33
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI ASI (air susu ibu) adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor- faktor pertumbuhan, dan enzim (Roesli, 2005). Di dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan sudah mengadopsi pemberian ASI secara eksklusif, seperti rekomendasi dari WHO (World Health Organisation) dan UNICEF (United Nations Children’s Fund), sebagai salah satu program perbaikan gizi bayi dan anak balita. Sasaran program yang ingin dicapai adalah meningkatkan sekurang- kurangnya 80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Pemerintah telah menetapkan agar bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir hingga umur 6 bulan tanpa diberi cairan atau makanan dan minuman lain selain ASI (Hermina dan Afriansyah, 2010). 2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI a. Pengaruh Isapan Bayi Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada tiap payudara terdapat sekitar 20 lobus (lobe), dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct system). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran melebar menjadi penyimpanan susu dan bertemu pada puting susu (Chumbley, 2004). ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan kadang-kadang mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif

  • Upload
    fitri

  • View
    78

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif

Citation preview

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ASI

    ASI (air susu ibu) adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca

    melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang

    terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-

    faktor pertumbuhan, dan enzim (Roesli, 2005).

    Di dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010,

    Departemen Kesehatan sudah mengadopsi pemberian ASI secara eksklusif, seperti

    rekomendasi dari WHO (World Health Organisation) dan UNICEF (United

    Nations Childrens Fund), sebagai salah satu program perbaikan gizi bayi dan

    anak balita. Sasaran program yang ingin dicapai adalah meningkatkan sekurang-

    kurangnya 80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada

    bayinya. Pemerintah telah menetapkan agar bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir

    hingga umur 6 bulan tanpa diberi cairan atau makanan dan minuman lain selain

    ASI (Hermina dan Afriansyah, 2010).

    2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

    a. Pengaruh Isapan Bayi

    Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada tiap payudara

    terdapat sekitar 20 lobus (lobe), dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct

    system). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir

    pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran

    melebar menjadi penyimpanan susu dan bertemu pada puting susu (Chumbley,

    2004).

    ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama

    kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan

    jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan,

    bahkan kadang-kadang mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan

  • 9

    pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu

    bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI

    keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula (Purwanti, 2004). Dua

    refleks tersebut adalah:

    1. Refleks prolaktin

    Esterogen dan progesteron ada dalam jumlah besar selama kehamilan, berturut-

    turut merangsang sistem duktus dan alveolus payudara. Hal ini menyebabkan

    proliferasi dan diferensiasi glandula mammae dan produksi kolostrum yang

    menyerupai serum, jernih dan encer mulai bulan ketiga kehamilan. Kolostrum

    terus disekresikan hingga kehamilan cukup bulan. Namun, kadar estrogen yang

    tinggi selama kehamilan menghambat pengikatan prolaktin dalam jaringan

    payudara, sehingga air susu tidak dihasilkan. Setelah melahirkan, kadar

    esterogen, progesteron dan hCS (human chorionic somatomammotropin) turun

    secara tajam dan prolaktin merangsang alveoli payurdara untuk memproduksi air

    susu (Benson dan Pernoll, 2008).

    Dengan isapan bayi pada puting dan areola payudara, maka terjadi dua refleks

    sekaligus, yaitu refleks untuk mengeluarkan ASI dan refleks untuk mengeluarkan

    prolaktin. Isapan bayi menimbulkan rangsangan refleks pengeluaran prolaktin

    yang mana pengeluaran prolaktin ini dikendalikan oleh neuro hipothalamo

    dopaminergik yang mengeluarkan rangsangannya menuju lobus anterior hipofisis.

    Dopamin sebenarnya menghambat pengeluaran prolaktin, tetapi isapan bayi dapat

    mengatasi hambatan sehingga pengeluaran prolaktin tetap berlanjut. Isapan bayi

    dengan cepat dapat meningkatkan konsentrasi prolaktin dengan puncaknya

    tercapai dalam waktu 20-40 menit. Isapan terus-menerus akan menjamin

    pembentukan ASI yang berkelanjutan (Manuaba et al., 2007).

  • 10

    Gambar 2.1. Jalan serabut saraf sensori ketika terjadi refleks prolaktin (Manuaba

    et al., 2007)

    2. Refleks let down

    Pengisapan juga merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior

    melalui refleks neural payudara ke hipofisis. Selain efeknya terhadap otot polos

    uterus, oksitosin merangsang mioepitel alveolus untuk berkontraksi sehingga

    menyebabkan pengeluaran air susu ke sinus-sinus pengumpul utama yang bertemu

    di puting susu. Keadaan ini disebut pengeluaran susu atau refleks let down.

    Ketegangan dan keletihan menghambat refleks ini, tetapi tangisan bayi dan

    kegiatan menyusui akan merangsang refleks ini (Benson dan Pernoll, 2008).

    PUTING SUSU

    DIRANGSANG saat mengisap ASI

    Sel Alveoli payudara

    Sekresi dopamin melalui

    sistem portal berkurang

    Hipofisis Anterior

    Menambah sekresinya

    Masuknya rangsangan melaui sensor

    somatosensori, mengatur aktivitas

    neuron dalam Hipotalamus

  • 11

    Gambar 2.2. Jalan serabut saraf sensori ketika refleks oksitosin (Manuaba et al.,

    2007)

    Pemberian ASI pertama harus dimulai di ruang persalinan. Ibu dan bayi harus

    diselimuti agar tetap hangat. Biarkan ibu mendekap bayinya dan bayi akan segera

    mengisap payudara ibu karena ini adalah saat terbaik bagi bayi untuk belajar

    mengisap. Pada usia 20-30 menit, refleks isap bayi sangat kuat. Isapan pertama

    merangsang produksi oksitosin yang membantu menghentikan pendarahan setelah

    persalinan (Roesli, 2005).

    Selain itu bayi juga akan mendapatkan kolostrum yang sangat bermanfaat

    baginya. Jam-jam pertama adalah saat terpenting menjalin ikatan antara ibu dan

    anak. Menyusui segera setelah melahirkan akan membuat ibu mencintai dan

    merawat bayinya. Ibu akan lebih mudah menyusui untuk jangka waktu yang lama.

    Bila terjadi keterlambatan, walaupun hanya beberapa jam, proses menyusui

    menjadi lebih sering gagal. Pemberian ASI pertama bagi bayi tidak dimaksudkan

    untuk pemberian makan awal, tetapi lebih pada pengenalan (Roesli, 2005).

    b. Gizi pada Masa Menysui

    Menurut Krisnatuti & Hastoro (2000) menyatakan selama menyusui, tambahan

    energi yang diperlukan oleh ibu bertujuan untuk meningkatkan produksi. Untuk

    menghasilkan ASI yang berkualitas maka ibu yang menyusui dianjurkan

    mengkonsumsi makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi lengkap.

    Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak

  • 12

    secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.

    Dalam tubuh masih terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila

    sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak

    mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar

    pembuat air susu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan

    berpengaruh terhadap produksi ASI.

    Zat-zat gizi yang harus menjadi asupan ibu setiap hari adalah sebagai berikut

    (Krisnatuti & Hastoro,2000):

    1) Kalori

    Kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri atas 60-70 persen karbohidrat,

    10-20 persen protein, dan 20-30 persen lemak. Kalori ini didapat dari

    makanan yang dikonsumsi ibu dalam sehari. Di masa menyusui, kebutuhan

    ini bertambah sebanyak 500 kalori dari keadaan normal. Jadi, bila ibu biasa

    makan sehari 3 kali, maka sekarang harus jadi 4 kali.

    2) Protein

    Kebutuhan protein ibu dalam keadaan normal biasanya sekitar 40

    gram/hari. Selama menyusui, untuk 6 bulan pertama kebutuhannya harus

    ditingkatkan sebesar 16 gram dan 6 bulan kedua sebanyak 12 gram dan

    pada tahun kedua sebesar 11 gram.

    3) Lemak

    Kebutuhan lemak tetap harus memenuhi proporsi kebutuhan kalori sehari hari

    ibu yaitu sekitar 20-30 persen. Untuk bisa menghasilkan ASI berkualitas

    dibutuhkan zat-zat lemak tak jenuh ganda. Lemak ini dibutuhkan bayi untuk

    perkembangan otak dan retina mata. Asam lemak tak jenuh ganda dalam ASI

    akan terbentuk bila ibu mengkonsumsi bahan makanan seperti minyak jagung

    atau minyak biji kapas dan ikan seperti salmon yang mengandung asam lemak

    tak jenuh.

    4) Mineral

    Saat menyusui ibu dianjurkan menambah asupan kalsium sebanyak 400

    mg/hari. Sumber kalsium banyak terdapat pada susu, yoghurt, keju, dan aneka

    ikan laut. Pada saat menyusui ibu mengeluarkan zat besi sebanyak 0,3

  • 13

    mg/Kkal/hari dalam bentuk ASI. Maka ibu menyusui memerlukan tambahan

    zat gi besi sekitar 2 mg/hari. Simber zat besi dapat diperoleh dari bahan

    makanan seperti hati, sumsum tulang, telur, dan sayuran berwarna hijau tua.

    5) Vitamin

    Ada dua macam vitamin, yaitu vitamin larut dalam lemak dan larut dalam air.

    Keduanya dibutuhkan untuk memenuhi standar kualitas ASI. Yang larut dalam

    lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Sementara dari jenis vitamin yang larut

    dalam air, yang paling banyak dibutuhkan adalah vitamin C. Selain itu, ibu

    juga membutuhkan berbagai vitamin B, seperti vitamin B6 dan vitamin B12.

    Vitamin B6 banyak terdapat antara lain pada sayuran berwarna hijau tua dan

    daging.

    6) Minum sedikitnya 8 gelas cairan (susu, air, kaldu atau sup, dan sari buah)

    c. Penggunaan Obat-obatan Saat Menyusui

    Beberapa obat-obatan yang kontraindikasi selama menyusui dan efeknya terhadap

    bayi dapat dilihat pada tabel berikut (Mantuli, 2014):

    Tabel 2.1 Daftar obat-obatan yang kontraindikasi selama menyusui

    OBAT / GOL.OBAT EFEK PADA BAYI

    Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat

    menyebabkan iritasi, dan pola tidur yang

    jelek

    Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek

    sitotoksik obat pada bayi belum

    diketahui

    Bromokriptin Menekan laktasi

    Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi

    karena CNS stimulan dan intoksikasi

    Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah,

    diare, dan kejang telah dilaporkan

    Etanol Kontraindikasi masih kontroversial,

    intake yang tinggi pada ibu dapat

    menyebabkan bayi yang disusui : sedasi,

    diaforesis, deep sleep,

    lemah,menghambat pertumbuhan

    danberat badan abnormal. Paparan yang

    kronik juga menimbulkan keterlambatan

    perkembangan psikomotor.

    Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan

  • 14

    risiko yang potensial hipoprotombin

    berat,perdarahan, dan pseudo cushing

    sindrome. AAP mengklasifikasikan

    compatible (dapat diterima), tapi harus

    dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu

    review menyarankan untuk menunggu 1-

    2 hari setelah minum sebelum menyusui

    Immunosupresan Potensial menekan sistem imun

    Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-

    rata 40 % dari konsentrasi serum plasma

    ibu menyebabkan reaksi toksik yang

    potensial, kontraindikasi

    Asam lisergat dietilamida (LSD) Kemungkinan diereksikan dalam ASI

    Mariyuana Diekskresikan dalam ASI

    Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi

    kontraindikasi karena potensial terjadi

    diare berat pada bayi

    Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial,

    absorpsi melalui perokok pasif lebih

    tinggi dari pada melalui ASI. Merokok

    secara umum tidak direkomendasikan

    selama menyusui, menurunkan produksi

    ASI

    Pensiklidin Potensial bersifat halusionogenik

    Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya

    mencukupi

    Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi

    d. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

    Menurut Riksani (2012) produksi air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor

    kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa

    tertekan, ketakutan, sakit, pengunjung yang tidak simpatik dan berbagai bentuk

    ketegangan emosional, mungkin akan mengakibatkan ibu gagal dalam menyusui

    bayinya karena kondisi ini dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin

    sehingga mencegah masuknya air susu ke dalam pembuluh payudara. Dalam

    kasus ini, meskipun air susu dihasilkan, bayi akan mendapatkan sedikit ASI

    sehingga bayi menangis karena lapar dan keadaan ini akan semakin menambah

    kecemasan dan menimbulkan ketakutan pada ibu.

    Ketentraman jiwa dan pikiran ibu juga dipengaruhi oleh dukungan dari

    keluarga, suami dan petugas kesehatan. Dengan adanya dukungan dari keluarga

  • 15

    dapat mengurangi kecemasan ibu. Keluarga dapat menyediakan makanan dan

    minuman tambahan yang bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi

    ASI dan menjaga kesehatan ibu. Suami dapat memberikan motivasi dan rasa

    bangga karena ibu dapat memberikan ASI, pemilihan tempat pemeriksaan

    kehamilan, persalinan dan imunisasi. Suami juga dapat memberikan dukungan

    dengan cara terlibat dalam berbagai kegiatan pengasuhan bayi. Dengan dukungan

    ibu akan semakin percaya diri dalam memberikan ASI (Riksani, 2012).

    Sedangkan petugas kesehatan dapat memberikan dukungan pada ibu dengan

    cara berkomunikasi, memberikan saran, dorongan dan penyuluhan untuk

    memfasilitasi kemampuan ibu dalam memberikan ASI. Petugas kesehatan juga

    dapatmemastikan bahwa posisi bayi menyusu sudah benar. Petugas juga dapat

    memberikan dukungan dengan mengobservasi dan menyelesaikan masalah yang

    ada berkaitan dengan pemberian ASI (Welford, 2009).

    2.1.2 Stadium ASI

    Menurut Purwanti (2004), ASI dibagi menjadi tiga stadium, yaitu:

    a. Stadium I

    ASI Stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama

    disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Warna

    kuning keemasan kolostrum disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-

    sel hidup.

    Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi

    bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan protein dalam kolostrum

    lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis

    protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat

    sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit

    kolostrum.

    Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dibanding ASI matur.

    Ini disebabkan oleh aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak

    terlalu banyak memerlukan kalori. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100

    ml kolostrum.

  • 16

    b. Stadium II

    ASI Stadium II adalah ASI peralihan, yang diproduksi pada hari ke-4 sampai

    hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang

    makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan

    pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi

    terhadap lingkungan. Pada masa ini, perlu ditingkatkan kandungan protein dan

    kalsium dalam makanan ibu.

    c. Stadium III

    ASI Stadium III adalah ASI matur, yang diproduksi dari hari ke-10 sampai

    seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan

    dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai

    dikenalkan degan makanan lain selain ASI.

    2.1.3 Kandungan ASI

    ASI mengandung zat-zat protektif bagi bayi (Lawrence 2005), yaitu:

    a. Laktobasilus bifidus

    Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan

    asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam

    sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang

    sering menyebabkan diare pada bayi. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam

    usus bayi yang mendapat ASI.

    b. Laktoferin

    Laktoferin atau sering juga disebut sebagai laktotransferin adalah transferin

    yang diisolasi dari susu. Laktoferin adalah protein yang merupakan komponen zat

    kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Laktoferin bermanfaat

    untuk menghambat pertumbuhan E.coli dan jamur kandida. Laktotransferin

    bersifat antimikroba karena mengandung asam amino glikoprotein-703 yang

    mempunyai kemampuan sangat tinggi dalam mengikat Fe dari mikroba. Mikroba

    yang kekurangan besi ini pembelahannya akan terhambat sehingga berhenti

    memperbanyak diri (Maheswari, et al., 2007).

  • 17

    c. Lisozim

    Lisozim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara

    dapat melisiskan dinding sel bakteri gram positif yang ada pada mukosa usus,

    sehingga enzym ini dapat melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan

    salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada

    susu sapi.

    d. Antibodi

    ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin yaitu secretory IgA

    (SIgA). SIgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan

    berbagai virus pada saluran pencernaan.

    Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu

    menyusui dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml dengan rerata antara 750-

    850 ml per hari. Selain zat protektif, ASI juga memiliki komposisi lainnya,

    berikut komposisi ASI menurut IDAI (2008):

    a. Karbohidrat

    Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu

    sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali

    lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula, namun

    demikian angka kejadian diare karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi

    laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI disebabkan karena

    penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula.

    Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya

    meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).

    Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

    b. Protein

    Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

    protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri

    dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein

    whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

    mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah

    protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang

  • 18

    mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta

    laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu

    sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein

    yang potensial menyebabkan alergi.

    Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari

    profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam

    amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah

    asam amino taurin, asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di

    dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak

    karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak

    yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur,

    karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.

    ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik

    yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding

    dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping

    itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini

    mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,

    merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan

    besi dan daya tahan tubuh.

    c. Lemak

    Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu

    formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan

    otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil

    lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega

    3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan

    dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai

    panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA)

    yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Susu sapi

    tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua

    susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber

  • 19

    DHA dan ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik

    yang terdapat dalam ASI.

    Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang,

    tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi. ASI

    mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi

    yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi

    asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan

    jantung dan pembuluh darah.

    d. Karnitin

    Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang

    diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar

    karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam

    kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang

    mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

    e. Vitamin

    1) Vitamin K

    Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor

    pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu

    formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan,

    walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir

    perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.

    2) Vitamin D

    ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan

    karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan

    vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif

    ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan

    mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.

    3) Vitamin E

    Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah

    merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah

  • 20

    (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E yang tinggi

    terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal, yakni pada ASI stadium II.

    4) Vitamin A

    Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

    mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI tidak saja

    mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, tetapi juga bahan bakunya, yaitu

    beta karoten. Hal ini menjelaskan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai

    tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.

    f. Mineral

    Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh

    makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu.

    Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah

    diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.

    Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai

    fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan

    pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi

    tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar

    fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis

    lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan

    kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang

    mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.

    Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah

    serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih

    kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat

    susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih

    mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula.

    Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat

    yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini

    dapat diatasi.

    Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak

    membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang

  • 21

    disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica

    dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar

    zinc ASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi

    kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat

    penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu

    formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi

    kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat

    dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.

    2.1.4 Cara Pemberian ASI yang Baik

    a. Posisi Menyusui

    Menurut saryono (2008), ada 3 macam posisi menyusui yang benar:

    1) Posisi Dekapan

    Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini

    membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar

    kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala

    badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya.

    2) Posisi Football hold

    Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki

    payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya

    atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi

    dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu.

    3) Posisi Berbaring

    Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan

    caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari

    pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas.

  • 22

    Gambar 2.3. Posisi-posisi dalam menyusui (Saryono, 2008)

    b. Langkah-langkah Menyusui

    Menyusui bayi dengan benar harus memperhatikan tahap-tahap dalam

    pelaksanaannya (Wulansari dan Wijayanti, 2009):

    1) Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu sebelum menyusu

    sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting

    2) Pegang payudara dengan ibu jari diatas 4 jari dibawah (C hold) atau telunjuk

    diatas 3 jari dibawah (C Scissor hold)

    3) Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan

    4) Sentuh pipi / bibir bayi untuk merangsang refleks menghisap

    5) Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur keluar

    6) Dekatkanlah bayi ke ibu dan arahkan putting susu ke atas menyusuri langit-

    langit mulut bayi dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat

    penampungan yang terletak di bawah areola mamnae. Setelah bayi menghisap

    ASI dengan perlahan-lahan namun kuat, payudara tidak perlu disangga lagi.

    7) Untuk melepaskan isapan , setelah bayi selesai menyusu atau payudara telah

    terasa kosong, yaitu dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi

  • 23

    melalui sudut mulut bayi/dagu bayi ditekan kebawah (terbaik jika bayi

    melepaskan putting susu sendiri).

    8) Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting

    9) Menyendawakan bayi, dengan cara menngendong bayi tegak pada bahu ibu

    dan menepuk punggung bayi pelan-pelan hal ini bertujuan untuk mengeluarkan

    udara dari lambung supaya bayi tidak gumoh

    2.1.5 Manfaat Pemberian ASI

    Pemberian ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni aspek gizi, imunologi,

    psikologi, kecerdasan, neurologis, ekonomi dan penunda kehamilan (Depkes RI,

    2001).

    a. Aspek Gizi.

    Manfaat Kolostrum

    1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi

    dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

    2) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada

    hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi

    kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

    3) Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung

    karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi

    pada hari-hari pertama kelahiran.

    4) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama

    berwarna hitam kehijauan.

    Komposisi ASI

    1) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga

    mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam

    ASI tersebut.

    2) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

    pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

    3) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara

    Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan Casein

  • 24

    merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI

    mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan

    protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai

    perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.

    Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

    1) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang

    berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses

    maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi

    taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

    2) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak

    tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk

    pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI

    sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.

    Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari

    substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam

    linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

    b. Aspek Imunologik

    1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

    2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.

    Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli

    dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

    3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang

    mengikat zat besi di saluran pencernaan.

    4) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan

    salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak

    daripada susu sapi.

    5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.

    Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)

    antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi

    saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT)

    antibodi jaringan payudara ibu.

  • 25

    6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang

    pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora

    usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang

    merugikan.

    c. Aspek Psikologik

    1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan

    produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi

    ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon

    terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

    2) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi

    tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

    3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi

    karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi

    akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan

    mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam

    rahim.

    d. Aspek Kecerdasan

    1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk

    perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

    2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ

    point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia

    3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan

    bayi yang tidak diberi ASI.

    e. Aspek Neurologis

    Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan

    bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

    f. Aspek Ekonomis

    Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

    makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat

    pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

  • 26

    g. Aspek Penundaan Kehamilan

    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,

    sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum

    dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

    2.1.6 ASI Eksklusif

    ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman

    lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan

    padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Rinaningsih,

    2007). Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi

    hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini

    sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI

    bersama-sama dengan makanan setelah bayi berumur 6 bulan (Rousli, 2005). Pada

    tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi

    tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi

    terbaru UNICEF bersama WHO dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan

    jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Rousli, 2005).

    2.1.7 Risiko non-ASI Eksklusif

    Tampak semakin jelas bahwa pemberian ASI eksklusif membawa keuntungan

    yang secara signifikan melebihi pemberian ASI campuran (dengan susu formula).

    Ada beberapa contoh yang ditemukan di seluruh dunia (Gibney, 2008):

    1) Anak-anak yang mendapatkan makanan pralakteal di Gambia memiliki

    kemungkinan 3,38 kali lebih besar untuk meninggal dunia

    2) Mortalitas bayi di Peru berkaitan dengan pemberian ASI campuran dan

    keadaan tidak pernah mendapat ASI

    3) Sebanyak 13,9% dari semua kematian bayi di Amerika Latin dapat dicegah

    dengan pemberian ASI eksklusif dan presentase ini dapat diterjemahkan

    menjadi 52.000 kematian yang dapat dicegah di daerah tersebut

  • 27

    2.1.8 Kondisi Tidak Dimungkinkannya Pemberian ASI Eksklusif

    Ada beberapa kondisi ibu maupun kondisi bayi yang tidak memungkinkan

    untuk pemberian ASI (Roesli, 2008).

    a. Kondisi Pada Ibu.

    Kontra indikasi pada ibu antara lain: yang pertama, ibu dengan fungsi kardio

    respiratorik yang tidak baik, penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk

    sementara tidak menyusu sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien

    jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu. Penilaian akan hal ini

    harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak

    dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos.

    Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusu

    dapat memunculkan kontraksi hingga kerja jantung jadi lebih keras, akibatnya

    bisa timbul gagal jantung.

    Kedua, ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat. Keadaan ibu biasanya

    tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit. Biasanya

    menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak

    diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian ASI

    dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya. Konsultasikan pada

    dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan

    mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.

    Ketiga, ibu dengan penyakit infeksi akut dan aktif. Tuberkulosis paru yang

    aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak, agar tak menyebarkan kuman

    ke bayi selama menyusu, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus

    menjalani pengobatan secara tuntas. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan

    tidak akan mampu menyusu. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi

    apakah dibenarkan menyusu atau tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum

    tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama

    sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.

    Keempat, ibu dengan karsinoma payudara, harus dicegah jangan sampai

    ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusu,

    ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa

  • 28

    menyusu ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan

    menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat

    sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap

    ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel

    bayi.

    Kelima, ibu dengan gangguan psikologi. Keadaan jiwa si ibu tidak dapat

    dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada

    bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada

    bayinya.

    Keenam, ibu dengan gangguan hormon. Bila ibu menyusu mengalami

    gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat-

    obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang

    menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi

    jadi terganggu.

    Ketujuh, ibu dengan hepatitis. Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya

    kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak.

    Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak

    terkena penyakit yang sama. Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan

    laboratorium tertentu berdasarkan hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari

    hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI.

    Bila hepatitisnya tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI

    karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.

    b. Kondisi Pada Bayi

    Kontra indikasi pada bayi, antara lain: pertama, bayi kejang. Kejang - kejang

    pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk

    menyusu. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu. Kesadaran

    bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusu.

    Kedua, bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau

    penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tidak memungkinkan untuk

    menyusu, namun setelah keadaan membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi

  • 29

    dengan kelainan lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (Very Low Birth

    Weight) . Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLR belum baik sehingga

    tidak memungkinkan untuk menyusu.

    Ketiga, bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk

    menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si

    bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis,

    palatoskisis bahkan labiopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusu.

    2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

    2.2.1 Faktor Umur

    Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

    berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan

    seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Arini, 2012). Dalam

    kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan

    menyusui yaitu 20-35 tahun. Umur yang sesuai, sangat baik dan sangat

    mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sementara umur yang kurang dari 20

    tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam

    menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35

    tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh

    berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan

    juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas

    (BKKBN, 2007).

    2.2.2 Faktor Tingkat Pendidikan

    Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

    untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

    (Hasbullah, 2005). Dalam Tirtarahardja (2005), jenjang atau tingkat pendidikan

    adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan

  • 30

    tingkat perkembangan peserta didik serta kelulusan dan kedalaman bahan

    pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).

    Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas

    jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

    Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang

    atau keluarga dalam masyarakat. Pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam

    pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut

    menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan

    perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

    2.2.3 Faktor Status Pekerjaan

    Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan

    maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,

    paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu (Pusdalisbang,

    2012). Bekerja menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam

    jangka waktu yang cukup lama setiap harinya, lama waktu pisah dengan bayi

    memiliki pengaruh negatif terhadap kelangsungan pemberian ASI. Kenaikan

    tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja serta cuti yang kurang memadai

    bagi para ibu yang bekerja menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan

    lamanya menyusui (Indrawati dan Aenti, 2012).

    Masa cuti bagi ibu hamil dan menyusui di Indonesia berkisar antara 1-3 bulan.

    Ibu yang sudah habis masa cuti dan harus kembali bekerja tetap dapat

    memberikan ASI eksklusif bagi bayi yang disayanginya. Meskipun tidak ada

    kontak secara langsung dengan bayi saat ditinggal bekerja, kontak secara psikis

    melalui pemberian ASI tetap dapat dilakukan. Alternatif cara yang bisa ditempuh

    adalah dengan pemberian ASI perah (ASIP) (Susanti, 2011). Pemerahan ASI

    memerlukan beberapa peralatan yang biasa disiapkan, yaitu alat memerah manual

    atau elektrik, botol kaca/plastik penyimpan ASIP yang diberi penanda tanggal,

    freezer untuk tempat menyimpan ASIP di rumah, cooler bag dan ice gel atau

    termos es berisi es batu untuk penyimpanan ASIP selama di kantor dan perjalanan

    (Swandari, 2012).

  • 31

    Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan dan pompa. Memerah ASI

    dengan menggunakan tangan lebih dianjurkan karena lebih sederhana dan efektif.

    Sebelum diperah, sebaiknya terlebih dahulu payudara dipijat lembut dengan

    menggunakan 3 jari tengah. Arah pijatan memutar ke tengah dan menyisir dari

    pangkal menuju puting. Setelah itu cuci kedua tangan dan atur posisi senyaman

    mungkin. Penampung ASI yang sudah disterilkan diletakkan di bawah payudara

    yang diperas. Tangan ditempatkan di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola.

    Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tangan ditekan ke arah

    dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar

    jari tetap di tepi areola, jangan sampai bergeser ke puting. Kemudian diulangi

    secara teratur untuk memulai aliran susu. Jari diputar secara perlahan di sekeliling

    payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Tindakan yang sama diulangi

    pada sisi payudara yang lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu

    pemerasan. Kemudian diulangi pada payudara pertama lagi, dan selanjutnya pada

    payudara kedua, demikian seterusnya (Susanti, 2011).

    ASIP memiliki masa kadaluwarsa yang tergantung pada tempat penyimpanan.

    Jika Ibu rajin memerah, Ibu dapat mempunyai stok ASIP untuk 1-2 bulan. Buatlah

    stok dalam kemasan sekali minum, misal 60 ml agar ASIP yang tersisa tidak

    terbuang sia-sia. Berikut ini panduan ketahanan ASIP pada beberapa keadaan

    (Swandari, 2012):

    a. Suhu ruang (sekitar 25oC) : sekitar 6-8 jam

    b. Cooler bag/termos es (suhu 15-4oC) : 24 jam

    c. Refrigerator (kulkas bawah) (suhu 0-4oC) : 5 hari

    d. Freezer pada kulkas berpintu satu (suhu -15oC) : 2 minggu

    e. Freezer pada kulkas berpintu dua (suhu -18oC) : 3-4 bulan

    f. Freezer khusus / freezer untuk es krim (suhu -20oC) : 6-12 bulan

    2.2.4 Faktor Paritas

    Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita

    (BKKBN, 2006). Menurut Pranoto (2007), paritas dapat dibedakan menjadi

    primipara, multipara dan grandemultipara. Primipara adalah wanita yang telah

  • 32

    melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney,

    2006). Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari

    satu kali (Prawirohardjo, 2009). Grandemultipara adalah wanita yang telah

    melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam

    kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).

    Paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,

    menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga,

    serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk

    menyusui atau tidak. Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan

    mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu

    cara-cara yang sebenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui

    yang kurang baik yang dialami orang lain, hal ini memungkinkan ibu ragu untuk

    memberikan ASI pada bayinya (Arini, 2012).

    2.2.5 Faktor Tingkat Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

    pancaindra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

    (Notoatmodjo, 2003).

    Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

    positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang,

    semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

    sikap makin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

    2. Tingkatan Pengetahuan

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

    antara lain (Notoatmodjo, 2007):

    a. Tahu (know)

    Tahu dapat diartikan mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

  • 33

    kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

    atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

    tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

    menyatakan dan sebagainya.

    b. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar obyek

    yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut dengan benar.

    Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek

    yang dipelajari.

    c. Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

    d. Analisis (analisis)

    Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

    komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan

    masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

    e. Sintetis (synthesis)

    Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Dengan kata lain, sintetis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

    dari formulasi-formulasi yang ada.

    f. Evaluasi (evaluating)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

    suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

    ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

    3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

    Tingkatan pengetahuan dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain adalah

    (Notoatmodjo, 2003):

  • 34

    a. Sosial ekonomi

    Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,

    sedangkan ekonomi dapat dikaitkan dengan pendidikan, jika ekonomi seseorang

    tersebut baik, biasanya tingkat pendidikannya tinggi sehingga mempengaruhi

    pengetahuan.

    b. Pendidikan

    Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

    perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan

    manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

    kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

    yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Apabila

    seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, maka ia akan mudah menyesuaikan

    dengan hal-hal yang baru.

    c. Lingkungan

    Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap cara

    pandang seseorang. Lingkungan pergaulan sangat mendukung tingkat

    pengetahuan seseorang dan sangat percaya dengan orang lain.

    d. Budaya

    Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena

    informasi yang baru akan dipilih sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

    e. Sumber Informasi

    Sumber merupakan tingkat pengetahuan dimana baik atau tidaknya

    pengetahuan tergantung kepada masing-masing individu dalam memahami dan

    menerima informasi yang diterima.

    4. Indikator Pengetahuan

    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang

    dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2007):

    a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,

    gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari

    pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit

  • 35

    b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

    meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan,

    pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras,

    narkoba, dan lain sebagainya

    c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara

    pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah

    yang sehat dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan

    5. Pengukuran Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

    menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

    responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

    kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007).

    6. Tingkat Pengetahuan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam

    kesuksesan proses menyusui. Thaib et al dalam Abdullah et al. (2004)

    menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu dan jumlah

    anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian ASI.

    Menurut penelitian Amalia (2011) persentase ibu yang memiliki tingkat

    pengetahuan cukup dan memberikan ASI eksklusif sebesar 49,1%. Sedangkan

    yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, hanya memberikan ASI eksklusif

    sebesar 3,8%. Hal ini masih memungkinkan bahwa dengan peningkatan

    pengetahuan ibu-ibu dan calon ibu bayi melalui peningkatan informasi seputar

    ASI dan manfaatnya dapat meningkatkan presentasi pemberian ASI eksklusif di

    masa datang.

    2.2.6 Faktor Dukungan Keluarga

    1. Pengertian

    Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada

    orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam

    melaksanakan kegiatan. Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan

    bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

  • 36

    darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan

    interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing serta menciptakan dan

    mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua

    orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan atau adopsi serta tinggal

    bersama.

    2. Sumber-sumber Dukungan Keluarga

    Nursalam, dkk. (2009) menyatakan individu yang termasuk dalam memberikan

    dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga,

    teman, tim kesehatan, atasan dan konselor. Dukungan sosial keluarga dapat

    berupa dukungan internal dan eksternal. Dukungan sosial keluarga internal seperti

    dari suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan saudara kandung. Dukungan sosial

    eksternal adalah dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan

    kerja sosial keluarga).

    3. Jenis Dukungan Sosial Keluarga

    Ada 4 dukungan sosial keluarga (Nursalam, 2009), yaitu:

    a. Dukungan instrumental

    Merupakan dukungan yang nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang

    bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain

    untuk memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya

    jika istri memerlukan bantuan.

    Depkes (2002) dalam Nursalam (2009) menyatakan, dukungan instrumental

    adalah bantuan yang diberikan secara langsung, misalnya menyediakan fasilitas

    yang dibutuhkan, memberi pinjaman uang kepada orang yang menbutuhkan,

    menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak mempunyai

    pekerjaan serta bantuan yang lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku

    yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau

    tenaga.

    b. Dukungan Informasional

    Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan

    pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasi yaitu memberikan

    penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah

  • 37

    yang dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencakup pemberian nasihat, saran,

    pengetahuan dan informasi serta petunjuk (Nursalam, 2009).

    c. Dukungan penilaian/penghargaan

    Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat

    atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan

    gagasan atau perasaan seseorang dan perbandingan positif antara orang tersebut

    dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut

    (Nursalam, 2009).

    d. Dukungan emosional

    Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan rasa

    tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga, baik pada

    anak maupun orang tua. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati,

    kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (Nursalam, 2009).

    4. Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI

    Eksklusif kepada bayi. Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat

    sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Dukungan keluarga adalah

    dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6

    bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang

    seimbang kepada ibu (Sudiharto, 2007).

    Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan

    semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk menyusui.

    Dalam hal ini dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya.

    Keluarga dapat menguatkan motivasi ibu agar menjaga komitmen dengan ASI,

    tidak mudah tergoda dengan susu formula atau makanan lainnya. Keluarga juga

    harus membantu secara teknis seperti mengantar kontrol ke dokter atau bidan,

    menyediakan makanan bergizi, hingga memijit ibu yang biasanya cepat lelah.

    Seorang ibu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga akan lebih mudah

    dipengaruhi untuk beralih ke susu formula. (Budiasih,2008).

    Peran keluarga pada program ASI Eksklusif mencakup menciptakan suasana

    nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis mereka sehat. Peningkatan peran

  • 38

    keluarga berupa perhatian kepada istri sangat dibutuhkan dalam suatu proses

    produksi ASI yaitu reflex oxitocin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang

    kontraksi otot sekeliling kelenjar susu (mammary alveoli) hingga mengalirkan

    ASI ke sinus lactiferous dan kemudian dihisap oleh bayi (Roesli, 2005).

  • 39

    2.3 Kerangka Teori

    Gambar 2.4. Kerangka Teori

    Efek ASI non-

    Eksklusif

    Pengertian

    Faktor yang

    Mempengaruhi

    Pemberian

    Manfaat:

    - Aspek Gizi - Aspek

    Imunologik

    - Aspek Psikologik - AspekKecerdasan - Aspek Neurologis - Aspek ekonomis - Aspek Penundaan

    Kehamilan

    ASI Eksklusif

    - Kondisi Pada

    Ibu

    - Kondisi Pada

    Bayi

    Kandungan ASI

    Karakteristik

    Internal

    Eksternal

    Usia

    Timgkat Pendidikan

    Status Pekerjaan

    Paritas

    Tingkat Pengetahuan

    Dukungan Keluarga

    Faktor yang Tidak

    Memungkinkan

    Pemberian

  • 40

    2.4 Kerangka Konsep

    Keterangan:

    Gambar 2.5. Kerangka Konsep

    2.5 Hipotesis

    1. Terdapat hubungan antara karakteristik, tingkat pengetahuan dan dukungan

    keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

    Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2014

    2. Tingkat pengetahuan adalah variabel yang paling berhubungan terhadap

    pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan

    Pontianak Utara Tahun 2014

    Variabel Bebas

    Variabel Terikat

    Firmansyah &

    Mahmudah (2012)

    Yanti (2012)

    Dukungan Keluarga Simbolon (2011)

    Pemberian ASI Eksklusif

    Pekerjaan

    TingkatPendidikan

    Tingkat Pengetahuan

    Usia

    Paritas