Upload
phamthu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY
PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
HAMID
J410 111 013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS
DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh : Hamid NIM : J410 111 013
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Maret 2013 Pembimbing I Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes. NIK. 0160819750420042
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN
KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh : Hamid NIM : J 410 111 013
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 18 Maret 2013 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, Maret 2013 Ketua Penguji : Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes Anggota Penguji I : Tri Puji Kurniawan, SKM, M.Kes Anggota Penguji II : Sri Darnoto, SKM, MPH
ABSTRAK Hamid. J 410 111 013 HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG xii + 55 + 12 Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan penulisan diagnosis adalah karena dokter tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar yang berdampak penetapan kode diagnosis tidak akurat dan akan mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan, data dan informasi laporan RS tidak benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah dokumen rekam medis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun 2012 sebanyak 2.392 berkas. Pengambilan sampel dengan systematic random sampling sebanyak 96 dokumen rekam medis. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang ditunjukkan dengan nilai p = 0,001. Kesimpulan bahwa ternyata ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis dan disarankan kepada dokter untuk menulis diagnosis harus menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar Kata Kunci : Ketepatan Diagnosis, Keakuratan Kode, Terminologi Medis Kepustakaan : 19, 2006-2012 Pembimbing I Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes NIK. 0160819750420042 .
Mengetahui
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) NIK. 863
1
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah
satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis telah disebutkan pengertian,fungsi
dan kegunaan rekam medis.
Menurut Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi perekam medis dan informasi kesehatan, seorang perekam medis harus
mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai dengan
klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10). Sistem klasifikasi penyakit
merupakan pengelompokan penyakit-penyakit yang sejenis ke dalam satu group
nomor kode penyakit sejenis sesuai dengan International Statistical Classification
of Disease and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10) untuk istilah
penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Kasim dalam Hatta,
2011). Dengan ICD-10, semua nama dan golongan penyakit , cidera, gejala dan
faktor yang mempengaruhi kesehatan akan menjadi sama diseluruh dunia dengan
diterjemahkan ke dalam bentuk alphabet, numerik maupun alfanumerik sesuai
dengan kode yang ada dalam ICD-10 (WHO, 2004).
Hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis adalah
keakuratan dalam pemberian kode diagnosis. Pengkodean yang akurat diperlukan
rekam medis yang lengkap. Rekam medis harus memuat dokumen yang akan
dikode seperti pada lembar depan (RM I, lembaran operasi dan laporan tindakan,
laporan patologi dan resume pasien keluar). (Hatta. 2011)
2
Selain ke-15 rumah sakit yang berpartisipasi dalam sistem case mix / INA
CBG’s sebagian rumah sakit di Indonesia (sekitar 65%) belum membuat diagnosis
yang lengkap dan jelas berdasarkan ICD-10 serta belum tepat pengkodeannya.
(Depkes RI. 2008). Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan penulisan diagnosis
adalah karena dokter tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar
sehingga terjadi kesalahan diagnosis. Dampak yang terjadi bila penulisan
diagnosis tidak tepat adalah pasien mengorbankan biaya yang sangat besar, pasien
yang seharusnya tidak minum obat antibiotika tetapi harus diberi antibiotika dan
dampak yang lebih fatal beresiko mengancam jiwa pasien. (Hatta. 2011).
Sugiarsi dan Ninawati (2012), mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel beban kerja dan ketepatan terminologi medis
terhadap keakuratan kode diagnosis pada nilai p=0,001. Nilai 𝑅𝑅2 = 0.537, berarti
variabel beban kerja dan ketepatan terminologi medis mempunyai kontribusi
sebesar 53,7% terhadap keakuratan kode diagnosis utama.
Ketidakakuratan kode diagnosis akan mempengaruhi data dan informasi
laporan, ketepatan tarif INA-CBG’s yang pada saat ini digunakan sebagai metode
pembayaran untuk pelayanan pasien jamkesmas. Dalam hal ini apabila petugas
kodefikasi (coder) salah mengkode penyakit, maka jumlah pembayaran klaim
juga akan berbeda. Tarif pelayanan kesehatan yang rendah tentunya akan
merugikan pihak rumah sakit, sebaliknya tarif pelayanan kesehatan yang tinggi
terkesan rumah sakit diuntungkan dari perbedaan tarif tersebut sehingga
merugikan pihak penyelenggara jamkesmas maupun pasien.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
Menurut Departemen Kesehatan R.I , rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas , anamnesis, pemeriksaan,
diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
seorang pasien selama di rawat di rumah sakit.
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
tertib administrasi rumah sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang
diharapkan. Dengan majunya teknologi informasi, kegunaan rekam medis
dapat dilihat dalam 2 kelompok besar. Pertama, yang paling berhubungan
langsung dengan pelayanan pasien (primer). Kedua, yang berkaitan dengan
lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan langsung
secara spesifik (sekunder) (Hatta, 2011).
Menurut Mc. Gibony, kegunaan rekam medis dapat dikatakan mencakup
unsur : A-L-F-R-E-D yakni Administration (administrasi), Legal (hukum),
Financial (keuangan), Research (penelitian), Education (pendidikan),
Documentation (dokumentasi).
4
B. Kompetensi Perekam Medis
Kompetensi perekam medis digolongkan menjadi 2 kompetensi, yaitu
kompetensi pokok dan kompetensi pendukung. Salah satu kompetensi
pokok adalah klasifikasi dan kodefikasi penyakit/tindakan. Pada
kompetensi tersebut diharapkan perekam medis harus mampu menentukan
nomor kode diagnosis , mengumpulkan kode diagnosis pasien untuk
memenuhi sistem pengelolaan, penyimpanan data pelaporan untuk
kebutuhan analisis sebab tunggal penyakit yang dikembangkan dan
mengklasifikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan
informasi morbiditas dan sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan.
C. ICD-10
International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problem Tenth Revision atau disingkat dengan ICD-10 adalah sistem
klasifikasi yang komprehensif dan diakui secara internasional. ICD-10 berisi
pedoman untuk merekam dan memberi kode penyakit, disertai dengan materi
baru yang berupa aspek praktis penggunaan klasifikasi (WHO, 2004).
D. Keakuratan kode
Kecepatan dan ketepatan pengkodean dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut, yaitu:
Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis, tenaga perekam medis
sebagai pemberi kode dan tenaga kesehatan lainnya
5
Menurut Kasim dan Erkadius dalam Hatta (2011), Sembilan
langkah dasar dalam menentukan kode, antara lain :
1. Menentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan membuka buku
ICD-10 volume 3 alphabetical index (kamus).
2. Kata panduan (leadterm) untuk penyakit dan cedera
3. Membaca dengan seksama dan mengikuti petunjuk volume 3.
4. Membaca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah
leadterm
5. Mengikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan
perintah see dan see also yang terdapat di dalam indeks.
6. Melihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang
paling tepat.
7. Mengikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang pilih
8. Menentukan kode yang dipilih.
9. Melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data yang dikode
E. Terminologi Medis
Terminologi medis adalah ilmu peristilahan medis yang merupakan
bahasa khusus antar profesi medis/kesehatan yang merupakan sarana
komunikasi antara mereka yang berkecimpung langsung/tidak langsung di
bidang asuhan/pelayanan medis /kesehatan. Oleh karena itu, istilah medis
ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap profesi kesehatan agar dapat
terjalin komunikasi yang baik.
6
Terminologi medis terbentuk terdiri dari 3 komponen/unsur kata yaitu:
Root (akar kata) ; Prefix (awalan) dan Suffix (akhiran)
Tidak semua istilah medis mengandung unsur kata prefix atau root
atau suffix secara lengkap.
Contoh:
1) Hyperlipoproteinemia
a. Prefix : hyper = berlebihan
b. Root : lip/o = lemak ; protein = protein
c. Suffix : -emia = kondisi darah
Jadi Hyperlipoproteinemia adalah: kondisi darah yang ditandai
dengan jumlah lemak dan protein yang berlebihan.
2) Ectopic pregnancy
a. Prefix : ec = luar ; ectopic = di luar
b. Root : pregnancy = hamil / kehamilan
Ectopic pregnancy adalah kehamilan di luar rahim / kandungan
F. Kerangka Teori
DRM
Penulisan Diagnosis
Kode Diagnosi
s
Bahasa Terminologi
Medis ICD-10
Ketepatan
Penulisan Diagnosis
Keakuratan
Kode Diagnosis
7
G. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
H. Hipotesis
Ha : Ada hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan
kode diagnosis pasien rawat inap kasus Obstetri Gynecology di RSUD.
Dr. Saiful Anwar Malang.
Ketepatan Penulisan Diagnosis
Keakuratan Kode Diagnosis
8
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik dengan study korelasi yaitu mencari
hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lain yang terdapat dalam
satu populasi yang sama (Azwar, 2011). Dalam hal ini adalah hubungan
antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis
pada kasus obstetric gynecology.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Di dalam
penelitian cross sectional (seksional silang), variable ketepatan penulisan
diagnosis dan keakuratan kode diagnosis dilakukan dengan cara observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja pada saat
yang sama dan pengukuran dilakukan terhadap variable subjek pada saat
pemeriksaan.(Notoatmodjo, 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh berkas rekam medis
kasus obstetric gynecology pasien rawat inap periode tribulan IV
(Oktober – Desember) tahun 2012 di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang
yang berjumlah 2.392 berkas rekam medis.
9
2. Sampel
a. Tehnik penentuan besar sampel
Dengan jumlah populasi 2.392 berkas rekam medis pada tribulan
IV tahun 2012, maka penentuan besar sampel dalam penelitian ini
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004)
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
e : Tingkat kepercayaan 10%
n= 2.3921+2.392(0,1)²
= 95,98
Jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 berkas rekam
medis
b. Tehnik pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis
(systematic random sampling). Caranya adalah dengan membagi
jumlah atau anggota populasi dengan jumlah sampel yang
diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Pengambilan sampel
n =N
1 + N(e)2
10
dilakukan dengan mengambil nomor kelipatan dari interval yang
telah ditentukan. (Notoatmodjo, 2010).
I = 2.392
96 = 24,9
Jadi sampel yang diambil dengan nomor kelipatan 25 yaitu:
1;26;51;76;101;126;151;176;201;226;251;276;301;326;351;..…...;
2.392
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di seksi rekam medis rawat inap RSUD. Dr.
Saiful Anwar Malang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013.
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel (DOV)
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Variabel bebas : Ketepatan penulisan diagnosis.
b. Variabel terikat : Keakuratan kode diagnosis.
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mendefinisikan
variabel-variabel yang dianalisis maka perlu dirumuskan definisi
operasional dari variabel yang akan diteliti yaitu :
11
a. Ketepatan penulisan diagnosis adalah penulisan diagnosis pasien
dengan menggunakan bahasa terminologi medis oleh dokter yang
merawat yang terdapat pada berkas rekam medis kasus obstetric
gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun 2012.
Cara pengukuran : Observasi
Skala pengukuran : Nominal
Pengukuran data dilakukan dengan skala nominal, dengan
tingkatan :
1) Tepat, jika penulisan diagnosis telah menggunakan bahasa
terminologi medis (pengenalan istilah medis) dengan skor 1.
2) Tidak tepat, jika penulisan diagnosis tidak menggunakan bahasa
terminologi medis (pengenalan istilah medis) dengan skor 0.
b. Keakuratan kode diagnosis adalah ketepatan pemberian kode
diagnosis berdasarkan ICD-10 oleh petugas kodefikasi (coder)
pada berkas rekam medis dengan meneliti hasil diagnosis yang
telah ditulis oleh dokter/ tenaga medis yang menangani.
Cara pengukuran : Observasi
Skala pengukuran : Nominal
Pengukuran data dilakukan dengan skala nominal, dengan
tingkatan :
1) Akurat, jika penentuan kode diagnosis sesuai dengan aturan
yang terdapat pada ICD-10 dengan skor 1
12
2) Tidak akurat, jika penentuan kode diagnosis tidak sesuai dengan
aturan yang terdapat pada ICD-10 dengan skor 0
E. Pengumpulan Data
1. Sumber data
Data sekunder dari hasil penulisan diagnosis oleh dokter yang
merawat/supervisor dan pengkodean oleh petugas kodefikasi (coder),
dimana berkas rekam medis yang diteliti adalah berkas dengan kasus
obstetri gynecology pasien rawat inap selama periode tribulan IV
(Oktober -Desember) tahun 2012.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode observasi. Teknik observasi ini
dilakukan oleh peneliti secara langsung terhadap berkas rekam medis
untuk mengetahui ketepatan penulisan diagnosis dengan menggunakan
bahasa terminologi medis dan keakuratan kode diagnosis kasus
obstetri gynecology pasien rawat inap berdasarkan ICD-10.
3. Instrumen penelitian
Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
pada penelitian ini adalah check list, buku terminologi medis dan
ICD-10.
13
F. Pengolahan Data
Data yang telah terisi dan terkumpul dari hasil observasi check list
diolah untuk dijadikan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian dengan bantuan program perangkat lunak elektronik.
Dimana tahap-tahap pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Editing yaitu peneliti memeriksa kembali lembar check list atau lembar
observasi apakah sudah terisi semua atau belum, mengoreksi ketepatan
penulisan diagnosis dan jumlah kode baik yang sudah benar atau yang
salah berikut total keseluruhannya.
2. Coding yaitu proses dimana peneliti memberi tanda pada poin
pernyataan di lembar check list atau lembar observasi berupa tanda
atau kode berbentuk angka pada masing-masing kategori.
3. Tabulating yaitu peneliti menata kembali data yang telah diperoleh
berdasarkan variabel yang diteliti guna memudahkan analisis data
dimana setiap pernyataan yang sudah diberi kode dikelompokkan lalu
dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel.
4. Entry Data yaitu peneliti memasukkan data dari hasil check list ke
dalam komputer setelah check list terisi semua dan benar yang sudah
melewati tahap coding.
14
G. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu tehnik untuk menggambarkan
masing-masing unit variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran ketepatan penulisan diagnosis yang
menggunakan bahasa terminologi medis dan keakuratan kode
diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap berdasarkan
ICD-10.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan ketepatan
penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis. Uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square yang digunakan
untuk menguji hipotesis pada populasi yang terdiri dari dua variabel
atau lebih dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar
(Susetyo, 2012).
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan
menggunakan bantuan paket SPSS versi 18, dengan kriteria
pengambilan keputusan :
a. Ho diterima jika nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara
ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis.
b. Ho ditolak jika nilai p ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara
ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Deskriptif
1. Ketepatan Penulisan Diagnosis
Ketepatan penulisan diagnosis merupakan penilaian terhadap tepat
tidaknya penulisan diagnosis dengan menggunakan bahasa terminologi
medis oleh dokter yang merawat yang terdapat pada berkas rekam
medis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun
2012.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Ketepatan Penulisan
Ketepatan Penulisan Frekuensi Prosentase
Tidak tepat 39 40,6
Tepat 57 59,4
Total 96 100
Distribusi frekuensi variabel ketepatan penulisan diagnosis
menunjukkan bahwa sebanyak 39 berkas (40,9%) penulisan diagnosis
tidak tepat dan 57 berkas (59,4%) penulisan diagnosis sudah tepat
menggunakan bahasa terminologi medis.
16
2. Keakuratan Kode Diagnosis
Keakuratan kode diagnosis merupakan ketepatan pemberian kode
diagnosis berdasarkan ICD-10 oleh petugas kodefikasi (coder).
Penentuan keakuratan kode diagnosis dilakukan dengan mencocokkan
hasil pengkodean dengan aturan atau rule menurut prosedur WHO
yang ada pada ICD-10.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Keakuratan Kode
Ketepatan Penulisan Frekuensi Prosentase
Tidak akurat 22 22,9
Akurat 74 77,1
Total 96 100
Distribusi frekuensi menunjukkan sebagian besar kode diagnosis
kasus obstetri gynecology termasuk kategori akurat sebanyak 74 berkas
(77,1%) dan sisanya adalah 22 berkas (22.9%) kategori tidak akurat.
3. Tabulasi Silang Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis Dengan
Keakuratan Kode Diagnosis
Berdasarkan tabulasi silang (crosstabs) antara ketepatan penulisan
diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis menunjukkan bahwa dari
39 berkas (40,6%) penulisan diagnosis yang tidak tepat, diantaranya
terdapat 21 berkas (21,9%) yang kode diagnosisnya tidak akurat dan
17
sisanya 18 berkas (18,8%) kode diagnosis sudah akurat. Sedangkan
dari 57 berkas (59,4%) penulisan diagnosis yang tepat, terdapat 56
berkas (58,3%) kode diagnosisnya akurat dan sisanya 1 berkas (1%)
kode diagnosisnya tidak akurat. Adapun untuk mengetahui lebih jelas
bisa dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan Keakuratan Kode Diagnosis
Ketepatan penulisan
Keakuratan Kode Total Tidak akurat Akurat f % f % f %
Tidak tepat 21 21,9 18 18,8 39 40,6 Tepat 1 1 56 58,3 57 59,4 Total 22 22,9 74 77,1 96 100
B. Hasil Analisis Bivariat
Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode
diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful
Anwar Malang. Untuk menguji hubungan antara ketepatan penulisan
diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology
pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang dilakukan dengan
uji Chi Square (χ2) dengan bantuan program SPSS. Adapun berdasarkan
perhitungan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.
18
Tabel 4. Pengujian Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan Keakuratan Kode Diagnosis.
χ2hitung χ2
tabel (df=1, =0,05) Signifikansi
(p) Koefisien
Contingency Kesimpulan
35,571 3.841 0,001 0,520 Tolak H0
Uji χ2 ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan
penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis, dengan didapatkan
nilai χ2hitung
sebesar 35,571 dengan nilai Signifikansi = 0,001. χ2tabel dengan
derajat bebas 1 untuk α = 0,05 didapatkan nilai 3,841. Langkah selanjutnya
dilakukan perbandingan, dimana nilai χ2hitung lebih besar daripada χ2
tabel
(35,571 > 3,841) dan selain itu nilai signifikansi p lebih kecil dari α = 0,05
(p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan
keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di
RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.
Koefisien kontingensi sebesar 0,520 berarti tingkat keeratan hubungan
antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis
berada dalam kategori agak rendah. Menurut Arikunto (2010), interpretasi
nilai korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Interpretasi Nilai Korelasi
Besarnya Korelasi Interpretasi 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup 0,40 sampai dengan 0,60 Agak Rendah 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah
19
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan ketepatan
penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri
gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketepatan penulisan diagnosis dengan kategori tepat sebanyak 57 berkas
(59,4%) dan sisanya 39 berkas (40,6%) kategori tidak tepat.
2. Keakuratan kode diagnosis dengan kategori akurat sebanyak 74 berkas
(77,1%) dan sisanya 22 berkas (22,9%) kategori tidak akurat.
3. Ada hubungan yang signifikan antara ketepatan penulisan diagnosis
dengan keakuratan kode diagnosis pada nilai p = 0,001.
B. Saran
1. Disarankan kepada dokter untuk menulis diagnosis pada berkas rekam
medis dalam kondisi apapun harus menggunakan bahasa terminologi
medis dengan benar dan memakai huruf balok agar dapat terbaca
dengan mudah dan jelas.
2. Disarankan juga kepada petugas kodefikasi (coder) untuk menetapkan
kode diagnosis dalam kondisi apapun harus menerapkan teknik
pengkodean yang benar dan memahami bahasa terminologi medis.