4
N Judul : Hukum Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Perawan Lagi Kategori : Nikah & Keluarga Nama Pengirim : Saung Tanggal Kirim : 2004-08-23 12:06:38 Tanggal Dijawab : 2004-08-26 07:47:23 Pertanya an Assalamu 'alaikum wr. Wb Ustadz... Saya seorang pria berumur 24 Th. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya konsultasikan dengan ustadz. 1. Bagaimana hukumnya menikah dengan wanita yang tidak perawan lagi padahal dia belum pernah menikah ? 2. Hukum menikahi seorang wanita yang bertato ? Bagaimana caranya ? Wassalamu 'alaikum wr wb Jawaban Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba�d. Wanita yang belum menikah namun sudah tidak perawan punya beberapa kemungkinan. Diantaranya adalah pernah berzina, atau pernah diperkosa, atau karena sebab tertentu sehingga selaput daranya robek. Misalnya karena berolah raga keras, terjatuh dan lain-lain. Masing-masing kondisi ini tentu punya latar belakang dan hukum yang berbeda-beda. Robeknya selaput dara wanita dalam pandangan hukum Islam tidak identik dengan hilangnya keperawanan. Sebab perawan atau tidak itu ditentukan oleh pernah menikah atau belum. Sehingga bila

Hukum Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Perawan Lagi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hukum Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Perawan Lagi

NJudul : Hukum Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Perawan LagiKategori : Nikah & KeluargaNama Pengirim

: Saung

Tanggal Kirim

: 2004-08-23 12:06:38

Tanggal Dijawab

: 2004-08-26 07:47:23

Pertanyaan Assalamu 'alaikum wr. Wb Ustadz...

Saya seorang pria berumur 24 Th. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya konsultasikan dengan ustadz.

1. Bagaimana hukumnya menikah dengan wanita yang tidak perawan lagi padahal dia belum pernah menikah ?

2. Hukum menikahi seorang wanita yang bertato ? Bagaimana caranya ?

Wassalamu 'alaikum wr wb

Jawaban Assalamu `alaikum Warahmatullahi WabaraktuhAlhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba�d.

Wanita yang belum menikah namun sudah tidak perawan punya beberapa kemungkinan. Diantaranya adalah pernah berzina, atau pernah diperkosa, atau karena sebab tertentu sehingga selaput daranya robek. Misalnya karena berolah raga keras, terjatuh dan lain-lain.

Masing-masing kondisi ini tentu punya latar belakang dan hukum yang berbeda-beda. Robeknya selaput dara wanita dalam pandangan hukum Islam tidak identik dengan hilangnya keperawanan. Sebab perawan atau tidak itu ditentukan oleh pernah menikah atau belum. Sehingga bila seorang wanita robek selaput daranya karena suatu sebab namun belum pernah menikah secara syah, dia tetap diposisikan sebagai perawan dalam pernikahan. Secara hukum, kedudukannya berbeda dengan wanita yang sudah pernah menikah sebelumnya.

Beda Perawan Dan Bukan Dalam Kedudukan Hukum

Misalnya dalam masalah izin atau kesediaannya untuk dinikahi, diamnya seorang perawan bermakna persetujuannya untuk dinikahi. Sedangkan wanita yang sudah pernah menikah, untuk menikahkannya harus dimintakan persetujuannya secara tegas / eksplisit.

Page 2: Hukum Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Perawan Lagi

Demikian juga dalam kasus zina, seorang perawan yang belum pernah menikah sebelumnya bila berzina, hukumannya adalah cambuk 100 kali. Sedangkan wanita yang sudah pernah menikah, maka hukumannya adalah hukum rajam.

Hukum Menikahi Wanita Yang Pernah Berzina

Ada sebuah ayat Al-Quran Al-Kariem yang menjelaskan tentang ketidak-layakan orang baik-baik menikah dengan wanita pezina.

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mu'min. (QS. An-Nur : 3)

Ayat di atas oleh sebagian ulama dijadikan dasar untuk mengharamkan menikah dengan wanita yang pernah berzina dengan orang lain. Termasuk mengharamkan menikah dengan sesama pasangan zina. Diantara yang mengharamkan adalah ibunda mukminin Aisyah ra, Ali bin Abi Thalib, Al-Barra' dan Ibnu Mas'ud. Bahkan Ali bin Abi Thalib ra mengatakan bahwa bila seorang istri berzina, maka wajiblah pasangan itu diceraikan. Begitu juga bila yang berzina adalah pihak suami.

Namun bila seorang wanita yang pernah berzina telah bertobat, minta ampun, menyesal dan berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi seumur hidup serta bertekad untuk membangun lembaran baru dalam hidupnya, sebagian ulama membolehkan untuk menikahinya. Mereka yang membolehkannya berdalil bahwa ayat itu tidak bermakna mengharamkan, melainkan hanya sampai batas membenci (tanzih).

Selain itu mereka beralasan bahwa kalaulah memang diharamkan, maka lebih kepada kasus yang khusus saat ayat itu diturunkan. Mereka juga mengatakan bahwa ayat itu telah dibatalkan ketentuan hukumnya (dinasakh) dengan ayat lainnya yaitu :

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nur : 32).

Pendapat ini juga merupakan pendapat Abu Bakar As-Shiddiq ra dan Umar bin Al-Khattab ra dan fuqaha umumnya. Mereka membolehkan seseorang untuk menikahi wanita pezina. Dan bahwa seseorang pernah berzina tidaklah mengharamkan dirinya

Page 3: Hukum Menikah Dengan Wanita Yang Tidak Perawan Lagi

dari menikah secara syah.

Pendapat mereka ini dikuatkan dengan hadits berikut :

Dari Aisyah ra berkata,"Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda,"Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal". (HR. Tabarany dan Daruquthuny).

Juga dengan hadits berikut ini :

Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,"Istriku ini seorang yang suka berzina". Beliau menjawab,"Ceraikan dia". "Tapi aku takut memberatkan diriku". "Kalau begitu mut'ahilah dia". (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i)

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.