37
1 LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN DBD DI KELURAHAN BULU LOR KOTA SEMARANG Oleh : KRISWIHARSI KUN SAPTORINI, SKM, M.KES (EPID) AGUS PERRY KUSUMA, SKG, M.KES Dibiayai oleh Universitas Dian Nuswantoro dengan No. Kontrak : 004/ A.35-02/UDN-09/I/2012 Tahun Anggaran : 2011/ 2012 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG AGUSTUS, 2012 PENGABDIAN MASYARAKAT- IbM

IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

  • Upload
    hahanh

  • View
    274

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

1

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM

PENCEGAHAN DBD DI KELURAHAN BULU LOR

KOTA SEMARANG

Oleh :

KRISWIHARSI KUN SAPTORINI, SKM, M.KES (EPID)

AGUS PERRY KUSUMA, SKG, M.KES

Dibiayai oleh Universitas Dian Nuswantoro dengan

No. Kontrak : 004/ A.35-02/UDN-09/I/2012 Tahun Anggaran : 2011/ 2012

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

AGUSTUS, 2012

PENGABDIAN

MASYARAKAT- IbM

Page 2: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

2

HALAMAN PENGESAHAN

Judul IbM : IbM Pelatihan Kader Kesehatan dalam Pencegahan DBD di Kelurahan Bulu

Lor Kota Semarang

1. Mitra Program IbM : Kelurahan Bulu Lor Kota Semarang

2. Ketua Tim Pengusul

a. Nama

b. NIP

c. Jabatan/Golongan

d. Jurusan/Fakultas

e. Perguruan Tinggi

f. Bidang Keahlian

g. Alamat Kantor/Telp/Faks/E-mail

h. Alamat Rumah/Telp/Faks/E-mail

: Kriswiharsi K.S., SKM, M.Kes (Epid)

: 0686.11.2000.292

: Dosen tetap

: Kesehatan Masyarakat/ Kesehatan

: Universitas Dian Nuswantoro

: Kesehatan

: Jl. Nakula I No. 5-11

: Jl. Ngablak RT 8 RW 4 Semarang

3. Anggota Tim Pengusul

a. Jumlah Anggota

b. Nama Anggota I/bidang keahlian

c. Mahasiswa yang terlibat

: Dosen 1 orang,

: Agus Perry K, SKG, M.Kes /Kesehatan

: 2 orang

4. Lokasi Kegiatan/Mitra

a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan)

b. Kabupaten/Kota

c. Propinsi

d. Jarak PT ke lokasi mitra (km)

: Kelurahan Bulu Lor

: Kota Semarang

: Jawa Tengah

: 3 Km

5. Luaran yang dihasilkan : Peningkatan pengetahuan

5. Jangka waktu Pelaksanaan 4 Bulan

7.

8.

Biaya Total

- Dikti

- Sumber lain (LP2M UDINUS)

: Rp. 2.500.000 ,-

: ----

: Rp. 2.500.000 ,-

Mengetahui,

Dekan

Dr.dr. Sri Andarini I, M.Kes

NPP : 0686.20.2007.346

Semarang, 16 Agustus 2012

Ketua Tim Pengusul

Kriswiharsi K.S, SKM, M.Kes

Npp : 0686.11.2000.292

Mengetahui

Ketua LP2M Udinus

Tyas Catur Pramudi. S.Si, M.Kom

NPP. 0686.11.1993.041

Page 3: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kegiatan pengabdian

masyarakat dengan judul ” IbM Pelatihan Kader Kesehatan dalam Pencegahan

DBD di Kelurahan Bulu Lor Kota Semarang” dapat diselesaikan dengan baik

dan lancar. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai perwujudan Tri Dharma

Perguruan Tinggi Universitas Dian Nuswantoro bagi masyarakat.

Dengan berlangsungnya kegiatan ini, penyusun menyampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu berlangsungnya kegiatan

pengabdian masyarakat ini, yaitu kepada Lurah Bulu Lor, Tim Penggerak PKK

Kelurahan Bulu Lor serta Rektor Universitas Dian Nuswantoro yang telah

berkenan memberikan dana penyelenggaraan kegiatan ini.

Semoga kegiatan ini dapat memberi manfaat seperti yang diharapkan dan

mendukung kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi selanjutnya.

Semarang, Agustus 2012

Penyusun

Page 4: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

4

RINGKASAN

Insidensi demam berdarah dengue (DBD) meningkat pada musim

hujan dan menurun pada saat akhir musim hujan. Upaya yang telah dilakukan

pemerintah terhadap pencegahan dan penanggulangan DBD selalu

ditingkatkan, salah satu diantaranya adalah penyuluhan. Dalam kegiatan

survei rumah tangga yang dilakukan peneliti pada RW 1-5 Kelurahan Bulu

Lor sejumlah 91 KK diperoleh 3,3% responden menyatakan bahwa DBD

muncul karena tidak dilakukannya foging secara rutin, padahal ada wilayah

Bulu Lor yang dinyatakan secagai daerah endemis DBD. Pencegahan DBD

dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup nyamuk dengan menekankan

pada pembersihan sumber larva. Hal ini membutuhkan keterlibatan seluruh

lapisan masyarakat. Penyadaran masyarakat melalui penyuluhan langsung

mungkin akan lebih efektif jika dilakukan oleh kader kesehatan.

Pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dimiliki berkaitan dengan

penyakit DBD ini adalah mengenai konsep-konsep penyakit DBD,

penatalaksanaan penderita secara sederhana, upaya-upaya pencegahan dan

pemberantasan terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan

sekitar tempat tinggal sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

memperbaiki perilakunya terhadap keadaan lingkungan agar penyakit DBD

dapat ditekan dan dicegah secara lebih dini.

Sasaran kegiatan ini adalah kader kesehatan di wilayah Kelurahan Bulu

Lor dengan jumlah target sasaran 26 orang. Persentase kehadiran kader dalam

kegiatan ini sebesar 88%. Hal ini menunjukkan bahwa antusisme terhadap

kegiatan ini sudah mencapai target yaitu 85%.

Hasil pretest dan post test menunjukkan adanya peningkatan

pengetahuan kader kesehatan dinilai dari peningkatan nilai rata-rata skor

pretest yaitu 54 menjadi 85 pada post test. Semua kader kesehatan (100%)

mengalami peningkatan nilai skor sebelum penyuluhan dibandingkan sesudah

penyuluhan.

Page 5: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Lokasi Kelurahan Bulu Lor

Lampiran 2 Surat Keterangan Kegiatan Pengabdian

Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 4 Materi Kegiatan

Page 6: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema metode penerapan …………………………….. 20

Page 7: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

7

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Laporan .................................................................... ii

Ringkasan .................................................................................................. iii

Kata Pengantar .......................................................................................... iv

Daftar Isi .................................................................................................... v

Daftar Gambar ........................................................................................... vi

Daftar lampiran ......................................................................................... vii

Bab I Pendahuluan .................................................................................... 1

Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................... 5

Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 19

Bab IV Metode Penerapan ....................................................................... 20

Bab V Hasil dan Pembahasan ................................................................. 22

Bab VI Kesimpulan dan Saran ................................................................ 27

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 8: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Insidensi demam berdarah dengue (DBD) meningkat pada musim

hujan dan menurun pada saat akhir musim hujan. Angka kematian (case

fatality rate) cenderung menurun, hal ini karena tingkat pelayanan kesehatan

makin baik.(1-4) Vektor utama DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, selain itu

yang dapat menularkan DBD adalah Aedes albopictus dan Aedes

scuyellaris.(2,4) Dalam usaha pengendalian DBD adalah dengan pengendalian

vektor penyakit. Usaha tersebut adalah dengan mendalami perilaku vektor,

siklus hidup, ekologi, bionomi vektor. (2)

Masalah DBD erat kaitannya dengan masalah perilaku, dimana tingkat

pengetahuan masyarakat memegang peranan penting. Upaya yang telah

dilakukan pemerintah terhadap pencegahan dan penanggulangan DBD selalu

ditingkatkan, salah satu diantaranya adalah penyuluhan. Namun demikian

masih saja terjadi salah persepsi oleh sebagian besar masyarakat dimana

masyarakat masih “fogging mania”, sehingga kalau wilayahnya belum

disemprot (fogging) rasanya belum puas. Padahal fogging atau pengasapan

dengan insektisida tersebut hanya dapat membunuh nyamuk dewasa dan

memerlukan biaya yang cukup tinggi. (5)

Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2010 sebanyak 5.556 kasus

dengan 47 kematian. Jumlah tersebut mengalami kenaikan yang cukup

signifikan dari Tahun 2009 yang mencapai 3.883 kasus atau naik 43%. Kasus

DBD Tahun 2010 juga merupakan kasus tertinggi 3 tahun terakhir dan

tertinggi selama ada DBD di Kota Semarang. Kasus DBD bulan Maret, April,

Agustus, Oktober dan Nopember 2010 merupakan bulan dengan kasus DBD

tertinggi 3 tahun terakhir. (6)

Data IR DBD menunjukkan hampir seluruh kelurahan di Kota

Semarang di atas target nasional (< 55/100.000 penduduk) dan target Kota

Page 9: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

9

Semarang (< 260/100.000 penduduk). IR DBD Puskesmas Bulu Lor bahkan

mencapai 368,78/ 100.000 penduduk. Angka kematian (CFR) DBD di Bulu

Lor mencapai 1,04% diatas Kota Semarang 0,85%. (6)

Hasil wawancara dengan kepala kelurahan menyatakan bahwa demam

berdarah masih merupakan masalah kesehatan yang meresahkan karena dapat

menyebabkan kematian penderita dan wilayah Kelurahan Bulu Lor (RW 2,3,

6,8 dan 10) adalah daerah endemis DBD karena pemukimannya relatif padat.

Hasil wawancara dengan ketua FKD merangkap koordinator kader di

kelurahan Bulu Lor menyatakan bahwa kegiatan posyandu berjalan dengan

baik pada 11 posyandu dengan 131 kader yang aktif, selain itu Kelurahan

Bulu Lor juga ditetapkan oleh Dinkes Kota Semarang sebagai daerah endemis

demam berdarah sehingga dilakukan pemantauan jentik berkala oleh kader

maupun masyarakat sebagai sukarelawan juru pantau jentik. Namun selama

ini pelatihan tentang pencegahan DBD untuk meningkatkan pengetahuan

kader belum pernah dilakukan. Wawancara dengan Kepala Puskesmas

menyatakan bahwa peran serta masyarakat di wilayah pelayanan Puskesmas

Bulu Lor sampai saat ini menunjukkan situasi yang kondusif, yang makin

mendorong kinerja puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jenis dan jumlah masyarakat

yang terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Bulu Lor

yang terdiri dari Kader Posyandu maupunTokoh Masyarakat.

Dalam kegiatan survei rumah tangga yang dilakukan peneliti pada RW

1-5 Kelurahan Bulu Lor sejumlah 91 KK diperoleh 3,3% responden

menyatakan bahwa DBD muncul karena tidak dilakukannya foging secara

rutin, padahal ada wilayah Bulu Lor yang dinyatakan secagai daerah endemis

DBD. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Bulu Lor

masih mempunyai ketergantungan terhadap program foging, kemungkinan hal

ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang penyebab DBD. Bahkan

pada komponen pencegahan DBD, secara keseluruhan perilaku pencegahan

DBD belum cukup baik yang ditunjukkan 30,8% frekuensi membersihkan

tempat penampungan air tidak teratur, 50,5 % tidak menutup TPA, 17,6%

Page 10: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

10

membersihkan TPA hanya dengan dibilas kemudian diisi air, 58,2% tidak

melakukan upaya perkembangbiakan nyamuk, 12,1% tidak melakukan upaya

menghindari gigitan nyamuk.

Pencegahan DBD dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup

nyamuk dengan menekankan pada pembersihan sumber larva. Hal ini

membutuhkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat agar pemberantasan

nyamuk dapat bersifat lebih panjang dan berkesinambungan. Penyadaran

masyarakat melalui penyuluhan langsung mungkin akan lebih efektif jika

dilakukan oleh kader kesehatan atau tokoh masyarakat sebagai panutan yang

terlibat langsung dalam kegiatan kemasyarakatan.

Kader kesehatan merupakan pembawa misi pembangunan kesehatan

ditingkat paling bawah yang merupakan kepanjangan tangan dari puskesmas

atau Dinas Kesehatan. Kader kesehatan adalah sukarelawan yang berasal dari

masyarakat yang peduli terhadap kesehatan warga sekitarnya. Sampai saat ini

kader kesehatan terkadang menjadi sumber rujukan bagi penanganan berbagai

masalah kesehatan, termasuk DBD. Oleh karena itu kader harus dibekali

pengetahuan dan keterampilan yang cukup yang diperoleh melalui kegiatan

pelatihan sehingga timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan tugas

sebagai kader dalam melayani masyarakat terutama segala sesuatu yang

berkaitan dengan DBD sehingga timbul kepercayaan diri untuk dapat

melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat terutama

dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan DBD.

Pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dimiliki berkaitan dengan

penyakit DBD ini adalah mengenai konsep-konsep penyakit DBD,

penatalaksanaan penderita secara sederhana, upaya-upaya pencegahan dan

pemberantasan terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan

sekitar tempat tinggal sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

memperbaiki perilakunya terhadap keadaan lingkungan agar penyakit DBD

dapat ditekan dan dicegah secara lebih dini.

Page 11: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

11

B. Permasalahan Mitra

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah adalah sebagai

berikut :

1. Kelurahan Bulu Lor adalah daerah endemis DBD

2. Penyakit DBD merupakan penyakit yang masih meresahkan warga

Kelurahan Bulu Lor

3. Kelurahan Bulu Lor mempunyai potensi partisipasi masyarakat yang aktif,

salah satunya adalah kader kesehatan

4. Kegiatan pelatihan kader kesehatan selama ini belum banyak dilakukan

khususnya tentang DBD

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka diperlukan upaya peningkatan

pengetahuan kader kesehatan mengenai penyakit DBD dan pencegahannya

serta motivasi para kader kesehatan dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat di lingkungan sekitarnya dalam hal pemeliharaan lingkungan

untuk mencegah DBD.

Page 12: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut

yang terutama menyerang anak – anak usia di bawah 15 Tahun, dengan

manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok yang dapat

menimbulkan kematian. Gejala utamanya adalah demam, nyeri otot dan

sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Penyakit DBD

disebabkan oleh virus Dengue. Ada empat tipe virus Dengue yaitu DEN 1,

DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. virus dengue ini termasuk dalam grup B

Arthropod bome viruses. Vektor utama penyakit DBD ialah nyamuk

Aedes aegypti. Keberadaan vektor atau nyamuk tersebut erat kaitannya

dengan pola prilaku masyarakat itu sendiri. (3,5)

B. Patogenesis

Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di

dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing

dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi

kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya

tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan

timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit

menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.

Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary

heterologous infection yang dirumuskan oleh Suvatte tahun 1977. Sebagai

akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada

seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam

waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit

dengan menghasilkan titer tinggi antiobodi IgG anti dengue. Disamping

itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang

bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.

Page 13: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

13

Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus komplek antigen -

antibodi yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi system

komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan

merembesnya plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular.

Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai

lebih dari 30% dan berlangsung selama 24 - 48 jam. Perembesan plasma

ini terbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan

kadar natrium dan terdapatnya cairan di rongga serosa (efusi pleura,

asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menyebabkan

asidosis dan anoksia yang dapat berakhir fatal, oleh karena itu pengobatan

syok sangat penting guna mencegah kematian. (3,5)

C. Derajat DBD (3,5)

Derajat Penyakit (WHO) Derajat penyakit DBD diklasifikasikan

dalam 4 derajat :

1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet.

2. Derajat II : Seperti derajad I, disertai perdarahan spontan di kulit dan

atau perdarahan lainnya.

3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lambat, tekanan nadi menurun ( 20 mmHg atau kurang ) atau

hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan

tampak gelisah.

4. Derajat IV : Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah

tidak terukur.

D. Penatalaksanaan (3,5)

Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus DBD

dibagi sebagai berikut :

1. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan

Page 14: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

14

Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan

minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak

diperkenankan memberikan obat panas Paracetamol 10-15mg/kgBB

setiap 3-4 jam diulang jika symptom panas masih nyata diatas 38,5 oC .

Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko

terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus DBD

yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi

panas pada hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit

lainnya. Apabila penderita DBD ini menunjukkan manifestasi penyulit

hipertermi dan konvulsi sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat

inap.

2. Kasus DBD derajat I dan II

Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena

penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi

kejadian syok tersebut, penderita ini disarankan diinfus cairan kristaloid

dengan tetesan berdasarkan tatanan 7,5,3. Pada saat fase panas penderita

dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk

mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari

harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan

sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama

kurun waktu 12-24 jam. Volume dan macam cairan pengganti penderita

DBD sama seperti pada kasus diare dengan dehidrasi sedang ( 6 – 10 %

kekurangan cairan) tetapi tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan

sebaiknya diberikan dalam kurun waktu 2-3 jam pertama dan

selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam saat

kebocoran plasma terjadi.

3. Penatalaksanaan DBD (derajat III dan derajat IV)

Dengue Shock Syndrome termasuk kegawatan yang membutuhkan

penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara

cepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit

(hiponatremi). Dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi

Page 15: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

15

DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang

dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar

diatasi. Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan

garam isotonik dengan jumlah 10 - 20 ml/ kg/ 1jam.

4. Terapi Oksigen

Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen.

5. Transfusi Darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan

melena diindikasikan untuk memperoleh transfusi darah. Darah segar

sangat berguna mengganti volume massa sel darah merah agar menjadi

normal.

6. Koreksi Elektrolit dan Kelainan Metabolik

Kadar elektrolit dan gas dalam darah sebaiknya ditentukan secara teratur

terutama pada kasus renjatan yang berulang.

7. Obat Penenang.

Digunakan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Di RSU Dr.

Soetomo digunakan valium 0,3 - 0,5 mg/ kg/ kali ( bila tidak terjadi

gangguan sistem pernafasan) atau Largactil 1 mg/ kg/ hari.

8. Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara

teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan

pada monitoring adalah sebagai berikut.

a. Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperature harus dicatat setiap

b. 15 - 30 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.

c. Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4 - 6 jam sampai keadaan

klinis pasien stabil.

d. Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai

jenis cairan, jumlah dan tetesan untuk menentukan apakah cairan

yang diberikan sudah mencukupi.

e. Jumlah dan frekuensi diuresis.

9. Kriteria memulangkan pasien. Pasien dapat dipulangkan apabila :

Page 16: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

16

a. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

b. Nafsu makan membaik

c. Tampak perbaikan secara klinis

d. Hematokrit stabil

e. Tiga hari setelah syok teratasi

f. Jumlah trombosit > 50.000/ml

g. Tidak dijumpai distress pernafasan.

E. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti (3,5)

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika

dibandingkan dengan rata- rata nyamuk yang lain. Nyamuk ini mempunyai

warna dasar hitam dengan bintik – bintik putih pada bagian badan, kaki dan

sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu

Telur – Jentik – kepompong – Nyamuk.

1. Stadium Telur

Telur Aedes aegypti berwarna hitam. sepintas lalu tampak bulat

panjang dan berbentuk oval menyerupai torpedo dengan ukuran ± 0.08

mm. Dibawah mikroskop dinding luar telur ( exochorion ) nyamuk

tampak garis – garis yang membentuk gambar seperti sarang lebah. Di

alam bebas telur ini diletakan satu persatu menempel pada dinding atau

tempat perindukan pada tempat yang lembab atau sedikit mengandung

air.

Didalam laboratorium terlihat jelas telur- telur ini diletakan

menempel pada kertas sering yang tidak terendam air. Telur nyamuk

ini di laboratorium menetes dalam waktu 1 -2 hari, demikian halnya di

alam bebas kurang lebih sama atau dapat lebih lama bergantung pada

keadaan air di wadah atau di perindukan.

Nyamuk Aedes Aegyti betina dapat mengeluarkan 100 – 300

butir telur. Nyamuk dewasa dapat bertelur 10 – 100 kali dalam jangka

4 -5 hari dan menghasilkan telur antara 300 – 700 butir.

Page 17: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

17

2. Stadium jentik

Setelah kontak dengan air, telur akan menetas menjadi jentik

yang disebut jentik instar I dalam waktu ± 2 hari, seteleh itu jentik akan

mengalami 3 kali pergantian kulit berturut-turt menjadi jentik instar II,

III dan instar IV, berukuran ± 7 X 4 mm. Mempunyai bulu sifon 1

pasang dan gigi sisir yang berduri lateral. stadium jenik biasanya

berlangsung 6- 8 hari. Jentik Aedes Aegypti tampak bergerak aktif dan

lincah dengan memperhatikan gerakan naik turun berulang - ulang

dalam air. Pada saat jentik mengambil oksigen dari udara jentik

menempatkan sifonnya di atas permukaan air, posisi jentik membentuk

sudut dengan permukaan air.

3. Stadium pupa (kepompong)

Pupa Aedes Aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu

memiliki tabung atau terompet pernafasan (respiratory terompet) yang

berbentuk segitiga (three angular). Jika pupa tersebut akan bergerak

cepat menyelam ke dalam air selama beberapa detik dan muncul

kembali ke permukaan serta akan menggantungkan badannya di

permukan air wadah / tempat perindukan menggunakan tabung

pernafasan. Setelah berumur 1-2 hari pupa tumbuh menjadi nyamuk

dewasa jantan atau betina.

4. Stadium Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti jantan setelah berumur 1 hari siap

melakukan kopulasi dengan nyamuk betina. Setelah kopulasi nyamuk

betina mencari makan berupa darah manusia atau hewan yang di

gunakan untuk memasakan telur. Nyamuk Aedes aegypti dewasa

mempunyai ciri – ciri morfologi yang khas yaitu berukuran lebih kecil

dari nyamuk rumah ( culex quinquefasciatus ). Ujung abdomen

runcing berwarna dasar hitam dengan bercak – bercak putih di seluruh

tubuhnya, termasuk kaki dan sayapnya.

Page 18: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

18

F. Bionomik Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti mula – mula banyak di temukan di kota –

kota, pelabuahan, dan dataran rendah, lalu menyebar ke pedalaman.

Penyabaran nyamuk ini terutama dengan bantuan manusia meningkatkan

jarak terbangnya yang tidak jauh, hanya sekitar 100 – 200 m dari lokasi

kemunculannya ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk

ketersediaan tempat bertelur dan darah.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur,

mulai nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan antara 3-4 hari,

jangka waktu tersebut disebut siklus gonortropik.

Nyamuk Aedes aegypti betina mampu menggigit berulang-ulang dan

umumnya bersifat antropofilik. Pada umumnya nyamuk Aedes aegypti

menggigit pada waktu pagi hari antara pukul 08.00-11.00 dan sore hari

pukul 15.00-17.00.

Umur nyamuk Aedes aegypti betina dan jantan dapat mencapai 20-

30 hari.1) Berdasarkan beberapa penelitian nyamuk Aedes aegypti lebih

suka hinggap atau beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan

tersembunyi didalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar tidur,

kamar mandi, kamar kecil, atau dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di

luar rumah, ditumbuhan, atau ditempat terlindung lainnya. Didalam

ruangan tempat istirahat yang disukai adalah dibawah furnitur benda yang

tergantung seperti baju dan korden, serta dinding.

G. Ukuran Kepadatan Populasi Nyamuk Aedes aegypti

Untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu

lokasi dapat di akukan berbagai survei rumah yang dipillih secara acak,

yaitu

1. Survei Nyamuk

Survei nyamuk dapat dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk

dengan umpan badan orang didalam dan diluar rumah masing – masing

20 menit per rumah dan menangkap nyamuk didinding dalam rumah

Page 19: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

19

yang sama. Penangkap nyamuk biasanya menggunakan aspirator. Indek

– indek nyamuk yang digunakan adalah biting / landing rate dan resting

per rumah.

Apabila ingin diketahui rata- rata umur nyamuk disuatu wilayah,

dapat dilakukan dengan cara melihat dilatasi melalui pembedaan

ovarium nyamuk yang ditangkap. Untuk memeriksa parisitas ovarium

dapat dilakukan dengan pembedahan indung telur dan melihatnya

dibawah mikroskop. Jika ujung – ujung pipa udara ( trakheolus ) pada

ovarium masih menggulung berarti nyamuk ini belum pernah bertelur (

nulliparous ) dan jika ujung-ujung pipa sudah terurai / terlepas

gulungannya, berarti nyamuk ini telah bertelur / sudah pernah bertelur (

parpous ).

2. Survei Jentik ( kepadatan jentik )

Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Semua tempat atau bejana yang dapat dijadikan tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa ( dengan mata

telanjang ) untuk mengetahui ada / tidaknya jentik nyamuk Aedes

aegypti.

b. Untuk memeriksa Tempat Penampungan Air ( TPA ) yang

berukuran besar seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak

penampungan air lainnya, jika pada pengamatan pertama tidak

ditemukan jentik, tunggu kira – kira 30 – 60 detik untuk

memastikan benar – benar tidak ada jentik.

c. Untuk memeriksa tempat – tempat perkembangbiakan yang kecil

seperti vas bungga / pot tanaman air / botol yang airnya keruh,

airnya dipindah ke tempat lain.

d. Untuk memeriksa jentik ditempat yang gelap atau airnya keruh

biasanya digunakan baterai atau senter.

Page 20: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

20

Ada 2 cara survei jentik :

a. Survei Single jentik

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik / jentik

disetiap genangan air yang ditemukan ada jentiknya. Selanjutnya

dilakukan identifikasi jenis jentik.

b. Survei Visual surve

Ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik

disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Dalam

program pemberantasan penyakit Demam Derdarah Dengue

(DBD) survei jentik yang dilakukan adalah survei visual. Ukuran

yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes

aegypti adalah :

a. House Indeks (HI)

Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

House indek lebih menggambarkan penyebarkan

penyebaran nyamuk di suatu wilayah

b. Container indeks (CI)

Jumlah kontainer dengan jentik x 100 %

Jumlah kontainer yang diperiksa

Container : tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat

berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti

c. Breteau indeks

Jumlah kontainer dengan jentik dalam 100 rumah.

d. Kepadatan jentik

Kepadatan jentik = jumlah jentik

Volume air

Page 21: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

21

3. Survei perangkap telur ( Ovitrap )

Survei ini dilakukan dengan cara ovitrap yaitu berupa bejana

misalnya potongan bambu, kaleng, ( kaleng bekas susu / gelas plastik )

yang didinding sebelah dalamnya dicat warna hitam yang diberi air

secukupnya. Ke dalam bejana tersebut dimasukkan ”padle” yang

berupa potongan bilah bambu atau kain yang ditenunannya kasar dan

berwarna gelap sebagai tempat meletakan telur bagi nyamuk. Ovitrap

diletakkan didalam dan diluar rumah ditempat yang gelap dan lembab.

Setelah satu minggu dilakukan pemeriksaan ada tidaknya nyamuk di

padle.

a. ”ovitrap indeks”

Jumlah padle dengan telur x 100%

Jumlah padle diperiksa

Untuk mengetahui gambaran kepadatan populasi nyamuk lebih

tepat telur – telur pada pedle tersebut dikumpulkan dan dihitung

b. ” Kepadatan populasi nyamuk”

Jumlah telur = ..... telur per ovitrap

Jumlah ovitrap yang terpasang

H. Kader juru pemantau jentik DBD ( jumantik ) (3,5)

1. Pengertian

Kader juru pemantau jentik adalah kelompok kerja kegiatan

pemberantasan penyakit demam berdarah dengue ditingkat desa

dalam wilayah lembaga ketahanan masyarakat desa.

2. Tujuan

Menggerakkan peran serta masyarakat dalam usaha

pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam pemberantasan jentik

nyamuk, sehingga penularan penyakit demam berdarah dengue

ditingkat desa dapat di cegah atau diatasi. Peran kader kesehatan

dalam menanggulanggi DBD adalah:

a. Sebagai anggota PJB di rumah – rumah dan tempat umum

Page 22: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

22

b. Memberikan penyuluhan terhadap keluarga dan masyarakat

c. Mencatat dan melaporkan hasil PJB kepala Dusun atau

Puskesmas secara rutin minimal setiap minggu dan bulan

d. Mencatat dan melaporkan kasus kejadian DBD kepada RW atau

kepala Dusun atau puskesmas

3. Susunan organisasi kader jumantik

a. Kader jumantik merupakan kelompok kerja kegiatan

pemberantasan penyakit demam berdarah dengue

b. Kepala desa selaku ketua umum

c. Susunan organisasi kader jumantik disesuaikan dengan kondisi

dan situasi kebutuhan setempat

d. Berdasarkan ketentuan yang ada, bahwa didalam organisasi

LKMD dapat dibentuk pokja yang hanya melaksanakan jenis

kegiatan dari seksi yang sesuai dengan bidang dan tugas serta

fungsinya.

4. Uraian tugas dan fungsi kader jumantik DBD

a. Mengkoordinir kegiatan – kegiatan jumantik.

b. Memimpin dan menyelenggarakan pertemuan..

c. Menetapkan jadwal waktu pertemuan berkala.

d. Menetapkan langkah – langkah pemecahan masalah.

e. Melaporkan hasil kegiatan.

f. Menyiapkan penyelenggaraan pertemuan.

g. Menyiapkan laporan berkala kegiatan pokja kepada ketua

LKMD.

h. Menyiapkan bahan pertemuan misalnya data hasil PJB.

i. Memberikan bimbingan teknik pelaksanaan pemeriksaan jentik.

j. Memberikan penyuluhan dan memberikan bimbingan teknik

penyuluhan kepada para penyuluh.

k. Mencatat kegiatan penyuluhan dan lain – lain.

Page 23: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

23

l. Melaksanakan pemeriksaan jentik di 30 rumah secara acak di tiap

RW sekurang – kurangnya 3 bulan dan menyampaikan hasilnya

kepada ketua LKMD.

m. Membantu pelatihan kader pemeriksa jentik.

n. Merencanakan kegiatan masyarakat secara bersama – sama untuk

melaksanakan PSN.

o. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan

penyakit DBD.

I. Partisipasi

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota

masyarakat dalam memecahkan masalah masyarakat tersebut. Partisipasi

dibidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat

dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Dalam hal ini

memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program kesehatan.

Institusi kesehatan hanya sekedar memotofasi dan membimbingnya.

Didalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi

atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan

finansial saja tapi dapat berbentuk dalam tenaga ( daya ) dan pemikiran (

ide). Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4 M yakni : Manpower (

tenaga ), Money ( uang ), Material ( benda ) dan Mind ( ide )

Hubungan dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi

masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelengkapan tersebut.

Dengan kata lain partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan

tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya

partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme :

1. Community fell need ( pengertian dari masyarakat )

Pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat itu sendiri, ini berarti

bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga

pelayanan kesehatan bukan karena dibutuhkan dari atas, yang dalam

Page 24: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

24

dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan

masyarakat dan untuk masyarakat

2. Organisasi pelayanan masyarakat kesehatan yang berdasarkan

partisipasi masyarakat. Hal ini berarti bahwa fasilitas pelayanan

kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri

3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri.

Artinya tenaga dan penyelenggaraanya akan ditangani oleh anggota

masyarakat itu sendiri yang berdasarkan sukarela.

Uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa filosofis

partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah

terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan

oleh masyarakat

Cara yang dapat dilakukan untuk mengajak dan menumbuhkan

partisipasi masyarakat pada pokoknya ada 3 cara yaitu :

a. Partisipasi dengan pelaksanaan

Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu

program, baik melalui perundang –undangan maupun dengan

perintah lisan saja, cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah.

Tetapi masyarakat merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya

bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan

mempunyai rasa memiliki terhadap program yang ada.

b. Partisipasi dengan persuasi ( kesadaran )

Artinya suatu partisipasi yang didasarkan pada kesadaran.

Sukar tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki

dan rasa memelihara

c. Partisipasi dengan edukasi ( pendidikan )

Partisipasi ini dimulai dengan menerangkan, pendidikan dan

sebagainya baik secara langsung maupun tidak langsung

Elemen – elemen partisipasi masyarakat diantaranya sebagai berikut

Page 25: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

25

1) Motivasi

Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi.

Tanpa motivasi masyarakat sulit berpartisipasi pada segala

program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu

sendiri dan pihak luarnya hanya merangsang saja. Untuk itu

pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka

merangsang tumbuhnya motivasi dalam suatu masyarakat.

2) Komunikasi

Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat

menyampaikan pesan, ide dan informasi pada masyarakat.

Media masa, seperti TV, radio, poster, film dan sebagainya.

Semua itu sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang

akhirnya dapat menimbulkan partisipasi.

3) Kooperasi

Kerja sama dengan instansi – instansi diluar kesehatan

masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak

diperlukan. Adanya team work (kerja sama tim) antara mereka

ini akan membantu menumbuhkan partisipasi

4) Mobilisasi

5) Hal ini berarti partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap

pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai

seawal mungkin sampai akhir mungkin, dari identifikasi

masalah, menentukan prioritas masalah, perencanaan program,

pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi program.

Page 26: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

26

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN

A. Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan kader mengenai penyakit DBD dan

pencegahannya

2. Memotivasi para kader kesehatan dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat di lingkungan sekitarnya dalam hal pemeliharaan

lingkungan untuk mencegah DBD

B. Manfaat

1. Bagi kader kesehatan

a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kader kesehatan

tentang penyakit DBD dan pencegahannya

b. Meningkatkan motivasi kader kesehatan sebagai pengerak warga

masyarakat di lingkungannya dalam hal pemeliharaan lingkungan

untuk mencegah DBD

2. Bagi pelaksana

Meningkatkan kompetensi dosen dalam mengaplikasikan ilmunya di

bidang penanggulangan penyakit menular yaitu DBD

3. Bagi Universitas Dian Nuswantoro

Meningkatkan kualitas pendidikan dan misi pengabdian masyarakat

sebagai bukti kepedulian terhadap masyarakat

Page 27: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

27

BAB IV

METODE PENERAPAN

Alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh mitra dilakukan pemecahan

masalah dengan skema sebagai berikut :

Faktor risiko penyakit DBD berkaitan dengan perilaku kesehatan yang

mencakup domain pengetahuan, sikap dan praktik. Dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, praktik dan motivasi kader

kesehatan dalam pencegahan penyakit DBD maka program intervensi yang

dapat ditempuh adalah peningkatan pengetahuan dan pemahaman dalam

bentuk kegiatan pelatihan agar kader termotivasi untuk menggerakkan

masyarakat di lingkungannya dalam pencegahan DBD. Terlebih lagi selama

ini, pelatihan DBD hanya diberikan secara terbatas, sehingga dirasakan

kebutuhan pelatihan kader yang lebih intensif bagi kader aktif. Kader

kesehatan seringkali menjadi sumber rujukan bagi penanganan berbagai

Masalah mitra

KADER KESEHATAN

Bulu Lor sebagai

daerah endemis DBD

Pendidikan &

pengetahuan masy ttg

DBD kurang

Pemecahan

masalah

Pelatihan Kader

Kesehatan ttg

DBD,

penanganan dan

pencegahannya

Hasil yang

diharapkan

Peningkatan

pengetahuan &

pemahaman

kader kesehatan

& masy

Peningkatan

praktik

pemeliharaan

kesehatan

lingkungan

Peningkatan

motivasi

Belum pernah

dilakukan pelatihan ttg

DBD

Page 28: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

28

masalah kesehatan, termasuk DBD. Oleh karena itu kader harus dibekali

pengetahuan dan keterampilan yang cukup yang diperoleh melalui kegiatan

pelatihan sehingga timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan

tugasnya.

Kegiatan pelatihan ini dilakukan pada kader aktif di wilayah

Kelurahan Bulu Lor berupa ceramah dan tanya jawab tentang materi-materi

penyuluhan dilanjutkan dan praktik pemantauan jentik. Sasaran dari kegiatan

ini adalah kader kesehatan aktif yang terdistribusi pada 11 RW di Kelurahan

Bulu Lor.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, Kelurahan Bulu Lor berperan

dalam menggerakkan kader kesehatan di wilayah kerjanya dan menjadi tempat

dilangsungkannya kegiatan pelatihan tersebut.

Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan

pengetahuan kader kesehatan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan DBD, pencegahan dan pemberantasannya, sehingga angka kasus dapat

ditekan serendah-rendahnya. Kegiatan pelatihan ini dinilai relevan bagi upaya

peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader ebagai kontribusi terhadap

penelitian yang pernah dilakukan diwilayah tersebut. Sehingga luaran yang

diharapkan adalah dalam hal akseptabilitas kader kesehatan yang tinggi

terhadap kegiatan ini dengan adanya

1) Partisipasi peserta dibandingkan dengan sasaran kegiatan mencapai 85%

2) Keaktifan peserta dalam bertanya selama kegiatan berlangsung mencapai

50% peserta

3) Masukan dari kader kesehatan terhadap kemungkinan dilakukannya

kegiatan lanjutan

Page 29: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

29

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan kegiatan

1. Persiapan kegiatan

Berkoordinasi dengan kader kesehatan Kelurahan Bulu Lor untuk

menentukan tanggal pelaksanaan kegiatan dan jumlah peserta yang

menjadi sasaran kegiatan. Dalam kegiatan ini menemui kendala dalam

penentuan tanggal kegiatan dikarenakan dalam bulan yang bersamaan,

Kelurahan Bulu Lor sedang dalam kegiatan persiapan lomba PKK di

tingkat Kota Semarang. Namun dengan adanya kegiatan pelatihan ini

juga membawa manfaat yang mendukung lomba tersebut, sehingga

kegiatan ini disambut secara antusias oleh Ketua PKK maupun

Koordinator Pokja IV Kelurahan Bulu Lor.

Dari hasil koordinasi ini, disepakati bahwa pelaksanaan kegiatan

akan diselenggarakan pada hari Rabu, 20 Juni 2012. Sasaran kader

kesehatan kegiatan ini berjumlah 25 orang.

Persiapan juga mencakup materi yang akan diberikan dalam

kegiatan tersebut. Karena kegiatan sudah didahului dengan penelitian,

maka materi yang disampaikan terkait penyakit DBD, pencegahannya

dan pemberian motivasi bagi para kader, tidak menemui kesulitan yang

berarti mengingat materi tersebut merupakan bidang keahlian yang

ditekuni oleh tim pelaksana.

2. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dibantu oleh 2 orang mahasiswa peminatan

Epidemiologi yang sejak awal juga sudah dilibatkan dalam kegiatan

penelitian sebelumnya.

Page 30: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

30

B. Hasil kegiatan

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh tim dosen

Fakultas Kesehatan UDINUS dengan strategi kegiatan sbb :

1. Penyuluhan berupa ceramah mengenai :

• Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

• Pencegahan dan Penatalaksanaan Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD)

• Peran Kader Jumantik dalam pencegahan DBF

• Instrumen pemantauan jentik

2. Diskusi/ tanya jawab mengenai penyakit DBD dan pencegahannya

3. Pembagian materi dan sertifikat

Lokasi kegiatan dilaksanakan di Balai Kelurahan Bulu Lor Kota

Semarang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 20 Juni 2012 dengan jadwal seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 1

Jadwal Kegiatan

Waktu Materi Pelaksana

14. 45 – 15.00 Pretest UDINUS

15.00-15.15 Pembukaan dan sambutan • Sambutan ketua tim

penggerak PKK Bulu

Lor

• Sambutan perwakilan

F.Kes UDINUS

15.15 – 16.00 Ceramah tentang penyakit

DBD, penatalaksanaan dan

pencegahannya

UDINUS

Page 31: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

31

Waktu Materi Pelaksana

16.00 – 16.45 Ceramah tentang peran kader

jumantik dalam pencegahan

DBD, instrument pemantauan

jentik berkala

UDINUS

16.45 – 17.15 Diskusi/ Tanya jawab UDINUS

17.15 – 17.30 Post test UDINUS

17.30 – 17.40 Penutup UDINUS

Sasaran kegiatan ini adalah kader kesehatan di wilayah Kelurahan Bulu

Lor dengan jumlah target sasaran 26 orang. Dalam pelaksanaanya dihadiri

oleh 23 orang kader kesehatan. Persentase kehadiran kader dalam kegiatan ini

sebesar 88%. Hal ini menunjukkan bahwa antusisme terhadap kegiatan ini

sudah mencapai target yaitu 85%.

Hasil evaluasi kegiatan penyuluhan, ditinjau dari hasil pre test dan post

test yang diselenggarakan sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan. Hasil

pretest dan post test adalah sebagai berikut :

No Nama kader Pretest Postest

1. Ny. Alfiani 86 93

2. Ny. Utami 93 93

3. Ny. Kiswanto 29 86

4. Ny. Wisnu 86 93

5. Ny. Imam S. 64 93

6. Ny. Suhadi 50 86

7. Ny. Rifan 43 93

8. Ny. Bakoh 71 93

9. Ny. Slamet W 71 71

10. Ny. Agus 36 86

11. Ny. Sapari 21 86

Page 32: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

32

No Nama kader Pretest Postest

12. Ny. Indah 57 93

13. Ny. Junaidi 29 93

14. Ny. Agung 57 86

15. Ny. Joko Susilo 64 93

16. Ny. Santosa 36 93

17. Ny. Siti Bayati 29 64

18. Ny. Afrida S. 71 93

19. Ny. Tamin 36 71

20. Ny. Joni 29 71

21. Ny. Supardi 50 71

22. Ny. Sukiman 57 64

23. Ny. Sumanto 71 86

Jumlah 1236 1951

Rata-rata 54 85

Hasil pretest dan post test menunjukkan adanya peningkatan

pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit DBD, pencegahan DBD,

penatalaksanaan DBD, pemantauan jentik berkala oleh kader yang dinilai

dari peningkatan nilai rata-rata skor pretest yaitu 54 menjadi 85 pada post

test. Besarnya peningkatan sebesar 31 point. Berdasarkan hasil tersebut,

semua kader kesehatan (100%) mengalami peningkatan nilai skor sebelum

penyuluhan dibandingkan sesudah penyuluhan. Hal tersebut menunjukkan

adanya kesungguhan dan perhatian kader selama kegiatan berlangsung

dengan ditunjukan oleh keseriusan mendengarkan ceramah dan diskusi

sebagai umpan balik kegiatan. Dalam kegiatan tanya jawab menunjukkan,

antusiasme bertanya kader kesehatan terutama pada saat penjelasan

mengenai penatalaksanaan penderita DBD secara tradisional. Namun

keaktifan bertanya belum memenuhi target yang diharapkan, karena hanya

sebesar 35%.

Page 33: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

33

Berbagai faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan ini antara lain

1. Dukungan dari pihak Kelurahan Bulu Lor dan PKK Bulu Lor dalam

mendukung kegiatan ini

2. Dukungan dari pengurus Pokja IV Kelurahan Bulu Lor

3. Lokasi kegiatan mudah dijangkau dan pelaksanaannya bersamaan

dengan kegiatan rutin Tim penggerak PKK Kelurahan Bulu Lor

sehingga kegiatan dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan

4. Kader kesehatan mendapatkan sertifikat dari Fakultas Kesehatan

UDINUS yang dapat mendukung persiapan lomba-lomba yang diikuti

oleh PKK Kelurahan Bulu Lor.

C. Keterlibatan mahasiswa

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut penelitian yang sudah

dilakukan tentang pengetahuan, sikap, dan praktek warga Kelurahan Bulu

Lor dalam pencegahan DBD. Keterlibatan mahasiswa mencakup kegiatan

penelitian terdahulu dan dalam pelaksanaan penyuluhan. Jumlah

mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini adalah 2 orang.

D. Kendala yang ditemui

Kendala dalam kegiatan ini adalah dalam penentuan waktu

pelaksanaan kegiatan yang mundur dari kegiatan yang direncanakan. Hal

ini karena Kelurahan Bulu Lor sedang dalam persiapan lomba PKK pada

saat yang hampir bersamaan.

Page 34: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

34

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kegiatan pengabdian masyarakat tentang pelatihan kader kesehatan dalam

pencegahan DBD di Kelurahan Bulu Lor sudah berjalan dengan baik dan

lancar.

2. Persentase kehadiran kader dalam kegiatan ini adalah 88% dan sudah

mencapai target.

3. Minat dan antusiasme bertanya mencapai 35% dan belum mencapai target.

4. Peningkatan pengetahuan kader tentang penyakit DBD, pencegahan DBD

dan pemantauan jentik yang ditunjukkan peningkatan nilai rata-rata skor

pretest yaitu 54 menjadi 85 pada post test. Besarnya peningkatan sebesar

31 point.

B. SARAN

1. Bagi Kelurahan Bulu Lor

Perlu adanya kegiatan lanjutan mencakup materi kesehatan lainnya secara

periodic dan berkelanjutan dengan mengikutsertakan instansi yang

berwenang yaitu Puskesmas Bulu Lor

2. Bagi kegiatan pengabdian selanjutnya

Perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam

rangka menurunkan insidensi DBD di Kelurahan Bulu Lor.

Page 35: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadisaputro S. Aspek klinik demam berdarah dengue dewasa. In: Tropical

Disease Update. Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 1991

2. Chin J. Control of communicable disease manual. 17thed. Washington

DC: American Public Health Association;2000

3. Departemen Kesehatan RI. Survailans penyakit demam berdarah dengue.

In: Kumpulan Makalah Pelatihan Pengelolaan Program Pemberantasan

Demam Berdarah Dengue Tingkat Dinas Kesehatan Dati I dan II, BLKM

Ciloto. Jakarta: Ditjen PPM dan PLP Depkes Ri; 1991

4. Bres P. Tindakan darurat kesehatan masyarakat pada kejadian luar biasa

petunjuk praktis. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press; 1995

5. Depkes RI. 2000. Pedoman Penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

Depkes RI, Jakarta

6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang 2010

Page 36: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

36

PETA LOKASI MITRA

Page 37: IbM PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN … fileibm pelatihan kader kesehatan dalam pencegahan dbd di kelurahan bulu lor kota semarang oleh : ... lampiran 4 materi kegiatan

37

DOKUMENTASI KEGIATAN