111
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR DAN ASUPAN ZINC, PROTEIN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Gizi STIKes Perintis OLEH : MERISA OKTARI NIM : 1513211016 PROGRAM STUDI S-1 GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG 2019

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR DAN

ASUPAN ZINC, PROTEIN DENGAN KEJADIAN STUNTING

PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Gizi

STIKes Perintis

OLEH :

MERISA OKTARI

NIM : 1513211016

PROGRAM STUDI S-1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

PADANG

2019

Page 2: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …
Page 3: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …
Page 4: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

HALAMAN PERSEMBAHAN

حِيم حْمَنِ الره ِ الره بِسْمِ اللَّهSebagai kalimat awal pembuka disetiap langkah dan disetiap memulai

pekerjaanku. Hari ini ku mulai mengetikkan jari jemari ku diatas keyboard laptopku

sebagai pembuka kalimat persembahanku.

Persembahan..

Alhamdulillah... Alhamdulillahirabbil 'alamin..

Sembah sujud serta puji dan syukur ku ucapkan kepada-Mu Allah SWT.

Tuhan semesta alam yang menciptakanku dengan bekal yang begitu teramat

sempurna. Taburan cinta, kasih sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan ku

kekuatan, kesehatan, semangat pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu

pengetahuan serta cinta yang pasti ada disetiap ummat-Mu. Atas karunia serta

kemudahan yang Engkau berikan akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi besar

Muhammad SAW.

Dengan segala ketulusan hati, Ku persembahkan tugas akhir ini untuk orang

tercinta dan tersayang atas kasihnya yang berlimpah untukku.

Malaikat Hidupku..

Yang teristimewa, tersayang, tercinta, terkasih, terhormat dan tersegalanya di

dalam hidupku Mamaku (SULASRI, S.Pd) dan Papaku (ARMEN SISNEDI, S.Sos.I).

Engkaulah guru pertama yang paling berjasa dalam kehidupanku.

Kupersembahkan sebuah karya kecilku dari hasil didikan kalian yang ku

aplikasikan dalam ketikan-ketikan ini sehingga menjadi barisan tulisan dengan

berjuta makna didalamnya, tidak bermaksud lain hanya ucapan TERIMA KASIH

yang setulusnya tersirat di benak dan hatiku yang paling dalam, yang inginku

sampaikan kepada Mama dan Papa atas segala usaha, jerih payah serta pengorbanan

untuk anakmu selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang bisaku berikan, hasil yang

kudapat dari bangku kuliahku imi yang memiliki berjuta cerita, berjuta kenangan,

makna, pengorbanan, dan perjalanan demi mendapatkan masa depan yang ku

inginkan atas restu, dukungan, dan pengorbanan yang Mama Papa berikan padaku.

Tak lupa permohonan maaf ananda yang sebesar-sebesarnya, sedalam-dalamnya atas

segala tingkah laku yang tak selayaknya diperlihatkan yang membuat hati dan

perasaan mama dan papa terluka, bahkan teriris perih. Maafkan anakmu ini..

Saudara-saudaraku..

Yang tersayang dan terkasih Abangku Ariswan Jumetri, Afdhal Aprimeldi, S.P

serta Adikku Meri Gusriani.

Terimakasih atas semangat, dorongan dan motivasi yang telah abang-abang

berikan padaku, atas doa kalian yang selalu mengiringi setiap apa yang aku lakukan

dan kerjakan sehingga aku bisa sampai pada titik ini. Terkhusus untukmu adikku

Meri Gusriani, sang penyemangat dan pendorong agar penelitianku cepat selesai

“terimakasih” telah menemani kakakmu ini melakukan penelitian jauh-jauh, kau rela

menahan kantukmu, rasa penat dan rasa laparmu saat menemaniku penelitian. Dan

untuk semua saudaraku, aku selalu berdoa dan berharap kita bisa selalu menjadi

saudara yang akur, kompak dan selalu mendukung satu sama lain agar kelak suatu

saat nanti kita bisa membahagiakan orang tua kita. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Page 5: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Duo Pahlawanku..

Yang tersayang dan yang sangat aku hormati Kakekku H.Janus dan Nenekku

Hj.Rosnailis. Terimakasih atas segala nasehat dan do’a yang tidak pernah putus-

putusnya untuk cucumu ini sehingga aku bisa sampai dipenghujung pendidikanku.

maafkan atas segala kesalahan yang telah aku perbuat.

Tim Horeku..

Teman dalam suka-duka di bangku kuliah selama 4 tahun ini (Mia Audina,S.Gz ,

Pujia Oktafani,S.Gz , Tika Handayani Putri,S.Gz dan Zahara Anindita Putri S.Gz).

Terimakasih untuk semua ocehan, semangat, pengalaman, curahan hati dan

semuanya. Terimakasih sudah mau sama-sama berjuang sampai akhir pendidikan kita

ini. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, bahkan saudara untukku mengadu

segalanya. Aku berharap kita sama-sama sukses dan pertemanan kita akan selalu

kekal sampai nantinya. Aamiin..

Paradosenku..

Yang terhormat dosen pembimbingku (buk Wilda Laila, M.Biomed dan buk

Maria Nova, M.Kes) terimakasih atas semua masukan dan motivasinya saat

membimbingku dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai tepat pada

waktunya. Maaf atas sikap dan tingkah laku yang selalu merepotkan ibuk.

Mabest Friend..

Untuk sobatku (Wilda, Vivin, Lusi, Putri, Amel dan Halin) terimakasih sudah

mau mendengarkan semua keluh dan kesahku selama kuliah ini, terimakasih untuk

semangat dan dorongannya sampai skripsweetku ini selesai. Terimakasih slalu

memberikan hiburan disaat aku pusing dengan skripsweetku dan mulai lelah untuk

mengerjakannya akhirnya skripsweet yang penuh drama ini selesai juga yeay haha.

Maaf terlalu sering merepotkan kalian semua. Sayang kalian pokoknya.

Terakhir..

Untuk semua teman-teman S1 Gizi 2015 terimakasih banyak untuk semuanya,

perkuliahan ini tidak akan ada rasa jika tanpa adanya kalian semua, pasti tidak ada

yang akan dikenang, tidak ada yang akan diceritakan pada masa depan kita nanti. Ku

ucapkan beribu-ribu terimakasih. Mohon maaf jika ada salah kata, tingkah laku dan

perbuatanku selama masa perkuliahan kita yang membuat kalian tersinggung dan

sebagainya. Pokoknya sukses buat kita semua. Aamiin.. Loveyou guys..

Salam hormat,

MerisaOktari, S.Gz

Page 6: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Merisa Oktari

Nim : 1513211016

Tempat/Tgl Lahir : Padang, 23 Oktober 1997

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Armen Sisnedi,S.Sos.I

Nama Ibu : Sulasri,S.Pd

E-mail : [email protected]

Alamat : Jl. Hidayah IV No.30 Rt 01

Rw 05, Dadok Tunggul Hitam, Padang

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 20 Dadok Tunggul Hitam : Tamat 2009

2. SMP Negeri 29 Padang : Tamat 2012

3. SMA Kartika I-5 Padang : Tamat 2015

4. S-1 GIZI STIKes Perintis Padang : Tamat 2019

Kegiatan PBL

1. PBL (Table Manner) di Hotel Novotel Bukittinggi

2. PBL di PT Aerofood Indonesia

3. PBL di PT Yakult Sukabumi

4. PBL di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

5. PBL di Universitas Gajah Mada

6. PBL di POLTEKKES KEMENKES Denpasar Bali

7. PKL di Rumah Sakit Petala Bumi Provinsi Riau

8. PKL di Hotel Grand Inna Muara dan Hotel Pangeran Beach Padang

9. PKL di AA Catering Padang

10. PMPKL di Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota

Page 7: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …
Page 8: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

PROGRAM STUDI S1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

SKRIPSI, JULI 2019

MERISA OKTARI

Hubungan pemberian ASI Eksklusif, riwayat BBLR dan asupan zinc,

protein dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019.

viii + 62 Halaman, 12 tabel, 7 lampiran

ABSTRAK

Stunting merupakan salah satu permasalahan kekurangan gizi utama yang

sering ditemukan pada anak, apabila kekurangan gizi pada usia batita maka anak

akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan. Berdasarkan hasil

PSG tahun 2017, prevalensi kejadian stunting tertinggi berada pada wilayah kerja

Puskesmas Pauh yaitu 12,67% kategori sangat pendek dan 19,33% kategori

pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI

Eksklusif, riwayat BBLR dan asupan zinc, protein dengan kejadian stunting pada

anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019.

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case

control.Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan jumlah

sampel 86 orang anak usia 12-36 bulan, yang terdiri dari 43 orang anak usia 12-36

bulan stunting (kasus) dan 43 orang anak usia 12-36 bulan normal (kontrol).

Variabel dependen penelitian adalah kejadian stunting sedangkan variabel

independennya adalah pemberian ASI Eksklusif, riwayat BBLR dan asupan zinc,

protein.

Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian

ASIEksklusif (p= 0,042 dan OR 2,870), riwayat BBLR (p= 0,045 dan OR 3,304)

dan asupan zinc (p=0,019 dan OR 3,263 ), protein (p= 0,023 dan OR 3,285)

dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Pusksesmas

Pauh Kota Padang.

Penelitian ini menyarankan peran aktif pemerintah khususnya tenaga

kesehatan untuk menanggulangi kejadian stunting pada batita. Selain itu

diharapkan kepada orangtua agar dapat memperhatikan asupan zat gizi anak

sehingga kecukupan gizi anak tercukupi dan dapat mencegah terjadinya stunting.

Daftar bacaan : 60 (2000 - 2018)

Kata kunci : Stunting, Pemberian ASI Eksklusif, Riwayat BBLR, Asupan Zinc,

Asupan Protein

Page 9: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

0

PROGRAM S-1 STUDY of HIGH SCHOOL HEALTH SCIENCE

NUTRITION PIONEER PADANG

SKRIPSI, JULY 2019

MERISA OKTARI

The Relationship of Exclusive Breastfeeding, BBLR history, and intake of

zinc, protein with the incidence of stunting in children aged 12-36 months in

Pauh Clinic Area Padang in 2019.

viii + 62 page + 12 tables + 7 annex

ABSTRACT

Stunting is one of malnutrition problems often found in children. If

children under three years are malnourished, they will grow short and get growth

disorders. Based on the PSG data in 2017, in the highest prevalence of stunting is

in Pauh clinic area that are 12,67% for shortest periode and 19,33% for short

periode. The aims of this research is to find out the relationship of exclusive

breastfeeding, BBLR history, and intake of zinc, protein with the incidence of

stunting in children aged 12-36 months in Pauh Clinic Area Padang in 2019.

The type of this research was observational analytic with case

controlapproach. This research conducted in Pauh clinic area with 86 children

aged 12-36 months, consist of 43 children was stunting (cases)and 43 children are

normal (control). The dependence variable of this research was the incindence of

stuntingwhile independence variable was exclusive breastfeeding, BBLR history,

and intake of zinc, protein.

The result of research was found a significant relationship between

exclusive breastfeeding (p= 0,042 and OR 2,870), BBLR history (p= 0,045 and

OR 3,304) zinc intake (p=0,019 and OR 3,263 ), protein intake (p= 0,023 and OR

3,285) with incidence of stunting in children aged 12-36 months in Pauh Clinic

Area Padang.

This research suggest the active role of goverment especially health

workers to cope with the incidence in aged 12-36 months. In addition it is

expected that parents of children can pay attention to children’s nutritional intake,

so, the children’s nutrition is sufficient and can prevent of stunting.

Reading list : 60 (2000 - 2018)

Keywords : Stunting of exclusive breastfeeding, BBLR history, intake Zinc,

intake Protein.

Page 10: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Riwayat BBLR

dan Asupan Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019”.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis memperoleh dukungan baik moril

maupun materil dari berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

Sumbar.

2. Ibu Widia Dara, SP, MP selaku Ketua Program Studi S-1 Gizi STIKes

Perintis Padang

3. Ibu Wilda Laila, S.KM, M.Biomed selaku Pembimbing I yang telah

mengarahkan dan memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran

serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Ibu Maria Nova, S.KM, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

mengarahkan dan memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran

serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

5. Ibu Defniwita Yuska, S.KM, M.Biomed selaku dosen penguji.

Page 11: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

ii

6. Dosen beserta staf Prodi S-1 Gizi yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis serta pihak-pihak yang telah membantu dalam

penyusunan Skripsi ini.

7. Terutama kepada kedua orang tua penulis papa dan mama yang selalu

ada memberikan semangat, dorongan dan do’a yang tulus untuk

penulis, serta seluruh keluarga tercinta.

8. Teman-teman seperjuangan S-1 Gizi angkatan 2015 STIKes Perintis

Padang.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini. Penulis

berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Juli 2019

Penulis

Page 12: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL................................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6

1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 6

1.4 Manfat Penelitian ............................................................................................. 7

1.4.1 Bagi Puskesmas ...................................................................................... 7

1.4.2 Bagi Institusi ........................................................................................... 7

1.4.3 Bagi Responden ...................................................................................... 8

1.4.4 Bagi Peneliti ........................................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting ....................................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Stunting ................................................................................. 9

2.1.2 Penyebab Stunting ................................................................................ 10

Page 13: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

iv

2.1.3 Dampak Stunting .................................................................................. 11

2.1.4 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri .......................................... 12

2.1.5 Indeks TB menurut umur (TB/U) ......................................................... 13

2.2 ASI Eksklusif ................................................................................................. 14

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif...................................................................... 14

2.2.2 Kandungan ASI .................................................................................... 15

2.2.3 Manfaat Pemberian ASI ....................................................................... 17

2.3 Berat Badan Lahir Rendah ............................................................................. 19

2.3.1 Klasifikasi BBLR ................................................................................. 19

2.3.2 Etiologi Berat Badan Lahir Rendah...................................................... 20

2.3.3 Faktor Penyebab BBLR ........................................................................ 22

2.3.4 Dampak BBLR ..................................................................................... 23

2.3.5 Pencegahan BBLR ................................................................................ 24

2.4 Asupan Zat Gizi ............................................................................................. 25

2.4.1 Asupan Zinc .......................................................................................... 25

2.4.2 Asupan Protein ..................................................................................... 26

2.5 Kerangka Teori .............................................................................................. 29

2.6 Penelitian Terkait ........................................................................................... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................... 32

3.2 Defenisi Operasional ...................................................................................... 33

3.3 Hipotesis ..................................................................................................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 35

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 35

Page 14: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

v

4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 35

4.3.1 Populasi ................................................................................................ 35

4.3.2 Sampel .................................................................................................. 36

4.4 Kriteria Sampel .............................................................................................. 37

4.4.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 37

4.4.2 Kriteria Ekslusi ..................................................................................... 37

4.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 38

4.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 38

4.6 Cara Pengumpulan Data................................................................................. 38

4.6.1 Data Primer ........................................................................................... 38

4.6.2 Data Sekunder....................................................................................... 39

4.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 39

4.7.1 Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 39

4.7.2 Analisa Data ......................................................................................... 40

4.8 Etika Penelitian .............................................................................................. 41

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................................. 43

5.2 Analisa Univariat ............................................................................................ 43

5.2.1 Kejadian Stunting .................................................................................. 44

5.2.2 Pemberian ASI Eksklusif ...................................................................... 44

5.2.3 Riwayat Berat Badan Lahir................................................................... 45

5.2.4 Asupan Zinc .......................................................................................... 45

5.2.5 Asupan Protein ...................................................................................... 46

5.3 Analisa Bivariat ............................................................................................... 46

5.3.1 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting .......... 47

Page 15: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

vi

5.3.2 Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting .......................... 48

5.3.3 Hubungan Asupan Zinc dengan Kejadian Stunting .............................. 49

5.3.4 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting .......................... 50

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 51

6.2 Analisa Univariat ............................................................................................ 51

6.2.1 Pemberian ASI Eksklusif ...................................................................... 51

6.2.2 Riwayat BBLR ...................................................................................... 53

6.2.3 Asupan Zinc .......................................................................................... 54

6.2.4 Asupan Protein ...................................................................................... 55

6.3 Analisa Bivariat ............................................................................................... 56

6.3.1 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting .......... 56

6.3.2 Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting .......................... 57

6.3.3 Hubungan Asupan Zinc dengan Kejadian Stunting .............................. 58

6.3.4 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting .......................... 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 61

6.2 Saran ................................................................................................................ 62

6.2.1 Bagi Puskesmas .................................................................................... 62

6.2.2 Peneliti Selanjutnya .............................................................................. 62

6.2.3 Bagi Masyarakat atau Responden ......................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

vii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Gizi ..................................................... 14

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Zinc (AKZ) Dalam Sehari ...................................... 26

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein (AKP) Dalam Sehari .................................. 28

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ............................................................ 44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Anak Usia 12-36

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh.............................................. 44

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Riwayat Berat Badan Lahir Pada Anak Usia 12-36

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh.............................................. 45

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Asupan Zinc Pada Anak Usia 12-36 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ............................................................ 45

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Asupan Protein

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ........ 46

Tabel 5.6 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ................. 47

Tabel 5.7 Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia

12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ................................... 48

Tabel 5.8 Hubungan Asupan Zinc dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-

36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh......................................... 49

Tabel 5.9 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia

12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh ................................... 50

Page 17: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Kepada Responden

Lampiran 2 :Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 3 :Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 :Form Food Frequency Questionnair Semi Kuantitatif

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Analisa Data

Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

Page 18: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah yang penting yang perlu diperhatikan

pada anak batita. Masa batita (1-3 tahun) adalah masa paling rawan terhadap gizi

karena masa peralihan makan dari makanan pendamping ASI ke makanan orang

dewasa. Biasanya anak-anak menderita bermacam-macam penyakit infeksi serta

berada dalam status gizi yang rendah. Gizi kurang akan memberikan dampak pada

pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan produktivitas. Apabila anak

kekurangan gizi pada usia batita maka anak akan tumbuh pendek, dan mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada

rendahnya tingkat kecerdasan (Riskesdas, 2007).

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan

gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau

pendek (kerdil) dari standar usianya. (Kemenkes RI, 2010)

Secara global, prevalensi stunting pada anak menurun dari 39,7% Tahun

1990 menjadi 26,7% pada Tahun 2010. Angka ini diperkirakan akan mencapai

21,8% pada Tahun 2020. Prevalensi stunting di Afrika mengalami stagnasi sejak

Tahun 1990 sekitar 40%, sementara di Asia menunjukkan penurunan dari 49%

pada Tahun 1990 menjadi 28% pada Tahun 2010. (Onis, 2011).

Page 19: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

2

Saat ini Indonesia termasuk salah satu dari 117 negara yang mempunyai

tiga masalah gizi tinggi pada balita yang dilaporkan di dalam Global Nutrition

Report (GNR) 2014 Nutrition Country Profile Indonesia yaitu stunting, wasting

dan overweight. Prevalensi ketiga masalah gizi tersebut yaitu stunting 37,2%,

wasting 12,1% dan overweight 11,9%. (IFPRI, 2014).

Secara nasional Tahun 2013, Prevalensi pendek (stunting) sebesar 37,2%,

yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan Tahun 2010 (35,6%) dan 2007

(36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2% terdiri dari 18,0% sangat pendek dan

19,2% pendek. Pada Tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan

penurunan, dari 18,8% Tahun 2007 dan 18,5% Tahun 2010. Prevalensi pendek

meningkat dari 18,0% pada Tahun 2007 menjadi 19,2% pada Tahun 2013

(Kemenkes RI, 2013).

Menurut data Riskesdas Tahun 2013, Prevalensi stunting di Provinsi

Sumatera Barat sebesar 39,2%, terdiri dari prevalensi pendek sebesar 20,8% dan

sangat pendek sebesar 18,4%. Prevalensi stunting tersebut menunjukkan terjadi

peningkatan yang signifikan dibandingkan Tahun 2010 (32,7%) dan Tahun 2007

(26,5%). Prevalensi stunting di Provinsi Sumatera Barat berada di atas prevalensi

stunting nasional.

Stunting disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, Asupan makanan tidak

seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat,

protein, lemak, mineral, vitamin, dan air), Riwayat berat badan lahir rendah

(BBLR), Riwayat penyakit, Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, tidak

menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). (UNICEF, 2007)

Page 20: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

3

Pemberian ASI yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan bayi

menderita gizi kurang dan gizi buruk. Padahal kekurangan gizi pada bayi akan

berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis

terjadi gangguan pertumbuhan (Haryono dkk, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Johan Pengan, Shirley

Kawengian, dan Dina V. Rombot (2015) di Luwuk Selatan Banggai, hasil uji

statistik chi square menunjukkan nilai p=0,003 (p≤0,05) dengan nilai OR 3,750

yang berarti anak usia 12-36 bulan yang tidak mendapat ASI Eksklusif memiliki

resiko 3,7 kali lebih besar daripada anak usia 12-36 bulan yang mendapat ASI

Eksklusif yang berarti bahwa terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI

eksklusif dengan stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

Berat badan lahir merupakan salah satu indikator dalam tumbuh kembang

anak hingga masa dewasanya dan menggambarkan status gizi yang diperoleh

janin selama dalam kandungan. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah

(BBLR) masih menjadi salah satu permasalahan defisiensi zat gizi. BBLR ialah

bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, tanpa

memandang masa gestasi (Kosim, 2012). BBLR menjadi faktor yang paling

dominan berisiko terhadap stunting pada anak, tingginya angka BBLR

diperkirakan menjadi penyebab tingginya kejadian stunting di Indonesia

(Nadiyah, 2014 ; Nasution, 2014).

Page 21: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Atikah Rahayu et al. (2015)

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat status

BBLR (nilai p = 0,015) dengan stunting pada anak baduta. Anak dengan BBLR

memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting. Riwayat BBLR memiliki

peranan penting dalam kejadian stunting anak baduta di wilayah Puskesmas

Sungai Karias, Hulu Sungai Utara.

Asupan zat gizi mikro salah satunya yaitu zinc berperan penting pada

proses pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian sebelumnya menunjukkan

pada balita stunting tingkat kecukupan asupan zinc sebagian besar termasuk

dalam kategori kurang. Kekurangan zinc menyebabkan terjadinya keterlambatan

proses pertumbuhan serta fungsi motorik anak. (Adani dan Nindya, 2017)

Zinc merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang

cukup besar akhir-akhir ini. Didalam tubuh zinc sangat mempengaruhi fungsi

kekebalan tubuh, sehingga zinc berperan penting dalam pencegahan infeksi oleh

berbagai jenis bakteri patogen. Dampak dari kekurangan zinc adalah

terhambatnya pertumbuhan, kekurangan zinc pada saat anak-anak dapat

menyebabkan stunting (pendek) dan terlambatnya kematangan fungsi seksual.

Akibat lain dari kekurangan zinc adalah meningkatkan resiko diare dan infeksi

saluran nafas (Almatsier, 2005)

Menurut WHO (2004) Defisiensi zinc merupakan satu dari 10 faktor

penyebab kematian pada anak-anak di negara sedang berkembang. Defisiensi zinc

dapat menyebabkan 40% anak menjadi malnutrisi, salah satunya yaitu stunted,

Intervensi zinc mampu mengurangi 63% jumlah kematian pada anak.

Page 22: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

5

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Adhi (2016), menunjukkan ada

hubungan asupan zinc dengan status gizi PB/U. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Bahmat, Bahar, dan Idrus Jus’at (2010), menunjukkan bahwa ada hubungan

asupan zinc dengan status gizi PB/U di Kepulauan Nusa Tenggara.

Protein berfungsi untuk pembentukan jaringan baru di masa pertumbuhan

dan perkembangan tubuh, memelihara, memperbaiki serta mengganti jaringan

yang rusak. Pada anak yang mengalami defisiensi protein yang berlangsung lama

meskipun asupan energinya tercukupi maka akan mengalami pertumbuhan tinggi

badan yang terhambat, sehingga akan mengalami stunting. Kejadian stunting pada

anak dapat terjadi karena kekurangan atau rendahnya kualitas protein yang

mengandung asama amino esensial. Anak dengan tingkat protein yang rendah

mengalami stunting lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tingkat asupan

proteinnya cukup, Anak dengan asupan protein rendah beresiko 11,8 kali untuk

terjadi stunting. (Anshori, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Anindita Putri (2012) didapatkan hasil dari

uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat kecukupan

protein (p=0,003) dengan stunting pada balita. Semakin sedikit tingkat kecukupan

protein maka resiko anak menjadi pendek semakin besar.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan peneliti di beberapa

Puskesmas yang memiliki kejadian stunting yang tinggi di Kota Padang, peneliti

menemukan Puskesmas pertama yang banyak terdapat kejadian stunting pada

anak usia 12-36 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang.

Berdasarkan hasil data PSG Tahun 2017 Puskesmas Pauh memiliki kasus

Page 23: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

6

stuntingpada anak usia 12-36 bulan tertinggi di Kota Padang dengan Jumlah 62

orang stunting, 5 orang tinggi, dan 119 orang normal.

Berdasarkan data-data dan hasil penelitian di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Riwayat

BBLR dan Asupan Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Ada Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Riwayat BBLR dan

Asupan Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Riwayat BBLR

dan Asupan Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan

di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif pada Anak

Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun

2019.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi Riwayat BBLR pada Anak Usia 12-36

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019.

Page 24: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

7

3. Diketahuinya distribusi frekuensi Asupan Zat Gizi (Zinc, Protein) pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang

Tahun 2019.

4. Diketahuinya Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang

Tahun 2019.

5. Diketahuinya Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang

Tahun 2019.

6. Diketahuinya Hubungan Asupan Zat Gizi (Zinc dan Protein) dengan

Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019.

1.4 Manfat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau tolak ukur

bahan pertimbangan dan perencanaan program gizi di masa yang akan mendatang.

1.4.2 Bagi Institusi

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan

sebagai bahan acuan untuk mengembangkan variabel dan metode penelitian yang

berbeda pada penelitian selanjutnya tentang kejadian stunting pada anak usia 12-

36 bulan.

Page 25: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

8

1.4.3 Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi

terutama pada ibu yang memiliki bayi usia 12-36 bulan yang stunting agar

memperhatikan kesehatan anaknya serta dapat membatasi kejadian stunting yang

berkelanjutan.

1.4.4 Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti sebagai penerapan ilmu yang di dapat dalam proses pembelajaran secara

nyata dan bisa diaplikasikan dalam masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai Hubungan Pemberian ASI

Eksklusif, Riwayat BBLR dan Asupan Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting

pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang.

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah observasional analitik dengan

pendekatan case control yang digunakan untuk menentukan hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat.

Page 26: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Pengertian Stunting

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier. Dalam Mellinium

Developmen Goals (MDGs) pada tahun 2015 Indonesia mencanangkan penurunan

masalah gizi termasuk stunting pada balita mencapai 17,8%. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional menargetkan penurunan angka stunting

anak dibawah 5 tahun menjadi 32 % pada tahun 2015 (Bapenas, 2011).

Menurut World Health Organization (2013) stunting merupakan kondisi

kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrsi jangka

panjang dan manifestasi akibat lebih lanjut dari tingginya angka berat badan lahir

rendah (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian

perbaikan pertumbuhan (catch-up growth) yang sempurna pada masa berikutnya.

Menurut WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang

badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan

batas (z-score) kurang dari -2 SD (Kusuma, 2013). Stunting disebabkan oleh dua

faktor yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu ASI

Eksklusif, penyakit infeksi, asupan makan, dan berat badan lahir. Dan faktor

secara tidak langsung adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status

ekonomi keluarga. Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok

masyarakat.

Page 27: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

10

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan

menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan

pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi

yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier

yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang

buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).

2.1.2 Penyebab Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu

proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang

siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak

dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Menurut Allen and Gillespie (2001) Faktor gizi ibu sebelum dan selama

kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang

akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR),

sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan.

Anak-anak yang mengalami gangguan dalam masa pertumbuhan

disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang

berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan,

sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan tersebut semakin

mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang

terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).

Page 28: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

11

Gizi buruk kronis (Stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja

seperti yang telah dijelaskan diatas, stunting disebabkan oleh banyak faktor,

faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor

utama penyebab Stunting yaitu:

1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi

dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan

air).

2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR).

3. Riwayat penyakit, praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk

kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan

pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Pemberian Air Susu

Ibu (ASI) secara ekslusif, tidak menerima Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (MP-ASI). (DepKes, 2011)

2.1.3 Dampak Stunting

Dalam jangka pendek dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah

gizi pada periode tersebut adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,

gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan

dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya

kemampuan kognitif, prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga

mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,

penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia

tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya

produktivitas ekonomi.(Kemenkes RI, 2016)

Page 29: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

12

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko

meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik

yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,

2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini

akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah

stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu

kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

2.1.4 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Cara menentukan stunted pada anak bisa dilakukan dengan cara

pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di

atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri

gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh

menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui

ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran

pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).

Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan

rekomendasiNational Center for Health Statistics(NCHS) dan World Health

Organization (WHO). Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran

anak dengan median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis

kelamin yang sama pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk

mengetahui perbedaan antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi

referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari nilai

populasi rujukan. Penggunaan Z-score memiliki beberapa keuntungan antara lain

Page 30: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

13

untuk mengidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan

perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara

statistik dari pengukuran antropometri. (WHO, 2006).

Dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah

dengan banyak masalah gizi buruk indikator antropometrik seperti tinggi badan

menurut umur (stunted) sangat penting. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang

dengan stunted sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan

pengukuran pada anak balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U)

Standar baku WHO-NCHS (WHO, 2006).

2.1.5 Indeks TB menurut umur (TB/U)

Menurut Supariasa (2010) Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi

badan seiring dengan pertambahan umur. Indeks TB/U di samping memberikan

gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan sosial-

ekonomi (Beaton dan Bengoa, 1973 dalam Supariasa, 2001). Indeks TB/U

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Indeks TB/U menurut Supariasa (2001) adalah :

1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau,

2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

Disamping memiliki keunggulan, indeks TB/U juga memiliki kelemahan.

Adapun kelemahan Indeks TB/U menurut Supariasa (2001) adalah sebagai

berikut:

Page 31: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

14

1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

2. Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,

sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya

3. Ketepatan umur sulit dicapai.

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi

Indeks yang

dipakai Batas pengelompokan Status Gizi

TB/U

< -3 SD Sangat Pendek

-3 sampai dengan <-2 SD Pendek

-2 sampai dengan 2 SD Normal

>2 SD Tinggi

Sumber : Depkes RI 2014

2.2 ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI selama

6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,

air teh, air putih, dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, tim, atau makanan lain selain ASI (Nurkhasanah, 2011).

Dalam kajian WHO, melakukan penelitian menunjukan bahwa ASI

mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi. Sejalan dengan WHO, menteri

kesehatan melalui kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 pun akhirnya

menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara Eksklusif dari 4 bulan menjadi 6

bulan.

Page 32: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

15

2.2.2 Kandungan ASI

Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI

sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang

memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Berikut

komponen penting dari ASI menurut Proverawati (2010) :

1. Kolostrum

Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel

alveoli payudara ibu. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya gizi dan

sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A

yang sangat tinggi.

2. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey

(protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey

daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna.

3. Lemak

Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi.

Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan

komponen zat gizi yang sangat bervariasi.

4. Laktosa

Merupakan karbohidrat utama yang terdapat dalam ASI. Fungsinya

sebagai sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang

pertumbuhan lactobacillus bifidus.

Page 33: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

16

5. Vitamin A

Kosentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl.

6. Zat Besi

ASI hanya sedikit mengandung zat besi yaitu 0,5-1,0 mg/ltr, bayi yang

menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat

besi pada ASI mudah dicerna.

7. Taurin

Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan

penting dalam maturasi otak bayi.

8. Lactobasilus

Berfungsi menghambat pertumbuhan mikoorganisme seperti bakteri

E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

9. Lactoferin

Besi batas yang mengikat protein, ketersediaan besi untuk bakteri dalam

intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.

Memiliki efek langsung pada antibiotic berpontensi berbahaya seperti

bakteri Staphylococci dan E.Coli. Ditemukan dalam konsentrasi tinggi

dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama

bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur candida.

10. Lisozim

Dapat mencegah dinding bakteri sekaligus mengurangi insiden caries

dentis dan maloklusi. Lysozyme menghancurkan bakteri berbahaya dan

akhirnya menghambat keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus.

Page 34: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

17

2.2.3 Manfaat Pemberian ASI

Bagi bayi ASI merupakan makanan yang sempurna dan memiliki berbagai

manfaat, baik bagi bayi, ibu, keluarga dan negara. Menurut Maryunani (2012) dan

Astutik (2014 ) Manfaat ASI adalah :

1. Manfaat ASI bagi bayi

a. Kesehatan

Komposisi gizi pada ASI yang lengkap bermanfaat memenuhi

kebutuhan bayi, sehingga anak terhindar dari malnutrisi. Kandungan

antibodi pada ASI mampu memberikan imunitas bayi sehingga mampu

mencegah terjadinya kanker limfomaligna dan bayi lebih sehat dan lebih

kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI.

b. Kecerdasan

Selain mengandung laktosa untuk proses mielinisasi otak, ASI juga

mengandung DHA terbaik. Mielinisasi otak merupakan proses

pematangan otak agar berfungsi optimal. Pemberian ASI secara langsung

merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak sehingga terjalin

sempurna.

c. Emosi

Pemberian ASI dengan mendekap bayi dapat merangsang kecerdasan

emosional. ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi.

Doa dan harapan yang didengungkan selama proses menyusui dapat

mengasah kecerdasan spiritual bayi.

Page 35: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

18

2. Manfaat ASI bagi ibu

a. Mencegah perdarahan pasca persalinan

b. Mempercepat involusi uteri

c. Mengurangi resiko anemia

d. Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara

e. Memperkuat ikatan ibu dan bayi

f. Mempercepat kembali ke berat badan semula

g. Metode kontrasepsi sementara

3. Manfaat ASI bagi keluarga

a. Praktis

ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu dalam kondisi

steril, sedangkan pemberian susu formula yang harus mencuci dan

mensterilkan botol sebelum digunakan.

b. Menghemat biaya

ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu biaya seperti

membelikan susu formula.

4. Manfaat ASI bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

c. Mengurangi devisa pembelian susu formula

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Page 36: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

19

2.3 Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (yang ditimbang dalam 1

jam setelah lahir). (Proverawati dan ismawati, 2010)

Prawirohardjo (2007), sejak tahun 1961, WHO telah mengganti istilah

premature baby dengan low birth weight baby (BBLR). Hal ini dilakukan karena

tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir

merupakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai, atau bayi yang beratnya

kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya / kecil untuk masa

kehamilan (KMK).

2.3.1 Klasifikasi BBLR

Menurut Kosim et al. (2009), berat bayi lahir berdasarkan berat badan

dapat dikelompokan menjadi :

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010), bayi dengan BBLR dapat

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.

a. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk

masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

kehamilan.

Page 37: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

20

b. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan

berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa

kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2007), BBLR adalah neonatus dengan berat

badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dulu bayi ini

dikatakan prematur kemudian disepakati disebut Low Birth Weight Infant atau

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

2. Berat Badan Lahir Normal

Berat badan lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42

minggu dan berat badan lahir >2500-4000 gram (Jitowiyono dan

Kristiyanasari, 2010).

3. Berat Badan Lahir Lebih

Menurut Kosim et al. (2009). Berat badan lahir lebih adalah bayi yang

dilahirkan dengan berat lahir >4000 gram. Keadaan ini bisa disebabkan

karena adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi perubahan

anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan janin.

2.3.2 Etiologi Berat Badan Lahir Rendah

1. Faktor ibu

a. Penyakit

Suwoyo et al. (2011) mengatakan Toksemia gravidarum, perdarahan

antepartum, pre eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan

psikologis adalah Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan.

Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus,

Page 38: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

21

hemoglobinopati, penyakit paru kronik, infeksi akut atau tindakan

operatif.

b. Gizi ibu hamil

Berat badan bayi yang dilahirkan dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu saat

hamil. Kekurangan gizi ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat

bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR.

Agar ibu dapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan

gizi yang cukup (Latief et al., 2007).

c. Anemia

Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan kadar 10Hb dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau

kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al.,2007).

Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat

menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel

tubuh maupun sel otak. Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu

diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu,

BBLR dan angka kematian bayi. (Arista, 2012).

d. Keadaan sosial-ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian

tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal

yang kurang (Proverawati, 2010).

Page 39: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

22

2. Faktor janin

a. Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.

Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu,

sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan

kejadian BBLR (Chandra, 2011).

b. Kehamilan ganda/kembar

Menurut Mandriwati (2008) Kehamilan ganda dapat didefinisikan

sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau

janin sekaligus. Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan

dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau

lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi

membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama.

c. Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus,

herpes, sifillis, TORCH) (Suwoyo et al., 2011)

2.3.3 Faktor Penyebab BBLR

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah

(BBLR) menurut (Proverawati dan Ismawati, 2010) adalah :

1. Faktor Ibu

a. Gizi saat hamil yang kurang

b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Page 40: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

23

d. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah

(perokok)

e. Faktor pekerja yang terlalu berat

2. Faktor Kehamilan

a. Hamil dengan hidramnion,

b. Hamil ganda

c. Perdarahan antepartum

d. Komplikasi hamil : pre-eklampsia / eklampsia, ketuban pecah dini.

3. Faktor Janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi dalam rahim

c. Faktor yang masih belum diketahui

2.3.4 Dampak BBLR

Kejadian BBLR mempunyai dampak bagi kesehatan bayi yang terbagi menjadi 2

yaitu (Proverawati dkk dalam Rudi, 2012) :

1. Dampak jangka pendek

a. Hipotermia, hipoglikemia, dan hiperglikemia

b. Masalah pemberian ASI.

c. Gangguan imunologik.

d. Ikterus.

e. indroma gangguan pernafasan, meliputi penyakit membranhialin, dan

aspirasi mekonium.

f. Asfiksia dan apnea periodik.

Page 41: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

24

g. Retrolental fibroplasia disebabkan oleh gangguan oksigen yang

berlebihan.

h. Masalah pembuluhdarah pada bayi prematur masih rapuh dan mudah

pecah, pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga

mempermudah terjadinya perdarahan dan nekrosis, serta perdarahan

dalam otak memperburuk keadaan sehingga dapat menyebabkan

kematian bayi.

2. Dampak jangka panjang

a. Bayi akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

b. Kemampuan berbicara dan berkomunikasi menjadi terganggu.

c. Gangguan neurologis dan kognisi.

2.3.5 Pencegahan BBLR

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah

langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah (Octa Dwienda R,

dkk, 2014) :

1. Selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda ibu

hamil harus meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal

4 kali. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang

mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan

dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri

selama kehamilan.

Page 42: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

25

3. Merencanakan persalinan pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)

4. Untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status

ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap

pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

diperlukan juga dukungan dari sektor lain yang terkait.

2.4 Asupan Zat Gizi

2.4.1 Asupan Zinc

Menurut Almatsier (2009) Zinc berperan dalam sintesis protein dan

merupakan komponen enzim tertentu sehingga defisiensi zinc dapat menyebabkan

kekerdilan (stunted) dan mempengaruhi perkembangan seksual. Seng/zinc

memang peranan essensial dalam banyak fungsi tubuh, sebagai bagian dari enzim

atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari ratusan enzim, zinc berperan juga

dalam metabolisme tulang, transport oksigen, pemusnahan radikal bebas,

pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses pengumpulan darah. Zinc

berperan di berbagai reaksi, sehingga kekurangan zinc akan berpengaruh terhadap

jaringan tubuh, terutama pada proses pertumbuhan.

Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng/zinc yang tersebar di hampir semua

sel. Sebagian besar zinc berada dalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang.

Jaringan yang banyak mengandung zinc yaitu di bagian-bagian mata, kelenjar

prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku (Almatsier,2009).

Page 43: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

26

Perhitungan kecukupan gizi rata-rata perorangan untuk anak balita mempunyai

standar tertentu, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Zinc Yang Dianjurkan Sehari

Golongan Umur Angka Kecukupan Zinc (mg)

0-6 bulan -

7-11 bulan 3

1-3 tahun 4

4-6 tahun 5

Sumber : AKG 2013 (Angka Kecukupan Zinc)

Dalam kehidupan sehari-hari bahan pangan yang sering dikonsumsi untuk

memenuhi kebutuhan zinc adalah daging dan unggas. Sumber lainnya terdapat

pada biji-bijian, kacang-kacangan, makanan laut, gandum, dan produk susu

(Adriani dan Wirjatmadi, 2014).

2.4.2 Asupan Protein

Protein merupakan bagian terbesar di tubuh sesudah air, dan bagian dari

semua sel hidup. Seperlima bagian di dalam tubuh ada protein, separuhnya ada di

dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam

kulit, selebihnya di dalam jaringan lain, dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai

hormon, pengangkut zat-zat gizi, darah, matriks intra seluler dan sebagainya

adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat di gantikan oleh

zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

(Almatsier, 2009)

Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai

prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul

yang penting untuk kehidupan (Almatsier, 2009).

Page 44: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

27

Menurut Winarno (2004) Secara garis besar Fungsi Protein dalam tubuh

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai enzim yang berperan terhadap perubahan-perubahan kimia

dalam sistem biologis.

2. Alat pengangkut dan alat penyimpanan banyak molekul dengan BM kecil

serta beberapa ion dapatdiangkut atau dipindahkan oleh protein-protein

tertentu.

3. Sebagai pengatur pergerakan, gerakan otot terjadi karena adanya dua

molekul protein yang saling bergeseran.

4. Protein yang berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut

digunakan sebagai penunjang mekanis kekuatan dan daya tahan robek

kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein

5. Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, protein khusus yang

dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang

masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.

6. Media perambatan impuls syaraf, yang mempunyai fungsi ini biasanya

berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak

sebagai reseptor/penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.

7. Pengendalian pertumbuhan, dalam bakteri bekerja sebagai reseptor yang

dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan

karakter bahan.

Page 45: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

28

Perhitungan kecukupan gizi rata-rata perorangan untuk anak balita

mempunyai standar tertentu, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3

Angka Kecukupan Protein Yang Dianjurkan Sehari

Golongan Umur Angka Kecukupan Protein (gr)

0-6 bulan 12

7-11 bulan 18

1-3 tahun 26

4-6 tahun 35

Sumber : AKG 2013 (Angka Kecukupan Protein)

Bahan makanan hewani yang merupakan sumber protein yang baik, dalam

jumlah yang baik, maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan

kerang. Sumber protein nabati seperti kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe

dan tahu, serta kacang-kacangan lain (Almatsier,2009).

Page 46: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

29

2.5 Kerangka Teori

Sumber : Kerangka Teori kejadian Stunting(UNICEF) dan Hendrik L. Blum

Pemilihan

konsumsi

BM

Daya Beli Pendapatan

Pendidikan Asupan

Balita :

Energi, KH,

Protein,

Lemak, Zink

Pengetahuan

Ibu Kejadian

Stunting

Frekuensi

ANC

ASIEksklusif,

MP ASI Status

Gizi,LILA,H

b

Infeksi

Umur

Ibu Saat

Hamil

Berat Bayi

Lahir

Page 47: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

30

2.6 Penelitian Terkait

No Nama Tahun Judul Hasil

1. Ida Ayu

Kade

Chandra

Dewi dan

Kadek

Tresna Adhi

2016 Pengaruh

Konsumsi

Protein Dan

Seng Serta

Riwayat

Penyakit

Infeksi

Terhadap

Kejadian

Stunting Pada

Anak Balita

Umur 24-59

Bulan Di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Nusa Penida

III

Terdapat tiga variabel yang

memiliki pengaruh bermakna

terhadap kejadian stunting

yaitu konsumsi protein

(p=0,0012), konsumsi seng

(p=0,0005) dan riwayat

penyakit infeksi (p=0,0039).

Faktor dominan yang

mempengaruhi kejadian

stunting di wilayah kerja

Puskesmas Nusa Penida III

adalah konsumsi seng

(OR=9,94) dan riwayat

penyakit infeksi (OR=5,41).

2. Johan

Pengan,

Shirley

Kawengian,

dan Dina V.

Rombot

2015 Hubungan

Antara

Riwayat

Pemberian ASI

Eksklusif

dengan

Kejadian

Stunting Pada

Anak Usia 12-

36 Bulan di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Luwuk

Kecamatan

Luwuk Selatan

Kabupaten

Banggai

Sulawesi

Tengah

Hasil uji statistik chi square

menunjukkan nilai p=0,003

(p≤0,05) dengan nilai OR

3,750 yang berarti anak usia

12-36 bulan yang tidak

mendapat ASI Eksklusif

memiliki resiko 3,7 kali lebih

besar daripada anak usia 12-

36 bulan yang mendapat ASI

Eksklusif yang berarti bahwa

terdapat hubungan antara

riwayat pemberian ASI

eksklusif dengan stunting

pada anak usia 12-36 bulan

di wilayah kerja Puskesmas

Luwuk Kecamatan Luwuk

Selatan Kabupaten Banggai

Sulawesi Tengah.

3. Atikah

Rahayuh,

Fahrini

Yulidasari,

2015 Riwayat Berat

Badan Lahir

dengan

Kejadian

Didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan yang

signifikan antara riwayat

status BBLR (nilai p = 0,015)

Page 48: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

31

Andini

Octaviana

Putri,

Fauzie

Rahman,

Dian Rosadi

Stunting

pada Anak

Usia Bawah

Dua Tahun

dengan stunting pada anak

baduta. Anak dengan BBLR

memiliki risiko 5,87 kali

untuk mengalami stunting.

Riwayat BBLR memiliki

peranan penting dalam

kejadian stunting anak baduta

di wilayah Puskesmas Sungai

Karias, Hulu Sungai Utara

4. Putri

Anindita

2012 Hubungan

Tingkat

Pendidikan

Ibu,

Pendapatan

Keluarga,

Kecukupan

Protein & Zinc

Dengan

Stunting

(Pendek) Pada

Balita Usia 6 –

35 Bulan Di

Kecamatan

Tembalang

Kota

Semarang

Hasil dari uji statistik

diketahui bahwa ada

hubungan yang positif antara

tingkat kecukupan protein

(p=0,003) dengan stunting

pada balita. Semakin sedikit

tingkat kecukupan protein

maka resiko anak menjadi

pendek semakin besar.

5. Dian

Oktiara

Bahmat,

Herwanti

Bahar, dan

Idrus Jus’at

2010 Hubungan

Asupan Seng,

Vitamin A, Zat

Besi Dan

Kejadian

Pada Balita

(24-59 Bulan)

Dan Kejadian

Stunting Di

Kepulauan

Nusa Tenggara

(Riskesdas

2010)

Hasil penelitian menunjukkan

balita di Kepulauan Nusa

Tenggara memiliki Prevalensi

stunting (61,3%). Rata – rata

asupan seng di Kepulauan

Nusa Tenggara sebesar 2,34

(±1,062) mg memenuhi

46,8% AKG, vitamin A

233,59 µg (±121,006)

memenuhi 51,9% AKG, dan

zat besi 2,69 mg (±1,385)

memenuhi 29,8% AKG. Ada

hubungan yang signifikan

antara asupan seng

(p=0.000), asupan zat besi

(p=0.007) dan kejadian

stunting.

Page 49: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini ingin mengetahui Hubungan Pemberian ASI Eksklusif,

Riwayat BBLR, dan Asupan Zat Gizi Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting

pada Anak Usia 12-36 Bulan. Hal ini dapat dilihat pada kerangka konsep berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian ASIEksklusif

Kejadian Stunting pada

Anak usia 12-36 bulan Riwayat Berat Badan

Lahir Rendah

Asupan Zat Gizi (Zinc,

Protein)

Page 50: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

33

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Stunting Kondisi

kronis yang

menggambar

kan

terhambatnya

pertumbuhan

karena

malnutrisi

dalam jangka

waktu yang

lama yang

dinyatakan

dengan

indeks TB/U

Microtoise Tinggi

badan anak

diukur

dengan

posisi

berdiri

1= Stunting :

< -3 SD

sampai dengan

<-2 SD

2= Normal :

-2 SD sampai

dengan 2 SD

(Standard

Baku WHO

NCHS)

Ordinal

2. Pemberian

ASI

Eksklusif

Memberikan

ASI saja pada

bayi sejak

lahir sampai

bayi berumur

6 bulan

Kuesioner Wawancara 1= Tidak,

apabila tidak

memberikan

ASI Eksklusif

selama 6 bulan

tanpa air putih

atau madu.

2= Ya, apabila

memberikan

ASI Eksklusif

saja selama 6

bulan tanpa air

putih atau

madu.

(Kemenkes,

2013)

Ordinal

3. Berat

Badan

Lahir

Rendah

Bayi yang

lahir dengan

berat

badan

kurang dari

2.500 gram

tanpa

memandang

status

kehamilan.

Kuesioner Telaah

Rekap data

hasil PSG

puskesmas

Pauh 2017,

Wawancara

1= BBLR jika

BB Lahir <

2500 gr

2= Normal jika

BB Lahir ≥

2500 gr

(Depkes RI,

2005)

Ordinal

Page 51: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

34

4. Asupan

Zat Gizi

Zinc

Konsumsi

Zinc dalam

mg/hari,

kemudian

dibandingkan

dengan

Angka

kecukupan

Gizi (AKG)

yang

dianjurkan.

Kuesioner Wawancara,

FFQ

Semikuantit

atif

(Software

Nutrisurvey

)

1= Kurang,

jika < 80%

AKG

2= Cukup, Jika

≥ 80% AKG

(Kemenkes,

2015)

Ordinal

5. Asupan

Zat Gizi

Protein

Konsumsi

protein dalam

gram/hari,

kemudian

dibandingkan

dengan

Angka

kecukupan

Gizi (AKG)

yang

dianjurkan.

Kuesioner FFQ

Semikuantit

atif

(Software

Nutrisurvey

)

1= Kurang,

jika < 80%

AKG

2= Cukup, Jika

≥ 80% AKG

(Kemenkes,

2015)

Ordinal

3.3 Hipotesis

1. Ha : Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian

stunting pada anak usia 12-36 bulan.

2. Ha : Ada hubungan antara riwayat BBLR dengan kejadian stunting pada

anak usia 12-36 bulan.

3. Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi zinc dengan kejadian stunting

pada anak usia 12-36 bulan.

4. Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi protein dengan kejadian stunting

pada anak usia 12-36 bulan.

Page 52: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan case control yang

digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Jenis penelitian adalah observasional analitik, artinya mengumpulkan data

dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek tersebut

ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut

(Notoatmodjo, 2005).

Penelitian ini untuk menganalisis hubungan pemberian ASI Eksklusif,

riwayat BBLR dan asupan zinc, protein dengan kejadian Stunting di Wilayah

Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019. Pengumpulan data dimulai dari

melihat data hasil pemantauan status gizi (PSG) Puskesmas Pauh Tahun 2017.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2018 – Juni 2019.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah semua anak usia 12-36 bulan yang berada di Wilayah

Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019.

Page 53: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

36

4.3.2 Sampel

a. Sampel Kasus

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah anak usia 12 -36 bulan yang

mengalami stunting yang tercatat di Puskesmas Pauh pada Tahun 2017.

b. Sampel Kontrol

Sampel kontrol adalah anak usia 12-36 bulan tidak stunting yang

tercatat di Puskesmas Pauh pada Tahun 2017.

Adapun besar sampel dihitung berdasarkan rumus Suyatno (2010) :

n = (𝑝0.𝑞0+𝑝1.𝑞1)(𝑍1−𝛼/2 + 𝑍1−𝛽)

(𝑝1 – 𝑝0)²

n = (0,66 . 0,34 + 0,33 . 0,67)(1,96+1,28)²

(0,33−0,66)²

n= (0,2244 + 0,2211)(10,4976)

0,1089

n= 42,94 = 43

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol

Z1-α/2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkatan

kemaknaan (untuk α = 0,05 adalah 1,96)

Z1-β = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)

sebesar diinginkan (untuk β = 0,10 adalah 1,28)

p0 = proporsi paparan pada kelompok kontrol atau tidak sakit = 0,66%

(Riskesdas 2017)

p1 = proporsi paparan pada kelompok kasus atau sakit

q0 = 1-p0 dan q1 = 1-p1

b. Jumlah Sampel

Page 54: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

37

Jumlah sampel pada kelompok kasus sebanyak 43 orang dan jumlah

sampel pada kasus kontrol sebanyak 43 orang. Jadi total sampel

seluruhnya adalah 86 orang.

4.4 Kriteria Sampel

4.4.1 Kriteria Inklusi

A. Kasus

1. Responden merupakan orang tua (ibu) kandung dari anak usia 12–36 bulan

yang tercatat di Puskesmas Pauh Tahun 2017 yang berstatusstunting, dan

tidak memilki kelainan.

2. Responden mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Responden berdomisili di wilayah penelitian atau tidak pindah

4. Responden bersedia di wawancarai dan berpartisipasi dalam penelitian.

B. Kontrol

1. Responden merupakan orang tua (ibu) kandung dari anak usia 12-36 bulan

yang tercatat di Puskesmas Pauh Tahun 2017 yang tidak berstatus sebagai

stunting, dan tidak memiliki kelainan.

2. Responden mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Responden berdomisili di wilayah penelitian atau tidak pindah.

4. Responden bersedia di wawancarai dan berpartisipasi dalam penelitian.

4.4.2 Kriteria Ekslusi

1. Responden tidak berada di tempat sewaktu penelitian dilakukan, dan

memiliki kelainan.

Page 55: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

38

4.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara

probability sampling dengan tipe purposive random sampling yaitu metode

pengambilan sampel secara acak sederhana tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi. Sampel kasus dalam penelitian ini didapat berdasarkan daftar

pencatatan status gizi anak usia 12-36 bulan yang dilakukan oleh Puskesmas Pauh

pada Tahun 2017, dan dipilih dengan tabel sampling. Sampel kontrol dalam

penelitian ini di ambil secara purposive random sampling. Pengambilan sampel

kontrol ini dilakukan di wilayah setempat sampel kasus dan berdasarkan dengan

kelompok umur.

4.5 Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microtoise

untuk mengukur tinggi badan anak dengan ketelitian 0,1 cm, lembaran FFQ Semi

Kuantitatif untuk asupan zinc, protein dan kuesioner untuk pemberian ASI

Eksklusif dan riwayat BBLR. Kuesioner ini mengacu pada kuesioner peneliti

sebelumnya dan di modifikasi oleh peneliti.

4.6 Cara Pengumpulan Data

4.6.1 Data Primer

Data Primernya adalah tinggi badan, berat badan dan asupan zat gizi zinc,

protein dengan cara menggunakan lembaran FFQ Semi kuantitatif dan kuesioner

yang dilakukan oleh peneliti dan di bantu oleh salah satu Mahasiswa S1 Gizi

STIKes Perintis.

Page 56: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

39

4.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari Dinas Kesehatan Kota Padang dan yang

didapat dari laporan gizi Puskesmas Pauh Kota Padang, yang berupa pencatatan

status stunting pada anak usia 12-36 bulan.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

4.7.1 Teknik Pengolahan Data

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekkan data dan perbaikan

isian formulir, apakah data sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

Apabila ada kesalahan pada data maka diteliti lagi. Pemeriksaan setiap

kuesioner berkaitan dengan kelengkapan jawaban dan kejelasan hasil

penelitian.

2. Pengkodean Data (Coding)

Coding Merupakan kegiatan pemberian kode pada setiap informasi

yang sudah terkumpul. Mengubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka dan bilangan. Pengkodean data ini bertujuan untuk

mempercepat proses entri data dan mempermudah proses analisis data.

Pengkodean ini dilakukan pada masing-masing data yang ada pada

kuesioner, setelah responden mengisi kuesioner yang diberikan.

3. Memasukkan Data (Entry Data) atau Processing

Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam master

tabel atau data base komputer untuk diolah. Selanjutnya memproses data

agar data yang sudah dientri dapat dianalisis.

Page 57: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

40

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Proses pengecekan data yang telah dimasukkan sebelumnya. Data yang

telah dientri dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan data

tersebut bersih dari setiap kesalahan, agar tidak ditemukan kesalahan

dalam entry data.

4.7.2 Analisa Data

Analisa data merupakan pengolahan data yang dilakukan untuk

mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi dari setiap variabel

Sehingga analisis univariat dalam penelitian ini dapat mengetahui pola

distribusi frekuensi masing-masing variabel yaitu Stunting, Pemberian ASI

Eksklusif, Riwayat BBLR,dan Asupan zat gizi (zinc, protein).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square melalui

dua tahapan. Tahap pertama yaitu mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Tahapan kedua yaitu mengetahui besar risiko

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Page 58: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

41

Pengukuran besar risiko pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung

odds ratio, karena jenis penelitian ini adalah case control. Odds Ratio (OR)

adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit.

Hubungan dikatakan bermakna apabila p< 0,05 dengan melihat Odds Rasio

(OR) untuk memperkirakan tingkat rasio masing-masing variabel yang

diselidiki. Kriteria OR adalah : OR < 1 yaitu faktor risiko yang diteliti

mengurangi faktor risiko efek, OR = 1 yaitu faktor risiko tidak berpengaruh

terhadap faktor efek, sedangkan OR > 1 yaitu faktor risiko menimbulkan

faktor efek.

4.8 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) Etika penelitian mencakup perilaku peneliti

atau perlakuan peneliti terhadap subjek serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi

masyarakat. Beberapa prinsip etika dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini bebas dari bahaya,

tidak bersifat memaksa melainkan sukarela.

2. Responden berhak untuk mendapatkan informasi lengkap diantaranya

mengenai tujuan, cara penelitian, cara pelaksanaan, manfaat penelitian,

dan hal – hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

3. Informed consent, atau lembar persetujuan yang diberikan kepada

responden. Responden harus memenuhi kriteria yang ditentukan. Lembar

Informed consent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat

penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak boleh memaksa

dan menghormati hak-haknya.

Page 59: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

42

4. Tanpa nama, Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pernyataan untuk menjaga kerahasian responden.

5. Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 60: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang,

yang letak daerah geografisnya berada diantara 0° 58’ Lintang Selatan (LS) dan

100° 21’’ 11’ Bujur Timur (BT) merupakan salah satu Kecamatan terluas yang

posisinya berada pada bagian Barat dan Selatan Propinsi Sumatera Barat.

Kecamatan Pauh mempunyai luas lebih kurang 146.29 Km², dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utaraberbatasdengan : Kecamatan KotoTangah

2. Sebelah Selatan berbatas dengan : Kecamatan Lubuk Kilangandan

: Kecamatan Lubuk Begalung

3. Sebelah Timurberbatas dengan : Kabupaten Solok

4. Sebelah Baratberbatasdengan : Kecamatan Kuranjidan

: Kecamatan Padang Timur

5.2 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi

dari setiap variabel yang diteliti. Adapun variabelnya yaitu pemberian ASI

Eksklusif, riwayat BBLR, asupan zinc, dan asupan protein terhadap kejadian

stunting pada anak usia 12-36 bulan. Analisis ini menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentasi dari setiap variabel.

Page 61: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

44

5.2.1 Kejadian Stunting

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Kejadian Stunting

Kelompok

Kasus Kontrol

f % f %

Pendek 43 100 0 0

Normal 0 0 43 100

Jumlah 43 100 43 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan hasil bahwa dari 86 responden, jumlah

responden yang mengalami stunting (kasus) adalah sebanyak 43 orang. Dan

responden yang tidak mengalami stunting (kontrol) sebanyak 43 orang. Besarnya

jumlah pada kelompok kasus dan kontrol diambil perbandingan 1 : 1 dari total

sampel yang telah ditetapkan.

5.2.2 Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Pemberian ASI

Eksklusif

Kelompok

Kasus Kontrol

f % f %

Tidak ASI Eksklusif 20 46,5 10 23,3

ASI Eksklusif 23 53,5 33 76,7

Jumlah 43 100 43 100

Pada tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa anak usia 12-36 bulan yang tidak

ASI Eksklusif pada kelompok kasus sebanyak 20 orang atau 46,5%, sedangkan

pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang atau 23,3%.

Page 62: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

45

5.2.3 Riwayat Berat Badan Lahir

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Riwayat Berat Badan Lahir

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Riwayat Berat

Badan Lahir

Kelompok

Kasus Kontrol

f % f %

BBLR 15 34,9 6 14,0

Normal 28 65,1 37 75,6

Jumlah 43 100 43 100

Pada tabel 5.3 menunjukkan hasil bahwa pada anak usia 12-36 bulan yang

mempunyai riwayat BBLR pada kelompok kasus sebanyak 15 orang atau 34,9%,

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 6 orang atau 14,0%.

5.2.4 Asupan Zinc

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Asupan Zinc

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Asupan Zinc

Kelompok

Kasus Kontrol

f % f %

Kurang 24 55,8 12 27,9

Cukup 19 44,2 31 72,1

Jumlah 43 100 43 100

Pada tabel 5.4 menunjukkan hasil bahwa pada kelompok kasus anak yang

mempunyai asupan zinc kurang sebanyak 24 orang atau 55,8%, sedangkan pada

kelompok kontrol sebanyak 12 orang atau 27,9%.

Page 63: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

46

5.2.5 Asupan Protein

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Asupan Protein

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Asupan Protein

Kelompok

Kasus Kontrol

f % f %

Kurang 20 46,5 9 20,9

Cukup 23 53,5 34 79,1

Jumlah 43 100 43 100

Pada tabel 5.5 menunjukkan hasil bahwa pada kelompok kasus anak yang

mempunyai asupan protein kurang sebanyak 20 orang atau 46,5%, sedangkan

pada kelompok kontrol sebanyak 9 orang atau 20,9%.

5.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Serta untuk mengetahui besar risiko

variabel independen terhadap variabel dependen.

Page 64: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

47

5.3.1 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting

Hasil analisis hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian

Stunting dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.6 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian

Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Pemberian

ASI Eksklusif

Kelompok Total

OR (CI

95%) p-value

Kasus Kontrol

f % f % f %

2,870

(1,135 -

7,252)

0,042

Tidak ASI

Eksklusif

20 46,5 10 23,3 30 34,9

ASI Eksklusif 23 53,5 33 76,7 56 65,1

Jumlah 43 100 43 100 86 100

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa anak pada kelompok kasus yang

tidak ASI Eksklusif sebanyak 20 orang (46,5%), sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 10 orang (23,3%). Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai

p = 0,042 (<0,05) dengan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 2,870 (1,135 – 7,252). Hal

ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang tidak

ASI Eksklusif berisiko 2,870 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan

dengan anak yang ASI Eksklusif.

Page 65: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

48

5.3.2 Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting

Hasil analisis hubungan riwayat BBLR dengan kejadian Stunting dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.7 Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting Pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Riwayat

BBLR

Kelompok Total

OR (CI

95%) p-value

Kasus Kontrol

f % f % f % 3,304

(1,137 -

9,597)

0,045 BBLR 15 34,9 6 14,0 21 24,4

Normal 28 65,1 37 75,6 65 75,6

Jumlah 43 100 43 100 86 100

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa anak pada kelompok kasus yang

memiliki riwayat BBLR sebanyak 15 orang (34,9%), sedangkan padakelompok

kontrol sebanyak 6 orang (14,0%). Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai

p= 0,045 (<0,05) dengan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,304 (1,137 – 9,597). Hal

ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat BBLR

dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang memiliki

riwayat BBLR berisiko 3,304 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan

dengan anak yang memiliki berat normal.

Page 66: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

49

5.3.3 Hubungan Asupan Zinc dengan Kejadian Stunting

Hasil analisis hubungan Asupan Zinc dengan kejadian Stunting dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.8 Hubungan Asupan Zinc dengan Kejadian Stunting Pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Asupan zinc

Kelompok Total

OR (CI

95%) p-value

Kasus Kontrol

f % f % f % 3,263

(1,329 -

8,009)

0,016 Kurang 24 55,8 12 27,9 36 41,9

Cukup 19 44,2 31 72,1 50 58,1

Jumlah 43 100 43 100 86 100

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa anak pada kelompok kasus yang

asupan zinc kurang sebanyak 24 orang (55,8%), sedangkan pada kelompok

kontrolsebanyak 12 orang (27,9%). Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai

p= 0,019 (<0,05) dengan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,263 (1,329 – 8,009). Hal

ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zinc

dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang memiliki asupan

zinc kurang berisiko 3,263 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan

anak yang asupan zinc cukup.

Page 67: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

50

5.3.4 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting

Hasil analisis hubungan Asupan Protein dengan kejadian Stunting dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.9 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting Pada

Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Asupan

Protein

Kelompok Total

OR (CI

95%) p-value

Kasus Kontrol

f % f % f % 3,285

(1,273 -

8,478)

0,023 Kurang 20 46,5 9 20,9 29 33,7

Cukup 23 53,5 34 79,1 57 66,3

Jumlah 43 100 43 100 86 100

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan bahwa anak pada kelompok kasus yang

asupan protein kurang sebanyak 20 orang (46,5%), sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 9 orang (20,9%). Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai

p= 0,023 (<0,05) dengan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,285 (1,273 – 8,478). Hal

ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan protein

dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang memiliki asupan

protein kurang berisiko 3,285 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan

dengan anak yang asupan protein cukup.

Page 68: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi,

penelitian ini menggunakan metode case control sehingga kemungkinan terjadi

recallbias sangat tinggi karena keterbatasan daya ingat responden. Secara teoritis

banyak faktor lainnya yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia

12-36 bulan, dikarenakan keterbatasan yang dimiliki peneliti maka penelitian ini

hanya meneliti beberapa variabel yang berhubungan langsung dengan stunting,

antara lain pemberian ASI Eksklusif, riwayat BBLR, asupan zinc dan asupan

protein.

6.2 Analisa Univariat

6.2.1 Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak usia 12-36 bulan yang tidak

ASI Eksklusif pada kelompok kasus sebanyak 20 orang (46,5%), dan pada

kelompok kontrol sebanyak 10 orang (23,3%).

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Marlan Pangkong et al (2017) di Puskesmas Sonder dimana tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian

stunting pada usia 13-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sonder. Namun

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Johan Penganet

al (2015) tentang hubungan antara riwayat pemberian ASIEksklusif dengan

kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Luwuk

Page 69: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

52

Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, mendapatkan

hasil bahwa anak usia 12-36 bulan yang tidak mendapat ASI Eksklusif memiliki

resiko yang lebih besar terkena stunting daripada anak usia 12-36 bulan yang

mendapat ASI Eksklusif.

Berdasarkan data Kemenkes RI Tahun 2018, dari hasil Pemantauan Status

Gizi Tahun 2017 persentase bayi di Sumatera Barat yang mendapatkan ASI

Eksklusif selama 6 bulan sebanyak 36,02%. Sedangkan persentase bayi yang

mendapatkan ASI dari umur 0-5 bulan adalah sebanyak 49,84%.

ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan,

kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif

pemberian ASI dihentikan, tetapi tetap diberikan kepada anak sampai berusia 2

tahun. (WHO, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan bahwa memang

banyak orangtua yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya, dengan

alasan ASI yang tidak mau keluar, ASI yang keluar cuma sebelah dan sedikit

sehingga mengakibatkan ibu jadi malas memberikan ASI Eksklusif kepada

anaknya dan memilih untuk memberikan susu bantu atau susu formula saja.

Page 70: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

53

6.2.2 Riwayat BBLR

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak usia 12-36 bulan yang

mempunyai riwayat BBLR pada kelompok kasus sebanyak 15 orang (34,9%), dan

pada kelompok kontrol anak usia 12-36 bulan yang mempunyai riwayat BBLR

sebanyak 6 orang (14,0%).

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Antun Rahmadi (2015) di Provinsi Lampung dimana hasilnya tidak terdapat

hubungan antara BBLR dengan kejadian Stunting pada anak usia 12-59 bulan di

Provinsi Lampung. Namun penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Atikah Rahayu et al. (2015) tentang riwayat berat badan lahir

dengan kejadian stunting pada anak usia bawah dua tahun, anak dengan BBLR

memiliki risiko untuk mengalami stunting daripada anak dengan berat normal.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, persentase bayi yang lahir dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Sumatera Barat yaitu sebanyak 4,6%. Dan

berdasarkan data dari DKK Tahun 2017 persentase BBLR di kota Padang

sebanyak 1,5%.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan diketahui bahwa

penyebab BBLR yaitu kurangnya asupan ibu saat hamil, bayi yang lahir

premature, usia ibu dan jarak kehamilan yang dekat.

Page 71: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

54

6.2.3 Asupan Zinc

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang mempunyai asupan zinc

kurang pada kelompok kasus sebanyak 24 orang (55,8%), dan anak yang

mempunyai asupan zinc kurang pada kelompok kontrol sebanyak 12 orang

(27,9%).

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundari E

dan Nuryanto (2016) dimana tidak terdapat hubungan antara asupan seng(zn)

dengan z-score TB/U pada balita. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Astutik, M. Zen Rahfiludin, dan Ronny Aruben (2017)

tentang faktor risiko kejadian stunting pada anak balita usia 24-59 bulan di Pati,

anak dengan asupan zinc kurang memiliki risiko 4,241 kali untuk mengalami

kejadian stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki asupan seng(zn) yang

cukup pada balita.

Dari hasil wawancara dengan responden didapatkan data bahwa anak batita

termasuk keluarga sangat jarang mengkonsumsi daging, dikarenakan harga daging

yang mahal sehingga tidak terjangkau oleh keluarga untuk membelinya. Dan

banyak anak batita yang kurang mengkonsumsi sayuran seperti bayam

dikarenakan anak tidak menyukai sayuran. Padahal bayam termasuk sumber zinc

yang baik.

Page 72: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

55

6.2.4 Asupan Protein

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak pada kelompok kasus yang

mempunyai asupan protein kurang sebanyak 20 orang (46,5%), dan anak pada

kelompok kontrol yang mempunyai asupan protein kurang sebanyak 9 orang atau

79,1%.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Eko

Setiawan et al (2018) di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang

Timur Kota Padang dimana tidak terdapat hasil yang signifikansi antara asupan

protein dengan kejadian stuntingpada anak usia 24-59 bulan. Namun penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutik, M. Zen Rahfiludin, dan

Ronny Aruben (2017) tentang faktor risiko kejadian stunting pada anak balita usia

24-59 bulan di Pati, balita dengan tingkat kecukupan protein yang rendah

memiliki risiko 3,538 kali mengalami kejadian stunting, dibandingkan dengan

balita yang tingkat kecukupan proteinnya tercukupi.

Dari hasil wawancara dengan responden pada penelitian ini diketahui anak

batita jarang mengkonsumsi ikan laut, daging dan kacang-kacangan yang mana

makanan tersebut merupakan sumber protein hewani.

Page 73: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

56

6.3 Analisa Bivariat

6.3.1 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0,042 (<0,05) dengan

nilai OR (Odd Ratio) sebesar 2,870 (1,135 – 7,252). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan

kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang tidak ASI Eksklusif

berisiko 2,870 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan anak yang

ASI Eksklusif.

Hasil ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Nova

dan Olivia Afriyanti (2018) di Puskesmas Lubuk Buaya dimana tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan stunting pada

balita usia 24-59 bulan. Namun penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lidia Fitri (2018) di Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI Ekslusif dengan

kejadian stunting.

Pemberian ASI yang kurang dan pemberian makanan formula terlalu dini

dapat meningkatkan resiko stuntingkarena bayi lebih mudah terkena penyakit

infeksi seperti diare dan penyakit pernfasan. (Rahayu, 2012). Balita yang

diberikan makanan atau minuman sebelum umur 6 bulan akan meningkatkan

risiko kekurangan gizi, meningkatkanrisiko terkena penyakit, sistem

pencernaannya belum siap menerima MPASI, meningkatkan risiko alergi

terhadap makanan, meningkatkan risiko obesitas. (Maryunani, 2012).

Page 74: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

57

6.3.2 Hubungan Riwayat BBLR dengan Kejadian Stunting

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0,045 (<0,05) dengan

nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,304 (1,137 – 9,597). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat BBLR dengan kejadian

stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang memiliki riwayat BBLR berisiko

3,304 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki

berat normal.

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabrielisa

Winowatanet al (2017) di Puskesmas Sonder Kabupaten Minahasa dimana tidak

terdapathubungan antara berat badan lahir dengan stuntingpada batita. Namun

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeyen Supriyanto et

al(2017) di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang menunjukkan

bahwa Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23

bulan. Anak yang lahir dengan BBLR berpeluang 6,16 kali lebih besar untuk

mengalami stunting dari pada anak yang memiliki berat badan lahir normal.

Berat lahir pada umumnya sangat terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang. Sehingga, dampak lanjutan dari BBLR dapat

berupa gagal tumbuh (grouth faltering). Seseorang bayi yang lahir dengan BBLR

akan sulit dalam mengejar ketertinggalan pertumbuhan awal. Pertumbuhan yang

tertinggal dari yang normal akan menyebabkan anak tersebut menjadi

stunting(Kemenkes RI, 2010).

BBLR yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram. BBLR akan

membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak,

Page 75: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

58

termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik.

(Kemenkes RI, 2016)

6.3.3 Hubungan Asupan Zinc dengan Kejadian Stunting

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0,019 (<0,05) dengan

nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,263 (1,329 – 8,009). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zinc dengan kejadian stunting

pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang memiliki asupan zinc kurang berisiko

3,263 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan anak yang asupan

zinc cukup.

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundari E

dan Nuryanto (2016) dimana tidak terdapat hubungan antara asupan seng(zn)

dengan z-score TB/U pada balita. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Bahmat et al(2010) di Kepulauan Nusa Tenggara yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan seng (Zn)

dengan kejadian stunting. Dan penelitian yang di lakukan oleh Dewi dan Adhi

(2016), yang menunjukkan bahwa ada hubungan asupan zinc dengan status gizi

PB/U.

Zinc berhubungan dengan hormon-hormon penting yang terlibat dalam

pertumbuhan tulang seperti samatomedin-c, osteocalcin, testosteron, hormon

tiroid dan insulin. Zinc juga memperlancar efek vitamin D terhadap metabolisme

tulang dengan stimulasi sintesis DNA di sel-sel tulang. Oleh sebab itu, zinc erat

kaitannya dengan metabolisme tulang, sehingga sangat penting dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan (Anindita, 2012).

Page 76: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

59

Anak membutuhkan Zinc lebih banyak untuk pertumbuhan dan

perkembangan secara normal, melawan infeksi, dan penyembuhan luka. Zinc

berperan dalam produksi hormon pertumbuhan. Zinc dibutuhkan untuk

mengaktifkan dan memulai sintesis hormon pertumbuhan atau GH. Pada

defisiensi zinc akan terjadi gangguan pada reseptor GH dan produksi GH yang

resisten. (Agustian et al., 2009).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa zinc sangat

penting untuk pertumbuhan anak. Sehingga anjuran untuk mengkonsumsi

makanan sumber zinc seperti daging dan kacang-kacangan terhadap masyarakat

akan lebih dioptimalkan agar tercukupnya kebutuhan zinc pada anak.

6.3.4 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0,023 (<0,05) dengan

nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,285 (1,273 – 8,478). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kejadian

stunting pada anak usia 12-36 bulan. Anak yang memiliki asupan protein kurang

berisiko 3,285 kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan anak yang

asupan protein cukup.

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahmaniah et al (2014) dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

asupan protein dengan stunting pada anak usia 6-23 bulan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Anindita

(2012) di Semarang yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara

tingkat kecukupan protein (p=0,003) dengan stunting pada balita.

Page 77: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

60

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,

karena disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, juga sebagai

sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak

dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Anak-anak yang susah makan atau tidak

mau makan akan menggangu pertumbuhan atau pertumbuhan anak tidak menurut

potensialnya, atau dengan kata lain anak akan mengalami kekerdilan yang

disebabkan oleh kurangnya asupan protein yang dikonsumsi. (Almatsier, 2002).

Page 78: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

i

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Anak usia 12-36 bulan yang tidak ASI Eksklusif pada kelompok kasus

46,5%, dan pada kelompok kontrol 23,3%.

2. Anak usia 12-36 bulan yang mempunyai riwayat BBLR pada kelompok

kasus 34,9%, dan pada kelompok kontrol 14,0%.

3. Anak usia 12-36 bulan yang mempunyai asupan zinc kurang pada

kelompok kasus 55,8%, dan pada kelompok kontrol 27,9%.Anak usia 12-

36 bulan yang mempunyai asupan protein kurang pada kelompok kasus

46,5%, dan pada kelompok kontrol 20,9%.

4. Ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan

kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Pauh Kota Padang.

5. Ada hubungan yang signifikan antara riwayat BBLR dengan kejadian

stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Kota Padang.

6. Ada hubungan yang signifikan antara asupan zinc dan asupan protein

dengan kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang.

Page 79: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

62

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Puskesmas

Diharapkan pada tenaga kesehatan Puskesmas Pauh untuk melakukan

penyuluhan mengenai penyebab dan dampak stuntingkepada orangtua yang

memiliki anak batita khususnya penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI

Eksklusif dan ketika mendapatkananak yang lahir dengan keadaanberat badan

lahir rendah,maka tenaga kesehatan diharapkan memberikan informasi bahwa

mereka memiliki risiko untuk menderita stunting.

7.2.2 Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai informasi tambahan

tentang kejadian stunting. Sertadiharapkan untuk dapat mengembangkan variabel

dalam penelitianini dan memperluas jumlah populasi dan sampel, serta

mengembangkan instrumen penelitian yang digunakan.

7.2.3 Bagi Responden

Diharapkan bagi ibu yang memiliki anak usia 12-36 bulan untuk

menghindari stress,dan memperhatikan asupan ibu agar ASI lancar sehingga bisa

memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Serta diharapkan juga agar lebih

memperhatikan asupan gizi anak terutama pada asupan zinc dan protein. Jika

keluarga tidak mampu membeli daging bisa diganti dengan mengkonsumsi susu,

telur, serta hasil olahan kacang-kacangan. Dan jika anak tidak suka makan sayur,

ibu bisa mengkreasikan bentuk makanannya.

Page 80: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

DAFTAR PUSTAKA

ACC/SCN. 2000. The fourth report on the world nutrition situation: nutrition

throughout the life cycle. Geneva: Administrative Committee on

Coordination, Subcommittee on Nutrition.

Adani, F. Y. & Nindya, T. S. Perbedaan Asupan Energi , Protein , Zink , dan

Perkembangan pada Balita Stunting dan non Stunting. Amerta Nutr

46–51 (2017). doi:10.20473/amnt.v1.i2.2017.46-51

Adriani, M, dan Wirjatmadi, B. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Kencana

Prenadamedia Group : Jakarta.

Agustian L, Sembiring T, dan Arianai A.Peran Zinkum Terhadap Pertumbuhan

Anak. Sari Pediatri, Vol (11): 4-9 Desember 2009

AKG. (2013). Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein Yang Dianjurkan Bagi

Bangsa Indonesia.Lampiran Peraturan Mentri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 75 Tahun 2013.

Allen dan Gillespie. 2001. United Nations Administrative Committee on

Coordination Sub-Committee on Nutrition (ACC/SCN) in collaboration

with the Asian Development Bank (ADB). Nutrition Policy PaperNo. 19

ADB Nutrition and Development Series No 5.Manila.

Almatsier, S. 2002.Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Almatsier, S. 2003.Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier,S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.

Anindita, Putri. "Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,

Kecukupan Protein & Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6

35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang." Jurnal Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro 1.2 (2012)

Anshori, H. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24

Bulan (studi di Kecamatan Semarang Timur). Artikel Penelitian.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Astutik, M. Zen Rahfiludin, Ronny Aruben.2018.FAKTOR RISIKO KEJADIAN

STUNTING PADA ANAK BALITAUSIA24-

59BULAN(StudiKasusdiWilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten

Pati Tahun 2017).Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)Volume 6,

Nomor 1, Januari 2018

Page 81: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Astutik., R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi.Jakarta: Salemba Medika, pp. 12-3.

Bahmat D.O ,Bahar H, Jus’at I. Hubungan Asupan Seng, Vitamin A, Zat Besi dan

Kejadian pada Anak Balita (24-59 Bulan) dan Kejadian Stunting di

Kepulauan Nusa Tenggara (Riskesdas 2010). Artikel Penelitian.

Universitas Esa Unggul. 2010.

Bapenas. (2011), Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2005-2015. ISBN

978-979-3767-68-9 Barasi Maria E.At a Glance.

Bappenas R.I. 2013. Rencana Aksi Nasional Pangandan Gizi 2011-2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Jakarta: 10.

Chandra, S. 2011.Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.Jakarta. Hlm 419.

Dewi, A. A dan Adhi, K. T. 2016. Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng serta

Riwayat Penyakit Infeksi terhadap Kejadian stunting pada Anak

Balita Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida

III.Archive of Community Health 3; 36-46.

DKK. Profil Kesehatan Kota Padang. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang;

2017.

DKK. Profil Kesehatan Kota Padang. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang;

2013.

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita dan anak

prasekolah untuk bidan. Ed.1. Deepublish: Yogyakarta.

Fitri, L. 2018.Hubungan BBLR dan ASI Ekslusif dengan Kejadian Stuntingdi

Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru.Jurnal Endurance3(1) Februari 2018

(131-137).

Gibson, R. 2005. Principles of nutrional assesment. Oxford university. New york.

Haryono, R.,dan Setianingsih, S. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati

Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

IFPRI. Global Nutrition Report (GNR). 2014. Actions and Accountability to

Accelerate the World’s Progress on Nutrition. Washington DC:

International Food Policy Research Institute.

Jitowiyono S, Kristiyanasari W. Asuhan keperawatan neonatus dan anak. Jakarta:

Nuha Medika; 2010.

Kemenkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).

Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan : Jakarta.

Page 82: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan

RI; 2016.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI;

2015.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan

nomor 1995/menkes/SK/xii/2010 tentang standar atropometri penilaian

status gizi anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan Anak; 2011

Kosim M.S, dkk.Buku Ajar Neonatologi.Ikatan Dokter Anak

Indonesia.Jakarta.2012

Kusuma, K. E. 2013. Faktor Risiko Kejadian StuntingPada Anak Usia 2-3 Tahun

(Studi Di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College

(Online) Vol.2 No.4. (http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnc).

Latief, A. et al., 2007. Bayi Berat Lahir Rendah. In: R. Hassan & H. Alatas, eds.

Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak

FakultasKedokteran Universitas Indonesia, p. 1051

Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, Asi Ekslusif dan

ManajemenLaktasi. Jakarta: TIM.

Nadiyah, Briawan. D.& Martianto, D., (2014). Faktor Risiko Stunting Pada

Anak Usia 0—23 Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa

Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan Pangan,9(2). 125-132.

Nasution, D. Nurdiati, D.S. & Huriyati, E., (2014). Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24

Bulan, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11 (01) 31-37.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nova, M, dan Afriyanti, O. 2018. Hubungan berat badan, asi eksklusif, mp-asi

dan asupan Energi dengan stunting pada balita usia 24–59 bulan Di

puskesmas lubuk buaya.Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health

Journal) Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

Nurkhasanah, 2011. ASI Atau Susu Formula, Jakarta : Flash Book.

Onis M, Monika B, Borghi E, 2011.Prevalence of stunting among pre-school

children 1990-2020 : Growth Assessment and Surveillance Unit. Public

Health Nutrition. Jul 14:1–7. doi:10.1017/S1368980011001315

Page 83: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Pangkong, M., et al. 2017. Hubungan antara pemberian asi eksklusif dengan

kejadian stunting pada anak usia 13-36 bulan di wilayah kerja puskesmas

sonder. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol 6, No 3. 2017

Pengan, Johan Shirley Kawengian, and Dina V. Rombo. "Hubungan antara

riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia

12-36 bulan di wilayah kerja puskesmas luwuk kecamatan luwuk selatan

kabupaten banggai Sulawesi tengah." (2014)

Prawiroharjo S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer.

Proverawati Atikah. Dkk. 2010.Berat Badan Lahir Rendah. Penerbit Mitra

Cendekia: Yogyakarta.

Proverawati, A & Ismawati, C., (2010). BBLR, Berat Badan Lahir Rendah,

Nuha Medika : Yogyakarta.

Rahayu, Atikah, et al. "Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting

pada Anak Usia Bawah Dua Tahun." Kesmas: National Public Health

Journal 10.2 (2015): 67-73

Rahayu, L.S, 2011. Hubungan pengetahuan ibu dengan perubahan status gizi

usia 0-23 bulan di Puskesmas Depok Raya. Universitas Muhammadiayh: Jakarta

Rahmadi, A. 2016. Hubungan berat badan dan panjang badan lahir dengan

kejadian stunting anak 12-59 bulan di Provinsi lampung. Jurnal

Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016. ISSN 1907 – 0357[209]

Rahmaniah et al.2014. Riwayat asupan energi dan protein yang kurang bukan

faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan. Jurnal Gizi Dan Dietetik

Indonesia. Vol. 2, No. 3, September 2014: 150-158

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Litbangkes, Depkes RI. Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar. 2017. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Setiawan, E., et al. 2018.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. Journal of

HealthVol 7, No 2. 2018

Sundari, E dan Nuryanto. 2016. Hubungan asupan protein, seng, zat besi, dan

riwayat penyakit infeksidengan z-score tb/u pada balita. Journal of

Nutrition College, Volume5, Nomor 4, Tahun 2016 (Jilid 5) 520

Page 84: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Supariasa, N., Bakri, B.,dan Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supriyanto Y, Bunga Astria Paramashanti, dan Dewi Astiti. 2017. Berat badan

lahir rendah berhubungan dengan kejadian stuntingpada anak usia 6-23

bulan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia Vol. 5, No. 1, 2017: 23-30

Suwoyo, et.al. 2011. Hubungan Preeklampsia pada Kehamilan dengan kejadian

BBLR di RSUD dr Hardjono Ponorogo. Volume II Nomor Khusus Hari

Kesehatan Indonesia April 2011.

UNICEF. The World Bank Child Malnutrition Database Estimates for 2012 and

Launch of Interactive Data Dashboards. WHO.

WHO, 2009. WHO Child growth standards and the identification of severe acute

malnutrition in infants and children.

WHO. 2004. Malnutrition: the global picture. WHO. Geneva.

Winarno F.G.2004.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Winowatan, G., et al. 2017. Hubungan antara berat badan lahir anak dengan

kejadian stunting pada anak batita di wilayah kerja puskesmas sonder

kabupaten minahasa.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol 6, No

3. 2017

Page 85: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada,

Yth. Ibu

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Stikes Perintis

Sumbar Program Studi S1 Gizi :

Nama : Merisa Oktari

NIM : 151311016

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pemberian Asi

Eksklusif, Riwayat BBLR dan Asupan Zinc, Protein dengan Kejadian Stunting

Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang

Tahun 2019” untuk itu saya meminta kesediaan Ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini.

Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk pengembangan

ilmupengetahuan dan tidak akan menimbulkan kerugian bagi Ibu. Kerahasiaan

semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kebutuhan penelitian. Atas kesediaan Ibu menjadi responden, saya ucapkan

terimakasih.

Peneliti

MERISA OKTARI

Page 86: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Ibu : ............................................

Nama Anak : ............................................

TTL anak / umur anak : ............................................

Alamat : ............................................

No. telpon/HP : ............................................

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul

“Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Riwayat BBLR dan Asupan Zinc, Protein

dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang” yang akan dilakukan oleh :

Nama : Merisa Oktari

Alamat : Jalan Hidayah IV No.30 Rt 01 Rw 05 Dadok Tunggul Hitam

Jurusan : S1 Gizi STIKes Perintis Sumbar

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari

pihak manapun.

Peneliti Responden

( ) ( )

Page 87: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR DAN

ASUPAN ZINC, PROTEIN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA

ANAK USIA 12-36 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH

KOTA PADANG

Nama ibu :

Usia ibu :

Nama anak :

Usia anak :

Jenis kelamin :

Pemberian Asi Eksklusif

a. Apakah ibu memberi ASI kepada anak ibu sampai usia 6 bulan ?

1. Ya 2. Tidak

b. Apakah anak ibu diberi makanan atau minuman lain selain ASI sebelum

usia 6 bulan ?

1. Ya 2. Tidak

c. Berapa kali bayi ibu menyusu (ASI) dalam 1 hari ?

1. Kurang dari 8 kali 2. 8 kali atau lebih

d. Berapa lama bayi ibu menyusu setiap kali ?

1. Kurang dari 10 menit 2. 10 menit atau lebih

e. Tiap menyusui, apakah ibu menggunakan kedua payudara secara

bergantian ?

1. Ya 2. Tidak

Riwayat BBLR

a. Berapa berat anak ibu saat lahir ?

1. < 2500 gr 2. ≥ 2500 gr

b. Berapa panjang anak ibu saat lahir ? ....... cm

Page 88: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 4

FORM FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIR

SEMI KUANTITATIF

Nama Responden : ............................................

Umur : ............................................

Hari/Tanggal : ............................................

NO NAMA BAHAN

MAKANAN

FREKUENSI PORSI

HARI MGG BLN THN URT GRAM

MAKANAN POKOK

1 Beras / Nasi

2 Biskuit

3 Kentang

4 Mie

5 Roti

6 Terigu

7 Singkong / Ubi

8 Jagung

9 Bihun

10 Sagu

PROTEIN HEWANI

1 Ayam/ bebek/

unggas

2 Daging (Sapi, dll)

3 Belut

4 Hati, dll

5 Kepiting

6 Telur, dll

7 Udang/ebi

8 Ikan laut

9 Ikan air tawar

10 Ikan asin

11 Kerang-kerangan

12 Teri

13 Terasi

14 Kornet / sosis

15 Cumi-cumi

16 Aneka abon

Page 89: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

PROTEIN NABATI DAN OLAHAN

1 Tahu

2 Tempe

3 Kacang ijo

4 Kacang merah

5 Kacang tanah

6 Kacang kedelai

SAYUR-SAYURAN

1 Buncis

2 Bayam

3 Daun bawang

4 Daun kcg panjang

5 Daun singkong

6 Daun pepaya

7 Jamur

8 Jagung muda

9 Kcg panjang

10 Ketimun

11 Kembang kol

12 Labu siam

13 Labu kuning

14 Pare

15 Rebung

16 Selada

17 Sawi

18 Tauge

19 Terung

20 Tomat

21 Wortel

SUSU DAN OLAHAN

1 Es krim

2 Keju

3 SKM

4 Susu krim

5 Tepung susu

6 Yogurt

7 Dadih

8 Susu segar

BUAH-BUAHAN

1 Anggur

2 Apel

3 Alpukat

4 Belimbing

5 Bengkuang

6 Cempedak/ Nangka

Page 90: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

7 Duku / langsat

8 Durian

9 Jambu air/biji

10 Jeruk

11 Mangga

12 Manggis

13 Kiwi

14 Kedondong

15 Nenas

16 Pepaya

17 Pisang

18 Rambutan

19 Salak

20 Sawo

21 Semangka

22 Sirsak

23 Melon

LEMAK DAN MINYAK

1 Margarin

2 Mentega

3 Minyak kelapa

4 Minyak kelapa

sawit

5 Minyak

wijen/jagung

6 Minyak ikan

SERBA SERBI

1 Agar-agar

2 Coklat

3 Gula aren

4 Gula pasir

5 Kecap

6 Kemiri

7 Kerupuk emping

8 kerupuk kulit

9 Kerupuk

singkong/ubi

10 Kerupuk udang

11 Kerupukudang

12 Permen/ dodol

13 Kopi/teh

Page 91: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 5 Master Tabel

No.

Resp

Karakteristik Responden Pemberian ASI Berat Badan Lahir Asupan Zinc Asupan Protein

Nama Umur

(bln) JK Status Kode Kategori Kode Kategori BBL Kategori Kode Kategori Kode

1 I 21 L Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

2 D 30 L Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

3 A 12 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

4 M 33 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

5 N 24 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

6 N 35 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 KURANG 1

7 Z 12 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

8 N 29 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

9 S 35 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

10 Q 28 P Stunting 1 TDK ASI 1 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

11 A 31 L Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

12 A 27 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

13 N 16 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

14 A 19 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

15 A 20 L Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

16 H 15 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

17 R 23 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

18 R 12 L Stunting 1 TDK ASI 1 BBLR 1 KURANG 1 KURANG 1

19 A 35 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

20 A 26 L Stunting 1 TDK ASI 1 BBLR 1 KURANG 1 KURANG 1

Page 92: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

21 Z R 28 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

22 S A 16 L Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

23 A A 33 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

24 N P 19 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

25 N 18 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

26 M K A 17 L Stunting 1 TDK ASI 1 BBLR 1 CUKUP 2 CUKUP 2

27 F G 19 L Stunting 1 ASI 1 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

28 A N 27 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

29 B E 22 L Stunting 1 TDK ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

30 J K 13 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

31 A A 13 L Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 KURANG 1

32 I R 12 L Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 CUKUP 2

33 A 14 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

34 Zi 16 P Stunting 1 TDK ASI 1 BBLR 1 KURANG 1 KURANG 1

35 R S I 22 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 KURANG 1

36 D D 34 P Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

37 A 33 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 CUKUP 2

38 P 22 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

39 A G 12 L Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

40 S 36 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

41 N 31 P Stunting 1 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

42 A 12 P Stunting 1 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 KURANG 1

43 R 19 L Stunting 1 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 KURANG 1

Page 93: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

44 M Y 12 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

45 A 23 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

46 S 25 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

47 M A 28 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

48 C 21 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

49 S 27 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

50 T 15 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

51 R 18 P Normal 2 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

52 A A 23 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

53 A 18 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

54 Z 17 P Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

55 F M 14 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

56 N 34 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

57 K A 22 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

58 A 36 P Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

59 D 27 P Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

60 U 16 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

61 R 13 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

62 R 21 L Normal 2 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 KURANG 1

63 H 14 L Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

64 A F 19 P Normal 2 ASI 2 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

65 A H 23 L Normal 2 TDK ASI 1 BBLR 1 KURANG 1 CUKUP 2

66 A H 23 L Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

Page 94: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

67 A 23 L Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

68 A 22 P Normal 2 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 CUKUP 2

69 A 31 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

70 K 33 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

71 M A 27 L Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

72 S S 23 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

73 A R 33 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

74 M A 22 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

75 N 21 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

76 G 16 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

77 A 17 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

78 J 18 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

79 A M 23 P Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

80 R 22 L Normal 2 TDK ASI 1 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

81 S R 20 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

82 S 26 P Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 KURANG 1 CUKUP 2

83 A D 19 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

84 R M 23 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 CUKUP 2

85 A K 25 L Normal 2 ASI 2 NORMAL 2 CUKUP 2 KURANG 1

86 A 24 P Normal 2 ASI 2 BBLR 1 CUKUP 2 KURANG 1

Page 95: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 6 Analisa Data

Frequencies

Notes

Output Created 19-Jul-2019 00:59:25

Comments

Input Data C:\Users\user\Documents\Data Hasil

Uji Bivariat.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 86

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data.

Syntax FREQUENCIES

VARIABLES=Stunting

PemberianASI BeratBadanLahir

AsupanZinc AsupanProtein

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.015

[DataSet1] C:\Users\user\Documents\Data Hasil Uji Bivariat.sav

Statistics

Kejadian

Stunting

Pemberian

ASI

Berat Badan

Lahir

Asupan

Zinc

Asupan

Protein

N Valid 86 86 86 86 86

Missing 0 0 0 0 0

Page 96: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Frequency Table

Kejadian Stunting

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Stunting 43 50.0 50.0 50.0

Normal 43 50.0 50.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Pemberian ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak ASI 30 34.9 34.9 34.9

Ya ASI 56 65.1 65.1 100.0

Total 86 100.0 100.0

Berat Badan Lahir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BBLR 21 24.4 24.4 24.4

Normal 65 75.6 75.6 100.0

Total 86 100.0 100.0

Asupan Zinc

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 36 41.9 41.9 41.9

Cukup 50 58.1 58.1 100.0

Total 86 100.0 100.0

Asupan Protein

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 29 33.7 33.7 33.7

Cukup 57 66.3 66.3 100.0

Total 86 100.0 100.0

Page 97: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Crosstabs

Notes

Output Created 14-Jul-2019 01:30:43

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File 86

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on

all the cases with valid data in the

specified range(s) for all variables in

each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=PemberianASI

BeratBadanLahir AsupanZinc

AsupanProtein BY Stunting

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ GAMMA D

BTAU CTAU RISK

/CELLS=COUNT COLUMN

/COUNT ROUND CELL

/BARCHART.

Resources Processor Time 00:00:01.513

Elapsed Time 00:00:01.023

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet0]

Page 98: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

OUTPUT UJI CHI SQUARE

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pemberian ASI * Kejadian

Stunting 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%

Berat Badan Lahir * Kejadian

Stunting 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%

Asupan Zinc * Kejadian

Stunting 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%

Asupan Protein * Kejadian

Stunting 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%

Page 99: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Pemberian ASI * Kejadian Stunting

Crosstab

Kejadian Stunting

Total Stunting Normal

Pemberian ASI Tidak ASI Count 20 10 30

% within Kejadian

Stunting 46.5% 23.3% 34.9%

Ya ASI Count 23 33 56

% within Kejadian

Stunting 53.5% 76.7% 65.1%

Total Count 43 43 86

% within Kejadian

Stunting 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 5.119a 1 .024

Continuity Correctionb 4.146 1 .042

Likelihood Ratio 5.193 1 .023

Fisher's Exact Test .041 .020

Linear-by-Linear Association 5.060 1 .024

N of Valid Casesb 86

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 100: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Directional Measures

Value

Asymp.

Std. Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .244 .103 2.333 .020

Pemberian ASI

Dependent .233 .100 2.333 .020

Kejadian Stunting

Dependent .256 .108 2.333 .020

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Kendall's tau-b .244 .104 2.333 .020

Kendall's tau-c .233 .100 2.333 .020

Gamma .483 .181 2.333 .020

N of Valid Cases 86

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pemberian ASI

(Tidak ASI / Ya ASI) 2.870 1.135 7.252

For cohort Kejadian Stunting =

Stunting 1.623 1.085 2.429

For cohort Kejadian Stunting =

Normal .566 .326 .982

N of Valid Cases 86

Page 101: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Berat Badan Lahir * Kejadian Stunting

Crosstab

Kejadian Stunting

Total Stunting Normal

Berat Badan Lahir BBLR Count 15 6 21

% within Kejadian

Stunting 34.9% 14.0% 24.4%

Normal Count 28 37 65

% within Kejadian

Stunting 65.1% 86.0% 75.6%

Total Count 43 43 86

% within Kejadian

Stunting 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 5.103a 1 .024

Continuity Correctionb 4.032 1 .045

Likelihood Ratio 5.235 1 .022

Fisher's Exact Test .043 .022

Linear-by-Linear Association 5.044 1 .025

N of Valid Casesb 86

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 102: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Directional Measures

Value

Asymp.

Std. Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .241 .100 2.329 .020

Berat Badan Lahir

Dependent .209 .090 2.329 .020

Kejadian Stunting

Dependent .284 .116 2.329 .020

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Kendall's tau-b .244 .101 2.329 .020

Kendall's tau-c .209 .090 2.329 .020

Gamma .535 .194 2.329 .020

N of Valid Cases 86

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Berat Badan

Lahir (BBLR / Normal) 3.304 1.137 9.597

For cohort Kejadian Stunting =

Stunting 1.658 1.124 2.446

For cohort Kejadian Stunting =

Normal .502 .247 1.019

N of Valid Cases 86

Page 103: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Asupan Zinc * Kejadian Stunting

Crosstab

Kejadian Stunting

Total Stunting Normal

Asupan Zinc Kurang Count 24 12 36

% within Kejadian

Stunting 55.8% 27.9% 41.9%

Cukup Count 19 31 50

% within Kejadian

Stunting 44.2% 72.1% 58.1%

Total Count 43 43 86

% within Kejadian

Stunting 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 6.880a 1 .009

Continuity Correctionb 5.781 1 .016

Likelihood Ratio 6.986 1 .008

Fisher's Exact Test .016 .008

Linear-by-Linear Association 6.800 1 .009

N of Valid Casesb 86

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 104: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Directional Measures

Value

Asymp.

Std. Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .283 .103 2.735 .006

Asupan Zinc

Dependent .279 .102 2.735 .006

Kejadian Stunting

Dependent .287 .104 2.735 .006

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Kendall's tau-b .283 .103 2.735 .006

Kendall's tau-c .279 .102 2.735 .006

Gamma .531 .165 2.735 .006

N of Valid Cases 86

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Asupan Zinc

(Kurang / Cukup) 3.263 1.329 8.009

For cohort Kejadian Stunting =

Stunting 1.754 1.150 2.677

For cohort Kejadian Stunting =

Normal .538 .323 .896

N of Valid Cases 86

Page 105: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Asupan Protein * Kejadian Stunting

Crosstab

Kejadian Stunting

Total Stunting Normal

Asupan Protein Kurang Count 20 9 29

% within Kejadian

Stunting 46.5% 20.9% 33.7%

Cukup Count 23 34 57

% within Kejadian

Stunting 53.5% 79.1% 66.3%

Total Count 43 43 86

% within Kejadian

Stunting 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 6.295a 1 .012

Continuity Correctionb 5.203 1 .023

Likelihood Ratio 6.415 1 .011

Fisher's Exact Test .022 .011

Linear-by-Linear Association 6.222 1 .013

N of Valid Casesb 86

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 106: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Directional Measures

Value

Asymp.

Std. Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .270 .102 2.606 .009

Asupan Protein

Dependent .256 .098 2.606 .009

Kejadian Stunting

Dependent .286 .108 2.606 .009

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Kendall's tau-b .271 .102 2.606 .009

Kendall's tau-c .256 .098 2.606 .009

Gamma .533 .173 2.606 .009

N of Valid Cases 86

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Asupan Protein

(Kurang / Cukup) 3.285 1.273 8.478

For cohort Kejadian Stunting =

Stunting 1.709 1.147 2.547

For cohort Kejadian Stunting =

Normal .520 .290 .932

N of Valid Cases 86

Page 107: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …

Lampiran 7

DOKUMENTASIPENELITIAN

Mewawancarai Responden

Meminta Persetujuan Menjadi Responden

Page 108: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …
Page 109: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …
Page 110: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …
Page 111: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, RIWAYAT BBLR …