28
HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA PADA SISWA SMP “ X “ DI KOTA BOGOR OLEH ANDREW WILLIAM IMBANG 80 2013 045 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU BULLYING PADA PADA SISWA SMP “ X “

DI KOTA BOGOR

OLEH

ANDREW WILLIAM IMBANG

80 2013 045

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …
Page 3: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …
Page 4: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …
Page 5: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN

PERILAKU BULLYING PADA PADA SISWA SMP “ X “

DI KOTA BOGOR

Andrew William Imbang

Heru Astikasari Setya Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 6: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

PENDAHULUAN

Pada masa remaja terjadi proses pencarian jati diri yang membuat remaja banyak

melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya salah satunya adalah sekolah. Sekolah

dapat membuat remaja melakukan hubungan baru yang lebih matang baik pria maupun

wanita dan mampu mengajari remaja tentang peran social pria dan wanita. Hal ini

menyebabkan remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah ( Kumara, 2012 ). Namun

di dalam lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan suatu masalah emosi pada diri

remaja salah satunya adalah terjadinya tindak kekerasan atau school bullying, baik yang

dilakukan oleh guru terhadap siswanya maupun siswa terhadap siswa lainnya ( Wiyani,

2012 ).

Fenomena bullying ini merupakan suatu potret dari kehidupan manusia yang

penuh dengan ejekan, penghinaan, pengucilan, ketidakadilan maupun kekerasan serta

kekuasaan bagi kesenangan pribadi (Bess, 2016). Menurut Hidayanti (dalam Bess,

2016), fenomena bullying ibarat fenomena gunung es yang nampak kecil di permukaan,

namun menyimpan berjuta permasalahan yang kasat mata oleh orang tua bahkan orang

tua seringkali meremehkan fenomena bullying sehingga mengesampingkan dampak

buruk yang terjadi. Hal ini juga tidak lepas dari stereotip yang sudah menjadi budaya

dalam kehidupan masyarakat yaitu menindas yang lebih lemah dari diri sendiri.

Permasalahan bullying ini pun sudah menjadi suatu permasalahan yang cukup lama

terjadi dan bahkan bukan hanya di Indonesia saja hal ini terjadi namun di seluruh dunia

pun merasakan dampak dari perilaku ini.

1

Page 7: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

2

Hal ini dibuktikan dari hasil survei sebuah lembaga survei Ditch The Label yang

diprakarsai oleh sebuah organisasi anti bullying di Inggris terhadap 3.600 orang dengan

usia 13-18 tahun dan melaporkan bahwa 45% dari orang-orang muda mengalami

intimidasi sebelum usia 18 tahun. Lalu 26% dari mereka terintimidasi telah

mengalaminya setiap hari, 30% telah menyakiti diri akibat bullying, 10% telah

berusaha untuk bunuh diri akibat bullying, 83% mengatakan intimidasi mempengaruhi

studi mereka. Jadi secara keseluruhan disampaikan bahwa 45% partisipan telah

mengalami bullying (dalam the annual bullying survey, 2014).

Di Indonesia sendiri perilaku bullying ini sudah sangat sering terjadi bahkan

penelitian yang dilakukan oleh yayasan SEJIWA ( 2008 ), menyatakan tidak ada satu

sekolah pun yang terbebas dari bullying bahkan di beberapa sekolah swasta terkemuka

juga terdapat praktek bullying yang kemudian berlanjut hingga di luar sekolah.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kompas (2014) menunjukan berbagai bentuk

bullying yang ada di lingkungan sekolah yaitu sebagian besar berupa verbal, seperti:

ucapan atau kata-kata yang mencela, mengejek, atau memanggil teman dengan sebutan

yang melecehkan, yaitu sebanyak 38 - 41,7%, sedang bentuk bullying urutan dua di

sekolah adalah fisik, berupa: menendang, memukul, dan menampar sebanyak 19,2 -

26,9%. Survei lainnya pada sejumlah pelajar di kota-kota besar Indonesia menunjukkan

bahwa sebanyak 18,9 - 49% mengaku pernah menjadi korban bullying di sekolah

berupa verbal, sedangkan bentuk fisik dijumpai sebanyak 15,2 - 35,6%. Kemudian pada

tahun 2016 dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan penganiayaan terhadap

seorang pelajar yang dilakukan oleh teman sekolahnya akibat di duga merebut kekasih

temannya (Metro Bogor, 2016). Hal ini cukup memprihatinkan karena sekolah yang

Page 8: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

3

diharapkan mampu menghasilkan generasi penerus bangsa yang bertaqwa kepada

Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan

jasmani dan rohani, memiliki keterampilan yang mantap dan mandiri serta memiliki

rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan sesuai dengan apa yang

diamanatkan oleh UU No. 20 Tahun 2003 (Wibowo, 2013 ).

Fenomena Bullying di sekolah menengah pertama kota Bogor merupakan

fenomena yang biasa. Hal ini bisa dilihat dari hasil survei Junior Chambir International

( JCI ) yang menyatakan bahwa 40% siswa di kota Bogor mengalami tindakan bullying.

Hal ini menyebabkan bullying di lingkungan pendidikan kota Bogor khususnya di salah

satu sekolah menengah pertama swasta di kota Bogor adalah suatu hal yang sulit untuk

di bicarakan. Oleh karena itu maka tindakan bullying ini pun akan menjadi sebuah

rahasia dari setiap sekolah. Namun peneliti tetap melakukan observasi pada sebuah

sekolah swasta di kota Bogor dan menemukan bahwa perilaku bullying pun terjadi

sekalipun berada di sekolah yang memiliki kedisiplinan cukup baik. Namun bullying ini

hanya di dominasi oleh bullying dalam bentuk verbal. (Observasi Pribadi, Oktober

2016).

Bullying didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan atau status oleh seseorang

untuk melukai, mengancam, atau mempermalukan orang lain. Bullying dapat berupa

fisik, verbal, atau social. Tidak dikatakan bullying apabila dua siswa atau siswi berbeda

atau bertengkar dengan kekuatan yang sama ( Olweus and Solberg 2003) . Menurut

Olweus and Solberg (2003) tiga elemen utama dari defenisi bullying adalah niat untuk

menyakiti korban, sifatnya berulang dan ketidakseimbangan kekuasaan antara korban

dan pelaku. Kemudian menurut Sullivan (2000) bullying termasuk ke dalam bentuk

Page 9: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

4

perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan sadar oleh seseorang atau

sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang lain dengan tujuan menyakiti.

Bullying kerap kali membuat korbannya menjadi tertekan, tidak berdaya, bahkan

sampai membuat korbannya mengalami gangguan jiwa. Namun hal ini masih saja tetap

dilakukan didasarkan atas nama senioritas. Menurut Haryana (2008), Pendiri Yayasan

Semai Jiwa Amini ( SEJIWA), lama – lama bullying dan tindakan semacam ini

dianggap wajar. Hampir semua orang tidak menyadari dampak jangka panjang yang

ditimbulkan pada korban dan pelaku.

Dampak dari perilaku bullying ini sangat mempengaruhi perkembangan seorang

remaja. Dampak yang ditimbulkan oleh perilaku bullying ini mempunyai pengaruh

jangka pendek dan ada yang berjangka panjang. Menurut Widyastuti (2015) pengaruh

jangka pendek yang ditimbulkan oleh perilaku bullying adalah depresi karena

mengalami penindasan, minat untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah yang diberikan

oleh guru dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Lalu pengaruh

jangka panjang yang ditimbulkan oleh perilaku bullying adalah remaja akan mengalami

kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, dikarenakan selalu

memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman

– teman sebayanya. Kemudian perilaku bullying ini juga berdampak pada bidang

akademik remaja yaitu remaja akan mengalami penurunan prestasi akademiknya atau

sering sengaja untuk tidak masuk sekolah.

Aspek - aspek perilaku bullying menurut Solberg & Olweus (2003) menyatakan

bahwa perilaku bullying terbagi atas:

Page 10: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

5

a. Verbal Bullying, perilaku ini ditunjukkan dengan mengatakan sesuatu untuk

menyakiti dan menertawakan seseorang (menjadikan bahan lelucon) dengan

menyebutkan atau menyapa dengan nama yang menyakiti hati seseorang,

menceritakan kebohongan atau menyebarkan rumor yang keliru tentang

seseorang.

b. Indirect, perilaku ini ditunjukkan dengan adanya penolakan terhadap seseorang

atau dengan mengeluarkan seseorang dari kelompok pertemanan atau

meninggalkannya dari berbagai hal secara sengaja atau mengirim catatan dan

mencoba membuat siswa yang lain tidak menyukai orang tersebut.

c. Physical, perilaku ini ditunjukkan dengan menendang, memukul, mendorong,

mempermainkan, atau meneror dan melakukan hal–hal yang bertujuan

menyakiti.

Usman (2013) menyatakan fenomena bullying dapat terjadi karena ada faktor

penyebab terjadinya perilaku tersebut antara lain faktor kepribadian, faktor interpersonal

siswa dengan orang tua, faktor pengaruh teman sebaya, dan faktor iklim sekolah. Faktor

pengaruh teman sebaya yang beresiko menimbulkan kecenderungan munculnya

perilaku bullying pada remaja karena pada masa remaja, individu akan melepaskan diri

dari keluarga dan banyak menghabiskan waktu dengan bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungan sosial. Hal ini serupa dengan pendapat Papalia & Feldman (2009)

seorang remaja akan banyak menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman sebaya

dari pada berinteraksi dengan keluarga.

Brehm dan Kassin (1993) mendefinisikan konformitas sebagai kecenderungan

seseorang untuk mengubah persepsi, opini atau perilaku agar sama dengan norma–

Page 11: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

6

norma kelompok. Adanya konformitas dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku

atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh–sungguh ada

maupun yang dibayangkan saja ( Kiesler & Kiesler dalam Sarwono, 1999). Hal ini

membuat remaja akan melakukan sebuah perubahan perilaku untuk menyesuaikan

dnegan kelompok yang dimasukinya.

Myers (1990) mengemukakan bahwa konformitas merupakan perubahan dalam

perilaku atau belief sebagai hasil dari tekanan kelompok yang nyata atau hanya

berdasarkan imajinasi. Dalam kesempatan yang berbeda, Wade & Tavris (2007)

berpendapat bahwa konformitas merupakan suatu tindakan mengadopsi suatu sikap

sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan.

Berdasarkan penelitian surya (1999) bahwa pada masa remaja konformitas terjadi

dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Hurlock, 1994) yang

berpendapat bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari

remaja yang mempunyai usia, sifat, dan tingkah laku yang sama dan ciri–ciri utamanya

adalah timbul persahabatan. Dari persahabatan akan memunculkan tindakan

Konformitas.

Menurut Mehrabian dan Stefl (1995) konformitas memiliki aspek – aspek , yaitu

sebagai berikut:

1. Keinginan meniru kelompok

Individu meniru orang lain yang dominan dalam kelompok, sehingga membuat

peniruan menjadi suatu trend kelompok. Individu merasa harus mengikuti trend, karena

Page 12: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

7

hal ini dapat membuat meningkatkan rasa percaya diri dan merasa di terima oleh

kelompok sosial dimana ia berada.

2. Bergabung untuk menghindari konflik

Individu di dalam kelompok berusaha untuk menghindari konflik dengan anggota

kelompok tersebut, sehingga ia memutuskan untuk bergabung. Individu tersebut juga

bergantung pada kritik dan saran orang lain, karena ia merasa jika ia tidak menjalankan

atau bahkan melawan kritik dan saran dari anggota kelompok, hal tersebut akan memicu

terjadinya konflik.

3. Menjadi pengikut kelompok

Individu memutuskan untuk menjadi pengikut kelompok karena individu tidak

tahu atau bingung harus berbuat apa, maka ia akan menjadikan perilaku kelompok

sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut adalah benar. Hal ini membuat

individu tersebut menjadi mudah di pengaruhi. Kondisi yang tidak dikenal mungkin

menyebabkan terjadinya perasaan untuk menuruti orang lain. Selain itu, keinginan

individu menjadi dikendalikan oleh orang lain.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa individu yang berada pada masa

remaja ini merupakan individu yang masih rentan untuk melakukan konformitas. Pada

masa ini individu mempunyai keinginan untuk mencari proses kemantapan dalam

mencapai jati dirinya yang baik. Hal ini bisa terwujud ketika individu menjalin

hubungan relasi dengan orang lain. Dalam hal ini individu memilih untuk masuk dalam

suatu kelompok yang memiliki kesamaan sifat atau pun tujuan dari diri individu

tersebut. Dampak dari masuk ke dalam kelompok ini remaja di tuntut untuk memiliki

Page 13: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

8

sifat konformitas yang tinggi agar mampu mengikuti aturan dan norma yang berlaku

dalam kelompok tersebut. (Wibowo, 2013)

Pada masa ini remaja merasa bahwa teman sebaya merupakan kebutuhan mereka

yang sangat penting. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1994)

kebutuhan untuk diterima dalam kelompok tersebut menyebabkan remaja melakukan

perubahan dalam sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku dari para anggota kelompok

yang dimasukinya. Perilaku negatif pun seperti bullying ini berpeluang besar untuk

ditiru karena perilaku ini kemungkinan besar banyak dilakukan oleh siswa terlebih

remaja. (Oktaviana, 2014)

Kemudian apabila remaja sudah terikat dalam hubungan pertemanan maka

remaja tersebut akan cenderung untuk mengikuti apapun yang diminta oleh temannya.

Salah satu contoh adalah seorang remaja yang merokok karena melihat temannya juga

merokok sehingga mendorongnya juga untuk melakukan hal yang sama karena ingin

mengetahui rasanya.( Oktaviana, 2014 )

Penelitian – penelitian sebelumnya sudah di lakukan oleh Oktaviana (2014) dan

hasilnya adalah terjadi korelasi positif yang sangat signifikan antara konformitas dengan

kecenderungan perilaku bullying . Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Usman ( 2013 ) dimana hasilnya peran kelompok teman sebaya

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku bullying pada siswa SMA di kota

Gorontalo.

Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti ingin meneliti mengenai hubungan

konformitas terhadap teman satu sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying.

Page 14: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

9

Hipotesis

Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas dengan

kecenderungan perilaku bullying di SMP “ X “ kota Bogor.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan variabel

dependent/terikat adalah kecenderungan perilaku Bullying sedangkan variabel

Independent/bebas adalah konformitas.

1. Bullying merupakan tindakan negatif dalam waktu yang cukup panjang dan

berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, dimana

terdapat ketidakseimbangan kekuatan dan kroban tidak memiliki kemampuan

untuk melindungi dirinya (Olweus, 2003) dan di ukur dengan menggunakan

Skala Kecenderungan Bullying.

2. Konformitas merupakan suatu tindakan mengadopsi suatu sikap sebagai hasil

dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade &

Tavris, 2007) dan di ukur dengan menggunakan Skala Konformitas.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMP “ X “ yang terdiri

dari kelas VII, kelas VIII dan kelas IX yang berjumlah 750 Orang. Pengambilan sampel

Page 15: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

10

dilakukan dengan cara purposive sampling dengan taraf signifikansi menurut Isaac dan

Michael 5% ( Sugiyono, 2012 ). Berdasarkan ketentuan tersebut maka jumlah yang

menjadi subjek penelitian sebanyak 260 orang. Namun yang datanya bisa di analisis

hanya sebanyak 212 orang di karenakan 12 orang yang lain tidak mengembalikan

angketnya dan 36 orang lainnya tidak mengisi dengan baik angketnya.

Berdasarkan Teknik sampling yaitu Purposive sampling maka pemilihan sampel

dilandaskan pada beberapa hal :

1. Siswa SMP “ X “ Kota Bogor kelas VII, VIII, IX

2. Berdomisili di Bogor

3. Mempunyai kelompok teman sebaya

Metode Pengambilan data

Tipe kuesioner yang digunakan adalah Self-Administrated Questionnaire, yaitu

kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Item dalam skala – skala tersebut

dikelompokan dalam pernyatan favorable dan unfavorable dengan menggunakan 5

alternatif jawaban dari skala likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Netral ( N ), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek.

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data subjek penelitian adalah :

1. Perilaku Bullying diukur dengan menggunakan Olweus Bullying Questionnaire

yang telah di revisi ( Livesey,dkk dalam Panie, 2015 ). Skala ini terdiri atas

bentuk – bentuk perilaku bullying yaitu verbal bullying, Indirect dan physical

yang terdiri atas 15 item dengan nilai reliabilitasnya α=0,819. Pengujian Skala

Page 16: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

11

Kecenderungan Perilaku Bullying memperoleh nilai alpha adalah 𝛼 = 0,819,

tanpa item gugur ( 𝛼>0,25). Nilai Korelasi bergerak dari 0,290 – 0,472.

2. Konformitas diukur dengan The Conformity Scale yang disusun oleh Mehrabian

& Stefl (1995) adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat

konformitas seseorang yang terdiri dari 3 aspek yaitu, keinginan meniru

kelompok, bergabung untuk menghindari konflik, menjadi pengikut kelompok

yang terdiri dari 30 Item dengan nilai reliabilitasnya 𝛼 = 0, 738. Pengujian

Skala Konformitas memperoleh nilai alpha adalah 𝛼 = 0,816, dengan item

tersisa 17 Item. Nilai korelasi bergerak dari 0,256 - 0,572 .

HASIL PENELITIAN

A. ANALISIS DESKRIPTIF

1. Variabel Konformitas

Kategorisasi pada variabel konformitas dibuat berdasarkan dengan nilai tertinggi

yang diperoleh, yaitu 17 X 5 = 85 dan nilai paling rendah yaitu 17 X 1 = 17. Pada skala

ini dibagi menjadi tiga kategori (tinggi, sedang,rendah) dengan nilai intervalnya

sebesarnya 23.

Page 17: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

12

Tabel 1

Kategorisasi Pengukuran Skala Konformitas

Interval Kategori Mean N Persentase

63 ≤ x ≤86 Tinggi

57, 36

45 21,22 %

40 ≤ x < 63 Sedang 162 76,41 %

17≤ x < 40 Rendah 5 2,35 %

Jumlah 212 100 %

SD = 7,953 Min = 17 Max = 86

Keterangan x = Konformitas

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa 45 subjek memiliki skor konformitas

yang berada pada kategori Tinggi dengan persentase 21, 2 % , Lalu sedang sebanyak

162 Subjek dengan persentase 76,4 %. Dan 5 orang lainnya tergolong dalam kategori

rendah dengan persentase 2, 35 %. Berdasarkan rata – rata sebesar 57,36 dapat di

katakan bahwa rata – rata konformitas berada pada kategori sedang. Skor yang

diperoleh bergerak dari skor minimum 17 dengan skor maksimum 86 dengan standart

deviasi 7,953. Berdasarkan uraian data diatas, dapat dikatakan siswa – siswi SMP “ X “

di kota Bogor, memiliki tingkat konformitas yang tergolong sedang.

2. Variabel Kecenderungan Bullying

Kategorisasi pada variabel kecenderungan bullying dibuat berdasarkan dengan

nilai tertinggi yang diperoleh, yaitu 15 X 5 = 75 dan nilai paling rendah yaitu 15 X 1 =

15. Pada skala ini dibagi menjadi tiga kategori (tinggi, sedang, rendah) dengan nilai

intervalnya sebesar 20.

Page 18: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

13

Tabel 2

Kategorisasi Pengukuran Skala Kecenderungan Bullying

Interval Kategori Mean N Persentase

55 ≤ x ≤ 75 Tinggi

26,74

0 0%

35 ≤ x < 55 Sedang 23 10,84

15≤ x < 35 Rendah 189 89,15

Jumlah 212 100 %

SD = 7,092 Min = 15 Max = 75

Keterangan x = kecenderungan perilaku bullying

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa 23 subjek memiliki skor

Kecenderungan Bullying yang berada pada kategori sedang dengan persentase 10, 84 %

, lalu 189 Subjek memiliki skor kecenderungan bullying yang berada pada kategori

rendah dengan persentase 89, 15 % dan tidak ada subjek yang memiliki skor

konformitas pada kategori tinggi dengan persentase 0%. Berdasarkan rata – rata

sebesar 26,74, dapat di katakan bahwa rata – rata kecenderungan perilaku bullying

berada pada kategori rendah . Skor yang diperoleh bergerak dari skor minimum 15

dengan skor maksimum 75 dengan standart deviasi 7,092. Berdasarkan uraian data

diatas, dapat dikatakan siswa – siswi SMP “ X “ di kota Bogor, memiliki tingkat

kecenderungan perilaku bullying yang tergolong rendah.

B. Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, yaitu :

Page 19: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

14

1. Uji Normalitas

Hasil uji nromalitas dapat ditentukan dengan melihat nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) yaitu p>0,05 berdasarkan ketentuan tersebut hasil uji normalitas

menunjukan bahwa variabel kecenderungan bullying memiliki nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,002 (p<0,05). Variabel konformitas memiliki nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0, 221 ( P>0,05). Hal ini menggambarkan bahwa

distribusi atau sebaran data variabel Kecenderungan bullying Tidak normal

sedangkan variabel konformitas normal.

2. Uji linieritas

Hasil uji linieritas dapat ditentukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) yaitu p>0,05. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai signifikansi 0,249

(P>0,05). Maka dapat dinyatakan bahwa data yang diperoleh memiliki

hubungan yang linier

C. Hasil Analisis data

Perhitungan data analisis dilakukan dengan memperhatikan hasil dari uji

asumsi. Hasil yang ditunjukan pada uji asumsi adalah data tidak berdistribusi

normal tetapi memiliki hubungan linier. Oleh sebab itu digunakan Rank

Spearman rho untuk uji korelasi . perhitungan dalam analisis ini dilakukan

dengan SPSS seri 16 for windows. Hasil korelasi antara kecenderungan perilaku

bullying dengan Konformitas adalah sebagai berikut :

Page 20: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

15

Tabel 3

Perhitungan Korelasi

Hasil uji korelasi dapat ditentukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. (1-tailed)

yaitu p<0,05. Tabel di atas menunjukan bahwa koefisien korelasi antara perilaku

kecenderungan bullying dengan konformitas pada siswa adalah 0,48 dengan nilai

signifikansi 0,242 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kecenderungan

bullying dengan konformitas.

PEMBAHASAN

Hasil pengujian korelasi Rank Spearman Rho antara variabel perilaku bullying

dengan konformitas menunjukan nilai koefisien korelasi sebesar 0, 48 dengan taraf

signifikan 0,24 ( > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara konformitas

dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa SMP “ X “ di kota Bogor.

Tidak ada hubungan antara konformitas dengan kecenderungan perilaku

bullying di SMP X kota Bogor dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pertama

karena adanya predictor yang lebih kuat seperti faktor keluarga. Menurut Susan (dalam

Rahmawan, 2012 ) orang tua, saudara dan pengasuhan dalam keluarga memberikan

Correlations

Konformitas Bullying

Spearman's rho Konformitas Correlation Coefficient 1.000 .048

Sig. (1-tailed) . .242

N 212 212

Bullying Correlation Coefficient .048 1.000

Sig. (1-tailed) .242 .

N 212 212

Page 21: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

16

contoh pada anak bagaimana mengontrol emosi, berhadapan dengan konflik, mengatasi

masalah dan mengembangkan keterampilan hidup lainnya. Begitu pula yang terjadi di

daerah ini keluarga merupakan suatu wadah yang sangat berpengaruh dalam mengatur

tingkah laku anak. Orang tua dalam hal ini juga memperlakukan anak sebagaimana

mestinya seperti orang tua percaya bahwa anak – anak kalau tidak di pukul, maka anak

pun tidak akan melakukan hal yang sama kepada temannya. Hal ini sejalan dengan yang

dikatakan oleh Braithwaite (2004) bahwa keluarga merupakan factor yang paling

berpengaruh dalam menentukan keterlibatan seseorang pada perilaku bullying.

Penelitian Olweus (2003) juga menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh

orang tua dengan perilaku agresif pada remaja.

Maka dari itu anak akan melakukan perilaku bullying jika anak merasa di tolak

di dalam keluarga ataupun anak mendapatkan pemodelan dari orang tua ataupun

saudara mereka di dalam keluarga. Namun hal ini tidak terlihat dari siswa SMP “ X “ di

kota Bogor. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap hubungan siswa dengan orang

tua terlihat begitu berjalan dengan baik dan sopan. Hal ini terlihat ketika anak di

antarkan ke sekolah dan turun dari mobil atau motor langsung melakukan jabatan

tangan dengan orang tua sambil mencium tangan mereka. Hal ini bisa menunjukan

bahwa ada relasi yang baik antara anak dan orang tua di dalam keluarga, sehingga

mampu meminimalisir anak untuk melakukan bullying. Karena tidak mendapatkan

model di dalam keluarga. Maka perilaku anak untuk mengikuti teman sebaya akan

terminimalisir karena pengaruh keluarga.

Page 22: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

17

Kesimpulan ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Usman

(2013) bahwa tekanan – tekanan yang dilakukan oleh teman sebaya tidak berpengaruh

besar dalam membuat remaja melakukan perilaku bullying. Dengan demikian maka

Konformitas antar teman sebaya tidak terjadi. Karena faktor paling penting ketika

melakukan konformitas adalah tekanan – tekanan yang ada di dalam kelompok. Sesuai

dengan yang dikatakan oleh Myers (1990) bahwa konformitas merupakan perubahan

dalam perilaku atau belief sebagai hasil dari tekanan kelompok yang nyata atau hanya

berdasarkan imajinasi. Di kesempatan yang berbeda Wade dan Tavris (2007)

berpendapat bahwa konformitas merupakan suatu tindakan mengadopsi suatu sikap

sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa ketika anak tidak menaruh perhatian lebih terhadap

tekanan kelompok maka konformitas pun tidak akan terjadi.

Kedua, faktor iklim sekolah. Iklim sekolah yang dibangun dengan baik akan

menghasilkan suatu sistem yang baik terhadap etika maupun moralitas siswa – siswinya.

Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Bauman dan Del Rio (2005) yaitu iklim

sekolah yang dibangun dengan baik dimana terdapat komunikasi yang efektif antara

pimpinan sekolah, guru, staf, dan para siswa serta terciptanya sekolah yang aman dan

nyaman akan mereduksi dan meminimalisir terjadinya perilaku bullying diantara para

siswa.

Kemudian pendapat ini juga dibenarkan oleh Berger dkk (2008) bahwa iklim

sekolah yang dibangun dengan baik dapat menumbuhkan sikap toleransi yang tinggi

antara guru, pimpinan sekolah, staf dan para siswa maka akan meminimalisir tumbuh

Page 23: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

18

dan berkembangnya perilaku bullying pada siswa. Begitu juga dengan sekolah SMP “

X “ di kota bogor ini sekolah memiliki suatu sistem yang baik dimana terbangun suatu

komunikasi yang efektif baik antar guru, antar siswa, ataupun antar guru dan siswa. Hal

ini bisa terlihat dari sikap penerimaan guru terhadap siswanya dengan menerapkan

kedisiplinan yang ketat dan menerapkan nilai – nilai spiritualitas.

Nilai – nilai inilah yang kemudian menciptakan lingkungan sekolah yang

produktif dan nyaman bagi siswa. Sehingga siswa tidak merasakan suatu perbedaan

ataupun diskriminasi baik dari siswa ke guru ataupun guru ke siswa. Iklim inilah yang

kemudian mendorong siswa menjadi lebih produktif dalam membentuk keterampilan

ataupun dalam mencari pengetahuan. Dengan demikian sekolah mampu meminimalisir

siswa nya untuk tidak melakukan bullying. Siswa pun tidak melakukan hal itu

dikarenakan adanya penerimaan yang baik yang diperlihatkan oleh pihak guru maupun

pihak sekolah dalam hal ini yaitu yayasan.

Berdasarkan uraian di atas maka bisa dijelaskan bahwa perilaku bullying bisa

diminimalisir ketika adanya lingkungan keluarga yang efektif dan juga adanya

lingkungan sekolah yang baik dengan terjadinya komunikasi yang baik antara orang tua

dan anak maupun antara guru dan siswa. Sehingga akan menumbuhkan sikap toleransi

yang tinggi bagi siswa. Kemudian juga akan membuat siswa menjadi merasa adanya

penerimaan dalam diri mereka yang mampu menunjukan bahwa tidak perlu mereka

mengikuti orang lain ataupun masuk dalam kelompok tertentu dan mengikuti norma –

norma yang ada dalam kelompok itu. Karena mereka sudah bisa diterima secara positif

oleh sekolah maupun keluarga dengan diri mereka yang sebenarnya.

Page 24: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

19

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara konformitas dengan kecenderungan perilaku

bullying.

2. Tingkat konformitas termasuk ke dalam kategori sedang.

3. Tingkat kecenderungan perilaku bullying termasuk ke dalam kategori rendah.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan melihat langsung apa yang terjadi di

lapangan serta melihat hasil penelitian yang ada, maka peneliti memberikan saran untuk

beberapa hal :

1. Bagi Pihak Sekolah

Sekolah diharapkan bisa mempertahankan rendahnya tingkat kecenderungan

perilaku bullying sekaligus mampu membentuk konformitas yang positif antar

para siswa. Oleh karena itu para guru dan kepala sekolah khususnya diharapkan

untuk bisa mendukung dan mengadakan kegiatan esktrakurikuler baik akademis

maupun non-akademis yang dilakukan secara berkelompok atau individu yang

kemudian digunakan oleh para guru untuk menanamkan nilai – nilai moral dan

meningkatkan prestasi di sekolah. Kemudian sekolah juga membuat peraturan

Page 25: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

20

yang tegas untuk para siswa yang melakukan bullying, agar bisa memberikan efek jera

kepada siswa.

2. Bagi Orang Tua

Diharapkan bisa menanamkan nilai – nilai moral, etika dan agama dalam

kehidupan sehari – hari dengan cara memberikan contoh yang baik kepada

mereka. agar mereka bisa belajar untuk menghargai orang lain di dalam

lingkungan sosial mereka.

3. Bagi Siswa

Diharapkan dapat mempertahankan sikap dan perilaku yang sudah baik ini.

siswa juga diharapkan untuk mengikuti kegiatan – kegiatan yang positif seperti

masuk ke dalam organisasi seperti OSIS, Karang Taruna. Siswa juga bisa

selektif untuk memilih teman pergaulan, agar bisa terhindar dari perilaku

bullying. Hal ini bisa menbuat siswa mendapatkan penerimaan diri yang baik.

Dengan demikian siswa bisa mengetahui secara baik kapan harus bersikap

konformis dan kapan harus tetap berada pada pendirian diri unutk tidak

mengikuti aturan suatu kelompok tertentu.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk bisa meneliti dengan

menggunakan Variabel yang lain selain Konformitas. Karena masih banyak

faktor yang bisa menyebabkan perilaku bullying terjadi seperti misalnya rasa

empati individu ataupun kelekatan individu dengan temannya. Hal – hal tersebut

bisa berpengaruh pada perilaku bullying anak. kemudian dalam melakukan

Page 26: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

21

pengambilan data bisa juga ditambahkan, Role play (Pra-Eksperimen ), dan

Wawancara selain dengan menggunakan skala.

Page 27: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

22

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M ., & Asrori, M. (2006). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta :

PT. Bumi Aksara.

Azwar, S. ( 2010 ). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Baron, A. R. D. B. (2005). Psikologi social Ed. 10. Jakarta: PT. Erlangga.

Bauman, S., & Del, R. A. (2005). Knowledge and Beliefs about Bullying in Schools :

Comparing Pre – Service teachers in the United states and United Kingdom. Journal

of School Psychology International, 26 (4): 428 – 442.

Berger, C. K. R., & Rodkin, P. C. (2008). Bullies and Victims at School : Perspectives

and Strategies for Primary Prevention. In T. Miller (ed). School Violence and

Primary Prevention (Opp: 287-314). Springer- Verleg : New York

Bess, E. (2016). Hubungan Kelekatan Ibu dan Anak Dengan Perilaku Bullying Anak

Remaja di SMA Negeri 3 Kota Kupang. Jurnal Psikologi Perseptual , 01 (01), 01 –

02.

Hurlock, E. B. (1991). Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.Psikologi

perkembangan Ed. 5. Jakarta: PT. Erlangga

Kainama, G. C. (2016). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Remaja GPM Silo

Dengan Perilaku Pembelian Impulsive. Tugas akhir tidak di terbitkan, Universitas

Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Mehrabian, A ., & Stefl C. A. (1995). Bask temperament Components of loneliness,

shyness, and conformity. Journal of Social Behaviour and Personality, 23(3) 253-

264.

Myers , G. D. (2010).Social psychology Ed.10. Jakarta : Salemba humanika

Nur, I. M. Tindakan bullying di sekolah sebagai bentuk kekerasan dalam sistem

pendidikan. Diakses pada tanggal 20 September 2016 dari

http://www.kompasiana.com/isanoor/tindakan-bullying-di-sekolah-sebagai-bentuk-

kekerasan-dalam-sistem-pendidikan_54f6d7a5a333118b548b4ab8

Oktaviana, L. (2014). Hubungan antara konformitas dengan kecenderungan perilaku

bullying. Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Olweus , D. (2005 ). Bullying at school. Australia : Blackweel Publishing.

Page 28: HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN …

23

Panie, A. M. (2015). Hubungan Antara Empati Dengan Kecenderungan Perilaku

Bullying Pada Siswa Di SMA Negeri 1 Kupang Timur. Tugas akhir tidak di

terbitkan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Papalia, D.E., Old, S.W & Feldman.(2009). Human development. perkembangan

manusia. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Rahmawan, A. I. (2012). Hubungan antara pola asuh permisif dengan intensi bullying

pada siswa – siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Skripsi.

Sejiwa. (2008). Bullying : mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak.

Jakarta : Grasindo

Sarwono,W.S. & Eko M. (2009). Psikologi Sosial.Jakarta. Salemba Humanika.

Solberg M. & Olweus D. (2003) Prevalence Estimation of School Bullying Woth The

Olweus Bullyng Victim Questionnaire, 29; 239-268

Usman, I. (2013). Kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya, iklim sekolah dan

perilaku bullying. Jurnal Humanistik. X (1) 49- 60.

Wibowo, N. T. (2013). Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku

bullying remaja di SMP Negeri 08 Salatiga.Skripsi. Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga.

Widyastuti, S, R. (2015), Pengaruh Bullying Verbal Terhadap Self-Confidance. Skripsi.

Universitas Bina Nusantara, Jakarta

Wiyani, N.A. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.