13
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI PENGOBATAN UMUM DAN UNIT RUMAH BERSALIN PUSKESMAS X DAN PUSKESMAS Y DI JAKARTA TAHUN 2013 Irventi Susilowati, Fatma Lestari 1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 E-mail: [email protected] Abstrak Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y merupakan instansi kesehatan yang memberikan layanan kesehatan dasar di masyarakat. Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, tertusuk jarum suntik, dan risiko yang berhubungan dengan listrik, ergonomi dan pengorganisasian pekerjaan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross-sectional dan pendekatan Risk Management Standard AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian terhadap 24 aktifitas pekerjaan ditemukan adanya bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya ergonomi, bahaya perilaku, bahaya pengorganisasian pekerjaan dan bahaya lingkungan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Hazard Identification and Risk Assesment in Balai Pengobatan Umum and Unit Rumah Bersalin Puskesmas X and Puskesmas Y at Jakarta in 2013 Abstract Balai Pengobatan Umum and Unit Rumah Bersalin Puskesmas X and Puskesmas Y is provides basic health services in the community. Health care workers at risk of exposure to blood and body fluids of infected, needlestick injuries, and risks associated with electricity, ergonomics and work organization. The purpose of this study is to identify hazards and analyze the risk in Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X and Puskesmas Y. This research is a descriptive analytic with cross-sectional study design and Risk Management Standard AS / NZS 4360:2004 approach. 24 The results of the work activities found any physical hazards, chemical hazards, biological hazards, ergonomic hazards, hazard behavior, organization of work hazards and environmental hazards that could potentially cause an accident. Keywords: analysis; health care workers; identification; risk Pendahuluan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan K3 di Fasilitas Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI PENGOBATAN UMUM DAN UNIT RUMAH BERSALIN

PUSKESMAS X DAN PUSKESMAS Y DI JAKARTA TAHUN 2013  

Irventi Susilowati, Fatma Lestari

1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424

2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424

E-mail: [email protected]

Abstrak

Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y merupakan instansi

kesehatan yang memberikan layanan kesehatan dasar di masyarakat. Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah

dan cairan tubuh yang terinfeksi, tertusuk jarum suntik, dan risiko yang berhubungan dengan listrik, ergonomi

dan pengorganisasian pekerjaan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan

menganalisis risiko di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross-sectional dan pendekatan Risk Management

Standard AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian terhadap 24 aktifitas pekerjaan ditemukan adanya bahaya fisik,

bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya ergonomi, bahaya perilaku, bahaya pengorganisasian pekerjaan dan

bahaya lingkungan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.

Hazard Identification and Risk Assesment in Balai Pengobatan Umum and Unit Rumah Bersalin Puskesmas X and Puskesmas Y at Jakarta in 2013

Abstract

Balai Pengobatan Umum and Unit Rumah Bersalin Puskesmas X and Puskesmas Y is provides basic health

services in the community. Health care workers at risk of exposure to blood and body fluids of infected, needlestick injuries, and risks associated with electricity, ergonomics and work organization. The purpose of this study is to identify hazards and analyze the risk in Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X and Puskesmas Y. This research is a descriptive analytic with cross-sectional study design and Risk Management Standard AS / NZS 4360:2004 approach. 24 The results of the work activities found any physical hazards, chemical hazards, biological hazards, ergonomic hazards, hazard behavior, organization of work hazards and environmental hazards that could potentially cause an accident.

Keywords: analysis; health care workers; identification; risk

Pendahuluan

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau

mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan K3 di Fasilitas

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 2: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Kesehatan mencakup upaya K3 diberbagai tempat kerja. Fasilitas Kesehatan, seperti Rumah

Sakit, Puskesmas, Poli-klinik, Rumah Bersalin, Balai Kesehatan, Laboratoruim dan Klinik

Perusahaan. Pemeliharaan K3 di Fasilitas Kesehatan sangatlah penting untuk mendukung baik

bagi masyarakat pekerja, manajemen maupun pengunjung agar dapat hidup dan bekerja

secara aman, sehat serta nyaman.

Pada Undang-Undang No 23 tahun 2003 tentang kesehatan pasal 23 “Upaya keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) harus diselenggarakan ditempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan

paling sedikit 10 orang. Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa Puskesmas termasuk kedalam

criteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak

kesehatan, tidak hanya terhadap petugas kesehatan dan staf puskemas saja, tetapi juga

terhadap pasien maupun penggunjung puskesmas. Sehingga sudah seharusnya pihak

pengelola Puskesmas menerapkan upaya-upaya K3 di Puskesmas (DEPKES, 2006).

The centers for desease control and prevention (CDC) tahun 2008 melaporkan bahwa

terjadi 385.000 luka akibat tertusuk jarum suntik (needle stick Injuries) terjadi setiap tahun

pada pekerja rumah sakit di Amerika (Rohde, 2013).

Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (bloodborne

pathogen) yang dapat menimbulkan infeksi HBV (Hepatitis B Virus), HCV (Hepatitis C

Virus) dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) melalui berbagai cara, salah satunya

melalui luka tusuk jarum (Pruss-Ustun, Rapiti, &Hutin, 2005).

RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung melaporkan kejadian tertusuk jarum baik jarum suntik

maupun jarum jahit merupakan kejadian terbanyak yang dialami oleh para petugas kesehatan.

Tahun 2006, berdasarkan survey terhadap 400 tenaga kesehatan, 54,6% pernah mengalami

kejadian tertusuk jarum. Tahun 2007, didapat pelaporan 22 orang melaporkan tertusuk

jarum.Sedangkan tahun 2008, 12 orang melaporkan tertusuk jarum. Untuk tahun 2009

kejadian tertusuk jarum ada 8 orang. Tidak semua petugas kesehatan yang tertusuk jarum

melaporkan apa yang dialaminya. Rata-rata mereka hanya melaporkan saat tertusuk jarum

pasien dengan kasus infeksi penyakit tertentu (Nurse and Science, 2011).

Banyak alasan petugas kesehatan yang tertusuk jarum tidak melaporkan kecelakaan yang

dialaminya. Hal ini disebabkan takut akan tindakan disiplin, khawatir catatan penilaian

negatif, khawatir akan reputasi, takut diobati, ingin menjaga catatan pribadi yang bersih,

menghindari pertanyaan, melindungi tingkah laku orang lain, dan tidak memahami

pentingnya laporan kecelakaan (Nurse and Science, 2011).

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 3: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Puskesmas X dan Puskesmas Y merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar yang

menekannya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pelayanan kesehatan ini tidak terlepas

dari bahaya di dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan. Kecelakaan kerja

mulai dari tertusuk jarum, terkena percikan spesimen darah, terpercik cairan tubuh pasien,

keseleo dan tersayat patahan ampul obat sering tidak tercatat.

Dari potensi bahaya tersebut maka diperlukan upaya untuk pengendaliannya,

peminimalisasian dan bila mungkin mengeliminasi bahaya yang dapat timbul didalam

pelayanan kesehatan. Oleh karena itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

perlu dikelola dengan baik dalam pelaksanaannya ditingkat Puskesmas agar pasien,

pengunjung, pekerja, staf dan masyarakat sekitar terlindungi dari bahaya.

Puskesmas X dan Puskesmas Y merupakan instansi kesehatan yang melaksanakan

pelayan kesehatan dasar di masyarakat. Berdasarkan observasi awal, ditemukan adanya

kegiatan kerja yang tidak aman seperti postur janggal, terpercik spesimen darah, tertusuk

jarum, cleaning service yang membuang sampah medis dengan tidak menggunakan sarung

tangan. Kegiatan tersebut sangat berisiko menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan

kesehatan pada petugas kesehatan, pasien, maupun petugas kebersihan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko

bahaya pada kegiatan di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan

Puskesmas Y di Jakarta Tahun 2013.

Tinjauan Teoritis Manajemen risiko kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen yang

terintegerasi dalam suatu organisasi,dan merupakan salah satu bagian dari penentu kebijakan.

Sistem kesehatan kerja dibangun di atas keempat komponen yaitu pekerja, lingkungan kerja,

pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja, dengan melakukan manajemen

risiko kesehatan kerja agar setiap komponen menjadi sehat. Konsep dasar manajemen risiko

adalah mengelola risiko dengan segala upaya baik bersifat teknik maupun administratif, agar

risiko menjadi hilang atau minimal sampai ke tingkat yang dapat diabaikan karena tidak lagi

membahayakan.

Identifikasi risiko merupakan langkah dalam proses manajemen risiko untuk

mengidentifikasi apa yang memungkinkan terjadinya penyebab kegagalan (kegagalan proses,

produk, benda, bahan dan lingkungan) dan bagaimana sekenario kegagalan tersebut terjadi.

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 4: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Analisis risiko adalah sistematika penggunaan dari informasi yang tersedia untuk

mengidentifikasi hazard dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap individu, populasi,

bangunan atau lingkungan (Kolluru, 1996).

Inti dari analisis risiko adalah mengenai pengembangan pemahaman tentang risiko.

Dalam analisis risiko terdapat data pendukung yang digunakan sebagai pertimbangan

pengambilan keputusan tentang cara pengendalian yang paling tepat dan paling cost-effective

(AS/NZS 4360:2004). Metode analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi-

kuantitatif, atau kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan

kondisi.

Analisis semi-kuantitatif merupakan metode yang mengkombinasikan antara angka yang

bersifat subjektif pada kecenderungan dan dampak dengan rumus yang menghasilkan tingkat

risiko yang dapat dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan. Metode semi kuantitatif ini

berguna untuk mengidentifikasi dan memberi peringkat dari suatu kejadian yang berpotensi

untuk menimbulkan konsekuensi yang parah, seperti kerusakan peralatan, gangguan terhadap

bisnis, cidera pada manusia dan lain-lain (Kolluru, 1966). Analisis ini mempertimbangkan

kemungkinan untuk menggabungkan dua elemen yaitu likelihood (kemungkinan) dan

exposure (pemaparan) sebagai frekuensi.

Menurut William T. Fine (1971) dalam Mathematical Evaluations For Controling

Hazards ada tiga unsur yang menjadi sumber penilaian dalam analisis semi-kuantitatif yaitu

konsekuensi, exposure, dan likelihood.

Setelah risiko diidentifikasi kemudian ditentukan tingkatan risikonya. Penelitian tingkat

risiko ini merupakan tahap akhir dalam proses analisis risiko, perkiraan tingkat risiko akan

membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanggulangi risiko yang ada. Pada tahun

1971 seorang ilmuwan bernama W.T. Fine menemukan suatu normogram yang lebih dikenal

dengan fine chart yang digunakan untuk menentukan level risiko secara semi-kuantitatif,

selain itu juga W.T. Fine merumuskan metode analisis risiko secara semi-kuantitatif dengan

menggunakan skor (Cross, 1998).

Tingkat risiko pada analisis semi-kuantitatif merupakan hasil perkalian dan konsekuensi,

pemaparan dan probabilitas (William T. Fine, 1971)

Risk = Consequence(C) x Exposure (E) x Likelihood (L)

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 5: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross-sectional untuk

mengetahui tingkat risiko pada proses kerja di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah

Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y di Jakarta Tahun 2013. Pendekatan yang digunakan

pada penelitian ini adalah bersifat semi-kuantitatif, dengan melihat probabilitas, pajanan dan

konsekuensi suatu pekerjaan untuk mengetahui tingkat risikonya, sehingga dapat dilakukan

evaluasi agar dapat dilakukan pengendalian risiko tersebut. Identifikasi risiko pada penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan tools JHA (Job Hazard Analysis).

Penelitian ini dilakukan di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas

X dan Puskesmas Y di Jakarta pada bulan Maret - April Tahun 2013.

Informan penelitian ini adalah karyawan di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah

Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y di Jakarta yang terdiri dari dokter umum, bidan,

perawat, dan petugas kebersihan.

Data primer diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara tidak terstruktur pada

beberapa pekerja di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan

Puskesmas Y di Jakarta Tahun 2013. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data

mengenai metode dan langkah-langkah kerja, bahaya apa saja yang diketahui pekerja dan

kecelakaan apa saja yang sering terjadi.

Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data-data yang ada, antara lain SOP yang

tersedia di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas

Y, profil Puskesmas X dan Puskesmas Y serta data penunjang lainnya. Data tersebut

bermanfaat sebagai data penunjang dalam penilaian probabilitas, eksposure, konsekuensi, dan

tingkat risiko.

Instrumen yang digunakan pada saat pengambilan data dalam penelitian ini adalah

pedoman wawancara, form JHA (Job Hazard Analysis) dan kamera.

Pengolahan data sebagai tahap awal dilakukan berdasarkan hasil wawancara tidak

terstruktur dengan responden yang didokumentasikan sesuai izin responden, hasil observasi

dan data penunjang lainnya.Kemudian diolah berdasarkan analisa semi kuantitatif.

Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan tools JHA (Job Hazard Analysis) agar

dapat diketahui kemungkinan-kemungkinan risiko yang dapat terjadi pada setiap pekerjaan.

Kemudian data-data dalam JHA tersebut diolah dengan menggunakan Fine Chart (W.T Fine)

untuk dapat dicari nilai probabilitas, pajanan , dan konsekuensinya agar dapat diketahui

tingkat risikonya.

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 6: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Untuk menjaga validitas data maka dilakukan triangulasi yang meliputi triangulasi

sumber, triangulasi metode dan triangulasi data.

Hasil Penelitian

Aktifitas kerja di balai pengobatan umum dan unit rumah bersalin Puskesmas X dan

Puskesmas Y terbagi atas aktifitas yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas

kebersihan. Aktifitas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 Aktifitas Kerja

Aktifitas Kerja Puskesmas X Puskesmas Y Mengukur tanda-tanda vital Memasang oksigen Memasang infus Menjahit luka Memindahkan pasien ke brankar Mencuci alat bekas pakai Mensterilkan alat Menggunakan komputer Menggunakan staples Melakukan pemeriksaan kehamilan Melakukan pertolongan persalinan Melakukan penghisapan lendir bayi Melakukan vulva hygiene Memberikan obat injeksi Melakukan pemeriksaan inspekulo/pap smear Menyapu dan membersihkan debu Mengepel Memasang regulator LPG dan menggunakan kompor gas Mencuci peralatan makan dan minum Mencuci alat tenun Menyetrika alat tenun Menggunakan mesin fotocopy Mengelola sampah medis dan jarum bekas pakai Membersihkan kamar mandi

ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

tidak ada ada ada

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 7: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Bahaya yang ada dalam aktifitas kerja di balai pengobatan umum dan unit rumah

bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi,

bahaya ergonomi, bahaya perilaku, bahaya pengorganisasian pekerjaan dan bahaya

lingkungan.

Berikut ini adalah tabel level risiko berdasarkan bahaya yang ditemukan :

Tabel 2. Level Risiko pada tahap Basic Risk

ST : Sangat tinggi P1: Prioritas 1 S: Substansial P3: Prioritas 3 D: Diterima

Analisis dan Evaluasi risiko pada tahap Existing Risk dan Residual Risk berdasarkan

bahaya yang ditemukan pada tiap aktifitas kerja dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1 Existing Risk dan Residual Risk Puskesmas X dan Puskesmas Y

29   26  

0   0  

18  17  

21   19  

7  10  

33   34  

0  

10  

20  

30  

40  

50  

60  

Exis0ng  Risk  Puskesmas  X  

Exis0ng  Risk  Puskesmas  Y  

Residual  Risk  Puskesmas  X  

Residual  Risk  Puskesmas  Y  

Diterima  

Prioritas  3  

Substansial    

Bahaya Jumlah Aktifitas

ST P1 S P3 D

Fisik 18 4 6 3 5 -

Kimia 8 1 5 2 - - Biologi 12 - 10 - 1 -

Ergonomi 12 1 6 3 3 -

Lingkungan 1 1 - - - -

Perilaku 2 - 1 1 - -

Budaya kerja

1 1 - - - -

TOTAL 8 28 9 9 -

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 8: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

Pembahasan

Puskesmas X dan Puskesmas Y merupakan instansi kesehatan dibawah naungan Dinas

Kesehatan DKI Jakarta. Aktifitas pelayanan yang diberikan adalah sama sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan mengenai pelayanan di tingkat

puskesmas.

Pekerjaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Balai Pengobatan Umum dan

Unit Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y meliputi: pengukuran tanda-tanda vital,

pemasangan oksigen, pemasangan infus, menjahit luka, memindahkan pasien ke brankar,

mencuci alat bekas pakai, mensterilkan alat, mengoperasikan komputer, menggunakan

staples, melakukan pemeriksaan kehamilan, melakukan pertolongan persalinan, melakukan

penghisapan lendir bayi, melakukan vulva hygiene, memberikan obat injeksi, dan

pemeriksaan inspekulo/pap smear. Sedangkan petugas kebersihan di Balai Pengobatan Umum

dan Unit Rumah Bersalin Puskesmas Y meliputi: menyapu dan membersihkan debu,

mengepel lantai, memasang regulator LPG (Liquid Petrolium Gas) dan menggunakan kompor

gas, mencuci peralatan makan dan minum, mencuci alat tenun, menyetrika alat tenun,

mengelola sampah medis dan jarum bekas pakai, dan membersihkan kamar mandi. Untuk

petugas kebersihan Puskesmas X pekerjaannya sama dengan petugas kebersihan Puskesmas Y

hanya ditambahkan pekerjaan dengan mesin fotocopy.

Bahaya yang terdapat pada aktifitas kerja di Balai Pengobatan Umum dan Unit Rumah

Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi,

bahaya ergonomi, bahaya perilaku, bahaya pengorganisasian pekerjaan dan bahaya

lingkungan.

Konsekuensi yang terdapat pada aktifitas kerja di Balai Pengobatan Umum dan Unit

Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y adalah kematian, kebakaran, tersengat listrik,

terluka, terkilir, memar, iritasi kulit, iritasi saluran pernafasan, iritasi mata, tertular penyakit

menular, nyeri otot, kelelahan, low back pain, infeksi nosokomial, stress kerja dan

pencemaran lingkungan.

Potensi kebakaran akibat house keeping yang tidak baik dapat terjadi pada proses kerja

dengan menggunakan peralatan listrik seperti oksigen listrik, sterilisator, sertika dan

penggunaan kompor gas. Dengan nilai risiko tertinggi pada penggunaan kompor gas dan

pemasangan regulator yaitu sebesar 3000, tetapi Puskesmas X telah melakukan pengendalian

dengan memperbaiki house keeping, melakukan perawatan pada selang dan regulator,

menggunakan selang dan regulator LPG (Liquid Petrolium Gas) dengan standar yang baik

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 9: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

dan menyediakan APAR. Sedangkan Puskesmas Y telah memiliki sistem proteksi aktif untuk

penanganan kebakaran karena merupakan bangunan dengan tinggi lima lantai,untuk

penggunaan selang dan regulator LPG digunakan yang berstandar baik dan dilakukan

perawatan.

Potensi needlestick injury merupakan potensi risiko yang tidak dapat dihilangkan dari

aktifitas pekerjaan di Puskesmas X dan Puskesmas Y baik yang dilakukan oleh dokter,

perawat, bidan dan petugas kesehatan. Meskipun kasus ini tidak secara langsung

menimbulkan kematian akan tetapi dikemudian hari dapat mengakibatkan kematian seiring

dengan perjalanan keparahan penyakit. Nilai risiko tertinggi pada kasus ini terjadi pada

pekerjaan memberikan obat secara injeksi yaitu sebesar 300 (prioritas 1). Puskesmas X dan

Puskesmas Y telah melakukan pengendalian dengan menyediakan SOP cara penggunaan

jarum suntik atau memberikan obat secara injeksi.

Pengendalian risiko yang telah dilakukan Puskesmas X yaitu mengadakan pelatihan

pencegahan infeksi , menyediakan SOP pada setiap aktifitas kerja, tersedia Instalasi

Pembuangan Air Limbah, pengelolaan limbah medis dan jarum suntik dilakukan oleh pihak

ketiga, menyediakan safety box untuk limbah jarum suntik, menyediakan wastafel, hand wash

dan hand sanitizer, pemasangan poster cuci tangan, membedakan antara sampah organik,

sampah anorganik dan sampah medis, menyediakan APAR, menyediakan APD berupa face

shield, google, masker, hand scoen, sarung tangan lateks, apron dan sepatu boot.

Pengendalian risiko yang telah dilakukan Puskesmas yaitu mengadakan pelatihan

pencegahan infeksi , menyediakan SOP pada setiap aktifitas kerja, adanya komitmen

pengaturan jam kerja yaitu 8 jam kerja per hari, tersedia Instalasi Pembuangan Air Limbah,

pengelolaan limbah medis dan jarum suntik dilakukan oleh pihak ketiga, menyediakan

adjustable brankar, menyediakan wastafel, hand wash dan hand sanitizer, memasangan

poster cuci tangan, menyediakan safety box untuk limbah jarum suntik, membedakan antara

sampah organik, sampah anorganik dan sampah medis, menyediakan sistem proteksi aktif

terhadap kebakaran yang terdiri dari detektor panas dan asap, sprinkler, hydrant dan APAR ,

menyediakan APD berupa face shield, google, masker, hand scoen, sarung tangan lateks,

apron dan sepatu boot.

Kesimpulan

Bahaya yang terdapat pada aktifitas pekerjaan di Balai Pengobatan Umum dan Unit

Rumah Bersalin Puskesmas X dan Puskesmas Y yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 10: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

biologi, bahaya ergonomi,bahaya perilaku, bahaya lingkungan dan bahaya pengorganisasian

pekerjaan. Puskesmas X dan Puskesmas Y telah melakukan berbagai upaya untuk

meminimalisir risiko yang dapat timbul akibat bahaya yang ada. Upaya tersebut akan

maksimal jika ada komitmen dari tingkat manajemen hingga pekerja untuk menanamkan

budaya K3 disetiap aktifitas kerja.

Saran Saran Bagi Pekerja

Bekerja sesuai dengan instruksi kerja atau SOP yang telah ditetapkan, menerapkan

universal precaution sebagai upaya pencegahan infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan

setelah memeriksa pasien walaupun jumlah pasien yang dilayani banyak, melakukan

stretching pada pekerjaan yang bersifat monotone dan lama untuk menghindari nyeri otot dan

kelehahan, melakukan blinking more often saat bekerja dengan layar komputer, makan dan

minum pada tempat yang telah disediakan, memaksimalkan penggunaan alat pelindung diri

dengan tepat, menanamkan pemahaman bahwa keselamatan harus dimulai dari diri sendiri,

dan menanamkan prinsip bahwa semua orang memiliki kemungkinan menderita penyakit

menular sehingga bekerja lebih hati-hati.

Saran Bagi Manajemen Puskesmas X dan Puskesmas Y

Menerapkan Safety Leadership , menyediakan SOP penanganan awal tertusuk jarum

suntik, menyediakan SOP untuk pekerjaaan yang dilakukan oleh petugas kebersihan

meskipun petugas kebersihan adalah karyawan outsourching, melakukan peningkatan

sosialisasi SOP terutama pada karyawan baru dan mahasiswa magang, membuat pencatatan

dan pelaporan tersendiri untuk kasus kecelakaan kerja pada petugas kesehatan agar dapat

dievaluasi dan ditangani dengan segera, melakukan program pemeriksaan kesehatan berkala

pada petugas kesehatan baik pada pegawai negeri sipil maupun karyawan kontrak puskesmas

dan petugas kebersihan, melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, memberikan

label cara penggunaan APAR dan memperbaiki tata letaknya serta melakukan perawatan dan

menggantinya saat sudah melebihi batas kadaluarsa. Untuk Puskesmas Y yang telah memiliki

sistem proteksi aktif hendaknya dilakukan perawatan dan pengecekan secara berkala,

meningkatkan pengawasan pada setiap aktifitas kerja yang dilakukan untuk mengindari

terjadinya kecelakaan, meningkatkan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 11: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

karyawan, dan tata letak yang baik sehingga jalur evakuasi tidak terhalang oleh barang-

barang.

Daftar Referensi

1. Afridi, A.A.K, Kumar, A., Sayani, R. (2013). Needle stick injuries – risk and preventive factors: a study among health care workers in tertiary care hospitals in pakistan. Global Journal of Health Science, 5 (4), 85-92.

2. Australian/New Zeland Standard. Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004. Juni 6, 2013.   http://infostore.saiglobal.com/store/details.aspx?ProductID=569006

3. Chambers et al. (2013). Evaluating the implementation of health and safety

innovations under a regulatory context: A collective case study of Ontario’s safer needle regulation. Implementation science. Februari 11, 2013. http://www.implementationscience.com/content/8/1/9

4. Cross, J. AS/NZS 4360 Risk Management. School of Safety Science University of

New South Wales. Maret 10, 2013.  http://www.acera.unimelb.edu.au/materials/papers/Cross2006.pdf  

5. Departemen Kesehatan RI. (2009). Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di

Rumah Sakit (K3 RS), Jakarta Indonesia.

6. Departemen Kesehatan RI.(2006). Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3 IFRS), Jakarta Indonesia.

7. Djunaedi, Zulkifli. 2005. Prinsip Dasar Manajemen Risiko (Risk Management). FKM

: UI, Depok 8. Fine, T. William. (1971). Mathematical Evaluations for Controlling Hazards. Maret 8,

1971. Naval Ordnance Laborator

9. Gyawali, S. Devendra, S.R. (2013). Strategies and challenges for safe injection practice in developing countries. Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics, 4, 8-12.

10. Gyawali, S., Rathore, D.S., Bhuvan, K.C., Shankar, P.R. (2013). Study of status of

safe injection practice and knowledge regarding injection safety among primary health care workers in Baglung district, western Nepal. BMC International Health and Human Right 2013. Februari 11, 2013. http://www.biomedcentral.com/1472-698X/13/3

11. Kolluru, V. Rao, et. Al. (1996). Risk Assesment and Management Handbook. New York, Mc Graw Hill Inc.

12. Kumar, R.B, Rahman, Z.U. (2012). Needle free injection systems. International

Journal of Pharmacetical Science and Research, 4 (1), 132-147.

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 12: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

13. Kurniawidjaja, L.M.( 2011). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta :UI Press.

14. Nurse and Science (2011). Penanganan tertusuk jarum di kamar operasi. Maret, 10 2013. http://cintabedah.blogspot.com/2011/10/penanganan-tertusuk-jarum-di-kamar.html

15. Prüss-üstün A, Rapiti E, Hutin Y. Sharp Injuries: Global burden of disease from

sharps injuries to health-care workers. Environmental Burden of Disease Series, No. 11. Geneva:World Health organization 2005.  

16. Park. K.O. (2007). Social support for stress prevention in hospital setting. The Journal

of the Royal Society for the Promotion of Health, 127, 260-264.

17. Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat

18. Ramli, S. 2010. Sistem Manajeman Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.

Jakarta : Dian Rakyat

19. Rohde, K.A., Dupler, A.E., Postma, J., & Sanders, A. (2013). Minimizing nurse’s risk for needle stick injuries in the hospital setting. Workplace Health Saf, 61 (5), 197-202.

20. Rybackin, M, et. al (2013). Work safety among polish health care workers in respect

of exposure to bloodborne pathogens. Instytut Medycyny Pracy im. prof. J. Nofera w Łodzi. Juni 11, 2013.http://medpr.imp.lodz.pl

21. Sari, S.Y.I, et.al (2011). Knowledge, attitude and perceived adherence with universal

precautions among health care workers in the obstetrics gynecology department of an Indonesian. International Journal of Infection Control, V7:i4

22. Seyoum, A., Legesse, M. (2013). Knowledge of tuberculosis (TB) and human

immunodeficiency virus (HIV) and perception about provider initiated HIV testing and counselling among TB patients attending health facilities in Harar town, Eastern Ethiopia. BMC International Health and Human Right 2013. Februari 11, 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/12

23. Standard Australia International. Ltd. 2004. OHS Risk Management Handbook.

Sydney: Australia

24. Tawfik, A.T, et.al. (2013). Standard precautions and infection control, medical students' knowledge and behavior at a Saudi University: the need for change. Global Journal of Health Science, 5(4), 114-125.

25. Undang-Undang No 23 tahun 2003 tentang kesehatan pasal 23.

26. Vincent,C., et.al. (1998). Framework for analysing risk and safety in clinical medicine. British Medical Journal, 316.7138, 1154-1157.

27. Virkkunen, H., Harma, M. (2007). Shift work, occupational nise and physical

workload with ensuring development of blood pressure and their joint effect on the

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013

Page 13: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO DI BALAI

risk of coronary heart disease. Scandinavian Journal of Work, Environment & Health, 33, 425-234.

28. Welch, C.E., McPhaul, K.M. (2013). The timing and type of nursing staff

occupational injury and illness incidents, veteran health administration, 2002-2011: a retrospective, population-based, descriptive analysis. Journal of Nursing Education and Practice, 3 (3), 13-26.

29. Zurc, J (2011). The connection between exertion and the prevalence of low back pain

among hospital staff. Zdrav, 51, 207-222.

   

 

Identifikasi bahaya…, Irventi Susilowati, FKM UI, 2013