengan perkembangan segmen

bawah rahim, sebagian besar implantasi yang rendah tersebut

terbawa ke lokasi yang lebih atas. Penggunaan color Doppler

dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan. USG transvaginal

secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak rendah

pada segmen bawah uterus (Cunningham, 2010).

f. Penanganan

Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada

kehamilan trimester ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa

dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang

banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan

pemberian infus atau tranfusi darah (Wiknjosastro, 2009).

Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung

kepada:

1) Keadaan umum pasien, kadar Hb.

2) Jumlah perdarahan yang terjadi.

3) Umur kehamilan/taksiran BB janin.

Page 43: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

31

4) Jenis plasenta previa.

5) Paritas dan kemajuan persalinan

Jika perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam

keadaan sehat dan masih prematur, dibolehkan pulang dilanjutkan

rawat jalan dengan syarat telahmendapat konsultasi yang cukup

dengan pihak keluarga agar segera kembali ke rumah sakit bila

terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya tidak

mencemaskan. Pada kehamilan antara 24 sampai 34 minggu

diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan

paru janin (Wiknjosastro, 2009).

Setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu dievaluasi

perdarahan dan status fetalisnya. Perdarahan pada trimester ketiga

perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih

lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang serius cukup

alasan untuk merawatnya sampai melahirkan. Di rumah sakit,

tanda-tanda vital pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar

dan dilakukan cross match. Kehilangan darah yang banyak

memerlukan transfusi. Dilakukan palpasi abdomen untuk

menentuka numur kehamilan janin, presentasi, dan posisi.

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan segera setelah masuk, untuk

mengkonfirmasi diagnosis (Wiknjosastro, 2009).

Jika pada saat masuk terjadi perdarahan yang banyak, perlu

segera dilakukan terminasi bila keadaan janin sudah viabel. Bila

perdarahannya tidak sampai sedemikian banyak pasien

Page 44: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

32

diistirahatkan sampai kehamilan 36 minggu dan bila pada

amniosintesis menunjukkan paru janin telah matang, terminasi

dapat dilakukan dan jika perlu melalui seksio sesarea

(Wiknjosastro, 2009).

5. Partus Lama

a. Definisi

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari

24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Wiknjosastro,

2009).

Menurut Wiknjosastro (2008), persalinan (partus) lama

ditandai dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah

berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi

serviks di kanan garis waspada pada partograf.

b. Penyebab

Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah

multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi

hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.

Faktor-faktor penyebabnya antara lain:

1) Kelainan letak janin

2) Kelainan-kelainan panggul

3) Kelainan kekuatan his dan mengejan

4) Pimpinan persalinan yang salah

5) Janin besar atau ada kelainan kongenital

6) Primi tua primer dan sekunder

Page 45: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

33

7) Perut gantung, grandemulti

8) Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan

belum mendatar

9) Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten

10)Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua

yang menemaninya ke rumah sakit merupakan calon partus

lama

c. Gejala Klinik

1) Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering

dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban

berbau, terdapat mekonium.

2) Pada janin:

a) Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur

bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental

kehijau-hijauan, berbau.

b) Kaput succedaneum yang besar

c) Moulage kepala yang hebat

d) Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)

e) Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

Page 46: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

34

d. Bahaya Partus Lama

1) Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap

ibu maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin

lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat

setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia

uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.

Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin

memperburuk bahaya bagi ibu.

2) Bahaya bagi janin

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas

serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan

berikut ini:

a) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri.

b) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada

kepala janin.

c) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi denganforceps

yang sulit.

d) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini

mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya

dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik

pada janin.

Page 47: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

35

e. Penatalaksanaan

Menurut Wiknjosastro (2008), penatalaksanaan berdasarkan

diagnosisnya, yaitu:

1) Fase Laten Memanjang

Bila fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda

kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks:

a) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan

serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum

inpartu

b) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan

serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan

oksitosin atau prostaglandin

(1) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

(2) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan

pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC

c) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina

berbau):

(1) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin.

(2) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan

(a) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam.

(b) Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV setiap 24 jam.

(c) Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika

pascapersalina.

Page 48: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

36

(d) Jika dilakukan SC, lanjutkan antibiotika ditambah

metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu

bebas demam selama 48 jam.

2) Fase Aktif Memanjang

(a) Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelfik atau

obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban

(b) Nilai his

a. Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit

dan lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan

adanya inertia uteri.

b. Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya

lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi,

obstruksi, malposisi atau malpresentasi.

c. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his

dan mempercepat kemajuan persalinan.

6. Retensio Plasenta

a. Pengertian

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta

selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus

dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio plasenta).

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya

perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta

inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas

korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih

Page 49: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

37

lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara

efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan

tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus

berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Wiknjosastro,

2008).

Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit

setelah janin lahir. Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap

oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat (plasenta

akreta, inkreta, percreta)

b. Penyebab retensio plasenta

Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat

(penyebab terpenting), dan plasenta sukar terlepas karena

tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (plasenta

membranacea, plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta yang

sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas

disebut plasenta adhesive.

c. Tanda dan Gejala

Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam

30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang

kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi

berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu

plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)

tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang

Page 50: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

38

timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak

berkurang.

Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar

karena ini menentukan sikap pada saat bidan akan mengambil

keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena retensio bisa

disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme

separasi fisiologis.

2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai sebagian lapisan miometrium, perlekatan plasenta

sebagian atau total pada dinding uterus. Pada plasenta akreta

vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding

rahim daripada biasa adalah sampai ke batas atas lapisan otot

rahim. Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh

permukannya melekat dengan erat pada dinding rahim.

Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian

dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding

rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan

precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah

kelainan desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.

3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai / melewati lapisan miometrium.

Page 51: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

39

4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang

menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa

dinding uterus.

5) Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam

kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri

d. Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya

1) Perdarahan

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat

sedikit pelepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi

bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.

2) Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam

rahim meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan pot

d’entre dari tempat perlekatan plasenta.

3) Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang

mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

4) Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma

Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula

fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik)

dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan

akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas.

Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada

sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan

Page 52: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

40

yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa

menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan

abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah

menjadi kanker (Manuaba, 2010)

e. Penanganan Retensio Plasenta

1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan

tindakan yang di ambil.

2) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila

ekspulsi plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.

3) Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40

tetes permenit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol

400 mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin

karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta

terperangkap dalam kavum uteri).

4) Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan

manual palsenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari

terjadinya perforasi dan perdarahan.

5) Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.

6) Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral +

metronidazole 1 g supositoria/oral).

7) Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi,

syok neurogenik.

Page 53: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

41

Tindakan Penetrasi ke Dalam Cavum Uteri

1) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,

tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai

3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya(punggung tangan

menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi

bawah tali pusat

4) Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten atau

penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian

kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri

5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga

ke kavum uteri sehingga mencapai tempat inplantasi plasenta

6) Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi

memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari jari lain

saling merapat)

Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus

1) Tentukan inplantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling

bawah.

a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat

tetap disebelah atas dan siapkan ujung jari jari tangan

diantara plasenta dan dinding-dinding uterus dimana

punggung tangan tangan menghadap bawah (posterior

ibu).

Page 54: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

42

b) Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah

atas tali pusat dan siapkan ujung jari jari tangan diantara

plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan

menghadap ke atas (anterior ibu)

2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding

uterus maka perluas perlepasan plasenta dengan jalan

menggeser tangan kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas

(kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari

dinding uterus

Mengeluarkan Plasenta

1) Sementara satu tangan masih didalam cavum uteri, lakukan

eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal

2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan

segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten atau

penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam

membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah)

3) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra

simfisis) uterus kearah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan

dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah disediakan.

Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan

1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan

lain yang digunakan

2) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya

didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

Page 55: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

43

3) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

4) Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

7. Gawat Janin

a. Definisi

Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia

pada janin (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan

tersebut dapat terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum

(Wiknjosastro, 2008)

b. Penyebab

Gawat janin dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal.

Beberapa penyebab yang umum dan sering terjadi:

1) Kontraksi

Pengencangan otot uterus secara involunter untuk

melahirkan bayi. Kontraksi secara langsung mengurangi aliran

darah ke plasenta dan dapat mengkompresi tali pusat sehingga

penyaluran nutrisi terganggu. Hal ini dapat terjadi pada

keadaan:

a) persalinan yang lama (kala II lama)

b) penggunaan oksitosin

c) uterus yang hipertonik (otot-otot menjadi terlalu tegang dan

tidak dapat berkontraksi ritmis dengan benar)

2) Infeksi

a) Perdarahan

b) Abrupsi plasenta

Page 56: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

44

c) Tali pusat prolaps

d) Hipotensi

Bila tekanan darah ibu menurun selama persalinan, jumlah

aliran darah ke fetus akan berkurang. Hipotensi dapat

disebabkan oleh anestesi epidural dan posisi supine. Hal

tersebut terjadi karena adanya pengurangan jumlah aliran

darah dari vena cava ke jantung

e) Posisi dan presentasi abnormal dari fetus

f) Kelahiran múltiple

g) Kehamilan prematur atau postmatur

h) Distosia bahu

Penyebab yang paling utama dari gawat janin dalam masa

antepartum adalah insufisiensi uteroplasental. Faktor yang

menyebabkan gawat janin dalam persalinan/ intrapartum adalah

kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental,

perfusi uterus yang berkurang, sepsis pada janin, pengurangan

cadangan janin, dan kompresi tali pusat. Pengurangan jumlah

cairan ketuban, hipovolemia ibu dan pertumbuhan janin

terhambat diketahui mempunyai peranan

c. Gejala klinik

Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya

gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini,

dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ ’kick count’.

Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi

Page 57: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

45

sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10

gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi

sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu

hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutama diminta untuk

dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu

yang mengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata

tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan

diminta untuk segera datang ke RS atau pusat kesehatan terdekat

untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-tanda gawat janin:

1) Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban

pada letak kepala

2) Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin

3) Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan

pemantauan menggunakan kardiotokografi

d. Penatalaksaanaan

Tata laksana umum untuk keadaan gawat janin:

1) Reposisi pasien ke sisi kiri

2) Hentikan pemberian oksitosin

3) Identifikasi penyebab maternal (demam ibu, obat-obatan), dan

diterapi sesuai dengan penyebab

4) Jika penyebab ibu tidak ada tetapi denyut jantung tetap

abnormal minimal 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan vaginal

Page 58: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

46

a) Perdarahan dengan nyeri konstan atau intermiten, curigai

solusio plasenta

b) Tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau), berikan

antibiotik sesuai dengan penatalaksanaan amnionitis

c) Bila tali pusat di bawah bagian yang terendah, atau ada di

vagina, tangani sesuai dengan penanganan tali pusat

prolaps

5) Jika denyut jantung abnormal menetap atau ada tanda

tambahan gawat janin, rencanakan persalinan:

a) Jika serviks terdilatasi penuh dan kepala janin tidak lebih

dari 1/5 di atas simfisis pubis atau ujung tulang terendah dari

kepala pada stasion 0, lahirkan dengan ekstraksi vakum

atau forsep.

b) Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih

dari 1/5 di atas simfisi pubis atau ujung tulang terendah dari

kepala di atas stasion 0, lahirkan dengan seksio sesarea.

8. Prolaps Tali Pusat

a. Definisi

Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau

melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah

ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat

dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin.

Tali pusat mungkin terdapat di dalam tonjolan cairan amnion,

atau dikatakan presentasi tali pusat (tali pusat terkemuka), atau

Page 59: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

47

mungkin mengalami prolaps dan berada di depan bagian

presentasi janin setelah membran ruptur (dikatakan penumbungan

tali pusat). Yang menjadi masalah pada prolaps tali pusat adalah

tali pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian presentasi janin,

dan tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah.

b. Penyebab

Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat gangguan

adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas

panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut. Sering

ditemukan pada kasus-kasus:

1) Presentasi bokong kaki

2) Posisi melintang

3) Letak sungsang

4) Kehamilan premature

5) Hidramnion

6) Janin kembar

7) Janin terlalu kecil

c. Penatalaksanaan

1) Tali pusat berdenyut

a) Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.

b) Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul

c) Posisi ibu Trendelenberg

d) Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam

segera.

Page 60: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

48

e) Jika ibu pada persalinan kala I :

(1) Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

masukan tangan kedalam vagina dan bagian terendah

janin segera didorong ke atas, sehingga tahanan pada

tali pusat dapat dikurangi.

(2) Tangan yanglain menahan bagian terendah di supra

bubis dan evaluasi keberhasilan reposisi.

(3) Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan

kuat diatas rongga panggul, keluarkan tangan dari

vagina, letakan tangan tetap diatas abdomen sampai

dilakukan sesio cesarea.

(4) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara

berlahan untuk mengurangi kontraksi rahim.

(5) Segera lakukan seksio cesarea.

f) Jika ibu pada persalinan kala II:

(1) Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera

dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam/forseps.

(2) Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi

bokong atau kaki, dan gunakan forseps pipa panjang

untuk melahirkan kepala yang menyusul.

(3) Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.

(4) Siapkan segera resusitasi neonatus.

Page 61: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

49

2) Tali pusat tidak berdenyut

Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah

meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan

darurat lagi, lahirkan bayi secara normal tanpa mencederai ibu.

Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan

keluarganya tentang apa yang terjadi serta tindakan apa yang

terjadi segera tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan

persalinan dapat berlangsung spontan.

9. Distosia Bahu

a. Definisi

Distosia bahu adalah persalinan yang memerlukan

tambahan manuver obstetric setelah kegagalan―gentle

downwardtraction pada kepala bayi untuk melahirkan bahu

(Manuaba, 2010). Distosia bahu terjadi ketika setalah kepala lahir,

bahu depan bayi terperangkap ditulang pubis ibu. Jika ini terjadi,

maka bagian tubuh bayi yang lain tidak dapat mengikuti kepala

keluar dari vagina dengan mudah.

b. Penyebab

1) Preconceptual

a) Riwayat Distosia Bahu

b) Obesitas

c) Usia Ibu

d) Multiparitas

Page 62: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

50

2) AntePartum

a) Makrosomia

b) Diabetes

c) Berat Badan Ibu

d) Jenis Kelamin Bayi

e) Bayi Serotinus

3) Intra Partum

a) Instrumen Persalinan

b) Pengalaman Penolong Persalinan

c. Gejala Klinik

Tanda klinis terjadinya distosia bahu meliputi:

1) Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan

traksi yang cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi

lahir.

2) Turtle sign adalah ketika kepala bayi tiba-tiba tertarik kembali

ke perineum ibu setelah keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol

keluar, seperti seekor kura-kura yang menarik kepala kembali

ke cangkangnya. Penarikan kepala bayi ini dikarenakan bahu

depan bayi terperangkap di tulang pubis ibu, sehingga

mencega lahirnya tubuh bayi.

d. Penatalaksanaan

Distosia bahu tidak dapat diramalkan, sehingga penolong

persalinan harus mengetahui benar prinsip-prinsip

penatalaksanaan penyulit yang terkadang dapat sangat

Page 63: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

51

melumpuhkan ini. Pengurangan interval waktu antara pelahiran

kepala sampai pelahiran badan amat penting untuk bertahan hidup.

Usaha untuk melakukan traksi ringan pada awal pelahiran,yang

dibantu dengan gaya dorong ibu, amat dianjurkan. Traksi yang

terlalu keras pada kepala atau leher, atau rotasi tubuh berlebihan,

dapat menyebabkan cedera serius pada bayi. Beberapa ahli

menyarankan untuk melakukan episioto meluas dan idealnya

diberikan analgesi yang adekuat. Tahap selanjutnya adalah

membersihkan mulut dan hidung bayi.

Setelah menyelesaikan tahap-tahap ini, dapat diterapkan

berbagai teknik untuk membebaskan bahu depan dari posisinya

yang terjepit di bawah simfisis pubis ibu.

10. Ruptur Uterus

a. Definisi

Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga

uterus dan rongga peritoneum dapat berhubungan.Yang dimaksud

dengan ruptur uteri komplit adalah keadaan robekan pada rahim

dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan

rongga peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban

keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau seluruh

tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada

dalam kavum peritonei atau rongga abdomen.

Page 64: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

52

b. Penyebab

Ruptura uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan

yang telah ada sebelumnya, karena trauma, atau sebagai

komplikasi persalinan pada rahim yang masih utuh. Paling sering

terjadi pada rahim yang telah diseksio sesarea pada persalinan

sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang demikian dilakukan

partus percobaan atau persalinan dirangsang dengan oksitosin

atau sejenisnya.

Pasien yang berisiko tinggi antara lain:

1) persalinan yang mengalami distosia, grande multipara,

penggunaan oksitosin atau prostaglandin untuk mempercepat

persalina.

2) pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui

bedah seksio sesarea atau operasi lain pada rahimnya.

3) pernah histerorafi.

4) pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien bekas seksio

sesarea, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, untuk pasien dengan panggul sempit atau

bekas seksio sesarea klasik berlaku adagium Once Sesarean

Section always Sesarean Section. Pada keadaan tertentu seperti

ini dapat dipilih elective cesarean section (ulangan) untuk

mencegah ruptur uteri dengan syarat janin sudah matang.

Page 65: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

53

c. Gejala Klinik

Gejala Saat Ini:

1) Nyeri Abdomen dapat tiba-tiba, tajam dan seperti disayat pisau.

Apabila terjadi ruptur sewaktu persalinan, konstruksi uterus

yang intermitten, kuat dapat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien

mengeluh nyeri uterus yang menetap.

2) Perdarahan Pervaginam dapat simptomatik karena perdarahan

aktif dari pembuluh darah yang robek.

3) Berhentinya persalinan dan syok.

4) Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan intraperitoneum

d. Penatalaksanaan

Dalam menghadapi masalah ruptura uteri semboyan

prevention is better than cure sangat perlu diperhatikan dan

dilaksanakan oleh setiap pengelola persalinan di mana pun

persalinan itu berlangsung. Pasien risiko tinggi haruslah dirujuk

agar persalinannya berlangsung di rumah sakit yang mempunyai

fasilitas yang cukup dan berpengalaman. Bila telah terjadi ruptura

uteri tindakan terpilih hanyalah histerektomi dan resusitasi serta

antibiotika yang sesuai. Diperlukan infus cairan kristaloid dan

transfusi darah yang banyak, tindakan antisyok, serta pemberian

antibiotika spektrum luas, dan sebagainya.

Page 66: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

54

Tindakan-tindakan pada rupture uteri:

1) Histerektomi

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan

(rahim dan uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah

menjalani operasi ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai

anak. Histerektomi dapat dilakukan melalui irisan pada bagian

perut atau melalui vagina. Pilihan ini bergantung pada jenis

histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang

mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya.

Ada beberapa jenis histerektomi yang perlu kita ketahui.

Berikut ini adalah penjelasannya:

a) Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini,

rahim diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan.

Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut

rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear

(pemeriksaan leher rahim) secara rutin.

b) Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut

rahim diangkat secara keseluruhannya.

c) Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi

ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba fallopii, dan

kedua ovarium.

d) Histerektomi radikal. Histerektomi ini mengangkat bagian

atas vagina, jaringan, dan kelenjar limfe disekitar

kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa

Page 67: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

55

jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa

penderita.

2) Histerorafi

Histerorafi adalah tindakan operatif dengan mengeksidir

luka dan dijahit dengan sebaik-baiknya. Jarang sekali bisa

dilakukan histerorafia kecuali bila luka robekan masih bersih

dan rapi pasiennya belum punya anak hidup.

11. Perdarahan Post Partum

a. Definisi

Perdarahan post partum adalah kehilangan darah 500 cc

atau lebih dari jalan lahir setelah bayi lahir. Perdarahan post

partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah

persalinan berlangsung (Manuaba, 2007).

Perdarahan post partum primer adalah perdarahan yang

terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Perdarahan post

partum sekunder adalah perdarahan yang terjadi antara 24 jam

sampai 6 minggu setelah bayi lahir (Manuaba, 2008).

b. Penyebab

Penyebab perdarahan pasca persalinan primer adalah: 1)

Atonia uteri; 2) Retensio plasenta (dapat menyebabkan Atonia

Uteri); 3) Trauma jalan lahir; 4) Kelainan pembekuan darah (jarang

terjadi).

Penyebab perdarahan pasca persalinan sekunder adalah:

1) Ada bagian dari selaput plasenta yang tertinggal; 2) Ada bagian

Page 68: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

56

jaringan yang mati akibat partus tidak maju; 3) Ada luka atau

robekan (ruptur) pada uterus (setelah bedah selesai).

Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat

memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Sebagian besar kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh

perdarahan post partum yang timbul dari atonia uteri dan petensio

plasenta. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sampai saat ini diketahui bahwa pengelolaan aktif persalinan kala

III dapat mengurangi perdarahan pasca salin sebesar 40%. Hal ini

sangat membantu bagi bidan-bidan di desa yang jauh dari tempat

rujukan dan pelayanan tranfusi darah (Manuaba 2008).

c. Penanganan

1) Penanganan umum

a) Perbaikan keadaan umum segera, pemasangan infus,

transfusi darah, pemberian antibiotika, pemberian

uterotonika.

b) Pada robekan serviks vagina dan perineum, perdarahan

diatasi dengan jalan menjahit kembali.

(1) Penatalaksanaan umum

(a) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak

awal.

(b) Pimpin persalinan dengan mengacu pada

persalinan bersih dan aman.

(c) Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.

Page 69: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

57

(d) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya

pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan

komplikasi.

(e) Atasi syok jika terjadi syok.

(f) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan

bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika

10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL

dengan tetesan 40 tetes/menit).

(g) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi

kemungkinan robekan jalan lahir.

(h) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji

bekuan darah.

(i) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk.

(j) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska

persalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal

hingga 4 jam berikutnya.

2) Penatalaksanaan khusus

a) Atonia uteri

(1) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri,

(2) Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian

uterotonika, lakukan pengurutan uterus.

(3) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi

jalan lahir.

(4) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan.

Page 70: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

58

a) Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus

melalui dinding abdomen dengan jalan saling

mendekatkan kedua belah telapak tangan yang

melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang

kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus

dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas

kesehatan rujukan.

b) Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan

diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan

tinju tangan dalam vagina untuk menjempit

pembuluh darah didalam miometrium.

c) Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri

femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan

posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian

tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus

dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna

vertebralis, penekanan yang tepat akan

menghetikan atau mengurangi, denyut arteri

femoralis.

b) Ruptur uteri

1) Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-

20 menit dan siapkan laparatomi

Page 71: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

59

2) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,

fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk

pasien ke rumah sakit rujukan

3) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi

jaringan memungkinkan, lakukan operasi uterus

4) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi

pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi

5) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum

abdomen

6) Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda

infeksi.

c) Robekan serviks

(1) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang

terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina

ishiadika tertekan oleh kepala bayi.

(2) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi

terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian

lateral bawah kiri dan kanan porsio

(3) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek

sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika

setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain,

lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas

robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan

dapat dijahit

Page 72: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

60

(4) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus,

tinggi fundus uteri dan perdarahan paska tindakan

(5) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui

tanda-tanda infeksi

(6) Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar

Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah.

D. Landasan teori

Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau

janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan

langsung saat persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari

keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu

penyebab terjadinya kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut

berhubungan dengan kejadian komplikasi tersebut antara lain usia,

pendidikan, status gizi dan status ekonomi ibu bersalin.

Kematian maternal disebabkan oleh komplikasi persalinan seperti

inersia uteri, pre-eklampsia berat, ketuban pecah dini, retensio plasenta

,perdarahan post partum, partus lama, dan, selain itu terdapat faktor risiko

yang mempengaruhi terjadinya komplikasi persalinan antara lain umur,

paritas dan jarak kehamilan.

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat

untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini

kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada

penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang

Page 73: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

61

terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau

makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan

keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks,

fase laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran (Wiknjosastro,

2008)

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

adanya tanda peralinandan setelah di tunggu satu jam belum memulainya

tanda persalinan. Salah satu penyebab kejadian ini dikarenakan

kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau

oleh kedua faktor tersebut (Manuaba, 2007).

Pre-eklampsia berat adalah ibu hamil yang menderita hipertensi (>

160/110 mmhg) disertai protein uria (+++ sampai ++++), oedema atau

kedua-keduanya, umumnya muncul saat kehamilan minggu ke 20 hingga

24 jam post partum. Hal ini di sebabkan adanya tekanan darah tinggi

menyebabkan pembuluh darah mengecil sehingga aliran darah ke organ

lain menurun, diantaranya pada ginjal. Penurunan aliran darah ke ginjal

yang muncul sebagai akibat bocornya protein darah ke dalam urine.

(Wiknjosastro, 2008).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplementasi pada

segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau

sebagian dari ostium uteri internum (Wiknjosastro, 2009).

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam

pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Wiknjosastro, 2009).

Page 74: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

62

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama

setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi

retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan

karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda

mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan

terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta

(satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi

secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala

dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus

berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Wiknjosastro, 2008).

Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada

janin (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat

terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum (Saifuddin, 2006)

Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau

melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban

pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat

fatal karena terkait dengan oksigenasi janin.

Distosia bahu adalah persalinan yang memerlukan tambahan

manuver obstetric setelah kegagalan―gentle downwardtraction pada

kepala bayi untuk melahirkan bahu (Manuaba, 2010). Distosia bahu terjadi

ketika setalah kepala lahir, bahu depan bayi terperangkap ditulang pubis

ibu. Jika ini terjadi, maka bagian tubuh bayi yang lain tidak dapat

mengikuti kepala keluar dari vagina dengan mudah.

Page 75: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

63

Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus

dan rongga peritoneum dapat berhubungan.Yang dimaksud dengan ruptur

uteri komplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi

hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum.

Peritoneum viserale dan kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan

demikian janin sebagia atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi

terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga abdomen.

Perdarahan post partum adalah kehilangan darah 500 cc atau lebih

dari jalan lahir setelah bayi lahir. Perdarahan post partum adalah

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung

(Manuaba, 2007).

Page 76: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

64

E. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori(Sumber; Hasil Modivikasi dari SDKI, 2012)

1. Inersia Uteri

2. Ketuban Pecah Dini

(KPD)

3. Preeklamsi Berat

4. Plasenta Pevia

5. Partus Lama

6. Retensio Plasenta

7. Gawat Janin

8. Prolaps Tali Pusat

9. Distosia Bahu

10.Ruptur Uterus

11.Perdarahan Post Partum

12.Partus Lama

KomplikasiPersalinan Pada

Ibu Bersalin

Page 77: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

65

F. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan:

1. Variabel yang Terikat (Dependen) adalah Komplikasi Persalinan pada

Ibu Bersalin

2. Variabel Bebas (Independen) adalah inersia uteri, KPD, pre-eklamsia

berat, plasenta previa, dan partus lama.

Inersia Uteri

KPD

Komplikasi PersalinanPada Ibu BersalinPre-eklampsia berat

Plasenta Previa

Partus Lama

Page 78: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

66

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi

ibu bersalin dengan komplikasi persalinan di RSU Dewi Sartika Kota

Kendari Tahun 2016.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2017.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSU Dewi Sartika

Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkan dengan

komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSU Dewi Sartika Kota

Kendari tahun 2016 sebanyak 184 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2010). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang

66

Page 79: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

67

mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSU Dewi Sartika

Kota Kendari tahun 2016 sebanyak 184 orang. Jumlah sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan cara total sampling, dimana seluruh

ibu bersalin dengan komplikasi persalinan di RSU Dewi Sartika Kota

Kendari tahun 2016 ditetapkan sebagai sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

inersia uteri, preeklamsia berat, Ketuban Pecah Dini, plasenta previa,

dan partus lama.

2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu ibu

bersalin dengan komplikasi persalinan.

E. Definisi Operasional

1. Ibu Bersalin dengan Komplikasi Persalinan

Ibu bersalin dengan komplikasi persalinan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kondisi ibu saat persalinan yang

mengancam nyawa ibu dan janin.

2. Inersia Uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak efektif

untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin ke bawah.

(Wiknojosastro, 2010).

Page 80: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

68

3. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membran

(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda tanda

persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau

kurang waktu (Manuaba. 2010).

4. Preeklamsia Berat

Pre-eklampsia berat adalah ibu hamil yang menderita hipertensi

(>140/90 mmhg) disertai dengan protein dalam urin (+++) sampai

(++++) dan oedema (Wiknojosastro, 2008).

5. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau

sebagian dari ostium uteri internum (Saifuddin, 2006).

6. Partus Lama

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24

jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Saifuddin, 2006).

F. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan

melalui buku registrasi ibu bersalin di Ruang Bersalin dan gambaran

umum lokasi penelitian.

Page 81: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

69

G. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Pengeditan (editing)

Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengecek kelengkapan data dari buku register di Ruang Bersalin.

2. Pemasukan data (entry)

Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

berdasarkan variabel penelitian.

3. Tabulasi (tabulating)

Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

variabel (Sugiyono, 2008).

H. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

secukupnya.

I. Analisis Data

Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

Page 82: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

70

disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka

digunakan rumus:

%100N

fP

Keterangan:

f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).

Page 83: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kendari terletak di

Jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota

Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat

strategis karena berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman

penduduk dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Adapun

batas-batas RSU Dewi Sartika Kota Kendari secara administratif

sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kelurahan Wandudopi

2) Sebelah Timur : Kelurahan Lepo-Lepo

3) Sebelah Selatan : Kelurahan Baruga

4) Sebelah Barat : Kelurahan Watubangga.

b. Lingkungan Fisik

RSU Dewi Sartika Kendari berdiri di atas tanah seluas 1.624

m2 dengan luas bangunan 957,90 m2. RSU Dewi Sartika Kendari

selama kurun waktu 8 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai

dengan tahun 2017 telah melakukan pengembangan fisik

bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan

71

Page 84: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

72

memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya

masyarakat Kota Kendari.

c. Status

RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun tahun 2009

dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari Nomor.

561/IZN/XI2010/001 tanggal 5 November 2010, maka rumah sakit

ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan di bawah

naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang sekaligus

sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari telah

ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah Sakit

tipe D.

d. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di

atas, RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi:

1) Menyelenggarakan pelayanan medik

2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan

Page 85: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

73

5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

e. Sarana dan Prasarana serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah

sebagai berikut:

1) IGD dengan kapasitas tempat tidur 11 unit, VIP dengan

kapasitas tempat tidur 14 unit, Poliklinik Spesialis, Ruang

perawatan Kelas I dengan kapasitas tempat tidur 10 unit, Kelas

II dengan kapasitas tempat tidur 12 unit, Kelas III dengan

kapasitas tempat tidur 37 unit, serta ruang bersalin dengan

kapasitas tempat tidur sebanyak 7 unit.

2) Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

sebagai cadangan.

3) Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur

bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.

4) Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

fasilitas internet (WiFi).

5) Alat pemadan kebakaran

6) Sarana pembuangan limbah

7) Untuk sampah disediakan tempat sampah di setiap ruangan

dan juga di luar ruangan, sampah akhirnya dibuang ke tempat

pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

mobil pengangkut sampah

Page 86: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

74

8) Untuk limbah cair di tiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah

9) Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

Kendari adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan Medis

a) Instalasi Gawat Darurat

b) Instalasi Rawat Jalan, yang meliputi: Poliklinik Obsgyn,

Poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata,

Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik

Radiologi, Poliklinik Jantung, dan Poliklinik Gigi Anak.

c) Instalasi Rawat Inap, meliputi: Rawat Inap

Dewasa/Anak/Umum dan Persalinan.

d) Kamar Operasi, meliputi: operasi obsgyn dan bedah umum.

e) High Care Unit (HCU)

2) Pelayanan Penunjang Medis

a) Intalasi Farmasi

b) Radiologi

c) Laboratorium

d) Instalasi Gizi

e) Ambulance

3) Pelayanan Non Medis

a) Sterilisasi

b) Loundry

Page 87: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

75

f. Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi RSU Dewi Sartika Kendari yaitu “Terwujudnya Rumah

Sakit yang mandiri dan bersaing global”. Untuk mewujudkan visi

tersebut, maka misi yang diemban oleh RSU Dewi Sartika Kendari

adalah:

1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan

mengutamakan kepuasan pasien

4) Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia

g. Program

Program kesehatan yang dilakukan di RSU Dewi Sartika

Kendari antara lain:

1) Umum: Pemeriksaan kesehatan umum kepada masyarakat

yang membutuhkan pertolongan, penyakit dalam, bedah dan

sebagainya.

2) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak): Pemeriksaan ibu hamil. Ibu nifas

dan menyusui, Balita dan lain-lain.

3) Pelayanan dan Konseling Keluarga Berencana

4) Pelayanan Imunisasi

5) Pertolongan persalinan aman oleh dokter spesialis

6) Konsultasi bayi baru lahir oleh dokter spesialis/bidan

7) Pertolongan persalinan patologi, bila perlu tindakan operasi

Page 88: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

76

8) Pemberian ASI Eksklusif (Bayi hanya diberi ASI saja tanpa

makanan cairan lainnya.

9) Kesehatan gigi dan lain-lain.

h. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) di RSU Dewi Sartika Kendari

berjumlah 160 orang yang terdiri dari 17 orang part time dan 143

full time dengan spesifikasi pendidikan sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari

No. Jenis Tenaga Status Ketenagaan JumlahTetap Tidak TetapA. Tenaga Medis1 Dokter Spesialis Obgyn 1 1 22 Dokter Spesialis Bedah - 1 13 Dokter Spesialis Interna - 1 14 Dokter Spesialis

Anastesi- 1 1

5 Dokter Spesialis PK - 1 16 Dokter Spesialis Anak - 1 17 Dokter Spesialis

Radiologi- 1 1

8 Dokter Spesialis THT - 1 19 Dokter Spesialis Mata - 1 1

10 Dokter Spesialis Jantung - 1 111 Dokter Gigi Anak - 1 112 Dokter Umum - 3 3B. Paramedis1 S1 Keperawatan/Ners 26 - 262 DIV Kebidanan 5 2 73 DIII Bidan 43 - 434 DIII Keperawatan 56 - 56C. Tenaga Kesehatan Lain1 SKM 1 1 22 Apoteker 1 2 33 DIII/Farmasi 1 1 24 S1 Gizi 1 - 15 DIII Analis Kesehatan 3 - 3D. Non Medis 13 - 13

Sumber: Profil RSU Dewi Sartika, 2017.

Page 89: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

77

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

a. Komplikasi Persalinan Menurut Umur Responden

Distribusi frekuensi komplikasi persalinan ibu bersalin

menurut umur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan sebagai

berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Komplikasi Persalinan Menurut Umurdi RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016

Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)< 20 24 13,0

20 – 35 52 28,3> 35 108 58,7Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, sebagian besar responden

berumur > 35 tahun, yakni sebanyak 108 orang (58,7%), umur 20 –

35 tahun, sebanyak 52 orang (28,3%), dan umur < 20 tahun

sebanyak 24 orang (13,0%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar komplikasi persalinan dialami oleh ibu dengan

umur berisiko yakni umur < 20 tahun dan > 35 tahun.

b. Komplikasi Persalinan Menurut Pekerjaan Responden

Distribusi frekuensi komplikasi persalinan ibu bersalin

menurut pekerjaan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan

sebagai berikut:

Page 90: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

78

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Komplikasi Persalinan MenurutPekerjaan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun2016

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)Bekerja 98 53,3

Tidak Bekerja 86 46,7Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, sebagian besar responden

adalah yang bekerja, yakni sebanyak 98 orang (53,2%), dan yang

tidak bekerja sebanyak 86 orang (46,7%). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar komplikasi persalinan dialami oleh ibu yang

bekerja.

3. Variabel Penelitian

a. Kejadian Inersia Uteri

Distribusi frekuensi kejadian inersia uteri pada ibu bersalin di

RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Inersia Uteri di RSU DewiSartika Kota Kendari Tahun 2016

Inersia Uteri Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 46 25,0

Tidak 138 75,0Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, responden yang tidak mengalami

inersia uteri sebanyak 138 orang (75,0%) dan yang mengalami

inersia uteri sebanyak 46 orang (25,0%).

Page 91: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

79

b. Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)

Distribusi frekuensi kejadian Ketuban Pecah Dini pada ibu

bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan sebagai

berikut:

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUDewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016

KPD Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 70 38,0

Tidak 114 62,0Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, responden yang tidak mengalami

Ketuban Pecah Dini sebanyak 114 orang (62,0%) dan yang

mengalami Ketuban Pecah Dini sebanyak 70 orang (38,0%).

c. Kejadian Preeklamsia Berat

Distribusi frekuensi kejadian preeklamsia berat pada ibu

bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan sebagai

berikut:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsia Berat di RSUDewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016

Preeklamsia Berat Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 24 13,0

Tidak 160 87,0Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, responden yang tidak mengalami

Page 92: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

80

preeklamsia berat sebanyak 160 orang (87,0%) dan yang

mengalami preeklamsia berat sebanyak 24 orang (13,0%).

d. Kejadian Plasenta Previa

Distribusi frekuensi kejadian plasenta previa pada ibu bersalin

di RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kejadian Plasenta Previa di RSUDewi Sartika Kota Kendari Tahun 2016

Plasenta Previa Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 8 4,3

Tidak 176 95,7Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, responden yang tidak mengalami

plasenta previa sebanyak 176 orang (95,7%) dan yang mengalami

plasenta previa sebanyak 8 orang (4,3%).

e. Kejadian Partus Lama

Distribusi frekuensi kejadian partus lama pada ibu bersalin di

RSU Dewi Sartika Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kejadian Partus Lama di RSU DewiSartika Kota Kendari Tahun 2016

Partus Lama Frekuensi (n) Persentase (%)Ya 36 19,6

Tidak 148 80,4Total 184 100

Sumber: Data Sekunder, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 184 responden yang

mengalami komplikasi persalinan, responden yang tidak mengalami

Page 93: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

81

partus lama sebanyak 148 orang (80,4%) dan yang mengalami

partus lama sebanyak 36 orang (19,6%).

B. Pembahasan

Berdasarkan status rekam medik pasien di Ruang Bersalin RSU

Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016 didapatkan 184 sampel yang

merupakan ibu bersalin dengan komplikasi persalinan. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa komplikasi persalinan yang banyak

dialami oleh ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2016

adalah Ketuban Pecah Dini yakni sebanyak 70 orang (38,0%), selanjutnya

Inersia Uteri sebanyak sebanyak 46 orang (25,0%), kemudian partus lama

sebanyak 36 orang (19,6%). Sedangkan komplikasi persalinan yang

paling sedikit dialami oleh ibu bersalin adalah preeklamsia berat dan

plasenta previa yakni masing-masing sebanyak 24 orang (13,0%) dan 8

orang (4,3%).

Hasil penelitian ini pula menunjukkan bahwa dari 184 responden

yang mengalami komplikasi persalinan, sebagian besar responden

berumur > 35 tahun, yakni sebanyak 108 orang (58,7%), umur 20 – 35

tahun, sebanyak 52 orang (28,3%), dan umur < 20 tahun sebanyak 24

orang (13,0%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

komplikasi persalinan dialami oleh ibu dengan umur berisiko yakni umur <

20 tahun dan > 35 tahun.

Menurut Wiknjosastro (2009), usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20 – 35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil

Page 94: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

82

dan melahirkan pada usia < 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi

dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 35 tahun.

Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia > 35 tahun. Di usia

terlalu muda < 20 tahun, rahim dan tulang panggul, uterus yang belum

matur serta sirkulasi darah sekitarnya belum berkembang dengan

sempurrna, sehingga akan mengalami keracunan kehamilan.

Sedangkan di usia > 35 tahun atau terlalu tua, kesehatan dan

keadaan rahim ibu sudah menurun, jaringan rongga panggul dan otot-

ototnya pun melemah sejalan pertambahan usia hal ini membuat rongga

panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi komplikasi yang

berat, sehingga ada kemungkinan terjadinya persalinan lama,

perdarahan, pre-eklamsi ringan, kelainan letak, ketuban pecah dini dan

resiko kecacatan pada bayi yang di kandungnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

yang mengalami komplikasi persalinan adalah yang bekerja, yakni

sebanyak 98 orang (53,2%), dan yang tidak bekerja sebanyak 86 orang

(46,7%).

Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa kebanyakan ibu yang

mengalami KPD di RSU Dewi Sartika, dipengaruhi oleh faktor ekonomi,

sehingga terpaksa harus bekerja sebagai ibu rumah tangga. Banyak pula

ibu yang memiliki suami yang tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga

untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari mereka membuka usaha

kecil-kecilan berupa warung atau kios disamping rumahnya. Dengan

Page 95: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

83

demikian mereka harus bekerja sepanjang hari demi untuk menunjang

kehidupan diri dan keluarganya.

Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi.

Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja

melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam

bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban

pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan,

namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat

membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga

keselamatan ibu maupun janin (Notoatmodjo, 2012).

Asumsi peneliti bahwa pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga

ditunjang oleh tingkat pendidikan ibu yang mayoritas tamat SLTP

sehingga tidak mampu untuk bekerja sebagai PNS atau pegawai swasta

lainnya. Namun demikian, pekerjaan sebagai IRT dapat menguras energi,

oleh karena seorang ibu hamil harus bekerja sepanjang hari tanpa pamrih

mengurus rumah tangga demi kebahagiaan suami dan anak-anaknya.

Selain itu, ibu yang bekerja sebagai wiraswasta juga bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mencari nafkah, dan

meningkatkan karir.

Seorang istri harus bekerja karena harus membantu suami dalam

meningkatkan ekonomi keluarga dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,

seorang ibu bekerja karena merasa dirinya berguna dan eksistensi dirinya

lebih baik untuk mengaktulisasikan diri, juga karena dipengaruhi oleh

Page 96: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

84

faktor lingkungan, yaitu semua ibu di lingkungannya bekerja (Mubarak,

2009).

1. Kejadian Inersia Uteri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami

inersia uteri sebanyak 46 orang (25,0%). Menurut Wiknjosastro (2010),

inersia uteri adalah memanjangnya fase laten atau fase aktif atau

kedua-duanya dari kala pembukaan. Inersia uteri dapat menyebabkan

persalinan akan berlangsung lama dengan akibat-akibat terhadap ibu

dan janin (infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dll).

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat

untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin ke bawah.

Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau fase aktif atau

kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat

disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan

analgetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase deselerasi ditemukan

pada disproporsi sefalopelvik atau kelainan anak. Perlu disadari bahwa

pemanjangan fase laten maupun fase aktif meninggikan kematian

perinatal (Manuaba, 2007).

Faktor penyebab inertia uteri diantaranya 1) faktor umum seperti

umur, paritas, anemia, ketidak tepatan penggunaan analgetik,

pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin,

perasaan tegang dan emosional, 2) faktor lokal seperti overdistensi

uterus, hidramnion, malpresentasi, malposisi, dan disproporsi

cephalopelvik, mioma uteri (Sastrawinata, 2005). Berbagai penyebab

Page 97: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

85

tersebut dapat dicegah dengan pendeteksian komplikasi persalinan

secara dini, pengambilan keputusan secara cepat dan tepat serta

penanganan yang tepat di tempat rujukan (Depkes RI, 2014).

Menurut hasil penelitian Anasari (2012), Inersia uteri pada ibu

bersalin dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor

umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan

analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau

oksitosin, perasaan tegang dan emosional.

Menurut hasil penelitian Putri, Serudji, Efrida (2015) persalinan

disfungsional dapat disebabkan oleh anemia dalam kehamilan.

Kekuatan kontraksi uterus atau his ibu hamil dengan anemia kurang

dari normal, lemah dan dalam durasi yang pendek sehingga tidak

cukup kuat untuk melahirkan janin dan ibu hamil akan cepat lelah,

akibatnya persalinan dapat mengalami perlambatan atau terhenti.

Semakin berat anemia, semakin berat manifestasi klinis yang muncul.

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) penanganan inertia uteri,

meliputi pemeriksaan keadaan serviks, presentasi dan kondisi janin,

penurunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul kemudian

buat tindakan dan rencana, berikan oxytocin drips 5-10 satuan dalam

Dextrosa 5% (12 tetes/menit) kemudian naikan setiap 10-15 menit

sampai 40-50 tetes/menit, bila his tidak kuat oxytocin drips di stop

kemudian berikan obat penenang: Valium 10 mg, bila disertai dengan

disproporsi sefalopelvik tindakan SC, his kuat menyebabkan inersia

Page 98: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

86

uteri sekunder dengan KU ibu lemah dan partus telah berlangsung 24

jam primi dan 18 jam multi.

2. Kejadian Ketuban Pecah Dini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami

Ketuban Pecah Dini sebanyak 70 orang (38,0%). Jika dibandingkan

dengan komplikasi persalinan lainnya, KPD lebih banyak dialami oleh

ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kota Kendari.

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam

obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya

infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas

dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Ketuban pecah

dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh

sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10%

perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini

(Wiknjosastro, 2009).

Penyebab KPD ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.

Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan

infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah

kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya

kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya

disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea.

Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban,

fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang

Page 99: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

87

inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai

faktor predisposisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang

didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam

(Sualman, 2009).

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang

terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada

kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan KPD prematur

sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis

(radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau

keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD (Rukiyah, 2011).

Ibu yang mengalami KPD proporsinya lebih besar pada ibu yang

kerja fisiknya menyebabkan kelelahan dan lama kerja >3 jam/hari

dibandingkan dengan ibu yang kerja fisiknya tidak menyebabkan

kelelahan dan lama kerja maksimal 3 jam/hari, khsuusnya ibu rumah

tangga. Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan

energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama

kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan

dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul

ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam

kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan

dapat membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk

menjaga keselamatan ibu maupun janin (Aminullah, 2010).

Page 100: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

88

Faktor paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian KPD,

dimana peningkatan paritas akan menyebabkan kerusakan pada

serviks selama pelahiran bayi sebelumnya sehingga mengakibatkan

kerusakan pada selaput ketuban (Norma dkk, 2013). Menurut

Wiknjosastro (2009), jumlah kehamilan ibu yang beresiko adalah

paritas 1 dan lebih dari 4. Paritas 2-3 adalah merupakan paritas yang

paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan

paritas tinggi (> 4) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi,

karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau serviks

yang kaku memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan, sedangkan pada anak keempat atau lebih

adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah

berulang kali direnggangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang

dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut sudah

kendur, kekencangan sudah kurang hingga kekuatan mendesak

kebawah tidak seberapa hingga dapat memperpanjang persalinan.

3. Kejadian Preeklamsia Berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami

preeklamsia berat sebanyak 24 orang (13,0%). Pre-ekalamsia berat

adalah ibu hamil yang menderita hipertensi (> 160/110 mmhg) disertai

protein uria (+++) sampai (++++), oedema atau kedua-keduanya,

umumnya muncul saat kehamilan minggu ke- 20 hinggga 24 jam post

partum (Wiknjosastro, 2010).

Page 101: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

89

Faktor penyebab terjadinya komplikasi kehamilan termasuk pre-

eklamsia yaitu faktor kekurangan gizi dan anemia, paritas tinggi, usia

melahirkan terlalu muda dan usia lanjut pada ibu hamil. Lebih lanjut

Wiknjosastro mengatakan insidensi pre-eklamsia umumnya terjadi

pada wanita multipara, molahidatidosa, diabetes mellitus, kehamilan

ganda, usia lebih dari 35 tahun, obesitas dan hipertensi. Adanya

pertambahan berta badan yang berlebihan merupakan faktor utama

timbulnya pre-eklamsia (Wiknjosastro, 2008).

Umumnya penderita pre-eklamsia dialami oleh remaja belasan

tahun atau wanita yang berumur di atas 35 tahun. Disamping itu

frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi pada kehamilan pertama daripada

kehamilan multigravida. Walaupun belum diketahui secara pasti

penyebab pre-eklamsia disebabkan kelebihan sekresi plasenta,

hormon adrenal, meskipun bukti dasar hormonal masih tidak

mencukupi. Selanjutnya teori lain yang masuk akal adalah bahwa pre-

eklamsia merupakan akibat adanya beberapa autoimun atau alergi

yang timbul akibat adanya janin. Teori dewasa ini menyatakan bahwa

penyebab pre-eklamsia adalah iskemia plasenta (Wiknjosastro, 2008).

Menurut beberapa ahli, selama kehamilan uterus memerlukan

darah lebih banyak, namun pada kehamilan kembar, akhir kehamilan

dan saat persalinan, peredaran darah pada dinding rahim berkurang.

Maka keluarlah zat-zat dari plasenta yang menyebabkan terjadinya

hipertensi dan pembengkakan.

Page 102: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

90

Penanganan penderita pre-eklamsia berat, yang masuk rumah

sakit segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah

timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12– 24 jam bahaya akut

dapat diatasi, dapat dipikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan

kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah terjadinya eklamsia.

Pemeriksaan kehamilan yang teratur dan teliti dapat menemukan

tanda-tanda dini pre-klamsia. Pemeriksaan hendaknya dilakukan

sekali 2 minggu setelah bulan ke 6 dan sekali seminggu pada bulan

terakhir. Walaupun demikian timbulnya pre-eklamsia tidak dapat

dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan

pemberian penerangan secukupnya dan pengawasan yang baik pada

wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat yang dimaksud

tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-

hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring

(Wiknjosastro, 2008).

4. Kejadian Plasenta Previa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami

plasenta previa sebanyak 8 orang (4,3%). Plasenta previa adalah

plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa

sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya

segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang

berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti

Page 103: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

91

perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi

(Saifuddin, 2006).

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim

belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja

blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa

latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai

salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak

memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi.

Paritistinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar,

kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses

peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat

dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa.

Hipoksemia akibat karbonmonoksida hasil pembakaran rokok

menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.

Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan

eritroblastosis fetalis biss menyebabkan pertumbuhan plasenta

melebar kesegmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau

seluruh ostium uteri internum (Sakala, 2007).

5. Kejadian Partus Lama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami

partus lama sebanyak 36 orang (19,6%). Partus lama atau sering

disebut partus terlantar terjadi apabila persalinan berlangsung lebih

dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara.

Menurut Harjono (2008), partus lama merupakan fase terakhir dari

Page 104: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

92

suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul

gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan

kematian janin dalam kandungan.

Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia

khususnya di daerah pedesaan karena masih terdapat 60% persalinan

ditolong oleh dukun tidak terlatih. Insiden partus lama menurut

penelitian 2,8%-4,9%. Karena partus lama masih banyak terjadi dan

keadaan ini menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian ibu

dan anak masih tinggi dan harus diupayakan mencegah terjadinya

partus lama tersebut (Manuaba, 2008).

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikompleks dan

tentu saja tergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan

persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor

penyebabnya antara lain: kelainan letak janin, kelainan-kelainan

panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau

kelainan kongenital, primi tua, perut gantung, grandemulti, ketuban

pecah dini (Mansjoer, 2009).

Dampak partus lama terhadap ibu yakni kesalahan letak, insersia

uteri, perdarahan postpartum. Pengaruh postmatur dapat

menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, maka

akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan

postpartum. Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan

partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.

Page 105: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

93

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena (a)

aksi uterus tidak terkoordinir (b). Janin besar (c) Moulding kepala

kurang. Maka akan sering dijumpai: partus lama, kesalahan letak,

inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan

menaikan angka mordibitas dan mortalitas.

Sedangkan dampak terhadap janin yakni jumlah kematian

janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan

40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.

Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat

bertambah besar, tetap, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan

42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam

kandungan. Bayi besar dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik.

Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin

sampai bayi meninggal. Keluarnya mekoneum yang dapat

menyebabkan aspirasi mekoneum (Manuaba, 2008). Komplikasi yang

terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap atau

berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

kemudian menurun setelah 42 minggu, dan risiko terjadi kematian

perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi: 30% prepartum, 55%

intrapartum, 15% postpartum. Jumlah kematian janin/bayi pada

kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu

karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh

postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat

Page 106: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

94

bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan

42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan,

kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage.

Page 107: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Angka kejadian inersia uteri di RSU Dewi Sartika tahun 2016 sebanyak

46 orang (25,0%).

2. Angka kejadian Ketuban Pecah Dini di RSU Dewi Sartika tahun 2016

sebanyak 70 orang (38,0%).

3. Angka kejadian preeklamsia berat di RSU Dewi Sartika tahun 2016

sebanyak 24 orang (13,0%).

4. Angka kejadian plasenta previa di RSU Dewi Sartika tahun 2016

sebanyak 8 orang (4,3%).

5. Angka kejadian partus lama di RSU Dewi Sartika tahun 2016 sebanyak

36 orang (19,6%).

B. Saran

1. Wanita atau ibu yang mempunyai faktor-faktor resiko untuk terjadinya

komplikasi persalinan terutama wanita atau ibu berusia lebih dari 35

tahun dan ibu yang memiliki pekerjaan agar waspada dan selalu

memeriksakan diri kepada tenaga ahli secara teratur.

95

Page 108: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

96

2. Pada wanita dengan primipara agar lebih waspada dan memeriksakan

diri lebih teratur kepada tenaga ahli kebidanan dan penyakit

kandungan, untuk tindakan preventif dan diagnosis dini terjadinya

komplikasi persalinan.

3. Deteksi adanya komplikasi persalinan hendaknya dilakukan sedini

mungkin untuk menghindari morbiditas dan komplikasi lebih lanjut

seperti perdarahan dan anemia/penurunan kadar hemoglobin.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa

dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Page 109: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

97

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, A. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo

Anasari, 2012. Identifikasi Kejadian Inersia Uteri pada Ibu Bersalin di RSSarjito Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah, Poltekkes, Yogyakarta.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL. 2010. William Obstetrics 23nd edVol.2. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Asuhan Persalinan Normal (Buku Acuan).Jakarta: Departemen Kesehatan.

,. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.

, 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.

Dinkes Prov. Sultra, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengara.Kendari: Dinkes Prov. Sultra.

, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengara.Kendari: Dinkes Prov. Sultra.

Gibbs, Ronal S. ;Karlan, Beth Y.; Haney, Arthur F.; Nygaard, Inggrid E. 2008.Danforth’s Obstetric and Gynecology, 10th edition. Lippincott williams& wilkins.

Indrianto, H. 2009. Preeklamsia Berat di RS Dr. Kariadi Periode Januari 2004-31 Desember 2004. Tesis. Semarang: FK Undip.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: KemenkesRI.

Mansjoer, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media AesculapiusFakultas Kedokteran UI.

Manuaba, I.B.G., Manuaba I.A.C., Manuaba I.B.G.F. 2007. Pengantar KuliahOnstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

, 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.

Page 110: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

98

, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untukPendidikan Bidan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mubarak. 2009. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Norma, Nita dan Dwi, Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.

Rukiyah, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

RSU Dewi Sartika, 2014-2015. Rekam Medik. Kendari: RSU Dewi Sartika

Rustam, Mochtar. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sakala, EP., Penalver, M. 2007. Obstetrics and Gynecology, Lecture Notes.Kaplan Medical Edmonds, Keith.

Sastrawinata, 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi; Obstetri, Patologi. Edisi 2.Jakarta: ECG.

Stenehever MA, Sorensen T. 2009. Penatalaksanaan Dalam Persalinan.Jakarta: Hipokrates.

Sualman, K. 2009. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini. Diambil tanggal 23Oktober 2016 dari http://www. medicastore.com/PenatalaksanaanKetuban pecah dini oleh dr. Kamisah Sualman, Fakultas KedokteranUniversitas Riau.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.

WHO, 2013. Prevention and Treatment of Preeclampsia and Eklampsia.Geneva.

Winkjosastro, H. 2010. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Yayasan BinaPustaka.

Page 111: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

99

,. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

,. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Page 112: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

< 20 20 - 35 > 35 InrsiaUteri KPD Preeklamsia

BeratPlasentaPrevia

PartusLama

1 Ny. Sy 42 √ IRT √2 Ny. Tr 38 √ PNS √3 Ny. Ml 43 √ IRT √4 Ny. Pn 40 √ IRT √5 Ny. Lu 25 √ IRT √6 Ny. Sr 36 √ IRT √7 Ny. Lp 39 √ Wiraswasta √8 Ny. Nd 41 √ PNS √9 Ny. Kr 38 √ Wiraswasta √

10 Ny. Ym 40 √ PNS √11 Ny. Mt 37 √ IRT √12 Ny. Si 39 √ Wiraswasta √13 Ny. Js 36 √ IRT √14 Ny. Bd 41 √ Wiraswasta √15 Ny. Wo 45 √ Wiraswasta √16 Ny. Ab 37 √ PNS √17 Ny. Mh 40 √ PNS √18 Ny. Sn 35 √ IRT √19 Ny. Sh 38 √ Wiraswasta √20 Ny. Aj 42 √ Wiraswasta √21 Ny. Dn 40 √ PNS √22 Ny. Tb 39 √ IRT √23 Ny. Eh 41 √ IRT √24 Ny. Id 36 √ IRT √25 Ny. Sh 39 √ IRT √26 Ny. Mi 37 √ Wiraswasta √27 Ny. Wb 42 √ PNS √28 Ny. Mm 40 √ Wiraswasta √29 Ny. Kt 38 √ IRT √30 Ny. Sh 28 √ IRT √31 Ny. Mh 41 √ Wiraswasta √32 Ny. Me 37 √ Wiraswasta √33 Ny. Nr 39 √ IRT √34 Ny. Mn 42 √ IRT √35 Ny. M 36 √ Wiraswasta √36 Ny. Pn 34 √ PNS √37 Ny. Sp 42 √ IRT √38 Ny. Ar 19 √ IRT √39 Ny. Zk 18 √ IRT √40 Ny. Dr 26 √ Wiraswasta √41 Ny. Sp 19 √ IRT √42 Ny. Sa 42 √ PNS √43 Ny. Hm 36 √ Wiraswasta √44 Ny. Yu 38 √ Wiraswasta √45 Ny. So 24 √ IRT √

No.Resp

Lampiran 1. MASTER TABEL PENELITIAN

Komplikasi PersalinanKriteria UmurUmur(Th)

InisialResp Pekerjaan

Page 113: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

46 Ny. La 40 √ IRT √47 Ny. Ja 37 √ Wiraswasta √48 Ny. St 25 √ PNS √49 Ny. Va 39 √ Wiraswasta √50 Ny. Di 28 √ IRT √51 Ny. Hd 19 √ IRT √52 Ny. Kd 41 √ IRT √53 Ny. Jl 18 √ IRT √54 Ny. Rm 37 √ Wiraswasta √55 Ny. Uu 26 √ IRT √56 Ny. Ia 38 √ IRT √57 Ny. Jk 43 √ Wiraswasta √58 Ny. Mb 26 √ Wiraswasta √59 Ny. Ps 32 √ IRT √60 Ny. Ab 18 √ IRT √61 Ny. Hw 37 √ Wiraswasta √62 Ny. Aa 30 √ Wiraswasta √63 Ny. Jg 39 √ IRT √64 Ny. Dn 19 √ IRT √65 Ny. Dg 44 √ IRT √66 Ny. An 28 √ Wiraswasta √67 Ny. S 36 √ PNS √68 Ny. H 19 √ IRT √69 Ny. M 41 √ IRT √70 Ny. R 19 √ IRT √71 Ny. Hm 26 √ IRT √72 Ny, Fs 38 √ Wiraswasta √73 Ny. Ga 36 √ Wiraswasta √74 Ny. Mr 26 √ IRT √75 Ny. W 30 √ IRT √76 Ny. Tl 44 √ Wiraswasta √77 Ny. Mk 30 √ IRT √78 Ny. Sy 25 √ IRT √79 Ny. Ng 19 √ IRT √80 Ny. Dm 35 √ PNS √81 Ny. Sd 32 √ Wiraswasta √82 Ny. Kt 23 √ IRT √83 Ny. Sp 37 √ IRT √84 Ny. H 26 √ IRT √85 Ny. Z 26 √ IRT √86 Ny. Wd 38 √ Wiraswasta √87 Ny. Sp 31 √ IRT √88 Ny. D 23 √ IRT √89 Ny. Hw 28 √ IRT √90 Ny. In 36 √ IRT √91 Ny. Dk 32 √ IRT √92 Ny. Bd 39 √ Wiraswasta √93 Ny. Fa 27 √ IRT √94 Ny. Un 37 √ IRT √95 Ny. NN 19 √ IRT √96 Ny. Id 36 √ Wiraswasta √

Page 114: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

97 Ny. Kd 37 √ Wiraswasta √98 Ny. Ya 40 √ Wiraswasta √99 Ny. Dm 37 √ IRT √100 Ny. Lt 19 √ IRT √101 Ny. Sj 30 √ IRT √102 Ny. Mr 43 √ IRT √103 Ny. Hd 25 √ IRT √104 Ny. Hr 38 √ Wiraswasta √105 Ny. Ms 19 √ IRT √106 Ny. Si 31 √ PNS √107 Ny. Sk 28 √ Wiraswasta √108 Ny. Nm 19 √ IRT √109 Ny. Sy 37 √ Wiraswasta √110 Ny. Al 32 √ IRT √111 Ny. Gn 36 √ Wiraswasta √112 Ny. Wm 41 √ Wiraswasta √113 Ny. Tr 18 √ IRT √114 Ny. Nd 37 √ IRT √115 Ny. Hd 19 √ IRT √116 Ny. Dk 39 √ Wiraswasta √117 Ny. Wu 33 √ Wiraswasta √118 Ny. Ir 37 √ Wiraswasta √119 Ny. Di 19 √ IRT √120 Ny. H 36 √ IRT √121 Ny. Jk 31 √ IRT √122 Ny. Dd 38 √ PNS √123 Ny. Sa 43 √ Wiraswasta √124 Ny. Yd 18 √ IRT √125 Ny. Iw 35 √ IRT √126 Ny. Hk 45 √ Wiraswasta √127 Ny. Kt 40 √ Wiraswasta √128 Ny. Aa 18 √ IRT √129 Ny. Ad 29 √ IRT √130 Ny. Me 38 √ PNS √131 Ny. Nr 42 √ Wiraswasta √132 Ny. Mn 19 √ IRT √133 Ny. Pr 41 √ IRT √134 Ny. Hs 44 √ Wiraswasta √135 Ny. Nd 36 √ Wiraswasta √136 Ny. Lh 38 √ IRT √137 Ny. Kd 19 √ IRT √138 Ny. Sk 36 √ Wiraswasta √139 Ny. Ht 30 √ Wiraswasta √140 Ny. Sk 44 √ PNS √141 Ny. Te 30 √ Wiraswasta √142 Ny. Tl 37 √ Wiraswasta √143 Ny. Mk 33 √ IRT √144 Ny. Sy 36 √ IRT √145 Ny. Ng 42 √ Wiraswasta √146 Ny. Dm 39 √ IRT √147 Ny. Sd 27 √ IRT √

Page 115: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU

148 Ny. Kt 36 √ IRT √149 Ny. Tk 33 √ IRT √150 Ny. Sh 40 √ Wiraswasta √151 Ny. Wd 19 √ IRT √152 Ny. Dd 39 √ IRT √153 Ny. Ji 41 √ Wiraswasta √154 Ny. Oh 34 √ Wiraswasta √155 Ny. Ha 40 √ PNS √156 Ny. Dm 35 √ Wiraswasta √157 Ny. Li 37 √ IRT √158 Ny. Sj 18 √ IRT √159 Ny. Ma 39 √ Wiraswasta √160 Ny. Gs 34 √ IRT √161 Ny. Fa 29 √ IRT √162 Ny. Sh 38 √ Wiraswasta √163 Ny. Va 42 √ Wiraswasta √164 Ny. Di 39 √ PNS √165 Ny. Hd 27 √ IRT √166 Ny. Kd 19 √ IRT √167 Ny. Jl 36 √ IRT √168 Ny. Rm 40 √ PNS √169 Ny. Uu 35 √ PNS √170 Ny. Ia 41 √ Wiraswasta √171 Ny. Jk 37 √ PNS √172 Ny. Mb 39 √ Wiraswasta √173 Ny. Ps 42 √ IRT √174 Ny. Ab 35 √ IRT √175 Ny. Hw 43 √ Wiraswasta √176 Ny. Aa 40 √ Wiraswasta √177 Ny. Jg 34 √ Wiraswasta √178 Ny. Dn 37 √ IRT √179 Ny. Dg 32 √ IRT √180 Ny. Hy 41 √ Wiraswasta √181 Ny. Wo 37 √ Wiraswasta √182 Ny. Aa 40 √ IRT √183 Ny. Kd 38 √ IRT √184 Ny. Rm 33 √ IRT √

Page 116: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU
Page 117: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU
Page 118: IDENTIFIKASI KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/140/1/IDENTIFIKASI...judul “Identifikasi Kejadian Komplikasi Persalinan pada Ibu Bersalin di RSU