124
HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA DI SDN REMPOA II Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I) Oleh : Habsari Qomariyah 205011000330 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA

DI SDN REMPOA II

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)

Oleh :

Habsari Qomariyah

205011000330

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan
Page 3: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan
Page 4: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Bissmillahirahmanirrahim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Habsari Qomariyah

NIM : 205011000330

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Hubungan Pembelajaran Kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan Prestasi

Siswa di SDN Rempoa II

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya aslio saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima saksi berdasarkan ketentuan

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Maret 2011

Penulis,

Habsari Qomariyah

Page 5: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

ABSTRAK

Habsari Qomariyah, Hubungan Pembelajaran Kooperatif dengan Prestasi

Siswa SDN Rempoa II, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Pendidikan merupakan masalah yang penting dan aktual sepanjang zaman.

Dengan pendidikan orang menjadi maju. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan

teknologi, orang dapat mengolah alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada

manusia. Sekolah merupakan salah satu tempat diselenggarakannya proses belajar

sebagai salah satu bukti nyata untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan tersebut.

Di sekolah terdapat beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru kepada

siswanya, salah satunya adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam

merupakan mata pelajaran yang sangat penting. Dengan pendidikan agama Islam,

siswa diajarkan pola pikir yang kritis, logis, realistis, dan sistematis. Pendidikan

agama Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Hampir setiap hari anak dihadapkan pada hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan

agama Islam. Kooperatif merupakan pembelajaran yang aktif, karena pembelajaran

ini memungkinkan siswa belajar dari teman lainnya, karena bahasa teman seringkali

lebih mudah dipahami daripada bahasa guru. Sebagian pakar percaya bahwa sebuah

mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika siswa mampu mengajarkannya

kepada orang lain. Pelajaran sesama siswa memberi kesempatan untuk mempelajari

sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber bagi satu sama lain. Hal ini

memungkinkan terciptanya kondisi belajar dimana siswa saling membantu untuk

kesuksesan bersama. Dalam kooperatif, semua anggota mempunyai tanggung jawab

dan tugas. Keberhasilan seorang siswa turut ditentukan oleh keberhasilan siswa lain.

Prestasi merupakan indikator bagi berkualitas atau tidaknya sebuah proses

pendidikan. Dengan prestasi yang dicapai anak didik, guru dapat dengan mudah

mengetahui secara jelas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini

menunjukkan pentingnya sebuah evaluasi terhadap belajar anak didik sehingga

kualitas pembelajarannya terkontrol secara maksimal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan

pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan prestasi siswa di SDN

Rempoa II. Penelitian ini menggunakan metode analisis dan kuntitatif, yaitu analisis

yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan,

mengklasifikasikan, mentabulasikan, dan selanjutnya dilakukan perhitung-

perhitungan.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif Pendidikan

Agama Islam dengan prestasi siswa bagus. Hasil tersebut terlihat dari indeks korelasi

product moment rxy 0.58. Hasil belajar siswa di SDN Rempoa II ini baik, ditunjukkan

dengan nilai rata-ratanya 73,87 nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan

prestasi siswa bagus.

Page 6: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

v

KATA PENGANTAR

بسماهللالرحمنالرحيم

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya kepada kita. Berkat rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nyalah

skripsi ini dapat terwujud.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah bagi Rasulullah SAW, beserta

keluarganya, sahabatnya, dan para pengukutnya hingga khir zaman.

Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I).

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit hambatan daan kesulitan

yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,

pengumpulan bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan lain sebagainya.

Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai motivasi dan bantuan dari

berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan

sebaik-baiknyasehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-

dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini. Selanjutnya, ucapkan

terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Prof. Dr. Dede

Rosyada, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Baharissalim, M.Ag dan Bapak Drs.

Safiuddin Shiddiq, M.Ag, yang telah memberikan nasihat, arahan, dan

kemudahan dalam penyusunan skripsi ini serta rekomendasi untuk

melakukan penelitian.

Page 7: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

vi

3. Dosen Pembimbing I dan II, Bapak Drs. Masan AF, M.Pd dan Ibu Dra.

Manerah, dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan

pengarahn kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

ilmu dan tuntunan kepada penulis dan membantu melengkapi literature

yang penulis perlukan dalam penyelesaikan skripsi ini.

5. Orang tua tercinta dan adikku tersayang, yang telah memberikan kasih

sayangnya dan mendoakan penulis, sehingga penulis bisa hidup mandiri

dan terima kasih atas segala sesuatu yang telah diberikan berupa bentuk

materil. Sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh kawan-kawan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya kelas B

(Nursida, Umi, Kho, Rita, Sahal, Ipul, Jay) angkatan 2005 dan kawan-

kawan PPKT di MTs. Al-Mursyidiyah Pamulang yang telah memberikan

motivasi dan semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan

tugas ini dan semoga persahabatan yang terbina selama ini akan selalu

menjadi kenangan yang tak terlupakan dan rasa cinta dan hormat kepada

semua pihak yang banyak membantu dan dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis berharap laporan ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka

dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan saran dan masukan dari para

pembaca untuk memperbaiki ketidaksempurnaan laporan ini sangat diharapkan.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT tempat berserah diri dari segala

persoalan.

Jakarta, 2010

Penulis

Page 8: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 10

C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 10

D. Perumusan Masalah ........................................................................... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 11

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESA

A. Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 12

1. Pengertian Kooperatif ............................................................. 12

2. Prinsip-prinsip Dasar Kooperatif .............................................. 16

3. Langkah-langkah Kooperatif .................................................... 16

4. Keterampilan-keterampilan Dalam Kooperatif ......................... 17

5. Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 17

B. Pendidikan Agama Islam ............................................................... 23

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................................... 23

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................. 24

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam .............................................. 24

4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ...................................... 27

5. Faktor-faktor Pendidikan Agama Islam .................................... 30

Page 9: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

C. Prestasi Belajar ............................................................................... 44

1. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................... 44

2. Indikator Prestasi Belajar ........................................................ 45

3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .......................... 46

4. Usaha-usaha Peningkatan Prestasi Belajar.............................. 54

D. Kerangka Berpikir .......................................................................... 57

E. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian .......................................................................... 58

B. Tempat dan Waktu .......................................................................... 58

C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 58

D. Metode Penelitian .......................................................................... 59

E. Instrument Pengumpulan Data ........................................................ 59

F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 61

G. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah .............................................................. 65

B. Deskripsi Data ................................................................................ 67

C. Analisis Data.................................................................................... 86

D. Interprstasi Data .............................................................................. 88

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 90

B. Saran-saran ...................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kisi-kisi instrument angket ……………………………………………….. 53

Tabel 2 Penetapan skor skala pembelajaran kooperatif …………………………… 55

Tabel 3 Data ruang kelas ………………………………………………………….. 58

Tabel 4 Data kondisi ruangan ……………………………………………………… 59

Tabel 5 Keadaan guru dan pegawai ……………………………………………….. 59

Tabel 6 Keadaan siswa dalam dua tahun ………………………………………….. 60

Tabel 7 Siswa SDN Rempoa II ……………………………………………………. 60

Tabel 8 Siswa dapat menjadi kawannya …………………………………………… 62

Tabel 9 Dapat meningkatkan kemampuan kemampuan bekerja sama …………….. 63

Tabel 10 Mengurangi kecemasan siswa …………………………………………….. 64

Tabel 11 Tugas dan pertanyaan dapat memacu minat anak ………………………… 64

Tabel 12 Tugas dan pertanyaan dapat memacu minat anak ………………………… 65

Tabel 13 Mengambil giliran dan berbagi tugas ……………………………………... 65

Tabel 14 Mengambil giliran dan berbagi tugas …………………………………….. 66

Tabel 15 Menyelesaikan tugas tepat waktu ………………………………………… 66

Tabel 16 Mendorong partisipasi ……………………………………………………. 67

Tabel 17 Siswa dapat berpartisipasi aktif ………………………………………….. 67

Tabel 18 Siswa dapat berpartisipasi aktif ………………………………………….. 68

Tabel 19 Mendengar dengan aktif …………………………………………………. 68

Tabel 20 Mendengar dengan aktif ………………………………………………….. 69

Tabel 21 Mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan …………………... 69

Tabel 22 Mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan …………………. 70

Tabel 23 Mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan ………………….. 70

Page 11: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

vii

Tabel 24 Meningatkan motivasi ……………………………………………………. 71

Tabel 25 Meningatkan motivasi ……………………………………………………. 71

Tabel 26 Mengenal satu sama lain …………………………………………………. 72

Tabel 27 Penghargaan dapat diberikan kepada setiap individu ……………………. 72

Tabel 28 Penghargaan dapat diberikan kepada setiap individu ……………………. 73

Tabel 29 Mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi perbedaan

pendapat dan konflik ……………………………………………………... 73

Tabel 30 Mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi perbedaan

pendapat dan konflik ……………………………………………………… 74

Tabel 31 Meningkatkan partisipasi belajar siswa …………………………………… 74

Tabel 32 Meningkatkan prestasi belajar ……………………………………………. 75

Tabel 33 Presentase prestasi belajar ………………………………………………… 76

Tabel 34 Skor angket siswa SDN Rempoa II ……………………………………… 77

Tabel 35 Skor inventori pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam ………. 78

Tabel 36 Nilai rata-rata raport siswa kelas V ………………………………………. 78

Tabel 37 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks antara variable X

dan variable Y …………………………………………………………… 80

Page 12: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Berita Wawancara

2. Surat Pengajuan Judul Skripsi

3. Angket Hubungan Pembelajaran Kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan Prestasi

Siswa di SDN Rempoa II

4. Skor Angket Siswa SDN Rempoa II

5. Kisi-kisi Angket Siswa SDN Rempoa II

6. Surat Bimbingan Skripsi

7. Surat Izin Penelitian

8. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

9. Daftar Uji Referensi Skripsi

10. Daftar Tabel

11. Daftar Nilai Koefisien Korelasi ‘r’ Product Moment

12. Surat Keterangan dari SDN Rempoa II

Page 13: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah yang penting dan aktual sepanjang zaman.

Dengan pendidikan orang menjadi maju. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan

teknologi, orang dapat mengolah alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada

manusia. Dari hasil pendidikan pula manusia menjadi lebih tinggi derajatnya,

dalam firman Allah SWT, yaitu:

﴿١١׃المجادلت﴾

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan padamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah

kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11).

“Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan

pendidikan agama Islam berkembang dengan pesat yang menggugah

Page 14: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

2

para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan

yang lebih terarah pada penguasaan konsep pendidikan agama Islam

yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Untuk

dapat menyesuaikan perkembangan pendidikan agama Islam, kreativitas

sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan.

Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah

melalui jalur pendidikan”.1

Setiap menyelenggarakan pendidikan harus berdasarkan tujuan yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat

urgen yang mempunyai tujuan tertentu, seperti dijelaskan dalam Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 bahwa, “Tujuan

Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tujan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.”2 Tujuan ini sangat sesuai dengan

fitrah manusia, salah satu fitrah beragama. Dengan demikian pendidikan sangat

penting bagi manusia, terutama pendidikan agama. Oleh karena itu, tugas dunia

pendidikan terutama pendidikan agama Islam adalah melahirkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

“Seiring dengan terus menggelindingnya berbagai fenomena pendidikan

dewasa ini, sebagai akibat globalisasi yang kian merambah berbagai dimensi

kehidupan, kehadiran pendidikan agama Islam diharapkan mampu memberi solusi

terhadap berbagai persoalan tersebut”3.

Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah-

sekolah pada saat ini umumnya masih berbentuk pembelajaran yang bersifat

konvensional. Berbagai hasil penelitian menyatakan, bahwa model pembelajaran

1 Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Belajar IPA Siswa SLTP, Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, no. 045, tahun ke-9, November 2005, hlm 789. 2 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta:

Sinar Grafika, 2008, cet-ke 1, hlm 7. 3 Drs. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996, hlm 1.

Page 15: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

3

konvensional belum mampu menjadikan semua siswa di kelas bisa menguasai

tujuan pembelajaran.

Dewasa ini berdasarkan pengamatan dari berbagai pihak, masih dirasakan

bahwa model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru

di sekolah, termasuk di sekolah dasar lebih dirasakan pada kebutuhan formal

daripada kebutuhan riil siswa. Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan

oleh guru-guru tersebut terkesan lebih merupakan pekerjaan administrasi, dan

belum berperan dalam pengembangan potensi siswa secara optimal.

Salah satu indikasi terjadinya peningkatan kualitas pendidikan dapat

dilihat dari adanya peningkatan prestasi hasil belajar siswa secara keseluruhan,

mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Dewasa

ini kualitas prestasi hasil belajar siswa perlu ditingkatkan karena cenderung belum

mencapai kriteria kelulusan belajar yang diharapkan.

Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga banyak

diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu

didominasi oleh peran guru. Guru lebih banyak menempatkan peran siswa sebagai

objek dan bukan sebagai subjek didik. Ada persepsi umum yang sudah mengakar

dalam dunia pendidikan. Yakni menganggap bahwa tugas guru adalah mengajar

dan menuntut siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan sebanyak

mungkin. Guru dipandang oleh siswa sebagai orang yang maha tahu dan sumber

informasi. Lebih celaka lagi adalah siswa belajar dalam situasi yang sarat beban

dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes

dan ujian yang tinggi.

Untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa, guru

harus dapat memilih dan menyajikan strategi dan pendekatan belajar yang lebih

efektif. Salah satunya adalah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.

Dari beberapa uraian di atas, dengan berbagai permasalahan yang ada

dalam dunia pendidikan baik dipandang dari faktor luar maupun dalam, hal ini

menjadi indikasi yang menyebabkan mutu pendidikan rendah, prestasi siswa di

sekolah tidak mengalami kemajuan, terutama dalam pelajaran agama Islam.

Page 16: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

4

Sekolah merupakan salah satu tempat diselenggarakannya proses belajar

sebagai salah satu bukti nyata untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan

tersebut. Di sekolah terdapat beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru

kepada siswanya, salah satunya adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan

agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting. Dengan pendidikan

agama Islam, siswa diajarkan pola pikir yang kritis, logis, realistis, dan sistematis.

Pendidikan agama Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Hampir setiap hari anak dihadapkan pada hal-hal yang berkaitan

dengan pendidikan agama Islam.

Namun ironisnya, kesan sulit, rumit, dan menakutkan masih saja melekat

pada pendidikan agama Islam. Hingga saat ini kesan tersebut belum dapat

dihilangkan atau setidaknya diminimalisasi. Dari kesan ini, banyak siswa merasa

dan menganggap bahwa dirinya tidak mampu mencapai tujuan pembelajaran

dalam pendidikan agama Islam, apalagi mendapat nilai yang tinggi.

Begitu pentingnya pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah,

ternyata tidak diimbangi dengan usaha keras dari berbagai pihak, sehingga proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam berjalan lambat. Hal ini terjadi karena

beberapa hal, yaitu media pelajaran yang kurang efektif, metode pelajaran yng

tradisional dan tidak intensif, dan evaluasi yang buruk. Dari sebagian banyak

permasalahan pendidikan agama Islam ada faktor lain yang mempengaruhi

kemajuan dan prestasi siswa yaitu perhatian orang tua terhadap siswa ketika

mereka berada di rumah.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia melalui jalur

pendidikan khususnya pendidikan agama Islam, diterapkan kurikulum berbasis

kompetensi yang bertujuan meningkatkan keterampilan proses untuk memperoleh

konsep-konsep pendidikan agama Islam dalam bidang akidah akhlak dan

memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melanjutkan

pendidikan kejenjang yang telah tinggi.

Rendahnya nilai hasil belajar pendidikan agama Islam siswa merupakan

masalah yang serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh dari semua pihak,

baik pemerintah, sekolah maupun siswa itu sendiri. Rendahnya nilai hasil belajar

Page 17: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

5

siswa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kurang tepatnya metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan

ketika belajar. Dapat pula disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi

yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa bersikap acuh tak acuh

ketika guru menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru yang

kurang pandai mengatur strategi belajar mengajar yang dapat membangkitan

motivasi belajar siswa. Metode pembelajaran masih bersifat tradisional dimana

siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas

sebagian besar didomisili oleh guru. Dari beberapa permasalahan pendidikan yang

dikemukakan di atas pendekatan pengajaran merupakan aspek permasalahan yang

memerlukan penanganan yang serius.

”Pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran pendidikan

agama Islam adalah memadukan antara pengalaman dan pemahaman produk

pendidikan agama Islam dalam bidang akidah akhlak dalam bentuk pengalaman

langsung serta menekankan pada keterampilan memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan hasilnya”.4 ”Hal ini berarti proses belajar mengajar

pendidikan agama Islam tidak hanya berdasarkan teori pembelajaran perilaku,

tetapi lebih menekankan pada penerapan prinsip-prinsip belajar dari teori

kognitif”.5

Memang kini pendidikan agama Islam dihadapkan kepada persoalan yang

cukup sulit, terutama setelah munculnya isu-isu terbaru dan aktual, pada esensinya

pendidikan agama Islam merupakan bagian dari subsistem pendidikan nasional,

tetapi paling tidak secara kuantitatif, pendidikan agama Islam di Indonesia

mencatat sejumlah kemajuan. Dalam bidang institusi misalnya, jumlah lembaga

pendidikan Islam dari tingkat dasar sampai tingkat pendidikan tinggi terus

bertambah. Kenyataan ini tentu saja menyebabkan jumlah siswa, tenaga pendidik,

dan tenaga kependidikan. Lain halnya secara kualitatif, dalam konteks ini

pendidikan agama Islam di Indonesia masih terus berbenah, bahkan berusaha

mengejar berbagai ketinggalan dalam berbagai segi. Memang diakui, bahwa

4 DepDikNas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP dan Mts, Jakarta, 2004,

hlm 6. 5 Perdy Karuru,… hlm 790.

Page 18: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

6

perkembangan pendidikan agama Islam seringkali dilecehkan, dengan kualitas

yang rendah.

Namun demikian, pengembangan pendidikan agama Islam masih

terhambat oleh pandangan sebagian masyarakat yang keliru tentang kemudahan

dalam proses pembelajaran. Akibatnya mata pelajaran pendidikan agama Islam

diajar oleh guru yang tidak professional, tidak mau kreatif dalam mengembangkan

pembelajaran. Semua ini akan berakibat terhadap rendahnya motivasi dan minat

siswa dalam mempelajari pendidikan agama Islam. Akibat lebih lanjut yang akan

terjadi ialah tidak maksimalnya hasil belajar pendidikan agama Islam. Namun

pendidikan agama Islam dari tahun ke tahun mestinya dapat berkembang dengan

pesat sesuai dengan tuntutan zaman.

Hal ini dengan jelas memposisikan pendidikan agama Islam sebagai salah

satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan pada berbagai jenjang satuan

pendidikan. Di samping itu juga, menurut undang-undang ini keberadaan

pendidikan agama Islam diakui secara jelas, hanya saja menjadi persoalan

bagaimana pendidikan agama Islam itu sendiri menempatkan dirinya pada posisi

yang tepat dan strategis, sehingga dapat menunjukkan eksistensinya.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui

proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditujukan melalui nilai

yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari

oleh peserta didik.

Menurut Bloom dan Slavin, mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah

proses belajar yang dialami oleh siswa yang menghasilkan perubahan dalam

bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.

Jadi presentasi belajar adalah penilaian guru terhadap anak didik untuk

mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah

diberikan dalam jangka waktu tertentu.

Menurut M. Dalyono, “Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti: kesehatan,

intelegensi, bakat dan minat, motivasi dan cara belajar) dan faktor eksternal

Page 19: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

7

(faktor yang berasal dari luar siswa, seperti pola asuh orang tua, lingkungan

sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar)”.6

Kurikulum berbasis kompetensi mempunyai beberapa prinsip diantaranya

pembentukkan skenario pembelajaran konstruktivisme yaitu model pembelajaran

yang berpusat kepada siswa, dengan salah satu pendekatan yang digunakan adalah

pembelajaran kooperatif.

”Kooperatif merupakan pembelajaran yang aktif, karena pembelajaran ini

memungkinkan siswa belajar dari teman lainnya, karena bahasa teman seringkali

lebih mudah dipahami daripada bahasa guru”.7 Sebagian pakar percaya bahwa

sebuah mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika siswa mampu

mengajarkannya kepada orang lain. Pelajaran sesama siswa memberi kesempatan

untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber bagi

satu sama lain.8 Hal ini memungkinkan terciptanya kondisi belajar dimana siswa

saling membantu untuk kesuksesan bersama. Dalam kooperatif, semua anggota

mempunyai tanggung jawab dan tugas. Keberhasilan seorang siswa turut

ditentukan oleh keberhasilan siswa lain.

Namun ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak

diterapkan dalam dunia pendidikan, walaupun sikap hidup gotong royong

merupakan budaya bangsa Indonesia. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan

metode ini karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa

akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan

dalam kelompok atau grup. Selain itu banyak orang yang mempunyai kesan

negatif mengenai kegiatan kerjasama atau belajar dalam kelompok.

Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif adalah bahwa

manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Sebagaimana

disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:

6 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipata, 1997), Cet-ke 1, h. 55.

7 Nurul Astutik, Pengaruh Model Evaluasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui

Pendekatan Cooperatif Learning dengan Tehnik Jigsaw, Jakarta: FMIPA UNJ, 2004, hlm 1. 8 Melvin L. Siberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung:

Nusamedia, 2006, hlm 177.

Page 20: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

8

ثم ولعدوان و تعا و نوا على البر و اتقوا و ال تعا و نوا على اإل

“Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan jangan

tolong menolong dalam kejahatan dan dosa”.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru diharapkan dapat memilih cara

mengajar yang baik dengan metode yang sesuai karena setiap metode memiliki

kelemahan dan kelebihan. Akan lebih baik lagi apabila penggunaan metode

mengajar dapat divariasi sesuai karakteristik materi dan siswa dan sesuai pula

dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator. Sebab bila hanya metode tertentu

saja yang digunakan maka kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan kreativitas dan daya pikir, serta dapat menimbulkan rasa bosan

pada siswa.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar

yaitu pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini tidak sama dengan model

pembelajaran kelompok pada umumnya. Ada unsur-unsur dasar yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksana prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Dengan

penggunaan model pembelajaran siswa aktif, maka rendahnya penguasaan konsep

para siswa terhadap suatu ilmu tidak terlepas dari penggunaan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Sebenarnya pembagian kerja yang kurang adil dalam kerja kelompok tidak

perlu terjadi jika benar-benar pengajar menerapkan prosedur model pembelajaran

kooperatif. Banyak pengajar yang hanya membagi siswa dalam kelompok lalu

memberi tugas untuk menyelesaikan masalah tanpa pedoman mengenai

pembagian tugas dalam menyelesaikannya. Akibatnya siswa merasa ditinggal

sendirian karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu

bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut. Dalam kondisi

demikian maka kekacauan dan kegaduhan yang terjadi dan tujuan pembelajaran

tidak akan tercapai.

Orang tua dalam hal ini adalah mempunyai peranan yang sangat sentral

dalam menentukan keberhasilan memperoleh prestasi siswa dalam bidang

Page 21: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

9

pendidikan agama Islam. Sebab, dengan mendapatkan perhatian, dorongan,

motivasi, dan berbagai sarana lain dari orang tua, maka anak akan lebih giat untuk

belajar yang akhirnya prestasi anak dapat meningkat.

Oleh karena itu banyak diantara siswa yang sebetulnya mampu dalam

belajar tetapi karena kurang bimbingan dan perhatian dari orang tua mereka, siswa

itu belajar menurut kemauan sendiri. Akibatnya hasil yang dicapai siswa itu tidak

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, atau siswa itu mengalami kegagalan

dalam belajar. Berhasil atau tidaknya pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh

pendidikan di dalam keluarga. Janganlah salah tafsir bahwa anak-anak yang sudah

diserahkan kepada sekolah untuk dididik adalah seluruhnya menjadi tanggung

jawab sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka tugas seorang guru adalah membantu

siswa dalam memahami, mengaplikasikan konsep-konsep materi yang dipelajari,

dan juga harus mampu membangun motivasi dan mengubah minat belajar siswa

terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak siswa untuk menghubungkan

bidang yang dipelajari dengan bidang-bidang kehidupan lainnya.

Sebuah fakta ditemukan bahwa di SDN Rempoa II, metode belajarnya

menggunakan pembelajaran kooperatif, agar para siswa dapat dengan mudah

memahami materi yang telah diajarkan oleh guru bidang studi.

Karena peneliti tertarik pada permasalahan yang terjadi seperti

diungkapkan di atas, perlu dilakukan pengkajian ilmiah berdasarkan penelitian

terhadap hubungan pembelajaran kooperatif dengan prestasi siswa.

Sehingga dengan demikian dipilih judul:

“Hubungan Pembelajaran Kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan

Prestasi Siswa di SDN Rempoa II”.

Alasan memilih judul tersebut sebagai subjek penelitian dalam skripsi ini

antara lain:

a. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang belum banyak

digunakan oleh para guru pendidikan agama Islam.

Page 22: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

10

b. Adanya kejenuhan belajar pendidikan agama Islam dan motivasi rendah

yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

c. Merasa tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan pembelajaran

kooperatif pendidikan agama Islam dengan prestasi siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dirasakan membosankan

oleh siswa.

2. Dalam proses pembelajaran siswa kurang diarahkan untuk membangun

pengetahuan sendiri, agar hasil belajar yang didapat adalah hasil belajar

yang bermakna.

3. Adanya kesenjangan antara nilai hasil belajar yang kuantitatif dengan

perilaku siswa.

4. Masih rendahnya kualitas proses pendidikan agama Islam yang dilakukan

oleh guru di Indonesia dibanding negara-negara di dunia.

5. Model pembelajaran pendidikan agama yang diterapkan di sekolah-

sekolah masih bersifat tradisional.

6. Model pembelajaran kooperatif kurang diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar.

7. Meskipun dilakukan pengelompokkan siswa dalam pembelajaran, namun

kurangnya kontrol dari guru sehingga siswa merasa kurang mendapat

bimbingan dalam belajar, yang kemudian kegaduhanlah yang terjadi.

8. Masih ada anggapan sebagian orang tua, bahwa tanggung jawab

pendidikan dibebankan sepenuhnya kepada sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Page 23: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

11

Berdasarkan identifikasi masalah di atas masalah yang telah disebutkan

maka penelitian dibatasi pada masalah pembelajaran kooperatif dan prestasi

belajar pada Pendidikan Agama Islam di SDN Rempoa II.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

tersebut sebagai berikut: Apakah pembelajaran kooperatif pendidikan agama

Islam memiliki hubungan dengan prestasi siswa di SDN Rempoa II?.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran kooperatif

pendidikan agama Islam di SDN Rempoa II.

b. Mengetahui prestasi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pembelajaran kooperatif dengan

prestasi siswa di SDN Rempoa II.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti, menambah khazanah mengenai model-model

pembelajaran, khususnya model pembelajaran kooperatif pada

Pendidikan Agama Islam.

b. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki

proses pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif.

b. Bagi siswa, dari hasil penelitian ini siswa memperoleh pengalaman

belajar yang bervariasi dan menyenangkan, sehingga mereka terbiasa

melakukan proses pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif.

c. Bagi guru, akan menambah wawasan mengenai model pembelajaran

dan lebih yakin bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

Page 24: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

12

prestasi belajar dan mendorong untuk menerapkannya dalam proses

pembelajaran, khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Page 25: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

12

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESA

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Kooperatif

Kooperatif adalah salah satu jenis pembelajaran aktif. Kooperatif

merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam

kelompok kecil untuk menyelesaikan tujuan secara bersama-sama. Hal ini penting

untuk memahami bahwa kooperatif adalah pendekatan yang semata-mata melatih

siswa untuk belajar bersama dalam menyelesaikan dan melengkapi tugas-tugas.

Menurut Khoirul Anam, “Kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar

dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai

pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun

kelompok”. Proses pembelajaran kooperatif yang aktif memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bersama dengan guru dan siswa lain mengkontruksi

pengetahuan mereka sendiri.1

Menurut David Son dan Worsham, yang dimaksud dengan ”Kooperatif

adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk

tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan

keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Sedangkan menurut Johnson,

”Kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok kecil, siswa

1 Khoirul Anam, Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Geografi

Adaptasi Model Jigsaw dan Field Study, Buletin Pelangi, vol. 3, No. 2, 2000, hlm 2.

Page 26: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

13

belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,

baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.2

Menurut Ratna Megawangi, ”Kooperatif adalah metode pembelajaran

yang melibatkan siswa bekerja dalam tim atau kelompok, siswa bekerja bersama-

sama, berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukan tugas yang sudah

berstruktur”. Dalam kelompok kecil, para siswa dapat saling berbagi mengenai

kelebihan masing-masing, sehingga dapat mengembangkan kemampuan

hubungan interpersonal (kemampuan sosial dan emosi). Dengan adanya metode

kooperatif ini, maka dapat menjadi tempat:

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif.

b. Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya.

c. Penghargaan diberikan kepada setiap individu.

d. Tugas dan pertanyaan yang diberikan memacu minat anak untuk

mengerjakannya.

e. Setiap kontribusi individu dapat dihargai.

f. Siswa mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi perbedaan

pendapat dan konflik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi, bahwa “Kooperatif adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa

untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar. Kooperatif

menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat

belajar siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa”.3

“Kooperatif digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan

suatu situasi dan kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan karena bergantung

pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok. Kooperatif bagi guru

2 Supratama, Meningkatkan Motivitas Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Geografi

Melalui Pendekatan Cooperative Learning, Buletin Pendidikan, vol 4, No. 1, 2001, hlm 23. 3 Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta: PT Grasino, 2004, hlm

112.

Page 27: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

14

merupakan pengembangan kurikulum dalam hal akademik, individu maupun

sosial”.4

Sebuah hasil riset tentang kooperatif menunjukkan, bahwa para siswa bisa

lebih mengerti secara mendalam tentang materi yang dipelajarinya, meningkatkan

performent para siswa, meningkatkan kepercayaan diri, motivasi yang lebih tinggi

untuk menyelesaikan tugasnya. Beberapa keunggulan dari kooperatif adalah:

1) Segala perbedaan dihargai.

2) Belajar melihat perspektif yang lebih lengkap.

3) Pengembangan kemampuan interpersonal.

4) Mencelupkan anak dalam kegiatan yang mengasyikkan.

5) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan umpan balik.

Esensi kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok,

sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan

kerja kelompok menjadi optimal. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompok

belajar, bekerja, dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai dengan

selesainya tugas-tugas individu dan kelompok. Karakteristik dari kooperatif

adalah kelompok kecil bekerja sama atau belajar, dan pengalaman belajar.5

Menurut Anita Lie ada beberapa manfaat kooperatif, yaitu:

a) Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan siswa

lain.

b) Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menghargai perbedaan.

c) Meningkatkan partisipasi belajar siswa.

d) Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri).

e) Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif.

f) Meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa:

“Kooperatif adalah suatu variasi pengajaran dimana siswa belajar dalam

suatu kelompok-kelompok kecil. Kelompok tersebut saling membantu,

saling berdiskusi dan beragrumentasi dalam memahami suatu materi

4 Asmarawaty, Penerapan Pendekatan Kooperatif dan Science, Envirotment, Technology,

Society (SETS) dalam Pengajaran Konsep Persilangan, Buletin Pelangi Pendidikan, vol 3, No. 2,

2000, hlm 39. 5 Nurul Astutik, … hlm 12.

Page 28: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

15

pelajaran serta bekerja sama dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja.

Sehingga pembelajaran ini dapat membantu dalam meminimalisir

perbedaan pemahaman dan penugasan terhadap materi pelajaran dari

setiap individu siswa”.6

Kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima

unsur dasar dalam kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif.

2. Tanggung jawab.

3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota.

5. Evaluasi proses kelompok.7

Kelompok kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional. Kelompok

tradisional maksudnya adalah kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah,

seperti kelompok diskusi, kelompok tugas, dan kelompok belajar lainnya.

Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional dapat

dilihat di bawah ini:

a. Kelompok Kooperatif, yaitu:

1. Adanya saling ketergantungan positif.

2. Adanya akuntabilitas individu.

3. Kelompok heterogen.

4. Terjadinya transfer sikap kepemimpinan.

5. Menekankan pada penyelesaian tugas dan mempertahankan hubungan.

6. Keterampilan sosial diajarkan secara langsung.

7. Guru melakukan observasi dan intervensi.

8. Guru memperhatikan proses belajar sehingga efektif.

b. Kelompok Belajar Tradisional, yaitu:

1. Tidak ada saling ketergantungan positif.

2. Tidak ada akuntabilitas individu.

3. Kelompok homogen.

4. Hanya bergantung kepada satu orang pemimpin.

6 Khoirul Anam, … hlm 2.

7 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang Kelas,

Jakarta: Grasindo, 2002, hlm 30.

Page 29: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

16

5. Hanya menekankan pada penyelesaian tugas.

6. Keterampilan sosial hanya diasumsikan dan diabaikan.

7. Guru mengabaikan fungsi kelompok belajar.

8. Guru tidak memperhatikan kelompok belajar.8

2. Prinsip-prinsip Dasar Kooperatif

Prinsip-prinsip kooperatif ada 5, yaitu:

a. Saling ketergantungan, yakni anggota kelompok siswa harus

mengatakan bahwa mereka memerlukan kerjasama untuk mencapai

tujuan.

b. Interaksi berhadap-hadapan, yakni kelompok kecil terdiri dari 2 sampai

4 orang anggota, siswa saling bekerja sama untuk mendapat hasil

belajar yang lebih baik, dimana tiap anggota kelompok duduk

berhadapan.

c. Kemampuan melapor secara individu, yakni semua anggota kelompok

harus mempunyai kemampuan menanggapi suatu masalah, dan

mengembangkan ide-idenya untuk keberhasilan kelompok.

d. Menggunakan keterampilan sosial, yakni dalam hal ini guru harus

menjelaskan keterampilan sosial sebelum pelajaran dimulai dengan

memfokuskan satu keterampilan setiap minggu.

e. Proses kelompok, yakni siswa harus mengevaluasi efektivitas

kelompok.9

3. Langkah-Langkah Kooperatif

Terdapat enam langkah utama dalam kooperatif yang terdapat di bawah

ini, yakni:

Langkah 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Langkah 2: Menyajikan informasi.

Menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan atau teks.

Langkah 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efesien.

Langkah 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

Langkah 5: Evaluasi

8 Nurhadi, … hlm 114.

9 Asmarawaty, … 39.

Page 30: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

17

Mengevaluasikan hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya,

Langkah 6: memberikan penghargaan

Memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

individu dan kelompok.10

4. Keterampilan-Keterampilan Dalam Kooperatif

Keterampilan-keterampilan dalam kooperatif berfungsi untuk melancarkan

hubungan kerja dan tugas. Keterampilan-keterampilan kooperatif menurut

Lundgren tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Keterampilan Tingkat Awal

1) Menggunakan kesepakatan

2) Menghargai kontribusi.

3) Mengambil giliran dan berbagai tugas.

4) Berada dalam kelompok.

5) Berada dalam tugas.

6) Mendorong partisipasi.

7) Mengundang orang lain.

8) Menyelesaikan tugas pada waktunya.

9) Menghormati perbedaan individu.

b. Keterampilan Tingkat Menengah

1) Menunjukkan penghargaan dan simpati.

2) Mengungkapkan ketidaksetujuan.

3) Mendengarkan dengan aktif.

4) Bertanya.

5) Membuat rangkuman.

6) Menafsirkan.

7) Mengatur dan mengorganisir.

8) Mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan Tingkat Mahir

1) Menglaborasi.

2) Memeriksa dengan cermat.

3) Menanyakan kebenaran.

4) Menetapkan tujuan.

5) Berkompromi.11

10

Ibrahim Muslim, Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah

Program Pasca Sarjana UNESA: University Press, 2001, hlm 10 11

Perdy Karuru, … hlm 794.

Page 31: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

18

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

didasarkan pada paham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan salah

satu pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran kontruktivistik.

Pembelajaran kontruktivistik merupakan proses aktif dari pelajar untuk

membangun pengetahuan, bukan hanya bersifat aktif tetapi juga keaktifan secara

fisik. Artinya melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif

dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahwa yang dipelajari

dengan pengetahuan yang telah dimiliki pelajar dan ini berlangsung secara mental.

Dengan demikian hakikat dari pembelajaran ini adalah membangun pengetahuan.

Cara belajar mengajar di sekolah yang berdasarkan pada teori

kontruktivisme adalah cara belajar yang menekankan murid dalam membentuk

pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilisator yang

membantu keaktifan murid tersebut dalam pembentukkan pengetahuannya.

Suparno menyebutkan ciri-ciri belajar kontruktivisme adalah sebagai

berikut:

1. Belajar berarti membentuk makna.

2. Belajar berarti mengkonstruksi terus menerus.

3. Belajar adalah mengembangkan pemikiran, bukan mengumpulkan fakta-

fakta dan menghafalkannya.

4. Belajar berarti menimbulkan situasi ketidakseimbangan.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pembelajar dengan dunia fisik dan

lingkungannya.

6. Hasil belajar pembelajar tergantung pada apa yang telah dimiliki olehnya.

Oleh karena itu, pendekatan kontrutivisme ini guru tidak lagi mengajar

siswa apa yang harus dilakukan dan bagaimana dia melakukannya, akan tetapi

guru memotivasi siswa dan memfasilitasinya agar mau secara aktif mengolah

informasi. Karena pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun sosial,

kelompok belajar dapat dikembangkan. Von Glaserfeld menjelaskan:

“Bagaimana pengaruh kontruktivisme terhadap belajara dalam

kelompok. Menurut dia, dalam kelompok belajar siswa harus

mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan

Page 32: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

19

dibuatnya dengan persoalan itu. Inilah salah satu jalan menciptakan

refleksi yang menuntut kesadaran akan apa yang sedang dipikirkan dan

dilakukan. Selanjutnya, ini akan memberikan kesempatan kepada

seseorang untuk secara aktif membuat abstraksi. Usaha menjelaskan

sesuatu kepada kawan-kawan justru membantunya untuk melihat

sesuatu dengan lebih jelas dan bahkan melihat inkensistensi pandangan

mereka sendiri”.

Mengerti bahwa teman lainnya belum memiliki jawaban yang siap, akan

meningkatkan keberanian siswa untuk mencoba dan mencari jalan, jika ia

menemukan jawaban, itu akan mendorong yang lain untuk menemukannya juga.

Ketidakkonsistenan dan kesahan yang ditunjukkan oleh teman dianggap kurang

meyakinkan dibandingkan ditunjukkan oleh guru. Ini akan meningkat harga diri

mereka.

Menurut Driver dan kawan-kawan, bahwa “Konstruktivisme sosial

menekankan bahwa belajar berarti dimasukkannya seseorang ke dalam dunia

simbolik”. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara

sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman.

Pembentukkan makna adalah dialog antar pribadi. Belajar merupakan proses

masuknya seseorang dalam kultur-kultur orang yang terdidik. Dalam hal ini,

pelajar tidak hanya memberikan akses ke pengalaman fisik, tetapi juga ke konsep-

konsep dan model-model pengetahuan konvensional. Oleh sebab itu, guru

berperan penting karena mereka menyediakan kesempatan yang cocok dan

prasarana masyarakat ilmiah bagi siswa. Dalam konteks ini kegiatan-kegiatan

yang memungkinkan siswa dan berdialog dan berinteraksi dengan para ahli,

dengan lembaga-lembaga penelitian, dengan sejarah penemuan ilmiah, dan

dengan mastarakat pengguna hasil ilmiah akan sangat membantu merangsang

mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teori yang mendasari, menurut

Slavin ada 2 katEgori, yaitu teori motivasi dan teori kognitif.

1. Teori Motivasi.

Menurut teori motivasi yang diungkapkan Slavin, “Motivasi siswa

pada pembelajaran kooperatif awalnya terletak pada bagaimana bentuk reward

Page 33: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

20

dan struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan”. Sturktur

tersebut terdiri atas 3 macam, yaitu:

a. Kooperatif

Tujuan setiap individu menyumbang tujuan individu lain. Siswa yakin

bahwa tujuan mereka akan berhasil jika siswa yang lain ikut terlibat.

b. Kompetitif

Tujuan individu membuat frustasi pencapaian individu lain. Siswa

yakin mereka akan mencapai tujuan mereka jika siswa lain tidak

mencapai tujuan tersebut.

c. Individualistik

Tujuan setiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap

pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri

untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa

lain dalam mencapai tujuan tersebut.

Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif akan

menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya cara agar anggota kelompok

dapat mencapai tujuan pribadi mereka sendiri hanya apabila kelompok itu

berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi mereka, setiap

anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya agar berhasil.

Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja di dalam

kelompoknya, sehingga dapat terjadi ikatan kerja sama dan ikatan yang sosial

yang kuat antar anggota kelompok. Setiap anggota memberikan kontribusinya

dalam mengerjakan tugas dalam kelompok tersebut. Hal ini menandakan

kebutuhan siswa unuk diterima dan dihargai serta dapat mewujudkan diri

sendiri, sehingga kondisi ini dapat dihargai serta dapat memotivasi siswa

untuk lebih semangat dalam belajar.

Motivasi terdiri dari 2 katagori, yaitu:

a. Motivasi ekstrensik, yaitu motivasi yang timbul karena adanya

rangsangan dari luar.

b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri

seseorang tersebut.

Page 34: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

21

Jadi teori motivasi tentang pembelajaran kooperatif lebih menekankan

pada sejauh mana tujuan-tujuan kooperatif berpengaruh terhadap motivasi

siswa dalam melaksanakan kerja akademik. Sehingga tujuan yang ingin

dicapai akan lebih berhasil untuk meningkatkan proses pembelajaran yang

lebih baik.

2. Teori Kognitif

Teori kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam suasana

kebersamaan di dalam kelompok itu sendiri. Teori kognitif dapat

dikelompokan dalam dua kategori yaitu:

a. Teori Perkembangan

Hal yang ingin dijelaskan dalam teori perkembangan adalah bahwa

interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat

perkembangan kognitifnya, dapat meningkatkan penguasaan siswa

terhadap konsep-konsep yang sulit. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Damon dan Muray yang mengatakan bahwa:

“The fundamental assumption of the developmental theories is

that interaction among children around appropriate tasks increases their

mastery of critical concepts.”

b. Teori Elabolasi Kognitif

Pandangan teori ini menyatakan bahwa agar informasi dapat

disimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada,

maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau

elabirasi kognitif atas suatu materi. Hal ini seperti yang diungkapkan

Wittrock bahwa:

“Research in cognitive psychology has found that if information is

to be retaired in memory and related to engage in some sorf of cognitive

restructuring or elaboration of the material.” (Di dalam psikologi kognitif

telah ditemukan bahwa jika informasi yang telah tersimpan dalam ingatan

dan selanjutnya dihubungkan dengan informasi yang baru, maka siswa

harus melakukan penstrukturan kembali kognitifnya).

Page 35: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

22

Ketika siswa melakukan kembali pengetahuannya tersebut dengan

pengetahuan yang telah ada sehingga siswa tersebut akan memperoleh

pemahaman yang lebih baik.

Pada pembelajaran kooperatif, di dalam kelompok akan terjadi

tutorial diantara dimana siswa yang lebih menguasai konsep atau materi

pelajaran akan memberikan penjelasan kepada siswa lain dalam

kelompoknya. Ketika seorang siswa menjadi tutor, ia akan mentransfer

pengetahuannya kepada siswa lain, sehingga siswa tersebut akan

memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Peningkatan pemahaman juga terjadi pada siswa yang diberikan

penjelasan (tutee). Sehingga keduanya akan memperoleh peningkatan

pemahaman terhadap suatu materi.

Page 36: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

23

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu,

paedagogik. Paes berarti anak, gogos artinya membimbing atau tuntutan, iek

artinya ilmu. Jadi pengertian paedagogik adalah ilmu yang membicarakan

bagaimana memberikan bimbingan kepada manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani

(pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta

keterampilan-keterampilan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “Pendidikan

berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang artinya

proses pertumbuhan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,

pembuatan, dan cara mendidik”.

Menurut Amier Dien Inderakusuma, “Pendidikan adalah bantuan yang

diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun

rohani untuk mencapai tingkat dewasa”12

. Adapun menurut Arifin, “Pendidikan

adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan

kepribadian serta kemampuan anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal

maupun non-formal”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro, “Pendidikan

adalah memberikan tuntunan kepada anak yang memiliki kekuatan kodrat agar

mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya”. Menurut Prof. Dr.

Zakiah Derajat adalah sebagai berikut:

“Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-

ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta

didikan agar nantinya setelah selesai dari pendidikan mereka dapat

memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

diyakininya secara menyeluruh pandangan hidupnya demi keselamatan

dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak”.

Dari uraian-uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan

agama Islam ialah usaha yang diarahkan kepada pembentukkan kepribadian anak

didik yang sesuai dengan ajaran Islam, supaya kelak menjadi manusia yang cakap

12

Drs. Amier Dien Inderakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang, hlm 27.

Page 37: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

24

dalam menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhoi Allah SWT sehingga terjalin

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan utama dalam pendidikan agama Islam ialah pembentukkan moral.

Dengan menanamkan akhlak yang mulia berarti menanamkan kepada mereka

untuk menghindari hal-hal yang tercela yang dapat merusak moral dan melanggar

ketentuan ajaran-ajaran Islam, kemudian membiasakan diri untuk melakukan hal-

hal yang terpuji dan menuju kepada ketakwaan. Dengan kata lain tujuan

pendidikan agama Islam identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yakni

manusia diciptakan atau tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah mencari

kebahagiaan dunia dan akhirat kelak, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Adz-

Dzariyat: 56

﴿۵۶׃الذاريات﴾

“Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka itu

beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat:56)

Dari rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam yang telah dikemukakan di

atas terlihat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam mempunyai cakupan yang

lebih luas, yang pada akhirnya tertumpu pada penyerahan diri secara total hanya

kepada Allah SWT dan erbentukknya akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam

yang disebut dengan kepribadian muslim sebagai tujuan akhir dari pendidikan

Islam.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam memegang peranan yang sangat penting dalam

kehidupan seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab

dengan pendidikan agama dapat mendorong seseorang untuk bertakwa kepada

Allah SWT serta memiliki ilmu pengetahuan, dapat mengembangkan kemampuan

Page 38: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

25

diri, bermasyarakat dan dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-

norma ajaran Islam.

a. Metode Pendidikan Agama Islam

Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan

sesuatu. Menurut Jalaludin dan kawan-kawan, “Metode dapat diartikan

sebagai cara menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta

didik)”.13

Tujuan menggunakan suatu metode yang paling tepat dalam

pendidikan agama Islam adalah untuk memperoleh efektivitas dari kegunaan

metode itu sendiri.14

Efektivitas bisa diketahui dari kesenangan pendidik yang

memakainya di satu pihak, serta tumbuhnya minat dan perhatian peserta didik

dilain pihak dalam proses kependidikan dan pengajaran. Kedua belah pihak

timbul rasa senang mengerjakan suatu pekerjaan bahwa ada yang dikerjakan

itu bermanfaat bagi mereka.

Dalam menentukan metode harus disesuaikan dengan materi yang

akan diajarkan, kondisi serta keadaan peserta didik. Ada empat hal yang

menjadi dasar pertimbangan memilih metode pendidikan agama Islam, yaitu:

1. Dasar agama, meliputi pertimbangan al-Qur’an dan sunah Nabi SAW

serta, pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan oleh para sahabat

Nabi dan para ulama.

2. Dasar sosiologi, meliputi pertimbangan jasmani dan tingkat

perkembangan usia anak.

3. Dasar psikologis, meliputi pertimbangan terhadap motivasi, kebutuhan

emosi, minat, sikap, keinginan, bakat dan intelektual anak didik.

4. Dasar sosio, meliputi pertimbangan sosial di lingkungan anak didik.15

13

Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1994,

hlm 2. 14

H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, cet

ke 2, hlm 521. 15

Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet ke 2, 1996,

hlm 52.

Page 39: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

26

Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada bahan atau materi

pendidikan agama Islam, baik sifat maupun tujuan, maka diperlukan metode-

metode yang sesuai antara satu materi dengan materi yang lain. Dengan tetap

berpedoman bahwa metode yang digunakan harus tepat guna agar dapat

menunjang kelancaran pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan Islam, menurut Abdullah Nashih Ulwan, metode harus

bersumber dari al-Qur’an dan Sunah, karena pada keduanya terdapat metode

tersebut. Diantara metode tersebut adalah:

a. Metode pemberian contoh dan teladan. Metode pemberian contoh sangat

berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan

membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial peserta didik. Hal ini

karena pendidik adalah figur dalam pandangan peserta didik, yang segala

tingkah lakunya disadari atau tidak ditiru. Allah SWT telah mengajarkan

bahwa Rasul SAW yang diutus mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual,

moral maupun intelektual, sehingga umat Islam meneladaninya.

b. Metode bercerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran dan

nasihat. Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal

dengan mengemukakan argumentasi yang logis. Al-Qaur’an memakai

metode ini dibeberapa tempat, lebih-lebih dalam berita tentang Rasul

SAW dan kaumnya. Allah SWT telah menceritakan kepada Rasul cerita-

cerita yang baik, tentang kejadian-kejadian yang baik sebagai cermin bagi

umat manusia dan menjadi peneguh Rasul SAW.

c. Metode pemberian nasihat. Dengan nasihat dapat membukakan mata hati

peserta luhur, menghiasinya dengan akhlakul karimah, serta

membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

d. Metode pemberian hadiah dan hukuman. Manusia tidak bisa hidup tanpa

hukum, bagi mereka yang bersalah akan mendapatkan hukuman yang

setimpal. Dan bagi mereka yang mengerjakan kebajikan akan

mendapatkan pahala yang setimpal.

e. Metode diskusi. Metode ini bertujuan untuk merangsang peserta didik

berfikir dan mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut menyumbangkan

Page 40: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

27

pikiran dalam satu masalah bersama yang terkadang banyak kemungkinan-

kemungkinan jawabannya. Allah SAW mengajarkan agar segala sesuatu

dipecahkan dasar musyawarah.

f. Metode tanya jawab. Metode ini digunakan untuk mengenalkan

pengetahuan fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk

merangsang perhatian anak dengan berbagai cara (sebagaimana apresiasi,

selingan, dan evaluasi). Inti ajaran Islam disampaikan oleh malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad SAW dengan melalui tanya jawab. Demikian

pula pengangkatan Mu’adz bin Jabal untuk menjadi hakim di Yaman

melalui tanya jawab yang diajarkan Rasul SAW sekaligus merupakan

contoh pemakaian metode tanya jawab dalam pendidikan agama Islam.16

Menurut Al-Ghazali, seorang pendidik agar memperoleh sukses dalam

tugasnya harus menggunakan pengaruhnya serta arah yang tepat arah.

Diantaranya lebih menekankan pada perbaikan sikap dan tingkah laku para

pendidik dalam mendidik, diantaranya adalah:

1. Guru harus bersikap mencintai muridnya bagaikan anaknya sendiri.

2. Guru tidak boleh mengharapkan upah dari pekerjaannya, karena mendidik

merupakan pekerjaan mengikuti Rasul SAW yang nilainya lebih tinggi

dari harta.

3. Guru harus memberi nasihat kepada muridnya agar menuntut ilmu tidak

untuk kebanggaan diri atau mencari keuntungan sendiri. Melainkan untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. Guru harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang bermanfaat.

5. Guru harus memberi contoh yang baik dan teladan yang indah di mata

anak didik sehingga anak didik senang untuk mencontoh tingkah lakunya.

6. Guru harus mengajarkan apa yang sesuai dengan tingkat kemampuan

anak.

7. Guru harus mengamalkan ilmunya.

8. Guru harus memahami jiwa anak didiknya.

9. Guru harus dapat mendidik keimanan ke dalam pribadi anak didiknya

sehingga akal pikirannya tunduk kepada ajaran agama.17

16

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pustaka Setia Armani,

1955, cet ke 1, hlm 1. 17

H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm 103.

Page 41: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

28

4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar yang digunakan dalam pendidikan agama Islam adalah:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah hakim Allah SWT yang diturunkan kepada pilihan-

Nya yaitu Nabi Muhammad SAW berisi prinsip-prinsip dasar yaitu akidah dan

syari’ah dan sebagai rujukan dan sumber hukum yang pertama dan utama.

Muhammad Fathil Al-Jamali, mengatakan “Pada hakikatnya al-Qur’an

itu adalah merupakan pembendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia,

terutama dalam bidang kerohanian. Al-Qur’an pada umumnya merupakan

kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak dan spiritual kerohanian)”.

Dan Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa “Pendidikan

dan pengajaran umat Islam itu haruslah sumber pada akidah Islamiyah,

menurutnya lagi kepada al-Qur’an dan Hadist, maka pendidikan itu bukanlah

pendidikan agama Islam, tetapi pendidikan asing”.18

Al-Qur’an sebagai pendidikan agama Islam, maka berarti semua

aktivitas pendidikan agama Islam harus berorientasi pada penjabaran isi al-

Qur’an itu sendiri. Keistimewaan al-Qur’an selain sebagai pegangan, acuan

hidup muslim, ia juga adalah kitabullah yang berlaku untuk setiap masa dan

tempat.

2. Sunnah

Setelah al-Qur’an, pendidikan agama Islam menjadikan sunnah

sebagai dasar dan sumber hukumnya. Secara harfiah, sunah berarti jalan,

metode dan program. Sedangkan istilah, sunah adalah sejumlah perkara yang

dijelaskan melalui sanad yang shahih, baik itu berupa perbuatan, peninggalan,

sifat, pengakuan, larangan, hal yang disukai dan dibenci, peperangan, tindak-

tanduk dan seluruh kehidupan Nabi SAW pada hakikatnya.

Seluruh amalan yang dikerjakan oleh Rasul SAW dalam proses

perubahan sikap hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan agama

18

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet. Ke-1, hlm 14.

Page 42: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

29

Islam, karena Allah SWT menjadikan hidup Nabi SAW sebagai tauladan bagi

umatnya.19

3. Sikap dan Perbuatan Para Sahabat

Sikap dan perbuatan para sahabat Nabi SAW dijadikan sumber

pendidikan agama Islam karena Allah SWT sendiri di dalam al-Qur’an

memberikan pernyataan yaitu dalam QS. At-Taubah: 100.

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari

golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka

dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah

dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-

sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah

kemenangan yang besar.

Dengan demikian sudah jelas bahwa perkataan dan sikap para sabahat Nabi

SAW dapat dijadikan sebagai acuan dalam pendidikan Islam. Sebagai salah

satu contoh adalah perilaku Umar bin Khattab yang terkenal dengan sifat

jujur, adil, cakap, berjiwa demokratis dapat dijadikan panutan masyarakat.20

4. Ijtihad

Ijtihad dijadikan sumber pendidikan karena al-Qur’an dan Hadits,

menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa

sekali hubungan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan beranjaknya

19

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan di Sekolah, Rumah, dan Masyarakat, Jakarta:

Gema Insani Press, cet ke 2, 1996, hlm 31. 20

Ramayulis,… hlm 42.

Page 43: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

30

Islam mulai keluar tanah Arab karena situasi dan kondisinya banyak berbeda

di tanah Arab.

Majlis Mudzakarah Al-Azhar menetapkan bahwa “Ijtihad adalah jalan

yang dilalui dengan memberikan semua daya dan kesungguhan oleh akal

melalui ijma’, iyas, istihshan, dan dzon (mendekati keyakinan) untuk

mengistimbathkan hukum dari dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits untuk

menentukan bahas yang dikehendaki”.

Ijtihad menurut istilah ulama ushul ialah “Mencurahkan daya

kemampuan untuk menghasilkan hukum syara’ dari dalil-dalil syara’ secara

terperinci”.21

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh ahli hukum Islam untuk

menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam al-Qur’an dan

Hadits kebanyakan global, maka sering dengan perkembangan zaman dan

kebanyakan permasalahan yang muncul, maka dalam hal ini ijtihad sangat

diperlukan, begitu juga dalam lapangan pendidikan yang tujuannya tidak lain

adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Tapi penggunaan

ijtihad ini biasa dijadikan dasar pendidikan dengan catatan selama tidak

bertentangan dengan dasar pokok.

5. Faktor-faktor Pendidikan Agama Islam

Dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam, perlu diperhatikan

adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya

Pendidikan Agama Islam tersebut. Faktor-faktor pendidikan itu ada 5 macam,

dimana faktor yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat,

yaitu:

1. Anak Didik

Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan

yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan

21

Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali, cet ke 2, 1997,

hlm 45.

Page 44: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

31

tidak akan berlangsung. Oleh karena itu, anak didik tidak dapat digantikan

oleh faktor lain. Dikalangan para Paedagogiek timbul suatu problem,

tentang apakah benar anak itu dapat dididik. Dalam menjawab problem

tersebut, maka timbul 3 aliran, yakni:

a. Aliran Nativisme, yang berpendapat bahwa: anak sejak lahir telah

mempunyai pembawaan yang kuat, sehingga tidak menerima

pengaruh buruk dari luar. Baik buruknya anak itu sangat ditentukan

oleh pembawaan, bukan tergantung kepada pengaruh dari luar.

Karenanya maka pendidikan itu tidak perlu, sebab pada hakikatnya

yang memegang peranan adalah pembawaan. Aliran ini

dikemukakan oleh Scorpenhaeur dari Jerman.

b. Aliran Empirisme, yang berpendapat bahwa: pendidikan adalah

mempunyai pengaruh tidak terbatas, karena anak-anak didik itu

diibaratkan dengan sehelai kertas yang masih putih bersih, yang

dapat ditulis sesuai dengan kehendak si Penulisnya. Baik buruknya

seorang anak tergantung pada pendidikan yang diterimanya. Aliran

ini dikemukakan oleh John Locke.

c. Aliran Convergensi, yang merupakan perpaduan antara dua aliran

di atas, yang berpendapat bahwa: perkembangan jiwa anak adalah

tergantung pada dasar dan ajar, atau tergantung pada pembawaan

dan pendidikan, dimana keduanya peranan yang sama pentingnya

dalam perkembangan periodik anak.

Dari 3 aliran tersebut maka aliran convergensi segi penyesuaiannya

dengan ajaran Islam, dimana menurut ajaran Islam dikatakan bahwa pada

anak tersebut telah mempunyai pembawaan untuk beragama yang dikenal

dengan “fitrah”, kemudian fitrah tersebut akan berjalan ke arah yang benar

bilamana memperoleh pendidikan agama dengan baik dan mendapatkan

pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya.

Tinjauan terhadap faktor anak didik dari beberapa segi akan

membuktikan, bahwa anak dalam jiwanya telah ada kesiapan untuk

menerima pendidikan agama.

Page 45: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

32

a. Tinjauan dari segi ajaran Islam.

Dalam al-Qur’an maupun Hadits telah disebutkan bahwa

manusia sejak lahir telah dibekali oleh Allah SWT dengan adanya

fitrah beragama. Seperti yang disebutkan dalam QS. Ar-Rum: 30

yang berbunyi :

“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

Allah. Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah

Allah, itulah Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui”.

Di samping ayat tersebut, juga disebutkan dalam hadist Nabi SAW

yang berbunyi :

“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah

(kecenderungan untuk percaya kepada Allah SWT). Maka kedua

orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,

Nasrani, dan Majusi”.

Dari ayat dan hadits tersebut, jelaslah bahwa pada dasarnya

anak itu telah membawa fitrah beragama, dan tergantung kepada

pendidikan selanjutnya. Kalau mereka mendapatkan pendidikan

agama dengan baik, maka mereka akan menjadi orang yang taat

beragama pula. Tetapi sebaliknya, bilamana benih agama yang

telah dibawa itu tidak dipupuk dan dibina, maka anak akan menjadi

orang yang tidak beragama ataupun jauh dari agama.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa ajaran

agama Islam tersebut paralel dengan aliran convergensi yang

mengaku adanya pembawaan dan perlunya ada pendidikan.

Page 46: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

33

b. Tinjauan dari segi ilmu jiwa.

Para psikolog berpendapat bahwa berdasarkan

penyelidikan, mereka mengatakan “Dalam jiwa anak semenjak

kecilnya telah tumbuh perasaan agama, kemudian akan

berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungannya”. Adapun para

ahli yang mengemukakan pendapat tersebut antara lain adalah :

1. Sigmund Frued, yang berpendapat bahwa:

Anak-anak semenjak kecilnya telah ada perasaan percaya

kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Bahkan pada tahun-tahun

pertama dalam hidupnya, anak-anak mempunyai anggapan,

bahwa orang tuanya itu sebagai Tuhannya. Karena menurut

pandangan mereka, orang tua itu sebagai sumber keadilan,

sumber kasih sayang dan sumber kekuasaan, tempat mereka

bergantung dan tempat mereka meminta segala keinginnnya.

Tetapi dalam setiap perkembangannya selanjutnya, anak

semakin sadar, bahwa orang tuanya itu ternyata mempunyai

kelemahan-kelemahan dan sering pula membuat kesalahan-

kesalahan.

Hal ini adalah sangat berbeda dengan apa yang telah mereka

gambaran semula, maka timbullah keraguan-raguan dalam

jiwanya. Di sinilah pentingnya orang tua memberikan

kesadaran kepada anak, bahwa orang itu adalah manusia biasa

yang dapat berbuat salah, sedangkan yang Maha Kuasa dan

tidak akan berbuat salah itu hanya Allah. Dengan demikian rasa

percaya pada anak-anak akan dapat berkembang dengan benar.

2. Dorothy Wilson, yang mengemukakan pendapatnya bahwa,

Anak semenjak usia 3 tahun, telah ada kesadaran tentang

adanya Tuhan. Hal ini dibuktikan, berdasarkan

penyeledikannya terhadap seorang anak perempuan yang

sedang bermain-main boneka, pada waktu bonekanya rusak ia

menganggap boneka tersebut sedang sakit. Pada saat yang

sunyi ia berdoa “oh my Lord” dengan harapan boneka tersebut

lekas sembuh. Menurut pendapat Wilson, pada saat itu anak

tersebut berada dalam absoluutniveau, dimana anak sadar akan

adanya Yang Maha Kuasa. Lingkungan hidupnya kemudian

akan memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa

keagamaannya.

Page 47: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

34

3. Rumke, mengemukakan pendapatnya bahwa, “Pada dasarnya

anak sejak kecilnya telah ada kesadaran tentang Tuhan, tetapi

masih sangat lemah. Barulah pada masa puberitas kesasaran

tersebut mulai berkembang dan bertambah kuat dengan adanya

pendidikan agama”.

4. C. G. Yung, berpendapat bahwa ditinjau dari segi psikologi,

“Agama adalah merupakan naturaliter relegeosa yang artinya

bahwa dalam jiwa manusia itu sudah ada pembawaan

beragama”.

5. Dr. Zakiyah Daradjat, dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama

menyatakan bahwa, “Anak mulai mengenal Tuhan sejak usia 3

atau 4 tahun, dengan melalui bahasa. Mereka mulai mengenal

apa yang ada disekitar mereka, kemudian sering bertanya

tentang siapa Tuhan, siapa yang membuat bulan, dan lain

sebagainya”.

Dari pendapat-pendapat Para Psikolog tersebut maka dapat diambil

kesimpulan bahwa “Tinjauan dari segi psichology membuktikan bahwa

anak-anak semenjak kecilnya membawa benih atau potensi untuk

beragama. Potensi tersebut kemudian akan berkembang sesuai dengan

pendidikan yang diterimanya, dan sesuai pula dengan pengaruh dari

lingkungannya”.

Di sinilah pentingnya pendidikan agama dilaksanakan semenjak

kecil, agar kemudian jiwa agama yang telah mereka miliki dapat terbina

dengan baik.

2. Pendidik.

Pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang sangat penting,

karena pendidikan itulah yang akan bertanggugjawab dalam

pembentukkan pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan agama ia

mempunyai pertanggungjawaban yang lebih berat dibanding dengan

pendidikan umum lainnya, karena selain bertanggung jawab terhadap

Page 48: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

35

pembentukkan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga

bertanggungjawab terhadap Allah SWT.

a. Tugas Pendidik Agama

1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam.

2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.

3. Pendidik anak agar taat menjalankan agama.

4. Mendidk anak agar berbudi pekerti yang mulia.

Agar para guru agama dapat melaksanakan tugas tersebut

dengan sebaik-baiknya, maka dibutuhkan adanya syarat-syarat

tertentu, di samping syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru-

guru pada umumnya.

b. Syarat-syarat Pendidik Agama

Adapun syarat-syarat bagi guru pada umumnya, termasuk

di dalamnya guru-guru agama, telah dicantumkan dalam undang-

undang pendidikan dan menjadi guru, selain ijasah dan syarat-

syarat lain yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah

sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan

pengajaran untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran

(seperti yang dimaksud dalam pasa 3, 4, dan 5 UU ini).

Syarat tersebut bila dijabarkan adalah sebagai berikut:

bahwa untuk menjadi guru harus mempunyai syarat-syarat:

1. Harus mempunyai ijasah formal,

2. Sehat jasmani dan rohani,

3. Berakhlak yang baik.

Bagi guru agama, di samping harus memiliki syarat-syarat

tersebut, masih harus ditambah dengan syarat-syarat yang lain,

yang oleh Direktur Direkturat Pendidikan agama telah ditetapkan

sebagai berikut:

a. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin.

Page 49: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

36

b. Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat Islam,

dapat memberikan contoh tauladan yang baik untuk anak

didiknya).

c. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak

didiknya dan ikhlas jiwanya.

d. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang

keguruan, terutama didaktik dan methodic.

e. Menguasai ilmu pengetahuan agama.

f. Tidak mempunyai cacat rohaniah dan jasmaniah dalam

dirinya.

Mengenai hal ini Prof. Atiah Al-Abrossyi mengemukakan

pendapatnya tentang syarat-syarat tentang bagi guru agama, ialah:

1. Guru agama harus zuhud, yakni ikhlas, dan bukan semata-

mata bersifat material.

2. Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapih dan

bersih, dalam akhlak juga baik.

3. Bersifat pemaaf, sabar, dan pandai menahan diri.

4. Seorang guru harus terlebih dahulu merupakan seorang

bapak sebelum ia menjadi seorang guru (cinta kepada

murid-muridnya seperti anaknya sendiri).

5. Mengetahui tabi’at dan tingkat berfikir anak.

6. Menguasai bahan pelajaran yang diberikan

Itulah syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru-guru

agama, supaya dapat berhasil dalam tugasnya. Yang paling penting

diantaranya, ialah: hendaknya guru agama dapat menjadi contoh

tauladan dalam segala tingkah lakunya, dalam segala keadaannya

terutama juga yang menyangkut physicol appereance seperti : cara

memilih pakaian, cara mengatur rambutnya, dan cara berpakaian

itu sendiri, misalnya : memakai pakaian yang menyolok warnanya,

juga potongannya jangan berlebih-lebihan: karena keadaan guru itu

akan selalu dijadikan cermin bagi anak didiknya.

Page 50: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

37

Dalam hal ini Prof. Athiyah Al-Abrossyi pernah

mengatakan, bahwa “Hubungan antara murid dengan gurunya

seperti halnya bayangan dengan tongkatnya: bagaimana bayangan

dapat lurus, kalau tongkatnya sendiri itu bengkok”. Yang berarti,

bagaimana murid dapat menjadi baik kalau gurunya sendiri itu

tidak baik.

Karena itu berdasarkan penyelidikan salah seorang ahli

terhadap beberapa murid tentang guru yang mereka sukai pada

umumnya mereka mengatakan, bahwa guru yang mereka sukai

ialah sebagai berikut :

1. Guru yang bersikap ramah, dan selalu bersedia memahami

atau dapat mengerti terhadap setiap anak yang dihadapinya.

2. Bersifat sabar dan suka membantu kepada mereka serta

dapat tenang dalam jiwa menciptakan ketenangan dalam

jiwa.

3. Tegas dan adil dalam bertindak.

4. Mempunyai sifat yang supel dan menampakkan tingkah

laku yang menarik.

5. Mempunyai ilmu pengetahuan yang bulat (integral)

sehingga mereka percaya terhadap kemampuan dari guru

tersebut.

Apa yang tersebut di atas ini dapat dijadikan pedoman bagi

guru-guru agama atau bagi calon-calon guru agama dalam

menjalankan tugasnya, karena guru agama dalam menunaikan

tugasnya itu harus dapat mengambil simpati dari murid-murid yang

dihadapinya, agar dengan demikian akan dapat menanamkan

ajaran/didikan agama dengan mudah, karena tampak adanya

simpati dari anak didik, maka akan sulit bagi guru agama untuk

dapat menanamkan didikan agama itu kepada anak-anak.

Page 51: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

38

c. Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Pendidik Agama

Berdasarkan hasil penyelidikan dari seseorang ahli, bahwa

guru dalam menunaikan tugasnya, pada umumnya akan

menghadapi bermacam-macam kesulitan, lebih-lebih bagi guru

yang baru menunaikan tugasnya, antara lain adalah:

1. Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individual

murid, yang disebabkan karena perbedaan IQ-nya,

perbedaan wataknya, dan berbeda pula background

kehidupannya.

2. Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan

anak yang dihadapinya.

3. Kesulitan dalam memilih metode yang tepat.

4. Kesulitan dalam memperoleh alat-alat pelajaran dan bahan-

bahan bacaan.

5. Kesulitan dalamm mengadakan evalusai dan kesulitan

dalam melaksanakan rencana yang telah ditentukan, karena

kadang-kadang kelebihan atau kekurangan waktu.

3. Tujuan Pendidikan.

a. Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgent yang

mempunyai tujuan terentu, seperti yang dijelaskan dalam Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pasal 3 bahwa, “Tujuan Pendidikan Nasioanl adalah untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tujan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan ini sangat

sesuai dengan firah manusia, salah satu beragama. Dengan

demikian pendidikan sangatlah penting bagi manusia, terutama

pendidikan agama.

Page 52: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

39

b. Tujuan Pendidikan Agama

Sesuai dengan pembahasan di atas, maka tujuan pendidikan agama

di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia adalah mempunyai

tujuan yang parallel dengan tujuan pendidikan nasional di samping

juga mempunyai yang parallel dengan tujuan instutisional sesuai

dengan tingkat atau jenjangdari sekolah-sekolah mulai SD sampai

dengan perguruan tinggi baik negeri maupuun swasta.

Tujuan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan formal

di Indonesia ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan agama ialah membimbing anak agar

mereka menjadi orang muslim yang sejati, beriman, teguh,

beramal soleh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi

masyarakat, agama, dan Negara. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT, QS. Adz-Dzariyat: 56, yang berbunyi:

﴿۵۶׃الذاريات﴾

“Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar

mereka itu beribadah kepada-Ku”. (QS. Al-Dzariyat: 56)

Di samping beribadah kepada Allah SWT, maka setiap muslim

di dunia ini harus mempunyai cita-cita untuk dapat

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Seperti ini disebutkan

dalam QS. Al-Baqarah : 201, yang berbunyi :

﴿۲۰١׃لبقرة١﴾

Page 53: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

40

“Di antara mereka ada yang berkata, Ya Tuhan kami

berikanlah kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan

periharalah kami dari siksa neraka”. (Al-Baqarah: 102).

Tujuan umum pendidikan agama tersebut dengan sendirinya

tidak akan dicapai dalam waktu sekligus tetapi membutuhkan

proses yang panjang dengan tahap-tahap tertentu: dan setiap

tahap-tahap yang dilalui itu juga mempunyai tujuan tertentu

yang disebut tujuan khusus.

2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus pendidikan agama ialah tujuan pendidikan

agama pada setiap tahap atau tingkat yang dilalui seperti:

tujuan pendidkan agama untuk SD berbeda dengan tujuan

pendidikan agama unuk sekolah menengah, dan berbeda pula

untuk perguruan tinggi.

4. Alat-Alat Pendidikan.

Adapun yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala

sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan daripada

pendidikan. Dengan demikian yang dimaksud alat pendidikan agama ialah

segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan agama.

a. Pertimbangan Dalam Pemilihan Alat Pendidikan Agama.

Dalam memilih alat-alat pendidikan agama, ada beberapa

faktor yang harus diperhatikan antara lain:

1. Dalam memilih alat hendaknya sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

2. Pribadi dari guru yang menggunakan alat pendidikan itu ikut

menjiwainya.

3. Dalam pemilihan alat-alat pendidikan agama haruslah

disesuaikan dengan kondisi daripada anak-anak yang dihadapi,

Page 54: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

41

sehingga dengan demikian alat-alat pendidikan yang dipilih itu

betul-betul akan dapat mempermudah anak-anak untuk menerima

pelajaran, bahkan sebaliknya, memperlambat tercapainya tujuan.

4. Dalam memilih alat pendidikan yang hendak dipergunakan,

hendaknya guru terlebih dahulu mengetahui bagaimana cara-cara

penggunaan alat-alat tersebut, sehingga dengan demikian dapat

memperlancar jalannya pengajaran.

b. Macam-Macam Alat Pendidikan Agama.

Alat-alat pendidikan yang dapat dipergunakan dalam

pelaksanaan pendidikan agama itu cukup banyak karena dalam

uraian ini akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Alat Pengajaran Agama.

Dalam melaksanakan pengajaran agama, dibutuhkan

adanya alat-alat pengajaran. Alat-alat pengajaran agama tersebut

dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:

a. Alat Pengajaran Klasik.

Yakni alat-alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru

bersama-sama dengan murid. Contohnya papan tulis, kapur,

tempat sholat, dan lain sebagainya.

b. Alat Pengakaran Individual.

Yakni alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan

guru. Contohnya alat-alat tulis, buku pelajaran, buku

pegangan, dan lain sebagainya.

c. Alat Peraga

Yakni alat peraga yang dipergunakan untuk memperjelas

gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang diajarkannya.

Alat peraga dalam pendidikan agama dan pengajaran gama

adalah sangat penting, karena dengan demikian anak-anak

akan lebih jelas dan paham materi yang diajarkan. Alat

peraga itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

Page 55: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

42

1. Alat peraga yang langsung, yakni dengan menunjukkan

secara langsung materi yang diajarkan.

2. Alat peraga yang tidak langsung, yakni bilamana yang

diperlihatkan kepada murid-murid itu bukan benda yang

sesungguhnya, melainkan hanya tiruan.

d. Dengan adanya perkembangan teknologi modern pada abad

ini, maka mengakibatkan timbulnya alat-alat modern yang

bisa dipergunakan dalam bidang pendidikan antara lain:

1. Visual-aids, yakni alat-alat pendidikan yang diterapkan

melalui indera penglihatan, contohnya gambar-gambar

yang diproyeksikan, gambar-gambar yang ada dipapan

tulis, shcenada dan lain-lain.

2. Audio-aids, yakni alat-alat pendidikan yang diserap

melalui indera pendengaran, contohnya radio, tape

recorder, dan lain-lainya.

3. Audio-visual, yakni alat-alat pendidikan yang diserap

dengan penglihatan dan pendengaran, contohnya televisi,

film, slide, dan lain-lainya.

2. Alat Pendidikan Agama Yang Langsung.

Ialah dengan menanamkan pengaruh yang positif kepada

anak-anak, dengan memberikan contoh tauladan, memberikan

nasihat-nasihat perintah-perintah, berbuat amal saleh, melatih,

dan membiasakan suatu amalan dan sebagainya. Termasuk alat

pendidikan agama yang langsung juga ialah dengan

menggunakan emosi dan dramatisasi dalam menerangkan

masalah agama, agama ialah lebih menyangkut perasaan.

3. Alat Pendidikan Agama Yang Tidak Langsung.

Ialah yang bersifat kuratif, agar dengan demikian anak-

anak menyadari perbuatannya yang salah, dan berusaha

Page 56: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

43

memperbaikinya, seperti apa yang diterangkan dalam hadits Nabi

SAW:

مروا اوال د كم با لصالة وهم ابناء سبع سنين واضر بو هم عليها

﴾ الحديث ﴿ و هم ابناء عشر و فر قوابينهم فى المضا جع

“Suruhlah anak-anakmu untuk menjalankan ibadah sholat

bilamana sudah berusia 7 tahun, dan apabila sudah

berusia 10 tahun pukullah ia (bila tidak mau melakukan

sholat tersebut) dan pisahkanlah tempat tidurnya”.

Dari hadits itu dapat diambil kesimpulan bahwa bila anak

berusia 10 tahun belum mau melakukan sholat diberikan

hukuman, agar dengan hukuman tersebut anak-anak menjadi

sadar. Berarti hukuman dapat dijadikan sebagai alat untuk

mendidik agama.

4. Lingkungan.

Ialah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil

atau tidaknya pendidikan agama. Karena perkembangan jiwa anak itu

sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat

memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap pertumbuhan

jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaknya, maupun dalam perasaan

agamanya. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman-teman

sebayanya dan dari masyarakat sekitarnya.

Lingkungan hidup anak itu akan memberikan pengaruh yang besar

terhadap pembentukkan akhlak dan pembentukkan pribadinya. Pengaruh

tersebut dapat berupa pengaruh yang positif dan negatif, sesuai dengan

keadaan yang ada dalam lingkungan anak. Pengaruh lingkungan apa

dikatakan positif, bilamana lingkungan itu dapat memberikan dorongan

atau dapat memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk

berbuat hal-hal yang baik. Sebaliknya pengaruh lingkungan dapat

Page 57: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

44

dikatakan negatif, bilamana keadaan sekitarnya anak itu tidak memberikan

pengaruh yang baik. Karena itu berhasil atau tidaknya pendidikan agama

di sekolah, juga banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan daripada anak

didik.22

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Untuk

memudahkan dalam memahaminya, maka akan diuraikan secara satu persatu apa

itu prestasi dan belajar. Dalam Kamus Besar Indonesia yang dimaksud prestasi

adalah hasil kerja yang keadaanya sangat kompleks. Dengan demikian prestasi

adalah hasil usaha yang telah dilakukan seseorang setelah melakukan sesuatu

pekerjaan atau perbuatan.

Prestasi merupakan indikator bagi berkualitas atau tidaknya sebuah proses

pendidikan. Dengan prestasi yang dicapai anak didik, guru dapat dengan mudah

mengetahui secara jelas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini

menunjukkan pentingnya sebuah evaluasi terhadap belajar anak didik sehingga

kualitas pembelajarannya terkontrol secara maksimal.

Kata “prestasi” sendiri berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie, kata ini

dalam Bahasa Indonesia berarti “hasil usaha”23

. Dengan kata lain, prestasi

merupakan sebuah akhir dari proses pencapaian sebuah tujuan. Dengan demikian,

prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, proses kegiatan

pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok mengingat berhasil atau

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses pembelajaran yang

dilalui siswa. Oleh karena itu, prestasi erat kaitanya dengan belajar sehingga

belajar dapat dikatakan sebuah perubahan tingkah laku.

Surmardi Suryabrata mengatakan bahwa prestasi belajar mempunyai dua

pengertian, yaitu:

22

Dra. H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional ,

1983, hlm 32-56. 23

Depdikbud,… hlm 538.

Page 58: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

45

1) Penguasaan kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam proses

belajar tertentu.

2) Perbedaan antara kecakapan pada awal dan akhir proses belajar

mengajar.24

Sedangkan Nana Sudjana mengatakan bahwa prestasi belajar adalah

seperangkat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik melalui evaluasi yang didapat

dalam bentuk kognitif.25

Oleh karena itu, Nana Sudjana mengutip pendapat Harbart tentang teori

tanggapannya mengatakan bahwa seseorang disebut pandai apabila orang tersebut

mempunyai tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang dan sejelas-jelasnya.

Dengan demikian inti belajar adalah ulangan. 26

Melihat fakta di atas, maka prestasi belajar merupakan hasil dari

pengukuran serta penilaian hasil belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar

merupakan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh

dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah siswa mengikuti

kegiatan belajar. Biasanya prestasi dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun

kalimat dan terdapat pada tiap-tiap periode tertentu.27

Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai

setelah melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar.

Prestasi belajar merupakan hal yang bersifat perennial dalam sejarah

kehidupan manusia karena sepanjang kehidupanna manusia selalu mengejar

prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestai belajar dapat

memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang

berada pada bangku sekolah.

2. Indikator Prestasi Belajar

24

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; Rake Press, 1975, cet, ke-2,

hlm 354. 25

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1988, hlm 50-

51. 26

Nana Sudjana, Teori Belajar untuk Pengajaran, Bandung: Fakultas Ekonomi UNPAD,

1989, hlm 26. 27

Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: PT

Bina Aksara, 1997, hlm 43.

Page 59: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

46

Adapun indikator dari prestasi belajar pada prinsipnya adalah

pengungkapan segala hasil belajar yang meliputi segenap ranah psokologis yang

berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Namun

pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah sangat sulit karena

perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak apat diraba). Oleh

karenanya guru hanya dapat mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang

dianggap penting dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil

belajar siswa, baik yang berdimensi cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa

(psikomotorik).

Aspek prestasi yang mencakup kepada kognitif meliputi pengamatan,

ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis. Sedangkan afektif meliputi

penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasai, dan karakterisasi. Dan untuk

psikomotorik keterampilan bergerak dan berindak serta kecakapan ekspresi verbal

dan non-verbal.

H.Y. Waluyo mengutip pendapat Bloom mengemukakan 3 jenis prestasi

belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Prestasi belajar kognitif, yaitu prestasi belajar yang memerlukan kegiatan

berfikir, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan

evaluasi.

2) Prestasi belajar afektif, yaitu prestasi belajar yang berhubungan dengan

perasaan dan kehendak seseorang yang berupa minat apresiasi, sikap nilai,

dan kebiasaan siswa.

3) Prestasi belajar psikomotorik, yaitu prestasi belajar yang berhubungan

dengan keterampilan seseorang yang bersifat fisik.28

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar murid tidak terlepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar murid itu sendiri. Hasil belajar itu

dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan

28

H.Y. Waluyo, Penelitian Pencapaian Hasil Belajar, Jakarta: Karunika UT, 1987, cet,

ke-1, hlm 24.

Page 60: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

47

lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang diketahui subjek

belajar, tujuan, motivasi, proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari.

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, akan tetapi

faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu:

4. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.

Sekalipun banyak faktor atau rangsangan dari faktor eksternal yang

mendorong individu belajar, keberhasilan belajar itu akan ditentukan oleh

faktor belajar (internal) beserta usaha yang dilakukannya.

Brata mengklarifikasikan faktor internal yang mencakup:

a) Faktor Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tagangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam

mengikui pelajaran. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar

tetap bugar, sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan

minuman yang bergizi. Selain itu, dianjurkan memilih pola

istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal

secara tetap dan berkesinambungan. Kondisi organ-organ khusus

seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan penglihatan.

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Bila siswa selalu sakit, dapat

mengakibatkan siswa tidak bergairah dalam belajar.

Dengan demikianlah pula halnya jika kesehatan rohani

(jiwa) kurang baik, misalnya; mengalami gangguan pikiran,

perasaan kecewa karena konflik dengan orang tua, ini dapat

menggangu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, orang

tua harus memeliharan kesehatan anaknya, sebab apabila anak baik

kesehatannya (jasmani maupun rohani) mereka akan semangat

dalam belajar.

Page 61: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

48

b) Faktor Psikologis.

Faktor yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh sepeti

minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan kognitif

seperti kemampuan persepsi, ingatan berpikir dan kemapuan dasar

bahan pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa, yaitu:

Faktor intelektif, yang meliputi: faktor potensial, yaitu kecerdasan

dan bakat. Faktor ketetapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

Faktor non-intelektif, unsur-unsur kepribadian tertentu seperti:

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan

penyesuaian diri.29

Intelegensi

Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik

untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang cepat. Kepandaian disebut juga

kecakapan, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Kepandaian

nyata yang dapat dilihat atau diketahui dari nilai prestasi belajar di

sekolah. Kepandaian inilah yang kerap kali dilihat oleh orang tua,

masyarakat bahkan guru karena memang mudah dikenali dan

Kepandaian potensial atau bakat. Kepandaian ini mudah dikenali

dengan pengamatan dan test khusus. Para ahli psikologi dapat

diminta bantuannya untuk mengenali kepandaian potensial ini.

Tingkat kecerdesan (intelegensi) siswa tak dapat diragukan

lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini

bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa

maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.30

Sikap

Sikap adalah gejala yang internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara

29

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet-ke 1, hlm 60. 30

Hasbullah Thabarany, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT raja Grafindo, 1995, cet-ke

2, hlm 22.

Page 62: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

49

yang realatif. Tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya

secara positif maupun negatif.31

Menurut Bruna, sikap adalah

kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan baik

atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.32

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa, pada prinsipnya

sikap adalah kecenderungan individu untuk bertindak dengan cara

tertentu. Perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan

munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah

(lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa

dan sebagainya.

Bakat

Menurut Chaplin dan Rebber, bakat (aptitude) adalah

kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.33

Menurut

Hilgard, bakat adalah kemampuan belajar. Kemampuan itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Oleh karena itu, bakat siswa harus dikembangkan atau

diwujudkan dan dilatih dngan baik sesuai dengan potensi yang

dimilikinya. Siswa yang berbakat dalam bidang studi tertentu, akan

lebih mudah memahami bidang studi tersebut. Dengan demikian,

bakat itu dapat mempengaruhi belajar siswa, seharusnya berkenaan

dengan keberhasilan prestasi belajar siswa itu sendiri.

31

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002, cet-ke 7, hlm 150-152. 32

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2005, cet-ke 1, hlm 89. 33

Muhibbin Syah,… hlm 135.

Page 63: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

50

Minat

Menurut Slameto, bahwa minat adalah kecenderungan

memetap untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan.34

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajarinya tidak sesuai minat anak, maka hasil

belajarnya pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk

mengembangkan minat siswa, maka siswa itu sendiri harus

berusaha mencintai setiap bahan yang diberikan. Dengan demikian,

siswa diharapkan dapat menangkap semua bahan pelajaran tersebut

dengan baik. Minat mempunyai peranan yang penting dan

mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat

menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa yang

berminat terhadap sebuah kegiatan akan berusaha lebih keras unuk

belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan

demikian tinggi rendahnya minat belajar siswa akan mempengaruhi

hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

Motivasi

Motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah

guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta

didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses

belajar mengajar.35

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi

pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk

memenuhi suatu kebutuhan.36

Menurut MC. Donal, motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

34

Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rieneka Cipta,

2003, cet-ke 4, hlm 57. 35

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UHAMKA Press, 2003,

cet-ke 4, hlm 92-93. 36

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : Pedoman Ilmu

Jaya, 1993, cet-ke 1, hlm 129.

Page 64: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

51

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan.37

Motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan

menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri

manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala

kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau

melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan,

kebutuhan atau keinginan.

c) Faktor Lingkungan Spiritual atau Keamanan

Dan sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar,

dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Faktor-faktor Stimulus Belajar, yaitu

a. Panjangnya bahan pelajaran.

b. Kesulitan bahan pelajaran.

c. Berartinya bahan pelajaran.

d. Berat ringannya tugas.

e. Suasana lingkungan eksternal.

2) Faktor-faktor Metode Belajar, yaitu

a. Kegiatan berlatih atau praktek.

b. Over learning dan riil.

c. Resitasis selama belajar.

d. Pengenalan tentang hasil belajar.

e. Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian.

f. Penggunaan modalitas indera.

g. Bimbingan dalam belajar.

h. Kondisi-konsidi intensif.

3) Faktor-faktor Individual, yaiu

a. Kematangan.

b. Faktor usia kronologis.

37

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008, Ed I, hlm 73.

Page 65: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

52

c. Faktor perbedaan jenis kelamin.

d. Pengalaman sebelumnya.

e. Kapasitas mental.

f. Kondisi kesehatan jasmani.

g. Kondisi kesehatan rohani.

h. Motivasi.38

5. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yakni

kondisi lingkungan di sekitar siswa.

Yang tergolong faktor eksternal adalah:

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang

peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada

awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi

perkembangan kepribadian selanjutnya.39

Keluarga disebut sebagai lingkungan pertama karena dalam

keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan

bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang

utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka

pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam

keluarga.

Selain itu agar pelaksanaan pendidikan di lingkungan keluarga

dapat berhasil sebagaimana yang diharapkan ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh orang tua:

a) Usaha terciptanya suasana yang baik dan harmonis dalam

lingkungan keluarga.

b) Tiap-tiap anggota keluarga harus berpegang pada hak dan tugas

kewajibannya masing-masing.

38

Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004,

cet-ke 2, hlm 138-147. 39

Singgih P. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih P. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak Remaja

dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 2001, cet-ke 6, hlm 185.

Page 66: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

53

c) Orang tua dan orang dewasa lain dalam keluarga harus mengetahui

dan memahami tabiat dan sifat-sifat anak.

d) Hindari segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan atau

perkembangan jiwa anak.

e) Biarkan anak bermain dan bergaul dengan teman-teman sebayanya

di lingkungan keluarganya.40

2. Lingkungan Sekolah

Faktor-faktor sekolah yang dapat mempengaruhi proses belajar

anak adalah kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, alat pelajaran,

metode mengajar, hubungan antara guru dengan siswa, dan hubungan

antara siswa dengan siswa.41

Lingkungan sekolah juga memegang

peranan penting bagi perkembangan belajar pada siswanya.

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan

kampus, sarana dan prasarana yang ada, sumber-sumber belajar, media

belajar dan sebagainya.

3. Lingkungan Masyarakat

Pergaulan di lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi

prestasi belajar. Anak yang bergaul dengan teman yang tidak baik,

selalu bermalas-malas di dalam belajar, dan waktunya banyak

dipergunakan untuk bermain, maka anak itu akan terpengaruh oleh

temannya, sehingga prestasi belajarnya kurang optimal. Lingkungan

masyarakat dimana siswa atau individu berada juga terpengaruh

terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat

dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup,

terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di

dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat

dan perkembangan belajar generasi mudanya.42

40

Alisuf Sabri,… hlm 26. 41

M. Sobry Sutikno, Sukses Belajar dan Mendidik Anak, Mataram: NTP. Press, 2007,

cet-ke 2, hlm 21. 42

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007, cet-ke 4, hlm 164.

Page 67: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

54

Slameto mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar digolongkan menjadi 2 golongan yaitu, faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor

yang ada di luar individu.

Faktor-faktor intern dari dalam diri peserta didik meliputi:

1. Faktor jasmani yaitu faktor kesehatan atau cacat tubuh.

2. Faktor psikologis yaitu integensi, perhatian, minat, bakat,

motif, dan kematangan dan kesiapan.

3. Faktor kelelahan.

Sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar diri peserta didik

meliputi:

a. Faktor dari keluarga, yaitu berupa cara orang tua mendidik,

relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian dari orang tua dan latar

belakang kebudayaan.

b. Faktor dari sekolah, yaitu mencakup metode mengajar,

kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah

dan keadaan gedung.

c. Faktor masyarakat, yaitu mencakup kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat.43

4. Usaha-Usaha Peningkatan Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak pada

usaha dan kegiatanmu sendiri, disamping faktor kemauan, minat, kemauan, tekad

untuk sukses dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan kegiatannya.

Peserta didik akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan cara

belajar yang efisien sehingga mempertinggi prestasi hasil belajar mereka.

43

Slameto,… hlm 54.

Page 68: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

55

Hasil belajar tergantung pula pada cara-cara belajar yang dipergunakan,

oleh karena itu dengan mempergunakan cara belajar yang efisien akan

meningkatkan hasil belajar yang memuaskan.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar siswa, antara lain keadaan jasmani, keadaan sosial emosional,

lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan, sikap yang optimis serta cara

menggunakan waktu cara efisien.

Adapun usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,

antara lain:

a. Membangkitkan motivasi belajar siswa

Motivasi merupakan salah satu faktor untuk menentukan

keefektifan pembelajaran. Menurun M. Alisuf Sabri motivasi adalah

segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.44

Motivasi sangatlah berpengaruh dalam proses pembelajaran, dengan

motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam belajar dan dengan motivasi

itulah kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan.

Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi, pasti akan tekun dan

berhasil belajarnya. Hal ini disebabkan karena ada tiga fungsi motivasi

menurut S. Nasution, yaitu: mendorong manusia untuk bergerak,

menentukan arah perbuatannya, serta menyeleksi perbuatannya, sehingga

perbuatan siswa senantiasa selaras dengan tujuan belajar yang akan

dicapainya.45

Dengan demikian semakin tinggi motivasi belajar siswa terhadap

suatu pelajaran, maka akan tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Untuk

itu guru selaku pengajar dan pendidik harus dapat membangkitkan

motivasi siswa-siswanya agar tercapai hasil belajar yang memuaskan.

Menurut Moh. Uzer Usman ada beberapa cara membangkitkan

motivasi, yaitu:

44

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1996, cet-ke 2, hlm 85. 45

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet-ke 1,hlm 76-77.

Page 69: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

56

1. Mengadakan kompetensi (persaingan) terhadap para siswa guna

meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat).

3. Mengadakan penilaian atau tes.46

b. Meningkatkan disiplin belajar siswa

Pada hakikatnya disiplin adalah pengendalian perilaku dan

pengendalian diri. Apabila seorang siswa dapat mengendalikan dirinya dan

perilakunya sehari-harinya baik di rumah, sekolah maupun lingkungan

sekitarnya maka ia telah mendisiplinkan diri.

Ketika siswa sudah memiliki kedisiplinan baik hal itu yang berasal

dari dirinya maupun atas dorongan orang lain, maka segala sesuatu yang

dikerjakan akan menjadi maksimal. Siswa yang berdisiplin di sekolah

dengan selalu masuk tepat pada waktunya.tidak pernah membolos, selalu

memperhatikan keterangan guru di kelas, rajin mengerjakan tugas yang

diberikan guru, maka pada akhirnya ia akan mendapatkan prestasi yang

baik dalam belajarnya.

Untuk itu pihak sekolah harus memperhatikan kebutuhan siswa

untuk mencapai tujuan belajar, diantaranya dengan selalu menekan disiplin

pada siswa. Contohnya siswa yang terlambat atau membolos maka akan

dikenakan hukuman. Dengan adanya hukuman ini maka siswa tersebut

akan terdorong untuk tidak melanggar peraturan dan berusaha selalu untuk

menjalani proses belajar mengajar dengan sebaik-baiknya dan pada

akhirnya akan memperoleh prestasi yang baik.

Di samping itu, disiplin belajar siswa tidak akan berjalan kalau

guru yang mengajar pun tidak berdisiplin. Untuk itu guru harus

memberikan teladan yang baik kepada siswanya guna meningkatkan

kedisiplinan belajar siswa.

46

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet-ke

7, hlm 29-30.

Page 70: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

57

D. Kerangka Berpikir

Kooperatif digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan

anggota atau kelompok itu sendiri. Keberhasilan kelompok mencapai tujuan

karena tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok.

Kooperatif bagi guru merupakan pengembangan kurikulum dalam hal akademik,

individu maupun sosial. Pendidikan agama Islam yaitu pendidikan dengan melalui

ajaran-ajaran agama Islam berupa bimbingan terhadap peserta didik agar dapat

mengamalkan dan memahami ajaran-ajaran agama Islam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan di Indonesia yang

juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran

masih terlalu didominasi oleh peran guru. Guru lebih banyak menempatkan peran

siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Ada persepsi umum yang

sudah mengakar dalam dunia pendidikan. Yakni menganggap bahwa tugas guru

adalah mengajar dan menuntut siswa dengan muatan-muatan informasi dan

pengetahuan sebanyak mungkin. Guru dipandang oleh siswa sebagai orang yang

maha tahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi adalah siswa belajar dalam

situasi yang sarat beban dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan

mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa, guru

harus dapat memilih dan menyajikan strategi dan pendekatan belajar yang lebih

efektif. Salah satunya adalah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.

E. Pengajuan Hipotesa

Seperti telah disampaikan di atas bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungannya pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam

terhadap prestasi siswa di SDN Rempoa II.

Sehingga hipotesa peneitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam dengan

prestasi siswa di SDN Rempoa II.

Ho: Tidak terdapat hubungan pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam

dengan prestasi siswa di SDN Rempoa II.

Page 71: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang pertama disebut variabel pengaruh

atau variabel antiseden yaitu peran pembelajaran kooperatif pendidikan agama

Islam, dan variable yang kedua disebut variabel terpengaruh atau variabel

konsekuensi, yaitu prestasi siswa. Sebagaimana diketahui bahwa pelajaran-

pelajaran pendidikan agama di sekolah meliputi bidang kemampuan dasar dengan

tujuan agar anak didik mampu menghubungkan pengetahuan yang sudah diterima

dan diketahui dengan pengetahuan yang diperoleh.

Hasil belajar agama Islam diartikan sebagai skor yang diperoleh tes mata

pelajaran agama Islam yang diberikan melalui hasil semester yang sekaligus

digunakan untuk penelitian ini.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di SDN Rempoa II, yang lokasinya di jalan

Wijaya Kusuma I Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur. Proses penelitian

dilaksanakan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrumen, uji

coba instrumen yang dilajutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai

kegiatan inti penelitian, rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan

selama dua bulan, mulai dari awal September sampai akhir Oktober 2010.

Page 72: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

59

C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti. Adapun populasi yang peneliti rujuk adalah kelas V 2009/2010 di SDN

Rempoa II, Ciputat. Popilasi terjangkau jumlah seluruh siswa kelas V sebanyak

60 orang.

Sedangkan yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang

dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan sistem

random sampling dalam bentuk undian sebanyak 50 %. Sehingga sampel yang

dijadikan penelitian ini adalah 30 orang siswa SDN Rempoa II.

D. Metode Penelitian

Penggunaan metodologi di sini dimaksudkan untuk menentukan data yang

valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan

untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara pembelajaran kooperatif

Pendidikan Agama Islam dengan prestasi siswa, maka penulis dalam penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kuantitatif yakni penulis mengumpukan data-data

yang diperlukan kemudian memberikan gambaran mengenai data tersebut yang

kemudian disimpulkan.

Adapun teknik penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIn Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dan instrument dalam penelitian

dalam bentuk non tes yaitu menggunakan wawancara dan angket.

Instrumen non tes dalam bentuk wawancara yakni cara menghimpun

bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya-jawab lisan

secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah

ditentukan. dalam wawancara ini terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai

seputar sekolah dan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. metode ini

Page 73: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

60

digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu sehingga lebih

meyakinkan data yang diperoleh dari sumber lainnya.

Kemudian angket ini dalam bentuk quesioner yang diperuntukkan kepada

siswa, untuk mendapatkan informasi mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Adapun kisi-kisi angket dan pedoman wawancara

adalah sebagai berikut:

Table 1.

Kisi-kisi Instrumen Angket

Variabel Pembelajaran Kooperatif

Dimensi Indikator No.

Item

Item

1. Saling

ketergantunga

n positif

2. Tanggung

jawab

3. Komunikasi

antar anggota

1. Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya.

2. Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama

dengan siswa yang lainnya.

3. Dengan adanya bimbingan belajar dapat mengurangi

kecemasan siswa untuk meraih nilai yang bagus.

1. Tugas dan pertanyaan yang diberikan memacu minat anak

untuk mengerjkan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Siswa dapat mengambil giliran dan berbagi tugas dalam

diskusi belajar dalam kelas.

3. Siswa dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.

4. Dengan adanya bimbingan belajar dapat mendorong

partisipasi siswa dalam kelas.

1. Siswa dapat berpartisipasi aktif.

2. Siswa dapat mendengarkan dengan aktif apa yang

disampaikan oleh guru dalam belajar..

3. Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak untuk

menghargai perbedaan.

1

2

3

4,5

6,7

8

9

10,11

12,13

14,15

,16

1

1

1

2

2

1

1

2

2

3

Page 74: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

61

4. Evaluasi proses

kelompok

5. Prestasi

belajar

4. siswa dapat meningkatkan motivasi, dan harga diri ketika

berdiskusi dalam kelas.

5. Siswa dapat mengenal satu sama lain dalam berdiskusi di

dalam kelas ketika belajar.

1. Guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap

individu yang bisa menjawab pertanyaan.

2. Siswa mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika

terjadi perbedaan pendapat dan konflik.

3. Siswa dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam

kelas.

4. Dengan adanya bimbingan belajar di sekolah dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kelas.

1. Nilai raport semester ganjil 2009/2010 kelas V

17,18

19

20,21

22,23

24

25

2

1

2

2

1

1

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara ini adalah untuk melakukan wawancara kepada Guru

Pendidikan Agama Islam mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

Pembelajaran Kooperatif dalam Prestasi Siswa pada Pendidikan Agama Islam di

SDN Rempoa II.

Pembelajaran Kooperatif:

1. Sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif dalam Pendidikan Agama Islam.

3. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif atau kelompok.

4. Efektifitas pembelajaran kooperatif.

5. Hasil belajar dari pembelajaran kooperatif.

Page 75: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

62

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang akurat dalam penyusunn skripsi ini penulis

menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Dalam hal ini penulis mengunjungi langsung SDN Rempoa II untuk

mengamati secara langsung kondisi sekolah, guru, karyawan, sarana dan

prasarana.

2. Studi Dokumentasi

Penulis mengumpulan data-data mengenai hasil belajar siswa dari

dokumen-dokumen yang ada, antara lain rapot dan leger.

3. Angket

Penulis menyebar angket pada siswa yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini, untuk memperoleh data tentang pembelajaran kooperatif

Pendidikan Agama Islam dengan prestasi siswa, baik pembelajaran

kooperatif yang berupa saling ketergantungan positif, tanggung jawab,

tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Angket tersebut, disusun dengan 4 alternatif jawaban, yang terdiri dari

selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat sebagai berikut:

Table 2.

Penetapan Skor Skala Pembelajaran Kooperatif

Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah

Positif 4 3 2 1

G. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data

1. Data yang terkumpul selanjutnya diolah, dianalisis untuk mengumpulkan

pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

2. Dalam menganalisis data digunakan tehnik deskriptif analisis yaitu

memberi uraian, memberikan gambaran dan menganalisis data yang ada.

Data yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama

Islam digunakan metode analisis kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan

Page 76: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

63

terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan,

mengklasifikasikan, mentabulasikan data selanjutnya dilakukan perhitungan-

perhitungan dengan menggunakan rumus statistic berupa persentase, sebagai

berikut:

Keterangan:

P = presentase

ƒ = frekuensi jawaban

N = jumlah responden

Untuk mengetahui hubungan antara pembelajaraan kooperatif Pendidikan

Agama Islam dan prestasi siswa, penulis menggunakan rumus korelasi Product

Moment Pearson. Penggunaaan rumus itu untuk mencari koefisien korelasi antara

dua variabel yakni variabel bebas (x) dan variabel terikat (y).

Adapun indikator dari kedua variabel tersebut adalah :

a. Variabel bebas (x) adalah pembelajaraan kooperatif Pendidikan Agama Islam

yang meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab, tatap muka,

komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

b. Variabel terikat (y) adalah nilai prestasi belajar siswa yang diambil dari nilai

raport siswa.

Adapun untuk mengetahui rentangan prestasi belajar siswa, penulis

berpedoman pada kriteria sendiri, yaitu:

1. Nilai 81 – 10 nilai baik sekali

2. Niai 71 – 80 nilai baik

3. Nilai 55 – 70 nilai cukup

4. Nilai 0 – 55 nilai kurang

Sedangkan koefesien korelasi untuk mengetahui kuatnya hubungan antara

variable bebas (pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam) dengan

P = ƒ x 100 %

N

N

Page 77: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

64

variabel terikat (prestasi), yang bisa dinyatakan dengan korelasi Product Moment

Pearson.

rxy = N.∑xy-(∑x).(∑y)

√{N.∑x2

– (∑x)2}. {N.∑y

2 – (∑y)

2}

Keterangan:

rxy = angka indeks korelasi “r” product moment.

N = number of cases

∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑x = jumlah seluruh skor x

∑y = Jumlah seluruh skor y

Pada dasarnya nilai rxy dapat bervariasi dari -1 melalui 0 sampai +1 dimana :

rxy = +1 terdapat korelasi positif

rxy = 0 tidak ada korelasi

rxy = -1 terdapat korelasi negatif

Selanjutnya dilakukan interprestasi terhadap rxy, yaitu interprestasi menggunakan

tabel nilai “r”, yaitu :

Keterangan:

dƒ = degree of freedom

N = number of cases

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan1

Setelah itu hasilnya dicocokkan dengan table nilai koefesien korelasi “r”

Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1%, kemudian

dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.

1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006, hlm 194-206.

dƒ = N - nr

Page 78: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

1. Sejarah Berdiri SDN Rempoa II

Lembaga pendidikan ini berdiri pada tahun 1979 dengan nama

SDN Kartika Putra II Rempoa, dengan 6 kelas, 3 toilet (1 toilet untuk guru

dan 2 toilet untuk siswa), 1 perpustakaan, 1 kantin dan jenjang

akreditasinya adalah B. Lalu pada tahun 2010 nama lembaga pendidikan

ini diubah menjadi SDN Rempoa II, dengan lokal yang sama, hanya saja

untuk kelas 6 dibagi menjadi 2 kelas, dengan kepala sekolah Poniran S.Pd.

2. Letak Geografis SDN Rempoa II

Lokasi SDN Rempoa II terletak di jalan Wijaya Kusuma I

Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

Provinsi Banten, tempatnya sangat strategis karena ada jalur angkutan

umum. Luas seluruhnya adalah 890 m², meliputi luas tanah 540 m² dan

luas bangunan 350 m².

Page 79: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

66

3. Sarana dan Prasarana SDN Rempoa II

a. Tabel 3.

Data Kondisi Ruangan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan

untuk dikemukakan tentang sarana dan prasarana yang dimiliki SDN

Rempoa II, dengan rincian sebagai berikut:

Keterangan Jumlah

Ruang

Jumlah

ruang yang

kondisinya

rusak

Jumlah

ruang yang

kondisinya

baik

Kategori kerusakan

Ruang Kelas 5 3 2

Rangka atas keropos

dan bocor

Perpustakaan 1 1 -

Bocor, sempit, dan

panas

R . Lab IPA - - - -

Ruang Lab

Komputer 1 1 -

Bocor, sempit, dan

panas

Keterangan 7 5 2 -

4. Keadaan Guru, Pegawai, dan Siswa SDN Rempoa II

a. Tabel 4.

Keadaan Guru dan Pegawai

SDN Rempoa II memiliki tenaga-tenaga pengajar dengan

kualifikasi pendidikan yang sudah berpengalaman, berdedikasi tinggi,

loyal dan mempunyai etos kerja yang tinggi, dengan rincian sebagai

berikut:

Keterangan Bagi SD

Negeri Keterangan

Guru Tetap (PNS) 9

3 laki-laki

6 perempuan

Page 80: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

67

Guru Tidak Tetap (Guru

Bantu) 5

3 laki-laki

2 perempuan

Guru PNS Dipekerjakan

(DPK) -

-

Penjaga Sekolah 1 Perempuan

Tata Usaha 1 Laki-laki

Jumlah 16 -

Dari tabel di atas bahwa SDN Rempoa II sebagian besar terdiri

dari PNS, sehingga guru-guru di SDN Rempoa II termasuk guru-guru

yang berkualitas baik dan berpengalaman dalam mengajar.

b. Table 5.

Keadaan murid dalam 2 tahun

Tahun

Pelajaran

Rencana

Penerimaan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI

Mrd Rbl Mrd Rb

l Mrd

Rb

l Mrd

Rb

l Mrd

Rb

l Mrd

Rb

l Mrd

Rb

l

2008-2009 42 1 48 1 48 1 46 1 46 1 42 1 50 2 330

2009-2010 42 1 50 1 48 1 48 1 47 1 47 1 42 1 331

Jumlah 82 2 98 2 96 2 94 2 93 2 89 2 92 3

Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping

faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. sebagai salah satu komponen

maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen terpenting diantara

komponen yang lainnya. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan

terjadi proses pengajaran.

Page 81: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

68

Jumlah murid SDN Rempoa II untuk tahun 2008-2009 berjumlah

330 murid, sedangkan tahun 2009-2010 berjumlah 331 murid, dengan

perincian pada tabel di atas.

B. Deskripsi Data

Berdasarkan instrument penelitian yang telah disebarkan kepada

responden, maka dapat dikumpulkan data pembelajaran kooperatif

Pendididkan Agama Islam yang ada di SDN Rempoa II, data tersebut dapat

disajikan sebagai berikut:

Variabel X, pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam yang

meliputi 5 hal, yaitu (1) Pembelajaran kooperatif dalam saling ketergantungan

positif seperti: siswa dapat menjadi guru bagi kawannya, siswa dapat

meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan siswa lainnya, dan

mengurangi kecemasan siswa, (2) Pembelajaran kooperatif dalam tanggung

jawan seperti: tugas dan pertanyaan yang diberikan memacu minat anak untuk

mengerjakannya, mengambil giliran dan berbagi tugas, menyelesaikan tugas

tepat waktu, dan mendorong partisipasi, (3) Pembelajaran kooperatif dalam

tatap muka seperti: siswa dapat berpartisipasi aktif, (4) Pembelajaran

kooperatif dalam komunikasi antar anggota seperti: mendengarkan dengan

aktif, siswa mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menghargai

perbedaan, meningkatkan motivasi dan harga dan harga diri, dan mengenal

satu sama lain, (5) Pembelajaran kooperatif dalam evaluasi proses kelompok

seperti: penghargaan dapat diberikan kepada setiap individu, siswa

mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi perbedaan pendapat

dan konflik, meningkatkan partisipasi belajar siswa, dan meningkatkan

prestasi belajar siswa. Deskripsi data selengkapnya disajikan dalam tabel

berikut:

Page 82: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

69

1. Pembelajaran kooperatif terdiri dari 5 aspek, yaitu:

a. Aspek saling ketergantungan positif, hal-hal yang berkaitan dengan

saling ketergantungan positif dapat dilihat pada tabel 6, 7, 8 seperti di

bawah ini:

Tabel 6.

Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

7

10

11

2

23,3

33,3

36,7

6,7

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (56,6%) siswa dapat menjadi guru bagi

kawannya. Dan hanya 43,4% siswa yang tidak dapat menjadi guru

bagi kawannya.

Tabel 7.

Dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

11

12

7

0

36,7

40

23,3

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (76,7%) siswa dapat meningkatkan

Page 83: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

70

kemampuan bekerja sama dengan siswa yang lainnya. Dan hanya

23,3% siswa yang tidak dapat meningkatkan kemampuan bekerja

sama dengan siswa yang lainya.

Tabel 8.

Mengurangi kecemasan siswa

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

9

4

13

4

30

13,3

43,3

13,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh

pembelajaran kooperatif (43,3%) siswa dapat mengurangi kecemasan

siswa. Dan hanya 56,9% siswa yang tidak dapat mengurangi

kecemasan siswa.

b. Aspek tanggung jawab, hal-hal yang berkaitan dengan saling

keergantungan positif dapat dilihat pada table 9, 10, 11, 12, 13, 14

seperti di bawah ini:

Tabel 9.

Tugas dan pertanyaan dapat memacu minat anak

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

14

7

6

3

46,7

23,3

20

10

Jumlah 30 100

Page 84: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

71

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (70%) tugas dan pertanyaan yang diberikan

memacu minat anak untuk mengerjakannya. Dan hanya 30% tugas

dan pertanyaan yang tidak memiberikan memacu minat anak untuk

mengerjakannya.

Tabel 10.

Tugas dan pertanyaan dapat memacu minat anak

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

11

7

11

1

36,7

23,3

36,7

3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (60%) tugas dan pertanyaan yang diberikan

memacu minat anak untuk mengerjakannya. Dan hanya 40% tugas dan

pertanyaan yang tidak memberikan memacu minat anak untuk

mengerjakannya.

Tabel 11.

Mengambil giliran dan berbagi tugas

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

7

2

14

7

23,3

6,7

46,7

23,3

Jumlah 30 100

Page 85: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

72

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh

pembelajaran kooperatif (30%) siswa dapat mengambil giliran dan

tugas. Dan hanya 70% siswa tidak dapat mengambil giliran dan tugas.

Tabel 12.

Mengambil giliran dan berbagi tugas

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

7

6

13

4

23,3

20

43,4

13,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh

pembelajaran kooperatif (43,3%) siswa dapat mengambil giliran dan

tugas. Dan hanya 56,7% siswa tidak dapat mengambil giliran dan

tugas.

Tabel 13.

Menyelesaikan tugas tepat waktu

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

15

6

8

1

50

20

26,7

3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (70%) siswa dapat menyelesaikan tugas tepat

Page 86: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

73

waktu. Dan hanya 30% siswa tidak dapat menyelesaikan tugas tepat

waktu.

Tabel 14.

Mendorong partisipasi

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

10

9

11

0

33,3

30

36,7

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (63,3%) siswa dapat mendorong partisipasi.

Dan hanya 36,7% siswa tidak dapat mendorong partisipasi.

c. Aspek tatap muka, hal-hal yang berkaitan dengan saling keergantungan

positif dapat dilihat pada table 15, 16 seperti di bawah ini:

Tabel 15.

Siswa dapat berpartisipasi aktif

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

9

10

11

0

30

33,3

36,7

0

Jumlah 30 100

Page 87: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

74

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (63,3%) siswa dapat berpartisipasi aktif. Dan

hanya 36,7% siswa tidak dapat berpartisipasi aktif.

Tabel 16.

Siswa dapat berpartisipasi aktif

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

14

7

8

1

46,7

23,3

26,7

3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (70%) siswa dapat berpartisipasi aktif. Dan

hanya 30% siswa tidak dapat berpartisipasi aktif.

d. Aspek komunikasi antar anggota, hal-hal yang berkaitan dengan saling

ketergantungan positif dapat dilihat pada table 17, 18, 19, 20, 21, 22,

23, 24 seperti di bawah ini:

Tabel 17.

Mendengarkan dengan aktif

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

16

11

3

0

53,3

36,7

10

0

Jumlah 30 100

Page 88: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

75

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (90%) siswa dapat mendengarkan dengan

aktif. Dan hanya 10% siswa tidak dapat mendengarkan dengan aktif.

Tabel 18.

Mendengarkan dengan aktif

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

16

9

5

0

53,3

30

16,7

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (83,3%) siswa dapat mendengarkan dengan

aktif. Dan hanya 16,7% siswa tidak dapat mendengarkan dengan aktif.

Tabel 19.

Mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

14

13

3

0

46,7

43,3

10

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (90%) siswa mempunyai kesempatan untuk

Page 89: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

76

menghargai perbedaan. Dan hanya 10% siswa tidak mempunyai

kesempatan untuk menghargai perbedaan.

Tabel 20.

Mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

5

8

17

0

16,7

26,7

56,6

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh

pembelajaran kooperatif (43,4%) siswa mempunyai kesempatan untuk

menghargai perbedaan. Dan hanya 56,6% siswa tidak mempunyai

kesempatan untuk menghargai perbedaan.

Tabel 21.

Mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

13

11

5

1

43,3

36,7

16,7

3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (80%) siswa mempunyai kesempatan untuk

Page 90: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

77

menghargai perbedaan. Dan hanya 20% siswa tidak mempunyai

kesempatan untuk menghargai perbedaan.

Tabel 22.

Meningkatkan motivasi dan harga diri

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

16

8

6

0

53,3

26,7

20

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (80%) siswa dapat meningkatkan motivasi

dan harga diri. Dan hanya 20% siswa tidak dapat meningkatkan

motivasi dan harga diri.

Tabel 23.

Meningkatkan motivasi dan harga diri

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

10

8

8

4

33,3

26,7

26,7

13,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (60%) siswa dapat meningkatkan motivasi

dan harga diri. Dan hanya 40% siswa tidak dapat meningkatkan

motivasi dan harga diri.

Page 91: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

78

Tabel 24.

Mengenal satu sama lain

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

10

14

5

1

33,3

46,7

16,7

3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (80%) siswa dapat mengenal satu sama lain.

Dan hanya 20% siswa tidak dapat mengenal satu sama lain.

e. Aspek evaluasi proses kelompok, hal-hal yang berkaitan dengan saling

keergantungan positif dapat dilihat pada table 25, 26, 27, 28, 29, 30

seperti di bawah ini:

Tabel 25.

Penghargaan dapat diberikan kepada setiap individu

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

5

7

10

8

16,7

23,3

33,3

26,7

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh

pembelajaran kooperatif (40%) siswa dapat penghargaan. Dan hanya

60% siswa tidak diberi penghargaan.

Page 92: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

79

Tabel 26.

Penghargaan dapat diberikan kepada setiap individu

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

5

5

14

6

16,7

16,7

46,6

20

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh

pembelajaran kooperatif (33,4%) siswa dapat penghargaan. Dan hanya

66,6% siswa tidak penghargaan.

Tabel 27.

Mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi

perbedaan pendapat dan konflik

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

13

7

7

3

45

25

25

5

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (70%) siswa dapat mempelajari kemampuan

bermusyawarah ketika terjadi perbedaan pendapat dan konflik. Dan

hanya 30% siswa tidak dapat mempelajari kemampuan

bermusyawarah ketika terjadi perbedaan pendapat dan konflik.

Page 93: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

80

Tabel 28.

Mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi

perbedaan pendapat dan konflik

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

9

8

11

2

30

26,7

36,7

6,6

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (56,7%) siswa dapat mempelajari

kemampuan bermusyawarah ketika terjadi perbedaan pendapat dan

konflik. Dan hanya 43,3% siswa tidak dapat mempelajari kemampuan

bermusyawarah ketika terjadi perbedaan pendapat dan konflik.

Tabel 29.

Meningkatkan partisipasi belajar siswa

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

11

6

13

0

36,7

20

43,3

0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (56,7%) siswa dapat meningkatkan partisipasi

Page 94: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

81

belajar siswa. Dan hanya 43,3% siswa tidak dapat meningkatkan

partisipasi belajar siswa.

Tabel 30.

Meningkatkan prestasi belajar siswa

No. Alternatif Jawaban F %

1.

2.

3.

4.

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

14

6

9

1

46,7

20

30

3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

pembelajaran kooperatif (66,7%) siswa dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Dan hanya 33,3% siswa tidak dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Tabel 31.

Skor Angket Siswa SDN Rempoa II

variable X

No. X

1. 56

2. 87

3. 91

4. 74

5. 69

6. 67

7. 67

Page 95: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

82

8. 81

9. 67

10. 75

11. 83

12. 74

13. 81

14. 69

15. 84

16. 84

17. 59

18. 67

19. 76

20. 73

21. 68

22. 71

23. 73

24. 57

25. 70

26. 81

27. 56

28. 78

29. 75

30. 78

Jumlah 2191

Jadi kesimpulan dari tabel-tabel di atas bahwa pembelajaran kooperatif

Pendidikan Agama Islam yang dapat dilihat dari 5 aspek di atas, yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab, tatap muka, komunikasi antar

Page 96: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

83

anggota, dan evaluasi proses kelompok. Dapat penulis simpulkan sebagai

berikut:

a. Dalam hal pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam masih sangat

kurang dalam hal: (1) mengurangi kecemasan siswa, hanya sedikit siswa

yang dapat mengatasi kecemasannya ketika belajar kelompok.

b. Dalam hal pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam masih sangat

kurang dalam hal: (1) mengambil giliran dan berbagi tugas, hanya sedikit

siswa yang mau mengambil giliran dan berbagi tugas ketika belajar

kelompok.

c. Dalam hal pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam masih

imbang dalam hal: (1) berpartisipasi aktif, siswa mampu berpartisipasi

aktif ketika belajar kelompok.

d. Dalam hal pembelajaran kooperatif Pendidikan agama Islam masih sangat

kurang dalam hal: (1) mempunyai kesempatam untuk menghargai

perbedaan, hanya sedikit siswa yang mau menghargai perbedaan.

e. Dalam hal pembelajaran kooperatif pendidikan Agama Islam masih sangat

kurang dalam hal: (1) penghargaan dapat diberikan kepada setiap individu,

hanya sedikit siswa yang mampu menerima penghargaan dalam kelas.

Tabel 32.

Skor inventori pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam

Kategori Skor Frekuensi Presentase

Tinggi 75 - 100 11 36,7

Sedang 50 - 75 19 63,3

Rendah 25 - 50 0 0

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa SDN

Rempoa II mendapat skor yang sedang sebanyak 63,3%.

Page 97: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

84

Kemudian berdasarkan penelitian terhadap skor tertinggi yang

diperoleh subjek penelitian pada inventory pembelajaran kooperatif

Pendidikan Agama Islam yaitu 91 dan skor terendah sebanyak 56, skor

rata-rata dari 30 siswa sebanyak 73,03%.

2. Prestasi Belajar

Hasil belajar siswa yang diambil dari dari nilai rapot semester

ganjil tahun ajaran 2009/2010, dengan nilai rata-rata 73,87, nilai tertinggi

90 dan nilai terendah 60 (lihat tabel 35.) Alasan penulis mengambil dari

nilai raport karena menggambarkan nilai harian, UTS dan UAS, akan

tetapi bukan dilihat dari nilai harian, UTS dan UAS saja, melainkan dilihat

dari sikap, kerapihan, tingkah laku, dan rajin mengerjakan tugas. Jika

siswanya mempunyai semangat belajar yang tinggi dan tingkah laku yang

baik maka hasil belajarnya pun akan baik. Untuk memudahkan

perhitungan angka penulis menyajikan dalam sebuah presentase

sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 33.

Nilai rata-rata raport siswa kelas VI

Variabel Y

No. Responden Nilai

1 65

2 75

3 60

4 65

5 73

6 73

7 80

8 75

Page 98: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

85

9 73

10 80

11 80

12 80

13 73

14 65

15 65

16 80

17 70

18 85

19 90

20 85

21 80

22 75

23 70

24 75

25 75

26 70

27 71

28 63

29 75

30 70

Jumlah 2216

Rata-rata 73,87

Page 99: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

86

Tabel 34.

Presentase prestasi siswa

Kriteria Skor Frekuensi Presentase

Baik sekali 81 – 100 3 10

Baik 71 – 80 17 56,7

Cukup 55 – 70 10 33,3

Kurang 0 – 54 0 0

Jumlah 30 100

Tampak dari tabel tersebut bahwa jumlah siswa yang mempunyai

kriteria nilai baik sekali sebanyak 10%, siswa yang mempunyai kriteria

baik sebanyak 56,7%, siswa yang mempunyai kriteria cukup sebanyak

33,3%, dan tidak ada satu pun siswa yang mempunyai kriteria nilai

kurang.

Berdasarkan tabel di atas maka dapatlah diambil kesimpulan

bahwa prestasi belajar siswa secara keseluruhan adalah baik, dengan

melihat Jumlah yang paling banyak pada kriteria baik.

C. Analisis Data

Data tentang pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam

dengan Prestasi Belajar dianalisis dengan menggunakan korelasi product

moment disajikan sebagai berikut :

Page 100: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

87

Tabel 35.

Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara

variabel X dan variabel Y

No. X X2

Y Y2

XY

1. 56 3136 65 4225 3640

2. 87 7569 75 5625 6525

3. 91 8281 60 3600 5460

4. 74 5476 65 4225 4810

5. 69 4761 73 5329 5037

6. 67 4489 73 5329 4891

7. 67 4489 80 6400 5326

8. 81 6561 75 5625 6075

9. 67 4489 73 5329 5037

10. 75 5625 80 6400 6000

11. 83 6889 80 6400 6640

12. 74 5476 80 6400 5920

13. 81 6561 73 5329 5913

14. 69 4761 65 4225 4485

15. 84 7056 65 4225 5460

16. 84 7056 80 6400 6720

17. 59 3481 70 4900 4130

18. 67 4489 85 7225 5695

19. 76 5776 90 8100 7110

20. 73 5329 85 7225 6202

21. 68 4624 80 6400 5200

22. 71 5041 75 5625 5325

23. 73 5329 70 4900 5110

24. 57 3249 75 5625 4275

Page 101: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

88

25. 70 4900 75 5625 5250

26. 81 6561 70 4900 5670

27. 56 3136 71 5041 3976

28. 78 6084 63 3969 4941

29. 75 5625 75 5625 5625

30. 78 6084 70 4900 5460

Jumlah 2191 162284 2216 165026 171918

Dari tabel dapat diperoleh:

∑x = 2191 ∑x2 = 162284 ∑xy = 171918

∑y = 2216 ∑y2 = 165026 N = 30

Selanjutnya hasil dari penelitian di atas akan diuji keabsahannya

dengan menggunakan rumus product moment untuk mengetahui tingkat

korelasi variabel, yaitu :

rxy = N. ∑xy – (∑x).(∑y)

√ {N.∑x2 – (∑x)

2}.{N.∑y

2 – (∑y)

2}

= 30 x 171918 – 2191 x 2216

√ {30 x 162284 – (2191)2} x {30 x 165026 – (2216)

2}

= 5157540 – 4855256

√{4868520 – 4800481} x {4950750 – 4910656}

= 302284 = 302284

√ {68039} x {40094} √2727955666

= 302284 = 0,578757332 = 0,579 (dibulatkan)

522298,3502

Page 102: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

89

D. Interprestasi Data

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan perhitungan

pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar di

SDN Rempoa II memperoleh hasil rxy sebesar 0,579 yang berkisar antara 0,40

- 0,70 ini menunjukkan bahwa antara variabel X dan variabel Y berada pada

tingkat kontribusi yang sedang atau cukup, karena indeks korelasi product

moment rxy 0,579. Jadi antara kedua variabel memang terdapat korelasi, akan

tetapi korelasi itu sedang atau cukup.

Untuk menguji kedua hipotesis di atas dibuktikan dengan

membandingkan (r) yang diperoleh melalui perhitungan atau “r” product

moment dengan “r” tabel terlebih dahulu melihat derajat bebasnya (db) atau

degree of freedom (df) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

dƒ = degree of freedom

N = number of cases

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan

Mencari dƒ atau db dengan rumus dƒ = N – nr, maka sampel

penelitiannya, (N) = 30 dan variabel yang dikorelasikan ada 2, maka:

dƒ = N – nr

= 30 – 2

= 28

dƒ = N - nr

Page 103: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

90

Dengan dƒ sebesar 28, maka diperoleh r tabel (rt) pada taraf signifikan

5% dan taraf signifikan 1% diperoleh hasil sebagai berikut:

rt : pada taraf signifikan 5% = 0,361

rt : pada taraf signifikan 1% = 0,463

Jadi ro > rt 5% = 0,58 > 0,361 dan ro > rt 1% = 0,58 > 0,463 karena

ro lebih besar daripada rt (baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf

signifikan 1%), maka hipotesis alternative diterima, sedangkan hipotesis nihil

ditolak.

Dengan demikian bahwa, korelasi positif antara pembelajaran

kooperatif Pendidikan agama Islam dengan prestasi belajar siswa di sini

merupakan korelasi positif yang meyakinkan.

Page 104: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

90

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan keseluruhan skripsi ini, penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif PAI termasuk pada kategori sedang dengan

frekuensi responden sebanyak 21 siswa.

2. Preastasi belajar PAI siswa pada umumnya baik sebanyak 17 orang siswa.

3. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran kooperatif

PAI dengan prestasi belajar PAI siswa dengan indeks korelasi sebbesar

0,579 yang termasuk pada korelasi yang sedang atau cukup.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, terdapat

beberapa saran

yang bisa penulis kemukakan menyangkut hubungan pembelajaran kooperatif

Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar siswa SDN Rempoa II,

yaitu:

Page 105: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

91

Untuk Guru Pendidikan Agama Islam:

- Untuk guru pengajar Pendidikan Agama Islam, hendaknya lebih aktif

dalam mengajarkan materi yang diberikan agar anak-anak bisa lebih

memahami materi yang diajarkan dan juga harus menciptakan

komunikasi multi arah dalam proses pembelajaran.

Untuk Siswa SDN Rempoa II:

- Siswa diharapkan terus belajar untuk meningkatkan prestasi.

- Siswa harus lebih aktif mencari informasi sendiri melalui

perpustakaan,internet,dan media informasi lainnya.

- Siswa juga harus lebih membiasakan diri untuk mengemukakan

pendapat dan bertanya terutama daalam kegiatan pembelajaran.

Page 106: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pustaka Setia Armani,

1955, cet ke1.

Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali, cet ke 2,

1997.

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan di Sekolah, Rumah, dan Masyarakat, Jakarta:

Gema Insani Press, cet ke 2, 1996.

Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004,

cet-ke 2.

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : Pedoman

Ilmu Jaya, 1993, cet-ke 1.

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet-ke 1.

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet-ke 2.

Amier Dien Inderakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang.

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UHAMKA Press,

2003, cet-ke 4.

Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang

Kelas, Jakarta: Grasindo, 2002.

Asmarawaty, Penerapan Pendekatan Kooperatif dan Science, Envirotment,

Technology, Society (SETS) dalam Pengajaran Konsep Persilangan, Buletin

Pelangi Pendidikan, vol 3, No. 2, 2000.

DepDikNas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP dan Mts, Jakarta, 2004.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996.

Hasbullah Thabarany, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT raja Grafindo, 1995, cet-

ke 2.

Page 107: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,

1994.

H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996,

cet ke 2.

H.Y. Waluyo, Penelitian Pencapaian Hasil Belajar, Jakarta: Karunika UT, 1987, cet,

ke-1.

H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional , 1983.

Ibrahim Muslim, Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah

Program Pasca Sarjana UNESA: University Press, 2001.

Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet ke 2, 1996.

Khoirul Anam, Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Geografi

Adaptasi Model Jigsaw dan Field Study, Buletin Pelangi, vol. 3, No. 2, 2000.

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipata, 1997), Cet-ke 1.

Melvin L. Siberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung:

Nusamedia, 2006.

M. Sobry Sutikno, Sukses Belajar dan Mendidik Anak, Mataram: NTP. Press, 2007,

cet-ke 2.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2002, cet-ke 7.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005, cet-ke7.

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1988.

Nana Sudjana, Teori Belajar untuk Pengajaran, Bandung: Fakultas Ekonomi

UNPAD, 1989.

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007, cet-ke 4.

Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta: PT Grasino, 2004.

Page 108: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

Nurul Astutik, Pengaruh Model Evaluasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa

Melalui Pendekatan Cooperatif Learning dengan Tehnik Jigsaw, Jakarta:

FMIPA UNJ, 2004.

Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Belajar IPA Siswa

SLTP, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no. 045, tahun ke-9, November

2005.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet. Ke-1.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

Shymansky, 1992; Watts dan Pope, 1989

Singgih P. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih P. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak Remaja

dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 2001, cet-ke 6.

Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rieneka Cipta,

2003, cet-ke4.

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet-ke 1.

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; Rake Press, 1975, cet, ke-2.

Supratama, Meningkatkan Motivitas Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Geografi

Melalui Pendekatan Cooperative Learning, Buletin Pendidikan, vol 4, No. 1,

2001.

Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: PT

Bina Aksara, 1997.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2005, cet-ke 1.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta:

Sinar Grafika, 2008, cet-ke 1.

Page 109: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

Lampiran 1

BERITA WAWANCARA

Waktu : Rabu,

Interview : Ibu Hj. Tjatja

Jabatan : Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Pertanyaan:

1. Bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif dalam Pendidikan Agama Islam ?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif atau kelompok ?

4. Bagaimana efektifitas pembelajaran kooperatif ?

5. Bagaiaman hasil belajar dari pembelajaran kooperatif ?

Hasil Wawancara:

1. Sikap anak-anak ketika belajar agama sangat antusias atau bersemangat karena materi

yang diajarkan merupakan kegiatan sehari-hari. Jadi, dengan mudah mereka memahami

materi tersebut.

2. Penerapannya adalah dengan cara disosialisasikan, dengan cara ini mereka menjadi

semangat ketika materi yang dijarkan dilakukan dengan cara praktek, seperi materi

berwudhu, solat, yang bisa dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas.

3. Respon anak-anak menerima materi ini dengan baik dan bersemangat, setiap materi yang

diajrakan mereka langsung menilai dengan sikap.

4. Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif ini anak-anak menjadi aktif ketika

belajar, anak-anak bisa memahami materi yang diajarkan, dengan begitu jiwa sosial

mereka bisa tumbuh disaat materi yang kurang jelas mereka langsung menanyakan

kepada guru.

5. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif ini, hasil pembelajaran mereka semakin

membaik, anak-anak juga lebih peka terhadap apa yang diajarkan.

Page 110: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan
Page 111: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

ANGKET UNTUK SISWA

SDN REMPOA II, CIPUTAT

Nama Siswa :

Kelas :

Alamat :

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET:

A. Bacalah dengan teliti sebelum menjawab pernyataan di bawah ini.

B. Jawaban yang diberikan tidak akan berpengaruh terhadap nilai anda dan hanya

untuk keperluan penulisan skripsi.

C. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban (a, b, c, dan d) yang anda anggap

sesuai dengan kenyataan yang ada.

1. Jika ada teman yang kurang paham terhadap materi yang disampaikan dalam diskusi

kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, saya berusaha menjelaskan dengan

bahasa yang mudah dipahami oleh teman-teman.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

2. Dengan berdiskusi di kelas, saya dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama

dengan teman-teman di kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

3. Dengan melakukan belajar kelompok secara tepat dapat mengurangi kecemasan saya ketika

belajar di kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

Page 112: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

4. Setiap tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan guru membuat saya

bersemangat mengerjakannya.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

5. Setelah menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, guru mengajukan beberapa

pertanyaan yang membuat saya bersemangat menjawabnya.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

6. Saya mengambil giliran bertugas sebagai ketua kelompok dalam diskusi mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

7. Saya membagi tugas diskusi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada teman-

teman kelompok yang diberikan oleh guru.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

8. Saya menyelesaikan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru

dengan tepat waktu.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

9. Saya berusaha sendiri menyelesaikan tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

diberikan oleh guru karena dapat mendorong semangat belajar saya di kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

10. Melalui pembelajaran di kelas saya dapat berperan serta secara aktif.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

11. Dengan belajar kelompok saya dapat berperan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

Page 113: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

12. Saya mendengarkan perintah dari guru bila ada tugas di kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

13. Setiap guru menyampaikan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, saya mendengarkan

dengan baik.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

14. Saya berdiskusi dengan teman-teman yang berbeda suku ataupun agama dalam belajar di

kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

15. Dalam diskusi kelompok, saya berkesempatan lebih banyak untuk dapat berbagi pengalaman

dengan teman-teman.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

16. Saya menyimak atau memperhatikan pembicaraan teman dalam diskusi meskipun berbeda

pendapat.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

17. Dengan belajar yang giat dan saling bekerja sama dapat meningkatkan semangat belajar saya

dan teman-teman dalam kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

18. Dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan teman-teman, dapat meningkatkan harga

diri saya.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

19. Dengan saling berdiskusi dalam kelas, saya dapat saling mengenal satu sama lain.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

Page 114: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

20. Saya mendapat nilai tambahan bila menjawab pertanyaan dari guru Pendidikan Agama Islam.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

21. Saya mendapat pujian bila menjawab pertanyaan dari guru Pendidikan Agama Islam.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

22. Setiap terjadi perbedaan pendapat dalam diskusi kelompok mata pelajaran pendidikan Agama

Islam, saya dan teman-teman bermusyawarah untuk mencari cara penyelesaiannya.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

23. Perbedaan pendapat sering terjadi dalam diskusi mata pelajaran pendidikan Agama Islam,

maka saya dan teman-teman bermusyawarah terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

24. Alat bantu yang digunakan guru dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,

dapat meningkatkan semangat belajar saya dalam kelas.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

25. Saya berusaha aktif dalam diskusi kelompok karena guru Pendidikan Agama Islam

memberikan penilaian.

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

Page 115: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

WAWANCARA UNTUK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SDN REMPOA II, CIPUTAT

1. Bagaimana sikap siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam?

4. Bagaimana efektifitas pembelajaran kooperatif terhadap siswa dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam?

5. Bagaimana hasil belajar siswa dari pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam?

Page 116: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

SKOR ANGKET SISWA SDN REMPOA II

Variabel X

No.

Res

Pernyataan ∑

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1. 2 2 1 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 1 3 1 2 4 2 2 4 56

2. 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 2 2 4 4 87

3. 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 91

4. 1 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 3 4 3 2 4 4 4 2 2 2 4 2 2 3 78

5. 2 2 2 4 4 2 1 2 4 2 2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 2 75

6. 2 4 2 1 3 2 2 4 4 3 4 4 3 3 2 3 4 1 4 4 2 1 2 3 2 69

7. 3 3 1 3 2 4 3 4 2 3 4 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 2 67

8. 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 67

9. 3 3 3 4 3 4 2 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 4 81

10. 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 2 2 2 3 67

11. 4 3 2 4 2 1 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 2 3 4 2 75

12. 4 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 1 1 3 4 4 4 83

13. 1 4 1 2 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 1 4 2 1 2 4 74

14. 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 69

15. 2 2 4 3 2 1 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 81

16. 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 4 2 2 4 84

17. 2 2 2 3 3 2 4 4 2 2 3 3 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 75

18. 4 4 3 4 2 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 1 3 4 4 4 84

19. 4 4 4 2 1 1 2 4 2 2 2 4 2 3 2 3 3 1 2 1 1 2 2 2 1 56

20. 2 4 4 1 4 1 1 2 2 4 2 4 4 3 2 4 4 1 1 2 1 4 4 2 4 67

21. 2 4 2 4 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 2 3 2 2 3 1 2 1 4 4 4 75

22. 4 3 2 4 2 1 2 2 2 2 2 4 4 4 3 4 4 2 4 2 1 4 3 4 4 73

23. 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2 68

24. 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 1 2 4 4 2 2 71

25. 3 4 4 3 2 1 2 3 3 2 3 4 4 3 2 4 2 3 3 2 2 4 3 3 4 73

26. 3 4 4 1 2 4 2 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 78

Page 117: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

27. 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 1 3 3 4 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 57

28. 3 3 4 2 2 4 3 4 2 3 4 2 2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 4 3 3 72

29 3 3 3 4 4 2 2 4 4 3 2 3 3 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 81

30. 3 3 4 3 2 2 3 3 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 2 2 74

31. 3 2 2 2 2 1 1 4 2 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 1 1 3 3 2 3 56

Jumlah 2264

Page 118: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

Kisi-kisi Instrumen Angket

Variabel Pembelajaran Kooperatif

Dimensi Indikator No.

Item

Item

1. Saling

ketergantun

gan positif

2. Tanggung

jawab

3. Komunikasi

antar

anggota

4. Evaluasi

proses

1. Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya.

2. Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama

dengan siswa yang lainnya.

3. Dengan adanya bimbingan belajar dapat mengurangi

kecemasan siswa untuk meraih nilai yang bagus.

1. Tugas dan pertanyaan yang diberikan memacu minat anak

untuk mengerjkan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Siswa dapat mengambil giliran dan berbagi tugas dalam

diskusi belajar dalam kelas.

3. Siswa dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.

4. Dengan adanya bimbingan belajar dapat mendorong partisipasi

siswa dalam kelas.

1. Siswa dapat berpartisipasi aktif.

2. Siswa dapat mendengarkan dengan aktif apa yang disampaikan

oleh guru dalam belajar..

3. Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menghargai

perbedaan.

4. siswa dapat meningkatkan motivasi, dan harga diri ketika

berdiskusi dalam kelas.

5. Siswa dapat mengenal satu sama lain dalam berdiskusi di

dalam kelas ketika belajar.

1. Guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap individu

yang bisa menjawab pertanyaan.

1

2

3

4,5

6,7

8

9

10,11

12,13

14,15

,16

17,18

19

20,21

1

1

1

2

2

1

1

2

2

3

2

1

2

Page 119: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

kelompok

5. Prestasi

belajar

2. Siswa mempelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi

perbedaan pendapat dan konflik.

3. Siswa dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam

kelas.

4. Dengan adanya bimbingan belajar di sekolah dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kelas.

1. Nilai raport semester ganjil 2009/2010 kelas V

22,23

24

25

2

1

1

Page 120: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

UJI REFERENSI SKRIPSI

No. Nama Pengarang BAB Footnote Hal

Dosen

Pembimbing

I

Dosen

Pembimbing

II

1. Perdy Karuru, Penerapan

Pendekatan Keterampilan

Proses dalam Setting

Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD untuk

Meningkatkan Belajar IPA

Siswa SLTP, Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan,

No. 045 Tahun ke-9, 2005.

I 1 2

2. UU Sistem Pendidikan

Nasional (UU RI No. 20

Tahun 2003), Jakarta: Sinar

Grafika, 2008, cet. ke-1.

I 2 2

3. Drs. Hasbullah, Kapita

Selekta Pendidikan Islam,

Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996.

I 3 2

4. DepDikNas, Standar

Kompetensi Mata Pelajaran

Sains SMP dan Mts, Jakarta,

2004.

I 4 5

5. Perdy Karuru… I 5 5

6. M. Dalyono, Psikologi

Pendidikan, Jakarta: Rieneka

Cipta, 1997, cet. ke-1. I 6 7

7. Nurul Astutik, Pengaruh

Model Evaluasi Terhadap

Hasil Belajar Kimia Siswa

Melalui Pendekatan

Cooperatif Learning dengan

Tehnik Jigsaw, Jakarta:

FMIPA UNJ, 2004.

I 7 7

8. Melvin L. Siberman, Active

Learning 101 Cara Belajar

Siswa Aktif, Bandung:

Nusamedia, 2006.

I 8 7

9. Khoirul Anam, Implementasi

Cooperatif Learning dalam

Pembelajaran Geografi

Adaptasi Model Jigsaw dan

Field Study, Buletin Pelangi,

II 1 12

Page 121: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

UJI REFERENSI SKRIPSI

vol 3, no. 2, 2000.

10. Supratama, Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa dalam

Mata Pelajaran Geografi

Melalui Pendekatan

Cooperatif Learning, Buletin

Pendidikan, vol 4, no. 1,

2001.

II 2 13

11. Nurhadi, Kurikulum 2004

Pertanyaan dan Jawaban,

Jakarta: PT. Grasindo, 2001. II 3 13

12. Asmarawaty, Penerapan

Pendekatan Kooperatif dan

Science, Envirotment,

Technology, Society (SETS)

dalam Pengajaran Konsep

Persilangan, Buletin Pelangi

Pendidikan, vol 3, no. 2,

2000.

II 4 14

13. Nurul Astutik… II 5 14

14. Khoirul Anam… II 6 15

15. Anieta Lie, Cooperative

Learning, Mempraktekkan

Cooperative Learning di

Ruang Kelas, Jakarta :

Grasindo, 2002.

II 7 15

16. Nurhadi … II 8 16

17. Asmarawaty … II 9 16

18. Ibrahim Muslim,

Pembelajaran kooperatif,

Pusat Sains dan Matematika

Sekolah Program Pasca

Sarjana, UNESA : University

Press, 2001.

II 10 17

19. Perdy Karuru … II 11 17

20. Drs. Amier Dien

Indrakusuma, Pengantar Ilmu

Pendidikan, Malang. II 12 23

21. Hery Noer Ali, Ilmu

Pendidikan Agama Islam,

Jakarta: PT. Logos Wacana

Ilmu, 1994.

II 13 25

22. H.M. Arifin, Filsafat

Pendidikan Islam, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada,

II 14 25

Page 122: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

UJI REFERENSI SKRIPSI

1996, cet 2.

23. Jalaludin, Filsafat Pendidikan

Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, cet 2, 1996 II 15 25

24. Abdullah Nashih Ulwan,

Pendidikan Agama Islam,

Jakarta: Pustaka Setia

Armani, 1995, cet 1.

II 16 27

25. H.M. Arifin, Filsafat

Pendidikan Islam, Jakarta:

Bina Aksara, 1987.

II 17 17

26. Ramayulis, Ilmu Pendidikan

Islam, Jakarta: Kalam Mulia,

1994, cet 1.

II 18 28

27. Abdurrahman An-Nahlawi,

Pendidikan di Sekolah,

Rumah, dan Masyarakat,

Jakarta: Gema Insan Press,

cet 2, 1996

II 19 28

28. Ramayulis … II 20 29

29. Abdul Wahab Khallaf,

Kaidah-Kaidah Hukum Islam,

Jakarta: Rajawali, cet 2, 1997. II 21 29

30. Dra, H. Zuhairini, Metodik

Khusus Pendidikan Agama,

Surabaya: Usaha Nasional,

1983.

II 22 43

31. DepDikNas … II 23 44

32. Sumardi Suryabrata,

Psikologi Pendidikan,

Yogyakarta: Rake Press,

1975, cet 2.

II 24 44

33. Nana Sudjana, Dasar-Dasar

Belajar Mengajar, Bandung:

Sinar Baru, 1988. II 25 45

34. Nana Sudjana, Teori Belajar

untuk Pengajaran, Bandung:

Fakultas Ekonomi UNPAD,

1989.

II 25 45

35. Sutratinah Tirtonegoro, Anak

Supernormal dan Program

Pendidikannya, Jakarta: PT.

Bina Aksara, 1997.

II 27 45

36. H.Y. Waluyo, Penelitian

Pencapaian Hasil Belajar, II 28 46

Page 123: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

UJI REFERENSI SKRIPSI

Jakarta: Karunika UT, 1987,

cet 1.

37. Alisuf Sabri, Psikologi

Pendidikan, Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, cet 1. II 29 48

38. Hasbullah Thabarany,

Rahasia Sukses Belajar,

Jakarta: PT. Raja Grafindo,

1995, cet 2.

II 30 48

39. Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan baru, Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya,

2002, cet 7.

II 31 48

40. Tohirin,Psikologi

Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2005,

cet 1.

II 32 48

41. Muhibbin Syah .. II 33 49

42. Slameto, Belajar dan Faktor

yang Mempengaruhinya,

Jakarta: PT. Rieneka Cipta,

2003, cet 4.

II 34 49

43. Aminnudin Rasyad, Teori

Belajar dan Pembelajar,

Jakarta: UHAMKA Press,

2003, cet 4.

II 35

50

44. Alisuf Sabri, Pengantar

Psikologi Umum dan

Perkembangan, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1993, cet

1.

II 36 50

45. Sardiman, Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar,

Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

II 37 50

46. Abu Ahmad dan Widodo

Supriyono, Psikologi Belajar,

Jakarta: Rieneka Cipta, 2004,

cet 2.

II 38 51

47. Singgih P. Gunarsa dan Ny.

Y. Singgih P. Gunarsa,

Psikologi Praktis: Anak

Remaja dan Keluarga,

II 39 52

Page 124: HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2694/1/HABSARI... · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI SISWA . ... siswa diajarkan

UJI REFERENSI SKRIPSI

u’ cyng ubbun

Jakarta: Gunung Mulia, 2001,

cet 6.

48. Alisuf Sabri… II 40 51

49. M. Sobri Sutikno, Sukses

Belajar dan Mendidik Anak,

Mataram: NTP. Press, 2007,

cet 2.

II 41 51

50. Nana Syaodih Sukmadinata,

Landasan Psikologi Proses

Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007 cet

4.

II 42 53

51. Slameto… II 43 54

52. Alisuf Sabri, Psikologi

Pendidikan Berdasarkan

Kurikulum Nasional, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet

2.

II 44 55

53. S. Nasution, Didaktik, Asas-

Asas Mengajar, Jakarta: Bumi

Aksara, 1995, cet 1 II 45 55

54. Moh.Uzer Usman, Menjadi

Guru Profesional, Bandung:

PT. Remaja Rosda

Karya,2005 cet 7.

II 46 55