33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, khususnya di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia, akibatnya jumlah penduduk lansia meningkat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Secara Demografi, menurut sensus penduduk tahun 1980 di Indonesia terdapat 5,3 juta orang (4,3%) yang berusia 60 tahun keatas. Pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09%, meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi, serta meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi (Bandiyah, 2009). Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi tersebut (Ulliya, dkk, 2009). Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau ADL) (Ulliya dkk., 2009). Memelihara kesehatan untuk hidup yang tidak bergantung

Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Page 1: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah

mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, khususnya di bidang

medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan

penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia, akibatnya jumlah

penduduk lansia meningkat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah lansia

diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan

pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Secara Demografi, menurut

sensus penduduk tahun 1980 di Indonesia terdapat 5,3 juta orang (4,3%) yang

berusia 60 tahun keatas. Pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09%,

meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh majunya pelayanan

kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan

sanitasi, serta meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi

(Bandiyah, 2009). Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya

pemakaian sendi dapat memperparah kondisi tersebut (Ulliya, dkk, 2009).

Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik

(physical activity), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau ADL) (Ulliya

dkk., 2009). Memelihara kesehatan untuk hidup yang tidak bergantung

Page 2: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

2

dengan orang lain besar kemungkinan harus memprioritaskan kekuatan otot

(Broman dkk., 2006).

Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Keadaan ini menyebabkan

munculnya penyakit degeneratif yang merupakan penumpukan distorsi

metabolik dan struktural (Darmojo dan Martono, 2009). Pada proses menua

biasanya terjadi penurunan produksi cairan sinovial pada persendian,

tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum

menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga

mengurangi gerakan persendian.

Senam bugar lansia (SBL) termasuk senam aerobic low impact

(menghindari gerakan loncat-loncat), Senam Bugar Lansia adalah senam

aerobic low impact yang dikeluarkan Persatuan Wanita Olahraga Seluruh

Indonesia (Perwosi) khusus bagi lanjut usia dengan pelaksanaan durasi senam

kurang lebih 30 menit dengan 5 menit latihan pemanasan, 20 menit latihan

inti dan 5 menit pendinginan (Ulliya dam Agustin, 2008). Senam lansia akan

menambah penguatan otot, daya tahan tubuh, kelenturan tulang dan sendi,

sehingga sistem muskuloskeletal yang menurun dapat diperbaiki. Selain itu

senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran jantung dan paru

(Herawati dan Wahyuni, 2004)

Page 3: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

3

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Panti Sosial Tresna

Wredha Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul, senam lansia dapat

menyebabkan kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari-hari dalam

kategori mandiri (96,23%) (Ardiyanti, 2009). Penelitian Ulliya dkk (2007)

pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Wening Wardoyo Ungaran, bahwa

latihan ROM selama 3 minggu sudah dapat meningkatkan ROM fleksi sendi

lutut pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak. Latihan ROM adalah

latihan yang menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai

kemampuan seseorang yang menyebabkan peningkatan fungsi

muskuloskeletal sehingga berpengaruh pada ADL. Latihan fisik tubuh bagian

atas dapat meningkatkan kekuatan lengan (26%), fleksibilitas bahu (10%)

sehingga dapat meningkatkan kemandirian dalam melakukan activity of daily

living (Venturelli dkk., 2010).

Pengaruh SBL terhadap activity of daily living (ADL) belum banyak

diteliti. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh senam

lansia terhadap activity of daily living (ADL) pada lansia.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah hubungan senam lansia terhadap activity of daily living

(ADL) pada lansia?’’

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Page 4: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

4

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

senam lansia terhadap ADL (activity of daily living) pada lansia.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui activity of daily living (ADL)pada lansia

yang melakukan senam lansia di Kecamatan Pedurungan

Semarang.

1.3.2.2. Untuk mengetahui activity of daily living (ADL) pada lansia

yang tidak melakukan senam lansia di Kecamatan

Pedurungan Semarang.

1.3.2.3. Untuk membandingkan activity of daily living (ADL) pada

lansia yang melakukan senam lansia dengan yang tidak

melakukan senam lansia di Kecamatan Pedurungan

Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya mengenai

pengaruh senam lansia dan activity of daily living (ADL) pada lansia.

1.4.2. Manfaat praktis

1.4.2.1 Memberikan informasi bahwa senam lansia dapat menjadi

alternatif pilihan penatalaksanaan kasus penurunan activity of

daily living (ADL)

1.4.2.2 Sebagai masukan kepada lansia dan keluarganya serta bagi

masyarakat untuk menyadari pentingnya latihan fisik agar

tercapainya derajat kesehatan yang optimal.

Page 5: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Activity of daily living (ADL)

2.3.1. Definisi

Activity of daily living merupakan salah satu alat ukur untuk

menilai kapasitas fungsional seseorang dengan menanyakan aktivitas

kehidupan sehari-hari, untuk mengetahui lansia yang membutuhkan

pertolongan orang lain dalam melakukan kehidupan sehari-hari atau

dapat melakukan secara mandiri. Sehingga menghasilkan informasi yang

berguna untuk mengetahui adanya kerapuhan pada lansia yang

membutuhkan perawatan (Gallo dkk., 1998).

2.3.2. Pengukuran ADL

2.3.2.1 Indeks Barthel

Indeks ADL Barthel merupakan alat ukur yang banyak

dipakai. Kuesioner ADL Barthel merupakan instrumen ukur

yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk mengukur

status fungsional dasar lansia di Indonesia (Agung, 2007).

Indeks barthel digunakan untuk mengkaji kemampuan dalam

merawat diri mereka sendiri, namun pokok-pokoknya

ditekankan pada jumlah bantuan fisik yang akan diperlukan

bila tidak dapat melakukan fungsi yang diberikan (Gallo dkk,

1998). Indeks Barthel mungkin bisa menjadi indikator yang

Page 6: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

6

baik untuk mengkaji ada tidaknya kebutuhan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari (Gallo dkk., 1998).

2.3.2.2 Indeks Katz

Indeks katz dikembangkan untuk mempelajari hasil

pengobatan dan prognosis pada orang tua (Hermoddson dan

Ekhdal, 2010). Indeks ini merangkum kinerja secara

keseluruhan dalam 6 fungsi yaitu mandi, berpakaian, toilet

(toileting), berjalan atau pindah posisi (walking & transfering),

kontinensia (continence), dan makan yang dinyatakan dalam

kelas A-G (Gallo dkk, 1998). Indeks Katz lebih cenderung

menggunakan rentang “mandiri”, “semi mandiri (dibantu)”, dan

“tergantung” (Gallo dkk., 1998).

Indeks Katz A : mandiri untuk 6 aktivitas

Indeks Katz B : mandiri untuk 5 aktivitas

Indeks Katz C : mandiri, kecuali bathing dan satu

fungsi lain

Indeks Katz D : mandiri, kecuali bathing, dressing

dan 1 fungsi lain

Indeks Katz E : mandiri, kecuali bathing, dressing,

toileting dan satu fungsi lain

Indeks Katz F : mandiri, kecuali bathing, dressing,

toileting, transferring dan satu

fungsi lain

Page 7: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

7

Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6

aktivitas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999)

2.3.2.3 Indeks Lawton

Indeks Lawton merupakan suatu alat yang memberikan

informasi status fungsional. Indeks Lawton terdiri dari 8

aktivitas yaitu dapat menggunakan telepon, mencuci pakaian,

berbelanja, menyiapkan makanan, menjaga rumah,

mengadakan perjalanan, dapat mengatur keuangan, minum

obat secara teratur (Vitenggl dkk., 2006)

Indeks Lawton dapat disaring menjadi 5 aktivitas utama

untuk membuat pemeriksaan lebih menyeluruh. Kelima

aktivitas utama tersebut meliputi kemampuan untuk

mengadakan perjalanan, berbelanja, menyiapkan hidangan,

pekerjaan rumah tangga, dan pengaturan keuangan pribadi

(Gallo dkk., 1998).

2.3.3 Karakteristik ADL

Berdasarkan nilai skor indeks barthel

0-20 : ketergantungan total

21-61 : ketergantungan berat

62-90 : ketergantungan sedang

91-99 : ketergantungan ringan

Page 8: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

8

100 : mandiri, tetapi tidak berarti penderita dapat hidup sendiri,

penderita mungkin tidak memasak, menjaga rumah/tidak

dapat bermasyarakat

(Gallo dkk., 1998)

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ADL

2.3.4.1 Depresi

Keterbatasan dalam melakukan activity of daily living

(ADL) dapat menyebabkan depresi dan depresi dapat

meningkatkan factor resiko disabilitas fisik (keterbatasan

ADL) (Sumirta, 2008).

2.3.4.2 Kelenturan

Pembatasan atas lingkup gerak sendi (ROM) banyak

terjadi pada lansia, akibat dari kekakuan otot dan tendon.

Kekakuan otot betis sering memperlambat gerak dorso-fleksi.

Selain itu kekakuan otot aduktor dan abduktor paha juga

sering dijumpai. Oleh karena itulah latihan kelenturan sendi

merupakan komponen penting dari program latihan/olah raga

bagi lansia (Darmojo dan Martono, 2009).

2.3.4.3 Keseimbangan

Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering

mengakibatkan seorang lansia jatuh. Keseimbangan

merupakan tanggapan motorik yang dihasilkan dari berbagai

faktor diantaranya input sensorik dan kekuatan otot. Selain

terjadinya menurunnya kekuatan otot, bertambahnya umur

Page 9: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

9

akan menyebabkan keseimbangan menurun (Darmojo dan

Martono, 2009).

2.3.4.4 Self efficacy (keberdayagunaan mandiri)

Self efficacy adalah suatu istilah untuk menggambarkan

rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal

ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam

aktivitas sehari-hari (ADL). Dengan keberdayagunaan

mandiri ini seorang lansia mempunyai keberaniaan dalam

melakukan aktivitas/olahraga (Darmojo dan Martono, 2009).

2.2. Senam Lansia

2.2.1. Definisi

Senam bugar lansia adalah senam aerobic low impact

(menghindari loncat-loncat), intensitas ringan sampai sedang,

gerakannya melibatkan sebagian besar otot tubuh, sesuai dengan gerak

sehari-hari, gerakan antara kanan dan kiri mendapat beban yang

seimbang (Budiharjo dkk., 2004).

2.2.2. Jenis Senam Lansia

Senam bugar lansia disusun dalam empat paket yaitu paket

A, B, C, dan D masing-masing paket diperuntukan untuk kondisi yang

berbeda. Paket A (untuk lansia yang tidak tahan berdiri dilakukan

sambil duduk di kursi), paket B (untuk lansia dengan kondisi

sedang), paket C (untuk lansia dengan kondisi baik), paket D

(untuk lansia dengan tingkat kondisi prima). Tiap paket latihan

Page 10: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

10

SBL mempunyai susunan yaitu latihan pemanasan, inti dan

pendinginan (Budiharjo dkk., 2004).

2.2.3. Manfaat Senam Lansia

2.2.3.1. Daya Tahan Kardiovaskular

Komponen ini menggambarkan kemampuan dan

kesanggupan melakukan kerja sistem peredaran darah

pemapasan, dalam menyediakan oksigen yang dibutuhkan

(Sumintarsih, 2006).

2.2.3.2. Kekuatan Otot

Kekuatan otot banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, terutama untuk tungkai yang harus menahan berat

badan. Makin tua seseorang makin kurang pula kekuatan otot.

Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih melebihi

normalnya. Intensitas latihan beragam dari latihan

berintensitas rendah sampai berintensitas tinggi. Dengan

latihan ini akan mempertahankan kekuatan otot

(Sumintarsih, 2006).

2.2.3.3. Daya Tahan Otot

Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan

otot untuk kerja berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan.

Senam membantu meningkatkan daya tahan otot dengan cara

melakukan gerakan-gerakan ringan, seperti: melompat-

lompat, mengangkat lutut, dan menendang, sehingga

Page 11: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

11

tubuh menjadi kuat. Tubuh yang seimbang akan

mengurangi risiko terluka (Sumintarsih, 2006).

2.2.3.4. Kelenturan (Fleksibilitas)

Kelenturan adalah kemampuan gerak maksimal suatu

persendian. Pada usia lanjut banyak terjadi kekakuan sendi,

hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan pada sendi.

Setelah menyelesaikan latihan, peregangan akan membantu

meningkatkan kelenturan (Sumintarsih, 2006).

2.2.3.5. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh berhubungan dengan pendistribusian

otot dan lemak di seluruh tubuh dan pengukuran komposisi

tubuh ini memegang peranan penting, baik untuk kesehatan

tubuh maupun untuk berolahraga. Kelebihan lemak tubuh

dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas dan

meningkatkan resiko untuk menderita berbagai macam

penyakit. Senam Bugar Lansia sangat baik untuk membakar

lemak dalam tubuh sehingga menurunkan jumlah angka

kesakitan pada lansia (Sumintarsih, 2006).

2.3. Lansia

2.1.1. Definisi

Menurut Undang-undang RI No. 3 tahun 1986 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia pada BAB 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi

Page 12: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

12

lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas

(Nugroho, 2000).

Lansia akan selalu berhubungan dengan perubahan atau

penurunan fisiologi, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan

pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain. Menua merupakan

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dalam

maupun luar tubuh. Tidak ada batas yang jelas pada usia berapa

penampilan seseorang mulai menurun, karena setiap orang fungsi

fisiologisnya berbeda, baik dalam pencapaian puncak maupun saat

menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya

pada usia antara 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat

tubuh akan stabil beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi

sedikit sesuai bertambahnya usia. Tetapi aktivitas fisik dapat

menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi organ tubuh

yang disebabkan bertambahnya usia (Nugroho, 2000).

2.1.2. Penggolongan atau batasan umur lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lansia meliputi usia

pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 - 59 tahun, lansia

(elderly) antara 60 - 74 tahun, lansia tua (old) antara 75 - 90 tahun dan

usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000).

2.1.3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan fisik menurut Nugroho (2000) antara lain sebagai berikut:

2.1.3.1. Sel

Page 13: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

13

Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,

darah, dan hati. Jumlah sel otak menurun dan otak menjadi

atrofi beratnya berkurang 5-10%.

2.1.3.2. Sistem Persyarafan

Menurunnya hubungan persyarafan, lambat dalam

respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca

indera dan kurang sensitif terhadap sentuhan.

2.1.3.3. Sistem Pendengaran

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada

telinga, Membran timpani menjadi atrofi dan pendengaran

bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stres.

2.1.3.4. Sistem Penglihatan

Hilangnya respon terhadap sinar, sfingter pupil timbul

sklerosis, lensa lebih suram, hilangnya daya akomodasi dan

menurunya lapang pandang.

2.1.3.5. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung

memompa darah menurun. Hilangnya pembuluh darah dan

tekanan darah meninggi.

2.1.3.6. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Suhu yang sering ditemukan pada lansia yaitu

temperatur tubuh menurun (hipotermia) akibat metabolisme

yang menurun.

Page 14: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

14

2.1.3.7. Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi

kaku. Menurunnya aktivitas dari silia dan paru-paru

kehilangan elastisitas.

2.1.3.8. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus

melebar, rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan timbul

konstipasi, serta fungsi absorpsi melemah.

2.1.3.9. Sistem Genitourinaria

Pada ginjal dan otot vesika urinaria mengalami

kelemahan. Hal ini menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat pada lansia wanita, sedangkan vesika urinaria

pada lansia laki-laki susah dikosongkan sehingga

mengakibatkan retensi urin.

2.1.3.10. Sistem Endokrin

Pada lansia seperti menurunnya reabsorbsi sodium

dan air, penurunan lanjut metabolisme, penurunan respon

sistem kekebalan, penurunan efisiensi dari respon stres,

peningkatan jumlah gula darah 2 jam setelah makan, tidak

toleransi terhadap karbohidrat dan jaringan tepi kebal

terhadap insulin.

2.1.3.11. Sistem Kulit (Integumentary System)

Kulit keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,

menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi

Page 15: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

15

kulit menurun. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna

kelabu.

2.1.3.12. Sistem Muskulosletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

Terjadi kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku.

Tendon mengerut dan mengalami skelerosis, serta terjadi

atrofi serabut otot.

2.1.4. Teori Proses Menua

2.1.4.1. Teori Radikal Bebas

Produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif

(radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen

penting selular, termasuk protein, DNA, dan lipid, dan

menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi dan

mengganggu fungsi sel lainnya

Teori radikal bebas dikenalkan pertama kali oleh

Denham Harman pada tahun 1956, Harman menyatakan

bahwa mitokondria sebagai generator radikal bebas, juga

merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut.

Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi

elektron tidak berpasangan, sebagai contoh reactive oxygen

spesies (ROS) dan reactive nitrogen spesies (RNS). Karena

elektronnya tidak berpasangan secara kimiawi radikal bebas

akan mencari pasangan akan bereaksi dengan substansi lain

terutama protein dan lemak tak jenuh. Sebagai contoh

Page 16: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

16

membran sel yang mengandung sejumlah lemak, sehingga

dapat bereaksi dengan radikal bebas dan menyebabkan

membran sel mengalami perubahan. Akibat perubahan pada

struktur membran tersebut membran sel menjadi lebih

permeabel dan memungkinkan radikal bebas melewati

membran secara bebas. Struktur didalam sel seperti

mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh membran yang

mengandung lemak sehingga mudah diganggu oleh radikal

bebas. Radikal bebas dapat bereaksi dengan DNA sehingga

dapat menyebabkan mutasi pada kromosom dan karenanya

menyebabkan kerusakan mesin genetik normal dari sel. Lebih

jauh, teori radikal bebas secara menyatakan terdapat

akumulasi radikal bebas secara bertahap didalam sel sejalan

dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi

ambang maka mungkin berkontribusi pada perubahan-

perubahan yang dikaitkan dengan penuaan (Setiati dkk.,

2006).

2.1.4.2. Teori Error Catastrophe.

Menurut Constantinides dalam Darmojo dan Martono

(2004), proses menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan

yang beruntun sepanjang kehidupan berlangsung dalam

waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses

traskripsi (DNA→RNA), maupun dalam proses translasi

(RNA→protein/enzim). Kesalahan tersebut akan

menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai reaksi

Page 17: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

17

dan kesalahan-kesalahan lain yang berkembang dan akan

menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah,

sehingga akan mengurangi fungsional sel.

2.1.4.3. Teori Glikolisasi

Suatu proses glikolisasi nonenzimatik yang

menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai

advance glycation end products (AGEs) dapat menyebabkan

penumpukan protein dan makromolekul lain yang

termodifikasi sehingga terjadi disfungsi pada manusia yang

menua.

Proses glikasi menunjukan perubahan fungsional,

meliputi menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya

degradasi protein abnormal. Ketika manusia menua AGEs

berakumulasi di berbagai jaringan, termasuk kolagen,

hemoglobin, lensa mata. Karena muatan kolagennya tinggi,

jaringan ikat menjadi kurang elastis dan kaku. Kondisi

tersebut dapat mempengaruhi elastisitas pembuluh darah.

AGEs juga dapat berinteraksi dengan DNA dan

karenanya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk

memperbaiki perubahan pada DNA (DNA repair) (Setiati

dkk., 2006).

2.1.5. Konsep Kesehatan

Kesehatan lanjut usia meliputi kesehatan badan, dan

social lanjut usia, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari

Page 18: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

18

penyakit, cacat, dan kelemahan (Hardywinoto dan

Setiabudhi, 1999). Konsep kesehatan meliputi 3 hal yang

menyangkut kesehatan pada lansia, yaitu status fungsional,

masalah kesehatan utama pada lansia (sindroma geriatri), dan

penyakit atau disease. Dari perbedaan konsep tersebut

seharusnya semua tindakan pencegahan, promosi,

pengobatan, dan rehabilitasi dijalankan (Darmojo dan

Martono, 2009).

2.1.5.1. Status Fungsional

Status fungsional merupakan interaksi dari gangguan

fisik, gangguan psikis, dan gangguan social ekonomi. Status

fungsional pada lansia menunjukan apakah seorang lansia

sebagai individu masih dapat melakukan fungsinya sehari-

hari, sehingga status fungsional ini secara praktis diperiksa

dengan menilai kemampuan hidup sehari-harinya (Darmojo

dan Martono, 2009).

2.1.5.2. Sindroma Geriatri

Sindroma geriatri adalah suatu sindroma yang terdiri

atas keluhan atau persepsi adanya abnormalitas atas

kesehatannya oleh penderita lansia. Keluhan ini sangat

beragam sehingga memerlukan perhatian yang serius dari

pengelola kesehatan, keluhan tersebut harus ditindak lanjuti

untuk mencari sebab-sebab yang mungkin barasal dari

kelainan fisik, psikis, atau gangguan sosial. Sebab-sebab

Page 19: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

19

yang melatari keluhan dalam sindroma geriatri ini seringkali

sangat kompleks (Darmojo dan Martono, 2009).

2.1.5.3 Penyakit Pada Usia Lanjut

Jenis penyakit yang diderita pada lansia adalah

penyakit degeneratif. Walaupun demikian penyakit infeksi

masih perlu ditangani dengan hati-hati, mengingat hal ini

dapat mencetuskan berbagai penyakit lain (Darmojo dan

Martono, 2009).

2.1.6 Jenis Psikologi Lansia

2.1.6.1 Tipe Konstruktif

Pada tipe ini mempunyai integritas yang baik, dapat

melewati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristik,

fleksibel, dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawa saat

masih muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses

menua, mengalami pension dengan tenang, juga dalam

mengahadapi masa akhir (Darmojo dan Martono, 2009).

2.1.6.2 Tipe ketergantungan (dependent)

Pada tipe ini sangat dipengaruhi kehidupan keluarga.

Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada masa lanjut

usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan

hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan

menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan

(Darmojo dan Martono, 2009).

2.1.6.3 Tipe Bermusuhan (hostility)

Page 20: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

20

Pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut usia tetap

merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan

yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama

sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak (Darmojo dan

Martono, 2009).

2.1.6.4 Tipe membenci/menyalahkan diri

Tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena

perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung

membuat susah dirinya (Darmojo dan Martono, 2009).

2.1.6.5 Tipe Defensif

Pada tipe ini sering emosinya tidak dapat dikontrol,

memegang teguh pada kebiasaannya, takut menghadapi tua.

Selalu menolak bantuan dan tak menyenangi masa pensiun

(Darmojo dan Martono, 2009).

2.4. Hubungan Senam Lansia dengan ADL

Pada proses menua biasanya terjadi penurunan activity of daily living

(Venturelli dkk., 2010) yang terjadi akibat berkurangnya produksi cairan

sinovial pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi

lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan

kelenturan (fleksibilitas) (Ulliya dkk., 2007).

Senam lansia akan menambah penguatan otot, daya tahan tubuh, dan

kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang menurun

dapat diperbaiki. Penelitian Ardiyanti (2009) yang dilakukan di Panti Sosial

Page 21: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

21

Tresna Wredha Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul, senam lansia dapat

menyebabkan kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari-hari (96,23%).

Page 22: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

22

2.5. Kerangka Teori

Lansia

Proses Menua

Penurunan Fungsi:

Muskuloskeletal

Respirasi

Pendengaran

GIT

Perkemihan

Penglihatan

Activitiy of Daily

Living (ADL) Senam Lansia

Kelenturan

Depresi

Self efficacy

Keseimbangan

Page 23: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

23

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Senam lansia dapat meningkatkan activity of daily living (ADL) pada

lansia.

Senam Lansia Activity of daily

living (ADL)

Page 24: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik

observasional dengan rancangan penelitian case control.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel

1. Variabel Bebas : Senam lansia

2. Variabel Tergantung : Activity of daily living (ADL)

3.2.2. Definisi Operasional

3.2.2.1. Senam Lansia

Kegiatan senam yang dilakukan lansia empat kali

dalam seminggu secara rutin sesuai dengan panduan Senam

Bugar Lansia (SBL) selama 30 menit tanpa berhenti. Senam

lansia yag digunakan adalah senam lansia paket C dan D.

Skala : Nominal

3.2.2.2. Activity of daily living (ADL)

Activity of daily living (ADL) adalah aktifitas sehari-hari

yang terdiri atas beberapa macam kegiatan, yaitu mandi

(bathing), berpakaian (dressing), toilet (toileting), berjalan atau

pindah posisi (walking & transfering), kontinensia (continence),

Page 25: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

25

makan (feeding) yang diukur dengan menggunakan indeks

barthel.

Skala : Rasio

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah lansia Kecamatan

Pedurungan Semarang.

3.3.2. Sampel dan Besar Sampel

3.3.2.1 Sampel

Sampel penelitian diambil dari total populasi lansia di Panti

Wreda Pucang Gading dan Kelurahan Penggaron Lor

Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

a. Inklusi

- Bersedia ikut dalam penelitian

- Sehat

- Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan

- Usia: 60-74 tahun

b. Ekslusi

- Responden menolak mengikuti kegiatan

- Depresi

3.3.2.2 Besar Sampel

Rumus:

2

21 x- x

s z z 2 n

Page 26: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

26

Keterangan:

SS :: Simpang baku kedua kelompok,(Airlambang,2001) = 3

x1-x2: Perbedaan klinis yang diinginkan x1-x2 (clinical

judgment) = 2

Zα : Tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) =1,96

Zβ : Power (ditetapkan oleh peneliti) = 0,842

Perhitungan:

[( )

]

[

]

Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian adalah 35

orang.

3.3.3. Cara Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

consecutive sampling.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat-alat yang digunakan :

Indeks barthel

Lembar Inform Consent

SPSS 13.0

3.5. Cara Penelitian

3.5.1. Kelompok Perlakuan

Page 27: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

27

- Datang ke Panti Wredha Pucang Gading Semarang yang

melakukan senam lansia.

- Lansia melakukan senam lansia sebanyak empat kali dalam

seminggu.

- Melakukan wawancara terhadap lansia di Panti Wredha Pucang

Gading Semarang yang memenuhi kriteria inklusi untuk

mengukur ADL pada lansia dengan menggunakan indeks barthel.

- Menghitung ADL berdasarkan hasil pengukuran indeks barthel.

- Hasil yang didapatkan dicatat.

3.5.2. Kelompok Kontrol

- Datang ke tempat lansia di Kelurahan Penggaron Lor Semarang

yang tidak melakukan senam lansia

- Lansia tidak melakukan aktifitas sebelum dilakukan pengukuran.

- Melakukan wawancara terhadap lansia di Kelurahan Penggaron

Lor Semarang yang memenuhi kriteria inklusi untuk mengukur

ADL pada lansia dengan menggunakan indeks barthel.

- Menghitung ADL berdasarkan hasil pengukuran indeks barthel.

- Hasil yang didapatkan dicatat.

Page 28: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

28

3.6. Alur Kerja

Datang ke tempat

penelitian

Panti Wreda Pucang

Gading Semarang yang

mengadakan senam lansia

Diambil sampel

berdasarkan kriteria

inklusi

Lansia di Kelurahan

Penggaron Lor yang tidak

mengadakan senam lansia

Dilakukan pengukuran

menggunakan indeks

barthel

Sesuai

Pengumpulan dan

pengolahan data

Analisis data

Page 29: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

29

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian

3.7.1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Wreda Pucang Gading dan

Kelurahan Penggaron Lor Semarang.

3.7.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan

September 2011.

3.8. Analisis Hasil

Untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap activity of daily

living pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol maka dilakukan

analisis menggunakan T-test independent jika sampel normal dan homogen.

Apabila sampel tidak homogen dan normal maka akan dilanjutkan dengan

menggunakan Mann Withney. Pengolahan analisis data dilakukan dengan

menggunakan SPSS 13.0 for Windows.

Page 30: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

30

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I., 2007, Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living

Barthel Untuk Mengukur Status Fungsional Dasar Pada Usia Lanjut di

RSCM, Jakarta (Abstrak Tesis)

Ardiyanti, N., 2009, Hubungan Antara Senam Lansia Dengan Kemandirian

Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari di PTSW Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul, Yogyakarta (Abstrak)

Bandiyah, S., 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Nuha Medika,

Yogyakarta, 2-4

Broman, G., Quintana, M., Lindberg, T., Jansson, E., Kaijser, L., 2006, High

Intensity Deep Water Training Can Improve Aerobic Power in Elderly

Women, Eur J Appl Physiol, 98: 117–123

Budiharjo, S., Prakosa, D., Soebijanto, 2004, Pengaruh Senam Bugar Lansia

terhadap Kekuatan Otot Wanita Lanjut Usia Tidak Terlatih di Yogyakarta,

Sains Kesehatan, 17 (1), 111-121

Darmojo, B. dan Martono, H., 2009, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universtitas Indonesia, Jakarta, 4-8, 25-26,

93-94, 106-108

Gallo, JJ., Reichel, W., Andersen, LM., 1998, Gerontologi, EGC, Jakarta, 122-

129

Hardywinoto, SKM. dan Setiabudhi, T., 1999, Panduan Gerontologi, PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 124, 137

Herawati, I. dan Wahyuni, 2004, Perbedaan Pengaruh Senam Otak dan Senam

Lansia Terhadap Keseimbangan pada Orang Lanjut Usia, Infokes, 8 (1),

Maret – September 2004

Hermodsson, Y. dan Ekhdal, C., 2010, Early Planning of Care and Rehabilitation

After Amputation for Vascular Disease by Means of Katz Index of

Activities of Daily Living, Scandinavian Journal Of Caring Sciences Vol.

13 (4): 234-239.

Nugroho, 2000, Keperawatan Gerontik, EGC, Jakarta, 13-14, 19, 21-26

Page 31: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

31

Setiati S., Harimurti, K., Roosheroe, A. G., 2006, Proses Menua dan Implikasi

Kliniknya, Dalam Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.

T., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK UI, Jilid 3, Edisi IV, Jakarta, 1335-1341

Sumintarsih, 2006, Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia, Olahraga, edisi

Agustus, 147-150

Sumirta, IN., 2009, Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Depresi pada Lansia

di Panti Pelayanan Lanjut Usia “Wana Seraya” Denpasar, Jurnal ilmiah

keperawatan, 2 (1): 77-83

Ulliya, S. dan Agustin, D., 2008, Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia

Sebelum dan Sesudah dilakukan Senam Bugar Lansia di Panti Wredha

Wening Wardoyo Ungaran, Media Ners, 2 (1): 1-44

Ulliya, S., Soempeno, B., Kushartanti, WBM., 2007, Pengaruh Latihan Range of

Motion (ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia di Panti

Wredha Wening Wardoyo Ungaran, Media Ners,1 (2): 72-78

Venturelli, M., Lanza, M., Muti, M., Scena, F., 2010, Positive Effects of Physical

Training in Activity of Daily Living-Dependent Older Adults, Experimental

Aging Research, 36: 190–205

Vittengl, J. R., C. N. White, R. J. McGovern B. J. Morton, 2006, Comparative

validity of seven scoring systems for the instrumental activities of daily

living scale in rural elders, Aging & Mental Health, 10(1): 40-47

Page 32: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

32

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

LEMBAR INFORM CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : (L/P)

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Dengan ini menyatakan setuju untuk menjadi responden dalam penelitian

yang berjudul “Hubungan Senam Lansia terhadap Range Of Motion (ROM)

Lutut pada Lansia”

Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang

berhubungan dengan penelitian tersebut, serta tindakan medis yang akan

Page 33: Hubungan Senam Lansia Terhadap Activity of Daily Living ADL Pada Lansia

33

dilakukan dan kemungkinan pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai

penjelasan yang diberikan.

Semarang,………………….20……

Pelaksana, Yang membuat pernyataan,

Ttd Ttd

(……………………) (…………………………..)

*Coret yang tidak perlu