7

Click here to load reader

Hutan Kota Medan Barat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Hutan Kota mengenai jenis-jenis hutan kota yang terdapat disekitar Kecamatan Medan Barat, SUMUT.

Citation preview

Page 1: Hutan Kota Medan Barat

IDENTIFIKASI BENTUK HUTAN KOTA DI KECAMATAN MEDAN BARAT KOTAMADYA MEDAN DENGAN CITRA SATELIT

Gambar 1. Citra satelit daerah Kecamatan Medan Barat dan sekitarnya (sumber: Google Earth, 2007)

Data Citra

Lokasi = Kecamatan Medan Barat dan sekitarnya

Streaming = 350 meter

Skala = 1 : 350

Pembahasan

Identifikasi bentuk hutan kota ini ditujukan untuk mengenal berbagai bentuk hutan kota yang

terdapat di Kecamatan Medan Barat. Keberadaan hutan kota di kawasan perkotaan terkait dengan

fungsi hutan kota itu sendiri, dimana menurut Irwan (2005), hutan kota mempunyai fungsi yang efektif

terhadap suhu, kelembaban, kebisingan dan debu. Keempat variabel fungsi hutan kota tersebut menjadi

ciri mendasar dalam pengelompokan hutan kota. Dimana menurut Irwan (2005), berdasarkan

bentuknya hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :

Page 2: Hutan Kota Medan Barat

a. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya terkonsentrasi pada

suatu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon dengan jarak tanaman rapat yang tidak

beraturan;

b. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas vegetasinya

tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;

c. Jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung,

mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan sebagainya.

Hasil identifikasi citra satelit menunjukkan terdapat 3 jenis bentuk hutan kota yang dapat

ditemukan di Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan. Hutan kota dengan bentuk jalur dapat

ditemukan di sepanjang pinggiran Sungai Deli, sepanjang Jalan Putri Hijau, dan sepanjang Jalan H. Adam

Malik (Gambar 2). Untuk hutan kota dengan bentuk menyebar yang terlihat cukup kompak terdapat di

sejumlah pemukiman penduduk atau perkantoran di sekitar Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Guru Patimpus,

sekitar jalur kereta api, dan sekitar Sungai Deli. Sedangkan sisanya tampak tidak terlalu kompak yang

tersebar hampir di seluruh kawasan pemukiman dan perkantoran. Sementara itu, untuk hutan kota

berbentuk bergerombol atau mengelompok dapat ditemukan di Jl. Perintis Kemerdekaan.

Gambar 2. Hutan kota berbentuk jalur di daerah Kecamatan Medan Barat.

Page 3: Hutan Kota Medan Barat

Gambar 3. Hutan kota berbentuk menyebar di daerah Kecamatan Medan Barat.

Page 4: Hutan Kota Medan Barat

Gambar 4. Hutan kota berbentuk bergerombol di daerah Kecamatan Medan Barat.

Irwan (2005) mengatakan sehubungan dengan kebutuhan lingkungan perkotaan, hutan kota

harus dibangun dengan cara pengelompokan hutan kota berdasarkan bentuk dan struktur. Untuk

mengantisipasi kendala lahan yang semakin mahal, setiap bentuk lahan yang kosong tidak terbatas

berapa luasnya agar dibangun hutan kota strata banyak. Hutan kota yang sudah ada di lokasi-lokasi

tertentu juga perlu disempurnakan atau dikembangkan agar dapat ditingkatkan fungsinya, yaitu dengan

menanam jenis vegetasi yang meningkatkan struktur seperti semak, perdu, liana, epifit, dan lainya.

Dalam kasus ini, hutan kota yang terdapat di sepanjang Jalan Putri Hijau dan sepanjang Jalan H. Adam

Malik perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menanam jenis pohon atau tanaman lain dan untuk jalan-

jalan protokol lainnya yang belum memiliki hutan kota secara khusus perlu di tanami dengan jenis-jenis

pohon atau jenis tanaman lain yang dapat tumbuh dengan cepat dan mampu menangani pencemaran

udara.

Perlu diingat salah satu aktifitas perkotaan yang paling besar memberikan dampak pencemaran

udara adalah transportasi. Fardiaz (1992) dalam Siregar (2005) menjelaskan bahwa sumber pencemaran

udara yang utama adalah berasal dari transportasi terutama kendaraan bermotor yang menggunakan

bahan bakar yang mengandung zat pencemar, 60% dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon

monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Selain itu, menurut Siregar (2005) pada beberapa

Page 5: Hutan Kota Medan Barat

daerah perkotaan, kendaraan bermotor menghasilkan 85% dari seluruh pencemaran udara yang terjadi.

Kendaraan bermotor ini merupakan pencemar bergerak yang menghasilkan pencemar CO, hirokarbon

yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOx dan partikel. Dengan adanya hutan kota berbentuk jalur di

sepanjang Jl. H. Adam Malik dan Jl. Putri Hijau, diharapkan dampak negatif dari kendaraan bermotor

tersebut dapat dikurangi. Akan tetapi, hasil pengurangan dampak pencemaran udara mungkin hanya

terbatas pada daerah sekitar Jl. H. Adam Malik dan Jl. Putri Hijau, sedangkan untuk daerah yang berada

lebih jauh dari hutan kota jalur tersebut dirasakan akan semakin berkurang pengaruhnya. Oleh karena

itu, keberadaan hutan kota berbentuk menyebar yang terdapat di kawasan pemukiman atau

perkantoran dapat membantu mengurangi dampak pencemaran udara secara merata, meskipun

pengaruhnya tidak sebesar hutan kota berbentuk jalur. Selain itu keberadaan hutan kota berbentuk

bergerombol yang keberadaannya sangat jarang di kota besar seperti Medan juga memiliki pengaruh

untuk menangani masalah pencemaran udara akibat kendaraan bermotor, apalagi jika lokasinya tidak

jauh dari jalan-jalan raya yang sering dilalui kendaraan bermotor.

Kemampuan hutan kota baik yang berbentuk jalur, menyebar maupun bergerombol dalam

menangani masalah pencemaran udara akibat kendaraan bermotor merupakan salah satu manfaat

signifikan dari berbagai aktifitas perkotaan lainnya yang berdampak negatif kepada lingkungan. Oleh

karena itu, Irwan (2005) menyaranakan perlunya merencanakan bentuk dan struktur hutan kota untuk

penanggulangan sumber pencemaran jauh ke depan. Hal ini untuk mengantisipasi pencemaran dari

aktifitas kota seperti kendaran bermotor, industri kecil, dan pusat perdagangan agar membangun hutan

kota berbentuk menyebar, bergerombol maupun berbentuk jalur dengan struktur komunitas vegetasi

berstrata banyak.

Untuk menanggulangi berbagai masalah lingkungan akibat aktifitas negatif perkotaan perlu

dibangun hutan kota dalam berbagai bentuk dan struktur. Dimana dengan adanya hutan kota dengan

berbagai bentuk yang berbeda maka efektifitas penanggulangan masalah lingkungan perkotaan dapat

berlangsung.

Referensi

Irwan, Z. D., (2005). Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara : Jakarta.

Page 6: Hutan Kota Medan Barat

Siregar, E. B. M., (2005). Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya Pada Manusia. Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. http://www.library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&

name=Downloads& file=index&req=getit&lid=1515 [8 Agustus 2007].