24
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau ,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik . Baik di teluk- teluk yang terlindung dari gempuran ombak , maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu . Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis- jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi . 1. Fungsi dan manfaat Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain. [1] Namun pada 10 tahun belakangan ini, sejak berdirinya Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I dan II, manfaat hutan mangrove pun semakin berkembang. Hingga saat ini, hutan mangrove telah memberikan manfaat lain, selain kayu, atau yang biasa disebut dengan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Mangrove, yakni; sebagai bahan pangan dan minuman, serta untuk bahan pewarna dan kosmetik. Hingga saat ini, BPHM Wilayah I telah mengembangkan beberapa jenis tumbuhan pada hutan mangrove untuk dapat dimanfaatkan sebagai; 1. Bahan pangan pengganti beras maupun untuk tepung kue dari buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza).

Hutan Bakau Atau Disebut Juga Hutan Mangrove Adalah Hutan Yang Tumbuh Di Air Payau

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hutan bakau sangat berpengaruh untuk kelangsungan hidup suatu ekosistem yang ada pada air. hutan bakau atau hutan mangrove biasanya banyak di temui dipinggir pantai atau laut. hutan bakau ini sangat berpengaruh bagi kehidupan air seperti ikan-ikan kecil, udang dan binatang kecil lainnya.

Citation preview

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

1. Fungsi dan manfaatSalah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain.[1]

Namun pada 10 tahun belakangan ini, sejak berdirinya Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I dan II, manfaat hutan mangrove pun semakin berkembang. Hingga saat ini, hutan mangrove telah memberikan manfaat lain, selain kayu, atau yang biasa disebut dengan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Mangrove, yakni; sebagai bahan pangan dan minuman, serta untuk bahan pewarna dan kosmetik.

Hingga saat ini, BPHM Wilayah I telah mengembangkan beberapa jenis tumbuhan pada hutan mangrove untuk dapat dimanfaatkan sebagai;

1. Bahan pangan pengganti beras maupun untuk tepung kue dari buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza).

2. Bahan minuman sirup, dodol, selain dan puding dari buah Pidada (Sonneratia caseolaris).

3. Bahan pembuat sabun dari buah Pidada (Sonneratia caseolaris).

4. Bahan tepung kue dari buah Api-api (Avicennia sp).

5. Bahan kosmetik (lulur dingin) dari buah Nyirih (Xylocarpus granatum).

6. Bahan baku alkohol, cuka dan gula merah dari buah Nipah (Nypa fruticans).

7. Bahan pewarna pakaian dari kulit kayu bakau (Rhizophora mucronata), Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan Mentigi (Ceriops tagal).

Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I (BPHM Wilayah I) pun telah aktif melakukan pelatihan ke berbagai provinsi di wilayah kerjanya (19 Provinsi di Indonesia - diluar pulau

Kalimantan dan Sumatera) tentang manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK) Mangrove sebagai bahan pangan, minuman, sabun dan pewarna.

8. Luas dan PenyebaranHutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.

Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove dunia. Namun sebagian kondisinya kritis.[2]

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.

Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

Lingkungan fisik dan zonasi

Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon bakau, Rhizophora sp.

Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah sebagai berikut :

Jenis tanah

Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.

Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.

Terpaan ombak

Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.

Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar.

Penggenangan oleh air pasang

Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.

Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.

Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.

Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.), kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.).

Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih (Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis) dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).

2. Bentuk-bentuk adaptasiMenghadapi lingkungan yang ekstrem di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan vegetasi mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar garam di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi fisiologis.

Tegakan api-api Avicennia di tepi laut. Perhatikan akar napas yang muncul ke atas lumpur pantai.

Pohon-pohon bakau (Rhizophora spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang (stilt root) untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.) menumbuhkan akar napas (pneumatophore) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara. Pohon kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut (knee root), sementara pohon-pohon nirih (Xylocarpus spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki lentisel, lubang pori pada pepagan untuk bernapas.

Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti Rhizophora mangle, mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir tawar, sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.

Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi mangrove harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun (stomata) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi evaporasi dari daun.

PerkembangbiakanAdaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.

Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.

Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.

Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.

Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.

3. Zonasi dan Syarat Pertumbuhan Mangrove

Pembagian zonasi pertumbuhan sering dibagi berdasarkan daerah penggenangan dan jenis tumbuhan yang tumbuh pada daerah tersebut. Misalnya menurut daerah yang tergenang diklasifikasikan dalam 3 zonasi yaitu : Zona proksimal, Zona midle dan Zona Distal.

Zona Proksimal adalah zona yang dekat dengan laut atau zona terdepan. Pada daerah ini biasanya ditemukan jenis-jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba.

Zona Midle adalah zona yang terletak di antara laut dan darat atau zona pertengahan. Biasanya ditemukan jenis-jenis : Sonneratia caseolaris, Rhizophora alba, Bruguiera gymnorrhiza, Avecennia marina, Avecennia officinalis dan Ceriops tagal.

Zona distal adalah zona yang terjauh dari laut atau terbelakang. Pada daerah ini biasa ditemukan jenis-jenis Heriteria littoralis, Pongamia sp, Xylocarpus sp, Pandanus sp, dan Hibiscus tiliaceus.

Banyak orang yang ingin membuat penanaman di daerah mangrove namun sering kali gagal karena kurang memahami karakteristik dari habitat dan tumbuhan mangrove itu sendiri. Bagaimana tumbuhan mangrove itu dapat tumbuh dengan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, perlu diketahui dan dipelajari sebaik mungkin.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove seperti; Gelombang laut yang tidak terlalu besar, hal ini diperlukan agar jenis tumbuhan mangrove dapat menancapkan akarnya. Selanjutnya memerlukan Salinitas (kadar garam) yang tinggi karena merupakan daerah pertemuan air laut dan tawar. Terdapat endapan lumpur pada pesisir pantai, serta mempunyai daerah pasang surut yang lebar. Itulah beberapa faktor penunjang tumbuhnya suatu jenis mangrove pada suatu kawasan

Faktor-faktor penunjang ini harus diperhatikan dengan baik agar kegiatan penanaman dan rehabilitasi pada daerah mangrove dapat berhasil. Pemilihan jenis yang tepat sesuai dengan zonasi dan habitat juga turut menentukan persentase hidup dan keberhasilan dari tanaman tersebut.

6. Suksesi hutan bakauTumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (forest succession atau sere). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di lahan basah (disebut hydrosere). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser.

Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (mudflat) yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau. Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi mangrove, dan mulailah terbentuk vegetasi pionir hutan bakau.

Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi mangrove. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas.

Pada saatnya bagian dalam hutan bakau akan mulai mengering dan menjadi tidak cocok lagi bagi pertumbuhan jenis-jenis pionir seperti Avicennia alba dan Rhizophora mucronata. Ke bagian ini masuk jenis-jenis baru seperti Bruguiera spp. Maka terbentuklah zona yang baru di bagian belakang.

Demikian perubahan terus terjadi, yang memakan waktu berpuluh hingga beratus tahun. Sementara zona pionir terus maju dan meluaskan hutan bakau, zona-zona berikutnya pun bermunculan di bagian pedalaman yang mengering.

Uraian di atas adalah penyederhanaan, dari keadaan alam yang sesungguhnya jauh lebih rumit. Karena tidak selalu hutan bakau terus bertambah luas, bahkan mungkin dapat habis karena faktor-faktor alam seperti abrasi. Demikian pula munculnya zona-zona tak selalu dapat diperkirakan.

Di wilayah-wilayah yang sesuai, hutan mangrove ini dapat tumbuh meluas mencapai ketebalan 4 km atau lebih; meskipun pada umumnya kurang dari itu.

4. Zonasi Hutan Mangrove Menurut Komposisi Jenis enis-jenis mangrove memiliki tuntutan dan siklus hidup yang berbeda-beda, sehingga komposisi hutan mangrove juga berbeda dari suatu tempat ke tempat lain. Hal ini disebabkan karena keberadaan komunitas hutan mangrove sangat bergantung pada faktor ekologisnya, antara lain :

1. Tipe tanah, keras dan lembek, berpasir atau berlumpur dala berbagai perbandingan.2. Salinitas/kadar garam dalam per mil, dari variasi rata-rata harian maupun tahanan,

yang secara kasar berkaitan dengan frekwensi.

3. Lama serta dalamnya penggenangan yang dialami jenis tersebut.4. Ketahanan jenis-jenis mangrove terhadap kuat arus dan ombak.

Komposisi hutan mangrove terdiri dari asosiasi Avicenia spp, Sonneratia spp, Rhizophora spp, Bruguiera spp, Ceriops spp, Lumnitzera spp dan Xylocarpus spp. Nipa merupakan batas hutan mangrove dan hutan rawa atau hutan pantai. Susunan formasi dari masing-masing di atas sangat dipengaruhi oleh kadar garam yang semakin ke darat semakin berkurang.

Jenis pohon yang berbeda membentuk zonasi vegetasi antara tempat yang satu dengan yang lain berbeda. Zonasi adalah mintakat atau suatu daerah yang dicirikan oleh suatu organisme atau biota yang hidupnya melimpah dan mendominasi serta seragam pada daerah tertentu, zonasi tumbuhan mangrove mempunyai variasi pada lokasi yang berbeda.

Hutan mangrove memiliki zona tumbuh tertentu. Pembagian zona ini di mulai dari bagian yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan ombak yakni zona terdepan yang digenangi air berkadar garam tinggi dan ditumbuhi pohon pionir (Sonneratia spp). Dari depan kebelakang zona tumbuh mangrove antara lain :

1. Zona yang paling depan yakni ; tumbuhan Avicenia spp (api-api) yang berasosiasi dengan Sonneratia spp, zona ini menghadapi ombak, tanah berlumpur agak lembek dengan salinitas tinggi.

2. Zona Rhizophora (mange-mange) umumnya didominasi dengan tanaman bakau jenis Rhizophora spp. Pada beberapa tempat berasosiasi dengan jenis seperti Bruguiera sp (tongke).

3. Zona Bruguiera, umumnya didominasi oleh tanaman bakau jenis Bruguiera spp. Pada beberapa tempat sering dijumpai berasosiasi dengan jenis lain seperti Ceriops tagal. Salinitas sedang.

4. Zona kering dan nipa. Pada zona ini salinitas airnya sangat rendah dan tanahnya keras serta kurang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Daerah ini umumnya didominasi oleh tumbuhan nipa (Nypa fruticans).

5. Jenis Perakaran Akar Nafas (Pneumatophore) Pada Hutan Mangrove.Definisi dan Pengertian Akar Nafas adalah akar yang tumbuh dan berkembang dengan fungsi sebagai pembantu pernafasan tanaman. Jenis tumbuhan yang memiliki akar nafas, umumnya tumbuh pada media tumbuh yang khusus, seperti pada daerah yang ditumbuhi oleh jenis-jenis mangrove atau pada hutan-hutan rawa.

Jenis penyusun hutan mangrove mempunyai akar nafas dengan bentuk yang bermacam-macam misalnya Genus Sonneratia dan Genus Avicennia mempunyai akar horisontal, Bruguiera berakar lutut, sedang Rhizopora mempunyai akar tunjang.

Jenis vegetasi mangrove mempunyai bentuk khusus yang menyebabkan mereka dapat hidup di perairan yang dangkal yaitu mempunyai akar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tundung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau dahan. Akar-akar dangkal sering memanjang yang disebut ”pneumatofor” ke permukaan subtrat yang memungkinkan mereka mendapatkan oksigen dalam lumpur yang anoksik dimana pohon-pohon ini tumbuh. Daun-daunnya kuat dan mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Beberapa jenis tumbuhan mangrove mempunyai kelenjar garam

yang menolong menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam (Nybakken, 1988).

7 Jenis - Jenis Tumbuhan Mangroveselain Rhizophora, ada jenis lain juga yang berbuah. Buah jenis Sonneratia ditemukan bertaburan di atas pasir. Buah berwarna hijau dengan kelopak seperti bintang.

Buah Sonneratia sp

Di samping buah-buah Sonneratia sp terdapat akar-akar napas Sonneratia yang muncul dipermukaan tanah. Akar-akar ini berfungsi dalam pernapasan tumbuhan mangrove pada habitat yang asin dan jenuh dengan air.

Akar Sonneratia sp

Di Tanjung Batu juga terdapat vegetasi pantai seperti Bintangur, Waru, Baringtonia, dll. Tetapi sayangnya ada orang yang menebangnya dan meninggalkan begitu saja.

Pohon Bintangur ditebang

Pohon Bintangur ditebang dan dibiarkan begitu saja, entah apa tujuan dari orang yang menebang pohon ini. Bijinya bertaburan disana-sini, tidak dimanfaatkan karena memang mereka tidak tahu memanfaatkannya dan mereka tidak tahu bahwa sekarang orang rame-rame membudidayakan pohon ini.

Biji Bintangur

Bintangur sebagai salah satu jenis pohon yang bijinya dipakai untuk bahan bakar alternatif, banyak dibicarakan orang dan dibudidayakan untuk mendapatkan keuntungan finansial dan ekologis.

Di atas-atas pohon vegetasi pantai terdapat berbagai jenis Ephypit, yang tumbuh menumpang, agar mendapatkan cahaya matahari yang cukup.

Ephypit Sarang Burung

Akhirnya ditemukan suatu biji yang sedang berkecambah pada batu karang. Biji ini diamati terus…….. apa sih nama biji tersebut.

9 GAMBAR HUTAN MANGROVE

10 Keanekaragaman Fauna pada Habitat MangroveKomunitas hutan mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua) kelompok.1. Kelompok fauna daratan membentuk/terestrial yang umumnya menempatibagian atas pohon mangrove, terdiri atas : insekta, ular, primata dan burung.

Kelompok ini sifat adaptasi khusus untuk hidup didalam hutan mangrove,karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya diluar jangkauan air lautpada bagian pohon yang tinggi meskipun mereka dapat mengumpulkanmakanannya berupa hewan laut pada saat air surut.2. Kelompok fauna perairan / akuatik, terdiri atas dua tipe yaitu :a. Yang hidup dikolam air, terutama berbagai jenis ikan dan udang.b. Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang mangrove)maupun lunak (lumpur) terutama kepiting, kerang dan berbagai jenisinvertebrata lainnya.www.irwantoshut.comKEANEKARAGAMAN FAUNA PADA HABITAT MANGROVE 11Habitat mangrove adalah sumber produktivitas yang bisa dimanfaatkan baikdalam hal produktivitas perikanan dan kehutanan ataupun secara umum merupakansumber alam yang kaya sebagai ekosistem tempat bermukimnya berbagai flora danfauna.Mulai dari perkembangan mikro organisme seperti bakteri dan jamur yangmemproduksi detritus yang dapat dimakan larva ikan dan hewan-hewan laut kecillainnya. Pada gilirannya akan menjadi makanan hewan yang lebih besar danakhirnya menjadi mangsa predator besar termasuk pemanfaatan oleh manusia.Misalnya kepiting, ikan blodok, larva udang dan lobster memakan plankton dan

detritus di habitat ini. Kepiting diambil dan dimanfaatkan manusia sebagai makanan.

Berbagai hewan seperti, reptil, hewan ampibi, mamalia, datang dan hidupwalaupun tidak seluruh waktu hidupnya dihabiskan di habitat mangrove. Berbagaijenis ikan, ular, serangga dan lain-lain seperti burung dan jenis hewan mamalia dapat

bermukim di sini. Sebagai sifat alam yang beraneka ragam maka berbeda tempat ataulokasi habitat mangrovenya maka akan berbeda pula jenis dan keragaman floramaupun fauna yang hidup di lokasi tersebut.Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai di habitat mangrove antara lainadalah; dari jenis serangga misalnya semut (Oecophylla sp.), ngengat (Attacus sp.),kutu (Dysdercus sp.); jenis krustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.), jenislaba-laba (Argipe spp., Nephila spp., Cryptophora spp.); jenis ikan seperti ikanblodok (Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes sp.); jenis reptil seperti kadal(Varanus sp.), ular pohon (Chrysopelea sp.), ular air (Cerberus sp.); jenis mamaliaseperti berang-berang (Lutrogale sp,) dan tupai (Callosciurus sp.), golongan primata(Nasalis larvatus) dan masih banyak lagi seperti nyamuk, ulat, lebah madu,kelelawar dan lain-lain.

Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yangdiantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigrissumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam(Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempatpersinggahan bagi burung-burung migran.

Ada pula Long-Tailed Mongkey, salah satu jenis kera yang menyukai danmencari kepiting untuk makanannya. Di Taman Nasional tersebut tercatat lebih dari

150 spesies burung bermukim dan berkunjung ke habitat mangrove.

Gambar. 15. Dendrocygna javanicaBerang-berang bisa dijumpai di hutan mangrove sebagai hewan pemangsaikan, kepiting, siput dan kodok yang juga ada di habitat mangrove sambil bermainair. Kadal pun dapat ditemukan di hutan mangrove, menyukai ikan-ikan kecil sebagai

makanannya.

11 Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumberhayati Perikanan Pantai

SITUS: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-hutan-mangrove.html

Kekayaan floraBeraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 spesies dari 20 genera, anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya.

Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan Samudera Hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies

(Noor dkk, 1999).

Berikut ini adalah daftar suku dan genus mangrove sejati, beserta jumlah jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986).