17
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI RUBELLA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMBO KOTA KENDARI TAHUN 2019 NASKAH PUBLIKASI OLEH NUR FITRIANI MUHAMMADIAH P00312015021 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV 2019

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN

IMUNISASI RUBELLA PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS NAMBO KOTA KENDARI

TAHUN 2019

NASKAH PUBLIKASI

OLEH

NUR FITRIANI MUHAMMADIAH

P00312015021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIV

2019

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN

IMUNISASI RUBELLA PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS NAMBO KOTA KENDARI

TAHUN 2019

Nur Fitriani Muhammadiah 1, Nurmiaty

2, Sitti Zaenab

2

1Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

2Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

ABSTRACT

Relationship between knowledge of Mother and Giving Rubella Immunization in

Toddler in Nambo Health Center Work Area Kendari City in 2019

Nur Fitriani Muhammadiah 1, Nurmiaty

2, Sitti Zaenab

2

Caused by virus, Rubella are infectious diseases transmitted through respiratory tract. It is

targeted that Rubella can be eliminated in 5 WHO Regions by 2020. One of the strategies is

administering two of vaccine containing Rubella through routine immunization and addition with

high coverage (>95%) and well distribution. This study aims to determine the relationship of

knowledge of mothers with the provision of rubella immunization in toddler in the working area of

Kendari City Nambo Health Center in 2019.

The type of research used is quantitative with cross sectional approach. This research was

conducted in the Nambo Community Health Center in Kendari in April-May 2019. The population

in this study were all mothers who had 3-5 years old children in the Nambo Community Health

Center Working Area in Kendari City with a total of 190 mothers in January - December 2018 ,

with a total sample of 53 respondents determined by accidental sampling. Data analysis used is

univariable in narrative and bivariable form with Chi Square formula.

Based on the results of the study it was concluded that: (1) Most mothers in the Work Area

of the Nambo Health Center in Kendari City did not provide rubella immunization in children aged

3-5 years as many as 29 people (54.7%); (2) Most mothers in the Nambo Community Health

Center Working Area in Kendari City have 28 people (52.8%) lacking rubella immunization in 3-5

year olds; and (3) There is a relationship between the knowledge of mothers with the provision of

rubella immunization in children aged 3-5 years in the Work Area of the Kendari City Nambo

Health Center in 2019 at a level of confidence of 95% (α = 0.05).

Keyword : Knowledge, Giving Rubella Immunization

PENDAHULUAN

Anemia pada umumnya terjadi di

Indonesia telah berkomitmen untuk

mencapai eliminasi campak dan

pengendalian rubella/ Congenital

Rubella Syndrome (CRS) pada tahun

2020. Rubella atau biasa disebut campak

jerman adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus rubella. Gejala

rubella yang paling utama adalah

demam ringan dan bintik-bintik merah

di kulit. Rubella sering terjadi pada bayi

dan anak yang belum atau tidak

diimunisasi. Tidak ada pengobatan

rubella, tetapi penyakit ini dapat dicegah

dengan vaksin rubella (Cahyono, 2010).

Sayangnya masih banyak orang tua yang

menolak anaknya diimunisasi karena

takut akan risiko efek samping vaksin

rubella yang katanya bisa menyebabkan

kelumpuhan bahkan autisme.

Imunisasi rubella adalah imunisasi

yang digunakan untuk memberi

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

kekebalan sekaligus mencegah penyakit

campak rubella (jerman) (Hidayat,

2012). Imunisasi rubella (vaksin MR)

diberikan pada semua anak usia 9 bulan

sampai dengan kurang dari 15 tahun.

Dari laporan Center For Disease

Control (CDC) didapatkan bahwa

penggunaan vaksin rubella dengan

varisela cukup aman, tidak di dapatkan

efek samping yang berarti. Tenaga

kesehatan akan menyuntikkan vaksin

pada bagian otot lengan atas atau paha

anak. Bagi anak yang sebelumnya sudah

melakukan imunisasi campak, vaksin

MR ini tetap perlu diberikan. Fungsinya

agar anak mendapatkan kekebalan

terhadap rubella (Swari, 2017).

Umumnya imunisasi rubella tidak

memiliki efek samping yang berarti.

Sekalipun ada, efek samping yang

ditimbulkan cenderung umum dan

ringan, seperti demam, ruam kulit atau

nyeri di bagian kulit bekas suntikan. Ini

merupakan reaksi yang normal dan akan

menghilang dalam waktu 2-3 hari.

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi,

seorang anak juga bias mengalami

reaksi alergi sebagai efek samping dari

imunisasi rubella.

Sebelum dilakukan imunisasi

rubella, insidens CRS bervariasi antara

0,1-0,2/1000 kelahiran hidup pada

periode endemik dan antara 0,8-4/1000

kelahiran hidup selama periode epidemi

rubella. Angka kejadian CRS pada

negara yang belum mengintroduksi

vaksin rubella diperkirakan cukup

tinggi. Pada tahun 1996 diperkirakan

sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di

regio Afrika, sekitar 46.000 di regio

Asia Tenggara dan 12.634 di region

Pasifik Barat. Insiden CRS pada regio

yang telah mengintroduksi vaksin

rubella selama tahun 1996-2008 telah

menurun (Kemenkes RI, 2017).

Rubella merupakah salah satu

masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia yang memerlukan upaya

pencegahan efektif. Data surveilans

selama lima tahun terakhir menunjukan

70% kasus rubella terjadi pada

kelompok usia <15 tahun. Selain itu,

berdasarkan studi tentang estimasi beban

penyakit CRS di Indonesia pada tahun

2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus

CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu

15-19 tahun dan menurun menjadi

47/100.000 pada ibu usia 40-44 tahun

(Kemenkes RI, 2017).

Dalam Global Vaccine Action Plan

(GVAP), campak dan rubella

ditargetkan untuk dapat dieliminasi di 5

regional WHO pada tahun 2020. Sejalan

dengan GVAP, The Global Measles &

Rubella Strategic Plan 2012-2020

memetakan strategi yang diperlukan

untuk mencapai target dunia tanpa

campak, rubella atau CRS. Satu diantara

lima strategi adalah mencapai dan

mempertahankan tingkat kekebalan

masyarakat yang tinggi dengan

memberikan dua dosis vaksin yang

mengandung campak dan rubella

melalui imunisasi rutin dan tambahan

dengan cakupan yang tinggi (>95%) dan

merata (Kemenkes RI, 2017).

Indonesia tahun 2007 diperkirakan

30.000 anak meninggal setiap tahun

karena komplikasi campak rubella

(campak jerman). Sedangkan pada tahun

2004 diperkirakan sekitar 20% anak-

anak dan 5% orang dewasa di seluruh

dunia mengalami infeksi influenza

setiap tahun (Pediatri, 2010). Profil

pengendalian penyakit dan penyehatan

lingkungan, melaporkan bahwa di

Indonesia pada tahun 2015 angka

kesakitan tyfoid adalah 500 per 100.000

penduduk, dengan kematian 0,65%

(Kemenkes RI, 2015).

Penyakit rubella dapat

memberikan dampak buruk terhadap

kesehatan anak di Indonesia seperti

kelainan pada jantung, indera

pendengaran, gangguan pada hati dan

limpa yang menyebabkan kecacatan dan

kematian, sehingga pemerintah

melaksanakan kampanye vaksinasi MR.

Vaksin MR (Measles Rubella)

memberikan manfaat seperti dapat

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

melindungi anak dari kecacatan dan

kematian akibat komplikasi pneumonia,

diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan

dan penyakit jantung bawaan. Terdapat

sebanyak 83 kasus pasti CRS pada tahun

2015-2016 diantaranya 77% menderita

kelainan jantung, 67,5% menderita

katarak dan 47% menderita ketulian

(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data dari Dinkes

Prov. Sultra (2016), ditemukan kasus

rubella sebanyak 3 kasus dan pada tahun

2017 mengalami peningkatan sebanyak

21 kasus. Untuk tiga kasus rubella tahun

2016 tersebar di tiga daerah masing-

masing Kota Kendari, Bau-Bau dan

Kabupaten Kolaka. Sedangkan 21 kasus

rubella tahun 2017 tersebar di enam

daerah yakni Kabupaten Kolaka,

Konawe, Muna, Kota Kendari, Konawe

Selatan dan Kabupaten Wakatobi.

Jumlah kasus rubella pada tahun 2017

terbanyak berada di Kota Kendari

sebanyak 14 kasus, kemudian

Kabupaten Kolaka sebanyak 2 kasus,

Konawe Selatan sebanyak 2 kasus,

Wakatobi, Muna dan Konawe masing-

masing sebanyak satu kasus.

Laporan dari Puskesmas Nambo

bahwa hingga saat ini belum terdapat

angka kejadian rubella, namun cakupan

pemberian imunisasi rubella masih

sangat rendah yakni sebesar 74,3%,

dimana target capaian pemberian

imunisasi rubella sebesar >95%.

Permasalahan yang ditemui sehubungan

dengan pemberian imunisasi rubella di

wilayah kerja Puskesmas Nambo adalah

ketakutan dan kekhawatiran ibu akan

pemberian imunisasi rubella tersebut

seperti kehalalan vaksin, larangan dari

suami untuk melakukan imunisasi

rubella, dan didukung dengan

lingkungan yang sebagian tidak

menerima dengan program imunisasi

rubella.

Masih banyak ibu yang tidak

berani memberikan imunisasi rubella

pada anaknya. Akan tetapi dikarenakan

kurangnya pengetahuan oleh ibu

menjadikan imunisasi ini sering

dianggap tidak penting. Pengetahuan ibu

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

satunya adalah faktor pengalaman yang

dimiliki ibu. Pengalaman dari ibu

multipara lebih banyak dan lebih luas

dibandingkan dengan pengalaman ibu

multipara terutama dalam halnya

mengurus anak (Rosanda, 2010).

Kepercayaan dan perilaku

kesehatan ibu merupakan hal penting,

karena penggunaan sarana kesehatan

oleh bayi berkaitan erat dengan perilaku

dan kepercayaan ibu tentang kesehatan

dan mempengaruhi status imunisasi.

Masalah pengertian dan keikutsertaan

orang tua dalam program imunisasi

tidak akan menjadi halangan yang besar

jika pendidikan kesehatan yang

memadai tentang hal itu diberikan.

Peran ibu dalam program imunisasi

sangatlah penting. Karenanya suatu

pemahaman tentang program ini amat

diperlukan untuk kalangan tersebut

(Ferry & Makhfudli, 2012).

Menurut studi pendahuluan yang

dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Nambo tercatat ada 190 orang ibu yang

memiliki balita di wilayah tersebut pada

bulan Januari-Desember 2018. Dari 190

ibu tersebut dilakukan wawancara tidak

terstruktur pada 15 orang ibu yang

memiliki balita tentang imunisasi

tambahan MMR, influenza, dan tyfoid

pada balita. Hasilnya, ada 4 orang ibu

yang dapat menjawab pertanyaan

dengan benar dan 11 orang ibu yang

menjawab salah.

Selain itu, terdapat sebanyak 12

orang yang belum melaksanakan

imunisasi rubella akibat ketakutan ibu

akan dampak dari imunisasi tersebut dan

3 orang lainnya telah melakukan

imunisasi rubella. Hal ini menunjukkan

bahwa masih ada yang melakukan

penolakan terhadap pemberian imunisasi

dan masih ada beberapa yang

beranggapan jika anaknya sudah

mendapatkan imunisasi sebelumnya

berarti telah mendapatkan kekebalan

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

tubuh. Berdasarkan wawancara

yangdilakukan kepada 5 orang

responden, terdapat 3 yang menolak

imunisasi MR (Meases Rubella) karena

alasan tidak adanya sertifikat halal dari

MUI.

Berdasarkan latar belakang di atas

peneliti telah melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan pengetahuan

ibu dengan pemberian imunisasi rubella

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Nambo Kota Kendari tahun 2019”.

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif yaitu data

penelitian berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik

(Sugiyono, 2010). Rancangan penelitian

digunakan melalui pendekatan cross

sectional yaitu dengan melakukan

pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan (sekali waktu) antara variabel

dependen dan independen (Hidayat,

2011).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan

di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari pada Bulan April-Mei

2019.

Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini

adalah semua ibu yang mempunyai

balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Nambo Kota Kendari dengan

jumlah 190 orang ibu pada bulan

Januari – Desember 2018.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari

Sampel penelitian ini adalah

sebagian ibu yang mempunyai balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari Tahun 2018. Besarnya

sampel dapat dihitung dengan rumus

(Nursalam, 2013):

qpZNd

qpZNn

.1

..22

2

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

p = estimator proporsi populasi

(0.05)

q = 1,0 – p

Z2 = 1,96

d = 0,05

Besarnya sampel dalam penelitian

ini adalah:

n

05,0105,0.96,1119005,0

05,0105,0.96,119022

2

.0,05.0,953,8421890,0025

.0,05.0,953,842190

6549,0

674,34 = 52,94 ≈ 53

orang

Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah tehnik

accidental sampling. Teknik

accidental sampling yaitu teknik

penetapan sampel yang didasarkan

pada apa yang kebetulan ditemukan

di lapangan (Nursalam, 2013).

Penentuan sampel

berdasarkan kriteria inklusi dan

ekskluasi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang memiliki balita

usia <3 tahun dan >5 tahun.

2) Bersedia menjadi responden

penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu yang tidak bersedia

menjadi responden

2) Ibu yang memiliki balita

sedang sakit

Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data dalam

penelitian ini adalah data primer

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

fh

fhfoX

2

2)(

dan data sekunder. Data primer

yaitu data mengenai

karakteristik responden, data

pengetahuan, dan pemberian

imunisasi rubella. Sedangkan

data sekunder mengenai kondisi

di lokasi penelitian, jumlah

balita, gambaran umum lokasi

penelitian dan lain-lain.

2. Cara Pengumpulan data

Sebelum melakukan

penelitian, Pengumpulan data

dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk yang dikembangkan dalam penelitian ini. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010). Kuesioner ini diberikan kepada responden secara langsung.

Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan datadilakukan

denga bantuan program computer

SPSS. Data disusun terlebih dahulu

supaya dihasilkan data yang mudah

diolah dengan langkah-langkah

penyus .

Langkah-langkah pengolahan data

yang dilakukan adalah sebagai

berikut: penyuntingan (editing),

pengkodean (coding), Pemberian

skor (scoring), Pemasukan data

(entry) dan Tabulasi (tabulating)

2. Analisa Data

1. Univariat

Analisis ini menggunakan

perhitungan statistik secara

sederhana untuk mengetahui

persentase satu variabel dengan

menggunakan rumus :

kn

fP

Keterangan :

P = Presentase hasil yang

dicapai

f = frekuensi variabel yang

diteliti

n = jumlah sampel penelitian

k = konstanta (Sugiyono, 2010) 2. Bivariat

Untuk mengidentifikasi

ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas dan variabel

terikat. Uji statistik yang akan

digunakan adalah chi squere,

dengan rumus:

Keterangan

X2 = Statistic chi-

square/kuadrat hitung

f0 = Nilai observasi/nilai

pengumpulan data

fh = Frekuensi harapan

(Hidayat, 2011).

Interpretasi hasil:

Pengambilan

kesimpulan dari pengujian

hipotesa adalah ada hubungan

jika ρ value < α = 0,05 dan

tidak ada hubungan jika p value

> α = 0,05 atau X2 hitung > X

2

tabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti ada

hubungan dan X2 hitung < X

2

tabel maka Ha ditolak dan Ho

diterima yang berarti tidak ada

hubungan.

HASIL

Karakteristik Responden

a. Umur

Distribusi responden

berdasarkan umur ibu di Wilayah

Kerja Puskesmas Nambo Kota

Kendari disajikan pada tabel berikut

ini:

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

Tabel 2. Distribusi Umur Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas

Nambo Kota Kendari Tahun

2019

Umur Ibu

(Tahun)

Jumlah

n %

< 20

20 – 35

> 35

8

25

20

15,1

47,2

37,7

Total 53 100,0

Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 2 menunjukkan responden

terbanyak adalah responden yang

memiliki umur 20-35 tahun sebanyak 25

orang (47,2%). Sedangkan yang

terendah adalah umur ibu < 20 tahun

sebanyak 8 orang (15,1%).

b. Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan

pendidikan ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas

Nambo Kota Kendari Tahun

2019

Pendidikan Jumlah

n %

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

9

12

19

13

17,0

22,7

35,8

24,5

Total 53 100,0

Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 3 menunjukkan responden

terbanyak adalah responden yang

memiliki pendidikan SMA sebanyak 19

orang (35,8%). Sedangkan yang

terendah adalah pendidikan SD

sebanyak 9 orang (17,0%).

c. Pekerjaan

Distribusi responden

berdasarkan pekerjaan ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Ibu di

Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota

Kendari Tahun 2019

Pekerjaan Jumlah

n %

Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

Wiraswasta

Ibu Rumah

Tangga

7

8

10

28

13,2

15,1

18,9

52,8

Total 53 100,0

Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 4 menunjukkan responden

terbanyak adalah responden yang tidak

bekerja (Ibu Rumah Tangga) sebanyak

28 orang (52,8%). Sedangkan yang

terendah adalah ibu yang bekerja

sebagai Pegawai Negeri sebanyak 7

orang (13,2%).

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Rubella

Distribusi responden

berdasarkan pengetahuan ibu

tentang imunisasi rubella pada balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu

tentang Imunisasi Rubella pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Nambo Kota

Kendari Tahun 2019

Pengetahuan Ibu Jumlah

n %

Kurang

Baik

28

25

52,8

47,2

Total 53 100,0

Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 5 menunjukkan responden

terbanyak adalah responden yang

memiliki pengetahuan kurang tentang

imunisasi rubella pada balita sebanyak

28 orang (52,8%). Sedangkan yang

terendah adalah responden yang

memiliki pengetahuan baik tentang

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

imunisasi rubella pada balita sebanyak

25 orang (47,2%).

b. Pemberian Imunisasi Rubella

Distribusi responden berdasarkan

pemberian imunisasi rubella pada balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 6. Distribusi Pemberian Imunisasi

Rubella pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas

Nambo Kota Kendari Tahun

2019

Pemberian

Imunisasi

Rubella

Jumlah

n %

Tidak

Diberikan

Diberikan

29

24

54,7

45,3

Total 53 100,0

Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 6 menunjukkan responden

terbanyak adalah responden yang tidak

memberikan imunisasi rubella pada

balita sebanyak 29 orang (54,7%).

Sedangkan yang terendah adalah

responden yang memberikan imunisasi

rubella pada balita sebanyak 24 orang

(45,3%).

2. Analisis Bivariat

Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi rubella pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Rubella pada Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari Tahun 2019.

Pengetahuan

Ibu

Pemberian Imunisasi Rubella

ρ value α Tidak Diberikan Diberikan

n (%) n (%)

Kurang

Baik

20

9

37,7

17,0

8

16

15,1

30,2 0,010

(6,691) 0,05

Total 29 54,7 24 45,3

Sumber: Data Primer, 2019

Hasil analisis uji statistik

menggunakan chi square menunjukkan

bahwa ρ value = 0,010 < α = 0,05 maka

Ha diterima. Ini berarti ada hubungan

antara pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi rubella pada balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari tahun 2019 pada taraf

kepercayaan 95% (α = 0,05).

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu tentang

imunisasi rubella dalam penelitian

ini adalah kemampuan atau

pemahaman ibu untuk menjawab

pertanyaan sehubungan dengan

imunisasi rubella yang meliputi

pengertian, tujuan, manfaat,

keuntungan dan efek samping. Hasil

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

45

penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

memiliki pengetahuan kurang

tentang imunisasi rubella pada balita

sebanyak 28 orang (52,8%).

Sedangkan ibu yang memiliki

pengetahuan baik tentang imunisasi

rubella pada balita sebanyak 25

orang (47,2%).

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wahyu (2015) bahwa tingkat

pengetahuan ibu primipara tentang

imunisasi tambahan MMR,

influenza, dan tyfoid pada balita di

Kelurahan Sidoharjo, Sidoharjo,

Sragen pada tingkat pengetahuan

baik sebanyak 11 responden

(15,3%).

Hal ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah

tingkat pendidikan, pekerjaan

responden dan umur ibu.

Berdasarkan karakteristik responden

sebagian besar dari tingkat

pendidikan sedang yaitu (SMA)

sebanyak 19 orang (35,8%),

berpendidikan tingkat dasar yaitu

SD dan SMP sebanyak 21 orang

(39,6%) orang dan yang

berpendidikan tinggi (Perguruan

Tinggi) sebanyak 13 orang (24,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan

pendapat Wawan (2010), bahwa

pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola

hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap perperan serta dalam

pembangunan.

Pada umumnya semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin mudah menerima

informasi. Sebagian ibu

berpendidikan Sekolah Menengah

Atas ini mempermudah dalam ibu

menerima informasi mengenai

imunisasi rubella sesuai dengan

jadwal pemberian pada balita.

Pekerjaan ibu juga dapat

mempengaruhi pengetahuan,

Berdasarkan hasil penelitian,

responden banyak yang bekerja

(PNS, karyawan dan wiraswasta)

sebanyak 25 orang (47,2%) orang.

Menurut Thomas yang dikutip oleh

Nursalam (2012), pekerjaan adalah

kewajiban yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang

kehidupan dan kehidupan

keluargannya. Sedangkan bekerja

umumnya menyita waktu dan

bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh dalam

kehidupan keluarga. Dengan

pekerjaan ibu yang sebagian besar

bekerja sebagai buruh pabrik

umumnya menyita waktu dan

berpengaruh kehidupan keluarga

terutama dalam kondisi fisik ibu

yang kelelahan setelah bekerja.

Berdasarkan data karakteristik

responden umur ibu dapat dilihat

bahwa umur ibu terbanyak yaitu

umur 20-35 tahun sebanyak 25

orang (47,2%). Usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang

tahun semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja. Pada usia 20-35 tahun

adalah usia reproduktif yang

memungkinkan ibu masih bekerja.

Dengan bertambahnya usia

biasanya akan lebih dewasa pola

intelektualnya. Dengan demikian

semakin matang tingkat

perkembangan baik yang

menyangkut fisik, pengaruh

eksternal lainnya, akan

mempengaruhi cara seseorang untuk

mendapatkan pengetahuan, sehingga

semakin tinggi kemampuan berfikir

yang menyangkut keilmuan

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

46

seseorang maka cenderung akan

mendapatkan cara berfikir yang

induktif, deduktif, dan verikatif.

Faktor eksternal di antaranya

pendidikan, lingkungan,

pengalaman, informasi dan orang

yang dianggap penting. Teori ini

sejalan dengan hasil penelitian

melalui wawancara yang tidak

terstruktur kepada responden yang

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kurang mendapatkan

informasi tentang imunisasi rubella,

baik dari petugas kesehatan, maupun

dari media massa, cetak maupun

elektronik.

Penolakan imunisasi rubella

disebabkan oleh pengetahuan ibu

yang kurang baik terhadap imunisasi

rubella, dan penyakit rubella. Hal ini

dikarenakan program imunisasi

rubella yang masih baru dan

penyakit rubella yang belum

familiar bagi ibu. Munculnya

pemberitaan yang negatif mengenai

imunisasi rubella juga sangat

berpengaruh terhadap persepsi ibu

mengenai imunisasi rubella.

Menurut Notoatmodjo (2012),

pengetahuan adalah merupakan hasil

“tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap

suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia

yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan itu sendiri adalah hal

yang penting bagi manusia, yang

dapat merubah persepsi mengenai

suatu hal. Dengan pengetahuan yang

dimilikinya diharapkan seorang ibu

akan dapat meningkatkan dan

berperan aktif dalam pemberian

imunisasi guna untuk meningkatkan

kesehatan bayi, dan mempunyai

sikap untuk mendorong ke arah

perilaku kesehatan.

2. Pemberian Imunisasi Rubella

pada Balita

Pemberian imunisasi rubella

dalam penelitian ini adalah

persetujuan ibu untuk memberikan

imunisasi rubella pada balita. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

tidak memberikan imunisasi rubella

pada balita sebanyak 29 orang

(54,7%). Sedangkan yang yang

memberikan imunisasi rubella pada

balita sebanyak 24 orang (45,3%).

Masih banyaknya ibu yang

tidak memberikan imunisasi rubella

kepada balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

diebabkan karena tingkat kesibukan

ibu yang cukup tinggi dalam hal

aktivitas pekerjaan ibu serta

ketakutan ibu akan dampak dari

imunisasi rubella. Namun terdapat

juga ibu yang telah memberikan

imunisasi rubella kepada balita. Hal

ini karena keinginan ibu agar

anaknya tetap dalam keadaan sehat

dan jangan sampai terkena penyakit.

Hasil penelitian sejalan

dengan penelitian Scobie et al

(2015) menjelaskan cakupan

imunisasi yang rendah dikarenakan

beberapa alasan. Mayoritas alasan

ibu tidak mengimunisasikan anak

yaitu pengetahuan ibu rendah

terhadap imunisasi. Alasan lain ibu

tidak mengimunisasikan anak yaitu

kurangnya kesadaran akan

pentingnya kebutuhan imunisasi,

takut suntik, takut efek samping,

tidak ada petugas imunisasi yang

hadir, anak sakit, waktu tunggu

lama, dan tidak nyaman dalam

melakukan imunisasi.

Ibu yang memberikan

imunisasi rubella kepada anaknya

telah mendengarkan informasi

tentang pencegahan imunisasi

rubella sehingga telah mendapatkan

banyak informasi. Ibu yang tidak

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

47

mengimunisasikan anak rata-rata

tidak mendengarkan informasi

tentang pencegahan imunisasi

sehingga tidak mendapatkan banyak

informasi tentang imunisasi rubella.

Ibu sebagai orang tua

memiliki peran yang penting dalam

pencapaian imunisasi anak. Menurut

teori Health Belief Model, persepsi

yang dimiliki seseorang dapat

mempengaruhi perilaku

kesehatannya. Begitu juga dengan

persepsi ibu terhadap imunisasi

dapat berbeda-beda pada setiap

individunya dipengaruhi juga oleh

perbedaan geografis.

Imunisasi rubella merupakan

program yang baru dicanangkan

untuk dapat menekan kejadian

akibat penyakit rubella. Pemberian

imunisasi rubella merupakan yang

pertama kali dilakukan dan masih

menimbulkan perdebatan di dalam

masyarakat. Masih terdapat orang

tua yang menolak pemberian

imunisasi rubella dikarenakan

kesadaran orang tua terhadap

pentingnya imunisasi bagi anak

masih rendah, isu yang beredar

bahwa imunisasi rubella

mengandung vaksin yang

berbahaya, dan status kehalalan

vaksin. Meskipun kampanye

imunisasi merupakan program wajib

dilaksanakan di sekolah dan pos

pelayanan kesehatan, masih terdapat

sekolah yang belum mewajibkan

program kampanye ini.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu

dengan Pemberian Imunisasi

Rubella pada Balita

Pemberian imunisasi

merupakan tindakan pencegahan

agar tubuh terhindar dari penyakit

tertentu, demikian pula dalam hal

pemberian imunisasi rubella. Salah

satu faktor yang mempengaruhi

pemberian imunisasi rubella adalah

pengetahuan Ibu tentang imunisasi

rubella.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebanyak 20 orang (37,7%)

responden yang memiliki

pengetahuan kurang tentang

imunisasi rubella, cenderung untuk

tidak memberikan imunisasi rubella

kepada balita. Namun terdapat

sebanyak 8 orang (15,1%)

responden yang memiliki

pengetahuan kurang tentang

imunisasi rubella, tetapi

memberikan imunisasi rubella

kepada balita.

Hal ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan ibu serta

ketakutan ibu akan dampak atau

efek yang ditimbulkan akibat

pemberian imunisasi rubella

tersebut. Ketakutan ini disebabkan

oleh tingkat pengetahuan ibu yang

rendah sehubungan dengan

imunisasi rubella. Rendahnya

tingkat pengetahuan ibu dikarenakan

masih kurangnya sosialisasi yang

diberikan oleh petugas kesehatan

kepada ibu yang memiliki balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebanyak 16 orang (30,2%)

responden yang memiliki

pengetahuan baik tentang imunisasi

rubella, cenderung untuk

memberikan imunisasi rubella

balita. Namun terdapat sebanyak 9

orang (17,0%) responden yang

memiliki pengetahuan baik, tetapi

tidak memberikan imunisasi rubella

kepada balita.

Hasil analisis chi square

menunjukkan bahwa ρ value = 0,010

< α = 0,05 maka Ha diterima. Ini

berarti ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pemberian

imunisasi rubella pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Nambo

Kota Kendari tahun 2019 pada taraf

kepercayaan 95% (α = 0,05).

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

48

Hal ini diperkuat oleh

penelitian yang dilakukan oleh

Pangalo dalam Momomuat (2015),

tingkat pengetahuan yang tinggi

dapat mempengaruhi seseorang

menjadi lebih tahu, memahami dan

patuh dengan apa yang menjadi

tanggung jawab untuk memenuhi

kebutuhan anak yaitu dengan

mengimunisasikan anaknya sesuai

jadwal yang ditentukan. Selain itu,

hasil penelitian Merlinta (2018)

menunjukan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahun tentang

vaksin MR dengan minat

keikutsertaan vaksinasi MR akan

tetapi tidak terdapat hubungan

antara pendidikan ibu dengan minat

keikutsertaan vaksinasi MR.

Semakin tinggi tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi,

maka akan semakin baik pula

perilaku dalam melaksanakan

imunisasi bagi balitanya. Sebaliknya

apabila tingkat pengetahuan ibu

tentang imunisasi rubella kurang

maka perilaku dalam melaksanakan

imunisasi rubella pada balita akan

kurang pula.

Hasil penelitian yang

dilakukan Kusumoningtyas (2016)

yang meneliti hubungan

pengetahuan ibu tentang imunisasi

anjuran dengan minat melakukan

imunisasi anjuran pada balita

dengan nilai p 0,000 yang artinya

terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi

anjuran dengan minat melakukan

imunisasi anjuran.

Hal ini menunjukan apabila

ibu memiliki pengetahuan yang baik

maka ibu akan patuh dalam

pelaksanaan imunisasi. Ibu yang

memiliki pengetahuan yang baik

dan patuh dalam pelaksanaan

imunisasi dipengarui adanya

pemahaman yang baik mengenai

manfaat imunisasi, sehingga

pengetahuan akan membentuk sikap

untuk melakukan imunisasi.

Pengetahuan orang tua akan

mempengarui kelengkapan status

imunisasi anak, semakin baik

pengetahuan orang tua maka status

imunisasi anak baik atau lengkap

begitu pula sebaliknya. Perilaku

yang didasari pengetahuan akan

berlangsung lama dibandingkan

perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Pengetahuan akan

membentuk sikap ibu dalam hal ini

kepatuhan. Faktor lain yang dapat

mempengarui pengetahuan yaitu

pendidikan, pengalaman, hubungan

sosial, dan paparan media massa.

Permasalahan yang ditemui

sehubungan dengan pemberian

imunisasi rubella di masyarakat

adalah ketakutan dan kekhawatiran

ibu akan dampak dari pemberian

imunisasi rubella tersebut. Masih

banyak ibu yang tidak berani

memberikan imunisasi rubella pada

balitanya. Akan tetapi dikarenakan

kurangnya pengetahuan oleh ibu

menjadikan imunisasi ini sering

dianggap tidak penting. Menurut

Rosanda (2010), pengetahuan ibu

dipengaruhi oleh beberapa faktor

salah satunya adalah faktor

pengalaman yang dimiliki ibu.

Pengalaman dari ibu multipara lebih

banyak dan lebih luas dibandingkan

dengan pengalaman ibu multipara

terutama dalam halnya mengurus

anak.

Kepercayaan dan perilaku

kesehatan ibu merupakan hal

penting, karena penggunaan sarana

kesehatan oleh bayi berkaitan erat

dengan perilaku dan kepercayaan

ibu tentang kesehatan dan

mempengaruhi status imunisasi.

Masalah pengertian dan

keikutsertaan orang tua dalam

program imunisasi tidak akan

menjadi halangan yang besar jika

pendidikan kesehatan yang memadai

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

49

tentang hal itu diberikan. Peran ibu

dalam program imunisasi sangatlah

penting. Karenanya suatu

pemahaman tentang program ini

amat diperlukan untuk kalangan

tersebut (Ferry & Makhfudli, 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan

di atas, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

tidak memberikan imunisasi rubella

pada balita sebanyak 29 orang

(54,7%).

2. Sebagian besar ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

memiliki pengetahuan kurang

tentang imunisasi rubella pada balita

sebanyak 28 orang (52,8%).

3. Ada hubungan antara pengetahuan

ibu dengan pemberian imunisasi

rubella pada balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari

tahun 2019.

SARAN

1. Bagi Dinas Kesehatan, disarankan

untuk menciptakan koordinasi yang

lebih baik dengan kader, tokoh

agama, dan Sekolah Dasar mengenai

sosialisasi dan penyuluhan tentang

imunisasi rubella khususnya pada

daerah yang memiliki tingkat

penolakan tinggi terhadap imunisasi

rubella.

2. Bagi kader kesehatan, untuk terus

meningkatkan partisipasi dalam

memberikan sosialisasi dan

penyuluhan tentang imunisasi

rubella. Sehingga sosialisasi dapat

disampaikan secara lebih merata

kepada seluruh ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kota Kendari.

3. Diharapkan kepada ibu-ibu yang

mempunyai balita agar lebih peduli

dan aktif untuk meningkatkan

pengetahuan tentang imunisaai

MMR pada bayi untuk membekali

kesehatan yang akan datang.

4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat

melaksanakan riset lebih lanjut

tentang hal-hal yang berkaitan

dengan faktor yang mempengaruhi

pemberian imunisasi rubella.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman dan Riyanto. (2013).

Kuesioner Pengetahuan dan

Sikap dalam Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Cahyono. (2010). Vaksinasi Cara

Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.

Yogyakarta: Kanisius.

Dinkes Prov. Sultra. (2016). Profil

Kesehatan Sulawesi Tenggara

Tahun 2016. Kendari: Dinkes

Prov. Sultra.

Ferry & Makhfudi. (2012).

Keperawatan Kesehatan

Komunitas: Teori dan Praktek

Dalam Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Garaha, dkk. (2015). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu dan Status

Ekpnomi dengan Kelengkapan

Imunisasi Wajib pada Anak

Usia 0-12 Bulan di Puskesmas

Kampung Sawah. Jurnal

Majority. Vol. 4. No. 9.

Desember 2015. P. 144-148.

Hegar. (2014). Imunisasi Massal

Campak Rubella. Jakarta:

Kemenkes RI.

Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian

Kesehatan: Pradigma

Kuantitatif. Jakarta: Hearh

Books.

Hidayat. (2012). Pengantar Ilmu

Kesehatan Anak untuk

Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika

Jannah. (2015). Bahaya Torch,

Toksoplasma, Rubella, CMV,

herpes Simplex II bagi Wanita

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

50

Hamil dan Janin. Jakarta:

Wangsa Jatra Lestari.

Kementerian Kesehatan RI. (2010).

Gerakan Akselerasi Imunisasi

Nasional UCI. Jakarta:

Kemenkes RI.

___________. (2013). Pedoman

Operasional Pelayanan

Imunisasi. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI

___________. (2015). Kesehatan Dalam

Kerangka SDGs. Jakarta:

Kemenkes RI, 2015.

___________. (2017). Petunjuk Teknis

Kampanye Dan Introduksi

Imunisasi Measles Rubella

(MR). Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kusumoningtyas (2016). Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang

Imunisasi Anjuran dengan

Minat Melakukan Imunisasi

Anjuran pada Balita di

Poliklinik Imunisasi RS. Panti

Waluya Malang. Jurnal

Nurshing News. Volume 1. No.

2.

Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang,

Status Gizi, dan Imunisasi

Dasar pada Balita.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani. (2010). Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta: Trans Info

Media.

Merlinta. (2018). Hubungan

Pengetahuan Tentang Vaksin

MR (Measles Rubella) dan

Pendidikan Ibu terhadap Minat

Keikutsertaan Vaksinasi MR di

Puskesmas Kertasura. Naskah

Publikasi. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Momomuat. (2015). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang

Pentingnya Imunisasi Campak

dengan Kepatuhan

Melaksanakan Imunisasi di

Puskesmas Kawankoang.

Jurnal Imu Keperawatan.

Universitas Sam Ratulangi

Manado.

Notoatmodjo. (2012). Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: Salemba

Medika.

Pediatri. (2010). Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi. Jakarta: Jurnal

Pediatri.

Prabandari, G.M. (2018), dengan judul:

Beberapa Faktor Yang

Berhubungan Dengan

Penerimaan Ibu Terhadap

Imunisasi Measles Rubella

Pada Anak SD di Desa

Gumpang, Kecamatan

Kartasura, Kabupaten

Sukoharjo. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (e-Journal).

Volume 6, Nomor 4, Agustus

2018 (ISSN: 2356-3346).

Pratiwi. (2012). Perilaku Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ranuh. (2011). Pedoman Imunisasi di

Indonesia. Jakarta: Satgas

Imunisasi IDAI.

Rosanda, I. (2010). Cara Benar

Merawat Anak. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Sugiyono. (2010). Metodologi

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Swari. (2017). Membongkar Mitos di

Balik Bahaya Efek Samping

Vaksin Rubella (Vaksin MR).

Diakses pada situs:

www.hallosehat.com pada

tanggal 17 Januari 2019.

Taufik. (2010). Prinsip-Prinsip Promosi

Kesehatan dalam Bidang

Keperawatan. Jakarta:

Infomedika.

Triana, V. (2016). Faktor Yang

Berhubungan Dengan

Pemberian Imunisasi Dasar

Lengkap Pada Bayi Tahun

2015. Jurnal Kesehatan

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

51

Mayarakat Andalas, Volume

10 No. 2, pp. 123-135.

Wahyu. (2015). Tingkat Pengetahuan

Ibu Primipara Tentang

Imunisasi Tambahan MMR,

Influenza dan Tyfoid pada

Balita di Kelurahan Sidoharjo,

Sidoharjo Sragen. Karya Tulis

Ilmiah. Surakarta: Stikes Karya

Husada.

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020

52

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/1180/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf · pengendalian rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020