Upload
others
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
I. Pendahuluan
Lensa kontak merupakan salah satu alat koreksi kelainan refraksi sebagai
alternatif kacamata. Pasien memilih lensa kontak karena alasan estetika dan area
pandang yang lebih baik dari kacamata. Alasan lain penggunaan lensa kontak
adalah indikasi terapetik seperti paska operasi dan keratokonus yang tidak dapat
dikoreksi secara akurat dengan kacamata. Mengutip dari Liesegang dkk bahwa
data dari Contact Lens Council di Amerika Serikat pada tahun 2016 terdapat lebih
dari 56 juta pengguna lensa kontak dengan alasan kosmetis dan kurang dari 8 juta
pengguna lensa kontak untuk alasan medis. Studi yang dilakukan Loh dkk
mengatakan bahwa diperkirakan ada lebih dari 85 juta pengguna lensa kontak di
seluruh dunia saat ini. 1,2,18,21
Perkembangan bahan plastik polimetil metakrilat (PMMA) membuat
produksi lensa kontak lebih mudah. Pembuatan lensa kontak berkembang dan
lensa kontak dibuat dengan presisi lebih baik. Kurangnya permeabilitas oksigen
(Dk) dari PMMA menjadikan lensa kontak diproduksi dengan ukuran relatif kecil
untuk menghindari komplikasi hipoksia. Lensa kontak kornea yang terbuat dari
PMMA menjadi lensa pertama yang diproduksi secara luas. 1,2,5,14
Generasi pertama lensa sklera ukuran kecil diproduksi dalam bentuk
Macrolens. Selanjutnya Perry Rosenthal di Boston dan Don Ezekiel di Australia
menghasilkan desain sklera penuh dengan menggunakan bahan gas-permeable
(GP). Peralatan yang didukung komputer modern saat ini dapat mereproduksi
lensa sklera dengan presisi mikroskopik. Proses produksi saat ini dapat membuat
presisi halus dengan desain lensa yang memungkinkan untuk sebagian besar
permukaan okular. Indikasi medis dari pemakaian lensa kontak sklera diantaranya
kelainan refraksi dan ocular surface disease, sedangkan indikasi dari lensa kontak
korneosklera adalah keratokonus, pasien paska operasi kornea dan pasien dengan
irregularitas kornea yang tinggi .3,4,6,12
2
II. Lensa Kontak Sklera
2.1 Definisi
Scleral Lens Education Society (SLS) merekomendasikan nomenklatur
yang diakui secara internasional untuk menggambarkan lensa sklera menurut
ukuran dan karakteristiknya. Rekomendasi dari SLS didasarkan pada zona lekat
lensa pada permukaan okular dan tidak pada diameter lensa. Lensa Gas
Permeable (GP) yang bertumpu sepenuhnya pada kornea disebut lensa kornea.
Lensa yang sebagian terletak pada kornea (sentral atau perifer) dan sebagian pada
sklera disebut lensa korneosklera. Lensa yang bersandar sepenuhnya pada sklera
adalah lensa Full Sclera.6,9,14
Gambar 1. Perbedaan Terminologi pada Lensa Sklera menurut Scleral Lens
Education Society (SLS)
Lensa kontak sklera adalah lensa kontak dengan zona lekat sepenuhnya
pada permukaan sklera. Lensa kontak yang berukuran 6 mm lebih besar dari
diameter iris horizontal yang terlihat (HVID) memiliki zona lekat sepanjang 3 mm
pada sklera di setiap sisi kornea disebut lensa kontak mini sklera. Lensa kontak
yang lebih dari 6 mm lebih besar HVID disebut lensa kontak skleral besar. Istilah
Lensa kontak sklera digunakan untuk menggambarkan dari semua modalitas lensa
kontak berdiameter besar. Ukuran dari lensa kontak sklera pada umumnya
berkisar antara 15 mm sampai dengan 25 mm. Lensa kontak sklera memiliki
reservoir cairan air mata yang sangat besar.4,9,10
3
Gambar 2. (A) Lensa Kontak Korneosklera (B) Lensa Kontak Sklera Ukuran Kecil
/Mini-scleral (C) Lensa Kontak Sklera ukuran besar/Large-scleral
2.2 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak Sklera
Lensa kontak sklera memiliki beberapa indikasi dalam penggunaannya.
Lensa kontak sklera dapat mengoreksi miopia, hyperopia, astigmatisme kornea,
astigmatisme residual, dan presbiopia. Selain itu, pasien dengan miopia tinggi dan
afakia dapat mengambil manfaat dari kualitas visual lensa kontak sklera lebih dari
pasien dengan kelainan refraksi standar. Peresepan lensa kontak sklera pada
pasien kalainan refraksi tanpa adanya penyakit permukaan okular lain masih
kontroversial. Dalam hal ini penggunaan lensa kontak sklera sebatas tingkat
kenyamanan pasien.7,11,12
Selain untuk mengoreksi ametropia dan presbiopia, lensa kontak sklera
berperan baik dalam perawatan pasien dengan penyakit okular. Zona optik gas
permeable lensa kontak sklera mengoreksi astigmat kornea reguler dan ireguler.
Permukaan kornea yang ireguler menurunkan ketajaman visual, menginduksi
polyopia, meningkatkan silau dan fotosensitifitas. Kondisi yang dapat
menghasilkan korneea iregular adalah pasien paska bedah refraktif, trauma,
infeksi, dan degenerasi kornea serta distrofi. Dalam banyak kasus, kornea ireguler
4
dapat dikelola dengan lensa RGP kornea standar. Namun dalam kasus-kasus yang
tidak dapat dikoreksi oleh RGP dapat menggunakan lensa kontak sklera.7,11,12
2.2.1 Lensa Kontak Sklera sebagai Terapi pada Pasien Ocular Surface
Diseases (OSD)
Selain kornea yang ireguler, lensa kontak sklera dapat digunakan untuk
mengobati OSD yang membuat pasien merasa tidak nyaman secara kronis atau
nyeri. Pasien dengan mata kering, sensasi benda asing, sensitivitas cahaya, dan
gejala kronis lainnya yang sekunder akibat OSD dapat ditangani dengan lensa
kontak sklera karena reservoir cairan terus melembabkan permukaan mata
anterior. Kondisi yang dapat ditangani dengan lensa kontak sklera adalah
keratokonjungtivitis sika, distrofi membran basalis anterior, erosi epitel rekuren,
defek epitel berkepanjangan, keratokonjungtivitis limbik superior (SLK),
defisiensi sel induk limbal (LSCD), sindrom Stevens-Johnson, pifilmoid
sikatrikal okular (OCP), dan distrofi kornea serta degenerasi lainnya. Pasien
dengan kondisi kornea neurotropik yang mengarah ke defek epitel juga cocok
untuk terapi lensa kontak sklera.9,12
Gambar 3. Lensa Kontak Sklera dengan Fitur Reservoir Air Mata Yang
Meningkatkan Kenyamanan Pada Pasien Mata Kering
Lensa kontak sklera dapat memperbaiki postur kelopak mata untuk koreksi
ptosis dan blefarospasme. Ukuran lensa yang besar membentuk kubah dan kurva
pada permukaan dari lensa berfungsi menekan kelopak atau memberikan penutup
pelindung bagi mata yang memungkinkan kelopak mata untuk rileks. Penggunaan
5
ini belum sepenuhnya dikembangkan, tetapi proses untuk mendesain lensa khusus
untuk memperbaiki postur kelopak mata sudah dilakukan. Penggunaan lensa
kontak sklera untuk koreksi penglihatan, mengurangi nyeri dan penyembuhan
penyakit permukaan okular, dapat diterapkan pada pasien anak-anak dan
dewasa.11,13
Gambar 4. Lensa Kontak Sklera pada Pasien Pellucid Marginal
Degeneration
2.3 Material Lensa Kontak Sklera
Material lensa kontak telah berevolusi dari PMMA dengan difusi koefisien
(Dk) nol, hingga tersedia bahan lensa ultra-high-Dk seperti yang digunakan untuk
memakai lensa GP kornea. Dibandingkan dengan lensa gas permeable (GP)
kornea, lensa kontak sklera lebih tebal yaitu 0,25 hingga 0,4 mm. Ketebalan ini
dapat memiliki efek pada transmisi oksigen (atau Dk /t) dari lensa, dihitung
berdasarkan permeabilitas oksigen dari material (Dk) dalam hubungannya dengan
ketebalan lensa (t). 9,17,20
Studi yang dilakukan oleh Hassani dkk mengatakan peningkatan transmisi
oksigen dari lensa kontak sklera dapat dicapai dengan salah satu dari dua cara
yaitu memilih Dk maksimum untuk lensa kontak sklera dan mengurangi ketebalan
pusat lensa kontak sklera.9,15
6
2.4 Fitting pada Lensa Kontak Sklera
Fitting pada lensa kontak sklera didasarkan pada kedalaman sagital lensa
dibandingkan dengan kedalaman sagital dari kornea. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah kurva basis radius (Base curve) berdasarkan keratometry,
kurva perifer dan diameter kornea. Desain lensa kontak sklera membutuhkan
kedalaman sagital yang lebih kecil dibandingkan dengan kornea pasien. Hal ini
mirip dengan tata cara fitting lensa kontak pada RGP. Pemilihan lensa kontak trial
awal dalam proses fitting dicocokkan pada clearance kornea yang diinginkan dan
diameter kornea pasien. Tujuannya terbentuk zona lekat awal pada topography
reference sphere (kurva dengan kesusuaian terbesar terhadap kornea). Pemilihan
lensa kontak trial selanjutnya disesuaikan dengan kenyamanan serta evaluasi
fitting terbaik.17,21
Gambar 5. (A) Excessive Limbal Clearance di perifer Lensa Kontak (B) Clearance yang baik dengan posisi sentral yang tepat (B) Gelembung Udara dikarenakan
kedalaman sagittal yang berlebih di area sentral
Evaluasi dengan fluoresensin adalah tahap penting dalam fitting lensa
kontak sklera. Lensa kontak harus menunjukkan serapan pewarna fluoresensin
yang signifikan pada area belakang lensa kontak. Tidak seperti fitting lensa kontak
RGP, evaluasi lensa kontak sklera dilakukan dari tepi ke pusat. Pertama evaluasi
tepi lensa kontak dan zona lekat, kemudian daerah limbal dan terakhir pola
fluoresensin sentral yang terbentuk. 20,21
7
Evaluasi tepi lensa kontak yaitu memastikan tidak ada kompresi vaskular,
injeksi konjungtiva atau lekukan sklera pasien. Lekukan sklera sering terjadi pada
lensa kontak korneosklera dan jarang terjadi pada lensa kontak sklera dikarenakan
zona lekat yang lebih luas. Selanjutnya adalah evaluasi terhadap kemungkinan
focal impingement seperti pada pasien pinguecula dimana terbentuk titik elevasi
spesifik pada lensa kontak. Pada kasus seperti ini akan digunakan penandaan
dengan spidol permanen atau spidol sirurgis untuk menandai area yang akan
dihapus saat proses produksi di laboratorium.17,20,21
Evaluasi clearance limbal dan pola sentral merupakan tahap terakhir pada
fitting lensa kontak sklera. Jika kedalaman sagital terlalu tinggi, gelembung pusat
akan terbentuk di bawah lensa kontak. Sebaliknya, jika kedalaman sagital terlalu
rendah, akan terjadi perlekatan di area pusat lensa kontak.17,21
III. Lensa Kontak Korneosklera
3.1 Definisi
Lensa kontak korneoskleral adalah lensa kontak dengan zona lekat pada
permukaan sklera dan tepi kornea. Sebutan lain dari lensa kontak korneosklera
adalah lensa kontak semisklera, lensa kontak korneolimbal, dan lensa kontak
limbal. Ukuran dari lensa kontak korneosklera pada umumnya berkisar antara
12.5 mm sampai dengan 15 mm. Lensa kontak korneoskleral memiliki reservoir
cairan air mata yang terbatas. 6,9,13
Gambar 6. Lensa Kontak Korneosklera
8
Lensa kontak dengan diameter 14,5 mm yang terletak sebagian pada
kornea dan sebagian pada sklera termasuk dalam kategori lensa korneasklera,
tetapi jika lensa dengan diameter yang sama namun seluruhnya memiliki zona
lekat pada sklera disebut lensa kontak sklera penuh (Full Scleral). Perbedaan
antara lensa kontak sklera dan korneosklera dengan lensa kontak kornea standar
adalah jumlah clearance yang didapat. Pada lensa berdiameter kecil (kornea),
kapasitas reservoir air mata relatif kecil, sedangkan pada lensa kontak sklera dan
korneosklera kapasitas reservoir air mata besar. Fungsi ini dapat mengurangi
tekanan mekanis pada kornea yang merupakan keunggulan utama dari semua jenis
lensa kontak sklera.6,9,13
3.2 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak Korneosklera
Lensa kontak korneosklera pada umumnya dapat digunakan dalam kondisi
yang sama seperti lensa kontak sklera dengan syarat digunakan pada kornea yang
tidak rapuh terhadap sentuhan kornea ringan dan kesalahan minimal lainnya.
Fitur yang dimiliki oleh lensa kontak korneosklera menjadikan beberapa
kekhususan terhadap indikasi lensa kontak korneosklera yaitu pada kasus
keratokonus dengan epitel utuh, pasien paska penetrating keratoplasty (PK)
dengan rejeksi graft, paska operasi laser assisted in situ keratomileusis (LASIK)
dan astigmat irreguler.3,9,13
3.2.1 Lensa Korneosklera Sebagai Terapi Keratokonus
Keratokonus merupakan gangguan kornea bilateral progresif yang ditandai
dengan penebalan paracentral kornea dengan penipisan apikal di tempat yang
sama. Efek optik yang disebabkan oleh keratoconus adalah adanya astralisme
yang tidak teratur dan peningkatan high order abberation (HOA), yang dapat
memiliki efek merusak pada kualitas penglihatan. Keratokonus menyebabkan
penyimpangan kornea signifikan. 17,21
Kacamata sfero-silindris tradisional tidak mengatasi HOA. Akibatnya,
ketika sejumlah besar HOA muncul pada pasien keratokonus lensa kontak korneo
9
sklera disarankan sebagai terapi terbaik. Keuntungan lensa korneo-sklera
memberikan penurunan dalam HOA sehingga terjadi peningkatan kualitas visual
karena faktor-faktor seperti pergerakan lensa dan desentralisasi dapat
teratasi.13,19,21
Gambar 7. Hasil Studi Juan Carlos dkk tentang Efek Pemasangan Lensa
Korneosklera pada Pasien Keratokonus
Studi tentang lensa kontak korneosklera pada pasien keratokonus tidak
banyak dilaporkan dalam literatur ilmiah, terutama dalam kasus diameter kecil
(sekitar 13 mm). Juan Carlos dkk mengatakan dalam studinya, hanya beberapa
kasus pemasangan lensa kontak korneosklera telah dilaporkan dalam penelitian
sebelumnya, dan memiliki diameter lebih dari 14 mm. Namun, pemasangan lensa
korneo-sklera dengan diameter kecil (12,60 mm hingga 13,50 mm) memiliki
keuntungan yang signifikan dalam kaitannya dengan lensa kontak korneosklera
lainnya dengan diameter lebih besar atau lensa kontak sklera penuh. 21,22
Dalam studi nya di tahun 2017, Juan Carlos dkk mengatakan lensa kontak
korneosklera dapat memberikan peningkatan kualitas visual. Ketajaman visual
terbaik yang dapat dicapai dengan lensa RGP pada pasien dengan keratokonus
masih bisa mengalami penurunan sensitivitas kontras. Residu HOA tetap tinggi,
yang dapat mempengaruhi sensitivitas kontras, dan kualitas penglihatan yang
menurun. Juan Carlos dkk mengatakan bahwa penggunaan lensa kontak
10
korneosklera dapat menurunkan HOA sampai 55% dan peningkatan sensitivitas
kontras mendekati nilai normal. 19,21,22
3.2.2 Lensa Kontak Korneosklera sebagai Terapi Paska Operasi Kornea
Pasien-pasien paska operasi kornea terutama transplantasi kornea dengan
teknik keratoplasti penetrasi (PK) membutuhkan lensa kontak paska operasi untuk
mengembalikan penglihatan terbaik yang dapat dicapai dan proteksi terhadap
permukaan okular. Lensa korneosklera diindikasikan pada kasus ini karena dapat
membantu menjaga kornea yang rapuh di area sentral dan mencegah ketegangan
mekanis. 8,12,14
Gambar 8. Lensa Kontak Korneosklera pada Pasien Paska PK
Indikasi yang disebabkan paska operasi lainnya yaitu kondisi kornea
irregular termasuk kornea paska trauma dengan tujuan mengembalikan
penglihatan terbaik. Mata dengan jaringan sikatriks yang signifikan dan
iregularitas berat karena trauma dapat mencapai penglihatan terbaik dengan lensa
korneosklera. Kondisi ini juga diterapkan untuk bekas luka kornea akibat infeksi
kornea seperti pada herpes simplex. 8,12,14
11
Gambar 9. Gambaran OCT Pasien dengan Iregularitas Kornea sebelum dan
sesudah Penggunaan Lensa Kontak Korneosklera
3.3 Material Lensa Kontak Korneosklera
Spesifikasi material lensa kontak korneosklera tidak jauh berbeda dengan
lensa kontak sklera. Beberapa spesifikasi lensa kontak korneosklera seperti pada
beberapa brand yaitu Scotlens dan SOclear yaitu penggunaan bahan Boston XO
dengan nilai DK 100 – 130. Nilai base curve yang disediakan 7.10 mm – 10.50
mm dan diameter lensa kontak 13.30 mm sampai dengan 15.00 mm. 9,17,20
3.4 Fitting pada Lensa Kontak Korneosklera
Secara garis besar tatacara dan proses fitting pada lensa kontak
korneosklera sama dengan fitting pada lensa kontak sklera. Berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Montalt dkk di tahun 2018, set fitting yang tersedia untuk
lensa kontak korneosklera terdiri dari 35 lensa kontak dengan radius zona
belakang optik (BOZR) dan kurva perifer spesifik dengan diameter lensa kontak
12,60 mm. Petunjuk yang diberikan oleh produsen lensa kontak korneosklera
seperti Scotlens dan SOclear yaitu terdapat dua langkah utama untuk menentukan
lensa kontak yang sesuai. Langkah pertama penentuan BOZR kemudian kurva
perifer.18,22
Untuk menentukan BOZR, Montalt dkk mengatakan pada studinya bahwa
lensa kontak fitting pertama dipilih 0.20mm lebih curam daripada pembacaan
12
keratometri sentral rata-rata yang didapat. Pasien dievaluasi dengan fluorosensin
kemudian pasien diinstruksikan untuk berkedip beberapa kali untuk menilai pola
fluoresensin antara kornea sentral dan lensa kontak. Jika lensa fitting ini tidak
sesuai, lensa digantikan oleh lensa lain dengan BOZR yang lebih tajam atau lebih
datar, sampai menunjukkan keselarasan dengan clearance apeks kornea. 18,20,22
Gambar 10. Pola Fluoresin Sentral dan Periferal pada Fitting Lensa Kontak
Korneosklera pasien Keratokonus
Langkah kedua terdiri dari verifikasi kurva perifer. Lensa kontak
seharusnya tidak menunjukkan kompresi pada limbus karena stem cell terletak di
area ini dan diperlukan oleh kornea. Diameter keseluruhan lensa kontak dinilai
dan harus melampaui limbus. Jika perubahan diameter diperlukan, dapat
disesuaikan secara empiris. Data dari kedua langkah ini diperlukan untuk proses
produksi lensa kontak korneosklera.16,22
Gambar 11. Gambaran Limbal Swelling dikarenakan Proses Fitting yang Tidak
Tepat karena Penekukan dengan Tekanan pada Lensa Kontak
13
IV. Desain Lensa Kontak Sklera dan Korneosklera
Secara umum, zona lensa kontak sklera dan korneosklera dibedakan
menjadi tiga zona: zona optik, zona transisi, dan zona lekat atau haptik. Perbedaan
zona pada lensa kontak sklera dan korneosklera adalah pada zona lekat atau
haptik. Lensa kontak korneosklera melekat pada bagian sklera dan juga bagian
perifer dari kornea pasien, sedangkan lensa kontak sklera pada seluruh bagian
sklera saja. Untuk zona optik dan zona transisi tidak terdapat perbedaan antara
lensa kontak sklera dan lensa kontak korneosklera. Lensa kontak sklera
dikompensasikan dari berbagai kurva atau splines yang bergantung pada desain
dan kebutuhan individu pasien. 5,14
Gambar 12. Pembagian Zona pada Lensa Kontak Sklera dan Korneosklera
4.1 Zona Optik
Zona optik adalah pusat lensa yang terdiri dari kurva dasar tunggal atau
sebanyak tiga kurva dalam beberapa desain lainnya. Zona optik berfungsi sebagai
koreksi penglihatan, membantu menentukan uniformitas kubah di seluruh bagian
tengah kornea. Penyesuaian lekuk zona optik dapat meningkatkan atau
menurunkan kubah di pusat lensa, serta berdampak pada kekuatan lensa yang
dibutuhkan untuk penglihatan optimal.8.14,15
14
Gambar 13. Penampang Sagittal Zona pada Lensa Kontak Sklera dengan
Perubahan pada Kurva Lensa
Kurva zona optik posterior berbentuk bulat atau asferis. Beberapa desain
menggunakan kurva basis pusat melingkar dengan satu atau dua kurva bidang
optik tambahan di luar zona pusat untuk membantu menjembatani zona transisi.
Ketika kurva dasar pusat berbentuk asferis, biasanya digunakan untuk
meningkatkan kecocokan pada kornea pasien keratokonus derajat sedang sampai
tingkat lanjut. Perubahan pada kurva zona optik lensa dapat mempengaruhi
kedalaman lensa sagittal atau tidak. Hal ini bergantung pada desain lensa. Kurva
zona optik permukaan depan juga dapat berbentuk sferis atau asferis. Kurva
permukaan depan asferis digunakan untuk meningkatkan penglihatan melalui
pengurangan aberasi sferikal dengan ketentuan lensa harus dipusatkan pada
posisinya.8,11,14,15
Torisitas dapat ditambahkan ke zona optik permukaan depan untuk
memperbaiki astigmatisme. Dalam kasus ini, lensa kontak sklera harus di
stabilkan untuk memberikan koreksi torik yang akurat. Torisitas permukaan
belakang pada lensa skleral tidak diperlukan karena lensa tidak menyentuh
permukaan kornea.13,16
Koreksi wavefront untuk higher-order aberrations dalam lensa sklera
masih dalam tahap perkembangan. Menggunakan aberrometri wavefront untuk
mengukur higher-order aberrations melalui lensa kontak sklera in vivo, dapat
menghasilkan permukaan lensa anterior dengan optik wavefront. Teknologi ini
memungkinkan peningkatan visual aquity untuk pasien yang menggunakan lensa
kontak sklera pada kondisi kornea yang tidak teratur seperti keratokonus.2,13,16
15
4.2 Zona Transisi
Zona kedua lensa kontak sklera adalah zona transisi Istilah lainnya yaitu
zona midperiferal atau zona limbal. Zona transisi terdiri dari sedikitnya dua kurva
atau splines, meskipun pada beberapa lensa terdapat tiga atau empat kurva atau
yang digunakan di zona transisi. Kurva dapat berupa sferikal, asferis, atau splines
yang saling terhubung. Kurva dapat secara progresif rata atau terdapat efek
geometri terbalik, menempatkan kurva yang lebih curam di zona transisi
lensa.4,5,16
Zona transisi bekerja selaras dengan kurva zona optik untuk menentukan
jumlah yang diinginkan dari kubah kornea di bawah permukaan lensa. Jika lensa
memiliki kubah sentral yang jauh lebih besar daripada limbal, sebaiknya
dilakukan penyesuaian dengan meratakan zona optik. Namun sebagai kompensasi,
zona transisi perlu disesuaikan. Pada gambar 13 menunjukkan secara skematik
bagaimana zona transisi dan persimpangan zona optik dapat digerakkan ke atas
dan ke bawah secara harmonis untuk meningkatkan kecocokan midperiferal. 4,7,16
Kesesuaian yang baik di zona transisi penting untuk menghindari cedera
sel induk kornea di limbal secara mekanik. Volume air mata yang lebih besar di
zona transisi meminimalkan risiko perlekatan lensa dan menjaga mekanisme tear
pumping yang lebih baik serta menghindari gejala lensa terlalu ketat (too tight).7,16
Fenestrasi adalah lubang 1 mm yang ditempatkan pada lensa kontak
korneo-sklera atau sklera untuk berbagai tujuan dan lokasinya hampir selalu
berada di zona transisi. Tujuan fenestrasi adalah memungkinkan oksigen
mencapai kornea di era bahan Dk rendah. Fenestrasi memudahkan untuk melepas
lensa kontak korneo-sklera atau lensa kontak mini sklera yang terlalu ketat.
Namun fenestrasi dapat menyebabkan gelembung yang tidak diinginkan ke dalam
reservoir cairan.3,14,17
16
4.3 Haptik atau Zona Lekat
Zona terakhir lensa kontak sklera dikenal sebagai haptik lensa atau zona
lekat. Haptik bagian dari lensa kontak yang bersentuhan dengan permukaan
okular dan merupakan zona yang paling penting untuk keberhasilan fitting.
Beberapa haptik terdiri dari beberapa kurva atau splines, tetapi dapat juga dibuat
sebagai bagian tangensial di mana lensa pada dasarnya lurus.10,18
Teknologi baru yang memungkinkan pencitraan permukaan okular telah
membantu dalam memahami variabilitas bentuk sklera. Daniel Meier, seorang
praktisi perawatan mata Swiss, menggambarkan lima jenis profil limbal yang
berbeda, beberapa memiliki perubahan bertahap dalam kurva di limbus, sementara
yang lain memiliki transisi yang tajam. Selain itu, skleranya dapat berbentuk
cekung, cembung, atau tangensial di daerah limbal.11,13,18
Zona lekat harus sejajar dengan bentuk sklera untuk mendistribusikan
bantalan lensa pada area seluas mungkin. Fitting diagnostik diperlukan untuk
mengevaluasi jenis kurva atau apakah sudut singgung yang optimal untuk mata
masing masing pasien. Terkadang dibutuhkan lensa menetap selama 20 hingga 30
menit untuk mendeteksi zona lekat yang terlalu ketat. Bahkan beberapa pasien
mengeluhkan lensa yang terlalu ketat setelah lensa dipakai beberapa jam.11,18
V. Kesimpulan
Lensa kontak sklera dan lensa kontak korneosklera dapat menjadi pilihan
terapi pada beberapa penyakit yang melibatkan permukaan okular. Pemilihan
terapi ini didasarkan pada efek kenyamanan yang dirasakan pasien serta
berkembangnya teknologi lensa kontak sklera saat ini sehingga komponen Dk
pada lensa kontak tidak lagi menjadi hambatan dan kurangnya oksigen pada
permukaan mata tidak lagi menjadi masalah. Indikasi medis dari pemakaian lensa
kontak sklera diantaranya kelainan refraksi dan ocular surface disease, sedangkan
indikasi dari lensa kontak korneosklera adalah keratokonus, pasien paska operasi
kornea dan pasien dengan irregularitas kornea yang tinggi .5,9,18,20
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Weisenthal RW, et al. Section 2 : Clinical Optics. Dalam: Basic Science and Clinical Course. USA: American Academy of Ophthalmology; 2016. Hal 134–65.
2. Kalaiyarasan. 2014. Paramedical: Contact Lens Fitting. Madurai: Contact Lens Clinic, Aravind eye hospital.
3. Opacic KC. Correction of Keratoconus with contact lenses. Acta Clinica Croatica 2012;51(2):305-7.
4. Twa M, Moreira S. Astigmatism and Toric Contact Lenses. Dalam : Contact Lenses in Opthalmic Practice. New York : Springer; 2004. Hal 90-108.
5. Chaudhry M. Contact Lens Primer. New Delhi : Jaypee Brothers; 2007. Hal 50-8, 79-80, 99-120
6. Read SA, Vincent SJ, Collins MJ. The visual and functional impacts of astigmatism and its clinical management. Ophthalmic & Physiological Optics: the Journal of the British College of Ophthalmic Opticians (Optometrists) 2014;34(3):267-94.
7. Filho RG, Giovedi MA, Nichols JJ. Design and Nomenclature of Contact Lenses. Dalam : Contact Lenses in Opthalmic Practice. New York : Springer; 2004. Hal 1-6.
8. Gasson A, Morris J. The Contact Lens Manual : A Practical Guide to Fitting. Edisi ke-4. London : Butterworth Heinemann Elsevier; 2010. Hal 75-108.
9. Efron N. Contact Lens Practice. Edisi ke-3. London : Elsevier; 2018. Hal 95- 102, 115-22
10. Nichols JJ, et. al. The TFOS Workshop on contact lens discomfort. Invest Ophthalmol Vis Sci 2013;54(11):1-156.
11. Thomas D. Menicon Contact Lenses and Care Products. [Diunduh 13 Mei 2017]. Tersedia dari https: //www.sightcare.co.uk/downloads/ Menicon% 20standard%20Price%20list%202018.pdf
12. Jurkus JM. Patient Selection for Contact Lens Wear. Dalam : Manual of Contact Lens Prescribing and Fitting. Missouri : Butterworth Heinemann Elsevier;2006. Hal 89-97
13. Woods CA, Bruce AS. Gas-Permeable Lens Materials. Dalam : Manual of Contact Lens Prescribing and Fitting. Missouri : Butterworth Heinemann Elsevier;2006. Hal 203-14
14. Sulley A, Young G, Lorenz KO, Hunt C. Clinical evaluation of fitting soft contact lenses to current non-users. Ophthalmic & Physiological Optics: the Journal of the British College of Ophthalmic Opticians (Optometrists) 2013;33(2):94-103.
18
15. Weisenthal RW, et al. Section 8 : External Disease and Cornea. Dalam: Basic Science and Clinical Course. USA: American Academy of Ophtalmology; 2016. Hal. 49-56, 75-6.
16. Carlos J, et al. Visual Aquity of patients with Keratoconus using corneo-sklera contact lenses: clinical implications. Acta Ophthalmol. 2017;92(2):161-6.
17. Hassani M, et al. A Comparison of The Visual Acuity Outcome Between Scleral and RGP Lenses. Journal of Current Opthalmology 2018;30:85-6.
18. Liesegang B, et al. Oxygen Demands with Hybrid Contact Lenses. Optom Vis Sci 2007;84:334-42.
19. Sicks LA. Hybrid Lens Basics. American Optometric Association; 2016. 20. Richdale K, et al. Frequency of and factors associated with contact lens dissatisfaction and discontinuation. Cornea. 2007;26(2):168-74.
21. Loh, et al. Effect of lens and solution choice on the comfort of contact lens wearers. Optom Vis Sci. 2013;90(5):411–8.
22. Ramamoorthy P, Nichols JJ. Compliance factors associated with contact lens- related dry eye. Eye Contact Lens. 2014;40(1):17-22