Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2002). Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat diperlukan sistem kewaspadaan diri (SKD) yang baik (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2002). Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2007). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001, diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan makanan. (Depkes RI, 2004).

Pada tahun 2006 diare menduduki urutan ke-2 pada 10 penyakit terbanyak di Provinsi Bengkulu dengan jumlah balita penderita diare 31.233 kasus, sedangkan untuk Kota Bengkulu memiliki kejadian paling banyak diantara kabupaten lain yaitu 7.125 kasus pada balita. Puskesmas Sukamerindu merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah penderita diare balita terbanyak dibandingkan Puskesmas lainnya di wilayah Kota Bengkulu dengan jumlah penderita diare pada balita 1,498 kasus. (Profil Dinkes Kota, 2006). Pada tahun 2008, jumlah penderita diare pada balita di Kota Bengkulu mencapai 4430 kasus dan jumlah kasus tertinggi masih di Puskesmas Sukamerindu, adalah 876 kasus. (Dinkes Kota, 2008). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya (Amirudin, 2007). Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB, sebelum menjamah makanan (Depkes RI, 1998). Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo, tahun 1993 perilaku dibagi 3 domain, ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Sukamerindu, ditemukan dari 10 orang balita yang terkena diare, ternyata 7 orang ibu yang memiliki balita yang menderita diare menggunakan susu formula dengan menggunakan botol dan tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memberikan makanan pada balita. 3 orang ibu diantaranya yang memiliki

balita mencuci tangan sebelum memberikan makanan dan memberikan ASI hingga umur lebih dari 6 bulan. Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009.

B. Rumusan Masalah Dari data yang terurai di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2008. Dengan pertanyaan peneliti adalah Apakah ada Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Kejadian Diare pada Balita ?.

C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan Sikap Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui frekuensi diare pada balita. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu. d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu. e. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan Keperawatan, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab Diare pada balita. 2. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesling dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel yang lain.

E. Keaslian Penelitian Peneliti serupa pernah diteliti oleh : 1. Linda Handayani, Hubungan Hyegene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman. Dengan hasil tidak ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita. 2. Diana Winduri 2001, Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di Puskesmas Sukamerindu tahun 2001. Dengan hasil tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita.

3. Esti rahayu 2003, Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare pada Balita di Puskesmas Sukamerindu tahun 2003. Dengan variabel Status Gizi dan Kepadatan Penduduk. Dengan hasil tidak ada hubungan antara status gizi dan kepadatan penduduk dengan kejadian diare pada balita. Bedanya dari ketiga penelitian di atas adalah variabel, populasi, sampel, waktu, tempat, dan desain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare 1. Pengertian Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2002). Diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (FK UI, 2006) . 2. Etiologi Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S, 1990). a. Faktor infeksi 1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak Infeksi enteral ini meliputi : 2) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya. 3) Infeksi virus : enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain. 4) Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides.), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis.), jamur (candida albicans). 5) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. b. Faktor malabsorbsi

Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi lemak, faktor makanan : makanan basi, beracu alergi terhadap n, makanan, faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 1990) c. Alergi (bacilus cereuc), keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto, 2005). 3. Patogenesis dan patofisiologi (B. Albert and Paul S, 1990) a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : 1) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. b. Patogenesis 1) Patogenesis diare akut

a) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus. c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik). d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2) Patogenesis diare kronis Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain. c. Patofisiologi Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi : 1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya.) 2) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah) 3) Hipoglikemia 4) Gangguan sirkulasi darah 4. Gejala klinis (B. Albert and Paul S, 1990) Mula-mula bayi/balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. 5. Klasifikasi Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi (B.

Albert and Paul S, 1990) : Belum ada dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. 6. Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S,1990) a. Pemeriksaan tinja b. Makroskopis dan mikroskopis c. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula. d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi. e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan). f. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal. g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai oleh kejang). h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukannya pada penderita diare kronik.

7. Komplikasi (B. Albert and Paul S, 1990) a. Renjatan hipovolemik. b. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)

c. Hipoglikemia d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. e. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik f. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. g. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). 2.1. Tabel penilaian derajat dehidrasi Penilai A an 1. Lihat a. Keadaan Baik umum sadar b. Mata c. Air mata d. Mulut dan lidah e. Rasa haus Normal Ada Basah Minum biasa Tidak haus B C

, Gelisah, rewel

Lesu , lunglai atau tidak sadar Cekung Sangat cekung dan Tidak ada kering Kering Tidak ada Haus, ingin Sangat minum kering banyak Malas minum atau tidak bisa minum Kembali lambat Kembali sangat lambat Dehidrasi berat / bila ada 1 tnda ditambah 1 atau lebih tanda lain

2.

Periksa turgor kulit

Kembali cepat

3. Derajat Tanpa dehidrasi dehidrasi sedang

4. terapi

Rencana terapi A

Dehidrasi ringan / bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain Rencana Rencana terapi B terapi C

(Joko irianto, 2005)

8. Epidemiologi Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui terlebih dahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka kejadian ini, merupakan kejadian berulang pada balita. Adapun yang menyebabkan kejadian diare ini berulang yaitu (Joko irianto, 2005) : a. Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minum yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, prilaku tersebut antara lain : 1) Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. 2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman, karena botol susah untuk dibersihkan. 3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembangbiak. 4) Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. 5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyusui/menyuapi anak.

6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti : shigella dan V cholerae 2) Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anakanak yang menderita gangguan gizi terutama gizi buruk. 3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak -anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. 4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (automune insufisiensi syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. 5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %). c. Faktor lingkungan dan prilaku Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan , yaitu saran air bersih dan sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

9. Asuhan keperawatan pada diare (B. Albert and Paul S, 1990) Masalah keperawatan yang prioritas terjadi pada anak diare adalah : Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya keseimbangan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia). Adapun tindakan keperawatan untuk menangani masalah yang timbul karena diare ini adalah:

a. Mencegah terjadinya dehidrasi Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup. Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada : 1) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare 2) Tersedianya cairan sari makanan yang cocok 3) Jangkauan pelayanan kesehatan 4) Tersedianya oralit 5) Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang di anjurkan, berikan air matang. b. Mengobati dehidrasi Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat , yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan caiaran parenteral (IV) dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan dengan terapi oral. Untuk terapi oral atau dietik (pemberian makanan) yaitu : 1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, biasanya jenis makanan yang dianjurkan yaitu susu (ASI atau susu formula), bubur susu atau nasi tim, atau susu khusus yang tidak mengandung laktosa. Dengan ketentuan yaitu :

a)

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak -anak agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya BB. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.

b) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI c) Anak yang minum susu formula harus diberikan lebih dari biasanya. d) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit tapi sering. e) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan BB anak. 2) Sedangkan untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 Kg, dianjurkan makanan padat atau cair dan susu sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. a) Mengobati masalah lain Prinsip pengobatan diare ialah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dimana cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat. Secara tradisionil gula, air tajin, tepung beras dan lain-lain. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. b) Upaya pencegahan diare Upaya pencegahan diare tersebut antara lain dengan melakukan pemberian ASI, memperbaiki makanan sapihan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dan cara yang benar membuang tinja bayi/balita. Fakta menunjukkan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko penyakit diare hingga mencapai 50 %. Cuci tangan pakai sabun adalah mencegah diare paling murah dan efektif (Suharyono, 2003).

B. Prilaku Ibu (Pengetahuan dan Sikap) yang Mempengaruhi Terjadinya Diare 1. Konsep Perilaku Menurut Notoadmojo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu mencakup : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkattingkat pencegahan penyakit, yakni : 1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan yang bergizi, olah raga. 2) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk, imunisasi. 3) Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat. 4) Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet, mematuhi dokter. b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam memilih menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. c. d. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, misal perilaku sehubungan dengan air bersih, pembuangan air kotor, pembuangan limbah, kondisi rumah sehat, pembersihan sarangsarang. Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmojo, 1908. perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu : a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge). peraturan

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik yang diberikan (practice). 2. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Adapun tingkat pengetahuan di dalam demain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : 1) Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Comprehention (memahami) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Menurut Green dalam Notoatmodjo, 1997. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap positif demikian juga sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia tentang objek tertentu. Menurut Sarwono, 1993 yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu. Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S, 2006) yaitu : 0 : baik (76% - 100%) 1 : cukup (56% - 75%) 2 : kurang (< 56%) 3. Sikap (Attitude) Menurut Saifuddin Azwar, 2002. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :

dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam S Azwar, 2002 salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka tau tingkah laku yang terbuka. Sikap ini memiliki 3 komponen pokok yaitu : a. kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting. Menurut Saifuddin, 2005 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh faktor eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Pendapat Azwar, 1998 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu yaitu : a. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologi. Apakah penghayatan

itu kemudian akan membentuk sikap yang positip atau yang negatip, akan tergantung pada berbagai faktor lain. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindar konflik dengan orang lain yang dianggap penting. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah kecenderungan untuk bertindak. (konoatif). e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Dari teori sikap ada yang dinamakan pernyataan yang ditulis mengikuti kaidah yang benar melalui penskalaan dan seleksi item, akan menjadi isi suatu skala sikap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang favorable. Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkapkan. Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang unfavorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable dalam jumlah yang kurang lebih seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan favorable dan unfavorable akan membuat responden memikir lebih hati-hati isi pernyataannya sebelumnya memberikan respon sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 1998).

C. Hubungan Pengetahuan dan Sikap de ngan Kejadian Diare Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. (FK. UI, 1997). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun

penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan dan sebagainya. (Ridwan, 2007). Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu sikap ibu yang tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI, 1998)

D. Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan metode cross sectional. Dimana variabel independent (pengetahuan dan sikap) dan variabel dependent (Diare pada anak balita) dengan pengukuran sekali dan dalam waktu bersamaan. Tujuannya untuk mengetahui Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian diare pada balita.

Bagan 3.1. Desain Penelitian

B.

Kerangka Penelitian Bagan. 3. 2. Kerangka

Joko Irianto, 2005

C. Definisi operasionalC. Definisi Operasional Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Balita yang didiagnosa diare Alat Ukur Hasil Ukur Skala ordinal

1 Variabel dependen (diare pada balita)

Kuisioner 0: (1 didiagnosa pertanyaan) diare

1: tidak didiagnosa diare 2 Variabel Pengetahuan kuisioner 2 : baik independent responden (20 (76% (pengetahuan) adalah pertanyaan) 100%) pengetahuan 1 : cukup ibu tentang (56% -

ordinal

diare pada bayi/balita. 3 Variabel independent (sikap) Sikap merupakan kesiapan ibu terhadap kejadian diare pada balita. kuisioner (10 pertanyaan dengan skala likert)

75%) 0 : kurang (< 56 %) 1 : Jika T = 27,19 (sikap favorable) 0 : Jika T = 27,19 (sikap unfavorabl e)

ordinal

D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita usia 1 - 5 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2008. Berjumlah 2,032 balita untuk lurah Sukamerindu. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Sukamerindu dengan teknik pengambilan sampel, yaitu teknik pendekatan accidental sampling, dengan perhitungan sebagai berikut : n= Z(1- /2).P(1-P) d Keterangan : n = Sampel tertentu (Aziz Alimul : 2007)

Z(1- /2) = Nilai distribusi normal baku tabel Z pada P d jawab : Z = 1,96, P = (876/2,032 = 0,43), d = 0,1 (1,96) . 0,43 (1-0,43) n= 3,84 . 0,43 (0,57) 0,001 0,941184 0,001 94 responden E. Tempat dan Waktu Penelitian = proporsi sesuatu ; q = 1-P = derajat akurasi (presisi) yang diinginkan

(0,1)

Tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dan waktu penelitian dari 14 April sampai 22 April 2009.

F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data akan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang akan diambil dengan cara menyebarkan kuisioner yang berisi pertanyaan yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Sedangkan data sekunder yaitu data yang akan diperoleh dari profil DinKes Kota tentang penyakit menyerang saluran pencernaan yang berupa Diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. 2. Pengolahan Data Data yang akan dikumpulkan diolah melalui beberapa tahap, yaitu : a. Editing Editing adalah pengecekan kembali apakah isian pada lembar kuesioner sudah sesuai dan lengkap dengan absen jawaban yang telah disediakan. b. Coding Setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi kode yang dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah dan sederhana. Processing Processing adalah memproses data dengan menggunakan komputer atau secara manual agar dapat dianalisis. Cleaning Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak ada masing masing variabel yang sudah di proses sehingga dapat di perbaiki dan di nilai. 3. Analisis Data Data disajikan melalui analisa univariat dan analisa bivariat, yaitu : a. Analisis univariat

Data dianalisis dengan distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan rumus :

(Budiarto. E : 2001) Keterangan : P F n = Jumlah persentase yang dicapai = Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif jawaban = Jumlah objek penelitian

Untuk pengukuran variable sikap menggunakan rumus skor T : [ 27,15-x ] T = 50 + 10 [3,640]

Interpretasi sebagai berikut : jika T a 27,19 = sikap favorabel (positif) jika T ` 27,19 = sikap unfavorabel (negatif) Keterangan : T = skor responden pada skala sikap yang hendak dirubah menjadi skor T x = mean skor dalam kelompok X = skor responden S = standar deviasi b. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independent (pengetahuan dan sikap ibu) dengan variabel dependent (Diare pada balita). Pengolahan data menggunakan komputarisasi dan uji statistik yaitu untuk analisa hubungan pengetahuan dengan kejadian diare menggunakan Pearson Chi-Square sedangkan untuk

analisa hubungan sikap ibu dengan kejadian diare menggunakan Fishers Exact Test dengan tingkat signifikan 95%, E = 0,05. Uji hipotesis : Ha diterima bila X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05) Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel (p u 0,05) (Budiarto. E, 2001)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ya Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan dependen. Pengambilan data dilakukan dengan survey awal yaitu dengan mewawancarai 7 orang ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5 tahun sebagai sampel awal penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan penetapan judul, survey awal yang dilakukan pada Januari 2009. Kemudian peneliti merumuskan masalah penelitian, menyiapkan instrumen

penelitian, ujian proposal dan mengurus izin penelitian. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi Pendidikan yaitu Poltekkes Bengkulu Prodi Keperawatan Bengkulu, setelah mendapatkan surat izin penelitian, langsung diserahkan ke bagian kesatuan bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Provinsi Bengkulu tanggal 9 April 2009. Pada tanggal 14 April 2009 peneliti mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu yang kemudian langsung diserahkan ke Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, yang sebelumnya sudah mendapat izin dari Kepala Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas, peneliti langsung melakukan penelitian yang dilakukan selama 9 hari yaitu dari tanggal 14 April 2009 sampai dengan 22 April 2009 dengan cara membagikan kuesioner kepada masing-masing responden. Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa hambatan antara lain dalam melakukan pengisian kuesioner diperlukan waktu yang lebih karena memerlukan ketelitian untuk menjawab pertanyaan pengetahuan dan sikap yang ada di lembar kuisioner tersebut.

enelitian Setelah data terkumpul kemudian data diolah dengan menggunakan uji chi-square yang meliputi : analisa univariat dan analisa bivariat, adapun hasil penelitiannya adalah : a. Analisa Univariat Analisa ini dilakukan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakter masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen (pengetahuan ibu dan sikap ibu) maupun variabel dependen (Diare Pada Balita).

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2009 No 1. Variabel Pengetahuan ibu Frekuensi (F) 34 45 15 94 4 90 Jumlah 3 Diare 94 79 15 Jumlah 94 Persentase (%) 36,1% 47,9% 16% 100% 4,3% 95,7% 100% 84% 16% 100%

Jumlah 2. Sikap ibu

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk pengetahuan hampir sebagian ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang diare yaitu sebanyak (47,9%), sedangkan untuk sikap ibu dari tabel di atas sebagian besar memiliki sikap yang favorable sebanyak (95,7%). Untuk variabel dependen yaitu kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukamerindu yaitu sebanyak 15 balita (16%) terdiagnosa diare dan sebanyak 79 (84%) balita terdiagnosa bukan diare. b. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat karakteristik masing-masing variabel yaitu untuk mengetahui hubungan variabel independent (pengetahuan dan sikap ibu) dengan variabel dependen (kejadian diare pada balita). Kriteria penilaian yang dipakai berdasarkan uji statistik uji Chi-square dengan X2 tabel = ( 3,841 ) dengan nilai kemaknaan, apabila = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 1. Untuk melihat derajat =

= 0,05 maka ada hubungan yang bermakna, sebaliknya jika

0,05 maka hubungan tidak bermakna. Tabel 4.2. Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2009 No Variabel Yang Diteliti 1 Pengetahuan ibu a. Kurang b. Cukup c. baik 2 Sikap ibu a. unfavorabe b. favorable Diare Ya n % Tidak n % f % x P

5 7 3

14,7% 29 85,3% 34 100% 15,6% 38 84,4% 45 100% 0,228 0,892 20% 12 80% 15 100%

1 25% 3 75% 4 100% 14 15,6% 76 84,4% 90 100%

0,507

Berdasarkan keterangan tabel di atas untuk pengetahuan kurang dengan balita yang terkena diare 14,7% dari 34 balita, dan 85,3% dengan balita yang tidak diare dari 34 balita. Pengetahuan cukup dengan balita diare 15,6% dari 45 balita, dan 84,4% dengan balita yang tidak diare dari 45 balita. Pengetahuan baik dengan balita diare 20% dari 15 balita, dan 80% dengan balita tidak diare dari 15 balita. Sikap unfavorable dengan balita diare 25% dari 4 balita, dan 75% dengan balita yang tidak diare dari 4 balita. Sedangkan sikap favorable dengan balita diare 15,6% dari 90 balita dan 84,4% dengan balita tidak diare dari 90 balita. Sehingga diperoleh hasil pearson chi-square dengan nilai = 0,892 lebih besar dari

= 0,05. Sehingga hasil penelitian ini tidak bermakna atau tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita,. Sedangkan untuk sikap diperoleh hasil fishers exact tests dengan nilai p = 0,507 lebih besar dari nilai = 0,05 sehingga hasil

penelitian ini tidak bermakna atau tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian diare.

B. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita Berdasarkan hasil yang didapat di atas dapat diketahui bahwa untuk pengetahuan, 14,7% kurang, 15,6% cukup, 20% baik dari 15 responden yang balitanya diare, sedangkan 85,3% kurang, 84,48% cukup, 80% baik 79 responden yang balitanya tidak terkena diare. Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai p = 0,892 atau lebih dari nilai =

0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (1998) bahwa, penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada dua faktor yang dominan yang

berhubungan dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Dimana kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Ada juga pendapat lain menurut Amirudin, 2007 secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya diare . Sesuai dengan pendapat Notoadmojo, 1908 bahwa perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena dalam penelitian variable independent penelitian yaitu pengetahuan tidak ada hubungannya dengan variable dependen yaitu kejadian diare, karena pengetahuan yang diteliti belum menjadi satu kesatuan dalam pembentukan perilaku. Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1993) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu. Dari hasil penelitian ini diantara sampel ternyata balita yang menderita diare hanya sedikit, ini dikarenakan, bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. (Depkes RI, 1998). Kejadian diare terjadi tergantung musim, biasanya musim penghujan. 2. Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare Untuk sikap responden di dapat 25% unfavorable dan 15,6% favorable dari 15 balita yang terkena diare, sedangkan 75% unfavorable dan 84,4% favorable dari balita yang tidak diare. Hasil komputarisasi diperoleh nilai = 0,507 dilihat dari fishers exact dimana lebih

besar dari

= 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan

kejadian diare pada balita. Menurut Berkowitz, 1972 sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung dan memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut Saifuddin, 2005 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh fakor eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Azwar, 2002 sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu objek, dan sikap itu masih merupakan reaksi tertutup dan memiliki 3 komponen pokok yaitu kepercayaan, emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam penentuan sikap yang utuh emosional memegang peranan penting. Ini Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, karena faktor eksteren dan intern salah satunya pengalaman , maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan hal yang ke arah positif untuk menghindari akibat yang negatif. Sikap yang favorable dengan pengalaman contohnya balita terkena diare, maka seseorang yang pernah mengalami hal tersebut akan berusaha tidak melakukan hal yang sama untuk menghindari kejadian diare berulang lagi. Dimana, orang terdekat merupakan orang yang dianggap penting, berarti khusus dan banyak mempengaruhi sikap individu tersebut. Pada umumnya, seseorang cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut, di sini sama halnya dengan seorang ibu sayang dengan balitanya (Azwar, 1998). Hal ini juga sesuai dengan asumsi bahwa sikap yang favorable merupakan predisposisi untuk berperilaku (Notoatmodjo, 1997).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut: Tidak ada hubungan bermakna antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2009 (p = 0,892) Tidak ada hubungan antara Sikap Ibu dengan kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009 ( = 0,507).

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan saran kepada semua pihak yang terkait antara lain kepada : 1. Akademik Untuk dapat mencari faktor penyebab yang lain yang berhubungan dengan diare yang lebih mendukung. 2. Puskesmas Sebagai informasi : bahwa yang mempengaruhi diare bukan karena pengetahuan dan sikap saja menurut teori, tetapi ada pengaruh lain yang lebih berperan. Untuk itu, sebagai penindak lanjut yaitu lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada bagian Kesling (Kesehatan Lingkungan) dengan tujuan dapat mengurangi kejadian diare pada balita. Sesuai dengan teori bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. Saran peneliti, pihak Puskesmas lebih

memperhatikan lingkungan dan bila perlu terjun sesekali untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Sehingga visi dan misi Kota Bengkulu tercapai pada tahun 2010 nantinya. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel lain yang lebih inovatif mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A. A, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Penerbit Salemba Medika, Jakarta : 2003 Alimul Hidayat A. A, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Penerbit Salemba Medika, Edisi 2, Jakarta : 2007 Amiruddin R. Dr, SKM, M. Kes, dkk, Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), FKM Jurusan Epidemiologi Universitas Hasanuddin, Makasar : 2007. Arikunto S, Metodologi Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta : 2006. Azwar S, MA, Drs, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya, Edisi ke 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2002 B Albert and Paul S, Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit Widiya Medika (KNAPP), Jakarta : 1990. Depkes RI, 2002, Infeksi Saluran Pencernaan, available from : www. Mediaindonesiaonline. Com, 2007.. Dinkes Provinsi Bengkulu, Profil Dinkes Provinsi Bengkulu, 2002. Dinkes Provinsi Bengkulu, Profil Dinkes Provinsi Bengkulu, 2006. , Profil Dinkes Provinsi Bengkulu, 2008. Dinkes Kota Bengkulu, Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2006. , Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2008. Irianto J, Prediksi Keparahan Diare 2005, diakses dari : www.adobe acrobat document. Com, diperoleh tanggal 27 september 2008. Marat, Perilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang Psikologi, Penerbit refika ADITAMA, Bandung : 2006. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta : 1992. Notoadmojo S. Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Penerbit , Andi Offset, Yogyakarta : 1993

Lampiran 1 Tabel : Persentase Cakupan Diare Balita Menurut Kecamatan Kota Bengkulu Tahun 2008

NO. KECAMATAN

PUSKESMAS

DIAREDITANGANI JML KASUS 4 5 138 138% DITANGANI

1 1

2 GADING CEMPAKA

2

RATU AGUNG

3 4

RATU SAMBAN TELUK SEGARA

3 Jembatan kecil Jalan gedang Lingkar barat Lingkat timur Kuala lempuing Nusa indah Sawah lebar Anggut atas Pasar ikan

6 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

202 109 84 120 385 334 446 230 135 876 212 170 52 192

202 109 84 120 385 334 446 230 135 876 212 170 52 192

5 6

7

Kampung bali SUNGAI Sukamerindu SERUT MUARA Ratu agung BANGKAHULU Beringin jaya SELEBAR Basuki rahmat Betungan

(Profil Dinke Kota Bengkulu, 2008)

Lampiran 2

JADWAL PENELITIANNopem Desemb Februar Januari Maret April Mei KE Oktober ber er i N GIA I I I I I I I I O TA I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I N I V I V I V I V I V I V I V I V I I I I I I I I 1 Pen dah ulua n Sur vei Awa l Iden tifik asi Mas alah Pen gam bila n Judu l Pem buat an

Prop osal Kon sul Prop osal Ujia n Prop osal Perb aika n Prop osal 2 Pela ksan aan Pen gum pula n Data Pen gelo laan Data 3 Ujia

n KTI

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Anak ke Jumlah Saudara

: Dwi Wahyuni Agusniarti : Bengkulu, 18 Agustus 1988 : Perempuan : Islam : 2 (kedua) : 4 (empat)

: Jalan Titiran No. 90 Rt. 09 Rw. 003 Perumnas Gading Cempaka Permai : Poltekkes Bengkulu Prodi Keperawatan, Jl. Indragiri No. 3 Padang Harapan Bengkulu Telp. (0736) 341212

Riwayat Pendidikan -

: -

SDN 32 Bengkulu, pindah

SDN 35 Bengkulu, tamat tahun 2000 SMPN 8 Bengkulu, taman tahun 2003 SMAN 7 Bengkulu, tamat tahun 2006 Mahasiswi Program Studi Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Bengkulu, Tahun 2006 sekarang.

Lampiran 4 ORGANISASI PENELITIAN

I. Pembimbing terdiri dari A. Nama NIP Pekerjaan Jabatan Alamat B. Nama NIP Pekerjaan Jabatan : Ns.Aguscik Jaya,S.Kep, M.Kes :140 166 343 : Dosen Poltekkes Bengkulu : Pembimbing I : Sumur melele : Ns. Septi Yanti, S.Kep : 140 333 048 : Dosen Poltekkes Bengkulu : Pembimbing II Alamat II. Peneliti Nama NIM Pekerjaan Alamat : Dwi Wahyuni Agusniarti : P0 04 20 006 008 : Mahasiswa Poltekkes Bengkulu Jurusan Keperawatan : Jln. Titiran No. 90 Blok 3 Rt. 09 Rw. 003 : Sukamerindu

Perumnas gading cempaka permai, Lingkar barat Bengkulu

Lampiran 5

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA BALITA I.. Lembar kuesioner pengetahuan Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. 2. Isilah data pribadi ibu terlebih dahulu. 3. Isilah pertanyaan di bawah in dengan sebenarnya. 4. Untuk jenis pertanyaan frekuensi dan pengetahuan beri tanda ( x ) pada jawaban yang ibu anggap benar. 5. Lembar kuesioner ini dikembalikan setelah mengisi seluruh pertanyaan.

Data pribadi responden 1. 2. 3. 4. Nomor urut Nama Umur Pendidikan : : : : tidak sekolah ( kosongkan )

Tamat SD SMP Tamat SMA Akademi/S A. Frekuensi Diare 1. Apakah anak ibu mengalami diare : a. ya b.tidak

B. Pengetahuan 1. Menurut ibu diare itu berak pada balita lebih dari ........kali/hari : a. 1 kali/hari b. susah buang air besar c. 3 kali/hari 2. Menurut ibu diare pada balita disebabkan oleh kecuali : a. Makanan dan minuman yang kurang bersih

b. Keadaan lingkungan yang kotor c. Memberikan ASI dari umur 4 6 bulan

3. Saat ibu tahu anak ibu diare, biasanya keadaan beraknya : a. Keras berbentuk, kuning kecoklatan, berbahu khas

b. Lembek berbentuk, keciklatan c. Cair berlendir, kuning kehijaun, berbahu khas

4. Kondisi anak ibu apabila terkena diare, maka akan tampak keluhan yang pertama yaitu : a. Anak rewel, gelisah

b. Anak rewel, suhu tubuh panas,

c. Anak rewel, suhu tubuh panas, kurang nafsu makan/tidak sama sekali, dan gelisah

5.

Menurut ibu pemberian susu formula dengan menggunakan botol dapat diare karena : a. Botol susu susah untuk dibersihkan

menyebabkan

b. Terbuat dari plastik c. Susu basi yang menyebabkan diare

6. Sebaiknya membuat susu formula dengan menggunakan botol, ibu harus mencuci botol susu dengan air panas lau dikeringkan dan sebelum membuatnya ibu harus cuci tangan terlebih dahulu. Menurut ibu pernyataan diatas benar atau salah penjelasanya, karena : a. benar, karena pencucian botol susu harus dengan air hangat

b. benar, karena dengan mencuci tangan dpat menghilangkan kuman c. salah, karena terlalu merepotkan

7. Apa yang ibu lakukan bila anak ibu terkena diare : a. Ke Puskesmas/RS langsung

b. Diberi air gula dicampur garam sedikit ( oralit buatan ) c. Membeli obat di warung

8. Apa yang telah ibu lakukan untuk menghindari diare berulang pada anak ibu : a. Memberikan ASI penuh hingga umur 6 bulan

b. Mencuci tangan sebelum membuat susu formula c. Pencucian botol suus dengan menggunakan air panas lalu dikeringkan

9. Apa yang ibu pikirkan jika diare pada anak ibu tidak sembuh dalam waktu yang singkat : a. Dehidrasi

b. Kematian c. Pertumbuhan anak ibu terganggu

10. Obat obatan apa saja yang ibu tahu untuk mengobati diare anak ibu : a. Oralit

b. Paracetamol c. Vitamin C

11. Menurut ibu pemakaian air yang tidak bersih dapat menimbulkan diare atau tidak, mengapa : a. Ya, Kemingkinan tercemar tinja, karena jarak septiteng dengan sumur kurang dari 10 meter. b. Tidak, karena air sebelum dikonsumsi dimasak terlebih dahulu c. Ya, karena air yang diperoleh dari sumur yang tidak menurut kriteria kesehatan

12. Apa yang dapat ibu lakukan apabila anak ibu diare sebelum dibawa ke PKM, untuk mengganti oralit. Sedangkan di rumah ibu habis gula : a. Menunggu sampai besok untuk ke PKM b. Air tajin c. Air garam 13. Apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak ibu yang telah mengalami diare berulang : a. Membuat oralit buatan, untuk sementara menunggu berobat ke PKM b. Mengkonsumsi air yang bersumber dari sumur sesuai kriteria sehat c. Memasak air hingga 100 C 14. Apakah ibu mengetahui, apa itu dehidrasi : a. Lanjutan dari diare b. Kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena diare tidak teratasi c. Suhu tubuh panas, karena diare 15. Menurut pemikiran ibu, diare adalah penyakit yang bagaimana : a. Biasa saja b. Berbahaya dan dapat menyebabkan kematian c. Penyakit yang sering diderita anak anak 16. Bila anak ibu yang masih berumur 2-3 tahun sering mengalami diare, menurut ibu apa yang akan dialami oleh anak ibu untuk kehidupan selanjutnya : a. Terganggu pola makan b. Terganggu pola buang air besar c. Terganggu tumbuh dan perkembangan anak 17. Kondisi rumah dikelilingi oleh selokan, dan banyak sampah bertumpuk. Apa yang akan ibu lakukan dengan kondisi rumah seperti itu untuk menghin dari diare : a. Membuang sampah dan selokan ditutup dengan kayu,agar penyebaran kuman tidak terjadi b. Memindahkan sampahnya di salah satu pojok selokan

c. Setiap hari selokannya dibersihkan agar penyebaran kuman oleh lalat tidak terjadi 18. Saat anak ibu mengalami diare, makanan seperti apakah yang baik untuk diberikan : a. Makanan padat

b. Makanan cair c. Makanan lembek

19. Saat anak ibu mengalami diare, biasanya kondisi anak ibu akan seperti : a. Tidak napsu makan b. Suhu tubuh tinggi c. Rewel 20. Menurut ibu diare dapat dicegah, apabila ibu dan keluarga bersikap dan bertindak sehat : a. Ya b. Tidak c. Ya, harus

B. Untuk jenis pertanyaan sikap, beri tanda v pada kolom yang sesuai yaitu :

Keterangan : STS TS RR S SS = Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Ragu ragu = Setuju = Sangat Setuju S SS

NO. PERNYATAAN STS TS RR 1. Memberikan cairan gula ditambah garam sedikit (oralit buatan) dapat membantu penyembuhan diare. 2. Tidak menyimpan makanan terlalu lama dapat mencegah terjadinya diare 3. Mencuci tangan, sebelum makan tindakan yang

4. 5. 6. 7.

8.

9.

10.

harus dilakukan setiap waktu Sebaiknya bayi berumur 4 6 bulan harus diberi ASI secara penuh Sikap yang baik untuk mencegah diare yaitu memberikan ASI esklusif. Memberikan larutan oralit tidak menjamin diare teratasi Sampah yang menumpuk dan konsumsi air dari sumur yang tidak berkriteria sehat, baik dikonsumsi. Mencuci tangan dan tidak menggunakan botol susu adalah salah satu mengurangi kejadian diare berulang pada balita Penyimpanan makanan dilemari merupakan tindakan yang baik untuk menghindari penyakit diare Menjaga kebersihan lingkungan salah satu menghindari diare

Terima kasih udah dibaca !http://www.yonokomputer.com/2011/03/hubungan -pengetahuan-dan-sikap-ibu.html