29
HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA KAUM MALE TO FEMALE TRANSSEKSUAL (WARIA) DI KOTA SEMARANG OLEH MARISKA LIONTINA AUGUSTIEN 80 2011 064 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari PersyaratanUntuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA

KAUM MALE TO FEMALE TRANSSEKSUAL (WARIA)

DI KOTA SEMARANG

OLEH

MARISKA LIONTINA AUGUSTIEN

80 2011 064

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

PersyaratanUntuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …
Page 3: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …
Page 4: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …
Page 5: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …
Page 6: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

PENDAHULUAN

Di kalangan masyarakat saat ini fenomena transeksual (waria) dapat dijumpai di

setiap sudut kota, mereka berbaur dengan masyarakat setempat. Banyak masyarakat

yang menerima kehadiran mereka meskipun kaum transseksual masih dianggap sebagai

suatu gangguan, tetapi tidak sedikit pula yang menolak kehadiran mereka.Kebanyakan

orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih disayangkan lagi, ketidaktahuan

mereka atas fenomena tersebut bukannya membuat mereka mencoba belajar tentang

apa, bagaimana, mengapa dan siapa.Melainkan justru melakukan penghukuman dan

penghakiman yang sering kali menjurus pada tindakan biadab dan mengesampingkan

nilai- nilai kemanusiaan (Nadia, 2005).

Menurut diagnosis medis konvensional (dalam Yash, 2003) transseksualisme

adalah salah satu bentuk gender dysphoria (kebingungan gender).Gender dysphoria

adalah sebuah term general bagi mereka yang mengalami kebingungan atau

ketidaknyamanan tentang gender–kelahiran mereka.Gender dysphoriadisebabkan oleh

adanya sebuah perkembangan khusus dari hubungan antara sekse dan gender seseorang.

Lebih sederhana, seorang transseksual adalah sebuah “mind” yang secara fisik

terperangkap dalam tubuh dengan jenis kelamin berkebalikkan dengan “mind” tersebut

atau transseksual berarti memiliki tubuh yang salah terhadap gender yang dimiliki.

Terdapat dua macam transseksual, yakni transseksual perempuan ke laki-laki (female-

to-male transsexual), memiliki tubuh perempuan dan mind laki-laki, dan transseksual

laki-laki ke perempuan (male-to-female transsexual), memiliki tubuh laki-laki dan mind

perempuan (Yash, 2003). Pada istilah sehari-hari mereka inilah yang sering disebut

sebagai “waria”, “wadam”, “banci”, “bencong”, ataupun istilah semacam itu.

Page 7: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Dunia waria belum banyak dikenal.Kurangnya pemahaman, tentu saja, mudah

membangkitkan buruk sangka. Begitulah, sehingga “alih–alih“ menerimanya sebagai

suatu takdir, justru banyak orang memandang waria itu menentang kodrat. Akibatnya,

kaum waria kurang mendapat tempat di dalam masyarakat, kalau tidak kaum waria

diperlakukan sebagai wabah yang “menjijikan”.

Predikat waria dipandang negatif oleh sebagian masyarakat dengan segala "cap"

yang dialamatkan kepada mereka. Walaupun sesungguhnya menjadi waria belum tentu

menjadi pilihan hidup mereka."Kami tak pernah minta dilahirkan sebagai

waria"demikian (preelimenery research,2012).

Efek yang ditimbulkan dari kaummale to female transseksual (waria) berupa

penolakan terhadap lingkungan, selalu menyendiri, merasa dikucilkan dan efek yang

lainnya. Akibat dari ketunaan yang dialami oleh seseorang maka mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Menurut Frankl (2003),

seseorang yang memiliki kebermaknaan hidup akan bertanggungjawab mengarahkan

hidupnya, memiliki sikap optimis, tetap eksis, dan mampu mengenali potensi serta

kekurangan yang dimiliki. Maka kaum male to female transseksual (waria) yang

memiliki kebermaknaan hidup akan mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya

secara bertanggungjawab dengan tetap eksis dan optimis serta mempunyai kesempatan

untuk mewujudkan keinginan melalui kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan

hidup dan bebas berbuat kreativitas sesuai dengan minat dan kemampuan individual.

Manusia dalam mencari tujuan hidup, mempunyai suatu kebutuhan yang bersifat

unik, spesifik, dan personal, yaitu suatu kebutuhan akan makna hidup. Frankl (2003)

mengungkapkan kebermaknaan hidup sebagai keadaan yang menunjukkan sejauhmana

seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut

Page 8: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

sudut pandang dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa apabila seseorang berhasil dalam

makna hidupnya, maka kehidupannya dirasakan penting dan berharga, dengan demikian

akan menimbulkan penghayatan bahagia. Makna hidup yang dimaksud merupakan

segala sesuatu yang dipandang penting dan berharga, memberikan nilai khusus dan

dijadikan tujuan hidup seseorang (Bastaman, 2007).Dalam hal ini kaum male to female

transseksual (waria), memiliki kebermaknaan hidup yang cukup baik, seperti yang

diungkapkan oleh salah satu waria di semarang bahwa kebermaknaan hidup yang

dimiliki yaitu dengan mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya secara

bertanggungjawab selalu mencari kesempatan untuk mewujudkan keinginan melalui

kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan hidup dan bebas berbuat kreativitas

sesuai dengan minatnya. Walaupun mereka tidak selalu di terima oleh masyarakat akan

tetapi mereka mengaggap hal tersebut sebagai resiko dari perbedaan yang ada dalam diri

mereka sehingga mereka tetap berusaha bersikap baik kepada siapapun.

Menurut Setyaningtyas (2012), faktor yang mempengaruhi kebermaknan hidup

adalah penerimaan diri. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kaum male to female

transseksual (waria) menerima kekurangan dirinya akan meningkatkan kebermaknaan

hidup dalam dirinya. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi seseorang menerima

kekurangan dirinya akan meningkatkan kebermaknaan hidup dalam dirinya. Hurlock

(2008) mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima

segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki,

sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut

akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa

menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman.

Page 9: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Berdasarkan wawancara dengan kaum male to female transseksual (waria) di

kota Semarang mengungkapkan bahwa terkadang merasa takut akan pandangan orang

lain terhadapnya, mereka juga bingung akan menyalurkan keahlian mereka yang mereka

dapatkan untuk di salurkan diluar sana seperti keahlian dalam kecantikan, make up,

mereka juga merasa nyaman dengan lingkungan sosial mereka yang rata-rata

mengalami seperti mereka, jadi ketika mereka keluar untuk berinteraksi dengan dunia

luar mereka terkadang kurang percaya diri akan fisik mereka yang termasuk kaum male

to female transseksual (waria)yang terbatas dan takut akan pandangan oranglain tentang

keadaan dirinya dan mereka merasa minder akan diri mereka. Terkadang ada

pandangan bahwa melakukan sesuatu harus memiliki kondisi tubuh ataupun fisik yang

normal dan terkadang hal ini yang menghambat kegiatan mereka.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian, dan

adanya penelitian serupa, maka menguatkan keinginan dari peneliti untuk mengetahui

apakah ada hubungan penerimaan diri dan kebermaknaan hidup pada kaum male to

female transseksual (waria) di kota Semarang?

Page 10: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

TINJAUAN PUSTAKA

Male to Female Transeksual (Waria)

Menurut Goh (dalam Yash, 2003) menyebutkan bahwa kata “transseksual”

pertama kali diketengahkan oleh Cauldwell pada tahun 1949 untuk menggambarkan

kasus tentang seorang perempuan yang ingin menjadi laki-laki. Namun yang

mempopulerkan istilah “transseksual” ini adalah Dr. Harry Benjamin. Menurutnya,

transseksual didefinisikan sebagai suatu gangguan identitas gender pada seseorang yang

merupakan anggota dari sebuah sekse yang memiliki keinginan yang tetap dan terus

menerus atas “perubahan” sekse secara medis, operatif dan sah sehingga

memungkinkan mereka untuk hidup sebagai anggota gender kebalikan dari gender yang

mereka miliki.

Waria dalam konteks psikologis termasuk dalam transeksualisme, yakni

seseorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun secara

psikis cenderung menampilkan diri sebagai lawan jenis. DalamDiagnotic and Statistic

Manual of Mental Disorder IV-TR(2004) ini sendiri transeksual dibagi menjadi dua,

yaitu male-to-female transsexual(laki-laki yang meyakini bahwa dirinya sesungguhnya

adalah seorang perempuan) dan female-to-male transsexual(perempuan yang meyakini

bahwa dirinya sesungguhnya adalah seorang laki-laki). Yang dimaksudkan disini adalah

male-to-female yang disebut dengan waria.

Menurut Maslim (2003), beberapa ciri transseksual adalah adanya gangguan

identitas transseksual yang menetap minimal selama 2 tahun, berkaitan dengan adanya

kelainan interseks, genetik atau kromosom, dan bukan merupakan gejala gangguan

skizofrenia. Ciri yang lain adalah adanya hasrat untuk hidup dan di terima sebagai

anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan risih atau tidak serasi

Page 11: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

dengan anatomi seksualnya dan pada akhirnya ada keinginan untuk mendapatkan terapi

hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis

kelamin yang diinginkan.

Selanjutnya Tjahjono (1995) menambahkan beberapa ciri untuk mengetahui

adanya kelainan transseksual di antaranya adalah individu memiliki minat dan perilaku

yang berlawanan dengan jenis kelaminnya, seringkali perilakunya menyebabkan

individu tersebut di tolak oleh lingkungannya.

Menurut Puspitosari (2005) faktor-faktor terjadinya transseksual adalah faktor

biologis dan faktor psikologis.Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan

hormon dan kromosom genetik.Sedangkan faktor psikologis merupakan faktor yang

berhubungan dengan sosial budaya, pola asuh, lingkungan sekitar, hingga adanya

pengalaman yang sangat hebat dengan lawan jenis sehingga muncul khayalan dan sikap

memuja lawan jenis sebagai idola dan ingin menjadi seperti lawan jenis.

Kebermaknaan Hidup

Frankl (2003) mengungkapkan kebermaknaan hidup sebagai keadaan yang

menunjukkan sejauhmana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan

keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri. Orang yang pertama kali

mengemukakan gagasan tentang makna hidup (meaning of life) adalah Frank (2003)

dengan teorinya yang diberi namaLogoteraphy. Dalam logoterapi, manusia dikatakan

pada dasarnya memiliki kebebasan berkehendak (the freedom of will), kehendak untuk

bermakna (the will to meaning), serta makna hidup (meaning of life). Menurut Frankl

(Schultz, 1991), seseorang yang memiliki kebermaknaan hidup akan bertanggungjawab

Page 12: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

mengarahkan hidupnya, memiliki sikap optimis, tetap eksis, dan mampu mengenali

potensi serta kekurangan yang dimiliki.

Hidup yang bermakna merupakan motivasi bagi individu untuk dapat berguna

dan berharga dimata oranglain (Bastaman, 2007), termasuk pada remaja tuna daksa.

Namun pada kenyataanya banyak penyandang tuna daksa merasa tidak puas dengan

kehidupan yang dijalani karena merasa terhambat melakukan aktivitas atas kekurangan

yang dimiliki, dan meskipun memiliki aktivitas perkerjaan yang sesuai dengan

kemampuannya tapi tidak merasa bangga dengan yang dimiliki dikarenakan kurang

percaya diri.

Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat, yaitu:

1) Makna hidup sifatnya unik dan personal.

Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti bagi

oranglain. Bahkan mungkin apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini oleh

seseorang. Belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat yang lain. Dalam

hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna baginya bersifat khusus, berbeda

dengan oranglain, dan mungkin dari waktu ke waktu berubah pula.

2) Makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit.

Artinya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari

dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealis, prestasi-prestasi akademis

yang tinggi, atau hasil-hasil filosofis yang kreatif.

3) Makna hidup sifatnya memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan

yang dilakukan.

Artinya makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang

(inviting) seseorang untuk memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan

Page 13: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan

memenuhinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi lebih rendah.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya makna hidup

tersebut, antara lain (Frank, 1959 dalam Crumbaugh, 1987):

1) Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta

dijadikan tujuan dalam hidupnya.

2) Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauh mana ia

bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas

yang dijalaninya.

3) Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara

bertanggungjawab.

4) Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan

kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan

membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian

akan merasa siap untuk menghadapinya.

5) Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang

masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha

menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah

memikirkannya.

6) Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia merasa

bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.

Page 14: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Penerimaan Diri

Hurlock (2008) mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan

menerima segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan

yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka

individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang

terjadi tanpa menimbulkan perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman. Sheerer

(Crumbaugh, 1987) mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah sikap untuk menilai

diri sendiri dan keadaanya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya

termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya.

Karena dengan memiliki penerimaan diri akan dapat mengembangkan diri ke

arah gambaran yang sesuai dengan keinginan dan mampu melakukan komitmen dengan

hal-hal seperti seperti nilai-nilai yang dianggap penting dan bermakna untuk dipenuhi,

sebab setiap individu memiliki tanggungjawab mengembangkan dirinya dan

menemukan makna hidupnya.

Skala penerimaan diri menurut Denmark, (1973) terdiri dari 9, yaitu:

1) Nilai-nilai dan standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar

2) Keyakinan dalam menjalani hidup

3) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan

4) Mampu menerima kritikan dan saran seobjektif mungkin

5) Tidak menyalahkan diri atas perasaanya terhadap orang lain

6) Menganggap dirinya sama dengan orang lain

7) Tidak ingin orang lain menolaknya dalam kondisi apapun

8) Tidak menganggap dirinya berbeda dari orang lain

9) Tidak rendah diri

Page 15: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Hubungan Antara Penerimaan Diri Dan Kebermaknaan Hidup

Kebermaknaan hidup adalah bagian tertinggi dari hierarki kebutuhan yang

dalam konsep Abraham Maslow disebut dengan aktualisasi diri. Pada level inilah

manusia bekerja benar-benar menemukan keikhlasan dan komitmen. Kebermakanaan

hidup dapat diwujudkan dalam sebuah keinginan untuk menjadi orang yang berguna

bagi oranglainbaik itu anak, istri, keluarga dekat, komunitas, negara dan bahkan umat

manusia (Frankl , dalam Sulistya,2005).

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang sehingga layak dijadikan tujuan dalam

kehidupan (the purpose in life).Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa

dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan

dipenuhi.Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan, maka

untuk keperluan praktis pengertian makna hidup dan tujuan hidup dapat

disamakan.Makna hidup dan tujuan hidup dalam penggunaan sehari-hari sering

disamakan artinya walaupun mengandung konotasi yang berlainan. Makna hidup lebih

menunjuk apa yang seharusnya dicapai (Bastaman, 2007).

Makna hidup pada kaum male to female transseksual (waria) merupakan nilai-

nilai yang sangat berarti yang dapat berfungsi sebagai tujuan hidup yang

dipenuhinya.Selain itu pada kaum male to female transseksual (waria) juga harus bisa

mengubah sikap dan selalu bersikap positif dalam menyelesaikan semua permasalahan

yang sedang mereka hadapi. Setelah mereka bisa menemukan makna hidupnya yang

harus mereka kerjakan menjaga komitmen terhadap apa yang sudah diraihnya.

Page 16: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Apabila kaum male to female transseksual (waria) bisa melakukan komponen-

komponen yang di jelaskan di atas maka mereka akan menemukan makna dan tujuan

dalam hidupnya.

Sheerer (dalam Paramita, 2012), ini dapat mempengaruhi pandangan individu

menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah tentang keberadaan dirinya, sehingga sikap

dalam menilai diri dan keadaannya akan mempengaruhi penerimaan diri individu

objektif, menerima kelebihandan kelemahannya. Sheerer (Cronbach 1963, dalam

Wrastari, 2003) sosial sehingga mereka menjadi inferior. Seseorang yang dapat

menerima inferioritas pada individu adalah jika seseorang tersebut mempunyai

keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kehidupan, mampu menerima pujian

secara objektif, dan tidak menyalahkan diri sendiri.

Bentuk aktualisasi dari berbagai potensi kualitas insani yang langsung berkaitan

dengan masalah penemuan makna hidup merupakan wujud penerimaan diri. Karena

dengan memiliki penerimaan diri akan dapat mengembangkan diri ke arah gambaran

yang sesuai dengan keinginan dan mampu melakukan komitmen dengan hal-hal seperti

nilai-nilai yang dianggap penting dan bermakna untuk dipenuhi, sebab setiap individu

memiliki tanggung jawab mengembangkan dirinya dan menemukan makna hidupnya.

Berdasarkan urain tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

Terdapat hubungan positif antara penerimaan diri dengankebermaknaan hidup.

Page 17: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang digunakan, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

penerimaan diri, sedangkan variabel terikat adalah kebermaknaan hidup.

Definisi Operasional

Kebermaknaan hidup adalah keadaan yang menunjukkan sejauhmana seseorang

telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut

pandang dirinya sendiri. Alat ukur yang digunakan adalah kebermaknaan hidup yang

dikemukakan oleh Frank (1959) dalam Crumbaugh, (1987) adalah: tujuan hidup,

kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri dan

kepantasan hidup.

Penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri

sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi

peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir

logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan rendah

diri, malu, dan rasa tidak aman. Penerimaan diri menggunakan aspek yang dikemukakan

Denmark, (1973), seperti: Nilai-nilai dan standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar,

keyakinan dalam menjalani hidup, bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan,

mampu menerima kritikan dan saran seobjektif mungkin, tidak menyalahkan diri atas

perasaanya terhadap orang lain, menganggap dirinya sama dengan orang lain, tidak

ingin orang lain menolaknya dalam kondisi apapun, tidak menganggap dirinya berbeda

dari orang lain, tidak rendah diri.

Page 18: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah kaum male to female transseksual (waria)

di Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling, yaitu metode pengambilan sampel atas beberapa kriteriaresponden kaum male

to female transseksual (waria) yaitu:

1. Memiliki tingkah laku seperti lawan jenis

2. Telah menunjukkan keadaan fisik serupa lawan jenis kurang lebih 2 tahun

3. Telah melakukan beberapa perubahan pada fisik biologis asli, seperti suntik

silicon payudara

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk

memperoleh data yang diselidiki (Suryabrata, 1998). Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu dengan memberikan kuesioner kepada kaum male to female

transseksual (waria) di kota Semarang.Kuesioner kebermaknaan hidup sebanyak 20

aiem dan kuesioner penerimaan diri sebanyak 36 aitem.

Analisis Aitem

Uji Validitas: uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan

sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cara meminta

pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah yang diteliti. Data

dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0.3

(Ghozali, 2005). uji validitas untuk variabel variabel penerimaaan diri sebanyak 36

item, diperoleh hasil sebanyak 8 item dinyatakan gugur karena memiliki nilai pearson

Page 19: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

correlation yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 28 item dinyatakan mempunyai daya

diskriminasi karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih besar dari 0,3 Uji

validitas untuk kebermaknaan hidup sebanyak 20 item, diperoleh hasil sebanyak 7 item

gugur karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih kecil dari 0,3, dan

sebanyak 13 item dinyatakan mempunyai daya diskriminasi karena memiliki nilai

pearson correlation yang lebih besar dari 0,3 (Ghozali, 2005).

Uji realibilitas digunakan untuk menunjuk sejauh mana suatu hasil pengukuran

relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen dikatakan reliablebila memiliki

Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.Hasil Jika dilihat dari uji reliabilitas, variabel

penerimaan diri memiliki nilai alpha 0,882 dan kebermaknaan hidup memiliki nilai

0,893 yang keduanya lebih besar dari 0,600 yang artinya data reliable dan dapat

dinyatakan ke uji selanjutnya (Ghozali, 2005). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 1

Reliabilitas Penerimaan Diri

Cronbach's

Alpha N of Items

0,882 28

Tabel 2

Reliabilitas Kebermaknaan Hidup

Cronbach's

Alpha N of Items

0,893 13

Page 20: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Teknik Analisa Data

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan signifikan

antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual

(waria) di kota Semarang. Analisis data dilakukan bantuan program SPSS 16.0 for

windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Partisipan

Partisipan penelitian ini adalah kaum male to female transseksual (waria) di kota

Semarang. Reponden dalam penelitian ini berjumlah 43 orang, dengan usia secara

keseluruhan diatas 20 tahun dengan pendidikan terakhir seluruh partisipan adalah

SMA.Kriteria responden kaum male to female transseksual (waria) yaitu:

1 Memiliki tingkah laku seperti lawan jenis

2 Telah menunjukkan keadaan fisik serupa lawan jenis kurang lebih 2 tahun

3 Telah melakukan beberapa perubahan pada fisik biologis asli, seperti suntik

silicon payudara

Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui

normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing masing variabel.Data dari

variabel penelitian diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov test

menggunakan SPSS. Hasil diketahui bahwa variabel penerimaan diri memiliki memiliki

koefisien normalitas 0,866 dan kebermaknaan hidup memiliki koefisien normalitas

0,745 yang mana nilai keduannya lebih besar dari 0,05 dengan demikian variabel

Page 21: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

penerimaan diri dan kebermaknaan hidup memiliki distribusi normal. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Penerimaan Diri

Kebermaknaan

Hidup

N 43 43

Normal Parametersa Mean 121.51 55.14

Std. Deviation 10.487 9.375

Most Extreme Differences Absolute .091 .104

Positive .087 .104

Negative -.091 -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .599 .679

Asymp. Sig. (2-tailed) .866 .745

Uji Linearitas

Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan penerimaan diri dan

kebermaknaan hidup adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda =

1,604 dan nilai signifikansi 0,076 > 0,05. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

hubungan penerimaan diri dan kebermaknaan hidup ini menunjukan garis yang sejajar

atau linear.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Kebermaknaan Hidup *

Penerimaan Diri

Between

Groups

(Combined) 2898.129 27 107.338 2.030 .076

Linearity 84.826 1 84.826 1.604 .225

Deviation

from Linearity 2813.304 26 108.204 2.047 .075

Within Groups 793.033 15 52.869

Total 3691.163 42

Page 22: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Analisis Deskriptif

1. Penerimaan Diri

Variabel penerimaan diri akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi,

sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan

kategori penerimaan diri mempunyai 28 item valid dengan pemberian skor antara 1

sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :

Jumlah skor tertinggi 28 x 4 = 112

Jumlah skor terendah 28 x 1 = 28

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

3 (tiga) kategori

= 112 - 28

3

= 28

Tabel 3

Kategorisasi Pengukuran Penerimaan Diri

Interval Ketegori Jumlah Persentase Rata-

rata

28 – 56 Rendah 0 0.00% 95,255

> 56 - ≤ 84 Sedang 8 18.60%

< 84 - ≤ 112 Tinggi 35 81.40%

43 100.00%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan penerimaan diri sebagian besar dalam

kategori tinggi sebesar 81,40 % dan kategori sedang sebesar 18,60 %. Dengan rata-rata

sebesar 95,255 yang artinya penerimaan diri adalah tinggi.

Page 23: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

2. Kebermaknaan Hidup

Variabel kebermaknaan hidup akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu

tinggi, sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk

menentukan kategori kebermaknaan hidup mempunyai 13 item valid dengan pemberian

skor antara 1 sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah

yaitu :

Jumlah skor tertinggi 13 x 4 = 52

Jumlah skor terendah 13 x 1 = 13

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

3 (tiga) kategori

= 52 - 13

3

= 13

Tabel 4

Kategorisasi Pengukuran Kebermaknaan Hidup

Interval Ketegori Jumlah Persentase Rata-

rata

13 – 26 Rendah 10 23.26%

> 26 - ≤ 39 Sedang 15 34.88% 33,186

< 39 - ≤ 52 Tinggi 18 41.86%

43 100.00%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan kebermaknaan hidup sebagian besar

dalam kategori sedang sebesar 41,86 % dan kategori sedang sebesar 34,88 %. Dengan

rata-rata sebesar 33,186 yang artinya kebermaknaan hidup adalah sedang.

Page 24: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Pengujian Hipotesis

Hasil korelasi product moment menunjukan bahwa penerimaan diri memiliki

hubungan positif signifikan dengan kebermaknaan hidup pada kaum male to female

transseksual (waria) di kota Semarang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Penerimaan Diri Kebermaknaan Hidup

Penerimaan Diri Pearson Correlation 1 .552

Sig. (1-tailed) .001

N 43 43

Kebermaknaan Hidup Pearson Correlation .552 1

Sig. (1-tailed) .001

N 43 43

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara

penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual

(waria) di kota Semarang yang ditunjukan dengan nilai signifikansi 0,001 yang lebih

kecil dari 0,05 (5 %) dengan nilai r = 0,552.Sumbangan efektif penerimaan diri

terhadap kebermaknaan hidup sebesar (0,552)2x100% = 30,47 %

Pembahasan

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan

kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang

yang ditunjukan dengan nilai signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (5 %) dengan

nilai r = 0,552. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap kebermaknaan hidup

sebesar (0,552)2x100% = 30,47 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Setyaningtyas (2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara penerimaan

Page 25: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

diri dengan kebermaknaan hidup. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi penerimaan diri

akan semakin tinggi pula kebermaknaan hidup.

Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan diri

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup. Bastaman

(1996) mengatakan bahwa penerimaan diri sebagai tahap awal agar individu dapat

mengembangkan diri dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna

merupakan tahap paling penting, maka penerimaan diri akan sulit bagi individu

melakukan pengembangan diri.

Hal ini berarti bahwa kaum male to female transseksual (waria) di kota

Semarang yang memiliki penerimaan diri akan dirinya tinggi maka kaum male to

female transseksual (waria) di kota Semarang akan memiliki kebermaknaan hidup yang

tinggi pula dalam menjalani hidup. Sejauhmana keberhasilan individu dalam

membentuk tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dilingkupi kehidupannya

ditentukan dengan adanya penerimaan diri (Hurlock dalam Rohmah. 2004). Menurut

Frankl (2003), kebermaknaan hidup adalah keadaan yang menunjukkan sejauhmana

seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut

sudut pandang dirinya sendiri.

Sartain (Rohmah, 2004) menjelaskan bahwa dengan memiliki kesadaran untuk

menerima dan memahami diri, maka individu dapat mengenali diri sendiri dan akan

mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan dirinya. Menurut Rakhmat

(Suwarti, 2004), menerima keadaan diri berarti menghargai segala kelebihan dan

kekurangan yang ada pada diri sendiri dan berusaha untuk mengelola kelebihan dan

kekurangannya dengan sebaik-baiknya.

Page 26: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Seseorang yang dapat menerima dirinya mempunyai penilaian yang realistik

terhadap potensi-potensi yang ada pada dirinya disertai dengan penilaian yang positif

akan harga dirinya (Hurlock dalam Rohmah, 2004). Sari (2002) mengatakan bahwa

karakteristik yang dimiliki individu dengan penerimaan diri akan dihayati sebagai

anugerah, segala yang ada pada diri individu dirasakan sebagai hal yang menyenangkan

sehingga individu memiliki keinginan untuk terus dapat menikmati kehidupan. Hal ini

sesuai pendapat Rubin (Rohmah, 2004), bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang

mencerminkan rasa senang sehubungan dengan kenyataan diri sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ada hubungan positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan

kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang

yang ditunjukan dengan nilai signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (5 %) dengan

nilai r = 0,552. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi penerimaan diri akan semakin

tinggi pula kebermaknaan hidup. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap

kebermaknaan hidup sebesar (0,552)2x100% = 30,47 %.

Page 27: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Bagi kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang disarankan bahwa

penting memiliki penerimaan diri yang positif untuk dapat mengembangkan potensi-

potensi kualitas insani masing-masing dengan cara mematuhi ajaran agama dan

beribadah, melakukan aktivitas pekerjaan yang positif, dan bersosialisasi tanpa rasa

minder agar tetap eksis meneruskan kehidupan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

akan datang di dalam hidupnya sehingga tetap yakin bahwa hidup ini sangat berarti.

2. Bagi lembaga yang aktif peduli untuk kesejahteraan kehidupan para kaum male to

female transseksual (waria) di kota Semarang disarankan agar dapat

menyelenggarakan program atau kegiatan yang meningkatkan kesadaran para kaum

male to female transseksual (waria) di kota Semarang secara umum dan fisik pada

khususnya untuk memiliki penerimaan diri yang positif supaya hidup kaum male to

female transseksual (waria)tetap bermakna.

3. Bagi peneliti selanjtnya yang memiliki minat tentang penerimaan diri dan

kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual (waria) disarankan

agar meneliti faktor-faktor lain seperti dukungan sosial, keimanan, serta pemenuhan

nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan dan nilai-nilai bersikap.

Page 28: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Daftar Pustaka

Bastaman. H. D. Logoterapi, (2007). Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup Dan

Meraih Hidup Bermakna. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Crumbaugh, (1987). An Experimental Study In Existentialism: The Psychomel Ric

Approach To Frankl's Concept Of Noogenic Neurosis. Construct validity in

psychological testa. Psychol. Bull., 1955, 6B, 281-302

Denmark, K. L. (1973). Self-Acceptance and leader Effectiveness. Journal Extensions.

Texas A&M University

Frankl, Viktor E. Man (2003). Search For Meaning. Terjemahan Lala Hermawati

Dharma. Bandung: Nuansa

Ghozali, I, (2014). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program

AMOS 22.0. Semarang : Universitas Diponegoro

Hurlock, E.B, (2008). Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi

kelima, Jakarta: Erlangga.

Maslim, R (2003). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ

III). Jakarta.

Paramita, R, (2012). Pengaruh Penerimaan Diri terhadap Penyesuaian Diri Penderita

Lupus. Skripsi Sarjana. Universitas Airlangga Surabaya.

Puspitosari, H dan Pujileksono, S, (2003). Waria dan Tekanan Sosial. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.

Nadia, Z (2005). Waria : Laknat atau Kodrat? Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Setyaningtyas, (2012). Penerimaan diri dan kebermaknaan hidup penyandang cacat

fisik. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

Schultz, D. M, (1991). Psikologi pertumbuhan model-model kepribadian sehat.

Yogyakarta : Kanisius

Sulistya, W. K. (2005). Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi

Interpersonal pada Perawat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala

Suryabrata, S, (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Tjahjono, E, (1995). Perilaku-Perilaku Seksual Yang Menyimpang. Anima Indonesia

Psychological Journal vol XI (41) h. 300-314.

Page 29: HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP …

Wrastari, A.T. (2003). Pengaruh Pemberian Pelatihan Neuro Linguistik Programming

(NLP) terhadap Peningkatan Penerimaan Diri Penyandang CacatTubuh

padaRemaja Penyndang Cacat Tubuh di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Bina

Daksa ”Suryatama” Bangil Pasuruan. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan.

UniversitasAirlangga

Yash. (2003) Transseksual; Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transseksual

Perempuan ke Laki-laki.Semarang: AINI.