69
Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD BANJARBARU TAHUN 2011 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada Jurusan Kebidanan Prodi D III Program Regular Oleh : D WI L I S S T I AN I NIM. PO7124009046 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD BANJARBARU

TAHUN 2011

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan PendidikanPada Jurusan Kebidanan Prodi D III

Program Regular

Oleh :D WI L I S S T I AN I NIM. PO7124009046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN

KEBIDANAN PRODI D IIITAHUN 2012

Page 2: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kematian bayi di Indonesia masih tergolong tertinggi jika

dibandingkan dengan negara di ASEAN, hal itu tercermin dari perbandingan

dengan jumlah angka kematian bayi di negara tetangga seperti Singapura (3

per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000), Vietnam

(18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000). Angka kematian bayi (Infant

Mortality Rate) ialah banyaknya kematian bayi berumur dibawah satu tahun

per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun (M e t r o t vn ew s , 2010).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia pada

tahun 2007, didapati sebanyak 35 kasus kematian per 1000 kelahiran

menimpa bayi. Menurut Millenium Development Goals (MDGs), tahun 2015

Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 23 per 1000

kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang

terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa

neonatus salah satunya BBLR masih merupakan masalah di dunia karena

merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir

(Maryunani, 2009).

Page 3: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dan angka kematiannya

35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500

gram (Pantiawati, 2010).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya

adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu (toksemia gravidarum, perdarahan

antepartum, diabetes mellitus), umur < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu dengan

paritas 1 dan ≥ 4 (Muslihatun, 2010).

Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan

dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu

hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum

tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan

kesehatan janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi

yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi

sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih,

terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi

(Rochyati, 2003).

Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, pada

primimuda, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran

dewasa akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam

kandungan. Pada primitua, mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ

Page 4: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

kandungan menua, jalan lahir juga bertambah kaku. Ada kemungkinan lebih

besar mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.

Sedangkan pada ibu dengan paritas ≥ 4, karena ibu sering melahirkan maka

kemungkinan akan timbul gangguan pada kesehatannya seperti anemia,

kurang gizi, kekendoran pada dinding perut dan rahim sehingga

mengakibatkan terjadinya BBLR (Rochyati, 2003).

Angka kematian bayi akibat BBLR di Kalimantan Selatan tahun 2009

mengalami peningkatan, yaitu dari 521 bayi yang meninggal tercatat 168

(32,2%) adalah BBLR. Sedangkan pada tahun 2010, dari 611 bayi yang

meninggal tercatat 199 (32,6%) adalah BBLR (Dinkes, 2010).

Menurut data yang ada di RSUD Banjarbaru tahun 2010, dari 735

kelahiran, jumlah bayi berat lahir normal (BBLN) sebanyak 633 bayi (86,1%),

sedangkan jumlah BBLR sebanyak 102 bayi (13,8%). Pada tahun 2011 dari

918 kelahiran, jumlah BBLN sebanyak 780 bayi (84,9%), sedangkan jumlah

BBLR sebanyak 138 bayi (15,0%).

Berdasarkan data tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru

tahun 2011.

B. Rumusan Masalah

Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 kejadian BBLR

mengalami peningkatan sebanyak 1,2% dari 102 kasus (13,8%) menjadi 138

Page 5: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

kasus (15,0%). Berdasarkan pernyataan masalah maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan umur dan

paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di

RSUD Banjarbaru tahun 2011

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di RSUD Banjarbaru tahun 2011 b.

Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Banjarbaru tahun 2011 c.

Menganalisa hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD

Banjarbaru tahun 2011

d. Menganalisa hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD

Banjarbaru tahun 2011

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dalam upaya pencegahan

dan penanganan BBLR serta memberikan pengalaman dalam pembuatan

karya tulis ilmiah

Page 6: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

2. Bagi pihak RSUD Banjarbaru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang

kejadian BBLR dan penyebab terjadinya BBLR.

3. Bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai salah satu data dasar untuk penelitian selanjutnya

khususnya tentang BBLR.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Jayanti Oktrina dengan judul

faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya BBLR di RSUD Ulin

Banjarmasin tahun 2006 dengan variabel umur, paritas dan kehamilan

kembar, pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dan didapatkan

hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara umur dan paritas dengan

terjadinya BBLR dan ada hubungan yang bermakna kehamilan kembar

dengan terjadinya BBLR.

Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada rancangan

penelitian, tempat dan tahun penelitian.

Page 7: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian

1) Berat bayi lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram (Muslihatun, 2010).

2) Berat bayi lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Saifuddin,

2009).

3) World heath organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan

bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama

dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (BBLR), karena

morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada

berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi

tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas

bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).

Page 8: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

b. Klasifikasi

1) Menurut Maryunani (2009) bayi/neonatus yang termasuk dalam

BBLR merupakan salah satu dari keadaan berikut ini:

a) NKB SMK (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan)

adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai masa

kehamilan

b) NKB KMK (neonatus kurang bulan - kecil masa kehamilan)

adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari

normal menurut usia kehamilan

c) NCB KMK (nenonatus cukup bulan - kecil untuk masa

kehamilan) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat

badan lahir kurang dari normal.

Selain itu menurut Maryunani (2009), BBLR dibagi lagi

berdasarkan berat badan lahir, yaitu:

a) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi

yang lahir dengan berat badan lahir antara 1000 - 1500 gram

b) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah

bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram

2) Menurut Pantiawati (2010), BBLR dapat dikelompokkan menjadi

prematuritas murni dan dismaturitas

a) Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang

dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk

Page 9: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

kehamilan (NKB-SMK).

b) Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat

badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, biasa disebut

dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).

c. Etiologi

1) Menurut Muslihatun (2010)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat bayi

lahir rendah diantaranya adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu

(toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, diabetes mellitus),

umur < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4.

Faktor janin yang dapat menyebabkan BBLR, diantaranya

hidramnion, kehamilan ganda, dan lain-lain.

2) Menurut Pantiawati (2010)

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.

Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor

plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta

faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

3) Menurut Manuaba (1998), etiologi BBLR adalah:

a) Faktor ibu

(1) Gizi saat hamil yang kurang

(2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Page 10: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

(3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

(4) Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, perokok)

(5) Faktor pekerja yang terlalu berat

b) Faktor kehamilan

(1) Hamil dengan hidramnion

(2) Hamil ganda

(3) Perdarahan antepartum

(4) Komplikasi hamil: pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah

dini

c) Faktor janin

(1) Cacat bawaan

(2) Infeksi dalam rahim

d) Faktor yang masih belum diketahui

d. Penatalaksanaan

Menurut Mitayani (2009) penatalaksanaan pada bayi BBLR adalah :

1) Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain kering,

selimuti dan gunakan topi untuk menghindari adanya kekurangan

panas.

2) Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna

mengetahui sindrom aspirasi mekonium

Page 11: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

3) Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai kedinginan., hal ini karena

bayi BBLR mudah hipertemi akibat luas dari permukaan tubuh bayi

relatif lebih besar dari lemak subkutan.

4) Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama

5) Jika bayi haus, beri makanan dini yang berguna untuk mencegah

hipoglikemi

6) Jika bayi sianosis atau sulit bernapas, beri oksigen lewat kateter

hidung

e. Upaya menurunkan terjadinya kasus BBLR

Menurut Proverawati (2010) upaya yang dilakukan untuk menurunkan

kejadian BBLR adalah :

1) Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makanan

yang lebih sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan

yang mengandung nutrisi

2) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.

Apabila kenaikan berat badannya kurang dari 1kg/bulan, sebaiknya

segera berkonsultasi dengan ahli

3) Mengkonsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet/hari.

4) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-35 tahun)

Page 12: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

5) Konseling pada suami istri untuk mengusahakan agar menjaga jarak

kehamilan paling sedikit 2 tahun

6) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar

mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan

antenatal dan status gizi selama kehamilan.

2. Umur

a. Pengertian

1) Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun

yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Wikipedia, 2010b).

2) Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau adanya seseorang

(sejak lahir) (Alwi, 2003)

b. Klasifikasi

1) Menurut Rochyati (2003), dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia

aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan

yang berisiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang

dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20

tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai

ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan

janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi

Page 13: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi

sebelum/sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau

lebih, terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir

tidak lentur lagi.

2) Menurut Wahab (2000), angka mortalitas neonatus terendah terdapat

pada bayi dari ibu yang mendapat perawatan prenatal yang cukup dan

berumur antara 20-35 tahun. Kehamilan pada umur dibawah 20 tahun

maupun wanita yang melebihi umur 35 tahun menambah risiko

terjadinya retardasi pertumbuhan janin intrauteri.

c. Pengaruh umur terhadap kejadian BBLR

Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini disebabkan

belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin

yang memudahkan terjadinya BBLR (Manuaba, 1998), sedangkan pada

umur diatas 35 tahun meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi

kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga

dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran

BBLR, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada wanita yang

berusia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka kejadian

terendah pada usia 20-35 tahun (Wikipedia, 2010a).

Page 14: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

3. Paritas

a. Pengertian

1) Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita

(Maimunah, 2005)

2) Paritas adalah keadaan kelahiran, keadaan wanita yang pernah

melahirkan bayi hidup maupun lahir mati (Muda, 2003)

b. Klasifikasi

1) Menurut Wiknjosastro (2002), dari sudut kematian paritas terbagi

atas:

a) Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk hamil dan

bersalin

b) Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas, maka

semakin tinggi juga kematian maternal.

2) Menurut Mochtar (1998) terbagi menjadi:

a) Primipara adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama

kalinya

b) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa

kali (sampai 5 kali)

c) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6

kali atau lebih hidup atau mati.

Page 15: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

c. Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR

Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, pada

primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga

kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk

melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang

masih belum stabil (Rochyati, 2003), sedangkan ibu yang pernah

melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi

akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi

pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan

kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan

mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan

melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).

B. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

(Notoatmodjo,

2002). Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Page 16: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Umur

Paritas

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kejadian BBLR

Gambar 2.1Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru

tahun 2011

2. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru

tahun 2011

Page 17: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Rancangan pada penelitian ini adalah Case

Control. Case Control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang

menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan

pendekatan “Retrospective” dengan kata lain efek diidentifikasi pada saat ini,

kemudian faktor risiko adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu

(Notoatmodjo, 2002).

Case Control merupakan rancangan penelitian yang membandingkan

antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi

kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan (Hidayat, 2007).

Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara umur dan paritas ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru

tahun 2011.

Page 18: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di ruang

bersalin RSUD Banjarbaru pada tahun 2011 sebanyak 918 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010). Penelitian ini menggunakan pembanding antara sampel kasus

dengan sampel kontrol yaitu 1:2.

Sampel kasus yang digunakan pada penelitian ini adalah semua ibu

bersalin yang melahirkan BBLR pada tahun 2011 yaitu sebanyak 138

orang, sedangkan sampel kontrol yang digunakan pada penelitian ini

adalah ibu yang melahirkan BBLN di RSUD Banjarbaru tahun 2011 yaitu

sebanyak 276 orang, sehingga keseluruhan sampel menjadi 414 orang.

Cara pengambilan sampel kontrol dengan systematic random

sampling (pengambilan sampel secara acak sistematis), pengambilan

sampel secara acak sistematis adalah membagi jumlah atau anggota

populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Sampel yang

diambil dengan membuat daftar anggota populasi secara acak dari 1

sampai n, kemudian membagi jumlah sampel yang diinginkan

(Notoatmodjo, 2002). Jumlah anggota populasi untuk kontrol sebanyak

780 orang dan sampel yang diinginkan 276 orang, sehingga sampel yang

Page 19: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

diperoleh adalah 780 : 276 = 2,8 ≈ 3, maka setiap anggota populasi yang

terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 3,

yakni 3, 6, 9, 12 dan seterusnya sampai mencapai 276 anggota sampel

kontrol.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur dan paritas.

a. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel terikat (Hidayat, 2007). Variabel bebas pada

penelitian ini adalah umur ibu dan paritas.

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Variabel terikat pada

penelitian ini adalah BBLR.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).

Page 20: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Tabel 3.1Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 BBLR Bayi yang saat lahirberat badannya <2500 gr (sampai dengan 2499 gr )

Bukuregister persalinan

1. BBLR (beratlahir < 2500 gr)

2. BBLN (beratlahir ≥ 2500 gr)

Ordinal

2 Umur keberadaan ibu sejakdilahirkan sampai selesai penelitian

Bukuregister persalinan

1. Berisiko jikaumur ibu <20 th dan >35 th

2. Tidak berisiko jika umur ibu antara 20-35

Ordinal

3 Paritas Jumlah kehamilanyang diakhiri dengan kelahiran bayi hidup maupun lahir mati

Bukuregister persalinan

1. Berisiko jikaparitas 1 dan≥ 4

2. Tidak berisiko jika paritas 2-3

Ordinal

D. Alat/Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen pada penelitian ini adalah buku register persalinan

di ruang bersalin RSUD Banjarbaru

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian : Ruang bersalin RSUD Banjarbaru

2. Waktu penelitian : Bulan Desember 2011 sampai Agustus 2012

Page 21: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

F. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari

buku register pada RSUD Banjarbaru untuk memperoleh data tentang umur,

paritas dan berat bayi baru lahir untuk mengetahui BBLR pada tahun 2011

G. Cara atau Teknik Pengolahan Analisa Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan

kembali untuk kelengkapan data kejadian BBLR, umur dan paritas ibu

yang diteliti.

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan

adalah memberi kode pada tiap variabel yang sudah terkumpul yaitu

variabel BBLR diberi kode 1, variabel BBLN diberi kode 2, variabel

umur berisiko diberi kode 1, variabel umur tidak berisiko diberi kode 2,

variabel paritas berisiko diberi kode 1, variabel paritas tidak berisiko

diberi kode 2.

3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalam database komputer. Pada tahap ini dilakukan kegiatan

Page 22: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

memasukkan data variabel kejadian BBLR, umur dan paritas ibu dengan

menggunakan komputer

4. Analisa data

a. Analisa univariat

Analisis univariat adalah analisis untuk satu variabel penelitian

pada penelitian ini analisis digunakan dengan mengumpulkan data

tentang BBLR, umur dan paritas ibu, setelah data tersebut terkumpul,

ditabulasi dan dipresentasikan, ditampilkan dengan distribusi

frekuensi.

Rumus distribusi frekuensi (Sabarguna, 2008) :

ƒ Keterangan:

P = Presentase

N = Banyaknya kasus

ƒ = Frekuensi

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk lebih dari

satu variabel. Analisa hubungan ini akan menggunakan uji statistic

chi-square dengan nilai kemaknaan (nilai α) = 0,05. Uji chi-square

akan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan umur dan

paritas ibu dengan kejadian BBLR.

Page 23: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Rumus sederhana dalam pengujian statistic chi-square adalah

sebagai berikut (Hidayat, 2007):

² ²

Keterangan :

² = Statistic chi-square

Σ = Jumlah

= Nilai yang diamati

E = Nilai yang diharapkan

Dari hasil uji chi-square dapat diperoleh nilai ρ (value) apabila nilai

ρ ≤ α = 0,05 berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna

antara umur dan paritas ibu dengan kejadian BBLR sedangkan apabila

ρ > α = 0,05 berarti Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara umur dan paritas dengan kejadian BBLR.

Page 24: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru, yang

merupakan salah satu unit pelayanan kebidanan yang ada di RSUD

Banjarbaru. Ruang bersalin RSUD Banjarbaru dilengkapi dengan sarana

dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelayanan dan

penanganan dari segala komplikasi persalinan dan kehamilan yang

terjadi:

a) Ketenagaan

1) Dokter spesialis kebidanan dan kandungan 2 orang

2) Bidan 20 orang

3) Tenaga honorer 2 orang

b) Sarana prasarana

1) Peralatan kebidanan

2) USG 4 dimensi

3) Alat vakum ekstraksi

4) Infant warmer

Page 25: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

5) Sarana penunjang lain : Ruangan operasi 24 jam, laboratorium

24 jam

c) Pelayanan di ruang bersalin

1) Pelayanan bidan 24 jam

2) Pelayanan dokter spesialis 24 jam

2. Gambaran umum objek penelitian

Tabel 4.1Faktor penyebab terjadinya BBLRdi RSUD Banjarbaru tahun 2011

No. Faktor penyebab terjadinya BBLR Jumlah

1 Umur ibu berisiko 402 Paritas berisiko 943 Ketuban pecah dini 144 Gamely 45 Pre eklampsi 126 Eklampsi 1

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa faktor

penyebab terjadiya BBLR terbanyak disebabkan oleh paritas berisiko

yaitu sebanyak 94 orang.

Page 26: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

3. Gambaran khusus hasil penelitian

a. Analisa Univariat

1) Umur ibu

Tabel 4.2Distribusi frekuensi berdasarkan umur

di RSUD Banjarbaru tahun 2011

No. Umur frekuensi presentase1 Berisiko 108 26,12 Tidak berisiko 306 73,9

Jumlah 414 100Sumber: Data Sekunder

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 414 ibu bersalin

terdapat 108 orang (26,1%) ibu melahirkan dengan umur berisiko

2) Paritas ibu

Tabel 4.3Distribusi frekuensi berdasarkan paritas

di RSUD Banjarbaru tahun 2011

No. Paritas frekuensi presentase1 Berisiko 228 55,12 Tidak berisiko 186 44,9

Jumlah 414 100Sumber: Data Sekunder

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 414 ibu bersalin

terdapat 228 orang (55,1%) ibu melahirkan dengan paritas

berisiko

Page 27: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

b. Analisa Bivariat

1) Hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR

Tabel 4.4Hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR

di RSUD Banjarbaru tahun 2011

No. Umur ibu

Bayi lahirJumlahBBLR

(kasus)BBLN

(kontrol)n % n % N %

1 Berisiko 40 29,0 68 24,6 108 26,12 Tidak berisiko 98 71,0 208 75,4 306 73,9

Jumlah 138 100 276 100 414 100Chi – Square test: ρ = 0,406 > α = 0,05

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan bahwa dari 138

bayi. BBLR sebanyak 40 (29,0%) dilahirkan ibu yang berumur

berisiko. sedangkan BBLR sebanyak 98 (71,0%) dilahirkan ibu

yang berumur tidak berisiko

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai

ρ sebesar 0,406 > α = 0,05 maka maka Ha ditolak, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011

Page 28: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

2) Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR

Tabel 4.5Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR

di RSUD Banjarbaru tahun 2011

No. Paritas ibu

Bayi lahirJumlahBBLR

(kasus)BBLN

(kontrol)n % n % N %

1 Berisiko 94 68,1 134 48,6 228 55,12 Tidak berisiko 44 31,9 142 51,4 186 44,9

Jumlah 138 100 276 100 414 100Chi – Square test: ρ = 0,000 < α = 0,05

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan bahwa dari 138

bayi. BBLR sebanyak 94 (68,1%) dilahirkan ibu yang memiliki

paritas berisiko sedangkan bayi BBLR sebanyak 44 (31,9%)

dilahirkan ibu yang memiliki paritas tidak berisiko

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai

ρ sebesar 0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima, dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan

kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru tahun 2011.

Berdasarkan hasil perhitungan OR 2,2 maka ibu yang

memiliki paritas berisiko (1 dan >3) berisiko 2,2 kali melahirkan

bayi BBLR bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas

tidak berisiko.

Page 29: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Umur ibu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas

didapatkan bahwa dari 414 ibu yang melahirkan terdapat 108 (26,1%)

ibu melahirkan dengan umur berisiko

Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk

kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas

35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul

ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya

diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.

Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum cukup

bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/sesudah bayi lahir. Pada

ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alat-

alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Rochyati, 2003).

Pada penelitian ini didapatkan masih ditemukan ibu melahirkan

dengan umur berisiko. Berdasarkan data register ruang bersalin RSUD

Banjarbaru tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa ibu yang

bersalin pada umur berisiko lebih banyak mengalami komplikasi-

komplikasi dalam kehamilan dan persalinan seperti pre

eklampsi/eklmampsi, ketuban pecah dini, hamil ganda. Oleh sebab itu

Page 30: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

pada ibu dengan umur < 20 tahun penting untuk menunda

kehamilannya karena organ-organ reproduksinya masih belum siap

menerima kehamilan dan pada ibu umur > 35 tahun dianjurkan untuk

tidak hamil lagi karena organ-organ reproduksinya sudah mulai menua

dan jalan lahir bertambah kaku.

b. Paritas ibu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas

bahwa dari 414 ibu yang melahirkan terdapat 228 orang (55,1%) ibu

melahirkan dengan paritas berisiko

Menurut Wiknjosastro (2002) paritas 1 dan ≥ 4 mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas, maka semakin

tinggi juga kematian maternal. Pada paritas rendah, sebagian besar ibu

belum siap secara fisik maupun mental dalam menjalani

kehamilannya, risiko kematian maternal dapat dicegah dengan asuhan

obstetrik lebih baik, sedangkan pada paritas tinggi, ibu telah banyak

melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi mengalami

kemunduran, risiko dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana.

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar ibu melahirkan

dengan paritas berisiko yaitu pada paritas 1 dan ≥ 4. Pada ibu dengan

paritas 1, sebagian besar ibu belum siap secara fisik maupun mental

dalam menjalani kehamilannya, sedangkan pada paritas ≥ 4 ibu telah

Page 31: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

banyak melahirkan yang menyebabkan fungsi organ reproduksi

mengalami kemunduran.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar

0,406 > α = 0,05 atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD

Banjarbaru tahun 2011.

Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini

disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga

dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan

pertumbuhan janin yang memudahkan terjadinya BBLR (Manuaba,

1998), sedangkan menurut Wikipedia (2010a) pada umur diatas 35

tahun meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya

serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat

mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran

BBLR, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada wanita

yang berusia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka

kejadian terendah pada usia 20-35 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur

ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini memang tidak sesuai dengan teori

Manuaba (1998) dan Wikipedia (2010a) yang mengatakan umur

Page 32: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan salah satu faktor

penyebab BBLR, namun sama dengan penelitian Jayanti Oktrina di

RSUD Ulin banjarmasin tahun 2006.

Dalam penelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang

berhubungan dengan terjadinya BBLR di RSUD Ulin Banjarmasin

tahun 2006” menyatakan proporsi ibu yang melahirkan BBLR

terbanyak pada umur tidak berisiko sebesar 309 orang (77,2%)

sedangkan pada umur berisiko sebesar 91 orang (22,7%), hasil analisis

dengan chi-square didapatkan nilai ρ = 0,483 < α = 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR.

Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR

ini juga dikarenakan ada faktor-faktor lain yang lebih kuat

mempengaruhi terjadinya BBLR seperti paritas, kehamilan ganda, pre-

eklampsia/eklampsia dan ketuban pecah dini. Jadi, kejadian BBLR

tidak dipengaruhi oleh umur saja, meskipun ibu dengan umur berisiko

namun jika ibu secara teratur memeriksakan kehamilannya ke tempat

pelayanan kesehatan, memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yang

dikandungnya dan tidak memiliki komplikasi pada kehamilannya

maka kejadian BBLR dapat dihindarkan.

b. Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan nilai ρ sebesar

0,000 < α = 0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang

Page 33: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD

Banjarbaru tahun 2011 dengan odds ratio 2,2 (CI 95% = 1,4 – 3,4)

yang berarti bahwa ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 memiliki risiko 2,2

kali melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan paritas 2-3.

Pada primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ

dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin,

keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta

faktor psikologis ibu yang masih belum stabil (Rochyati, 2003),

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2002), ibu yang pernah melahirkan

anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan

mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi

pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan

kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan

mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan

melahirkan bayi dengan BBLR.

Berdasarkan data dan teori di atas, paritas dan kejadian BBLR

memiliki hubungan karena fungsi organ reproduksi pada paritas 1

belum siap dalam menjaga dan menerima kehamilannya sedangkan

pada paritas > 3 fungsi organ reproduksinya mengalami penurunan

sehingga menyebabkan BBLR

Page 34: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan umur dan

paritas ibu dengan kejadian BBLR yang dilakukan di RSUD Banjarbaru tahun

2011. Setelah itu dilakukan tabulasi dan uji statistik dapat disimpulkan bahwa :

1. Umur ibu terbanyak yang melahirkan adalah umur tidak berisiko yaitu

sebanyak 306 orang (73,9%)

2. Paritas ibu terbanyak yang melahirkan adalah paritas berisiko yaitu sebanyak

228 orang (55,1%)

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR

dengan nilai ρ = 0,406 > α = 0,05

4. Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dengan

nilai ρ = 0,000 < α = 0,05 dan dengan nilai odds ratio 2,2 yang berarti bahwa

ibu dengan paritas berisiko memiliki risiko 2,2 kali lebih besar melahirkan

BBLR dibandingkan paritas tidak berisiko.

Page 35: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat menyarankan beberapa hal

yang mungkin bermanfaat, yaitu:

1. Bagi rumah sakit, diharapkan mengadakan pelatihan dan seminar bagi

bidan/tenaga kesehatan terutama dalam hal penanganan kasus BBLR serta

memberikan pendidikan kesehatan mengenai program keluarga berencana

bagi ibu-ibu yang telah memiliki 3 orang anak sebagai salah satu upaya untuk

mencegah terjadinya BBLR.

2. Bagi peneliti lain, perlunya penelitian lebih lanjut dengan variabel atau faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR.

Page 36: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. RinekaCipta. Jakarta

Dinas Kesehatan provinsi kal-sel. 2010. Data Profil Kesehatan 2010 ProvinsiKal-Sel. Banjarmasin.

Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Salemba Medika. Jakarta.

Maimunah, Siti. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. EGC. Jakarta

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Maryunani, A. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. TIM.Jakarta.

Metrotv. 2010. Capaian MDGs terkendali Kasus Kematian Ibu. Tersedia dalam website (h t tp ://m e t r o t vn ew s. c om ) di akses tanggal 12 Desember 2011

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika. Jakarta.

Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya. Yogyakarta.

Muda, Ahmad,A.K. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi . GitamediaPress. Surabaya

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetric Jilid 2. EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta.Jakarta.

Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika.Yogyakarta.

Proverawati, A. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika. Yogyakarta.

Page 37: Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian bblr di rsud banjarbaru

Rochjati,P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Airlangga University Press. Surabaya.

RSUD Banjarbaru. 2010. Buku Register Persalinan RSUD Banjarbaru. Banjarbaru

RSUD Banjarbaru. 2011. Buku Register Persalinan RSUD Banjarbaru. Banjarbaru

Sabarguna, B.S. 2008. Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Mahasiswa D3 Kesehatan.Sagung seto. Jakarta

Saifuddin, A.B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal DanNeonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Wahab, A, S. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC. Jakarta

Wiknjosastro,H. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. Jakarta.

Wikipedia. 2010a. Bayi . tersedia dalam website (h t tp ://i d. w i kip e d i a .o r g / w i k i/ B a y i ) di akses tanggal 26 maret 2012.

Wikipedia. 2010b. umur . tersedia dalam website (h t tp ://i d. w i kip e d i a .o r g / w i k i/ U m u r ) di akses tanggal 26 maret 2012