1
~ibunJabar o Sabtu 0 Minggu 14 29 15 23 19 o Se/asa o Rabu o Kamis Jumat 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 <&2 25 26 o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs 12 13 27 28 OPeb .Se.o OOkt ONov Runtuhnya Kebudayaan Sunda dan eara Menegakka nya ISU ambruknya budaya Sunda, dan tidak tertutup kemungkinan budaya etnis lainnya, sebetulnya sudah menjadi isu lama. Namun karena kebudayaaan sangat strategis dalam kehidupan masyarakat, isu ten tang mundurnya kebudayaan selalu aktual untuk didisku- sikan. Program Magister Pendi- dikan Budaya Sunda Uni- versitas Pendidikan Indone- sia (UPI)dan Yayasan Ran- cage menggelar seminar "Etnopedagogik dan Pe- ngembangan Budaya Sun- da", di UPI, Kamis (23/9). Empat orang jadi pembica- ra, yakni Prof Dr Sunaryo Kartadinata (Rektor UPI), Prof Dr Der Soz Gumilar Rusliwa Somantri (Rektor UI), Prof Dr Ir Ganjar Kur- nia DEA (Rektor Unpad), dan budayawan AjipRosidi. YAYASAN Rancage bekerja.sama dengan keluarga Hardjapamekas serta didukungoleh UPI, menganugerahkan HadiahHardjapamekas 2009 kepada tlga orang guruyangberjasa dalam mengajarkanbasa Sunda. Hadiahini merupakan kepedulian Hardjapamekas,seorang pakar bahasa Jerman yangmengajardi UPI terhadapjasa-jasa para guru bahasa Sunda dalam inovasi mengajarkanbasa Sunda di sekolah. Ketigaguru yang dianugrahihadiah itu adalah: • Kategori Guru SD SUNTAATMAJA Guru8asa SundaSDN MulyasariIUPTDTK, KecamatanCiampel, Karawang. • Kategori Guru SMP DANINGS1H KURNIASARI GuruBasasunca SMPNI Depok,KotaDepok • Kategorl Guru SMA RAYUDIN GuruBasa SundaSMKN 4 Sukabumi,Kota Sukabumi. TRIBUN JABAR/CECEP BURDANSYAH BUDAYA SUNDA· Rektor UI Prof Or Der Soz Gumilar Rusliwa Somantri berdampingan dengan Rektor Unpad Prof Or Ir Ganjar Kurnia DEA, duduk di depan peserta seminar sebelum mereka memaparkan pikirannya, dalam seminar "Etnopedagogik dan Pengembangan Budaya Sunda" di UPI, Kamis (23/9). I Para pembicara hampir senada menyebutkan buda- ya Sunda sudah lama gering nangtung ngalanglayung. Indikasinya bisa dilihat dari penggunaan bahasa Sunda di masyarakat dan apresiasi terhadap kesenian Sunda. Menurut Gumilar, di kam- pung-kampung di Tasikma- laya, orang sebayanya (usia 40 tahunan) di antara seba- yanya masih berbicara ba- hasa Sunda, tapi dengan anak-anaknya mereka ber- komunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Ganjar Kurnia bahkan mendata, [awa Baratmemi- liki kurang lebih 300 jenis kesenian. Sekarang kondi- sinya, 200 kesenian telah wafat, 50 sakarat ahir, 30 sakarat atoal, 10ngos-ngosan, dan hanya sekitar 10 lagi yang masih hidup. Menurut Ajip Rosidi, yang seluruh hidupnya dibaktikan untuk meneliti dan mengembangkan bu- daya Sunda,kondisibudaya Sunda, terutama bahasa dan keseniannya yang di am- bang punah, dipicu oleh fungsi pendidikan yang salah. "Di negara mana pun, fungsi pendidikan itu untuk mewariskan kebudayaan, bukan untuk tujuaanlain.Di Indonesia, fungsi pendidik- an sudah salah sejak awal, fungsinya tidak sesuai, ti- dak membuat anak didik- nya kenal apalagi bisa mengakses sumber buda- yanya.Bapak-bapakpendiri bangsa membuat pendi- dikan ini berfungsi mewa- riskan kebudayaan barat," kata Ajip di hadapan ratus- an guru bahasa Sunda. Apa yang disampaikan Ajip paralel dengan yang disampaikan GanjarKurnia. Menurut Ganjar, kalau ada kesenian masih hidup itu karena tergantung pada qr- ang,bukantegantungpada sistem. Contohnya kalau pejabat suka Cianjuran, Cianjuran itu hidup karena sering ditanggap. "Yang lebih konkret di Unpad, karena saya rektor- nya suka dengan kesenian Sunda, maka seni Sunda hidup tiap bulan ada page- laran. Padahal seharusnya tidak begitu, karena kese- nian Sunda di Unpad ada dalam renstra (rencana strategisnya), jadi siapa pun rektornya hausnya seni Sunda tetep hidup dan ber- kembang," kata Ganjar. Ganjar menawarkan so- lusi yang cukup praktis dan bisa dilakukan oleh siapa pun asal ada kernauan. Di tingkat lembaga pendidik- an, menurut Ganjar, seko- lah di Jawa Barat harus jadi pusat kesenian. "Tapi jangan kesenian ekspor, maksudnya kese- nian yang dihidupkannya itu ditentukan oleh pejabat, misalnya harus degung semua. Itu tak akan me- motivasi anak didik untuk mau belajar kesenian. Yang dikembangkan di sekolah harus kesenian yang hidup dilingkungannya," katanya. Pola yang sama dilaku- kan di masyarakat, misal- nya mulai dari lingkungan RT dan RW. Pergelarkan kesenian Sunda yang hidup di daerahnya, dan tak perlu berpikir soal gedung kese- nian. "Bila perlu, pergelaran diadakan di jalan, bikin panggung sederhana. Kalau harus selalu berpikir di gedung kesenian, apalagi mengandalkan proposal ke pemerintah, sampai kapan pun tak akan jalan," ujar Ganjar. Ratusan Guru yang me- nyirnak paparan tiga rektor dan satu orang budayawan ini cukup antusias walau- pun agak siang mulai ga- duh. Beberapa gurlJmenilai cukup mendapat pengaya- an wawasan. Di antara beberapa guru tak sedikit yang sudah mela anakan apa yang dikata an oleh GanjarKurnia. Sule,seorang guru SMPdariTasikmalaya, misalnya, bukan saja sudah menghidupkan kesenian di sekolahnya, tapi juga sudah membuat sangggar seni dengan peminat y g jurn- lahnya ratusan orang. "Saya sudah sejak tahun 1980-an mewujud an apa yang disampaikan PakGan- jar," katanya. Namun harus dakui, gu- ru seperti Sule memang masih bisa dihitung dengan jari. (cep) Kliping Humas Unpad 2010 1-

~ibunJabar - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/tribunjabar... · "Bila perlu, pergelaran diadakan di jalan, bikin panggungsederhana.Kalau harus selalu

  • Upload
    dodiep

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ~ibunJabar - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/tribunjabar... · "Bila perlu, pergelaran diadakan di jalan, bikin panggungsederhana.Kalau harus selalu

~ibunJabaro Sabtu 0 Minggu

1429

152 319

o Se/asa o Rabu o Kamis • Jumat

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 <&2 25 26oMar OApr OMei OJun OJul OAgs

12 1327 28

OPeb .Se.o OOkt ONov

Runtuhnya Kebudayaan Sunda dan eara Menegakka nyaISU ambruknya budayaSunda, dan tidak tertutupkemungkinan budaya etnislainnya, sebetulnya sudahmenjadi isu lama. Namunkarena kebudayaaan sangatstrategis dalam kehidupanmasyarakat, isu ten tangmundurnya kebudayaanselalu aktual untuk didisku-sikan.Program Magister Pendi-

dikan Budaya Sunda Uni-versitas Pendidikan Indone-sia (UPI) dan Yayasan Ran-cage menggelar seminar"Etnopedagogik dan Pe-ngembangan Budaya Sun-da", di UPI, Kamis (23/9).Empat orang jadi pembica-ra, yakni Prof Dr SunaryoKartadinata (Rektor UPI),Prof Dr Der Soz GumilarRusliwa Somantri (RektorUI), Prof Dr Ir Ganjar Kur-nia DEA (Rektor Unpad),dan budayawan AjipRosidi.

YAYASAN Rancagebekerja.sama dengankeluarga Hardjapamekasserta didukungoleh UPI,menganugerahkanHadiahHardjapamekas2009 kepada tlga orangguruyang berjasa dalammengajarkanbasaSunda. Hadiahinimerupakan kepedulianHardjapamekas,seorangpakar bahasa Jermanyangmengajardi UPIterhadap jasa-jasa paraguru bahasa Sundadalam inovasimengajarkanbasa Sundadi sekolah. Ketigaguruyang dianugrahihadiahitu adalah:• Kategori Guru SDSUNTAATMAJAGuru8asa SundaSDNMulyasariI UPTDTK,KecamatanCiampel,Karawang.• Kategori Guru SMPDANINGS1HKURNIASARIGuruBasa sunca SMPNIDepok,KotaDepok• Kategorl Guru SMARAYUDINGuruBasa Sunda SMKN4 Sukabumi,KotaSukabumi.

TRIBUN JABAR/CECEP BURDANSYAH

BUDAYA SUNDA· Rektor UI Prof Or Der Soz Gumilar RusliwaSomantri berdampingan dengan Rektor Unpad Prof Or Ir GanjarKurnia DEA, duduk di depan peserta seminar sebelum merekamemaparkan pikirannya, dalam seminar "Etnopedagogik danPengembangan Budaya Sunda" di UPI, Kamis (23/9).

IPara pembicara hampirsenada menyebutkan buda-ya Sunda sudah lama geringnangtung ngalanglayung.Indikasinya bisa dilihat daripenggunaan bahasa Sundadi masyarakat dan apresiasiterhadap kesenian Sunda.Menurut Gumilar, di kam-pung-kampung di Tasikma-laya, orang sebayanya (usia40 tahunan) di antara seba-yanya masih berbicara ba-hasa Sunda, tapi dengananak-anaknya mereka ber-komunikasi menggunakanbahasa Indonesia.Ganjar Kurnia bahkan

mendata, [awa Barat memi-liki kurang lebih 300 jeniskesenian. Sekarang kondi-sinya, 200 kesenian telahwafat, 50 sakarat ahir, 30sakarat atoal, 10ngos-ngosan,dan hanya sekitar 10 lagiyang masih hidup.Menurut Ajip Rosidi,

yang seluruh hidupnyadibaktikan untuk menelitidan mengembangkan bu-daya Sunda, kondisi budayaSunda, terutama bahasa dankeseniannya yang di am-bang punah, dipicu olehfungsi pendidikan yangsalah."Di negara mana pun,

fungsi pendidikan itu untuk

mewariskan kebudayaan,bukan untuk tujuaan lain.DiIndonesia, fungsi pendidik-an sudah salah sejak awal,fungsinya tidak sesuai, ti-dak membuat anak didik-nya kenal apalagi bisamengakses sumber buda-yanya. Bapak-bapak pendiribangsa membuat pendi-dikan ini berfungsi mewa-riskan kebudayaan barat,"kata Ajip di hadapan ratus-an guru bahasa Sunda.Apa yang disampaikan

Ajip paralel dengan yangdisampaikan GanjarKurnia.Menurut Ganjar, kalau adakesenian masih hidup itukarena tergantung pada qr-ang,bukantegantungpadasistem. Contohnya kalaupejabat suka Cianjuran,Cianjuran itu hidup karenasering ditanggap."Yang lebih konkret di

Unpad, karena saya rektor-nya suka dengan kesenianSunda, maka seni Sundahidup tiap bulan ada page-laran. Padahal seharusnyatidak begitu, karena kese-nian Sunda di Unpad adadalam renstra (rencanastrategisnya), jadi siapa punrektornya hausnya seniSunda tetep hidup dan ber-kembang," kata Ganjar.

Ganjar menawarkan so-lusi yang cukup praktis danbisa dilakukan oleh siapapun asal ada kernauan. Ditingkat lembaga pendidik-an, menurut Ganjar, seko-lah di Jawa Barat harus jadipusat kesenian."Tapi jangan kesenian

ekspor, maksudnya kese-nian yang dihidupkannyaitu ditentukan oleh pejabat,misalnya harus degungsemua. Itu tak akan me-motivasi anak didik untukmau belajar kesenian. Yangdikembangkan di sekolahharus kesenian yang hidupdi lingkungannya," katanya.Pola yang sama dilaku-

kan di masyarakat, misal-nya mulai dari lingkunganRT dan RW. Pergelarkankesenian Sunda yang hidupdi daerahnya, dan tak perluberpikir soal gedung kese-nian."Bila perlu, pergelaran

diadakan di jalan, bikinpanggung sederhana. Kalauharus selalu berpikir digedung kesenian, apalagimengandalkan proposal kepemerintah, sampai kapanpun tak akan jalan," ujarGanjar.Ratusan Guru yang me-

nyirnak paparan tiga rektordan satu orang budayawanini cukup antusias walau-pun agak siang mulai ga-duh. Beberapa gurlJmenilaicukup mendapat pengaya-an wawasan. Di antarabeberapa guru tak sedikityang sudah mela anakanapa yang dikata an olehGanjarKurnia. Sule,seorangguru SMPdari Tasikmalaya,misalnya, bukan saja sudahmenghidupkan kesenian disekolahnya, tapi juga sudahmembuat sangggar senidengan peminat y g jurn-lahnya ratusan orang."Saya sudah sejak tahun

1980-an mewujud an apayang disampaikan PakGan-jar," katanya.Namun harus dakui, gu-

ru seperti Sule memangmasih bisa dihitung denganjari. (cep)

Kliping Humas Unpad 2010

1-