82
Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Inteligensia Pada Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 2 Oleh: Prawira Buntara Putra 080100064 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2011

Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dalam kti ini dicari hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia pada remaja sma

Citation preview

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 1/82

Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Inteligensia

Pada Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 2

Oleh:

Prawira Buntara Putra

080100064

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Medan

2011

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 2/82

Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Inteligensia

Pada Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 2

Karya Tulis Ilmiah

Oleh:

Prawira Buntara Putra

080100064

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Medan

2011

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 3/82

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Inteligensia Pada Siswa

Kelas X SMA Santo Thomas 2

Nama : Prawira B. Putra

NIM : 080100064

Pembimbing Penguji I

dr. Sufitni, M. Kes

 NIP: 197204042001122001

dr. Syafrizal, Sp.PD

 NIP: 196805252000031001

Penguji II

dr. Andrina YM Rambe, Sp.THT-KL

 NIP: 197106221997032001

Medan, Desember 2011

Dekan

Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH

 NIP: 195402201980111001

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 4/82

Kata Pengantar

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yang merupakan salah satu tugas akhir 

dalam menyelesaikan program pendidikan S1 fakultas kedokteran USU.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada pembimbing penulisan karya tulis ilmiah, dr. Sufitni, M. Kes,

yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan

 penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai selesainya penelitian ini. Sertauntuk dosen penguji yakni dr. Syafrizal, Sp.PD dan dr. Andrina YM Rambe,

Sp.THT-KL yang telah memberi kritik dan saran bagi penelitian ini. Ucapan

terimakasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada keluarga yang selalu

mendukung dan memberikan semangat demi kelancaran pembuatan hasil

 penelitian ini. Kepada teman-teman yang telah membantu penelitian ini, penulis

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuannya. Semoga Tuhan Yang Maha

Esa memberikan balasan terbaik kepada orang-orang yang telah membantu

 penulis dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna,

 baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya, oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan

laporan hasil penelitian ini.

Medan, 9 Desember 2011

Penulis

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 5/82

ABSTRAK 

Latar Belakang: Sebagai remaja yang masih dalam masa sekolah, sangat

diperlukan inteligensia yang baik. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya

korelasi antara inteligensia dengan kesuksesan dalam sekolah. Kualitas tidur 

merupakan salah satu faktor yang mungkin dapat mempengaruhi inteligensia.

Untuk itu ingin dicari tahu apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan

inteligensia pada siswa kelas X SMA Santho Thomas 2 Medan.

Metode: Metode Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross

 sectional study. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Santo

Thomas 2 Medan. Sampel diambil dengan metode  simple random sampling  sebanyak 100 orang. Data kualitas tidur diambil dengan menggunakan kuesioner 

PSQI dan data inteligensia diambil dari data sekunder. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan program komputer SPSS.

Hasil: Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa siswa dengan kualitas tidur yang

 baik berjumlah 41 orang dan kualitas tidur buruk sebanyak 59 orang. Berdasarkan

hasil uji statistik, ditemukan bahwa adanya hubungan antara kualitas tidur dengan

inteligensia pada siswa kelas X SMA Santo Thomas 2 (p<0.05).

Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kualitas

tidur dengan inteligensia, Oleh karena itu kualitas tidur baik pada remaja akan

meningkatkan inteligensia

Kata kunci: Kualitas Tidur, Inteligensia, Remaja

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 6/82

ABSTRACT

Backgrounds: As a teenager who is still studying, intelligence is necessary. This

is caused by the high correlation between intelligence with success in school.

Quality of sleep is one of the factors that may affect intelligence. For that reason

we need to find out if there is a relationship between sleep quality with the

intelligence of the high school students.

Methods: This is an analytical research with cross-sectional approach. The

sample was grade X students from St. Thomas 2 Medan. The sampling method

was simple random sampling with a sample size of 100 people. Sleep quality data

was taken using a questionnaire PSQI and the intelligence data was drawn from

secondary data. Data analysis was performed using SPSS.

Result: We found that students with good sleep quality totaling 41 people and

 poor sleep quality totaling 59 people. From the statistical tests, concluded there

are a relationship between sleep quality and the intelligence in the grade X

students in St. Thomas 2 High School (p <0.05).

Conclusion: The result of this study is that there are a relationship between Sleep

quality and intelligence, so good sleep quality equals to higher intelligence

Key words: Sleep Quality, Intelligence, Adolescents

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 7/82

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ............................................................................................ i

Kata Pengantar.................................................................................................... ii

Abstrak ................................................................................................................ iii

Abstract ............................................................................................................... iv

Daftar Isi ............................................................................................................. v

Daftar Tabel ......................................................................................................viii

Daftar Gambar ................................................................................................... ix

Daftar Lampiran ................................................................................................ x

Daftar Singkatan ................................................................................................ xi

BAB 1 Pendahuluan ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

BAB 2 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5

2.1. Tidur .................................................................................................. 4

2.1.1. Definisi ................................................................................... 4

2.1.2. Pola Tidur ............................................................................... 42.1.3. Pengaturan Tidur .................................................................... 8

2.1.4. Fungsi Tidur ........................................................................... 10

2.1.5. Kebutuhan Tidur ..................................................................... 10

2.2. Gangguan Tidur ................................................................................ 11

2.2.1. Definisi ................................................................................... 11

2.2.2. Klasifikasi ............................................................................... 11

2.3. Kualitas Tidur .................................................................................... 21

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 8/82

2.3.1. Definisi ................................................................................... 21

2.3.2. Metode Pengukuran ................................................................ 22

2.4. Inteligensia ........................................................................................ 22

2.4.1. Definisi ................................................................................... 22

2.4.2. Jenis-Jenis Inteligensia ........................................................... 23

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inteligensia .................... 24

2.4.4. Raven’s Progressive Matrices  ................................................ 25

2.4.4.1. Definisi ...................................................................... 25

2.4.4.2. Jenis-jenis RPM ........................................................ 25

2.4.4.3. Reliabilitas ................................................................. 26

2.4.4.4. Validitas .................................................................... 26

2.5. Hubungan Kualitas Tidur dengan Inteligensia .................................. 26

BAB 3 Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ....................................... 28

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 28

3.2. Definisi Operasional .......................................................................... 28

3.3. Hipotesis ............................................................................................ 29

BAB 4 Metode Penelitian ................................................................................... 30

4.1. Jenis Penelitian .................................................................................. 30

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 30

4.3. Populasi dan Sampel ......................................................................... 30

4.3.1. Populasi Target ....................................................................... 30

4.3.2. Populasi Terjangkau ............................................................... 30

4.3.3. Kriteria Inklusi ........................................................................ 30

4.3.4. Kriteria Eksklusi ..................................................................... 31

4.3.5. Subjek yang Diteliti ................................................................ 31

4.3.6. Besar Sampel .......................................................................... 31

4.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ............................................................ 32

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 9/82

BAB 5 Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 33

5.1. Hasil Penelitian ................................................................................. 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 33

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ............................................... 33

5.1.3. Perbandingan Berbagai Karakteristik Responden ................... 36

5.1.4. Hasil Analisa Data ................................................................... 37

5.2. Pembahasan ....................................................................................... 38

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ...........................................................................42

6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 42

6.2. Saran .................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44

LAMPIRAN

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 10/82

DAFTAR TABEL

 No Judul Halaman

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 33

5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 34

5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Tidur 34

5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Inteligensia 34

5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori

Inteligensia

35

5.6 Perbandingan Kualitas Tidur Menurut Jenis

Kelamin

36

5.7 Perbandingan Rerata Inteligensia Berdasarkan

Jenis Kelamin

36

5.8 Perbandingan Rerata Inteligensia Berdasarkan

Kualitas Tidur 

37

5.9 Uji Normalitas Data (Inteligensia) dengan

 Kolgomorov-Smirnov

37

5.10 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan

Inteligensia pada Siswa Kelas X SMA Santo

Thomas 2 (T-independent)

38

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 11/82

DAFTAR GAMBAR 

 Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian 28

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 12/82

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II Lembar Penjelasan

Lampiran II Lembar Informed Consent

Lampiran III Lembar Kuesioner PSQI

Lampiran IV Contoh Raven’s Progressive Matrices 

Lampiran V Data Induk 

Lampiran VI Data Hasil Output Penelitian

Lampiran VII Surat Ethical Clearence

Lampiran VIII Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran IX Surat Keterangan Mengadakan Penelitian

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 13/82

DAFTAR SINGKATAN

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV-

Text Revised 

EEG : Elektroensefalograf 

EMG : Elektromiogram

EOG : Elektrookulograf 

IQ : Intelligence Quotient 

 NREM : Non Rapid Eye Movement 

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index

REM : Rapid Eye Movement 

RPM : Raven’s Progressive Matrices

SMA : Sekolah Menengah Atas

WISC-R : Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised 

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 14/82

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah sadar mengacu pada rasa awas yang bersifat subjektif terhadap

dunia luar dan diri sendiri. Sedangkan istilah tidur diartikan sebagai keadaan

yang tidak awas terhadap dunia luar tetapi individu masih tetap memiliki rasa

awas terhadap diri sendiri, seperti bermimpi (Sherwood, 2007). Tidur bukan

hanya merupakan kebutuhan biologis, tetapi juga merupakan rangsangan

fisiologis. Manusia menghabiskan sepertiga dari waktunya untuk tidur.

Ironisnya, penelitian dan pembelajaran mengenai tidur ini baru berkembang

 pada pertengahan abad ke-20, tidak sampai 50 tahun yang lalu. Teknik EEG

yang dikembangkan untuk memantau gelombang-gelombang pada otak 

merupakan jendela yang membuat peneliti dapat meneliti lebih dalam

mengenai tidur (Smith, 2008).Di dunia yang sibuk sekarang ini, tidur yang baik merupakan salah satu

 prioritas dari manusia. Efek dari tidur yang kurang secara kualitas maupun

kuantitas bervariasi, bukan hanya menyebabkan perasaan tidak 

menyenangkan (annoyance), tetapi juga memiliki efek yang bervariasi pada:

mood individu, bagaimana performa individu dalam pekerjaan maupun

sekolah, sampai dengan kemampuan individu mengendarai kendaraan

 bermotor (Japardi, 2002).

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa. Pada

masa ini, terjadi perkembangan fisik dan mental menuju manusia dewasa.

Sejalan dengan perkembangan ini, terdapat 3 hal yang harus diperhatikan

agar perkembangan ini dapat berjalan dengan baik. Penggunaan prinsip dari

kesehatan gizi akan membantu dalam mencapai hasil yang terbaik. Olahraga

 juga akan meningkatkan kesehatan dan kualitas kehidupan. Tidur yang cukup

dan berkualitas akan membantu remaja untuk mengoptimalkan masa bangun

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 15/82

yang lebih panjang. Sayangnya, perhatian terhadap aspek tidur yang cukup

dan berkualitas ini masih belum ada. Padahal pada masa remaja terdapat pola

tidur yang berbeda dari individu lainnya. Para remaja menunjukkan

 penundaan fase tidur dibandingkan individu dengan usia lebih muda, jadwal

tidur yang lebih irregular sepanjang minggu, dan waktu tidur yang lebih

singkat pada malam hari sekolah (Carskadon & Dement, 1980; Rugg, Gunn,

Hackett, Appleton, & Easton, 1984; Strauch, & Meyer, 1988 dalam

Carskadon, 2002). Walaupun waktu tidur yang menurun, kebutuhan tidur 

remaja tidaklah menurun dan remaja cenderung menambah jam tidurnya pada

akhir minggu ataupun hari libur (Levy, Gray-Donald, Leech, Zvagulis, &

Pless, 1986; Strauch & Meier, 1988; Andrade, Benedito-Silva, Domenice,

Arnhold, & Menna-Barreto, 1993; Szymczak, Jasinska, Pawlak, &

Zwierzkowska, 1993 dalam Carskadon, 2002). Gangguan tidur yang dapat

menurunkan kualitas tidur juga dapat terjadi pada remaja. Pada suatu studi

epidemiologi terhadap gangguan tidur pada 99 remaja SMA di Sao Paulo,

Brazil, 38% siswa tidak mengeluhkan adanya gangguan tidur, 31%

melaporkan mengalami satu masalah tidur, 18% melaporkan mengalami 2

masalah tidur, dan 13% melaporkan mengalami tiga atau empat masalah tidur 

yang terjadi lebih dari satu kali dalam seminggu (Andrade, M., 2002).

Prevalensi masalah tidur yang terbanyak pada penelitian ini adalah rasa

mengantuk pada siang hari (45%), diikuti dengan rasa sulit tertidur (14%),

terbangun pada malam hari (6%), mimpi buruk (4%) dan masalah pernafasan

(2%). Data epidemiologi untuk Indonesia maupun Medan sendiri masih

 belum ada.

Berdasarkan data yang telah diuraikan pada paragraf diatas, terlihat

 bahwa pada masa remaja sering terjadi gangguan tidur. Padahal, masa remaja

merupakan masa dimana seorang individu memperoleh pendidikan. Menurut

Hunt (1995) dalam Lahey (2007), korelasi antara inteliginsia (IQ) dengan

suksesnya individu dalam sekolah maupun pekerjaan adalah sangat tinggi.

Menurut Penelitian oleh McDermott (2003), penurunan kualitas tidur selama

72 jam akan menyebabkan terganggunya fungsi neuron dan sinaps yang

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 16/82

 berhubungan dengan inteligensia dan kemampuan belajar. Oleh karena itu,

 perlu dilakukan penelitian untuk mencari apakah terdapat hubungan antara

kualitas tidur dengan inteligensia pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

1.  Apakah kualitas tidur yang buruk pada remaja dapat mempengaruhi

inteligensia?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.  Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia yang diukur dengan

IQ pada remaja kelas X SMA.

1.3.2.  Tujuan Khusus

1.  Mengetahui gambaran kualitas tidur pada remaja kelas X SMA

Santo Thomas 2 Medan.

2.  Mengetahui gambaran inteligensia pada remaja kelas X SMA

Santo Thomas 2 Medan.

3.  Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia

 pada remaja kelas X SMA Santo Thomas 2 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1.  Pemerintah dan sekolah swasta dapat dijadikan sebagai bahan

 pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam hal waktu mulainya

kegiatan belajar mengajar.

2.  Masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan bahwa

ada pengaruh kualitas tidur dari remaja dengan performa belajar.

3.  Responden dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan

mengenai kualitas tidur.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 17/82

4.  Peneliti dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan dan latihan

membuat sebuah karya tulis ilmiah.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 18/82

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Tidur

2.1.1.  Definisi

Tidur merupakan keadaan dikarakterisasikan dengan keadaan

istirahat, immobilisasi, dan berkurangnya persepsi terhadap stimulus

dari dunia luar dimana fungsi kognisi dan kesadaran ditangguhkan

(Pollak, 2001). Namun, tidur sendiri merupakan suatu proses aktif,

 bukan sekedar tidak terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak 

 berkurang selama tidur. Selama stadium-stadium tidur tertentu,

 penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat

terjaga normal (Sherwood, 2007). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan pada hewan maupun manusia, aliran darah serebral

meningkat 25% dibandingkan keadaan sadar pada tidur NREM danmeningkat 80% pada tidur REM (Smith, 2008).

Siklus tidur-jaga adalah variasi siklis normal dalam kesadaran

mengenai keadaan sekitar. Berbeda dengan keadaan terjaga, orang

yang sedang tidur tidak secara sadar waspada akan dunia luar, tetapi

tetap memiliki pengalaman kesadaran dalam batin, misalnya mimpi.

Selain itu, mereka dapat dibangunkan oleh rangsangan eksternal,

misalnya bunyi alarm (Sherwood, 2007).

2.1.2.  Pola Tidur 

Tidur yang normal dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe:

tidur non rapid eye movement  (NREM) dan tidur rapid eye movement  

(REM). Klasifikasi tidur ini dibedakan oleh parameter neurofisiologis

seperti elektroensefalograf (EEG), elektrookulograf (EOG), dan

elektromiogram (EMG). Karakteristik inilah yang membedakan secara

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 19/82

 jelas keadaan sadar penuh, tidur REM dan tidur NREM (Sherwood,

2007).

Tidur, tidak pengaruh berapa lama waktu yang kita habiskan

dalam keadaan tertidur, bukan merupakan satu episode yang panjang.

Terdapat dua tipe tidur seperti yang disebutkan pada paragraf diatas.

Pada kedua tipe tidur tersebut, terdapat 5 stadium dalam tidur: empat

dalam tidur NREM dan satu dalam tidur REM. Seseorang yang baru

tertidur memasuki stadium 1, yang ditandai oleh aktivitas EEG

frekuensi tinggi, amplitudo rendah. Stadium 2 ditandai oleh

munculnya kumparan tidur ( sleep spindle). Di sini terjadi letupan-

letupan gelombang mirip-alfa, 10  –  14 Hz, 50 µV. Pada stadium 3,

 pola tidur yang timbul adalah gelombang EEG dengan frekuensi yang

lebih rendah dan amplitudo meningkat. Perlambatan maksimum

dengan gelombang-gelombang besar dijumpai pada stadium 4. Oleh

karena itu, karakteristik tidur dalam adalah pola gelombang lambat

ritmis yang menunjukkan adanya sinkronisasi yang jelas (Ganong,

2003). Sedangkan pada tidur REM atau yang sering juga disebut

dengan tidur paradoksikal, gelombang EEG yang nampak serupa

dengan orang yang terjaga atau waspada (Sherwood, 2007).

Pada permulaan tidur, seorang berpindah dari tidur ringan

stadium satu ke tidur dalam stadium empat selama periode tiga puluh

sampai empat puluh lima menit, kemudian kembali melalui stadium-

stadium yang sama dalam periode waktu yang sama. Pada akhir setiap

siklus tidur gelombang-lambat terdapat episode tidur paradoksikal

yang berlangsung selama sepuluh sampai lima belas menit. Setelah

episode paradoksikal, stadium-stadium tidur gelombang lambat

 berulang lagi. Seseorang akan mengalami kedua jenis tidur berganti-

ganti sepanjang malam. Selama masa remaja dan dewasa, tidur 

 paradoksikal rata-rata menempati sekitar 20% waktu tidur total. Bayi

menghabiskan waktunya jauh lebih banyak pada tidur paradoksikal.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 20/82

Sebaliknya, pada orang lanjut usia, tidur paradoksikal dan gelombang-

lambat stadium empat berkurang (Sherwood, 2007).

Tidur paradoksikal dapat dianggap sebagai tidur yang paling

dalam, karena pada saat ini orang yang sedang tidur sangat sulit

dibangunkan, atau tidur yang paling ringan, karena orang yang tidur 

 paling mudah terbangun sendiri selama stadium ini. Beberapa

 pengamatan lain yang mendukung anggapan bahwa stadium ini adalah

tidur yang paling dalam misalnya, pertama, pada siklus tidur normal,

seseorang harus melewati tidur gelombang-lambat sebelum masuk ke

tidur paradoksikal. Kedua, individu memerlukan waktu tidur total

yang lebih sedikit dari normal menghabiskan lebih banyak waktu

dalam tidur paradoksikal dan tidur stadium empat serta lebih sedikit

 pada stadium-stadium tidur gelombang-lambat yang lebih ringan

(Sherwood, 2007).

Selain pola EEG yang khas, kedua jenis tidur dibedakan

 berdasarkan perbedaan perilaku. Sulit ditentukan secara pasti kapan

seseorang bergeser dari mengantuk menjadi tidur gelombang-lambat.

Dalam tidur jenis ini, individu masih memiliki tonus otot yang

memadai dan sering menggeser-geserkan posisi tubuhnya. Yang

terjadi hanya penurunan kecil kecepatan denyut jantung, kecepatan

 pernafasan, dan tekanan darah. Selama waktu ini orang yang tidur 

mudah dibangunkan dan jarang bermimpi. Aktivitas mental yang

 berkaitan dengan tidur gelombang-lambat kurang visual dibandingkan

dengan bermimpi. Aktivitas tersebut lebih bersifat konseptual dan

masuk akal  –  seperti perpanjangan pikiran-pikiran sewaktu terjaga

yang berkaitan dengan kejadian-kejadian sehari-hari  – dan lebih sulit

untuk diingat kembali. Perkecualian utama adalah mimpi buruk, yang

terjadi selama stadium 3 dan 4. Orang yang berjalan dan berbicara

sewaktu tidur melakukannya sewaktu tidur gelombang-lambat

(Sherwood, 2007).

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 21/82

Pola perilaku yang menyertai tidur paradoksikal ditandai oleh

inhibisi mendadak tonus otot seluruh tubuh. Otot-otot mengalami

relaksasi total tanpa terjadi pergerakan. Tidur paradoksikal juga

ditandai oleh pergerakan mata cepat (rapid eye movement ), sehingga

disebut juga tidur REM. Kecepatan denyut jantung dan frekuensi

 pernafasan menjadi tidak teratur (irregular) dan tekanan darah

mungkin berfluktuasi. Karakteristik lain pada tidur REM adalah

 bermimpi. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa gerakan

mata cepat tersebut berkaitan dengan “melihat” mimpi secara

imajinatif. Gerakan-gerakan bola mata tersebut tampaknya

 berlangsung dalam pola bolak-balik yang sudah terkunci dan tidak 

dipengaruhi oleh isi mimpi (Sherwood, 2007).

2.1.3.  Pengaturan Tidur 

Sebagian besar peneliti berpikir bahwa sebenarnya tidak ada

satu pusat pengendali tidur sederhana, melainkan terdapat sejumlah

kecil sistem atau pusat yang terutama terletak di batang otak dan

saling mengaktifkan serta menghambat satu sama lain (Sadock, 2010).

Siklus tidur-bangun serta berbagai stadium tidur diperkirakan

disebabkan oleh hubungan timbal balik siklis dari tiga sistem saraf 

yang berbeda di batang otak: (1) arousal system, yang merupakan

 bagian dari reticular activating system, (2) pusat tidur gelombang

lambat, dan (3) pusat tidur paradoksikal. Pola interaksi antara ketiga

daerah saraf ini, yang menyebabkan munculnya urutan siklis teratur 

antara bangun dan tidur (yang berganti-ganti antara dua stadium),

sedang dalam penyelidikan intensif. Bagaimanapun, mekanisme

molekuler yang mengontrol siklus tidur-bangun masih belum

dipahami (Sherwood, 2007).

Tidur dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas kimia pada otak.

Banyak studi menyokong peran serotonin dalam pengaturan tidur.

Pencegahan sintesis serotonin atau penghancuran nukleus rafe dorsalis

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 22/82

 batang otak, yang terdiri atas hampir semua badan sel serotonergik 

otak, mengurangi tidur cukup lama. Sintesis dan pelepasan serotonin

oleh neuron serotonergik dipengaruhi oleh ketersediaan prekursor 

asam amino neurotransmitter ini, seperti L-triptofan. Ingesti sejumlah

 besar L-triptofan (1 sampai 15 gram) mengurangi latensi tidur serta

 bangun di malam hari. Sebaliknya, defisiensi L-triptofan

menyebabkan kurangnya waktu yang dihabiskan pada tidur REM.

 Neuron yang mengandung norepinefrin dengan badan sel yang

terletak di locus ceruleus memainkan peranan penting dalam

mengendalikan pola tidur normal. Obat dan manipulasi yang

meningkatkan pencetusan neuron noradrenergik ini menimbulkan

 pengurangan nyata tidur REM dan meningkatkan keadaan terjaga.

Asetilkolin otak juga terlibat di dalam tidur, terutama produksi tidur 

REM (Sadock, 2010).

Gangguan aktivitas kolinergik pusat menyebabkan perubahan

tidur yang diamati pada gangguan depresif berat. Dibandingkan

dengan orang sehat dan kontrol psikiatrik tanpa depresi, orang dengan

depresi memiliki gangguan nyata pada pola tidur REM. Pemberian

agonis muskarinik, seperti arecoline untuk pasien depresi selama

 periode REM pertama atau kedua menghasilkan onset tidur REM

yang cepat. Depresi dapat disebabkan supersensitivitas terhadap

asetilkolin yang mendasari. Bahkan, kira-kira setengah pasien dengan

gangguan depresif berat mengalami perbaikan sementara ketika

mereka kurang tidur atau jika tidur dibatasi. Sebaliknya, reserpine,

salah satu dari sejumlah kecil obat yang meningkatkan tidur REM

dapat menimbulkan depresi (Sadock, 2010).

Pasien demensia tipe Alzheimer mengalami gangguan tidur 

yang ditandai dengan berkurangnya tidur REM dan tidur gelombang-

 pendek. Hilangnya neuron kolinergik di basal prosensefalon telah

dikaitkan sebagai penyebab masalah ini (Sadock, 2010).

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 23/82

Melatonin juga berpengaruh terhadap pola tidur manusia.

Sekresi melatonin dari kelenjar pineal dihambat oleh cahaya terang,

sehingga konsentrasi serum melatonin terendah terdapat sepanjang

siang hari. Pada malam hari, sekresi melatonin yang meningkat akan

menyebabkan rasa kantuk. Nukelus suprachiasmaticus hipotalamus

yang bekerja sebagai tempat anatomis pacu sirkadian mengatur sekresi

melatonin serta kinerja otak pada skilus tidur-bangun 24 jam (Sadock,

2010).

Bukti menunjukkan bahwa dopamine memiliki efek 

menyiagakan. Obat-obat yang meningkatkan dopamine otak 

cenderung menyebabkan bangun dan keadaan sadar. Sebaliknya,

 penyekat dopamine, seperti pomozide dan phenothiazine, cenderung

meningkatkan waktu tidur (Sadock, 2010).

2.1.4.  Fungsi Tidur 

Fungsi tidur telah diperiksa melalui berbagai cara. Sebagian

 besar peneliti menyimpulkan bahwa tidur memberikan fungsi

homeostatis yang bersifat menyegarkan dan tampak penting untuk 

termoregulasi normal dan penyimpanan energi. Tidur NREM akan

meningkat setelah olahraga dan kelaparan, tahap ini mungkin terkait

dengan kebutuhan metabolik yang memuaskan (Sadock, 2010).

2.1.5.  Kebutuhan Tidur 

Beberapa orang normalnya merupakan penidur pendek ( short 

 sleeper ) dan hanya membutuhkan tidur kurang dari 6 jam setiap

malam untuk dapat berfungsi dengan adekuat. Penidur panjang (long 

 sleeper ) adalah orang yang tidur lebih dari 9 jam setiap malam untuk 

dapat berfungsi dengan adekuat (Sadock, 2010).

 National Sleep Foundation (NSF) merekomendasikan individu

untuk tidur dengan durasi tujuh sampai sembilan jam. Akan tetapi,

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 24/82

menurut  polling  yang dilakukan NSF, rakyat Amerika umumnya

hanya tidur selama 6,9 jam tiap malamnya (Pollak, 2010).

Kebutuhan tidur untuk setiap usia juga berbeda. Pada studi

yang dilakukan pada 30 laki-laki dan 30 perempuan (18 subjek pada

masing-masing kelompok berusia 20 sampai 35 tahun, 12 subjek pada

masing-masing kelompok berusia 70-79 tahun), ditemukan bahwa

waktu tidur rata-rata yang diperlukan individu untuk dapat berfungsi

normal pada kelompok usia 20-35 tahun adalah 8,6 jam per 24 jam.

Sedangkan pada kelompok usia 70-79 tahun, waktu tidur rata-rata

hanya 6,5 jam per 24 jam (Pollak, 2010).

2.2. Gangguan Tidur

2.2.1.  Definisi

Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling

sering ditemukan di praktek umum dan psikiatri. Gangguan tidur 

dapat terjadi secara primer maupun akibat dari berbagai kondisi medis

dan psikiatris yang bervariasi. Tidur yang tidak cukup dapat

mengganggu kualitas hidup pasien (Lubit,2009).

Gangguan tidur yang kronis, misalnya insomnia, berhubungan

erat dengan peningkatan resiko untuk terjadinya depresi, bunuh diri,

kecemasan, disabilitas, dan meningkatnya penggunaan sumber daya

medis. Tidur yang tidak adekuat juga dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan kendaraan bermotor, simptom somatik, disfungsi kognitif,

dan berkurangnya performa kerja akibat dari lelah atau rasa kantuk 

(Lubit, 2009).

2.2.2.  Klasifikasi

Revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of 

 Mental Disorders (DSM-IV-TR) menggolongkan gangguan tidur 

 berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan perkiraan etiologi. Ketiga

kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV-TR adalah gangguan

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 25/82

tidur primer, gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa

lainnya, dan gangguan tidur lainnya(akibat keadaan medis umum atau

dicetuskan oleh zat) (Sadock, 2010).

A. Gangguan Tidur Primer 

a.  Disomnia

i.  Insomnia Primer 

Insomnia primer didiagnosis jika keluhan utama

adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan

memulai atau mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus

 berlangsung sedikitnya satu bulan. Istilah primer 

menunjukkan bahwa insomnia bebas dari adanya gangguan

fisik atau psikologis. Terbangun di malam hari yang nampak 

makin sering serta persepsi negatif untuk tidur sering

nampak. Pasien dengan insomnia primer secara umum

memiliki preokupasi mengenai tidur cukup. Semakin mereka

mencoba tidur, semakin besar rasa frustasi dan penderitaan

serta makin sulit terjadinya tidur (Sadock, 2010).

ii.  Hipersomnia Primer 

Hipersomnia primer didiagnosis jika tidak ada

 penyebab lain yang ditemukan untuk somnolen berlebihan

yang terjadi dalam waktu sedikitnya satu bulan. Rasa

mengantuk berlebihan ini menyebabkan penderitaan yang

secara klinis bermakna. Rasa mengantuk pada hipersomnia

ini bukanlah yang disebabkan oleh insomnia, gangguan jiwa

lain, dan gangguan penggunaan zat (Sadock, 2010).

iii.  Narkolepsi

 Narkolepsi terdiri atas rasa mengantuk yang

 berlebihan di siang hari serta manifestasi abnormal tidur 

REM yang terjadi setiap hari selama sedikitnya 3 bulan.

Serangan tidur ini khasnya terjadi dua sampai enam kali

sehari dan berlangsung 10 hingga 20 menit. Narkolepsi terdiri

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 26/82

dari simptom tetrad yaitu (1) serangan tidur yang terjadi

secara tiba-tiba dan singkat (kira-kira 15 menit) yang dapat

terjadi pada saat mengerjakan jenis aktivitas apa saja; (2)

katapleksi  –  hilangnya tonus otot secara tiba-tiba yang

melibatkan kelompok otot kecil yang spesifik ataupun

kelemahan otot yang menyeluruh yang dapat menyebabkan

 penderitanya tersungkur ke tanah, tidak dapat bergerak,

sering berhubungan dengan reaksi emosional; (3) paralisis

tidur  –  kelemahan otot secara umum yang didapati pada

transisi antara tidur dan bangun; dan (4) halusinasi

hipnagogik yang terjadi sebelum serangan tidur (Eisendrath,

2011).

iv.  Gangguan Tidur Terkait Pernafasan

Gangguan tidur yang terkait dengan pernafasan

ditandai dengan penghentian tidur yang menyebabkan rasa

mengantuk berlebihan atau insomnia yang disebabkan

gangguan pernafasan terkait tidur. Gangguan pernafasan yang

dapat terjadi selama tidur mencakup apnea, hipopnea dan

desaturasi oksigen. Gangguan ini selalu menyebabkan

hipersomnia. Dua gangguan sistem pernafasan yang dapat

menimbulkan hipersomnia adalah apnea tidur dan

hiperventilasi alveolar sentral. Kedua gangguan juga dapat

menyebabkan insomnia tetapi lebih sering menyebabkan

hipersomnia (Sadock, 2010).

Apnea tidur mengacu pada penghentian aliran udara

 pada hidung dan mulut. Periode apneik adalah periode yang

 berlangsung selama sepuluh detik atau lebih. Apnea tidur 

dapat memiliki beberapa tipe yang berbeda. Pada apnea tidur 

sentral murni, upaya aliran udara dan pernafasan berhenti saat

episode apneik dan mulai kembali saat bangun. Pada apnea

tidur obstruktif murni, aliran udara berhenti tetapi upaya

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 27/82

 pernafasan meningkat selama periode apnea; pola ini

menunjukkan adanya suatu obstruksi pada jalan nafas dan

upaya yang bertambah oleh otot-otot abdomen dan toraks

untuk mendorong udara melewati obstruksi ini. Episode ini

 juga berhenti saat bangun. Tipe campuran meliputi unsur 

apnea tidur sentral dan obstruktif. Apnea tidur biasanya

dianggap patologis bila pasien mengalami setidaknya lima

episode apnea dalam satu jam atau 30 episode apnea

sepanjang malam (Sadock, 2010).

Hiperventilasi alveolar pusat mengacu pada beberapa

keadaan yang ditandai dengan gangguan ventilasi berupa

kelainan pernafasan yang tampak atau sangat memburuk 

hanya saat tidur tanpa adanya episode apnea yang signifikan.

Disfungsi ventilasi ditandai dengan tidak adekuatnya volume

tidal atu frekuensi pernafasan selama tidur (Sadock, 2010).

v.  Gangguan Tidur Irama Sirkadian

Gangguan tidur irama sirkadian mencakup suatu

kisaran luas keadaan yang melibatkan ketidaksejajaran antara

 periode tidur yang sebenarnya dengan periode tidur yang

diinginkan. DSM-IV-TR mendaftarkan empat jenis gangguan

tidur irama sirkadian: tipe fase tidur tertunda, tipe jet lag , tipe

kerja bergiliran, dan tidak tergolongkan (Sadock, 2010).

Pada tipe fase tidur tertunda, pola onset tidur dan

waktu bangun tertunda secara menetap, dengan

ketidakmampuan untuk jatuh tertidur dan terbangun pada

waktu lebih awal yang diinginkan (Sadock, 2010).

Tipe jet lag ditandai dengan rasa mengantuk dan sadar 

yang terjadi pada saat yang tidak tepat dibandingkan dengan

waktu setempat, terjadi setelah perjalanan berulang melintasi

lebih dari satu zona waktu (Sadock, 2010).

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 28/82

Pada tipe kerja giliran, insomnia terjadi selama

 periode tidur utama atau rasa mengantuk berlebihan selama

 periode bangun yang utama karena pekerjaan dengan giliran

malam atau sering berubahnya jadwal bergiliran (Sadock,

2010).

vi.  Disomnia yang Tidak Tergolongkan

Kategori disomnia yang tidak tergolongkan adalah

untuk insomnia, hipersomnia, atau gangguan irama sirkadian

yang tidak memenuhi kriteria disomnia spesifik apapun.

Contoh-contohnya mencakup: keluhan insomnia atau

hipersomnia yang secara klinis bermakna dan disebabkan

oleh faktor lingkungan (misalnya, bising), rasa mengantuk 

 berlebihan yang disebabkan oleh kurang tidur yang terus

menerus , restless leg syndrome yang ditandai dengan

keinginan untuk menggerakkan tungkai dan lengan akibat

 perasaan yang tidak nyaman dimana gejala memburuk pada

saat istirahat sore atau malam hari, gerakan ekstremitas

 periodik yang berupa kedutan ekstremitas singkat berulang

yang dimulai menjelang onset tidur dan disertai bangun

singkat dan berulang, dan situasi saat klinisi telah

menyimpulkan disomnia ada tetapi tidak dapat menentukan

apakah primer, akibat keadaan medis umum atau dicetuskan

zat (Sadock, 2010).

 b.  Parasomnia

i.  Gangguan Mimpi Buruk 

Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan

menakutkan yang membuat orang terbangun dengan rasa

ketakutan. Seperti mimpi buruk lain, mimpi buruk selalu

terjadi selama tidur REM dan biasanya setelah periode REM

yang panjang di akhir malam. Beberapa orang sering

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 29/82

mengalami mimpi buruk sebagai keadaan yang berlangsung

seumur hidup; yang lainnya mengalami mimpi buruk 

terutama saat stress dan sakit. Saat bangun dari mimpi yang

menakutkan, pasien dengan cepat memiliki orientasi dan

kesiagaan (Sadock, 2010).

ii.  Gangguan teror tidur 

Gangguan teror tidur adalah terbangun pada sepertiga

awal malam selama tidur NREM yang dalam (tahap 3 dan 4).

Gangguan ini hampir selalu diawali dengan jeritan atau

tangisan pilu yang disertai menifestasi perilaku ansietas hebat

yang hampir mendekati panik dengan adanya bangkitan

otonom seperti takikardia, pernafasan cepat, dan berkeringat

selama episode ini (Sadock, 2010).

Khasnya, pasien bangun diatas tempat tidur dengan

ekspresi ketakutan, berteriak keras, dan kadang-kadang

 bangun secepatnya dengan perasaan terteror yang intens.

Pasien mungkin tetap terbangun dalam keadaan disorientasi

tetapi lebih sering jatuh tertidur dan mereka melupakan

episode ini (Sadock, 2010).

iii.  Gangguan Berjalan Sambil Tidur 

Gangguan ini, yang juga dikenal sebagai

 somnambulisme, terdiri atas rangkaian perilaku kompleks

yang diawali pada sepertiga malam pertama selama tidur 

 NREM yang dalam (tahap 3 dan 4) dan sering, meskipun

tidak selalu, dilanjutkan – tanpa kesadaran penuh atau ingatan

mengenai episode tersebut  –  untuk meninggalkan tempat

tidur dan berjalan keliling. Selama berjalan dalam tidur,

orang memiliki wajah yang kosong, dan menatap, relatif 

tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk berbicara

dengan mereka, dan sangat sulit dibangunkan. Saat bangun,

orang ini akan mengalami amnesia terhadap episode tersebut.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 30/82

Dalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan

dalam tidur, tidak ada aktivitas atau perilaku mental yang

terganggu (meskipun awalnya bisa terdapat periode singkat

 bingun dan disorientasi). Berjalan didalam tidur 

menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau

hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting

lain. Gangguan ini juga harus tidak disebabkan efek fisiologis

langsung suatu zat (Sadock, 2010).

iv.  Parasomnia yang Tidak Tergolongkan

Kategori parasomnia yang tidak tergolongkan

digunakan untuk gangguan yang ditandai dengan perilaku

atau peristiwa psikologis abnormal selama tidur atau transisi

dari tidur ke bangun, tetapi (Sadock, 2010) yang tidak 

memenuhi kriteria parasomnia yang lebih spesifik.

B.  Gangguan Tidur Akibat Gangguan Jiwa Lain

a.  Insomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain

Insomnia jenis ini terjadi selama sedikitnya satu bulan dan

 jelas disebabkan gejala perilaku dan psikologis gangguan jiwa

yang dikenal baik secara klinis. Gangguan yang dikatikan

dengan insomnia jenis ini adalah gangguan Aksis I atau II

(gangguan depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh,

gangguan penyesuaian dengan ansietas). Gangguan tidur (atau

gejala sisa di siang hari) yang terjadi menyebabkan penderitaan

yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial,

 pekerjaan, atau area fungsi penting lain. Perlu diperhatikan juga,

 bahwa insomnia yang diakibatkan oleh gangguan jiwa lain tidak 

 boleh diakibatkan oleh gangguan tidur lain, misalnya narkolepsi

dan tidak boleh disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat

atau keadaan medis umum (Sadock, 2010).

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 31/82

 b.  Hipersomnia akibat gangguan jiwa lain

Hipersomnia pada kasus ini terjadi selama sedikitnya satu

 bulan dan terkait dengan gangguan jiwa yang ditemukan di

dalam berbagai keadaan, termasuk gangguan mood. Rasa

mengantuk di siang hari yang berlebihan mungkin dilaporkan

 pada tahap awal banyak gangguan depresif ringan dan secara

khas pada fase depresi gangguan bipolar I. Untuk waktu yang

singkat, hipersomnia kadang-kadang disebabkan berkabung

tanpa penyulit. Gangguan jiwa lain  –  seperti gangguan

kepribadian, gangguan disosiatif, gangguan somatoform,  fugue

disosiatif, dan gangguan amnestik   –  dapat menyebabkan

hipersomnia. Terapi gangguan primer tersebut harus

memberikan perbaikan pada hipersomnia. Gangguan jenis ini

 juga harus tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain

(narkolepsi, gangguan tidur terkait pernafasan, parasomnia) atau

kurang tidur dan efek fisiologis langsung suatu zat dan keadaan

medis umum (Sadock, 2010).

C. Gangguan Tidur Lain

a.  Gangguan Tidur Akibat Keadaan Medis Umum

Setiap gangguan tidur (insomnia, hipersomnia, parasomnia

dan kombinasi) dapat disebabkan oleh keadaan medis umum.

Hampir setiap keadaan medis yang disertai rasa nyeri atau tidak 

nyaman dapat menimbulkan insomnia. Beberapa keadaan

disertai insomnia bahkan ketika rasa nyeri dan tidak nyaman

tidak khas muncul. Keadaan-keadaan ini mencakup neoplasma.

Lesi vaskular, keadaan degeneratif serta traumatik. Keadaan

lain, terutama penyakit endokrin dan metabolik, sering meliputi

 beberapa gangguan tidur. Dalam menegakkan diagnosa penyakit

golongan ini, perlu adanya bukti dari anamnesis, pemeriksaan

fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan tidur 

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 32/82

merupakan akibat fisiologis langsung suatu keadaan medis

umum. Keadaan medis yang sering dihubungkan dengan

gangguan tidur ini antara lain: bangkitan epileptik terkait tidur,

nyeri kepala cluster  terkait tidur, sindrom menelan abnormal,

asma, gejala kardiovaskular, refluks esophagus dan hemolisis

terkait tidur (Sadock, 2010).

 b.  Gangguan Tidur yang Dicetuskan Zat

Setiap gangguan tidur (insomnia, hipersomnia,

 parasomnia, atau kombinasi) dapat disebabkan oleh suatu zat.

Gangguan tidur yang terjadi cukup menonjol dan berat sehingga

memerlukan perhatian klinis tersendiri. Dalam menegakkan

diagnosa, harus terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan

fisik, atau temuan laboratorium baik gejala gangguan tidur 

terjadi selama, atau dalam sebulan sejak intoksikasi atau putus

obat serta penggunaan obat tersebut secara etiologis terkait

dengan gangguan tidur. Gangguan yang terjadi tidak disebabkan

oleh gangguan tidur yang bukan dicetuskan zat (gejala

mendahuli onset penggunaan zat, gejala berlangsung untuk 

suatu periode waktu tertentu setelah penghentian dari putus zat

akut atau intoksikasi berat atau sangat berlebihan, terdapat bukti

lain yang mengesankan adanya gangguan tidur yang dicetuskan

oleh bukan zat tersendiri). Pasien sendiri akan mengeluhkan

 penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi

sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya. Diagnosis

 pada gangguan tidur yang disebabkan zat ini juga harus

ditentukan apakah onset gejala terjadi saat intoksikasi atau

terjadi saat putus obat (Sadock, 2010).

Stimulant, seperti amfetamin dan derivatnya, kokain,

kafein dan nikotin, sangat sering disalahgunakan. Produk ini

menimbulkan peninggian gairah dan eksitasi pada penggunanya.

Stimulant akan merangsang aktifitas dari neurotransmitter,

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 33/82

dopamine, dan norepinefrin, dengan memblokade ambilan dan

meningkatkan sekresi dari produk-produk tersebut. Amphetamin

dan derivatnya, ketika dikonsumsi, dapat menunda onset dari

tidur dan meningkatkan jumlah tidur REM. Ketika konsumsi

amfetamin dalam jangka waktu lama dihentikan, terjadi

 peningkatan tidur gelombang lambat pada malam pertama putus

obat, dan peningkatan jumlah tidur REM serta pengurangan

latensi menuju tidur REM pada malam-malam berikutnya

(Hyde, 2009).

Alkohol adalah depresan SSP yang dapat menimbulkan

masalah serius pada saat pemberian dan setelah putus zat.

Insomnia setelah mengkonsumsi alkohol jangka panjang

kadang-kadang berat dan berlangsung selama beberapa minggu

atau lebih lama (Hyde, 2009).

Diantara para perokok, kombinasi ritual relaksasi dan

kecenderungan dosis rendah nikotin untuk menyebabkan sedasi

sebenarnya dapat membantu tidur. Tetapi dosis tinggi nikotin

dapat mengganggu tidur, terutama onset tidur. Perokok memiliki

tidur yang lebih sedikit daripada orang yang tidak merokok.

Putus zat nikotin dapat menyebabkan pusing atau terbangun dari

tidur (Hyde, 2009).

Obat-obat golongan analgesik, seperti opiat, akan

mempengaruhi sistem neurotransmitter yang mengatur siklus

tidur-bangun pada otak. Zat ini menyebabkan efek seperti

sedatif pada EEG pasien sadar, dan individu yang

mengkonsumsi obat ini akan menurun performa kerjanya.

Opioid akan mengurangi tidur REM dan waktu tidur total

apabila digunakan. Penghentian penggunaan opioid akan

menyebabkan meningkatnya jumlah tidur REM, dan

memendeknya latensi tidur REM episode pertama (Hyde, 2009).

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 34/82

Karakteristik dari obat-obatan golongan halusinogen

adalah memodifikasi persepsi. Mescalin, psilocybin, dan LSD

(d-lysergic acid diethylamide) adalah tiga halusinoge klasik.

Keadaan yang mirip dengan bermimpi dialami setelah

 penggunaan halusinogen. LSD adalah satu-satunya halusinogen

yang telah dipelajari efeknya terhadap tidur; agen ini

meningkatkan jumlah tidur REM diawal malam, walaupun

 jumlah total dari tidur REM tidaklah berubah.

Tetrahydrocannabinol (THC), zat aktif pada marijuana, dapat

menyebabkan penambahan jumlah tidur gelombang lambat dan

mengurangi jumlah tidur REM. Ketika dikonsumsi dalam waktu

yang lama, efek zat terjadap tidur REM dan NREM berkurang,

hal ini menandakan toleransi dari zat. Ketika THC tidak 

dikonsumsi lagi, pasien akan mengeluhkan sulit tidur dan waktu

dari tidur REM akan meningkat (Hyde, 2009).

Obat-obat sedatif-hipnotik seperti barbiturate,

 benzodiazepine, dan antihistamin H1 akan menginduksi dan

mempertahankan tidur. Barbiturat akan mensupresi tidur REM,

tetapi toleransi terjadi dalam waktu yang cepat. Benzodiazepine

memiliki efek yang minimal terhadap tidur REM. Barbiturate,

 pada saat penghentian konsumsi, akan menyebabkan peninggian

 persentasi tidur REM dan penurunan latensi REM (Hyde, 2009).

2.3.  Kualitas Tidur

2.3.1.  Definisi

Kualitas tidur merupakan fenomena kompleks yang

melibatkan berbagai domain, antara lain, penilaian terhadap mutu

tidur secara subjektif, masa laten tidur, lama waktu tidur, efisiensi

tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi pada siang

hari (Buysse, 1989).

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 35/82

2.3.2.  Metode Pengukuran

Pengukuran kualitas tidur dapat dilakukan menggunakan

kuesioner  Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI terdiri dari 19

 pertanyaan yang dijawab sendiri dan 5 pertanyaan yang dijawab oleh

teman sekamar (hanya pertanyaan yang dijawab sendiri yang

digunakan dalam penilaian). PSQI menghasilkan tujuh skor yang

 berkorenspondensi dengan domain-domain kualitas tidur. Skor setiap

komponen dimulai dari 0 (tidak sulit) sampai 3 (sangat sulit). Skor 

dari setiap komponen akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total

(antara 0-21). Bila skor total dari PSQI >5, maka kualitas tidur dari

 pasien adalah buruk, demikian sebaliknya.

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner PSQI,

dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk menyelesaikannya. PSQI ini

sendiri telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan

sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%. Reliabilitas dari kuesioner 

ini juga telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83

(Buysse, 1989).

2.4.  Inteligensi

2.4.1.  Definisi

Inteligensia adalah kemampuan kognitif dari individu untuk 

dapat belajar dari pengalaman, mengungkapkan alasan yang baik, dan

 beradaptasi secara efektif dengan tuntutan dari kehidupan sehari-hari.

Singkat kata, inteligensi berhubungan dengan seberapa baik seseorang

mampu menggunakan kemampuan kognitifnya untuk dapat

 beradaptasi dengan dunia (Lahey, 2007).

Inteligensia diukur oleh tes-tes inteligensi dan

disimbolisasikan oleh IQ. Ketika mempertimbangkan nilai numberik 

IQ, kita harus selalu menentukan secara spesifik tes yang menjadi

sumber IQ tersebut. Tes-tes inteligensi yang berbeda menghasilkan IQ

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 36/82

yang berbeda dalam isi dan cara-cara yang mempengaruhi interpretasi

skor-skor mereka (Lahey, 2007).

2.4.2.  Jenis-jenis Inteligensi

Menurut Sir Francis Galton, inteligensia adalah faktor umum

tunggal yang memberikan dasar pada kemampuan yang lebih spesifik 

yang dimiliki tiap individu. Menurut konsep ini, bila kita memiliki

inteligensi yang baik, maka kita akan lebih mungkin untuk dapat

menguasai kemampuan mekanik, musik, artistic, dan kemampuan-

kemampuan lainnya. Pandangan mengenai faktor umum dari

inteligensia melatarbelakangi setiap kemampuan spesifik yang kita

miliki juga dipakai pada masa modern oleh Charles Spearman (1950),

yang menggunakan istilah “g” untuk merujuk pada faktor umum dari

inteligensia. Opini dari Spearman ini didasari oleh analisis matematis

kompleks dari nilai hasil test inteligensia yang mendukung, tapi tidak 

membuktikan, teorinya mengenai inteligensia umum. Konsep dari

faktor “g” dari inteligensia juga dipegang oleh David Wechsler,

 penemu dari instrument test inteligensia yang paling banyak 

digunakan di Amerika Serikat sekarang ini (Lahey, 2007).

Ahli Psikologi lainnya berargumentasi bahwa inteligensia

 bukan sebuah faktor umum tunggal, tetapi merupakan kumpulan dari

 banyak kemampuan spesifik. Ahli psikologi ini mengungkapkan

 bahwa kita memiliki kemampuan kognitif tertentu yang lebih baik dari

orang lain, bukan lebih baik seluruhnya dari orang lain. Louis

Thurstone (1398) contohnya. Ia mengembangkan alternatif dari test

inteligensi umum yang dikenal dengan  primary ability test, yang

mengukur tujuh kemampuan intelektual. J. P. Guilford (1982), bahkan

mengungkapkan bahwa terdapat 150 jenis kemampuan yang berbeda

yang menyusun inteligensi (Lahey, 2007).

Howard Gardner (2000) dalam Lahey (2007) juga berpendapat

 bahwa terdapat banyak jenis inteligensi. Gardner menjadi yakin

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 37/82

 bahwa terdapat banyak jenis inteligensi yang terpisah setelah

mempelajari pasien yang mengalami cedera kepala hanya pada

sebagian dari korteks serebrinya. Ia menemukan bahwa individu ini

kehilangan beberapa jenis kemampuan intelektual, sedangkan jenis

kemampuan lain tetap intak. Hal ini menyarankan bahwa kemampuan

yang berbeda dimediasi oleh bagian otak yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil investigasinya, Gardner mengungkapkan bahwa

terdapat delapan jenis inteligensi, yaitu:

1. Linguistik (verbal)

2. Matematis-logis

3. Musikal

4. Spasial (visual)

5. Kinestik 

6. Interpersonal

7. Intrapersonal

8. Intelegensia naturalistik (lingkungan)

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensia

Mengapa seseorang lebih cerdas dari orang lain? Setelah

 penelitian yang lama, sekarang telah jelas bawa faktor keturunan dan

 pengalaman bekerjasama dalam menentukan level inteligensia kita.

Skor IQ dari kembar monozigotik adalah lebih sama dibandingkan

skor IQ dari kembar dizigotik, walaupun kedua jenis kembar 

dibesarkan di lingkungan intelektual yang sama. Bila kedua anak dari

kembar monozigotik dibesarkan di rumah yang berbeda dan oleh

orang yang berbeda, IQ dari kedua anak tersebut hanya akan berbeda

sedikit (Lahey, 2007).

Studi adopsi telah mengindikasikan bahwa keturunan adalah

satu dari faktor penting yang menentukan IQ. Banyak studi juga telah

menunjukkan bahwa IQ dari anak yang diadopsi akan lebih mirip

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 38/82

dengan orang tua biologisnya dibandingkan dengan orang tua asuhnya

yang membesarkan mereka. Disini terlihat, studi kembar dan adopsi

mengindikasikan bahwa faktor keturunan (herediter) adalah salah satu

faktor yang menjadi determinan dari IQ (Lahey, 2007).

Menurut Clarke (1976) dalam Lahey (2007) Lingkungan

intelektual dimana anak dibesarkan juga merupakan faktor yang

 penting dalam menentukan inteligensia. Pemaparan yang dialami anak 

terhadap duni dewasa melalui interaksi dengan penjaganya terlihat

 penting dalam perkembangan inteligensia anak. Anak-anak yang tidak 

dipedulikan oleh orang tuanya menunjukkan adanya perkembangan

inteligensia yang terhambat, dan akan berkembang secara pesat

apabila ditempatkan pada lingkungan yang baik.

Singkatnya, terdapat bukti yang kuat menunjukkan bahwa baik 

faktor herediter dan faktor lingkungan mempengaruhi inteligensia dari

seorang anak yang sedang berkembang (Lahey, 2007).

2.4.4.  Raven’s Progressive Matrices 

2.4.4.1. Definisi

 Raven’s Progressive Matrices (RPM) merupakan

 pertanyaan pilihan berganda non-verbal yang berguna dalam

mengukur inteligensia umum. Test ini pertama kali

dikembangkan oleh John C. Raven pada tahun 1936. Pada

setiap soal dalam test, peserta diminta untuk mengidentifikasi

elemen yang hilang yang dapat melengkapi pola dalam soal

(Raven, 2003).

2.4.4.2. Jenis-Jenis RPM

Terdapat tiga jenis matriks RPM yang dapat

disesuaikan dengan partisipan yaitu:

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 39/82

1.  Standard Progressive Matrices

Merupakan bentuk asli dari RPM yang pertama kali

dipublikasi pada tahun 1938. Jenis matriks ini

diperuntukkan untuk populasi umum (umur 6-16, 17+)

(Hebben, 2009).

2.  Coloured Progressive Matrices

Merupakan tingkatan paling mudah dari seluruh jenis-jenis

RPM. Matriks jenis ini diperuntukkan untuk anak-anak 

(umur 5-11), remaja dengan kelainan mental, dan orang

yang sudah tua (Hebben, 2009).

3.   Advanced Progressive Matrices

Merupakan Matriks yang tersulit dan digunakan pada 20%

 populasi dengan inteligensi tertinggi (Hebben, 2009).

2.4.4.3. Realibilitas

Berdasarkan  Raven Manual pada tahun 1986, terlihat

 bahwa realibilitas dari data cukup baik untuk digunakan dalam

 penelitian, yang merupakan penggunaan utama dari RPM

(Kamphaus, 2005).

2.4.4.4. Validitas

Bukti validitas dari RPM didapat dari studi korelasi

dengan test lainnya. Studi korelasi dengan California

 Achievement Test menghasilkan koefisien .76 dengan Standard 

 Progressive Matrices. Korelasi sebesar .69 ditemukan dengan

WISC-R full scales score dan .61 antara Coloured Matrices

dengan WISC-R  full scales score (Kamphaus, 2005).

2.5. Hubungan Kualitas Tidur dengan Inteligensia

1.  Menurut penelitian Carskadon (2002) pada remaja berusia 15 tahun,

 banyak remaja yang tidak memiliki kualitas tidur yang baik. Hal ini

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 40/82

disebabkan oleh karena perubahan pola tidur remaja yang berhubungan

erat dengan faktor kebiasaan, faktor intrinsik-biologis, dan faktor 

 perubahan waktu mulainya sekolah.

2.  Menurut Anderson (2001) dan Garlick (2002) dalam Lahey (2007),

kemampuan dalam membangun koneksi neural (sinaps) dan kecepatan

koneksi antara neuron-neuron menghasilkan seseorang dengan

inteligensia umum yang baik.

3.  Menurut penelitian oleh Tononi (2003), pada saat manusia tertidur 

terjadi penurunan aktifitas dari sinaps-sinaps dalam sistem saraf. Hal

ini bertujuan agar sinaps dapat bersiap untuk aktifitas pada saat

terbangun dan berfungsi lebih baik pada saat manusia berada dalam

keadaan sadar.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 41/82

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.  Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam

 penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2.  Definisi Operasional

1. Kualitas tidur adalah baik atau buruknya kualitas tidur seseorang

Cara Ukur : Pengisian Kuesioner 

Alat Ukur : Kuesioner  Pittsburg Sleep Quality Index

(PSQI) yang divalidasi oleh University of 

 Pittsburgh

Kategori : Kuesioner terdiri dari 19 pertanyaan yang

dijawab sendiri dan menghasilkan tujuh

skor yang berkorespondensi dengan

domain-domain kualitas tidur. Skor tiap

komponen dimulai dari 0 (tidak sulit)

sampai 3 (sangat sulit). Skor dari tiap

domain akan dijumlahkan untuk 

mendapatkan skor total (antara 0-21)

Kualitas Tidur Inteligensia (IQ)

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 42/82

- Kualitas tidur buruk bila skor >5

- Kualitas tidur baik bila skor 0-5

Skala pengukuran : Ordinal

2. Inteligensia adalah kemampuan kognitif 

Cara Ukur : Test IQ

Alat Ukur : Raven’s Progressive Matrices (Standard 

 Progressive Matrices)

Kategori : -  Dull bila IQ <94

-  Below Average bila IQ 95-104

-  Average bila IQ 105-114

-  Above Average bila IQ 115-118

-  Bright Normal  bila IQ 119-120

-  Semi Superior  bila IQ 121-124

-  Superior  bila IQ 125-130

-  Very Superior  bila IQ 135-139

-  Semi Genius bila IQ 140-145

-  Genius bila >146

Skala Pengukuran : Numerik 

3.3.  Hipotesa

Ada hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia pada remaja.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 43/82

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-

 sectional , dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

faktor resiko (kualitas tidur) dengan efek (IQ) dengan cara pengisian

kuesioner dan tes inteligensia. Pada penelitian ini pendekatan atau

 pengumpulan data dilakukan dalam suatu saat ( point time approach).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dibulan Juli 2011. Penelitian ini dilakukan pada

SMA Santo Thomas 2 di kota Medan, Sumatera Utara. Pemilihan tempat

 penelitian ini dikarenakan belum ada penelitian dengan judul yang sama pada

sekolah ini.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Target

Populasi Penelitian ini adalah siswa-siswi yang bersekolah

di SMA Santo Thomas 2, Medan.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah siswa-siswi kelas

X yang bersekolah di SMA Santo Thomas 2 pada tahun ajaran

2011/2012.

4.3.3. Kriteria Inklusi

1. Semua siswa kelas X yang bersekolah di SMA Santo Thomas 2,

Medan

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 44/82

2. Semua jenis kelamin

3. Semua ras

4. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani

informed consent  penelitian

4.3.4. Kriteria Eksklusi

1. Siswa berumur < 14 tahun

2. Siswa berumur > 16 tahun

4.3.5. Subjek yang diteliti

Semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

4.3.6. Besar Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan

teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random

Sampling ), yaitu setiap responden yang telah memiliki kriteria

sampel yang diinginkan peneliti diundi dengan teknik undian

(Notoatmodjo, 2008). Jumlah sampel minimal dihitung dengan

menggunakan rumus besar sampel pada buku Notoadmodjo (2008).

() ( )

() 

dengan:

n : Besar sampel

Zα  : Nilai distribusi normal baku (tabel Z)

P : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi

d : Derajat penyimpangan terhadap populasi yang

diinginkan

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 45/82

Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai n dapat dihitung

dengan menggunakan nilai, Zα = 1.96 yang didapatkan dari tabel

distribusi Z pada α (2 arah)= 0.05. P ditetapkan oleh peneliti, P =

0.5.Nilai P ditetapkan 0.5 karena menurut Notoatmodjo (2010),

apabila tidak diketahui proporsi dalam populasi, maka dipakai angka

0.5. d ditentukan oleh peneliti, yaitu sebesar 10% (0.10). Dengan

menggunakan nilai – nilai ini maka :

()()

() 

n = 97

Jadi, besar sampel minimum yang diperlukan adalah 97

orang. Oleh peneliti, jumlah sampel ini digenapkan menjadi 100

orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitas tidur dilakukan dengan cara mengambildata primer berupa pengisian kuesioner PSQI ( Pittsburgh Sleep Quality

 Index). PSQI merupakan kuesioner yang telah divalidasi oleh University of 

 Pittsburgh dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%. Reliabilitas dari

kuesioner ini juga telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83

(Buysse, 1989). Data inteligensia (IQ) dari siswa dikumpulkan dengan

mengambil data sekunder dari hasil tes IQ yang dilakukan oleh psikolog yang

 berkompeten dibidang tes inteligensia.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dimasukkan kedalam

komputer. Data yang diperoleh, berupa IQ dan kualitas tidur siswa, dianalisis

dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science)

for windows. Data tersebut diuji menggunakan uji-t independen.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 46/82

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Santo Thomas 2. SMA ini

terletak di kota Medan, Sumatera Utara, dan berlokasi di jalan S.

Parman No. 107, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan

Petisah dengan luas tanah sebesar 4680 m2. Sekolah ini merupakan

sekolah swasta yang berada dibawah naungan yayasan Don Bosco

KAM dengan akreditasi “A”. Aktifitas belajar mengajar pada

sekolah ini berlangsung selama 8 jam per hari dengan waktu istirahat

2 x 15 menit. Kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ini terdiri dari

 basket, futsal, bola cheerleader , paduan suara, paskibra, OSIS, klub

drama, band musik, ansambel dan kegiatan-kegiatan tidak rutin

lainnya (pelatihan siswa/siswi dalam menghadapi berbagai

 perlombaan).

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh

 peneliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100

orang.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Pria 54 54

Wanita 46 46

Total 100 100

Berdasarkan kelompok jenis kelamin, distribusi sampel

terbanyak pada penelitian ini adalah pada jenis kelamin pria, yaitu

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 47/82

sebanyak 54 orang, diikuti oleh jenis kelamin wanita sebanyak 46

orang.

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Umur N %

14 2 2

15 62 62

16 36 36

Total 100 100

Berdasarkan kelompok umur, distribusi sampel terbanyak pada

 penelitian ini adalah pada kelompok umur 15 tahun, yaitu 62 orang,dan kelompok umur 14 tahun memiliki jumlah yang paling sedikit

yaitu sebanyak 2 orang.

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Tidur

Kualitas Tidur N %

Baik 41 41

Buruk 59 59

Total 100 100

Berdasarkan kelompok kualitas tidur, distribusi sampel

terbanyak pada penelitian ini adalah kelompok kualitas tidur buruk,

yaitu 59 orang, diikuti dengan kelompok kualitas tidur baik sebanyak 

41 orang.

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Inteligensia 

Inteligensia N %

100 2 2101 2 2

102 3 3

103 1 1

104 1 1

105 2 2

106 9 9

107 6 6

108 6 6

109 8 8

110 3 3

111 6 6

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 48/82

112 8 8

113 5 5

114 4 4115 7 7

116 7 7

117 4 4

118 4 4

120 4 4

121 6 6

122 1 1

124 1 1

Total 100 100

Berdasarkan inteligensia, distribusi sampel terbanyak pada penelitian ini adalah inteligensia dengan skor 106, yaitu 9 orang dan

inteligensi dengan skor 103, 104, 122, dan 124 memiliki frekuensi

yang paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang. Rerata skor inteligensia

dari responden adalah 111,63.

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Inteligensia

Kategori Inteligensia N % Below Average

(95-104)9 9

 Average 

(105-114)57 57

 Above Average

(115-118)22 22

 Bright Normal 

(119-120)4 4

Semi Superior 

(121-124)8 8

Total 100 100

Berdasarkan kategori inteligensia, kategori yang terbanyak 

ditemukan pada penelitian ini adalah kategori average yaitu

sebanyak 57 orang, dengan kategori yang paling sedikit ditemukan

adalah kategori bright normal yaitu sebanyak 4 orang.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 49/82

5.1.3. Perbandingan Berbagai Karakteristik Responden

Dari berbagai karakteristik yang telah dipaparkan, berikut ini

akan disajikan berbagai perbandingan dari berbagai karakteristik 

responden pada penelitian.

Tabel 5.6. Perbandingan Kualitas Tidur Menurut Jenis Kelamin

Kualitas Tidur (% dalam kelompok 

JK)

Jenis

Kelamin

Baik Buruk Total

Pria 18 (33.3%) 36 (66.7%)54

(100%)

Wanita 23 (50%) 23 (50%)46

(100%)

Total 41 59 100

Berdasarkan tabel perbandingan kualitas tidur menurut jenis

kelamin, terlihat bahwa jenis kelamin pria cenderung memiliki

kualitas tidur yang buruk (66.7% dari populasi pria) bila

dibandingkan jenis kelamin wanita (50% dari populasi wanita).

Tabel 5.7. Perbandingan Rerata Inteligensia Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis kelamin Rata-rata Inteligensia

Pria 112.24

Wanita 110.91

Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa pria memiliki rerata

inteligensia yang lebih tinggi dibandingkan wanita.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 50/82

Tabel 5.8. Perbandingan Rerata Inteligensia Berdasarkan

Kualitas Tidur

Kualitas Tidur N Rata-rata Inteligensia

Kualitas Tidur Baik 41 113.12

Kualitas Tidur 

Buruk 59 110.59

Berdasarkan tabel diatas (tabel 5.10), rerata inteligensia pada

responden dengan kualitas tidur baik adalah 113.12 sedangkan pada

responden dengan kualitas tidur buruk, rerata inteligensianya adalah

110.59.

5.1.4. Hasil Analisis Data

Sebelum data dapat dianalisis, terlebih dahulu kita tentukan

apakah data yang kita dapatkan merupakan jenis data yang

 berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan

uji Kolgomorov-Smirnov dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.9. Uji Normalitas Data (Inteligensia) dengan

Kolgomorov-Smirnov  

 Kolgomorov-Smirnov

Statistic df Sig.

Inteligensia 0.080 100 .120

Berdasarkan tabel diatas (tabel 5.11), uji normalitas data

inteligensia dengan  Kolgomorov-Smirnov menghasilkan nilai p=

0.120. Oleh karena itu, dapat disimpulkan data berdistribusi normal

(p> 0.05) sehingga dapat dilakukan analisis data dengan uji t-

independent.

Hubungan sntara kualitas tidur dengan inteligensia pada siswa

kelas X SMA Santo Thomas 2 yang diuji dengan menggunakan uji t-

independen dapat dilihat melalui tabel berikut.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 51/82

Tabel 5.10. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan

Inteligensia pada Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 2 (T-

independent)

t-test for equality of means

t Sig. (2-tailed)

2.251 .027

Hasil uji t= 2.251 dan p value= 0.027. Hal ini berarti terdapat

hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia.

5.2. Pembahasan

Dari data demografi jenis kelamin yang didapatkan, terlihat bahwa jenis

kelamin yang terbanyak pada penelitian adalah jenis kelamin pria yang

 berjumlah 54 orang (54%). Sedangkan jenis kelamin wanita didapati

sebanyak 46 orang (46%). Jenis kelamin pria yang lebih dominan pada

 penelitian ini mungkin disebabkan oleh penggunaan teknik sampling yang

 berupa simple random sampling . Penggunaan teknik  simple random sampling  

ini menyebabkan setiap anggota populasi dalam penelitian mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan kelompok umur, responden dengan usia 15 tahun merupakan

responden terbanyak dalam penelitian ini, dengan jumlah 62 orang (62%),

diikuti dengan responden usia 16 tahun dengan jumlah 36 orang (36%) dan

responden dengan usia 14 tahun dengan jumlah 2 orang (2%).

Dari data yang didapatkan, dapat terlihat bahwa jumlah responden yang

memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 59 orang (59%). Sedangkan

responden yang memiliki kualitas tidur baik berjumlah lebih sedikit yaitu 41

orang (41%). Kualitas tidur yang cenderung lebih buruk pada remaja ini

mungkin disebabkan oleh faktor eksternal misalnya penggunaan televisi,

komputer, video games, dan aktifitas sosial sesama remaja (Graham, 2000).

Penggunaan televisi, komputer maupun video games yang sering pada remaja

dapat menyebabkan supresi dari melatonin yang dapat menyebabkan

gangguan tidur (Rea, 2001). Kualitas tidur yang cenderung buruk juga

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 52/82

diperlihatkan dari penelitian oleh Angkat (2009) yang melakukan penelitian

 pada remaja SMA di Tanjung Morawa dimana dari 287 responden, didapati

220 responden (76,7%) dengan kualitas tidur buruk dan 67 responden

(23,3%) dengan kualitas tidur baik. Akan tetapi, ada beberapa keterbatasan

dalam penilaian kualitas tidur dengan kuesioner PSQI pada penelitian ini.

Banyak responden yang lupa akan pola tidurnya selama sebulan terakhir.

Selain itu, domain lama tidur pada PSQI juga tidak disesuaikan dengan

responden yang termasuk dalam golongan  short sleeper . Variabel perancu

kualitas tidur juga belum dapat disingkirkan pada penelitian ini, misalnya

faktor stress dan aktifitas yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Berdasarkan distribusi sampel menurut kategori inteligensia, responden

dengan inteligensia kategori average (105-114) adalah yang terbanyak 

dengan jumlah sebesar 57 orang, diikuti oleh responden dengan kategori

above average (115-118) sebanyak 22 orang, diikuti kategori below average 

(95-104) sebanyak 9 orang, diikuti kategori  semi superior  (121-124)

sebanyak 8 orang, dan diikuti kategori bright normal  (119-120) sebanyak 4

orang. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang mengemukakan bahwa

frekuensi inteligensia terbanyak adalah inteligensia dengan kategori average,

karena inteligensia pada hakikatnya merupakan data yang memiliki distribusi

normal  (Lahey, 2007). Akan tetapi terdapat keterbatasan dalam pengukuran

inteligensia pada penelitian ini. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada

 bagian tinjauan pustaka, terdapat dua hal yang mempengaruhi inteligensia

seseorang yaitu faktor genetik dan lingkungan. Pada penelitian ini, peneliti

masih belum dapat menyingkirkan variabel-variabel perancu tersebut

sehingga dikhawatirkan hasil inteligensia dapat bervariasi akibat dari variabel

 perancu tersebut.

Responden dengan jenis kelamin pria memiliki kecenderungan untuk 

memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini dapat terlihat dari responden pria

yang berjumlah 54 orang, didapati 36 orang memiliki kualitas tidur yang

 buruk (66.7% dari total responden pria). Sedangkan dari 46 orang responden

wanita, hanya 23 orang yang menunjukkan kualitas tidur buruk (50% dari

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 53/82

total responden wanita). Responden pria memiliki kualitas tidur yang

cenderung buruk mungkin disebabkan oleh karena perkembangan remaja pria

yang menganggap tidur merupakan aktifitas yang tidak produktif dan merasa

tidur lebih malam menunjukkan sifat kemandirian. Remaja lelaki juga

cenderung terganggu tidurnya karena lebih sering melakukan aktifitas seksual

seperti masturbasi sebagai tanda maturasi seksual (Sadeh, 2002). Penelitian

lain menunjukkan bahwa lelaki juga lebih beresiko untuk terganggu tidurnya

karena aktifitas ekstrakulikuler yang cenderung lebih sering diikuti oleh

remaja lelaki (Carskadon, 2002).

Dari perbandingan rerata inteligensia berdasarkan jenis kelamin,

ditemukan bahwa responden dengan jenis kelamin pria memiliki rerata

inteligensi yang lebih baik dibandingkan responden dengan jenis kelamin

wanita. Rerata inteligensia pada kelompok jenis kelamin pria adalah 112.24

(SD= 5.7) sementara rerata inteligensia pada kelompok jenis kelamin wanita

adalah 110.91 (SD= 5.537). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Lynn dan

Irwing (2006) yang juga menyatakan bahwa responden pria memiliki

inteligensia yang lebih tinggi 4.6 poin dibanding wanita bila diukur dengan

 Raven Progressive Matrices. Mereka berpendapat bahwa inteligensia yang

lebih tinggi pada pria disebabkan oleh karena pria cenderung untuk memiliki

 peran yang lebih bergengsi di komunitas. Hal ini menyebabkan pria memiliki

kemampuan kognitif yang lebih terasah dibanding wanita yang jarang

memiliki peran tersebut.

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu harus ditentukan apakah

data yang dimiliki adalah data yang berdistribusi normal atau tidak karena

apabila kita ingin menganalisis data dengan uji t-independent, maka data dari

 penelitian harus merupakan jenis data yang berdistribusi normal. Dari hasil

uji normalitas data yang dilakukan dengan  Kolgomorov-Smirnov test ,

didapatkan nilai p= 0.120. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa data

 berdistribusi normal (p>0.05). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

 bahwa inteligensia merupkan jenis data dengan distribusi normal (Lahey,

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 54/82

2007). Oleh karena data penelitian yang berdistribusi normal, maka dapat

dilakukan analisis data dengan menggunakan uji t-independent.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata

inteligensia dan hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia. Rerata

inteligensia pada responden dengan kualitas tidur baik adalah 113.12 (SD=

5.569), sedangkan rerata inteligensia pada responden dengan kualitas tidur 

 buruk adalah 110.59 (SD=5.493). Dari hasil uji t, didapatkan nilai t= 2.251

dan p value= 0.027. Hal ini berarti terdapat hubungan antara kualitas tidur 

dengan inteligensia, yang berarti pada siswa yang memiliki kualitas tidur baik 

cenderung memiliki inteligensia yang lebih baik juga. Hasil ini sesuai dengan

 penelitian yang dilakukan oleh McDermott (2003) yang menyatakan bahwa

 penurunan kualitas tidur selama 72 jam akan menyebabkan terganggunya

fungsi neuron dan sinaps yang berhubungan dengan inteligensia dan

kemampuan belajar.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 55/82

BAB 6

Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia pada siswa kelas

X SMA Santo Thomas 2 Medan, pada kelompok yang memiliki kualitas

tidur baik, inteligensia akan semakin baik juga.

2. Kualitas tidur yang paling banyak adalah kualitas tidur yang buruk 

(59%), sedangkan kualitas tidur yang baik hanya 41%.

3. Kualitas tidur yang baik lebih banyak pada wanita (50%) dibanding pria

(33.3%).

4. Gambaran inteligensia terbanyak pada responden adalah kategori

average (IQ 105-114) sebanyak 57 orang (57%). Sedangkan kategori

inteligensia yang paling sedikit ditemukan adalah kategori bright normal 

(IQ 119-120) yaitu sebanyak 4 orang.

5. Rerata inteligensia pada pria adalah 112.24, lebih tinggi dibanding

rerata inteligensia pada wanita yang nilainya hanya 110.91.

6.2. Saran

1.  Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai hal yang

sama dengan penelitian ini, disarankan agar menggunakan instrumen

 penelitian yang lebih akurat untuk pengukuran kualitas tidur, misalnya

dengan mengupayakan kuesioner lain dengan angka reliabilitas yang

lebih besar atau dapat menggunakan alat yang lebih canggih misalnya

wrist actigraphy. Instrumen untuk mengukur kualitas tidur hendaknya

 juga dapat membedakan responden berdasarkan kebutuhan tidurnya.

2.  Untuk mencegah responden lupa mengenai kebiasaan tidurnya,

 peneliti dapat meminta responden untuk mencatat kebiasaan tidurnya

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 56/82

selama sebulan terlebih dahulu, kemudian meminta responden untuk 

mengisi PSQI.

3.  Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka disarankan untuk 

mempertajam kriteria inklusi dan eksklusi untuk mengurangi

 pengaruh variabel perancu pada kualitas tidur maupun inteligensia

yang diukur. Variabel perancu pada kualitas tidur misalnya faktor 

stress dan aktifitas fisik. Sedangkan pada inteligensia, variabel

 perancunya dapat berupa faktor genetik dan lingkungan.

4.  Sesuai dengan dasar teori dan hasil penelitian yang mendukung bahwa

terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia, dimana

kualitas tidur yang buruk dapat menurunkan inteligensia dari remaja,

untuk itu diharapkan agar pemerintah dan masyarakat mulai

memperhatikan kualitas tidur remaja sehingga dapat meningkatkan

inteligensianya. Inteligensia yang baik sangat dibutuhkan oleh remaja

karena mereka masih dalam “usia sekolah”, sehingga diharapkan

inteligensia yang baik ini akan meningkatkan keberhasilan sekolah

secara khususnya dan meningkatkan kualitas hidup remaja kelak pada

umumnya. Sesuai dengan penelitian Hunt (1995) dalam Lahey (2007),

korelasi antara inteliginsia (IQ) dengan suksesnya individu dalam

sekolah maupun pekerjaan adalah sangat tinggi.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 57/82

DAFTAR PUSTAKA

Andrade, M., Barreto, L. M. 2002. Sleep Patterns of High School Students Living

in Sao Paulo, Brazil.  In: Carskadon, M. A., ed.  Adolescent Sleep Patterns:

 Biological, Social and Psychological Influences. Cambridge: Cambridge

University Press, 121.

Angkat, D.N.S. 2009.  Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

 pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. 

Universitas Sumatera Utara. Available from: 

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14277/1/10E00044.pdf. [Accessed:

21 November 2011]. 

Buysse, D., Reynolds, C. F., Monk, T.H., Berman, S. R., Kupfer, D. J. 1989. The

Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric Practice

and Research.  Psychiatric Research, 28 (2), 193-213. Available from:

https://sakai.ohsu.edu/access/content/user/brodym/N547A%20spring08/appen

dix/PSQI.doc. [Accessed: 20 April 2011].

Carskadon, M. A. 2002. Factor Influencing Sleep Patterns of Adolescents.  In:

Carskadon, M. A., ed.  Adolescent Sleep Patterns: Biological, Social and 

 Psychological Influences. Cambridge: Cambridge University Press, 5-21.

Eisendrath, S. J., Lichtmacher, J. E. 2011. Psychiatric Disorder.  In: McPhee, S. J.,

ed. Current Medical Diagnosis and Treatment 2011.  New York: Mc Graw

Hill, 1034.

Ganong, W. F. 2003. Perilaku Siaga, Tidur, dan Aktifitas Listrik Otak.  In:

Widjajakusumah, H. M. D., ed.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20.

Jakarta: EGC, 189-190.

Hebben, N., Milberg, W. 2009. Intelligence.  In: Kaufman, A. S., ed. Essentials of 

 Neuropsychological Assessment 2nd edition. New Jersey: John Wiley & Sons.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 58/82

Hyde, M., Roehrs, T. A., Roth, T. 2009. In: Lee-Chiong, T. L., ed. Sleep Medicine

 Essentials. New Jersey: Wiley-Blackwell, 261-264.

Irwing, P., Lynn, R. 2005. Intelligence: Is There a Sex Differences in IQ Scores?. 

 Nature, 442 (1): 31-32, Abstract Only. Available from:

http://www.nature.com/nature/journal/v442/n7098/full/nature04966.html. 

[Accessed: 20 November 2011]

Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur . Departemen Bedah Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1948. [Accessed: 18 April

2011].

Kamphaus, R. W. 2005. Non-verbal Tests.  In: Clinical Assessement of Child and 

 Adolescence Intelligence 2nd 

edition.  New York: Springers Science and

Business Media, 460-461.

Kamphaus, R. W., Winsor, A. P., Rowe, E. W., Kim, S. 2005. A History of 

Intelligence Test Interpretation.  In: Flanagan, D. P., Harrison, P. L., ed.

Contemporary Intelectual Assessment 2nd 

edition. New York: Guilford, 25.

Lahey, B. B. 2007. Cognition, Language and Intelligence.  In: Barrosse, E., ed.

 Psychology: An Introduction 9 th edition. New York: Mc Graw Hill, 291-293,

296-297, 299-300.

Lubit, R. H., Bonds. C. L. 2009. Sleep Disorder. Mount Sinai School of Medicine.

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/287104-overview. 

[Accessed: 18 April 2011].

McDermott, C. M., LaHoste, G. J., Chen, C., Musto, A., Bazan, N. G., Magee, J.

C. 2003. Sleep Deprivation Causes Behavioral, Synaptic, and Membrane

Excitability Alteration in Hippocampal Neurons.  Journal of Neuroscience, 23

(29), 9687-9695, Abstract Only. Available from:

http://neuro.cjb.net/content/23/29/9687.short. [Accessed: 18 April 2011].

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 59/82

 National Research Council. 2000. Sleep Needs, Patterns, and Difficulties of 

 Adolescence: Summary of Workshop. National Academy of Science.

 Notoatmodjo, S. 2010. Metode Pengambilan Sampel.  In:  Notoatmodjo, S., ed.

 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 120-126.

Pollak, C. P., Thorpy, M. J., Yager, J. 2001. The Encyclopedia of Sleep and Sleep

 Disorder 3rd 

edition. New York: Facts on File.

Raven, J. 2003. Raven’s Progressive Matrices. In: McCallum, R. S., ed. Handbook 

of Nonverbal Assessment.  New York: Kluwer Academic/Plenum Publisher,

223-235.

Rea, M. S. 2001. Human Melatonin Surpression by Light:a Case for Scotopic

Efficiency,  Neuroscience Letter. 299 (1), 45-48, Abstract Only. Available

from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304394001015129. 

[Accessed: 20 November 2011].

Sadeh, A., Gruber, R. 2002. Stress and Sleep in Adolescene: A Clinical-Developmental Prespective.  In: Carskadon, M. A., ed.  Adolescent Sleep

 Patterns: Biological, Social and Psychological Influences. Cambridge:

Cambridge University Press, 236-254.

Sadock, B. J., Sadock, V. A. 2010. Tidur Normal dan Gangguan Tidur.  In:

Muttaqin, H., ed. Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi 2. Jakarta: EGC, 337-351.

Sherwood, L. 2007. Central Nervous System.  In: Adams, P., ed.  Human

 Physiology: From Cells to Systems 6 th

edition. Belmont, CA: Thomson

Brooks/Cole, 164-167.

Smith, H. R. 2008. Normal Sleep.  In: Comella, C. L., Hogl, B., ed. Sleep

 Medicine. Cambridge: Cambridge University Press, 1-4.

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 60/82

Tononi, G., Cirelli, C. 2003. Sleep and Synaptic homeostasis: A Hypotesis. Brain

 Research Bulletin, 62 (2), 143-150, Abstract only. Available from:

http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6SYT-

49SM262-

1&_user=10&_coverDate=12%2F15%2F2003&_rdoc=1&_fmt=high&_orig

=gateway&_origin=gateway&_sort=d&_docanchor=&view=c&_searchStrId

=1742070079&_rerunOrigin=scholar.google&_acct=C000050221&_version

=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=c0d78715e0ea3ba9c9efa249b7555be

c&searchtype=a. [Accessed: 18 April 2011].

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 61/82

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.  Data Pribadi

 Nama : Prawira B. Putra

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 2 Januari 1991

Agama : Protestan

Alamat : Jl. Kapten Tandean no. 10, Medan-20152

Telepon : 061-4537737

II.  Riwayat Pendidikan

1.  Tahun 1995-1996 : TK Santo Yoseph Medan

2.  Tahun 1996-2002 : SD Santo Yoseph Medan

3.  Tahun 2002-2005 : SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan

4.  Tahun 2005-2008 : SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan

III. Riwayat Pelatihan

1.  Seminar Hepatitis Update Continuing Medical Education Professional

Development Unit FK USU 2011

2.  Seminar Nasional & Diskusi Pararel Dokter Spesialis dengan Tema

“Peran Dokter Keluarga dan Dokter Spesialis untuk Indonesia yang Lebih

Sehat” FK UNAIR 2011 

3.  Pelatihan Basic Life Support dan ATLS FK UNAIR 2011

IV.  Riwayat Organisasi

1.  Tahun 2010-2011 : Koordinator Medis Bakti Sosial KMB USU

2.  Tahun 2010-2011 : Anggota Seksi Medis Bakti Sosial Mahasiswa

Kristen FK USU

3.  Tahun 2010-2011 : Anggota Seksi Konsumsi Penerimaan Mahasiswa

Baru FK USU

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 62/82

4.  Tahun 2011-2012 : Steering Comitte Bakti Sosial KMB USU

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 63/82

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya Prawira Buntara Putra, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan

dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kualitas Tidur dengan

Inteligensia (IQ) pada Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 2”.

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa. Pada

masa ini, terjadi perkembangan fisik dan mental menuju manusia dewasa. Sejalan

dengan perkembangan ini, terdapat 3 hal yang harus diperhatikan agar 

 perkembangan ini dapat berjalan dengan baik. Penggunaan prinsip dari kesehatan

gizi akan membantu dalam mencapai hasil yang terbaik. Olahraga juga akan

meningkatkan kesehatan dan kualitas kehidupan. Tidur yang cukup dan

 berkualitas akan membantu remaja untuk mengoptimalkan masa bangun yang

lebih panjang. Sayangnya, perhatian terhadap aspek tidur yang cukup dan

 berkualitas ini masih belum ada. Padahal pada masa remaja terdapat pola tidur 

yang berbeda dari individu lainnya. Para remaja menunjukkan penundaan fase

tidur dibandingkan individu dengan usia lebih muda, jadwal tidur yang lebih

irregular sepanjang minggu, dan waktu tidur yang lebih singkat pada malam hari

sekolah. Walaupun waktu tidur yang menurun, kebutuhan tidur remaja tidaklah

menurun dan remaja cenderung menambah jam tidurnya pada akhir minggu

ataupun hari libur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara

kualitas tidur dengan inteligensia yang diukur dengan IQ pada remaja kelas X

SMA. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi

 pemerintah untuk mengatur kebijakan mengenai waktu dimulainya kegiatan

 belajar-mengajar. Selain itu, penelitian ini berguna bagi masyarakat dalam hal

 penambah wawasan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan inteligensia

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 64/82

remaja. Bagi responden, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

mengenai kualitas tidur.

Saya akan melakukan pembagian angket untuk mengukur kualitas tidur 

anda dan akan mengambil data inteligensia anda. Pengisian kuisioner dilakukan

selama 10 menit.

Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Indentitas

 pribadi Saudara/i sebagai partisipan akan dirahasiakan dan informasi yang

diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini,

Saudara/i tidak akan dikenakan baiaya apapun. Saya sangat menghargai kesediaan

saudara/i menjadi responden dalam penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang

dimengerti, Saudara/i dapat langsung menanyakan kepada Saya sebagai peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesedian

Saudara/i menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, 2011

Peneliti,

(Prawira Buntara Putra)

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 65/82

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

 Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan

Antara Kualitas Tidur dengan Inteligensia (IQ) pada Siswa Kelas X SMA Santo

Thomas 2”, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya

menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikianlah surat pertanyaan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2011

Peneliti, Peserta,

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 66/82

LEMBARAN KUESIONER 

 No:

 Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Instruksi:

Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini adalah pertanyaan yang berhubungan dengan

kebiasaan tidur anda satu bulan yang lalu. Jawaban yang anda berikan adalah

 jawaban yang mayoritas anda alami dan lakukan selama satu bulan yang lalu.

Silahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.

1.  Selama sebulan yang lalu, jam berapa anda biasanya mulai tidur di malam

hari?

Waktu tidur 

2.  Selama sebulan yang lalu, berapa menit anda habiskan waktu di tempat tidur,

sebelum akhirnya anda tertidur?

Jumlah menit

3.  Selama sebulan yang lalu, jam berapa anda biasanya bangun di pagi hari?

Jam bangun tidur 

4.  Selama sebulan yang lalu, berapa jam anda tidur pulas di malam hari (hal ini

 berbeda dengan waktu yang anda habiskan di ranjang)?

Jumlah jam pada tidur malam

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 67/82

Untuk pertanyaan berikut, pilih salah satu jawaban yang sesuai.

5.  Selama sebulan yang lalu, masalah yang selalu menggangu tidur anda…. 

a.  Tidak dapat tidur selama 30 menit

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

 b.  Bangun tidur ditengah malam atau bangun pagi terlalu cepat

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

c.  Pergi ke kamar mandi di malam hari

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

d.  Sulit bernafas secara nyaman

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 68/82

e.  Batuk atau mendengkur keras

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

f.  Merasa Kedinginan

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

g.  Merasa Kepanasan

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

h.  Mengalami Mimpi Buruk 

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

i.  Sakit-sakit di badan (pegal-pegal)

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 69/82

 j.  Alasan lain yang mengganggu tidur anda, silahkan sebutkan

Seberapa sering hal tersebut anda rasakan?

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

6.  Selama sebulan yang lalu, bagaimana rata-rata kualitas tidur anda?

Sangat baik 

Baik 

Buruk 

Sangat buruk 

7.  Selama Sebulan yang lalu, seberapa sering anda mengkonsumsi obat-obat

untuk membantu tidur anda?

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

8.  Selama sebulan yang lalu, seberapa sering muncul masalah-masalah yang

dapat menggangu anda saat mengendarai kendaraan, makan, atau beraktifitas

sosial?

Tidak ada selama sebulan yang lalu

Kurang dari sekali dalam satu minggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 70/82

9.  Selama sebulan yang lalu, berapa banyak masalah yang cukup membuat anda

tidak antusias untuk menyelesaikannya?

Tidak ada

Hanya masalah-masalah kecil

Masalah biasa (sedang)

Masalah yang sangat besar 

10.  Apakah anda Memiliki teman satu ruangan tidur?

Tidak ada

Ada teman tapi tidak satu ruangan

Ada teman satu ruangan, tidak satu tempat tidur 

Ada teman satu ruangan dan satu tempat tidur 

Jumlah Score :

Kesimpulan : Baik/Buruk 

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 71/82

Contoh Test IQ dengan Instrumen Raven’s Progressive Matrices 

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 72/82

 

Data Induk Penelitian

No Kode Responden Umur Jenis Kelamin Kualitas Tidur IQ Kategori

1 KTI-001 16 Lk   buruk 115 Above Average

2 KTI-002 15 Pr   baik 107 Average

3 KTI-003 16 Lk   baik 122 Semi Superior 

4 KTI-004 16 Lk   buruk 120 Bright Normal

5 KTI-005 15 Lk   buruk 101 Below Average

6 KTI-006 16  pr   baik 118 Above Average

7 KTI-007 15 lk   buruk 115 Above Average

8 KTI-008 16  pr   baik 106 Average9 KTI-009 16 lk   buruk 114 Average

10 KTI-010 16  pr   baik 121 Semi Superior 

11 KTI-011 15 lk   buruk 117 Above Average

12 KTI-012 15  pr   baik 102 Below Average

13 KTI-013 15  pr   buruk 109 Average

14 KTI-014 15 lk   buruk 111 Average

15 KTI-015 15 lk   buruk 103 Below Average

16 KTI-016 16 lk   buruk 107 Average

17 KTI-017 15  pr   buruk 121 Semi Superior 

18 KTI-018 16 lk   buruk 115 Above Average19 KTI-019 15 lk   buruk 112 Average

20 KTI-020 15  pr   baik 108 Average

21 KTI-021 15  pr   buruk 109 Average

22 KTI-022 15  pr   buruk 109 Average

23 KTI-023 16  pr   baik 110 Average

24 KTI-024 15  pr   buruk 106 Average

25 KTI-025 15 lk   buruk 111 Average

26 KTI-026 16 lk   buruk 110 Average

27 KTI-027 16 lk   baik 106 Average

28 KTI-028 16 lk   baik 106 Average29 KTI-029 16 lk   buruk 112 Average

30 KTI-030 15  pr   buruk 107 Average

31 KTI-031 15  pr   baik 108 Average

32 KTI-032 15  pr   baik 118 Above Average

33 KTI-033 16  pr   buruk 111 Average

34 KTI-034 15 lk   buruk 111 Average

35 KTI-035 16  pr   baik 113 Average

36 KTI-036 15 lk   baik 104 Below Average

37 KTI-037 16 lk   baik 124 Semi Superior 

38 KTI-038 15 lk   baik 116 Above Average

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 73/82

39 KTI-039 15 lk   buruk 105 Average

40 KTI-040 15 lk   buruk 115 Above Average

41 KTI-041 15 lk   baik 114 Average

42 KTI-042 16 lk   buruk 114 Average

43 KTI-043 15  pr   baik 116 Above Average

44 KTI-044 15 lk   buruk 106 Average

45 KTI-045 16 lk   buruk 109 Average

46 KTI-046 16 lk   buruk 121 Semi Superior 

47 KTI-047 15  pr   buruk 106 Average

48 KTI-048 16 lk   buruk 114 Average

49 KTI-049 15 lk   buruk 108 Average

50 KTI-050 15  pr   baik 113 Average

51 KTI-051 15  pr   baik 118 Above Average

52 KTI-052 16 lk   baik 115 Above Average

53 KTI-053 16 lk   buruk 107 Average

54 KTI-054 16 lk   buruk 100 Below Average

55 KTI-055 15 lk   buruk 111 Average

56 KTI-056 16 lk   baik 121 Semi Superior 

57 KTI-057 15 lk   buruk 112 Average

58 KTI-058 15  pr   baik 111 Average

59 KTI-059 15  pr   buruk 101 Below Average

60 KTI-060 16  pr   baik 117 Above Average

61 KTI-061 15  pr   baik 117 Above Average

62 KTI-062 16  pr   buruk 109 Average

63 KTI-063 15  pr   baik 115 Above Average

64 KTI-064 15  pr   buruk 108 Average

65 KTI-065 15  pr   buruk 102 Below Average

66 KTI-066 15  pr   baik 109 Average

67 KTI-067 16  pr   buruk 106 Average

68 KTI-068 15  pr   baik 112 Average

69 KTI-069 15  pr   buruk 109 Average

70 KTI-070 16  pr   baik 105 Average

71 KTI-071 15 lk   buruk 112 Average

72 KTI-072 16  pr   baik 112 Average

73 KTI-073 15 lk   buruk 120 Bright Normal

74 TKI-074 15 lk   baik 113 Average

75 KTI-075 15 lk   baik 116 Above Average

76 KTI-076 15  pr   baik 115 Above Average

77 KTI-077 14 lk   baik 121 Semi Superior 

78 KTI-078 16 lk   baik 116 Above Average

79 KTI-079 15  pr   buruk 110 Average

80 KTI-080 15 pr 

 buruk 120 Bright Normal

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 74/82

81 KTI-081 15 lk   buruk 117 Above Average

82 KTI-082 15 lk   baik 116 Above Average

83 KTI-083 15  pr   buruk 106 Average

84 KTI-084 15 lk   buruk 112 Average

85 KTI-085 15  pr   buruk 120 Bright Normal

86 KTI-086 16 lk   buruk 112 Average

87 KTI-087 15 lk   baik 113 Average

88 KTI-088 16 lk   baik 109 Average

89 KTI-089 15 lk   buruk 108 Average

90 KTI-090 16  pr   buruk 108 Average

91 KTI-091 15  pr   buruk 113 Average

92 KTI-092 14 lk   buruk 116 Above Average

93 KTI-093 15  pr   baik 107 Average

94 KTI-094 15  pr   buruk 100 Below Average

95 KTI-095 15 lk   buruk 102 Below Average

96 KTI-096 16  pr   buruk 118 Above Average

97 KTI-097 15 lk   baik 121 Semi Superior 

98 KTI-098 15 lk   buruk 106 Average

99 KTI-099 16 lk   baik 107 Average

100 KTI-100 15  pr   buruk 116 Above Average

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 75/82

Data Hasil Output Penelitian

Frequency Table

JK 

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Pria 54 54.0 54.0 54.0

Wanita 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Umur  

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 14 2 2.0 2.0 2.0

15 62 62.0 62.0 64.0

16 36 36.0 36.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tidur  

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 41 41.0 41.0 41.0

Buruk 59 59.0 59.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 76/82

Inteligensia 

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 100 2 2.0 2.0 2.0

101 2 2.0 2.0 4.0

102 3 3.0 3.0 7.0

103 1 1.0 1.0 8.0

104 1 1.0 1.0 9.0

105 2 2.0 2.0 11.0

106 9 9.0 9.0 20.0

107 6 6.0 6.0 26.0

108 6 6.0 6.0 32.0

109 8 8.0 8.0 40.0

110 3 3.0 3.0 43.0

111 6 6.0 6.0 49.0

112 8 8.0 8.0 57.0

113 5 5.0 5.0 62.0

114 4 4.0 4.0 66.0

115 7 7.0 7.0 73.0

116 7 7.0 7.0 80.0

117 4 4.0 4.0 84.0

118 4 4.0 4.0 88.0

120 4 4.0 4.0 92.0

121 6 6.0 6.0 98.0

122 1 1.0 1.0 99.0

124 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 77/82

grade 

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Below Average 9 9.0 9.0 9.0

 Average 57 57.0 57.0 66.0

 Above Average 22 22.0 22.0 88.0

Bright Normal 4 4.0 4.0 92.0

Semi Superior 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary 

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JK * Tidur 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

JK * Tidur Crosstabulation 

Tidur 

TotalBaik Buruk

JK Pria Count 18 36 54

% within JK 33.3% 66.7% 100.0%

Wanita Count 23 23 46

% within JK 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 41 59 100

% within JK 41.0% 59.0% 100.0%

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 78/82

Means

Case Processing Summary 

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Inteligensia * JK 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Report 

Inteligensia

JK Mean N Std. Deviation

Pria 112.24 54 5.700

Wanita 110.91 46 5.537

Total 111.63 100 5.637

Explore

Tests of Normality 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Inteligensia .080 100 .120 .981 100 .158

a. Lilliefors Significance Correction

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 79/82

T-Test

Group Statistics 

Tidur N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Inteligensia Baik 41 113.12 5.569 .870

Buruk 59 110.59 5.493 .715

Independent Samples Test 

Levene's Test for 

Equality of 

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df 

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error 

Difference Lower Upper 

Inteligensia Equal variances

assumed

.097 .756 2.251 98 .027 2.529 1.123 .300 4.758

Equal variances

not assumed

2.246 85.444 .027 2.529 1.126 .290 4.767

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 80/82

 

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 81/82

 

7/15/2019 Hubungan kualitas tidur dengan inteligensia

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-kualitas-tidur-dengan-inteligensia 82/82