3
BAB 4 TENTANG WARISAN PASAL 92 1. Warisan adalah benda yang sudah ada sebelum lahir, termasuk kewajiban-kewajiban yang diperoleh dari leluhurnya secara sekala niskala yang diberikan kepada keturunannya. 2. Yang termasuk warisan adalah: a. Milik keluarga, yaitu tanah milik desa untuk melaksanakan kewajiban desa, khayangan, dan lain sebagainya. b. Sanggah / merajan keluarga. c. Harta keluarga / upaya keluarga harta bawaan, utang. 3. Baru dapat disebut warisan jika telah ada: a. Pihak pewaris b. Pihak ahli waris c. Harta benda dan kewajiban-kewajiban sebagai bukti warisan. PASAL 93 1. Ahli waris adalah: a. Keturunan Laki-laki (purusa) b. Keturunan perempuan yang menikah nyentana (sentana rajeg) 2. Jika tidak ada seperti yang di atas, yang disebut ahli waris: a. Keturunan purusa ke atas kepada saudara orang tua laki- laki (ayah), kakek, selanjutnya saudara sepupu dari saudara kakek. b. Keturunan purusa garis ke samping yaitu keponakan dan juga anak sepupu. PASAL 94 Kewajiban ahli waris: 1. Bisa mengusahakan warisan warisan dari leluhur, seperti memelihara sanggah, pura serta berusaha mengupacarai dan mewakili ayah-ayahan pewaris.

Hukum Waris Adat Bali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hukum Waris Adat Bali

BAB 4TENTANG WARISAN

PASAL 92

1. Warisan adalah benda yang sudah ada sebelum lahir, termasuk kewajiban-kewajiban yang diperoleh dari leluhurnya secara sekala niskala yang diberikan kepada keturunannya.

2. Yang termasuk warisan adalah:a. Milik keluarga, yaitu tanah milik desa untuk melaksanakan kewajiban desa,

khayangan, dan lain sebagainya.b. Sanggah / merajan keluarga.c. Harta keluarga / upaya keluarga harta bawaan, utang.

3. Baru dapat disebut warisan jika telah ada:a. Pihak pewarisb. Pihak ahli warisc. Harta benda dan kewajiban-kewajiban sebagai bukti warisan.

PASAL 93

1. Ahli waris adalah:a. Keturunan Laki-laki (purusa)b. Keturunan perempuan yang menikah nyentana (sentana rajeg)

2. Jika tidak ada seperti yang di atas, yang disebut ahli waris:a. Keturunan purusa ke atas kepada saudara orang tua laki-laki (ayah), kakek,

selanjutnya saudara sepupu dari saudara kakek.b. Keturunan purusa garis ke samping yaitu keponakan dan juga anak sepupu.

PASAL 94

Kewajiban ahli waris:1. Bisa mengusahakan warisan warisan dari leluhur, seperti memelihara sanggah, pura serta

berusaha mengupacarai dan mewakili ayah-ayahan pewaris.2. Melakukan pembakran jenazah (ngaben) pewaris dan melaksanakan upacara-upacara

untuk leluhur (pitra).3. Membayar utang-utang pewaris sesuai dengan lokika.

PASAL 95

Pembagian waris sesuai dengan:1. Jika sudah melaksanakan upacara untuk leluhur dan hutang-hutang pewaris telah

dilunasi.2. Para ahli waris mendapat bagian sama yang berasal dari selain harta pribadi, tanah

ayahan desa yang dikuasai oleh ahli waris yang utama laki-laki yang meneruskan atau anak kandung.

3. Salah seorang dari ahli waris dapat tidak mendapat bagian yang sama jika:a. Meninggalkan kawitan tan tetamian agama.

Page 2: Hukum Waris Adat Bali

b. Durhaka terhadap orang tua.c. Keturunan wanita ahli waris (sentana rajeg) kawing keluar atau nyeburin

menikah keluar ke rumah istrinya.4. Yang bukan ahli waris, tetapi dapat menikmati sebagaimana diatur:

a. Anak perempuan selama belum menikah atau durhaka terhadap orang tua dan memiliki anak yang tidak diakui orang tuanya dapat mewaris hanya dari guna karya dari ibunya saja.

b. Perempuan yang menikah keluar dari laki-laki yang menjadi pradana bukanlah ahli waris.

c. Pulang kembali ke rumah setelah bercerai, disebut ninggal kedaton.5. Pewaris boleh memberikan bekal kepada anak perempuannya yang sudah menikah

semasih dia hidup.

PASAL 96

1. Apabila dalam satu keluarga terdapat ahli waris lebih dari 1 orang, diatur:a. Dibagi secara adilb. Apabila tidak bisa, minta pertimbangan ke kerta desa.c. Jika tidak bisa juga mintalah putusan pengadilan negeri.

2. Apabila karang / tanah tersebut tidak ada ahli waris, berlaku ketentuan:a. Ahli waris dalam ketentuan pasal 93b. Orang yang digunakan masuk ke dalam keluarga dengan nyentana menurut

ketentuan pasal 59 (2) muah (3).c. Jika tidak ada keputusan dari Kerta Desa, dibawa ke pengadilan negeri.

3. Kalau sampai karang / tanah desa dibagi, haruslah masing-masing menjalani mekrama desa marep atau menjalan kehidupan bermasyarakat di desa terlebih dahulu (batan peha).

PASAL 97

1. Jika terjadi perkawinan gamia (tidak patut) wajib melaksanakan upacara agama berdasarkan atas perarem.

2. Jika ada perkawinan gamia gemana (orang berhubungan intim dengan binatang) harus menggelar upacara pamarisuda jagat menurut pararem.

3. Apabila terdapat perkawinan beda kasta (wanita berkasta lebih tinggi dengan laki-laki dengan kasta lebih rendah) harus dilakukan upacara patiwangi terlebihdahulu sebelum melaksanakan upacara pernikahan.

4. Kemudian apabila menikah dengan melepas agama hindu, tidak dapat waris.5. Surat wasiat tidak dikenal dan diakui oleh awig-awig Desa Pekraman Peguyangan terkait

dalam hal pewarisan.