51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago major L.) TERHADAP HITUNG EOSINOFIL DARAH TEPI PADA MENCIT Balb/C MODEL ASMA ALERGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SISILIA FITRIA PURNANINGRUM G 0007158 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

  • Upload
    phamnga

  • View
    242

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK

(Plantago major L.) TERHADAP HITUNG EOSINOFIL

DARAH TEPI PADA MENCIT Balb/C

MODEL ASMA ALERGI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SISILIA FITRIA PURNANINGRUM

G 0007158

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan Pemberian Ekstrak Daun Sendok

(Plantago major L.) Terhadap Hitung Eosinofil Darah Tepi

pada Mencit Balb/C Model Asma Alergi

Sisilia Fitria Purnaningrum, G0007158, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Selasa, Tanggal 13 Juli, Tahun 2010

Pembimbing Utama Nama : RP. Andri Putranto, dr., M.Si. ……………………………… NIP : 19630525 199603 1 001 Pembimbing Pendamping Nama : Martini, Dra., M.Si. ……………………………… NIP : 19571113 198601 2 001 Penguji Utama Nama : Sri Hartati H, Dra., Apt., SU . ……………………………… NIP : 19490709 197903 2 001 Anggota Penguji Nama : Ipop Syarifah, Dra., M.Si. ……………………………… NIP : 19560328 198503 2 001

Surakarta, …………………….

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M. Kes. NIP. 19660702 199802 2 001

Dekan FK UNS

Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr., MS. NIP. 19481107 197310 1 003

Page 3: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

3

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2010

Sisilia Fitria Purnaningrum G0007158

Page 4: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

ABSTRAK

Sisilia Fitria Purnaningrum, G0007158, 2010. Hubungan Pemberian Ekstrak Daun Sendok (Plantago major L.) terhadap Hitung Eosinofil Darah Tepi pada Mencit Balb/C Model Asma Alergi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan pemberian ekstrak daun sendok terhadap hitung eosinofil darah tepi pada mencit Balb/C model asma alergi. Metode Penelitian: Eksperimental laboratorik dengan post test only control group design menggunakan 40 ekor mencit Balb/C jantan, dibagi dalam 5 kelompok. Sensitisasi hewan coba hari ke-0 dan 10 dengan 0,15 cc ovalbumin (OVA) dalam Al(OH)3 secara intraperitonial, dilanjutkan hari ke-15, 17, 19, 21 dan 23 dengan OVA secara aerosol selama 20 menit serta hari ke-16, 18, 20, 22 dan 24 dengan sigaret secara aerosol. Hari ke-25 mencit diambil darahnya dari ekor, kemudian dilakukan penghitungan eosinofil dengan apusan darah perwarnaan Wright Giemsa pada 5 lapang pandang. Data dianalisis dengan Uji Kruskal Wallis menggunakan program SPSS for Window Release 16.0. Tingkat kemaknaan digunakan p<0,05. Hasil Penelitian: Hitung eosinofil darah tepi kelompok kontrol 3,25 ± 1,83 sel, asma alergi 5,5 ± 3,74 sel, antihistamin 2,25 ± 1,98 sel, daun sendok 1 mg/mencit 5,25 ± 4,2 sel dan daun sendok 2 mg/mencit 3 ± 2,56 sel. Tidak ada perbedaan hitung eosinofil kelompok kontrol dengan daun sendok 1 mg/mencit (p=0,457), begitu juga antara hitung eosinofil kelompok daun sendok 1 mg/mencit dengan antihistamin (p=0,200). Simpulan Penelitian: Tidak ada hubungan pemberian ekstrak daun sendok terhadap hitung eosinofil darah tepi pada mencit Balb/C model asma alergi (p>0,05). Kata kunci : asma alergi, daun sendok, eosinofil

Page 5: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5

ABSTARCT

Sisilia Fitria Purnaningrum, G0007158, 2010. Corellation between Daun Sendok (Plantago major L.) Extract with Eosinophyll Peripheral Blood Count on Balb/C Mice Asthma Allergic Model, Faculty of Medicine, Sebelas Maret Univesity, Surakarta. Objective: To understand relationship between daun sendok extract with eosinophyll peripheral blood count on Balb/C mice asthma allergic model. Methods: Experimental laboratoric with post-test only control group design using 40 Balb/C male mice, divided into five groups. Sample was sensitized by 0,15 cc ovalbumin (OVA) in Al(OH)3 on day-0 and day-10 intraperitoneally, continued in day-15, 17, 19, 21 and 23 with OVA aerosolly in 20 minutes, also continued in day-16, 18, 20, 22 and 24 with cigaret aerosolly. In day-25, blood sample was collected from tail , the eosinophyll count was conducted using cell counter after staining a blood smear using Wright Giemsa in 5 view fields. Data analyzed using SPSS for Window Release 16.0. Statistically significant p<0,05. Results: Eosinophyll peripheral blood count in control group 3,25 ± 1,83 cells, asthma allergic 5,5 ± 3,74 cells, anti-histamine 2,25 ± 1,98 cells, 1 mg/mice daun sendok extract 5,25 ± 4,2 cells, and 2 mg/mice daun sendok extract 3 ± 2,56 cells. There is no significant difference between control group with daun sendok 1 mg/mice group in eosinophyll count (p=0,457), same as in eosinophyll count between daun sendok 1 mg/mice group with anti-histamine (p=0,200) . Conclusion: There is no corellation between daun sendok (Plantago major L.) extract with eosinophyll peripheral blood count on Balb/C mice asthma allergic model (p>0,05). Keyword : asthma allergic, daun sendok, eosinophyll

Page 6: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

6

PRAKATA

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pemberian Ekstrak Daun Sendok terhadap Hitung Eosinofil Darah Tepi pada mencit Balb /C Model Asma Alergi”

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M. Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. RP. Andri Putranto, dr., M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

4. Martini, Dra., M.Si. selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis.

5. Sri Hartati H, Dra., Apt., SU. selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan banyak saran dan koreksi bagi penulisan skripsi ini.

6. Ipop Syarifah, Drs., M.Si. selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji dan memberikan saran yang berarti bagi penulis.

7. Diding. H. Prasetyo, dr., M.Si. selaku Koordinator Tim Penelitian yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing, mengarahkan, mengkoreksi, memberi saran, dan nasehat kepada penulis dalam penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Sisilia Fitria Purnaningrum.

Page 7: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA

…………..........................................................................

vi

DAFTAR ISI

.......................................................................................

vii

DAFTAR TABEL

…............................................................................

DAFTAR GAMBAR

............................................................................

ix

x

DAFTAR LAMPIRAN

........................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN

.................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah

..................................................

1

B. Perumusan Masalah

.........................................................

4

C. Tujuan Penelitian

.............................................................

4

D. Manfaat Penelitian

...........................................................

4

BAB II LANDASAN TEORI

.............................................................

5

A. Tinjauan Pustaka

...............................................................

5

1. Imunologi Asma

Alergi................................................

5

2. Daun Sendok.................

..............................................

9

Page 8: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

8

3. Eosinofil

......................................................................

15

4. Hewan Coba Model

Asma............................................

16

B. Kerangka Pemikiran

..........................................................

19

1. Kerangka Berpikir Konseptual

...................................

19

2. Kerangka Berpikir Teoritis

.........................................

C. Hipotesis

.............................................................................

20

21

BAB III METODE PENELITIAN

.....................................................

A. Jenis penelitian

.................................................................

B. Lokasi Penelitian

.............................................................

C. Subjek Penelitian

.............................................................

D. Teknik Sampling

.............................................................

E. Identifikasi Variabel Penelitian

........................................

F. Skala Variabel

.................................................................

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

........................

H. Penentuan Dosis Perlakuan

.............................................

I. Rancangan Penelitian

22

22

22

22

22

23

23

23

25

27

28

29

30

Page 9: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9

......................................................

J. Alat dan Bahan Penelitian

...............................................

K. Alur Kerja Penelitian

........................................................

L. Teknik Analisis Data

.......................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN

...........................................................

31

A. Hasil Penelitian

................................................................

B. Interpretasi Hasil

.............................................................

31

34

BAB V PEMBAHASAN

...................................................................

35

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

..................................................

A. Simpulan

..........................................................................

B. Saran

................................................................................

39

39

39

DAFTAR PUSTAKA

...........................................................................

40

Page 10: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi Daun Sendok .......... 14

Tabel 4.1. Rata-rata Hitung Eosinofil Darah Tepi (sel/5 lp) pada Mencit

Balb/C masing-masing Kelompok Perlakuan ................................

32

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney (a=0,05) antar Kelompok..

34

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Not Bold

Page 11: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Daun Sendok (Plantago major L.).................... 12

Gambar 2.2. Skema kerangka berpikir ….…………............................. 19

Gambar 3.1. Eosinofil. …..…………………………............................. 25

Gambar 3.2. Sensitisasi Hewan Model Asma…..................................... 26

Gambar 3.3. Skema Rancangan Penelitian………..……………...........

Gambar 3.4. Alur Kerja Penelitian.........................................................

27

29

Gambar 4.1. Eosinofil dengan perbesaran 400x pada K1...................... Gambar 4.2. Eosinofil dengan perbesaran 400x pada K2......................

Gambar 4.3. Eosinofil dengan perbesaran 400x pada K3....................

Gambar 4.4. Eosinofil dengan perbesaran 1000x pada K3..................... Gambar 4.5. Eosinofil dengan perbesaran 1000x pada K4..................... Gambar 4.6. Eosinofil dengan perbesaran 1000x pada K5..................... Gambar 4.7. Histogram hitung eosinofil darah tepi mencit Balb/C ...... .

31

31

31

31

32

32

33

Page 12: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel (Ethical Clearance)

Lampiran 2. Surat Keterangan Hasil Ekstraksi

Lampiran 3. Analisis Data

Lampiran 4. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Lampiran 5. Foto Alat dan Bahan dalam Penelitian

Lampiran 6. Foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 7. Jadwal Penelitian

BAB I Comment [PJM1]:

Page 13: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

13

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah alergi pertama kali dikemukakan oleh Von Pirquet pada tahun

1906, yang pada dasarnya mencakup baik respon imun berlebihan yang

menguntungkan seperti yang terjadi pada vaksinasi, maupun mekanisme

yang merugikan (Kresno, 2001) sehingga menimbulkan kerusakan jaringan

tubuh (Baratawidjaja, 2000). Dalam 20-30 tahun terakhir terjadi peningkatan

dalam angka kejadian alergi (Kresno, 2001). Bahan yang menyebabkan

alergi biasa dikenal sebagai alergen.

Alergen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh fagosit, diprosesnya

lalu dipresentasikan ke sel T helper 2 (Th2). Sel Th2 akan melepas sitokin

yang merangsang sel B untuk membentuk imunoglobulin E (IgE).

Imunoglobulin E akan diikat oleh sel yang memiliki reseptor untuk IgE

seperti sel mast, basofil dan eosinofil. Bila tubuh terpajan ulang dengan

alergen yang sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat IgE pada

permukaan sel mast yang menimbulkan degranulasi sel mast. Degranulasi

tersebut mengeluarkan berbagai mediator antara lain histamin, prostaglandin

dan leukotrien (Baratawidjaja, 2007; Abbas and Litchman, 2009) Apabila

reaksi alergi terlokalisasi di bronkiolus maka akan timbul asma (Sherwood,

2001).

Di dunia, penyakit asma termasuk 5 besar penyebab kematian - yaitu

mencapai 17,4%. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),

Page 14: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

14

hingga saat ini jumlah pasien asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta

orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 400 juta

penderita pada tahun 2025. Sementara di Indonesia, penyakit ini masuk

dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hasil penelitian

International Study on Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) pada

tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma

meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan prevalensi asma di

Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta

pasien asma di Indonesia (DAI, 2009).

Asma adalah suatu kondisi inflamasi kronis di saluran pernapasan

yang ditandai dengan terjadinya kesulitan bernafas. Gejala asma antara lain

adalah sesak nafas, mengi, dada terasa berat dan batuk. Penyakit saluran

pernafasan ini mengganggu kualitas hidup penderitanya (GINA, 2008). Sel

yang muncul pada proses inflamasi adalah limfosit, sel plasma, eosinofil dan

sel mast. Eosinofil banyak ditemukan disekitar tempat terjadinya reaksi

imun yang diperantarai IgE, yang berkaitan dengan alergi (Mitchell dan

Cotran, 2007; Shin et al., 2009). Banyaknya eosinofil serta produknya

berhubungan dengan keparahan reaktifitas saluran nafas (Rahardjo et al.,

2009).

Perjalanan penyakit yang panjang merupakan ciri khas penyakit

asma dan keadaan hipereaktivitas bronkus yang menyertai penyakit ini

memaksa untuk dilakukan tindakan pengobatan yang memerlukan waktu

lama (Solomon, 2005).

Page 15: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

15

Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami

peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan

yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat

modern yang relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga dianggap

hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pendapat itu

belum tentu benar karena untuk mengetahui manfaat dan efek samping obat

tersebut secara pasti perlu dilakukan penelitian dan uji praklinis dan uji

klinis. Salah satu jenis tanaman obat yang banyak dimanfaatkan masyarakat

adalah daun sendok (Plantago major L.), daun urat atau ki urat (Sugiyarto et

al., 2006 ; Panggabean et al., 2001).

Ekstrak daun sendok (Plantago mayor L.) memiliki berberapa

aktivitas biologi seperti antihistamin, antialergi, antiinflamasi, antiasma,

penghambat lipooksigenase, antagonis kalsium, NF-kB-Inhibitor,

penghambat sintesis prostaglandin, imunomodulator, dan vasodilator (Duke,

2010). Berbagai kegunaan ini menyebabkan daun sendok digunakan dalam

berbagai obat tradisional (Sugiyarto et al., 2006).

Dengan mempertimbangkan bahwa pemberian ekstrak daun sendok

memiliki efek antialergi, antihistamin, dan antiinflamasi penulis merasa

perlu untuk melakukan penelitian mengenai fungsi anti alergi yang

terkandung dalam ekstrak daun sendok pada mencit Balb/C model asma

alergi terhadap jumlah eosinofil darah tepi sebagai petandanya.

B. Perumusan Masalah Formatted: Indent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1+ Numbering Style: A, B, C, …+ Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 0,32 cm + Tabafter: 0 cm + Indent at: 0,95cm

Page 16: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

16

Adakah hubungan pemberian ekstrak daun sendok terhadap hitung

eosinofil darah tepi pada mencit Balb/C model asma alergi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian

ekstrak daun sendok terhadap hitung eosinofil darah tepi pada mencit Balb/C

model asma alergi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah

mengenai pengaruh pemberian ekstrak herba daun sendok terhadap

hitung eosinofil darah tepi pada mencit Balb/C model asma alergi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk

penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ekstrak herba daun sendok

sebagai obat anti asma alergi.

BAB II

Formatted: Indent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1+ Numbering Style: A, B, C, …+ Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 0,32 cm + Tabafter: 0 cm + Indent at: 0,95cm

Formatted: Indent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1+ Numbering Style: A, B, C, …+ Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 0,32 cm + Tabafter: 0 cm + Indent at: 0,95cm

Formatted: Indent: Left: 0,95cm, Hanging: 0,32 cm,Numbered + Level: 2 +Numbering Style: 1, 2, 3, … +Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 1,9 cm + Tabafter: 2,54 cm + Indent at: 2,54 cm, Tabs: Not at 2,54 cm

Formatted: Indent: Left: 0,95cm, Hanging: 0,32 cm,Numbered + Level: 2 +Numbering Style: 1, 2, 3, … +Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 1,9 cm + Tabafter: 2,54 cm + Indent at: 2,54 cm, Tabs: Not at 2,54 cm

Page 17: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

17

5

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Imunologi Asma Alergi

Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh

pajanan terhadap suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi

imunologi yang berbahaya pada pajanan berikutnya (Dorland, 2002).

Alergi merupakan akuisisi reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai

terhadap bahan-bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak

berbahaya (Sherwood, 2001). Reaksi alergi diperantarai oleh IgE, tetapi

sel B dan sel T memerankan peranan yang penting dalam perkembangan

dari antibodi (Anand, 2010). Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh

terutama kulit, saluran pencernaan, dan saluran pernafasan (Tanjung dan

Yunihastuti, 2006). Apabila reaksi alergi terlokalisasi di bronkiolus

maka akan timbul asma (Sherwood, 2001). Saat ini telah dibuktikan

bahwa asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan beberapa sel, menyebabkan pelepasan mediator yang dapat

mengaktivasi sel target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi,

kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan stimulasi

refleks saraf (Rahmawati, 2003).

Respon awal, ditandai dengan vasodilatasi, kebocoran vaskular,

dan spasme otot polos, yang biasanya muncul dalam rentang waktu 5

hingga 30 menit setelah terpajan oleh suatu alergen dan menghilang

Formatted: Indent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1+ Numbering Style: A, B, C, …+ Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 0,32 cm + Tabafter: 0 cm + Indent at: 0,95cm, Tabs: Not at 0,95 cm

Page 18: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

18

setelah 60 menit. Kedua, reaksi fase lambat, yang muncul 2 hingga 8 jam

kemudian dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi fase lambat ini

ditandai dengan infiltrasi eosinofil serta sel peradangan akut dan kronis

lainnya pada jaringan dan disertai dengan penghancuran jaringan dalam

bentuk kerusakan epitel mukosa (Mitchell dan Cotran, 2007).

Reaksi dimulai dengan pajanan awal terhadap antigen tertentu

(alergen) yang ditangkap oleh Antigen Presenting Cell (APC), diproses

lalu dipresentasikan ke sel T CD4+. Sel T CD4+ dapat berdiferensiasi

menjadi dua sel efektor, yaitu sel CD4+ Th1 dan sel CD4+ Th2.

Ketidakseimbangan antara sel CD4+ Th1 dan sel CD4+ Th2 merupakan

faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit imunologi,

termasuk penyakit alergi (Baratawidjaja, 2004). Sel CD4+ Th1

menghasilkan interleukin-2 (IL-2), interferon-g ( IFN-g ), tumor-necrosis

factor (TNF), dan menghasil sel yang berperan dalam respon imunitas

tipe lambat (Anand, 2010; Kresno, 2001).

Pada asma, alergen merangsang induksi sel T CD4+ tipe Th2. Sel T

CD4+ tipe Th2 selanjutnya mensekresikan IL- 3, IL-5, dan GM-CSF

yang akan mengaktifkan eosinofil dan memperpanjang ketahanan hidup

eosinofil. Selain itu juga di produksi IL-13 yang menyebabkan

diproduksinya IgE oleh sel B (Kresno, 2001). Sel B berperan sebagai

faktor pertumbuhan sel mast, serta merekrut dan mengaktivasi eosinofil.

Selanjutnya antibodi IgE berikatan pada reseptor Fc berafinitas tinggi

Page 19: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

19

yang terdapat pada sel mast dan basofil bersiap untuk menimbulkan

hipersensitivitas pada pajanan berikutnya (Abbas and Litchman, 2009).

Pajanan ulang terhadap antigen yang sama mengakibatkan

pertautan-silang pada IgE yang terikat sel dan memicu suatu kaskade

sinyal intrasel sehingga terjadi pelepasan beberapa mediator (Mitchell

dan Cotran, 2007).

Mediator fase awal mencakup leukotrien (C4, D4, dan E4),

prostaglandin (D2, E2, dan F2α), histamin, platelet-activating factor, dan

triptase sel mast. Leukotrien merupakan produk inflamasi yang

dihasilkan dari jalur lipoksigenase. Leukotrien C4, D4, dan E4 merupakan

mediator sangat kuat yang menyebabkan bronkokonstriksi

berkepanjangan, peningkatan permeabilitas vaskular, dan peningkatan

sekresi musin. Dua kejadian yang pertama juga diperparah dengan

adanya histamin serta prostaglandin D2, E2, dan F2α yang dihasilkan dari

jalur siklooksigenase (Mitchell dan Cotran, 2007). Platelet-activating

factor berperan dalam menyebabkan agregasi trombosit dan pembebasan

histamin dari granula. Triptase sel mast menginaktifkan peptida yang

menyebabkan bronkodilatasi normal (Maitra dan Kumar, 2007).

Reaksi awal ini kemudian dikuti oleh fase lanjut yang didominasi

oleh rekrutmen leukosit jenis basofil, neutrofil dan eosinofil. Mediator

sel mast yang berperan dalam rekrutmen sel radang ini adalah faktor

kemotaktik eosinofilik dan neutrofilik serta leukotrien B4 yang berperan

untuk merekrut dan mengaktifkan eosinofil dan neutrofil. Interleukin 4

Page 20: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

20

dan IL-5, yang berfungsi untuk memperkuat respons sel CD4+ Th2

dengan meningkatkan sintesis IgE serta kemotaksis dan proliferasi

eosinofil. Platelet-activating factor yang merupakan faktor kemotaktik

kuat untuk eosinofil bila terdapat IL-6. Faktor nekrosis tumor berperan

dalam meningkatkan molekul perekat (adhesion molecules) di endotel

vaskuler serta di sel radang (Maitra dan Kumar, 2007).

Kedatangan leukosit ditempat degranulasi sel mast menimbulkan

dua efek : (1) sel ini kembali mengeluarkan serangkaian mediator yang

mengaktifkan sel mast dan memperkuat respon awal, dan (2) sel ini

menyebabkan kerusakan epitel yang khas pada serangan asma (Maitra

dan Kumar, 2007).

Eosinofil sangat penting pada fase lanjut. Selain faktor kemotaksis

sel mast terdapat peran kemokin lain dalam kemotaksis eosinofil yang

dihasilkan oleh sel epitel bronkus aktif, makrofag dan otot polos jalan

nafas. Eosinofil yang menumpuk menimbulkan beragam efek. Ragam

mediator eosinofil sama banyaknya dengan yang dimiliki oleh sel mast

dan meliputi major basic protein (MBP) dan protein kationik eosinofil (

eosinophil cationic protein, ECP), yang bersifat toksik terhadap sel

epitel. Peroksidase eosinofil menyebabkan kerusakan jaringan melalui

stres oksidatif. Eosinofil aktif juga mengandung leukotrien yang

berlimpah, tetutama leukotrien C4, serta platelet activating factor. Oleh

karena itu, eosinofil dapat memperkuat dan mempertahankan respons

Page 21: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

21

peradangan tanpa pajanan lebih lanjut ke antigen pemicu (Maitra dan

Kumar, 2007).

Prinsip pengobatan pada asma adalah dengan cara mencegah ikatan

alergen dengan IgE, mencegah penglepasan mediator inflamasi oleh sel

mast, dan mengurangi inflamasi (Sundaru dan Sukamto, 2007).

2. Daun Sendok (Plantago major L.)

a. Sinonim

Daun sendok dikenal dengan nama Plantago major L., tetapi

juga disebut Plantago asiatika L. atau Plantagodepressa Willd

(IPTEKnet, 2010).

b. Klasifikasi

Dalam taksonomi tumbuhan, daun sendok diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae- Plants

Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants

Superdivision : Spermatophyta – Seed plants

Division : Magnoliophyta – Flowering plants

Class : Magnoliopsida – Dicotyledons

Subclass : Asrteridae

Ordo : Plantaginales

Family : Plantaginaceae - Plantain family

Page 22: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

22

Genus : Plantago L. - Plantain

Species : Plantago major L.

(USDA, 2010).

c. Nama daerah

Sunda : Ki urat, ceuli, c. uncal

Jawa : Meloh kiloh, otot-ototan, sangkabuah, sangkuah,

sembung otot, suri pandak

Sumatera : Daun urat, daun urat-urat, daun sendok, ekor

angin, kuping menjangan

Minahasa : Torongoat

(Panggabean et al., 2001)

d. Nama asing

China : Che qian cao

Vietnam : Ma de, xa tien

Belanda : Weegbree

Inggris : Plantain, greater plantain, broadleaf plantain, rat's

tail plantain, waybread, white man's foot

German : Breitwegerich

Portugis : Tanchagem-maior

Spanyol : Llantén común

(McKenzie, 2007)

Page 23: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

23

e. Deskripsi

1). Habitus :

Daun sendok merupakan gulma di perkebunan teh dan

karet, atau tumbuh liar di hutan, ladang, dan halaman berumput

yang agak lembab, kadang ditanam dalam pot sebagai tumbuhan

obat. Tumbuhan ini berasal dari daratan Asia dan Eropa, dapat

ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 3.300 m dpl.

Tumbuhan obat ini tersebar luas di seluruh dunia.

2). Batang :

Tumbuh menahun, tumbuh tegak, tinggi 15 - 20 cm.

3). Daun :

Daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset

akar. Bentuk daun bundar telur sampai lanset melebar, tepi rata

atau bergerigi kasar tidak teratur, permukaan licin atau sedikit

berambut, pertulangan melengkung, panjang 5 - 10 cm, lebar 4 -

9 cm, warnanya hijau. Daun muda bisa dimasak sebagai sayuran.

4). Bunga :

Perbungaan majemuk rapat tersusun dalam bulir yang

panjangnya sekitar 30 cm, kecil-kecil, warna putih. Berbunga

dari bulan Mei sampai September. Bunga-bunga hermaprodit.

5). Buah :

Buah lonjong atau bulat telur, berisi 2 - 4 biji.

Page 24: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

24

6). Biji :

Bentuk biji elips, panjang 1-1,5 mm, coklat tua hingga

hitam. Biji matang dari bulan Juli hingga Oktober.

7). Akar :

Akar serabut, warna putih

f. Perbanyakan dan penanaman

Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif dan melalui biji.

Benih dapat tetap hidup selama 60 tahun di dalam tanah. Mereka

memiliki periode dormansi satu sampai beberapa bulan, yang dapat

rusak oleh penyimpanan kering pada suhu 5 °C selama beberapa

minggu atau pada 20 °C selama beberapa bulan. Perkecambahan

yang terbaik pada temperatur 25-30 °C, dan fotoperiodik panjang (16

jam) (Sugiyarto et al., 2006).

Gambar 2.1. Tanaman Daun Sendok (Plantago mayor L.) Gambar diambil dari : (IPTEKnet, 2010) kiri dan (Heinen, 2007) - kanan

Page 25: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

25

g. Kandungan kima dan efek farmakologi

Daun Plantago mayor L. mengandung 3,4 dihydroaucubin, 6’-

0-beta-glukosylaucubin, apigenin, apigenin-7-glukoside, aucubin,

baicalein, benzoic-acid, catalpol, fumaric-acid, hydroxycinnamic-

acid, hispidulin, luteolin, neo-chlorogenic-acid, nepetin, oleanolic-

acid, plantagoside, dan scutellarin, sedangkan bijinya mengandung

9-hydroxy-cis-11-octadecanoic-acid, aucubin, choline, fat, fiber,

lignoceric-acid, linoleic-acid, linolenic-acid, oleic-acid, plantease,

dan protein. Bunganya mengandung asperuloside. Untuk seluruh

bagian dari tumbuhan daun sendok mengandung allantoin, acetoside,

adenine, alkaloid, ascorbic-acid, aucubin, baicalin, cafeic-acid,

chlorogenic-acid, cinnamic-acid, citric-acid, d-glukose, emulsin,

ferulic-acid, geniposidic-acid, glucoraphenine, indicaine, invertin, l-

fructose, loliolid, luteolin-7-0-beta-d-glucoside, luteolin-7-0-beta-d-

glucuronide, mucilage, p-coumaric-acid, p-hydroxy-benzoic-acid,

phenolcarbonic-acid, plantagic-acid, plantagonine, planteolic-acid,

potassium-salts, resin, rhamnose, saccharose, salicylic-acid,

sitosterol, sorbitol, succinic-acid, sulforaphene, syringic-acid,

syringin, tannin, tyrosine, tyrosol, ursolic-acid,dan vanillic-acid

(Duke, 2010). Dalam daun sendok kandungan yang paling banyak

adalah mucilage (88%), tanic acid (44%), aucubin (66%), allantoin

(33%) dan alkaloid (33%). Untuk kandungan kimia yang lain

distribusinya hampir merata (Gotfredsen, 2010).

Page 26: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

26

Efek farmakologi dari beberapa kandungan kimia daun sendok

dapat dilihat pada tabel di bawah ini,

Tabel 2.1. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi Daun Sendok

No. Kandungan kimia Efek farmakologi

1. allantoin antiinflamasi, Immunostimulant 2. ascorbic-acid antialergi, antiasma, antihistamin,

antiinflamasi, antispasmodik, asthma preventive, antagonis kalsium Analgesic, angiotensin-receptor-blocker , beta-adrenergic receptor blocker

3. adenine antigranulositopeni, diuretik, vasodilator

4. ferulic-acid antiinflamasi, penghambat sintesis prostaglandin, immunostimulant

5. aucubin antiedemik, antiinflamasi 6. apigenin antialergi, antihistamin,

antiinflamasi, antagonis kalsium, penghambat IL-6, penghambat protein kinase C, penghambat TNF-alpha, penghambat NF-kB-, vasodilator

7. baicalein penghambat lipoksigenase, antialergi, antiasthma, antihistamin, antiinflamasi, penghambat siklooksigenase, 17-beta-hydroxysteroid dehydrogenase-Inhibitor

8. baicalin antiagregan, antialergi, antianafilaksis, antiasma, antihistamin, antiinflamasi

9. cafeic-acid antihistamin, antagonis kalsium, antiinflamasi, antiprostaglandin, penghambat lipoksigenase, antispasmodik, antileukotrin

10. chlorogenic-acid antihistamin, antiinflamasi, antileukotrien, Immunostimulant, penghambat leukotrien, penghambat lipooksigenase

11. linolenic-acid antiinflamasi, anthistamin, antialergi, penghambat lipooksigenase, antagonis kalsium, NF-kB-Inhibitor, penghambat sintesis prostaglandin

Page 27: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

27

12. mucilage cancer-preventive, hypocholesterolemic

13. oleanolic-acid antiPGE2, antiinflamasi, antileukotriene, penghambat siklooksigenase, immunomodulator, NF-kB-Inhibitor, penghambat sintesis prostaglandin

14. oleic-acid antiinflamasi, antileukotriene-D4 15. tannin penghambat siklooksigenase,

penghambat lipooksigenase 16. ursolic-acid antihistamin, antiinflamasi,

penghambat siklooksigenase, Immunomodulator, penghambat lipooksigenase

(Duke, 2010)

3. Eosinofil

Eosinofil adalah granulosit dengan nukleus berlobus dua dan

granula reflaktil yang cukup besar yang berwarna merah tua dengan

pewarnaan asam eosin. Eosinofil mengandung beberapa enzim

menginaktifkan mediator-mediator peradangan, juga mengandung

histaminase. Jumlah normal eosinofil adalah 0 sampai 700 sel

permikroliter (Sacher, 2004).

Eosinofil disimpan sebagai persediaan dalam sumsum tulang dan

marginal dalam vaskuler. Eosinofil mempunyai komponen jaringan yang

prominen, terutama dalam jaringan ikat di bawah epitel seperti saluran

nafas (Baratawidjaja, 2000). Eosinofil secara khusus ditemukan ditempat

radang sekitar terjadinya infeksi parasit atau sebagai bagian reaksi imun

yang diperantarai oleh IgE, yang berkaitan khusus dengan alergi

(Mitchell dan Cotran, 2007).

Page 28: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

28

4. Hewan Coba Model Asma

Penelitian epidemiologi dan penyelidikan klinis sangat penting

demi majunya pengetahuan dan manajemen penyakit. Namun, isu-isu

etik sering menjadi pembatas dalam melakukan studi klinis.

Akibatnya, hewan model telah dikembangkan untuk mempelajari

patogenesis penyakit, termasuk faktor genetik, untuk menentukan jalur

patogenesis penyakit dan menyarankan terapi yang tepat. Hewan

model dari asma telah banyak digunakan untuk menguji mekanisme

penyakit, aktivitas berbagai gen dan jalur seluler, dan untuk

memprediksi keselamatan obat baru atau bahan kimia sebelum

digunakan dalam studi klinis. Mencit model asma meniru banyak

kejadian yang terjadi pada manusia dengan asma, termasuk

hiperreaktivitas jalan napas, dan radang saluran nafas (Shin et al.,

2009; Nials and Uddin, 2008).

Mencit model asma alergi menawarkan banyak keuntungan jika

dibandingkan dengan penggunaan hewan lainnya (Nials and Uddin,

2008). Imunoglobulin E adalah antibodi alergi utama pada mencit,

membuat spesies ini cocok untuk penyelidikan mengenai peran faktor

imunologi humoral dalam perkembangan penyakit asma alergi. Lebih

jauh, mencit model asma memberikan kesempatan untuk mengetahui

mekanisme rinci dari reaksi alergi terhadap sitokin, growth factors,

dan cell surface markers. Kemudahan dalam pemuliaan dan periode

Page 29: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

29

kehamilan pendek juga menjadi keuntungan tambahan (Shin et al.,

2009).

Mencit model Balb/C adalah jenis yang paling banyak digunakan

karena kemampuannya dalam menunjukkan respon imunologi,

terutama respon akibat dominasi Th2, IgE, AHR dan eosinofilia

saluran nafas (Shin et al., 2009). Terdapat dua jenis model mencit

asma alergi, yaitu model asma akut dan asma kronis (Nials and Uddin,

2008).

a. Model asma alergi akut

Mencit tidak spontan mengalami asma, sehingga untuk

mengetahui proses yang mendasari penyakit ini, sebuah reaksi

buatan seperti asma harus diinduksi dalam saluran nafasnya.

Mencit model alergi akut terhadap alergen inhalasi telah banyak

digunakan untuk menjelaskan mekanisme yang mendasari respon

kekebalan dan peradangan yang terjadi pada penyakit asma. Sifat

mencit model inflamasi akut dapat dipengaruhi oleh pilihan

strain mencit, alergen yang digunakan, dan proses sensitisasi.

Strain mencit yang banyak digunakan adalah mencit jenis

Balb/C, sedangkan alergen yang banyak digunakan adalah

ovalbumin (OVA) dengan alumunium hidroksida (Al(OH)3)

sebagai adjuvannya (Nials and Uddin, 2008). Model asma alergi

disebut akut jika pemaparan terhadap alergen dilakukan kurang

dari 1 bulan.

Page 30: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

30

b. Model asma alergi kronis

Mencit model asma alergi kronis dibuat dengan cara

memaparkan alergen saluran nafas dalam jumlah yang lebih

rendah dalam jangka waktu 12 minggu dan adjuvan tidak selalu

diperlukan. Paparan alergen kronis pada mencit sekarang

tampaknya menjadi model pilihan untuk mempelajari peran jenis

sel yang spesifik dan sitokin inflamasi, mediator yang terlibat

dalam proses peradangan kronis serta, beberapa perubahan

struktural saluran nafas karena kasus asma yang banyak terjadi di

klinis adalah jenis asma kronis (Nials and Uddin, 2008).

Page 31: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

31

B. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Berpikir Konseptual

Gambar 2.2. Skema kerangka berpikir

Page 32: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

32

2. Kerangka Berpikir Teoritis

Alergen yang berupa ovalbumin masuk ke dalam tubuh mencit

kemudian ditangkap oleh Antigen Presenting Cell (APC). Antigen

tersebut diproses dan dipresentasikan ke sel Th0 CD4+ yang kemudian

akan berdeferensiasi menjadi sel CD4+ Th2 dan CD4+ Th1. Aktivasi dari

sel CD4+ Th2 akan mensekresikan IL- 3, IL-5, dan GM-CSF yang akan

mengaktifkan eosinofil dan memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.

Interleukin-13 yang dihasilkan sel CD4+ Th2 juga akan merangsang

pematangan sel B menjadi sel plasma yang menghasilkan Ig E.

Imunoglobulin E tersebut akan berikatan dengan sel mast. Jika ada

paparan ulang antigen yang sama maka akan terjadi pertautan silang

pada Ig E yang terikat sel mast. Hal ini akan memicu suatu kaskade

sinyal intrasel dan infulks Ca2+ sehingga terjadi proses degranulasi dari

sel mast yang akan melepaskan mediator inflamasi. Mediator tersebut

antara lain histamin, faktor kemotaksis untuk eosinofil, triptase sel mast,

sitokin (IL-1, IL-4, IL-5, IL-6, dan TNF), dan mediator lipid (leukotrien

C4, D4, dan E; prostaglandin D2 dan PAF). Mediator-mediator tersebut

akan menyebabkan reaksi inflamasi yang disebut sebagai asma. Reaksi

inflamasi yang terjadi pada asma antara lain bronkokonstriksi, kebocoran

mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan perekrutan sel-sel

radang, salah satunya eosinofil.

Kandungan kimia daun sendok memiliki berbagai macam efek

farmakologis di antaranya antialergi, antiinflamasi, antihistamin,

Page 33: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

33

penghambat lipooksigenase, penghambat sintesis prostaglandin,

antagonis kalsium dan penghambat IL-6. Berikut tabel beberapa

kandungan kimia daun sendok dengan efek farmakologis yang

ditimbulkannya:

No. Efek farmakologi Kandungan kimia

1. antagonis kalsium linolenic-acid, ascorbic-acid, apigenin, cafeic-acid

2. antiinflamasi allantoin , ascorbic-acid, ferulic-acid, aucubin, baicalein, baicalin, chlorogenic-acid, linolenic-acid, ursolic-acid, cafeic-acid, oleanolic-acid, oleic-acid

3. antihistamin ascorbic-acid, apigenin, baicalein, baicalin, chlorogenic-acid, linolenic-acid, ursolic-acid, oleic-acid, cafeic-acid

4. penghambat siklooksigenase

linolenic-acid, oleanolic-acid, ursolic-acid, tannin

5. penghambat lipoksigenase

cafeic-acid, linolenic-acid, oleanolic-acid, ursolic-acid, tannin, baicalein, chlorogenic-acid

6. penghambat IL-6 apigenin

Dengan efek tersebut diharapkan daun sendok mampu

memperbaiki keadaan pada peristiwa asma alergi yang ditandai dengan

penurunan eosinofil darah tepi.

C. Hipotesis

Ada hubungan pemberian ekstrak daun sendok dengan hitung eosinofil

darah tepi pada mencit Balb/C model asma alergi.

Page 34: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

34

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, dengan post test only

control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berupa 40 ekor mencit Balb/C jantan dengan berat

badan + 20 gram, dan berumur 6-8 minggu.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel

merupakan data numerik. Besar sampel indipenden (tidak berpasangan)

untuk menaksir perbedaan rerata antara 2 populasi ditentukan berdasarkan

rumus:

Keterangan:

n1 : besar sampel kelompok 1 n2 : besar sampel kelompok 2 Zα : nilai pada distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada tingkat kemaknaan α. Misalnya 1,96 untuk α = 0,05 s : simpang baku pada dua kelompok d : tingkat ketepatan absolut dari beda rerata (Arief, 2009).

Page 35: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

35

Dalam penelitian ini, subjek dibagi menjadi 5 kelompok. Karena insiden

asma yang belum diketahui maka dianggap s = d. Berdasarkan rumus di

atas, didapatkan jumlah subjek masing-masing kelompok sebagai berikut:

n1 = n2 = 2 [Zα]2

n1 = n2 = 2 [1,96 ]2

n1 = n2 = 2 [ 3,8418]

n1 = n2 = 7,6832 ó n = 8

Jadi tiap kelompok minimal terdiri dari 8 ekor mencit Balb/C. Pada

penelitian kali ini kami menggunakan 8 ekor mencit Balb/C jantan.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ekstrak daun sendok

2. Variabel terikat : hitung eosinofil darah tepi

3. Variabel perancu

a. Dapat dikendalikan : Genetika, umur, makanan, berat badan

b. Tidak dapat dikendalikan : Variasi kepekaan mencit terhadap

suatu zat

F. Skala Variabel

1. Ekstrak daun sendok : skala nominal

2. Hitung eosinofil darah tepi : skala rasio

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: ekstrak daun sendok

Ekstrak daun sendok didapatkan dari herba tanaman daun

sendok yang dikeringkan, dihaluskan, dan diekstraksi dengan

Page 36: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

36

menggunakan cairan penyari etanol 70 %. Daun sendok kering

diperoleh dari Merapi Farma, Jl. Kaliurang Km. 21,5 Desa

Hargobinangun, Pakem, Yogyakarta. Ekstraksi dilakukan di

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada

(LPPT-UGM) dengan menggunakan metode perkolasi.

Dosis ekstrak daun sendok yang aman bagi manusia adalah 50

mg/KgBB/hari - 100 mg/kgBB/hari. Sehingga dosis ekstrak daun

sendok yang diberikan pada mencit dengan berat 20 gram adalah

50 mg/KgBB/hari = 0,05 mg/gr BB/hari

500 mg/KgBB/hari = 1 mg/20grBB/hari

100 mg/KgBB/hari = 0,15 mg/gr BB/hari

500 mg/KgBB/hari = 2 mg/20grBB/hari

Jadi eksrak daun sendok yang dibutuhan selama percobaan,

(1+2)mg x 8 x 15 = 360 mg. Ektrak dibuat dalam konsentrasi 30gr

dalam 600 ml aquabides (50mg/1ml). Ektrak di encerkan dengan

aquadest dengan perbandingan 1:5. Dengan mempertimbangkan

bahwa lambung mencit telah terisi makanan dan minuman maka

daun sendok yang diberikan terhadap mencit ialah 0,1 ml untuk dosis

1 mg/20grBB/hari dan 0,2 ml untuk dosis 2 mg/20grBB/hari. Ekstrak

daun sendok diberikan pada hari ke-10 sampai hari ke-24.

Page 37: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

37

2. Variabel terikat : hitung eosinofil darah tepi

Darah mencit diambil dari ekor mencit, kemudian dilakukan hitung

jumlah sel eosinofil secara manual menggunakan hapusan darah dengan

metode pan-optic stainning “Wright Giemsa”. Hapusan darah dicat

dengan Wright dan sebagai pengganti buffer dipakai cat Giemsa yang

telah diencerkan dengan larutan penyangga, lalu diperiksa tiap zona

hapusan darah dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x

(Gandasoebrata, 2001). Jumlah eosinofil dihitung per 5 lapang pandang.

Penghitungan dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berikut gambar

eosinofil di bawah mikroskop.

Gambar 3.1. Eosinofil Gambar diambil dari : (Anonim, 2010) kiri dan (Stern, 2001) kanan

H. Penentuan Dosis Perlakuan

1. Pemberian anti histamin generasi III

Antihistamin generasi III yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Telfast® 120 mg yang mengandung Fexofenadine. Faktor

konversi manusia (dengan berat badan ± 70 kg) ke mencit (dengan

Page 38: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

38

berat badan ± 20 gr) adalah 0,0026 (Suhardjono, 1995). Sehingga

dosis yang diberikan kepada mencit

120 x 0,0026 = 0,312 mg ≈ 0,3 mg

Dalam penelitian ini dosis anti histamin yang diberikan ialah 0,1

ml/mencit/hari, sehingga pelarut yang diperlukan:

120/0,3 x 0,1 = 40 ml

2. Sensitisasi hewan model asma

Langkah kerja untuk membuat mencit model asma alergi

dilakukan sesuai skema berikut:

Gambar 3.2. Sensitisasi hewan model asma

Untuk membuat model asma alergi pada mencit maka

mencit Balb/C jantan disensitisasi intraperitoneal (i.p) pada hari

ke-0 dengan 0,15 cc ovalbumin (OVA) dalam Alumunium

hidroksida [Al(OH)3] /mencit dari 2,5 mg OVA yang dilarutkan pada

7,75 ml Al(OH)3. Pemaparan ini diulangi lagi pada hari ke-10.

Pemaparan OVA aerosol (50 mg OVA dalam 5 ml aquades)

dengan nebulizer kecepaan 6 L/menit selama 20 menit diberikan

pada hari ke-15, 17, 19, 21 dan 23. Pemaparan dengan sigaret

Page 39: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

39

aerosol merek Lodjie (50 mg tembakau rokok dalam 5 ml

aquades) selama 20 menit diberikan pada hari ke-16, 18, 20, 22

dan 24. Mencit diterminasi pada hari ke-25.

I. Rancangan Penelitian

Gambar 3.3. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan : S = jumlah mencit yang digunakan sebagai sampel K1 = kelompok kontrol K2 = kelompok asma alergi K3 = kelompok asma alergi + antihistamin generasi III dosis 0,3

mg/ mencit / hari K4 = kelompok asma alergi + ekstrak daun sendok dosis 1 mg/

mencit/ hari K5 = kelompok asma alergi + ekstrak daun sendok dosis 2 mg /

mencit / hari E1 = Jumlah eosinofil darah tepi kelompok kontrol E2 = Jumlah eosinofil darah tepi kelompok asma alergi E3 = Jumlah eosinofil darah tepi kelompok asma alergi +

antihistamin generasi III dosis 0,3 mg/ mencit / oral / hari E4 = Jumlah eosinofil darah tepi kelompok asma alergi + ekstrak

daun sendok dosis 1 mg / mencit / oral / hari E5 = Jumlah eosinofil darah tepi kelompok asma alergi + ekstrak

daun sendok dosis 2 mg/ mencit/ oral/ hari

Page 40: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

40

J. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

a. Kandang hewan coba dengan ukuran 30x20x10 cm

b. Sonde

c. Spuit injeksi 1 ml

d. Nebulizer

e. Mortir

f. Pengaduk larutan

g. Tabung ukur dengan volume 10 ml dan 40 ml

h. Timbangan elektrik Mettler Toledo

i. Gelas objek

j. Deck glass

k. Mikroskop cahaya Olympus

2. Bahan penelitian

a. Ovalbumin

b. Ekstrak herba daun sendok

c. Antihistamin III Telfast® (Fexofenadine dosis @ 120mg)

d. Rokok Lodjie

e. Al (OH)3

f. Aquades

g. Pakan mencit BR 1

h. Darah tepi mencit yang diambil dari ekor

i. Cat Wright dan Giemsa

Page 41: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

41

K. Alur Kerja Penelitian

1. Kandang mencit disiapkan. Setiap satu kandang berisi 1 kelompok

mencit.

2. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari.

3. Empat puluh ekor mencit dikelompokkan secara acak menjadi 5

kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8 ekor mencit.

4. Setelah 24 jam pada akhir pemaparan, semua mencit dideterminasi

untuk dilakukan pengambilan sampel darah dari ekor mencit. Darah

dibuat apusan darah. Selanjutnya apusan darah dicat menggunakan

Wright Giemsa, kemudian diamati di bawah mikroskop.

Gambar 3.4. Alur Kerja Penelitian

K1

Kontrol 8 ekor

K3

Asma alergi + AH III

0,3mg/mencit/hr 8 ekor

K2

Asma alergi 8 ekor

K4

Asma alergi + daun sendok

1mg/mencit/hr 8 ekor

K5

Asma alergi + daun sendok 2 mg/mencit/hr

8 ekor

Terminasi Hari ke-25

Analisa Data

Hitung Eosinofil Darah Tepi

Mencit Balb/ C

Adaptasi mencit (7 hari)

Sensitisasi Mencit

Page 42: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

42

L. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji

ANOVA dan dilanjutkan dengan LSD Post Hoc Test menggunakan program

SPSS. Uji ANOVA dipilih karena penulis ingin menguji perbedaan rata-rata

pengaruh yang terjadi pada 5 kelompok perlakuan. Adapun syarat yang

harus dipenuhi pada uji ANOVA adalah data merupakan data numerik,

varians data homogen, sampel berupa kelompok independen, dan data

terdistribusi normal. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan uji

alternatif non-parametrik yaitu uji Kruskal Wallis.

Page 43: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

43

Gambar 4.1. Eosinofil dengan perbesaran 400x pada K1

Gambar 4.2. Eosinofil dengan perbesaran 400x pada K2

Gambar 4.4. Eosinofil dengan perbesaran 1000x pada K3

Gambar 4.3. Eosinofil dengan perbesaran 400x pada K3

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Preparat apusan darah tepi dari masing-masing mencit Balb/C dibuat

menggunakan pengecatan Wright Giemsa. Darah diambil dari ekor mencit.

Preparat diamati dengan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 400

kali. Eosinofil dihitung jumlahnya setiap 5 lapang pandang. Hasil

pengamatan preparat diperlihatkan pada gambar berikut :

Formatted: Centered, Indent:Left: 0 cm, First line: 0 cm,Tabs: 0 cm, Left + Not at 0,95cm

Formatted: Font: Bold,Indonesian

Formatted: Indent: Left: 0cm, Hanging: 0,95 cm,Numbered + Level: 1 +Numbering Style: A, B, C, … +Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 0,63 cm + Tabafter: 0 cm + Indent at: 1,27cm

Formatted: Indent: First line: 0,63 cm, Tabs: Not at 0,95 cm

Page 44: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

xliv

Gambar 4.5. Eosinofil dengan perbesaran 1000x pada K4

Gambar 4.6. Eosinofil dengan perbesaran 1000x pada K5

31

Setelah dilakukan penelitian hitung eosinofil darah tepi pada mencit

Balb/C didapatkan peningkatan rata-rata hitung eosinofil pada kelompok

asma alergi. Pemberian antihistamin menurunkan hitung eosinofil darah tepi

begitu juga pada kelompok daun sendok dosis 1 mg/mencit dan kelompok

daun sendok dosis 2 mg/mencit. Data hitung eosinofil masing-masing

kelompok ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rata-rata Hitung Eosinofil Darah Tepi (sel/5 LP) pada Mencit Balb/C masing-masing Kelompok Perlakuan

Kelompok Rata – rata ± SD

K1 3,25 ± 1,83 K2 5,5 ± 3,74 K3 2,25 ± 1,98 K4 K5

5,25 ± 4,27 3 ± 2,56

(Sumber : Data Primer, 2010) Keterangan:

K1 : Kelompok kontrol K2 : Kelompok asma alergi K3 : Kelompok asma alergi + antihistamin generasi III K4 : Kelompok asma alergi + daun sendok dosis 1 mg/mencit/hari

Formatted: Font: Not Bold,Indonesian

Formatted: Font: Not Bold,Indonesian

Formatted: Font: Not Bold,Indonesian

Formatted: Font: Bold,Indonesian

Formatted: Indent: Left: 0,96cm, Hanging: 2,06 cm, Linespacing: single, Tabs: Not at 0,95 cm

Formatted Table

Formatted: Line spacing: single

Formatted: Line spacing: single

Formatted: Line spacing: single

Formatted: Line spacing: single

Formatted: Indent: Left: 0,95cm, First line: 0,04 cm, Linespacing: single

Formatted: Left

Formatted: Left, Indent: Left: 1,27 cm, First line: 0,63 cm

Formatted: Left

Page 45: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

xlv

rata-rata hitung

eosinofil

K5 : Kelompok asma alergi + daun sendok dosis 2 mg/mencit/hari

Histogram rata-rata hitung eosinofil darah tepi mencit Balb/C pada

tiap-tiap kelompok perlakuan ditunjukkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.7. Histogram Rata – Rata Hitung Eosinofil Darah Tepi Masing-masing Kelompok Perlakuan

B. Intepretasi Hasil

Data yang diperoleh kemudian diuji menggunakan software

program SPSS for Windows Release 16.0. Perhitungan menggunakan

uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata

lebih dari dua kelompok. Hasil uji Kruskall-Wallis menunjukan p =

0,297 yang berarti tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p >

0,05) pada kelompok perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan

kelompok perlakuan

Formatted: Left, Indent: Left: 1,9 cm, Hanging: 0,63 cm,Line spacing: Double

Formatted: Indent: First line: 0 cm

Formatted: Centered

Formatted: Indent: Left: 0,95cm, Hanging: 2,54 cm, Linespacing: single

Formatted: Indent: Left: 0cm, Hanging: 0,95 cm,Numbered + Level: 1 +Numbering Style: A, B, C, … +Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 0,63 cm + Tabafter: 0 cm + Indent at: 1,27cm

Formatted: Font: Not Bold,Font color: Auto, Indonesian

Formatted: Font: 12 pt, NotBold, Indonesian

Formatted: Balloon Text,Indent: First line: 0,95 cm,Tabs: Not at 0,95 cm

Page 46: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

xlvi

kemaknaan masing-masing kelompok, maka analisis dilanjutkan

dengan Post Hoc Test yaitu uji Mann-Whitney.

Dari Uji Post Hoc didapatkan perbedaan yang bermakna hanya pada

kelompok I dengan kelompok III (p = 0,049). Sedangkan untuk kelompok

yang lain tidak bermakna.

Hasil analisis statistik antar kelompok perlakuan dapat diringkas

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney (a=0,05) antar Kelompok Kelompok P Kemaknaan

K1-K2 0.243 Tidak Bermakna K2-K3 0.049 Bermakna K2-K4 0.791 Tidak Bermakna K2-K5 0.184 Tidak Bermakna K3-K4 K3-K5 K4-K5

0.200 0.632 0.266

Tidak Bermakna Tidak Bermakna Tidak Bermakna

(Sumber : Data Primer, 2010)

Formatted: Font: Italic,Indonesian

Formatted: Font: Not Bold,Indonesian

Formatted Table

Formatted: Indonesian

Formatted: Indent: Left: 0cm, First line: 0 cm

Page 47: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

xlvii

35

BAB V

PEMBAHASAN

Asma adalah suatu kondisi inflamasi kronis di saluran pernapasan yang

ditandai dengan terjadinya kesulitan bernafas. Gejala asma antara lain adalah

sesak nafas, mengi, dada terasa berat, dan batuk (GINA, 2008). Sel yang muncul

pada proses inflamasi adalah limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast. Eosinofil

banyak ditemukan di sekitar tempat terjadinya reaksi imun yang diperantarai IgE,

yang berkaitan dengan alergi (Mitchell dan Cotran, 2007; Shin et al., 2009).

Bahan yang menyebabkan alergi biasa dikenal sebagai alergen. Alergen yang

digunakan berupa OVA yang dipaparkan secara inhalasi. Menurut Baratawidjaja

(2004) alergen yang masuk akan didegradasi oleh APC menjadi peptida – peptida

untuk selanjutnya dipresentasikan pada sel limfosit T CD4+.

Pada penelitian ini didapatkan peningkatan jumlah eosinofil darah tepi pada

kelompok asma (Tabel 4.1), meskipun secara statistik tidak bermakna jika

dibandingkan kelompok kontrol (p=0.243) (tabel 4.2), sedangkan pada penelitian

Meidawati (2010) dengan petanda asma hitung eosinofil bronkus didapatkan

perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan asma (p=0,000). Hal ini

terjadi karena petanda asma alergi tidak hanya hitung eosinofil darah tepi saja.

Hasil penelitian Meidawati (2010) dapat dimungkinkan karena reaksi alergi sering

bersifat lokal dan jarang bereaksi sistemik. Hal ini didukung oleh pendapat

Formatted: Centered, Indent:Left: 0 cm, First line: 0 cm,Line spacing: Double, Tabs: 0cm, Left + Not at 0,16 cm + 1,59 cm

Formatted: Font: Bold,Indonesian

Page 48: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlviii

xlviii

Sumadiono (2001) yang menyatakan bahwa eosinofil merupakan sel yang

terutama terdapat di jaringan. Jumlah eosinofil pada darah merupakan refleksi

keseimbangan antara produksi dari sumsum tulang dan rekruitmen ke jaringan dan

bukan jumlah total pada tubuh. Eosinofil berada pada darah tepi hanya sementara

dengan waktu yang relatif pendek (Egesten and Malm, 2001). Distribusi dan

pelepasan eosinofil dipengaruhi oleh beberapa sistem kontrol. Eosinofil

diproduksi oleh sumsum tulang, kemudian setelah 2-6 hari eosinofil yang matang

akan meninggalkan sumsum tulang dan berada di sirkulasi darah tepi selama 6-12

jam, kemudian akan menuju jaringan selama beberapa hari. Untuk setiap sel

eosinofil yang ditemukan di darah tepi terdapat sekitar 100-1000 eosinofil pada

jaringan yang berbeda (Sumadiono, 2001).

Daun Sendok (Plantago major L.) berpotensi untuk dikembangkan sebagai

antiasma jika ditinjau dari kandungan yang terdapat di dalamnya seperti ascorbic-

acid, apigenin, baicalein, baicalin, chlorogenic-acid, linolenic-acid, ursolic-acid,

oleic-acid, dan cafeic-acid. Hasil penelitian memperlihatkan ekstrak daun sendok

dosis 1 mg/mencit dapat menurunkan jumlah eosinofil darah tepi (tabel 4.1) tapi

penurunan ini tidak bermakna secara statistik (tabel 4.2) (p = 0.791) dibandingkan

kelompok asma. Penurunan jumlah eosinofil tersebut dimungkinan akibat adanya

kandungan yang dimiliki oleh daun sendok seperti ascorbic-acid, yang menurut

Duke (2009) memiliki fungsi sebagai antihistamin dan antagonis kalsium. Efek

antagonis kalsium ini akan menghambat proses degranulasi sel mast, sehingga

pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, leukotrien, dan prostaglandin

terhambat yang selanjutnya akan dapat menurunkan jumlah eosinofil darah tepi.

Page 49: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlix

xlix

Selain itu di dalam daun sendok terdapat linolenic-acid, oleanolic-acid, ursolic-

acid, dan tannin yang mampu menghambat proses lipooksigenase dan

siklooksigenase. Allantoin, ferulic-acid, aucubin, baicalein, baicalin, chlorogenic-

acid, dan oleic-acid yang trekandung di dalamnya juga diketahui mempunyai

efek anti inflamasi (Duke, 2009). Hal tersebut menyebabkan jumlah eosinofil

darah menurun.

Pada kelompok perlakuan dengan antihistamin generasi III (fexofenadine)

menunjukkan adanya penurunan rata-rata hitung eosinofil darah tepi (tabel 4.1)

yang bermakna dibandingkan kelompok asma alergi (p = 0.049) (tabel 4.2).

Dewoto (2007) menyatakan antihistamin bekerja melalui kompetisi dengan

histamin untuk menduduki reseptor histamin pada sel. Dengan kompetisi histamin

ini menyebabkan perekrutan eosinofil dapat dihambat sehingga terjadi penurunan

jumlah eosinofil darah tepi. Jumlah eosinofil kelompok yang diberikan

antihistamin lebih sedikit (tabel 4.1) dibandingan kelompok yang diberi ekstrak

daun sendok dosis 1 mg/mencit, tetapi pebedaan ini tidak bermakna (p = 0.200)

(tabel 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sendok dapat menurunkan

hitung eosinofil darah tepi sebanding dengan antihistamin generasi III

(fexofenadine).

Pada kelompok daun sendok dosis 1 mg/mencit dengan dosis 2 mg/mencit

tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam menurunkan hitung eosinofil (p =

0.266) (tabel 4.2). Hasil ini menunjukkan ekstrak daun sendok dosis 1 mg/mencit

memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan ekstrak daun sendok dosis

2 mg/mencit dalam menurunkan jumlah eosinofil. Namun jumlah eosinofil pada

Page 50: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l

l

kelompok asma alergi dengan daun sendok dosis 2 mg/mencit lebih rendah jika

dibandingkan jumlah eosinofil pada kelompok asma alergi dengan daun sendok

dosis 1 mg/mencit sehingga masih diperlukan uji dosis yang lebih besar untuk

mendapatkan dosis daun sendok yang bermakna dalam menurunkan eosinofil

darah tepi pada asma alergi model akut.

Proses asma akut yang terjadi pada mencit Balb/C penelitian ini

kemungkinan menjadi salah satu faktor penyebab diperolehnya hasil yang tidak

bermakna . Peningkatan jumlah eosinofil sistemik yang cukup bermakna biasanya

didapatkan pada penyakit asma yang sudah berjalan kronis (Bosquet, 1990).

Disamping itu perlu dipertimbangkan adanya keterbatasan dan kelemahan dalam

cara penghitungan eosinofil yang dilakukan secara manual dan hanya

menggunakan 5 lapangan pandang saja.

Page 51: HUBUNGAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

li

li

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tidak ada hubungan pemberian ekstrak daun sendok terhadap hitung

eosinofil darah tepi pada mencit Balb/C model asma alergi (p>0,05).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan petanda

asma alergi yang lain.

2. Perlu dilakukan uji dosis daun sendok yang lebih besar untuk

mengetahui dosis yang bermakna dalam menurunkan eosinofil darah tepi

pada mencit model asma akut.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan mencit model asma

kronis.

Formatted: Left

Formatted: Justified, Indent:Hanging: 0,95 cm, Numbered+ Level: 1 + Numbering Style:A, B, C, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0,32 cm + Tab after: 0 cm +Indent at: 0,95 cm, Tabs: 0,95 cm, Left + Not at 0 cm

Formatted: Font: Not Bold,Indonesian

Formatted: Justified, Indent:Hanging: 0,95 cm, Numbered+ Level: 1 + Numbering Style:A, B, C, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0,32 cm + Tab after: 0 cm +Indent at: 0,95 cm, Tabs: 0,95 cm, Left + Not at 0 cm