76
HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK TERHADAP KEJADIAN MATA MERAH PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT (Skripsi) Oleh SHAFA INAYATULLAH M PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

  • Upload
    others

  • View
    57

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK TERHADAP

KEJADIAN MATA MERAH PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT

(Skripsi)

Oleh

SHAFA INAYATULLAH M

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

ABSTRACT

RELATIONSHIP OF CONTACT LENSES WEARING BEHAVIOR TO

THE OCCURENCE OF RED EYE ON THE STUDENTS OF PUBLIC

SENIOR HIGH SCHOOL IN TANJUNG KARANG PUSAT SUBDISTRICT

By

Shafa Inayatullah Machmud

Background : Contact lenses wearing can cause negative effect, especially for

wearer who did not follow the usage instructions. Well-usage behaviour of

contact lenses wearing will reduce the risk of the complications occurrence. This

behaviour can be seen from the knowledge, attitudes, and lenses care doing. The

most frequent negative effects from contact lenses wearing are corneal

neovascularization, keratitis, giant papillary conjunctivitis, and dry eyes, in which

red eye symptoms are found. This study aims to determine the relationship of

contact lens usage behaviour to red eye incident on the student of Public Senior

High School in Tanjung Karang Pusat Subdistrict.

Method : The design of this research was analytical study with a cross-sectional

approach. The population of this study were all students of Public Senior High

School in Tanjung Karang Pusat Subdistrict who wear contact lenses, consists of

37 respondents, with total sampling technique. The data of this research was

collected from previous researchers by using questionnaire which had been tested

for its validity and reliability. Data was analyzed using chi square univariate and

bivariate analysis.

Results : The results showed that contact lens users in Public High Schools in

Tanjung Karang Pusat Subdistrict had behaviors (54.1%), attitudes (64.9%), and

actions (51.4%) using good, but had a poor knowledge (54,1%) of contact lens

use. There is a significant relationship between behavior and the incidence of red

eye (p-value = 0.001), while for sub behavioral variables it is known that there is a

relationship between knowledge (p-value = 0.036), attitude (p-value = 0.030),

attitude (p value = 0.030), and action (p value = 0,000), to the red eye incidence.

Conclusions : There was a relationship of contact lenses wearing behaviour to the

occurence of red eyes on the student of Public Senior High School in Tanjung

Karang Pusat Subdistrict.

Keywords : behaviour, contact lenses, red eyes

Page 3: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK TERHADAP

KEJADIAN MATA MERAH PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT

Oleh

Shafa Inayatullah Machmud

Latar Belakang: Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan dampak negatif,

terlebih apabila tidak mematuhi aturan penggunaan. Perilaku penggunaan lensa

kontak yang baik akan mengurangi resiko komplikasi akibat penggunaan lensa

kontak, bisa dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan perawatan lensa.

Dampak negatif yang paling sering terjadi akibat dari penggunaan lensa kontak

adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis papiler raksasa, dan mata

kering. Pada penyakit-penyakit tersebut didapatkan gejala mata merah. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan lensa kontak

terhadap kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat.

Metode: Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross-sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar SMA Negeri di Kecamatan

Tanjung Karang Pusat yang menggunakan lensa kontak dengan jumalah sampel

37 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Alat pengumpulan data berupa kuesioner dari peneliti sebelumnya yang telah di

uji validitas dan reliabilitasnya. Analisa data menggunakan analisa univariat dan

bivariat: Chi-Square.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna lensa kontak di SMA

Negeri di Kecamatan Tanjung Karang Pusat memiliki perilaku (54,1%), sikap

(64,9%), dan tindakan (51,4%) penggunaan lensa kontak yang baik, namun

memiliki pengetahuan (54,1%) penggunaan lensa kontak yang kurang baik.

Terdapat hubungan siginifikan antara perilaku dengan kejadian mata merah (p-

value = 0,001), sedangkan untuk sub variabel perilaku diketahui bahwa ada

hubungan antara pengetahuan (p-value=0,036 ), sikap (p-value=0,030 ), dan

tindakan (p-value=0,000) penggunaan lensa kontak dengan kejadian mata merah.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perilaku penggunaan lensa kontak

terhadap kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat.

Kata Kunci: lensa kontak, mata merah, perilaku.

Page 4: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAKTERHADAP

KEJADIAN MATA MERAHPADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT

Oleh

SHAFA INAYATULLAH M

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 5: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis
Page 6: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis
Page 7: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis
Page 8: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 26 September

1997, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Dr. Hi. Mahmudin

Bunyamin Lc. MA dan Ibu Hj. Yuniarti Sukurmin ,S.Pd. Adik penulis yaitu

Alfainul Ezzah dan Moch. Azka Athaullah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Al-Muttaqin

Tangerang Selatan pada tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2

Rawa Laut pada tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMAN 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2015.

Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Pada masa perkuliahan penulis mengikuti lembaga

kemahasiswaan yaitu Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSIIS) Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung, serta menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Pandan Sari, Kabupaten Pringsewu pada tahun 2018.

Page 9: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

PERSEMBAHAN

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberika Karunia, Rahmat dan

Ampunan-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau

”WE KNOW WHAT WE WANT, BUT ALLAH KNOWS WHAT WE NEED”

Dengan penuh syukur kupersembahkan karya sederhana ini

teruntuk

“Mamah, babah, dan adik-adikku yang tersayang”

Yang selalu memberi dukungan, nasihat, dan saran dalam setiap proses

pembelajaran hidup yang membuat diriku menjadi lebih baik.

Page 10: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak terhadap

Kejadian Mata Merah pada Pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri di

Kecamatan Tanjung Karang Pusat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.KM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

3. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA., selaku pembimbing akademik

saya.

4. dr. M. Yusran, S.Ked, M.Sc, Sp.M (K)., selaku Pembimbing Utama yang

selalu bersedia menyempatkan waktu untuk membimbing, mengarahkan,

memberi masukan dan nasihat selama proses penyelesaian skripsi serta ilmu

yang begitu bermanfaat selama penelitian skripsi ini.

Page 11: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

5. dr. Merry Indah Sari, S.Ked, M. Med. Ed., selaku Pembimbing Kedua atas

kesabaran dan kesediaan memberikan bimbingan, ilmu, saran, dan nasihat

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. dr. Rani Himayani, S.Ked, Sp.M., selaku Penguji Utama untuk masukan dan

saran-saran yang telah diberikan pada proses perkuliahan dan penyelesaian

skripsi ini.

7. Terimakasih kepada SMAN 2 & SMAN 3 Bandar Lampung yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Terimakasih kepada para responden yang telah bersedia untuk terlibat dalam

penelitian ini.

9. Terimakasih kepada seluruh staf dosen dan civitas akademika Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu dan waktu yang telah diberikan

selama perkuliahan.

10. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Babah, Mamah, serta adik-

adikku Ezzah dan Azka yang selama ini telah memberikan doa, segala kasih

sayang, perhatian, dukungan, motivasi dan nasihat serta setiap doa yang

telah dipanjatkan selama ini. Terima kasih atas perjuangan kalian selama ini

selalu memberikan yang terbaik untukku. Semoga Allah SWT selalu

memberikan kesehatan dan lindungan dan menjadikan ladang pahala.

11. Seluruh Keluarga Besar yang telah membantu dalam berbagai hal, doa,

dukungan dan motivasi.

12. Terima kasih kepada teman seperbimbingan, Raisah, Asy, Gerry, dan Bagas

atas perjalanan dan pengalaman menyelesaikan skripsi selama ini.

13. Terimakasih kepada sahabatku A6in aja, teman seperjuanganku, Syfa,

Page 12: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

Aliezsa, Fadila, Maya, Icha ,Pita, Mega, Puji.

14. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan

memberi semangat, Bonga, Ayu, Divian, Yati, Nurul, Mercon, Meiwa

15. Terimakasih kepada kak Cut Iklima, kak Arninda, dan kak Fahma yang

dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis saat proses

pengerjaan skripsi

16. Keluarga Besar FK Unila 2015 (Endom15ium) yang tidak bisa disebutkan

satu persatu atas kekompakan, canda, tawa, proses pembelajaran yang telah

memberikan warna serta makna tersendiri. Semoga kebersamaan dan

kekompakkan selalu terjalin baik sekarang maupun ke depan nanti.

17. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (angkatan 2002-2018) yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Semoga segala

perhatian, kebaikan dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan

dari Allah SWT. Aamiin.

Bandar Lampung, 23 April 2019

Penulis,

Shafa Inayatullah Machmud

1518011123

.

Page 13: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 4 1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.4 Manfaat penelitian ....................................................................................... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 5

1.4.2 Bagi peneliti lain ............................................................................... 5 1.4.3 Bagi masyarakat ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6 2.1 Lensa Kontak ............................................................................................... 6

2.1.1 Definisi .............................................................................................. 6

2.1.2 Kegunaan Lensa Kontak ................................................................... 7

2.1.3 Jenis Lensa Kontak ........................................................................... 7 2.1.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Lensa Kontak ............... 11 2.1.5 Cara Penggunaan Lensa Kontak ..................................................... 12

2.1.6 Perawatan Lensa Kontak ................................................................. 13 2.1.7 Faktor Resiko Terkait Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak ...... 15 2.1.8 Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak .......................................... 16

2.2 Mata Merah ............................................................................................... 17

2.2.1 Anatomi Mata.................................................................................. 17 2.2.2 Definisi Mata Merah ....................................................................... 23 2.2.3 Etiologi ............................................................................................ 24 2.2.4 Klasifikasi Mata Merah ................................................................... 25 2.2.5 Pendekatan Diagnosis Mata Merah ................................................. 31

2.3 Konsep Perilaku ........................................................................................ 32 2.3.1 Pengertian Perilaku ......................................................................... 32 2.3.2 Perilaku Sehat.................................................................................. 32

2.3.3 Domain Perilaku.............................................................................. 33 2.4 Kerangka Teori .......................................................................................... 41

Page 14: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

ii

2.5 Kerangka Konsep ...................................................................................... 42

2.6 Hipotesis .................................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 43 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 43 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 43

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 43 3.3.1 Populasi ........................................................................................... 43 3.3.2 Sampel ............................................................................................. 43

3.4 Kriteria Penelitian ..................................................................................... 44 3.4.1 Kriteria Inkulusi .............................................................................. 44

3.4.2 Kriteria Eksklusi.............................................................................. 44 3.5 Identifikasi Variabel .................................................................................. 44

3.5.1 Variabel Bebas ................................................................................ 45

3.5.2 Variabel Terikat .............................................................................. 45 3.6 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran .............................. 45 3.7 Cara Pengumpulan Data ............................................................................ 46

3.7.1 Alat .................................................................................................. 46

3.7.2 Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................ 47 3.8 Prosedur dan Alur Penelitian ..................................................................... 48

3.8.1 Prosedur Penelitian.......................................................................... 48 3.8.2 Alur Penelitian ................................................................................ 49

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 49

3.9.1 Jenis Data ........................................................................................ 49

3.9.2 Pengolahan Data.............................................................................. 50 3.9.3 Analisis Data ................................................................................... 50

3.10 Etika Penelitian ......................................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 53 4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 53

4.1.1 Karakteristik Responden ................................................................. 53

4.1.2 Analisis Univariat............................................................................ 55 4.1.3 Analisis Bivariat .............................................................................. 57 4.1.4 Distribusi Hasil Penilaian Jawaban Kuesioner ................................ 61

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 64 4.2.1 Analisis Univariat............................................................................ 64 4.2.2 Analisis Bivariat .............................................................................. 69

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 76 5.2 Saran .......................................................................................................... 77

5.2.1 Bagi Pengguna Lensa Kontak ......................................................... 77

5.2.2. Bagi Sekolah ................................................................................... 77 5.2.3 Bagi Peneliti Lain ............................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak (Alipour, 2017). ............................... 17

2. Diagnosis Banding Mata Merah (NICE, 2012)............................................... 32

3. Definisi Operasional (Iklima, 2015) ............................................................... 45

4. Distribusi Karakteristik Responden ................................................................ 54

5. Distribusi Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............................................... 55

6. Distribusi Pengetahuan Penggunaan Lensa Kontak ........................................ 55

7. Distribusi Sikap Penggunaan Lensa Kontak ................................................... 56

8. Distribusi Tindakan Penggunaan Lensa Kontak ............................................. 56

9. Distribusi Kejadian Mata Merah ..................................................................... 57

10. Hubungan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak terhadap Kejadian Mata

Merah .............................................................................................................. 58

11. Hubungan Pengetahuan Penggunaan Lensa Kontak Terhadap Kejadian Mata

Merah .............................................................................................................. 59

12. Hubungan sikap penggunaan lensa kontak terhadap kejadian mata merah .. 60

13. Hubungan tindakan penggunaan lensa kontak terhadap Kejadian mata

Merah .............................................................................................................. 61

14. Distribusi Hasil Penilaian Jawaban Kuesioner ............................................... 62

Page 16: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lensa Kontak (Eye HK, 2006) .......................................................................... 8

2. Anatomi Mata (Marieb & Hoehn, 2015). ....................................................... 18

3. Kerangka Teori................................................................................................ 41

4. Kerangka Konsep ............................................................................................ 42

5. Alur Penelitian ................................................................................................ 49

Page 17: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lensa kontak merupakan hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi

berupa plastik tipis dan bening yang digunakan pada mata untuk memperbaiki

penglihatan (Boyd, 2016). Leonardo Da Vinci merupakan pengemuka

pertama ide pembuatan lensa kontak pada tahun 1508. Saat ini perkembangan

dan penggunaan lensa kontak sudah semakin pesat dan tersedia beragam jenis

lensa kontak (Heiting, 2017).

Alasan orang lebih memilih untuk menggunakan lensa kontak daripada

kacamata berdasarkan American Optometric Association adalah dikarenakan

lensa kontak dapat mengikuti pergerakan bola mata dan lapang pandang tidak

terganggu, sehingga kualitas penglihatan sangat baik dan tidak terganggu.

Penggunaan lensa kontak juga dapat memperindah penampilan, lebih

nyaman, lebih terang, tidak berkabut, dan tidak menghalangi aktivitas.

Seiring dengan perkembangan teknologi, bahan baku lensa kontak saat ini

adalah silikon dan rigid gas permeable lenses. Bahan-bahan ini sangat terasa

nyaman di mata dan memungkinkan asupan oksigen yang dibutuhkan oleh

kornea masuk dengan lebih maksimal (Key, 2007).

Page 18: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

2

Pada tahun 2004, diketahui sekitar 38 juta penduduk Amerika Serikat

merupakan pengguna lensa kontak, dan rata-rata pengguna lensa kontak di

seluruh dunia sekitar 128 juta orang (Barr, 2005). Saat ini jumlah pengguna

lensa kontak di dunia sudah mencapai lebih dari 140 juta orang (Cope et al,

2015). Sekarang penggunaan lensa semakin populer dikalangan remaja.

Menurut sebuah penelitian di Universitas India pada tahun 2009 diperoleh

data dari semua pengguna lensa kontak, sebanyak 72,3% menggunakan lensa

kontak untuk tujuan kosmetik dan sebanyak 67,23% menggunakan lensa

kontak untuk mengoreksi kelainan refraksi (Quraishy& Khan, 2009).

Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan dampak negatif yang harus

diwaspadai, terlebih apabila tidak mematuhi aturan penggunaan (Dart, 2008).

Masalah atau dampak negatif yang sering terjadi pada penggunaan lensa

kontak tergantung dari beberapa faktor, seperti pemahaman, kepatuhan, dan

prosedur penggunaan lensa (Ibrahim, Boase & Cree, 2009). Perilaku

penggunaan lensa kontak yang baik akan mengurangi resiko komplikasi

akibat penggunaan lensa kontak, bisa dilihat dari pengetahuan, sikap, dan

tindakan perawatan lensa (Bhandari & Hung, 2012).

Dampak negatif yang paling sering terjadi akibat dari penggunaan lensa

kontak adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis papiler

raksasa, mata kering, dan corneal staining. Pada penyakit-penyakit tersebut

didapatkan gejala mata merah (Alipour, 2017). Banyak kondisi yang mungkin

berhubungan dengan kejadian mata merah, seperti konjungtivitis, blefaritis,

canaliculitis, cedera kornea, episkleritis, skleritis, iritis, keratitis,

Page 19: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

3

keratokonjungtivitis, glaukoma, infeksi bakteri atau virus, atau trauma

(Graham, 2017). Ada enam penyebab serius mata merah, yang dapat

menyebabkan hilangnya penglihatan, yaitu glaukoma sudut tertutup akut,

keratitis, iritis, skleritis, benda asing yang melekat, dan bahan kimia yang

membakar mata (NICE, 2012).

Mata merah adalah keluhan atau gejala yang sering muncul. Keluhan ini

diakibatkan oleh terjadinya warna bola mata yang berubah dari putih menjadi

merah (Ilyas, 2010). Mata merah dapat terjadi akibat tiga masalah seperti

trauma mekanik, trauma kimia, dan infeksi atau peradangan (Johns, 2009).

Pada penelitian di Universitas Syiah Kuala, dari 193 responden yang

menggunakan lensa kontak, 126 diantaranya mengalami mata merah (65%)

(Idayati& Mutia, 2016).

Pada tahun 2016, ada sekitar 3,6 juta remaja berusia 12-17 tahun di Amerika

Serikat yang memakai lensa kontak. Dari remaja yang memakai lensa kontak,

85% melaporkan setidaknya satu perilaku yang menempatkan mereka pada

risiko infeksi mata terkait penggunaan lensa kontak, dibandingkan dengan

81% orang dewasa muda (Cope et al, 2017). Perilaku penggunaan lensa

kontak yang kurang baik dapat menyebabkan infeksi mata, dimana salah satu

gejala infeksi mata adalah terjadinya mata merah (Iklima, 2015).

Menurut data (Riskesdas, 2013) proporsi penduduk yang mempunyai

kacamata atau lensa kontak di perkotaan sekitar dua kali lebih banyak

dibandingkan di perdesaan. Pusat kota Bandar Lampung adalah Kecamatan

Tanjung Karang Pusat. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah

Page 20: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

4

diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat “Hubungan Perilaku Penggunaan

Lensa Kontak Terhadap Kejadian Mata Merah pada Pelajar SMA Negeri di

Kecamatan Tanjung Karang Pusat”, untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut:

Apakah terdapat hubungan antara perilaku penggunaan lensa kontak dengan

Kejadian Mata Merah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perilaku penggunaan lensa kontak dengan

kejadian mata merah.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kejadian mata merah pada pengguna lensa

kontak pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung Karang

Pusat

2. Mengetahui hubungan pengetahuan pengguna lensa kontak

terhadap kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di

Kecamatan Tanjung Karang Pusat

Page 21: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

5

3. Mengetahui hubungan sikap pengguna lensa kontak terhadap

kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan

Tanjung Karang Pusat

4. Mengetahui hubungan tindakan pengguna lensa kontak terhadap

kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan

Tanjung Karang Pusat

1.4 Manfaat penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang dapat bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan, bagi peneliti dan juga masyarakat. Adapun manfaat

penelitian ini adalah:

1.4.1 Bagi Peneliti

Menjadi pengalaman yang berguna dan dapat mengembangkan

pengetahuan peneliti mengenai hubungan perilaku penggunaan lensa

kontak terhadap kejadian mata merah.

1.4.2 Bagi peneliti lain

Diharapkan dapat menjadi dasar dan juga acuan untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.3 Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai dampak

perilaku penggunaan lensa kontak yang tidak baik.

Page 22: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa Kontak

2.1.1 Definisi

Lensa kontak adalah alat bantu untuk mengatasi gangguan refraksi

yang diletakkan di permukaan kornea. Kelebihan dari lensa kontak

adalah mudah digunakan, nyaman untuk dipakai saat beraktivitas dan

berolahraga, memberikan lapang pandang lebih luas, dan secara

estetik lebih baik (Chalmers et al, 2010). Lensa kontak merupakan

suatu hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang

digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk mengatasi

kelainan refraksi mata (Tiarasan & Bahri, 2013).

Banyak orang terutama kaum wanita menggunakan lensa kontak

bukan sekedar untuk alat bantu penglihatan tetapi juga dipakai sebagai

alat kosmetika untuk mempercantik bagian mata dengan berbagai

warna yang menarik (Pietersz, Sumual & Rares, 2016). Dilaporkan

bahwa sekitar 128 juta orang memakai lensa kontak di seluruh dunia

(Barr, 2005). Hasil survei berbasis populasi, diperkirakan 40,9 juta

orang-orang di Amerika Serikat berusia ≥ 18 tahun memakai

kontaklensa (16,7% orang dewasa A.S.) (Cope et al, 2015). Di Asia,

Page 23: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

7

suatu penelitian melaporkan bahwa prevalensi penggunaan lensa

kontak sekitar 37,8 % di antara siswa sekolah menengah Jepang

(Zhuet al, 2017).

2.1.2 Kegunaan Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak sangat umum, dan merupakan sebuah

industri yang menguntungkan. Lensa kontak diresepkan untuk

manajemen kesalahan bias yang tidak bisa diatasi oleh kacamata

seperti afakia, keratokonus, kelainan kornea, dan anisometropia tinggi.

Selain itu, lensa kontak bisa digunakan untuk pengelolaan yang

sederhana sebagai alternatif kacamata untuk mengoreksi kesalahan

refraksi. Bahkan, lensa kontak bisa digunakan untuk penatalaksanaan

mata kering pada sindrom Stevens-Johnson atau Sjogren syndrome,

rehabilitasi post refractive surgery. Selanjutnya, penggunaan lensa

kontak sebagai kepentingan kosmetik sangat populer saat ini (Alipour

et al, 2017).

2.1.3 Jenis Lensa Kontak

Jenis dari lensa kontak dibagi dua yaitu berdasarkan bahan penyusun

dan lama pemakaian (Flynn et al, 2013).

Page 24: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

8

Gambar 1. Lensa Kontak (Eye HK, 2006)

1. Berdasarkan bahan penyusun

a. Lensa Kontak Keras

Lensa ini terbuat dari poly methyl methacrylate (PMMA).

Lensa ini tidak dapat ditembus oleh oksigen sehingga

mengandalkan pemompaan air mata ke dalam celah antara

lensa dan kornea saat berkedip untuk menyediakan oksigen

bagi kornea (Riordan-Eva & Witcher, 2009). Kelebihan dari

jenis lensa kontak ini adalah berbahan keras dan padat

sehingga tidak mudah hancur atau rusak, selain itu lensa

kontak keras tidak berpotensi untuk membiakkan kuman dan

bakteri. Selain itu lensa kontak keras juga memiliki

kekurangan yaitu, waktu pemakaian lebih pendek serta mudah

copot dan tidak nyaman (Department of Health, 2010).

Indikasi penggunaan lensa kontak keras adalah untuk

Page 25: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

9

mengoreksi astigmatisme ireguler, seperti pada keratokonus

(Riordan-Eva & Witcher, 2009).

b. Rigid gas permeable (RGP)

Lensa ini terbuat dari kombinasi bahan poly methyl

methacrylate (PMMA) yang tidak dapat dilalui oksigen dan

hydroxy methyl methacrylate (HEMA) yang dapat dilalui

oksigen, sehingga menghasilkan lensa kontak keras yang dapat

dilalui oksigen (Wahyuni & Saleh, 2007). Keunggulan lensa

kontak RGP adalah rigiditasnya bermanfaat untuk mengoreksi

kelainan permukaan kornea yang tidak rata. Bahan RGP yang

rigid menyebabkan pengguna lensa kontak RGP memerlukan

penyesuaian lebih lama dibandingkan lensa kontak lunak.

Keunggulan lain dari lensa kontak RGP adalah bisa bertahan

lebih lama sehingga harganya lebih murah (Wu et al, 2010).

Selain itu lensa kontak RGP juga mudah dan nyaman dipakai

(AOA, 2006). Walaupun lensa kontak RGP memiliki

kekurangan, namun dengan kelebihan yang dimiliki lensa

kontak RGP masih belum dapat digantikan oleh lensa kontak

jenis lainnya (Wahyuni & Saleh, 2007).

c. Lensa Kontak Lunak (Soft Lens)

Lensa kontak lunak terbuat dari plastik lunak dan fleksibel

yang memungkinkan oksigen untuk masuk ke kornea. Bahan

lensa ini memungkinkan penyesuaian yang lebih mudah dan

Page 26: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

10

kenyamanan yang lebih baik dari lensa kontak keras atau lensa

kontak RGP (CDC, 2015).

Kelebihan dari lensa kontak lunak adalah, nyaman dan mudah

beradaptasi, serta waktu pemakaian lebih lama yaitu 12-16 jam

per hari. Adapun kekurangan dari lensa kontak lunak adalah

mudah robek karena kuku, prosedur perawatan lebih rumit dan

lebih memungkinkan untuk kuman berkembangbiak, serta

jangka waktu penggunaan cukup pendek sehingga perlu diganti

setiap 12-18 bulan (Department of Health, 2010).

2. Berdasarkan lama pemakaian

Berdasarkan lama pemakaian, lensa kontak dibagi menjadi dua

tipe yaitu disposable dan extended wear. Tipe disposable hanya

digunakan untuk satu kali pemakaian. Sedangkan tipe extended

wear dapat digunakan berulang kali sampai waktu tertentu,

misalnya satu minggu atau satu bulan. Tipe extended wear

dikembangkan menjadi tipe overnight continuous wear sehingga

lensa kontak dapat dipakai sepanjang hari hingga malamtanpa

perlu dilepas saat tidur (Flynn et al, 2013).

Namun, lensa kontak tipe extended dan overnight continuous wear

memiliki risiko infeksi lebih tinggi karena mikroorganisme dapat

melekat dan berpindah ke permukaan mata. Oleh karena itu lensa

kontak tipe extended dan overnight continuous wear hanya

dianjurkan bagi individu dengan gangguan penglihatan derajat

Page 27: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

11

berat yang memerlukan koreksi penglihatan sepanjang hari (Flynn

et al, 2013).

2.1.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Lensa Kontak

Prinsip indikasi dan kontra indikasi penggunaan lensa kontak adalah

sebagai berikut:

1. Indikasi penggunaan lensa kontak (Mannis et al, 2004):

a. Indikasi optik

Sebagian besar pengguna lensa kontak termasuk dalam

kelompok ini. Mayoritas terbesar adalah rabun dekat dengan

atau tanpa astigmatisme.

b. Indikasi medis

Pada penyakit-penyakit mata yaitu eratokonus, astigmatisma

ireguler, anisometropia, unilateral aphakia, nistagmus, pasca

bedah refraksi.

c. Kosmetik

Lensa berwarna sering digunakan pada pasien dengan bekas

luka kornea untuk meningkatkan estetika mata. Lensa kosmetik

juga dapat digunakan untuk mengubah warna mata.

d. Lensa terapi

Lensa terapi adalah lensa yang diaplikasikan khusus untuk

pengobatan penyakit kornea.

2. Kontraindikasi penggunaan lensa kontak (Flynn, 2013):

a. Radang akut atau subakut pada bagian depan bola mata

Page 28: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

12

b. Infeksi bola mata akut ataupun kronik

c. Setiap kelainan yang mempengaruhi kelopak mata,

konjungtiva, serta kornea.

d. Gangguan sensasi pada kornea

e. Glaukoma yang tidak terkontrol

f. Tidak dapat mentoleransi pemasangan beda asing pada mata

g. Penyakit sistemik atau alergi yang bisa kambuh karena dipicu

oleh lensa kontak.

2.1.5 Cara Penggunaan Lensa Kontak

Hal utama yang harus diperhatikan saat memasang dan melepas lensa

kontak adalah kebersihan jari tangan. Oleh sebab itu, sebelum

menyentuh lensa kontak pengguna diharuskan mencuci tangan dengan

sabun antiseptik yang tidak mengandung parfum atau lotion kemudian

dikeringkan dengan linen bersih (Sitompul, 2015).

Langkah-langkah untuk memasang, mengambil dan meletakkan lensa

kontak di telapak tangan, kemudian membersihkan dengan

menggosok dan membilas. Memberikan 2-3 tetes cairan kemudian

menggosok lensa kontak menggunakan jari telunjuk secara ringan

dengan gerakan melingkar dari dalam ke luar selama 15 detik pada

kedua sisi. Setelah itu, meletakkan lensa kontak yang sudah dibilas

dengan cairan garam fisiologis diujung jari telunjuk pengguna.

Menggunakan jari tengah di tangan yang sama untuk menarik dan

menahan kelopak mata bawah. Jari telunjuk tangan lainnya digunakan

Page 29: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

13

untuk menarik dan menahan kelopak mata atas. Selanjutnya

mengarahkan pandangan mata ke atas dan memasang lensa kontak di

bagian bawah bola mata yang berwarna putih lalu melepaskan

pegangan terhadap kelopak mata atas dan bawah .mengarahkan

pandangan ke bawah dalam keadaan mata tertutup dan memejamkan

mata beberapa saat, maka posisi lensa kontak akan berada di tengah

bola mata (Sitompul, 2015).

Untuk melepas lensa kontak, dengan cara mengarahkan pandangan

mata ke atas, kemudian menggunakan jari tengah tangan dominan

menarik kelopak mata ke bawah. Meletakkan jari telunjuk tangan

yang sama di batas bawah lensa kontak dan menggeser lensa kontak

perlahan ke bawah. Lensa kontak dapat diambil menggunakan jari

telunjuk dan ibu jari. Jika lensa kontak sudah terlepas dari mata,

mencuci lensa kontak dengan cara yang sama seperti saat

memasanglensa kontak. Lensa kontak harus dilepaskan sesuai

jenisnya. Lensa kontak dengan jenis continuous wear harus dilepas

setidaknya satu malam dalam seminggu. Saat berenang atau berendam

di air panas, lensa kontak harus selalu dilepas (Sitompul,2013).

2.1.6 Perawatan Lensa Kontak

Memilih cairan perendam, menyimpan, dan merawat kotak

penyimpan lensa kontak dengan tepat adalah hal-hal yang penting

dalam perawatan lensa kontak (Wu et al, 2010). Cairan perendam

digunakan untuk membersihkan lensa kontak dari kotoran dan

Page 30: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

14

mikroorganisme sehingga dapat menurunkan risiko infeksi. Cairan

perendam juga menjaga lensa kontak agar tetap lembab sehingga tidak

kering dan nyaman digunakan (Panjwani, 2010). Jenis cairan

perendam lensa kontak bermacam-macam. Multipurpose solutions

adalah cairan yang paling mudah digunakan dan dapat dipakai untuk

membersihkan, membilas, dan menyimpan lensa kontak (Wu et al,

2010).

American Optometric Association merekomendasikan cara perawatan

lensa sebagai berikut :

a. Sebelum memegang lensa kontak, memastikan sudah mencuci dan

mengeringkan tangan

b. Membersihkan lensa kontak secara hati-hati dan teratur.

c. Mengganti lensa kontak minimal setiap tiga bulan sekali. Setiap

kali selesai digunakan, membersihkan tempat penyimpanan lensa

dan membiarkan tetap terbuka dan kering selama pembersihan

d. Untuk membersihkan dan mensterilkan lensa mata hanya

menggunakan produk yang direkomendasikan oleh dokter.

e. Jangan pernah menggunakan cairan pembersih mata secara

berulang-ulang. Selalu menggunakan cairan pembersih yang baru

untuk membersihkan lensa kontak

f. Selalu mengikuti jadwal penggantian lensa kontak yang

disarankan dan diresepkan oleh dokter

g. Sebelum berenang, melepaskan lensa kontak

Page 31: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

15

h. Melakukan pemeriksaan lensa kontak dan mata yang telah

dijadwalkan secara rutin oleh dokter

2.1.7 Faktor Resiko Terkait Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak

a. Bahan Lensa Kontak

Terjadinya komplikasi dapat disebabkan oleh kandungan atau

bahan yang ada dalam lensa kontak (Arimbi & Meida, 2012).

Frekuensi komplikasi lebih besar terjadi pada penggunaan lensa

kontak lunak dibandingkan dengan penggunaan lensa kontak RGP.

Yang paling sering digunakan adalah lensa silikon dan lensa

hidrogel. Lensa silikon lebih jarang menimbulkan komplikasi,

namun lensa silikon jarang digunakan karena alasan kenyamanan

(Beljan, 2013).

b. Kontaminasi Lensa Kontak

Berbagai kontaminasi di lingkungan bisa juga membentuk deposit

lensa yang termasuk minyak, kotoran, lotion, make-up, bedak dan

semprotan rambut, parfum, dan zat lainnya yang bisa diaplikasikan

dengan tangan. Debu, asap, dan aerosol lain juga dapat

berpartisipasi dalam kontaminasi lensa (Beljan, 2013).

Kontaminasi lensa kontak juga dapat terjadi pada cairan perawatan

lensa kontak yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen

(Yung et al, 2007).

Page 32: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

16

c. Deformasi dan Kerusakan Lensa

Deformasi lensa ditunjukkan peningkatan atau penurunan gerakan

lensa pada kornea. Ini bisa menyebabkan trauma pada epitelium

dan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi lain akibat

penggunaan lensa kontak (Beljan, 2013).

d. Membersihkan Lensa Kontak

Kondisi kebersihan sangat berperan dalam peningkatan resiko

ketidaknyamanan mata (Zhu et al, 2017). Tren dalam penanganan

lensa kontak adalah penggunaan multi-purpose solution. Multi-

purpose solution harus mengandung deterjen pembersih, sarana

desinfeksi, pengawet dan polimer atau pelunak yang membuat

lensa kontak lebih nyaman dipakai (Beljan, 2013).

2.1.8 Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak

Lensa kontak telah meningkatkan kualitas hidup tidak hanya dengan

mengoreksi kesalahan bias tapi juga dengan menyediakan penampilan

yang lebih baik dan sedikit pembatasan dalam aktivitas. Sayangnya,

lensa kontak bisa menimbulkan komplikasi (Alipour et al, 2017).

Komplikasi lensa kontak dapat disebabkan oleh iritasi mekanik jangka

panjang terhadap struktur kelopak mata, antara lain kelenjar meibom.

Keluhan yang dirasakan ketika terjadi gangguan pada kelenjar

meibom adalah rasa terbakar, iritasi, kering, dan pandangan kabur

(Beljan, 2013).

Page 33: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

17

Bahan pengawet pada cairan perendam lensa kontak atau sabun cuci

tangan yang tidak dibilas dengan benar dan sampai kering dapat

bersifat toksik dan iritatif sehingga bisa memicu reaksi inflamasi.

Reaksi inflamasi tersebut ditandai dengan mata merah yang akan

membaik setelah pemakaian lensa kontak dan bahan kimia yang

memicu keluhan dihentikan (Beljan, 2013).

Tabel 1. Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak (Alipour, 2017).

Komplikasi Insidensi

Neovaskularisasi Kornea 1-20%

Keratitis Bakteri 1.2‑25.4%

Konjungtivitis Papiler Raksasa 1.5‑47.5%

Mata Kering 50%

Pewarnaan Kornea 54%

2.2 Mata Merah

2.2.1 Anatomi Mata

a. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan

tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata

(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera

(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada

tepi palpebra dan dengan epitel kornea pada limbus. Pada tepi

superior dan inferior tarsus, konjungtiva terlipat ke posterior dan

membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris

(Riordan-Eva & Witcher, 2009).

Page 34: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

18

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus

2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera

3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang

merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan

konjungtiva bulbi (Ilyas, 2010).

b. Anatomi Bola Mata

Gambar 2. Anatomi Mata (Marieb & Hoehn, 2015).

Bola mata berbentuk bulat dan memiliki panjang maksimal 24

mm. Pada bola di bagian depan (kornea) memiliki kelengkungan

yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis

jaringan, yaitu:

Page 35: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

19

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberi

bentuk pada mata, serta merupakan bagian terluar yang

melindungi bola mata. Bagian terdepan dari sklera disebut

kornea yang bersifat transparan.

2. Jaringan uvea adalah jaringan vaskular. Jaringan uvea terdiri

dari iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris terdapat pupil yang

tersusun oleh 3 otot. Pada bagian belakang iris terdapat badan

siliar yang menghasilkan cairan akuos humor.

3. Lapis ketiga dari bola mata adalah retina yang terletak paling

dalam dan memiliki 10 susunan lapis membran neurosensoris.

Lensa terletak dibelakang pupil, dan memiliki pernanan

akomodasi (Ilyas, 2010).

c. Sklera

Sklera merupakan bagian putih pada bola mata yang bersama-

sama dengan kornea membungkus dan melindungi isi bola mata.

Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea (Ilyas, 2010).

Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh lapisan tipis

jaringan elastik halus yang disebut dengan episklera. Episklera

mengandung banyak pembuluh darah untuk memperdarahi sklera

(Riordan-Eva & Witcher, 2009).

d. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang

tembus cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup

Page 36: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

20

bola mata sebelah depandan terdiri atas lima lapisan yaitu epitel,

membran bowman, stroma, membran desemet, dan endotel (Ilyas,

2010). Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm di

pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya

sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm (Riordan-Eva &

Witcher, 2009).

e. Uvea

Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi

oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Iris

Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior dan

mempunya ipermukaan yang relatif datar dengan celah yang

berbentuk bulat ditengahnya, yang disebut pupil. Iris memiliki

kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk

ke dalam bola mata secaraotomatis dengan mengecilkan

(miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil (Riordan-Eva &

Witcher, 2009).

2) Badan Siliar

Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang

memiliki fungsi untuk mengubah tegangan kapsul lensa

sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh

dalam lapang pandang (Ilyas, 2010). Badan siliaris terdiri atas

zona anterior yang berombak (pars plicata), dan zona

posterior yang datar (pars plana). Prosesus siliaris dan epitel

Page 37: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

21

siliaris berfungsi sebagai pembentuk akuos humor. Muskulus

siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkular, dan

radial. Serat-serat ini memiliki fungsi untuk mengubah

tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat memiliki

berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat atau jauh

(Riordan-Eva & Witcher, 2009).

3) Koroid

Koroid merupakan segmen posterior uvea yang terletak di

antara retina dan sklera. Koroid berisi pembuluh-pembuluh

darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi nutrisi

pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya(Riordan-

Eva & Witcher, 2009).

f. Lensa

Lensa merupakan suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak

berwarna, dan hampir transparan sempurna.Memiliki ketebalan

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah anterior lensa

terdapat humor aquos, di posteriornya terdapat humor vitreus

(Riordan-Eva & Witcher, 2009).

g. Retina

Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari

sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:

Page 38: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

22

1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)

2) Fotoreseptor

Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.

3) Membran limitan eksterna

4) Lapisan nukleus luar

Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut

dan sel batang.

5) Lapisan pleksiform luar

Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

6) Lapisan nukleus dalam

Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan

sel Muller serta diperdarahi oleh arteri retina sentral.

7) Lapisan pleksiform dalam

Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel

bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.

8) Lapisan sel ganglion

Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.

9) Serabut saraf

Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju

ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak

sebagian besar pembuluh darah retina.

Page 39: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

23

10) Membran limitan interna

Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina

dan humor vitreus.

2.2.2 Definisi Mata Merah

Mata merah adalah keluhan atau gejala yang sering muncul. Keluhan

ini diakibatkan oleh terjadinya warna bola mata yang berubah dari

putih menjadi merah. Pada mata yang normal, sklera akan terlihat

berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva

dan kapsul tenon tipis dan dapat ditembus sinar. Konjungtiva yang

heperemis terjadi karena bertambahnya asupan pembuluh darah atau

berkurangnya pengeluaran darah. Mata yang sebelumnya berwarna

putih akan terlihat merah bila terjadi pelebaran pembuluh darah

konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan

sklera (Ilyas,2010 ).

Mata terlihat merah akibat terjadinya pelebaran (injeksi) pembuluh

darah konjungtiva. Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah: arteri

konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtivaa bulbi dan

arteri siliar anterior atau episklera.

a. Injeksi Konjungtival

Injeksi konjungtival ini terjadi akibat melebarnya pembuluh darah

arteri konjungtiva posterior, selain itu dapat terjadi akibat adanya

pengaruh mekanis, alergi, atau infeksi pada jaringan konjungtiva .

Injeksi konjungtival memiliki sifat, yaitu mudah digerakkan dari

Page 40: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

24

dasarnya, didapatkan terutama didaerah forniks, ukuran pembuluh

darah makin besar ke bagian perifer, berwarna merah segar, dan

gatal (Ilyas, 2010) .

b. Injeksi siliar

Injeksi siliar terjadi akibat melebarnya pembuluh darah peri-

kornea atau karena radang kornea, benda asing pada kornea,

radang jaringan uvea, glaukoma, ataupun endoftalmitis. Injeksi

siliar ini memiliki sifat, yaitu berwarna lebih ungu dibanding

dengan injeksi konjungtival, pembuluh darah tidak tampak, tidak

ikut serta dalam pergerakan konjungtiva, ukuran sangat halus

terletak di sekitar kornea, paling padat di sekitar kornea dan

berkurang ke arah forniks, terdapat fotofobia, sakit tekan dalam di

sekitar kornea, serta pupil dapat mengecil dan melebar (Ilyas,

2010).

2.2.3 Etiologi

Mata merah dapat terjadi akibat tiga masalah seperti trauma mekanik,

trauma kimia, dan infeksi atau peradangan (Johns, 2009).

Konjungtivitis adalah penyebab paling umum mata merah dan

merupakan salah satu indikasi utama untuk antibiotik. Penyebab

konjungtivitis dapat menular (misalnya, virus, bakteri, chlamydial)

atau tidak menular (alergi, iritasi). Penyebab mata merah termasuk

blefaritis, abrasi kornea, benda asing, perdarahan subkonjungtival,

Page 41: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

25

keratitis, iritis, glaukoma, luka bakar kimia, dan skleritis (Cronau,

Kankanala & Mauger, 2010).

Anamnesis pasien yang teliti dan pemeriksaan mata dapat

memberikan petunjuk tentang etiologi mata merah. Riwayat harus

mencakup pertanyaan tentang keterlibatan mata unilateral atau

bilateral, durasi gejala, jenis dan jumlah debit, perubahan visual,

tingkat keparahan rasa sakit, fotofobia, perawatan sebelumnya,

kehadiran alergi atau penyakit sistemik, dan penggunaan lensa kontak.

Pemeriksaan mata harus termasuk kelopak mata, kantung lakrimal,

ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, keterlibatan kornea, dan pola

serta lokasi hiperemia. Keterlibatan kelenjar getah bening preaurikular

dan ketajaman visual juga harus dinilai (Cronau, Kankanala &

Mauger, 2010).

2.2.4 Klasifikasi Mata Merah

Mata merah dibedakan menjadi mata merah dengan visus normal dan

mata merah dengan visus terganggu.

1. Mata merah dengan penglihatan normal

a. Hematoma subkonjuntiva

Hematoma subkonjungtiva bisa terjadi pada keadaan ketika

pembuluh darah rapuh (umur, hipetensi, arteriosklerosis,

konjungtivitis hemoragik, anemia). Hematoma subkonjungtiva

juga dapat terjadi akibat trauma langsung ataupun tidak

langsung (Ilyas, 2010). Gejala pada penyakit ini adalah

Page 42: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

26

terjadinya mata merah mendadak tanpa nyeri dan kadang-

kadang pasien merasa seperti ada yang lepas atau pecah (Olver

& Cassidy, 2012).

b. Pterigium

Pterigium adalah suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva

yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini

biasanya berada pada celah kelopak bagian nasal atau temporal

konjungtiva yang meluas ke daerah kornea (Ilyas, 2010).

c. Episkleritis

Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular

yang berada antara konjungtiva dan permukaan sklera (Ilyas,

2010). Radang episklera mungkin bisa disebabakan oleh reaksi

hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti

tuberkulosis, reumatoid artritis, lupus, gout dan lainnya (Hung

& Tsai, 2015). Gejala yang dirasakan pasien adalah adanya

mata merah dengan tamda injeksi episklera difus atau

lokalisata (Olver & Cassidy, 2012).

d. Skleritis

Skleritis merupakan gangguan granulomatosa kronik yang

ditandai oleh destruksi kolagen. Kelainan ini diperantarai oleh

proses imunologik dan disebabkan oleh penyakit sistemik.

Namun dapat juga disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri,

benda asing, dan paska bedah (Hung & Tsai, 2015). Pada

Page 43: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

27

skleritis terdapat perasaan sakit yang berat menyebar ke dahi,

alis, dan dagu. Selain itu terdapat mata merah, berair,

fotofobia, dengan penglihatan menurun (Ilyas, 2010).

e. Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan inflamasi pada jaringan konjungtiva

yang bisa disebabkan oleh terjadinya invasi mikroorganisme,

reaksi hipersensitivitas atau perubahan degeneratif pada

konjungtiva. Pada pasien konjungtivitis biasanya terdapat

keluhan mata merah, edema konjungtiva serta keluarnya sekret

yang berlebih (Azari & Barney, 2013). Konjungtivitis

dibedakan menjadi bentuk akut dan kronik. Penyebab

terjadinya konjungtivitis bermacam-macam seperti bakteri,

virus, klamidia, alergi toksis, dan molluscum contagiosum

(Ilyas, 2010).

1. Konjungtivits bakteri

Konjungtivitis bakteri merupakan suatu konjungtivitis

yang dapat disebabkan oleh infeksi gonokok, meningokok,

staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae,

hemophilus influenzae, dan escherichia coli. Didapatkan

gejala sekret mukopurulen dan purulen, kemosis

konjungtiva, edema kelopak, terdaapt papil pada

konjungtiva dan mata merah (Ilyas, 2010).

Page 44: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

28

2. Konjungtivitis alergi

Konjungtiva bakteri merupakan bentuk radang konjngtiva

akibat dari reaksi alergi terhadap noninfeksi, bisa berupa

reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat

sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap

obat, bakteri, dan toksik. Gejala utama pada konjungtivitis

alergi adalah radang (merah, sakit, bengkak dan panas),

gatal, silau berulang dan menahun. Selain itu terdapat juga

papil besar pada konjungtiva (Ilyas, 2010).

3. Konjungtivitis Virus

Merupakan konjungtivitis yang disebabkan oleh

adenovirus. Virus lain yang dapat meyebabakan

konjungtivitis virus adalah virus herpes simplex (HSV),

virus varisella zooster, picornavirus, poxvirus, dan human

immunideficiency virus (HIV) (Scott, 2018). Gejala pada

konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata, yaitu

mata sangat berair dan ada sedikit kotoran mata (Ilyas,

2010).

f. Trakoma

Trakoma merupakan suatu bentuk konjungtivitis folikular

kronik yang disebabkan oleh Chlamydia trachromatis.

Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda dan

anak-anak. Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak

langsung dengan sekret penderita atau melalui alat yang

Page 45: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

29

digunakan sehari-hari. Keluhan pasien pada penyakit ini

adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair (Ilyas, 2010).

g. Sindroma Mata Kering

Sindroma mata kering merupakan penyakit multifaktorial

dengan gejala berkurangnya cairan air mata dan gangguan

pada permukaan mata yang diakibatkan oleh terjadinya

perubahan permukaan epitel sehingga menurunkan jumlah air

mata dan sensitifitas permukaan mata dimana hal ini dapat

menyebabakan reaksi inflamasi (Alkozi, Colligris, & Pintor,

2013). Faktor resiko terjadinya sindroma mata kering meliputi

usia lanjut, kehamilan, beberapa penyakit seperti kekurangan

vitamin A, infeksi hepatitis C, diabetes melitus, infeksi HIV,

obat-obatan seperti antihistamin, antidepresan trisiklik,

diuretik, antikolinergik, terapi radiasi, merokok, alkohol, dan

lingkungan yang memiliki kelembapan rendah (Chan et al,

2015).

2. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak

a. Keratitis

Keratitis merupakan peradangan kornea yang disebabkan oleh

berbagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat, dan

reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Gejala yang muncul

berupa mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan. Keratitis

dibagi kedalam beberapa jenis seperti keratitis pungtata,

Page 46: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

30

keratitis marginal, keratitis interstisial, keratitis bakterial,

keratitis jamur, dan keratitis virus (Ilyas, 2010).

b. Ulkus Kornea

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan

kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus

kornea disebabkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh

sel epitel baru dan sel radang. Gejala yang timbul berupa nyeri,

berair, fotofobia, blefarospasme, dan baisanya ada riwayat

trauma pada mata (Rajesh, Patel & Sinha, 2013).

c. Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Pada glaukoma sudut tertutup akut tekanan intraokular

meningkat mendadak. Cairan mata yang berada di belakang

iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong

iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut

bilik mata. Keluhan yang dirasakan berupa nyeri pada mata

yang berlangsung beberapa jam dan dapat hilang setelah tidur

sebentar, melihat pelangi di sekitar lampu, kelopak mata

bengkak, mata merah, iris bengkak, dan dapat disertai gejala

gastrointestinal (Ilyas, 2010).

d. Uveitis

Uveitis merupakan inflamasi di uvea yaitu iris, badan siliar dan

koroid yang dapat menimbulkan kebutaan (Miserocchi et al,

2013). Penyakit ini dapat disebabkan oleh kelainan pada mata,

infeksi, kelainan sistemik, trauma, dan idiopatik (Kanski &

Page 47: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

31

Bowling, 2016). Uveitis biasanya terjadi pada dewasa muda

dan usia pertengahan, ditandai dengan adanya riwayat sakit,

fotofobia, penglihatan yang kabur, mata merah tanpa sekret

dan pupil kecil atau ireguler (Nurwasis, 2006).

e. Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan peradangan yang berat pada bola

mata, biasanya diakibatkan oleh infeksi setelah trauma atau

bedah, atau endogen akibat sepsis (Ilyas, 2010). Gejala yang

timbuk berupa penglihatan yang kabur, mata merah, nyeri, dan

pembengkakan (Kernt & Kampik, 2010).

2.2.5 Pendekatan Diagnosis Mata Merah

Pendekatan diagnostik sistematis untuk pasien dengan mata merah

akan membantudokter mencapai diagnosis diferensial, itu akan

mencakup sebagian besar penyebab mata merah. Seperti halnya

masalah diagnostik, informasi yang diperoleh dari riwayat yang

cermat dan pemeriksaan harus mengarahkan pendekatan manajemen.

Mata merah biasanya berasal dari dilatasi pembuluh darah. Permulaan

dari mata merah, durasi, dan tentu saja klinis harus dicatat untuk

membantu membedakan penyebabnya agen: trauma, bahan kimia,

infeksi, alergi, atau kondisi sistemik (Johns, 2009).

Page 48: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

32

Tabel 2. Diagnosis Banding Mata Merah (NICE, 2012).

Karakteristik Konjungtivitis Perdarahan

Sub

konjungtival

Keratitis Iritis Glaukoma

Sudut

Tertutup

Akut

skleritis

Injeksi

konjungtiva

Menyebar,

unilateral atau

bilateral

Unilateral Pola siliaris,

unilateral

Pola

siliaris,

unilateral

Pola

siliaris,

unilateral

Terlokalisasi

, unilateral

Kornea Jernih Jernih Berkabut,

infiltrat

Mungkin

berkabut

Berkabut,

detail iris

tidak jelas

Jernih

Pupil Tidak

terpengaruh

Tidak

terpengaruh

Tidak

terpengaruh

Konstriksi,

respon

cahaya

lemah

Tetap Tidak

terpengaruh

Penglihatan tidak

terpengaruh

Tidak

terpengaruh

Berkurang Cukup

berkurang

Cukup

berkurang,

kabur

Mungkin

berkurang

Discharge Ya: purulen,

berair

Sedikit

(berair)

Ya: biasanya

berair

Sedikit

(berair)

Sedikit

(berair)

Sedikit

(berair)

Nyeri okular Ya: nyeri

tajam atau

menusuk

Tidak Ya: biasanya

berat

Ya:

sedang-

berat

Ya:

biasanya

berat

(disertai

muntah

dan sakit

kepala

Sedang-berat

Fotofobia Tidak Tidak Ya Ya terkadang terkadang

2.3 Konsep Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk

hidup yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari segi biologis semua

makhluk hidup termasuk binatang dan manusia, mempunyai

aktivitasnya masing-masing (Notoatmodjo, 2010).

2.3.2 Perilaku Sehat

Perilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit

(kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan

Page 49: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

33

kesehatan. Perilaku kesehatan dapat pula diartikan semua aktivitas

atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable)

maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan

dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoadmodjo,

2010).

2.3.3 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan,

membedakan adanya 3 domain perilaku, yakni kognitif (cognitive),

afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam

perkembangan selanjutnya, dikembangkan menjadi 3 tingkat domain

perilaku sebagai berikut:

A. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)

(Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda (Notoadmodjo, 2010). Pengguna lensa

kontak seharusnya memiliki pengetahuan tentang perawatan lensa

Page 50: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

34

kontak dan komplikasi yang ditimbulkan akibat penggunaan lensa

kontak (Bhandari& Hung, 2012).

Secara garis besar tingkatan pengetahuan dibagi menjadi:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setalah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui

atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

pertanyaan-pertanyaan(Notoadmodjo, 2010).

Menurut American Optometric Association, seorang pengguna

lensa kontak harus mengetahui jenis-jenis lensa kontak,

indikasi dan kontraindikasi penggunaan lensa kontak,

komplikasi dari penggunaan lensa kontak, serta bagaimana

cara penggunaan lensa kontak.

2) Memahami (comprehension)

Memahami artinya dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yag diketahui, bukan sekedar tahu terhadap

objek tersebut atau sekedar dapat menyebutkan saja

(Notoadmodjo, 2010).

Menurut American Optometric Association, ada beberapa hal

yang harus dipahami oleh pengguna lensa kontak, yaitu

pengguna lensa kontak harus memahami cara pemakaian lensa

kontak, bukan hanya sekedar menyebutkan cara-caranya,

Page 51: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

35

seperti mencuci dan mengeringkan tangan, menggosok lensa

kontak dengan jari dan membilas lensa sebelum direndam

dengan larutan pembersih lensa, membersihkan tempat

penyimpanan lensa kontak, dan mengganti cairan pembersih

lensa, tetapi juga harus dapat menjelaskan mengapa cara-cara

tersebut harus dilakukan.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menerapkan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain (Notoadmodjo, 2010).

Pada American Optometric Association dijelaskan bahwa

seseorang yang telah paham mengenai cara pemakaian lensa

kontak, ia dapat menggunakan lensa kontak dengan benar

dimana saja.

4) Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, serta mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah

sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut

telah dapat membedakan, mengelompokkan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan mengenai objek

tersebut (Notoadmodjo, 2010).

Page 52: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

36

American Optometric Association menyatakan bahwa,

pengguna lensa kontak harus bisa membedakan penggunaan

antara lensa jenis rigid gas-permeable, daily-wear soft lens,

extended-wear, extended- wear disposible, dan planed

replacement serta mengetahui juga masing-masing kelebihan

dan kelemahannya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah hal yang menunjukkan suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu

hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki (Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkan informasi yang didapat dari American Optometric

Association, pengguna lensa kontak dapat menyimpulkan

dengan kata-kata atau kalimat sendiri mengenai bahaya dari

penggunaan lensa kontak.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri yang berlaku di masyarakat (Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkanperawatan lensa kontak yang direkomendasikan

oleh American Optometric Association, pengguna lensa kontak

Page 53: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

37

akan dapat menilai apakah perawatan lensa kontak yang

dilakukannya sudah baik atau belum.

B. Sikap (attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2010). Pengguna lensa kontak

seharusnya memiliki sikap yang baik tentang kebersihan lensa

kontak, perawatan tempat penyimpanan lensa kontak, penggantian

lensa kontak dan cairan pembersih lensa kontak (Bhandari &

Hung, 2012).

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan (objek) (Notoadmodjo,

2010).Sikap seseorang terhadap penggunaan lensa kontak

dapat diketahui dari apakah dia melakukan konsultasi dokter

mata sebelum membeli lensa kontak seperti yang dianjurkan

oleh American Optometric Association atau tidak.

2) Menanggapi (responding)

Menanggapi yaitu memberikan jawaban terhadap pertanyaan

atau objek yang dihadapi (Notoadmodjo, 2010). Ketika

pengguna lensa kontak yang berkonsultasi dengan dokter mata

Page 54: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

38

seperti yang dianjurkan oleh American Optometric Association

ditanya atau diminta menanggapi oleh dokter mata kemudian

dia menjawab atau menanggapi.

3) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan sebagai memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus dalam arti, membahasnya dengan

orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain untuk merespons (Notoadmodjo,

2010). Seorang pengguna lensa kotak yang berkonsultasi

dengan dokter mata sebelum membeli lensa kontak akan

mendiskusikan dengan temannya tentang penggunaan lensa

kontak yag benar seperti yang direkomendasikan oleh

American Optometric Association.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang

telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia

harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang

mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoadmodjo, 2010).

Pengguna lensa kontak yag mau melakukan konsultasi dengan

dokter mata sebelum membeli lensa kontak seperti

rekomendasi dari American Optometric Association, dia harus

berani untuk mengorbankan waktunya atau mengorbankan

uangnya.

Page 55: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

39

C. Tindakan atau praktik (practice)

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

menurut kualitasnya, yaitu:

1) Praktik terpimpin (guided response)

Praktik terpimpin adalah apabila subjek atau seseorang telah

melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan (Notoadmodjo, 2010).). Menurut

American Optometric Association pengguna lensa kontak

harus mencuci dan mengeringkan tangan setiap akan

menggunakan dan melepaskan lensa kontak. Ketika pengguna

lensa kontak mencuci dan mengeringkan tangan setiap akan

menggunakan dan melepaskan lensa kontak tetapi masih selalu

diingatkan oleh orang tua atau temannya, maka pengguna

lensa kontak tersebut berada di tingkatan praktik terpimpin.

2) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Praktik secara mekanisme adalah apabila subjek atau

seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal

secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis

(Notoadmodjo, 2010). American Optometric Association

merekomendasikan pengguna lensa kontak untuk mencuci dan

mengeringkan tangan setiap akan menggunakan dan

melepaskan lensa kontak, ketika pengguna lensa kontak

mencuci dan mengeringkan tangan setiap akan menggunakan

dan melepaskan lensa kontak tanpa harus diingatkan orang tua

Page 56: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

40

atau temannya lagi, maka penggua tersebut berada di tingkatan

praktik secara mekanisme.

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar

rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan

modifikasi tindakan dan perilaku yang berkualitas

(Notoadmodjo, 2010). Seorang pengguna lensa kontak

dikatakan berada ditingkatan adopsi apabila pngguna tersebut

memakai dan melepas lensa bukan sekedar memakai dan

melepas begitu saja, namun dengan cara-cara yang benar

seperti yang dianjurkan oleh American Optometric

Association.

Page 57: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

41

2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka disusun kerangka teori sebagai

berikut:

Gambar 3. Kerangka Teori

Perilaku :

- Pengetahuan

- Sikap

- Tindakan

Trauma Mekanik Infeksi/

inflamasi

Trauma bahan

kimia

Pelebaran pembuluh darah di

mata

Mata merah

Pewarnaan Kornea

Mata Kering

Neovaskularisasi

Kornea

Konjungtivitis

Papiler Raksasa

Keratitis Bakteri

Penggunaan lensa kontak

Page 58: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

42

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah abstrak atau gambar

pemikiran teoritik hubungan antara variabel yang akan diteliti atau diukur

sebagai landasan dalam penelitian.

Gambar 4. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

A. H0

Tidak terdapat hubungan perilaku penggunaan lensa kontak terhadap

kejadian mata merah

B. H1

Terdapat hubungan perilaku penggunaan lensa kontak terhadap kejadian

mata merah.

Variabel Independent:

Perilaku penggunaan lensa

kontak

Variabel Dependent:

Mata Merah

Page 59: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan analitik dengan pendekatan

cross-sectional (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan

Tanjung Karang Pusat yaitu SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan SMA

Negeri 3 Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember

2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri di

Kecamatan Tanjung Karang Pusat.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Dahlan, 2010). Sampel diambil menggunakan teknik purposive

sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 37 orang yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Page 60: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

44

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inkulusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada

populasi terjangkau (Arikunto, 2010). Kriteria inklusi penelitian ini

adalah:

1) Pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang

bersedia menjadi responden penelitian.

2) Pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang

sedang menggunakan lensa kontak.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Sebagian subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi harus

dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab. Kriteria ekslusi

penelitian ini adalah:

Pelajar di SMA Negeri Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang

memiliki riwayat terkena skleritis, pendarahan subkonjungtival,

uveitis, dan glaukoma sudut tertutup akut.

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

(Notoadjmojo, 2010).

Page 61: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

45

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan lensa

kontak.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian mata merah

3.6 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud,atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan.

Penyusunandefinisi operasional variabel dilakukan karena menunjukan alat

pengambilan data mana yang cocok digunakan.

Tabel 3. Definisi Operasional (Iklima, 2015)

No Variabel/subvari

abel

Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

A.

Perilaku

penggunaan

lensa kontak

1.Pengetahuan

2. Sikap

Suatu kegiatan atau

aktivitas pelajar

yang bersangkutan

tentang penggunaan

lensa kontak.

Domain perilaku:

-Pengetahuan

-Sikap

-Tindakan

Hasil penginderaan

pelajar , atau hasil

tahu pelajar

terhadap lensa

kontak

Respons pelajar

terhadap

penggunaan lensa

kontak

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Total pertanyaan:30

Benar = 2

Salah = 0

Baik ≥ 45

Kurang < 45

Total pertanyaan: 11

Benar = 2

Salah = 0

Baik ≥ 16,5

Kurang < 16,5

Total pertanyaan: 9 Benar = 2

Salah = 0

Baik ≥ 13,5

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 62: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

46

B.

3. Tindakan

(praktik)

Kejadian Mata

Merah

Segala sesutu yang

dilakukan pelajar

terhadap

penggunaan lensa

kontak

Warna bola mata

yang berubah dari

putih menjadi

merah dalam

rentang waktu

penggunaan lensa

kontak

Kuesioner

Kuesioner

Kurang < 13,5

Total pertanyaan: 10

Benar = 2

Salah = 0

Baik ≥ 15

Kurang < 15

Nilai ukur:

1. Ada

2.Tidak ada

Ordinal

Nominal

3.7 Cara Pengumpulan Data

3.7.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar

pertanyaan (kuesioner) yang dibuat oleh peneliti sebelumnya yang

mengacu pada tinjauan kepustakaan berdasarkan panduan penggunaan

lensa kontak dari American Optometric Association. Kuesioner ini

telah diuji validitas dan reliabilitasnya mengenai perilaku penggunaan

lensa kontak (Iklima, 2015). Secara umum kuesioner tersebut terbagi

atas tiga bagian, yaitu:

a. Bagian A merupakan data demografi meliputi usia, jenis kelamin,

kelas, lama penggunaan lensa kontak dalam setiap pemakaian,

jenis lensa kontak yan digunakan, riwayat mata merah dan

riwayat penyakit mata.

Page 63: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

47

b. Bagian B berupa kuesioner yang bertujuan untuk

mengidentifikasi perilaku penggunaan lensa kontak yang terdiri

dari 30 item pernyataan. Yang terdiri dari:

1. Pengetahuan

Terdiri dari 11 pernyataan (1-11), 8 pernyataan positif yaitu

nomor 1,2,3,5,6,9,10,11 dan 3 pernyataan negatif yaitu

nomor 4,7,8.

2. Sikap

Terdiri dari 9 pernyataan (12-20), 6 pernyataan positif yaitu

nomor 13,14,16,17,18,20 dan 3 pernyataan negatif yaitu

nomor 12,15,19.

3. Tindakan

Terdiri dari 10 pernyataan (21-30), 7 pernyataan positif yaitu

nomor 21,22,23,26,27,29,30 dan 3 pernyataan negatif yaitu

nomor 24,25,28.

Jawaban responden dinilai benar jika pertanyaan positif dijawab

dengan pilihan “benar” dan jika pertanyaan negatif dijawab

dengan pilihan “salah”.

3.7.2 Uji Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji untuk menilai ketepatan dan kecermatan

alat ukur (tes). Berdasarkan content validity yang telah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya, kuesioner ini dinyatakan valid (Iklima,

2015).

Page 64: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

48

b. Uji Reliabilitas

Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan maka pernyataan

untuk variabel perilaku dengan subvariabel pengetahuan, sikap dan

tindakan berjumlah 30 item dinyatakan reliabel dengan cronbach’s

alpha 0,939 untuk subvariabel pengetahuan, 0,913 untuk

subvariabel sikap dan 0,928 untuk subvariabel tindakan, sehingga

pernyataan dianggap reliabel untuk digunakan (Iklima, 2015).

3.8 Prosedur dan Alur Penelitian

3.8.1 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan

Tanjung Karang Pusat yang sedang menggunakan lensa kontak

setelah melakukan survey dan mendapatkan izin penelitian dari pihak

sekolah. Kemudian peneliti akan menjelaskan mengenai penelitian

yang akan dilakukan serta responden diminta untuk mengisi lembar

kuesioner dimana pengisiannya dipandu oleh peneliti. Kuesioner yang

digunakan berisi beberapa pernyataan yang mana dari pernyataan

yang ada responden bisa memilih jawaban sesuai dengan

pendapatnya.

Page 65: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

49

3.8.2 Alur Penelitian

Gambar 5. Alur Penelitian

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dengan cara

pengisian kuesioner.

Pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi

Hasil

Pengolahan dan analisis data

Pengisian kuesioner oleh responden dan dokumentasi

oleh peneliti

Permintaan persetujuan sebagai responden pada siswa-

siswi SMA Negeri di Bandar Lampung

Pengajuan Proposal Penelitian

Pengajuan Ethical Clearance

Perizinan

Page 66: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

50

3.9.2 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan

data dimulai dengan memeriksa data. Tahapan tersebut terdiri dari:

1. Cleaning

Tahapan dilakukan pada saat mengumpulkan dan memeriksa

kuesioner.Data diperiksa kembali apakah ada kuesioner yang

kurang lengkap.

2. Coding

Tahapan memberikan kode pada jawaban responden untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden dan mempermudah proses

penelusuran responden bila diperlukan serta mempermudah

penyimpanan dalam arsip data.

3. Scoring

Tahapan ini dilakukan untuk memberikan skor pada setiap

kuesioner.

4. Entering

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukan data yang telah di

skor kedalam komputer.

3.9.3 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer di mana dilakukan 2 macam analisis data, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat.

Page 67: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

51

1) Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menerangkan

karakterisitik dari masing-masing variabel. Dengan melihat

distribusi frekuensi masing-masing variabel.

2) Analisis Bivariat

Tujuan dari analisis bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara dua variabel, yaitu variabel terikat dengan

variabel bebas.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji chi-square untuk mengetahui hubungan yang signifikan

antara masing-masing variabel bebas dan varabel terikat (Dahlan,

2013).

3.10 Etika Penelitian

1. Inform Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan untuk menjadi responden yang dibagikan sebelum

penelitian dilaksanakan pada seluruh responden yang bersedia diteliti.

Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden diharuskan

menandatangani lembar persetujuan.

2. Secrecy (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga

oleh peneliti. Data yang akan disajikan atau dilaporkan hanya data yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3. Comfortable (proteksi rasa nyaman)

Responden mendapat perlindungan dan merasa nyaman, serta tidak ada

paksaan untuk berpartisipasi pada proses penelitian ini.

Page 68: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

52

4. Approval (persetujuan)

Penelitian telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian

dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (No.

5152/UN26.18/PP.05.02.00/2018).

Page 69: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan serta tujuan penelitian

mengenai hubungan perilaku penggunaan lensa kontak terhadap kejadian

mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung Karang Pusat,

maka peneliti dapat mengambil kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara perilaku penggunaan lensa kontak terhadap

kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat

2. Presentase kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan

Tanjung Karang Pusat sebanyak 21 responden (51,6%)

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan penggunaan lensa kontak dengan

kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat

4. Terdapat hubungan antara sikap penggunaan lensa kontak dengan

kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat

5. Terdapat hubungan antara tindakan penggunaan lensa kontak dengan

kejadian mata merah pada pelajar SMA Negeri di Kecamatan Tanjung

Karang Pusat

Page 70: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

77

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah:

5.2.1 Bagi Pengguna Lensa Kontak

Diharapkan dapat berkonsultasi dengan dokter mata serta mencari

informasi sebelum menggunakan lensa kontak untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai penggunaan lensa kontak yang baik

5.2.2 Bagi Sekolah

Diharapkan dapat mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan

lensa kontak

5.2.3 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat menggunakan data yang bersifat lebih jelas seperti

rekam medik

Page 71: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

DAFTAR PUSTAKA

Alkozi HA, Colligris B, Pintor J. 2013. Recent Developments on Dry Eye

DiseaseTreatment Compounds. Saudi J Opthalmol. 28(1): 19–30

Alipour F, Khaheshi S, Soleimanzadeh M, Heidarzadeh S, Heydarzadeh S.

2017.Contact-lens related complications: A review.J Ophthalmic Vis

Res.12(2): 193-204

American Optometric Association. 2006. Advantages and Disadvantages of

Typesof Contact Lenses. America: American Optometric Association

American Optometric Association. 2006. Recommendation for contact lens wears.

America: American Optometric Association

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka

Cipta

Arimbi AEP, Meida NS. 2012. Efek Samping Penggunaan Lensa Kontak.

Dihubungkan Dengan Material Pembentuknya [tesis].

Yogyakarta:Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Asmara, DA. 2013. Hubungan Karakteristik Penggunaan Lensa Kontak dengan

Kejadian Iritasi Mata pada Mahasiwa di Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang tahun 2012 [tesis] . Semarang: Universitas

Muhammadiyah Semarang

Azari AA, Barney NP. 2013. Conjungtivitis sistemic: review of diagnosis

andtreatment. JAMA. 310(6):1721-9

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riskesdas 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Barr JT. 2005. Contact lens spectrum’s annual reports of major corporate

&product device & events in contact lenses industry 2004 and 2005

[Online Journal]. Tersedia dari: http://www.clspectrum.com.

Beljan J1, Beljan K, Beljan Z. 2013. Complications caused by contact lens

wearing. Coll Antropol. 37 (Suppl 1):179-87.

Page 72: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

79

Bhandari M, Hung PR. 2012. Habbits of Contact Lens Wearers Toward Lens Care

in Malaysia. Malaysia Med J. 67(3):274-7

Boyd K. 2016. Contact Lenses for Vision Correction [Internet].American

Academy of Ophthalmology. [diakses pada tanggal 7 Oktober 2018].

Tersedia dari: https://www.aao.org/eye-health/glasses-contacts/contact-

lens-102

Chalmers RL, Keay L, Long B, Bergenske P, Giles T, Bullimore MA. 2010.

Riskfactors for contact lens complications in US clinical practices.

Optometry Vision Science. 87(10):725-735

Chan C, Stapleton F, Garrett Q, Craig JP. 2015. The Epidemiology of Dry

EyeDisease. Berlin. Dry Eye: A Practical Approach, Essentials

inOphthalmology. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Cope JR, Collier SA, Rao MM, Chalmers R, Mitchell GL, Richdale K, Wagner

H,Kinoshita BT, Lam DY, Sorbara L, Zimmerman A, Yoder JS, Beach

MJ. 2015. Contact lens wearer demographics and risk behaviors for

contact lens-Related eye Infections–United States, 2014. MMWR Morb

Mortal Weekly. 64(32):865–870.

Cope JR, Collier SA, Nethercut H, Jones JM, Yates K, Yoder JS. 2017.

Riskbehaviors for contact lens – related eye infections among adults and

andadolescents – United States, 2016. MMWR. 66(32):841-845

Cronau H, Kankanala RR, dan Mauger T. 2010.Diagnosis and Management ofRed

Eye in Primary Care.American Academy of Family

Physicians.81(2):137-144

Dahlan MS. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.Edisi ke-

3.Jakarta: Salemba Medika

Dahlan MS. 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi ke-6.

Jakarta:Epidemiologi Indonesia

Dart JK. 2008. Disease and Risks Associated with Contact Lenses. British

JournalOphthalmoogy. 77(1): 49-53

Department of Health. 2010. How to choose and take care of your contact lenses.

Student Health Service. Dari:

https://www.studenthealth.gov.hk/english/resources/resources_bl/files/lf_

cl.pdf

Dyavaiah M, Phaniendra A, Sudharsan SJ. 2015. Microbial keratitis in contact

lens wearers. JSM Opthalmol. 3(3):1036

Page 73: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

80

Effendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Eyesight Hongkong Optometry Center. 2006. Specialty Contact Lenses. Tersedia

dari: https://www.eye.hk/specialtycontactlens

Flynn LS, Ahearn DG, Barr J, Benjamin W, Kiang T, Nicholas JJ, Schein OD,

Stone RP, Winterton L. 2013. History evolution and evolving standards

of contact lens care. Cont Lens Anterior Eye.36 (Suppl 1):S4-8

Graham RH. 2017. Red Eye Differential Diagnoses. Medscape. Tersediadari:

https://www.emedicine.medscape.com

Hana AA, Hanan AN, Reham MK, Sarah KA, Mohammed AK, Marwa MZ.

2017. Awareness of contact lens wear and care among female medical

stundents in Taibah University, Medinah, Saudi Arabia. European

Journal of Pharmaceutical and Medical Research. 4(3):31-39

Heiting G. 2017. When were contact lenses invented? [Online Journal].

Tersediadari: http://www.allaboutvision.com.

Hung J, Tsai J. 2015. Scleritis. American Academy of Ophthalmolgy.

Tersediadari: http://eyewiki.aao.org/Scleritis

Ibrahim YW, Boase DL,Cree IA. 2009. How Could Contact LensWearers Be

atRisk of Acanthamoeba Infection? A review. Journal of Optometry.

2(2): 60-66

Idayati R, Mutia F. 2016. Gambaran Penggunaan Lensa Kontak (Soft Lens)

padaMahasiswa Universitas Syiah Kuala Ditinjau dari Jenis Lensa,

PolaPemakaian, Jangka Waktu dan Iritasi yang Ditimbulkan. Jurnal

Kedokteran Syiah Kuala. 16(3):131

Iklima C. 2015. Hubungan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak dengan

KejadianInfeksi Mata pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2015 [skripsi]. Banda Aceh:

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Ilyas S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FK UI. hlm.109

Johns KJ, penyunting. 2009. Managing The Red Eye. Speaker Notes. San

Fransisco: American Academy of Opthalmolgy.

Kamaruddin FA. 2010. Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa

FK USU dan Kemungkinan Terjadinya Keratitis

Page 74: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

81

Kanski J, Bowling B. 2016. Clinical ophthalmology: a systematic approach. Edisi

ke-8. Australia: Elsevier

Kernt M, Kampik A. 2010. Endophthalmitis: Pathogenesis, clinical presentation,

management, and perspectives. Clin Opthalmol. 4:121-135

Key JE. 2007. Eye Contact Lens: Development of ContactLensesand

TheirWorldwide Use [Online Journal]. Tersedia dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov

Kumar TV, Ranjee PH, Farokh SE. 2017. Knowledge, attitude, and practice of

medical students using contact lenses. Indian Journal of Clinical and

Experimental Ophthalmology. 3(3):333-332

Kusumastuti. 2016. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku

penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Unversitas Airlangga. Skripsi

Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga

Ky W, Scherick K, Stenson S. 1998. Clinical Survey of lens care in contact lens

patients. CLAO J. 24:216-19.

Mannis MJ, Zadnik K, Coral GC, Kara JN. 2004. Contact lenses in ophthalmic

practice [eBook]. Tersedia dari: http://www.springer.com/978-0-387-

40400-4

Marieb EN, Hoehn K .2015. Human anatomy & physiology. Edisi ke-10. Boston:

Pearson Education, Inc.

Miserocchi E, Fogliato G, Modorati G, Bandello F. 2013. Review on the

worldwide epidemiology of uveitis. Eur J Ophthalmol. 23(5):705-17.

National Institute for Health and Care Excellence (NICE). 2012. Red eye.

ClinicalKnowledge Summaries. Tersedia dari: http://cks.nice.org.uk

NotoatmodjoS. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010. Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Novianti D, Rizki S, Siti S. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Perawatan Lensa Kontak dengan Tingkat Risiko Gangguan Kesehatan

Mata pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Nurwasis. 2006. Pedoman Diagnosis danTerapi. Bagian Ilmu Penyakit

Mata.Edisi III. Surabaya: Airlangga: hlm. 72-4.

Olver J, Cassidy L. 2012. At a glance oftalmologi. Jakart: Erlangga

Panjwani N. 2010. Pathogenesis of Acanthamoeba keratitis. Ocul Surf. 8(2):70-9

Page 75: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

82

Paramitasari R, Alfian IR. 2012. Hubungan antara Kematangan Emosi dengan

Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Perkembangan. Surabaya: 1(2).

Pietersz EL, Sumual V,Rares L. 2016. Penggunaan lensa kontak dan pengaruhnya

terhadap dry eyes pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam

Ratulangi. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Jurnal e-clinic. 4(1)

QuraishyMM dan Khan B. 2009. Awareness of contact lens care amongmedical

students. Med Channel., 15(4): 85- 88.

Rajesh SK, Patel DN, Sinha MA. 2013. Clinical microbiological study of

cornealulcer patients at Western Gijarat, India. Acta Med Iran.

51(6):399-403

Riordan-Eva, P & Witcher JP. 2008. Vaughan & Asbury’s GeneralOphtalmology,

17th Edition. New York: McGraw-Hill Companies.Diterjemahkan: Diana

Susanto. 2009. Oftalmologi Umum riordn&Asbury, Ed. 17. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sarwono, Sarlito W. 2004. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi

Sosial. Jakarta:Refika Aditama

Scott IU. 2018. Viral Conjunctivitis (Pink Eye)[Internet]. Medscape. [diakses

pada tanggal 3 November 2018]. Tersedia

dari:http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview.

Sitompul R. 2015. Perawatan Lensa Kontak untuk Mencegah Komplikasi.

eJournal Kedokteran Indonesia. 3(1):80-85

Syarifa. 2016. Hubungan Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap

Konjungtivitis - Studi Observasional Analitik pada Mahasiswa FK

UNISSULA Pengguna Lensa Kontak Angkatan 2012-2014. Skripsi. FK

UNISSULA

Tajunisah IM, Reddy SC, Phuah SJ. 2008. Knowledge and practice of contact

lenswear and care among medical students of University of Malaya.

Medical Journal Malaysia. 63(3):207-210

Tiarasan M, Bahri HS.2013. Tingkat Pengetahuan Pemakaian Lensa Kontakdalam

kalangan Mahasiwa FK USU Stambuk 2009 dan 2011. E-journal FK

USU. 1(1):2

Utami Y, Nukman E, Azrin M. 2016. Gambaran tingkat pengetahuan tentang

penggunaan lensa kontak pada siswa dan guru di sekolah menengah atas

negeri 1 dan 9 Kota Pekanbaru. JOM FK. 3(2):1-8

Page 76: HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN LENSA KONTAK …digilib.unila.ac.id/57795/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-07-17 · adalah neovaskularisasi kornea, keratitis, konjungtivitis

83

Weinstock, Frank J. 2008. Contact Lenses Overview. Tersedia

dari:http://www.Emedicinehealth.com/contact_lenses/article_em.H#Cont

actLensesOverview

Winda F. 2010. Tingkat pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap damak

negatif penggunaanya pada mahasiswa FK USU angkatan 2007-2009.

Skripsi. Medan. Unoversitas Sumatera Utara

Wu Y, Carnt N, Willcox M, Stapleton F. 2010. Contact lens and lens storage case

cleaning instructions:whose advice should we follow? Eye Contact Lens.

36(2):68-72

Yung A, Boost M, Cho P, Yap M. 2007. The effect of a compliance enhancement

strategy (self-reviewer) on the level of lens care compliance and

contamination of contact lenses and lens care accessories.Clinical and

Experimental Optometry. 90(3): 190-202

Zhu Q, Yang B, Deng N, Li Y, Wang T, Qi H, Liu L. 2017. The use of

contactlenses among university students in Chengdu: Knowledge and

practice ofcontact lens wearers. The Department of Optometry and

Visual Science,West China Hospital, Sichuan University.No. 37.