Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERCAYA DIRI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK
KELURAHAN PONDOK CABE ILIR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam anak Usia Dini (S.Pd)
Oleh
Warda Daulay
11140184000015
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H / 2019 M
ABSTRAK
Warda Daulay, NIM: 11140184000015. Hubungan Antara Interaksi Teman
Sebaya Dengan Percaya Diri Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Kelurahan Pondok
Cabe Ilir. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan yang signifikansi antara interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif dengan desain
korelasional, penelitian ini dilakukan di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Pemilihan Sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling,
jumlah sampel yang diambil adalah 47 responden anak usia 5-6 tahun.
Instrumen penelitian yang dilakukan adalah kuesioner
interaksi teman sebaya
dan percaya diri anak. Teknik analisis data yang dilakukan menggunakan uji
statistik Kolmogrov Smirnov dengan perhitungan SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi
teman sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK Kelurahan
Pondok Cabe Ilir. Berdasarkan hasil uji korelasi interaksi teman sebaya
dengan percaya diri anak, didapatkan nilai r hitung 0,781 dan nilai r tabelnya
0,288, dengan signifikansi hitung 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan,
terdapat korelasi atau hubungan positif antara interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak. Artinya jika anak memiliki percaya diri yang tinggi maka
diikuti dengan interaksi teman sebaya yang tinggi juga, atau sebaliknya.
Determinasi yang dihasilkan adalah 60% maka dapat diketahui bahwa
interaksi teman sebaya memberi kontribusi sebesar 60% terhadap percaya diri
anak.
Kata kunci : Interaksi Teman Sebaya, Percaya Diri Anak
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmad, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi
dengan judul “Hubungan antara Interaksi Teman Sebaya dengan Percaya Diri
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir” ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun ummatnya menuju jalan yang dirahmati Allah.
Semoga syafaatnya terlimpahkan kepada kita semua.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam Anak Usia Dini di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai wujud serta partisipasi penulis untuk
mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah.
Penulis sadar bahwa dalam hal ini tidaklah mungkin dapat menyelesaikan
skripsi ini tanpa bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karenanya, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Siti Khadijah, MA Sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Islam anak Usia
Dini (PIAUD), penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu
dan support yang telah diberikan selama penulis kuliah di kampus ini.
2. Ratna Faeruz, M.Pd dan Yubaedi Siron, M.Pd sebagai dosen
pembimbing yang luar biasa baik dan luar biasa hebat, penulis juga
mengucapkan terim kasih karena telah membimbing dan mensupport
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Para dosen dan staf UIN Jakarta yang telah mengajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Khususnya yang mengajar di jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Penulis banyak mengucapkan
banyak terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama penulis
kuliah dikampus tercinta ini.
iii
4. Kepada kedua orangtua penulis ucapkan terima kasih, karena sudah
memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang serta biaya yang
tidak bisa penulis ganti dengan apapun. Semoga Allah memberikan
umur yang panjang untuk kalian.
5. Kepala sekolah TK Islam Ummul Qura, TK Almuta’allimin, dan Tk
Al-Karim, terima kasih penulis ucapkan karena sudah memberikan
penulis kesempatan untuk melakukan penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan semasa kuliah PIAUD angkatan 2014,
terima kasih sudah menjadi bahagian dari perjalanan perjuangan ini.
7. Kepada Laznas BSM, terima kasih penulis ucapkan karena telah
memberikan beasiswa sehingga penulis tidak mengalami kesulitan
dalam biaya perkuliahan.
8. Kepada keluarga Alfatih Laznas BSM, terima kasih penulis ucapkan
karena sudah menjadi keluarga sekaligus teman.
9. Kepada keluarga Konkret Academi, penulis ucapkan terima kasih
karena telah banyak memberikan pengalaman-pengalaman serta ilmu
untuk berwirausaha.
10. Kepada keluarga HIMAPALAS Jabodetabek, terima kasih penulis
ucapkan untuk pertemuan/agenda yang di dakan HIMAPALAS
sehingga penulis tidak merasa sendirian di rantau orang.
11. Kepada keluarga IKAPA Jabodetabek, terima kasih penulis ucapkan
karena sudah mendukung penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Fikri Amalia Siregar terima kasih untuk persahabatan yang selama ini.
13. Kepada Suciani, penulis mengucapkan terima kasih karena sudah sabar
menghadapi tingkah laku penulis, sekaligus penulis minta maaf karena
sudah sering jahilin suci.
14. Nabighoh Khoirunnisa, terima kasih penulis ucapkan karena sudah
sering membawa beras dan makanan ke kosan.
15. Memey terima kasih sudah sabar mengajari penulis untuk pengolahan
data dalam skripsi ini.
iv
16. Kepada guru-guru TK Dua Mei, terima kasih telah memberikan
dukungan untuk selalu semangat dalam menjalani perkuliahan.
17. Kepada guru-guru TK Islam Aqilah Legoso sekaligus Partner
mengajar, miss Nadia dan miss Iis, dan miss Ika, terima kasih banyak
sudah mendukung dan memberi saran kepada penulis.
18. Kepada seluruh teman-teman kosan, Rani terima kasih sudah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
19. Sakinah terima kasih sudah sabar merapikan dan melihat poto copyan
buku yang bersebaran di kosan.
20. Lanma terima kasih sudah membantu dan menemani penulis mencari
buku referensi untuk penulisan skripsi ini.
21. Hamisa terima kasih telah membantu membaca typo dan cara
penulisan skripsi penulis.
22. Kepada Muhammad Rio Alfin Pulungan terima kasih sudah membantu
penulis selama menjalani perkuliahan.
23. Kepada Muhammad Gadafi Pulungan terima kasih sudah memberi
dukungan untuk penulisan skripsi ini.
24. Terima kasih untuk seluruh teman-teman yang tidak penulis sebut
namanya satu persatu.
Dalam penyusunan skirpsi ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, meskipun
penulis telah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sebagai tambahan
pengetahuan dan penerapan disiplin ilmu pada lingkungan yang lebih luas. Akhir
kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga dengan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan kepada semua pembaca
skripsi pada umumnya.
Wassalaamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Ciputat, 24 Oktober 2019
Penulis
Warda Daulay
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
F. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Percaya Diri Anak Usia Dini
a. Pengertian Percaya Diri Anak Usia Dini ............................... 8
b. Aspek-Aspek Percaya Diri Anak Usia Dini ......................... 10
c. Ciri-Ciri Percaya Diri Anak Usia Dini ................................. 12
d. Faktor-Faktor Yang Membangun Percaya Diri Anak
Usia Dini ............................................................................ 16
2. Interaksi Teman Sebaya
a. Pengertian Interaksi Teman Sebaya..................................... 19
b. Aspek-Aspek Interaksi Teman Sebaya ............................... 22
c. Pola Interaksi Teman Sebaya............................................... 22
d. Fungsi Interaksi Teman Sebaya .......................................... 24
e. Karateristiik Interaksi Teman Sebaya Anak
Usia 5-6 Tahun ..................................................................... 27
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................... 29
vi
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 31
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................... 34
B. Metode Dan Desain Penelitian ....................................................... 34
C. Populasi Dan Sampel ..................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
1. Variabel Percaya Diri ................................................................ 36
a. Definisi Konseptual .............................................................. 36
b. Definisi Operasional ............................................................. 36
c. Uji Validitas .......................................................................... 38
d. Uji Reliabilitas ....................................................................... 40
2. Variabel Interaksi Teman Sebaya
a. Definisi Konseptual ............................................................. 41
b. Deinisi operasional ............................................................... 41
c. Uji Validitas .......................................................................... 42
d. Uji Reliabilitas ...................................................................... 44
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 45
F. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
...................................................................................48
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 51
1. Uji Normalitas ........................................................................... 51
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 51
C. Pembahasan Penelitian ................................................................... 55
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 58
vii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 59
B. Implikasi ........................................................................................ 59
C. Saran .............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penelitian Yang Relevan
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri
Tabel 3.3 : Hasil Uji Validitas Percaya Diri Anak
Tabel 3.4 : Reliabilitas Percaya Diri Anak
Tabel 3.5 : Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya
Tabel 3.6 : Hasil Uji Validitas Interaksi Teman Sebaya
Tabel 3.7 : Reliabilitas Interaksi Teman Sebaya
Tabel 3.8 : Interpretasi Nilai Tabel “r”
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Skor Variabel Interaksi Teman Sebaya
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Percaya Diri Anak
Tabel 4.3 : Uji Signifikansi Normalitas Data
Tabel 4.4 : Interpretasi nilai r
Tabel 4.5 : Hasil uji korelasi variabel interaksi teman sebaya dengan percaya diri
anak
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya dan Percaya Diri
Anak
LAMPIRAN 2 Lembar Observasi Interaksi Teman Sebaya dan Percaya Diri
Anak
LAMPIRAN 3 Penjelasan Skala Nilai Lembar Observasi Interaksi Teman Sebaya
dan Percaya Diri Anak
LAMPIRAN 4 Uji Validitas Interaksi Teman Sebaya dan Percaya Diri Anak
LAMPIRAN 5 Hasil Uji Validitas Interaksi Teman Sebaya dan Percaya Diri
Anak
LAMPIRAN 6 Uji Realibilitas Instrumen Penelitian Interaksi Teman Sebaya dan
Percaya Diri Anak
LAMPIRAN 7 Uji Normalitas Interaksi Teman Sebaya dan Percaya Diri Anak
LAMPIRAN 8 Uji Signifikansi Interaksi Teman Sebaya Dengan Percaya Diri
Anak
LAMPIRAN 9 Hasil Uji Signifikansi Interaksi Teman Sebaya Dengan Percaya
Diri Anak
LAMPIRAN 10 Surat Izin Permohonan Penelitian
LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 12 Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang mengalami
suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya.1 Setiap anak memiliki pribadi yang sangat unik dan memiliki
karakteristik yang beraneka ragam. Karakter yang dimiliki anak terdiri dari
beberapa aspek. Aspek perkembangan anak meliputi perkembangan
kognitif, bahasa, fisik/motorik, sosial, emosional, nilai moral dan agama.
Aspek yang ada pada anak perlu dikembangkan sesuai dengan tahapannya.
Salah satunya yaitu aspek perkembangan sosial, dimana anak tidak hanya
berinteraksi dengan satu lingkungan saja, namun berbagai macam
lingkungan yang ada disekitarnya. Selain itu anak harus mengetahui
kemampuan dan kelemahan yang ada pada dirinya.
Perkembangan sosial dan emosional memiliki beberapa dimensi, salah
satunya adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan suatu
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dan menyadari kemampuan yang
dimiliki serta dapat mengekspresikan kemampuannya.2
Kepercayaan diri tidak dibawa sejak lahir. Kepercayaan diri mulai
ditumbuhkan dan distimulasi sejak dini. Kepercayaan diri merupakan hal
yang penting bagi anak untuk menapaki roda kehidupan. Kepercayaan diri
akan menjadi modal untuk kesuksesan anak kelak. Anak akan lebih cepat
bergaul, akan lebih cepat menguasai keahlian dan lebih siap menghadapi
masalah. Anak yang memiliki kepercayaan diri maka akan mampu
menguasai bidang tertentu dan lebih mudah menyerap hal yang
diinformasikan padanya. Saat dewasa anak juga akan lebih mampu
menghadapi berbagai tantangan kehidupan secara maksimal tanpa meminta
1 Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Indeks 2013),
h. 6. 2 Sri Wahyuni, Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Melalui Metode
Bercerita, Jurnal Raudhah, Vol. 5 2017, h. 2
2
bantuan yang berlebihan pada orang lain. Anak yang memiliki percaya diri
yang baik akan bisa dan mampu untuk belajar serta berhubungan positif
dengan orang lain. Sedangkan anak yang memiliki indikasi kurang percaya
diri sering menunjukkan sikap kurang baik terhadap orang lain atau orang
disekitarnya.
Lauster mengemukakan rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang
diturunkan melainkan diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan
dan ditanamkan melalui pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu dapat
dilakukan guna untuk membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri.3
Percaya diri dapat tumbuh dikarenakan adanya pengalaman dan interaksi
dengan lingkungannya. Pengalaman tersebut menjadi sebuah pengalaman
untuk anak. Hal-hal yang dialami anak untuk pertama kalinya dalam
kehidupan terutama dalam mengatasi hambatan memberi pengaruh yang
sangat besar terhadap kemampuan anak selanjutnya. Pengalaman-pengalaman
yang dialami seseorang terutama pada saat kanak-kanak menjadi langkah
awal perkembangan percaya diri.
Menurut Elfiky rasa percaya diri merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki
diri.4 Pearce juga mengemukakan bahwa kepercayaan diri berasal dari
tindakan, kegiatan dan usaha untuk bertindak bukannya menghindari
keadaan dan bersifat pasif. Pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh
Hakim yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan
seseorang terhadap aspek kelebihan yang dimilikinya dan membuat
kemampuan untuk mencapai berbagai tujuan hidup.5 Pernyataan tersebut
dapat diartikan bahwa tingkat percaya diri yang baik dapat memudahkan
individu dalam mengambil sebuah keputusan dan dapat memudahkan
3 Muzdalifah M. Rahman, Peran Orangtua Dalam Membangun Kepercayaan Diri Pada
Anak Usia Dini, vol 8, 2013, h. 377. 4 Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2009) h. 54.
5 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepecayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita,
(Jakarta: PT Indeks 2011), h. 63.
3
individu untuk memertahankan kesuksesan dalam pembelajaran dan
pekerjaan.
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya percaya
diri seorang anak adalah teman sebaya, hal ini dikarenakan anak banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Santrock mengemukakan
bahwa dukungan sosial yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri pada
yang seusia dan kematangannya sama dari pengaruh dukungan sosial dan
persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain.6 Melalui interaksi
dengan teman sebaya anak merasa banyak mendapatkan keuntungan
diantaranya anak dapat belajar lebih mandiri, anak juga dapat belajar
memecahkan masalah dengan caranya sendiri atau dengan cara melihat
bagaimana teman-temannya memecahkan masalah mereka.
Percaya diri penting bagi anak dalam hubungannya dengan proses
sosialisasi dan adaptasi dengan teman-teman dan lingkungannya, terutama
ketika anak memasuki pendidikan formal. Untuk melakukan kegiatan
disekolah khususnya belajar anak perlu melakukan interaksi dengan teman,
guru dan lingkungannya sesuai dengan kemampuannya. Anak diharapkan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan khususnya di lingkungan
sekolah, dimana anak tampil dan berkomunikasi dengan baik serta
mengekspresikan keinginan dan harapan-harapan. Apabila kepercayaan diri
semakin kuat, anak akan semakin dirangsang untuk berani mencoba dan
menghadapi masalah baru yang ada di dalam kehidupan sehari-harinya.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Tawalujan, Kundre
& Rompas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara bullying dengan
kepercayaan diri pada remaja di SMP Negeri 10 Manado.7
Penelitian lain tentang hubungan dukungan sosial dengan kepercayaan
diri pada masa kanak-kanak akhir di sekolah dasar negeri Jember. Oleh
6 Marizki Putri, Hubungan Kepercayaan Diri dan Dukungan Teman Sebaya dengan Jenis
Perilaku Bullying di MTsN Lawang Mandiiling Kec. Silimpaung, Menara Ilmu, Vol XII, 2018. h.
110 7 Aprilia Eunike Tawalujan, Rina Kundre, Sefti Rompas, Hubungan Bullying dengan
Kepercayaan Diri pada Remaja di SMP Negeri 10 Manado, Jurnal Keperawatan, Vol 6, 2018, h.
1
4
Ernawati, dkk, menyebutkan bahwa terdapat hubungan dukungan sosial
dengan kepercayaan diri pada masa kanak-kanak akhir di SDN Jember. Anak
yang memperoleh dukungan sosial berpeluang 6.266 kali untuk memiliki
kepercayaan diri, sehingga diharapkan lingkungan sosial meliputi orangtua,
teman sebaya, dan masyarakat dapat memberikan dukungan yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak.8
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elyana Nur Rohmah
menyebutkan bahwa teknik diskusi kelompok berpengaruh untuk
meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki siswa kelas VIII-D SMPN 8
Kediri tahun ajaran 2016/2017. Oleh karena itu untuk meningkatkan dan
menumbuhkan kepercayan diri yang dimiliki oleh siswa agar dapat meraih
prestasi yang membanggakan disarankan kepada guru agar menerapkan
teknik diskusi kelompok untuk meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki
oleh siswa.9
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni pada TK usia 4-5 tahun di
PAUD Puspa Adi Surabaya mengenai pengaruh sentra balok terhadap rasa
percaya diri anak dengan skor post test menunjukkan 18,86. Hasil ini
tergolong kriteria rasa percaya diri anak muncul karena penyediaan mainan
yang bervariasi, sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk
menuangkan imajinasinya seperti yang pernah anak lihat, serta menghargai
hasil kerja anak.10
Frobel mengutarakan bahwa ketika anak bermain dengan
temannya, mereka akan berani mengekspresikan ide, rasa percaya diri tinggi,
merasa nyaman jika dihargai. Karena dapat bergerak dengan sesuai
petualangan mereka.11
8 Yuyun Ernawati, Hanny Rasni, Ratna Sari Hardiani, Hubungan Dukungan Sosial
dengan Keprcayaan Diri pada Masa Kanak-Kanak Akhir di Sekolah Dasar Negeri Jember Lor 1
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember, Artikel Ilmiah, 2012. h. 1 9 Elyana Nur Rohmah, Pengaruh Teknik Permainan Kerjasama Terhadap Keampuan
Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Gurah Tahun Pelajaran 2017/2018,
Simki-Pedagogia, Vol 02, 2018. h. 2.. 10
Made Ayu Anggraeni, Penerapan Bermain Untuk Membangun Rasa Percaya Diri
anak Usia Dini, Jurnal of Early Childhood and Inclusive Education, Vol 1, 2017. h. 2. 11
Ibid,. 2
5
Manfaat percaya diri bagi anak usia dini adalah anak akan mampu
menjadi pemimpin dalam kelompok teman sebayanya. Dikarenakan anak
mampu untuk membuat keputusan yang tepat tanpa ragu-ragu hal tersebut
akan diikuti oleh temannya yang lain, disamping itu anak akan dicontoh oleh
anak yang lain karena apa yang yang dilakukan oleh anak yang memiliki rasa
percaya diri akan menjadi acuan bagi anak lain agar mampu melakukannya.
Selain itu, juga dapat menjadi modal dasar bagi anak apabila anak beranjak
dewasa kelak, anak akan mampu menyelesaikan segala tantangan yang akan
dihadapinya dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini penting diungkapkan dalam
rangka menggambarkan bagaimana hubungan interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak usia 5-6 tahun. Melalui penelitian ini diharapkan akan
menemukan pola dan besaran hubungan interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak usia 5-6 tahun.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis dapat
mengidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK
kelurahan Pondok Cabe Ilir adalah:
1. Terdapat 7 siswa yang percaya dirinya rendah.
2. Terdapat 3 anak yang memilih bermain sendiri daripada bermain
bersama.
3. Terdapat 4 anak yang kurang berinteraksi dengan teman-temannya.
4. Terdapat 2 anak yang malu ketika disuruh maju ke depan kelas.
5. Pentingnya peran teman sebaya dalam membangun percaya diri anak.
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diperoleh
oleh peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada hubungan antara interaksi
teman sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan
Pondok Cabe Ilir.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut dapat di uraikan rumusan
masalah sebagai berikut
1. Apakah terdapat hubungan interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe
Ilir.
2. Bagaimana hubungan interaksi teman sebaya dengan percaya diri
anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. adanya hubungan interaksi teman sebaya dengan perkembangan
sosial anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir .
2. Bagaimana hubungan interaksi teman sebaya dengan
perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok
Cabe Ilir.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan teoritis
1) Untuk menambah referensi terhadap kajian interaksi teman sebaya
dengan percaya diri anak usia dini.
2) Sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian sejenis yang
akan dilakukan peneliti berikutnya.
7
b. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti, prodi, guru, dan
sekolah.
1) Bagi peneliti, diharapkan menambah pengetahuan tentang
hubungan antara interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak.
Serta memberi pengalaman dan pendalaman keilmuan di bidang
sosial anak usia dini.
2) Bagi Prodi, berguna untuk menambah wawasan dan informasi bagi
jurusan tentang hubungan interaksi teman sebaya dengan percaya
diri anak.
3) Bagi Guru, berguna sebagai pedoman bagi guru TK kelurahan
Pondok Cabe Ilir untuk mengembangkan percaya diri anak melalui
interaksi dengan teman sebaya.
4) Bagi Sekolah, berguna untuk meningkatkan percaya diri anak
dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Percaya Diri Anak Usia Dini
a. Pengertian Percaya Diri Anak Usia Dini
Kepercayaan diri merupakan hal terpenting yang harus dimiliki
anak untuk menapaki roda kehidupan selanjutnya. Kepercayaan diri
memiliki fungsi langsung dari interpretasi seseorang terhadap
keterampilan atau kemampuan yang dimiliki untuk penampilan
perilaku tertentu atau untuk mencapai target dalam kehidupan. Rasa
percaya diri berpengaruh terhadap mental dan karakter mereka. Anak
yang memiliki mental dan karakter yang kuat akan menjadi modal
penting dalam kehidupan dimasa mendatang ketika menginjak usia
dewasa, sehingga mampu merespon semua tantangan dengan
realistis.
Kepercayaan diri berasal dari tindakan, kegiatan dan usaha
untuk bertindak bukan untuk menghindari keadaan dan bersifat tidak
peduli. Dengan kata lain anak dapat dikatakan percaya diri jika anak
berani melakukan suatu hal yang baik bagi dirinya sesuai dengan
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu anak yang
percaya diri mampu menyelesaikan tugas sesuai tahap
perkembangannya dengan baik dan tidak bergantung pada orang lain.
Kepercayaan diri merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
untuk berinteraksi terhadap lingkungan sekitar. Memiliki
kepercayaan diri anak bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Kepercayaan sebagai suatu perasaan yang berisi
kekuatan, kemampuan dan keterampilan untuk melakukan atau
menghasilkan sesuatu yang dilandasi keyakinan untuk sukses.
Kepercayan diri sangat bermanfaat dalam setiap keadaan, percaya diri
juga menyatakan seseorang bertanggung jawab atas pekerjaan karena
9
semakin individu kehilangan suatu kepercayaan diri, maka akan
semakin sulit untuk memutuskan yang terbaik bagi diri mereka.
Pearce mengemukakan bahwa kepercayaan diri berasal dari
tindakan, kegiatan dan usaha untuk bertindak bukannya menghindari
keadaan dan bersifat pasif. Pernyataan tersebut kemudian diperkuat
oleh Hakim yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah
keyakinan seseorang terhadap aspek kelebihan yang dimilikinya dan
membuat kemampuan untuk mencapai berbagai tujuan hidup.1
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tingkat percaya diri yang
baik dapat memudahkan individu dalam mengambil sebuah
keputusan dan dapat memudahkan individu untuk memertahankan
kesuksesan dalam pembelajaran dan pekerjaan.
Yoder dan Proctor mengemukakan bahwa anak dapat dikatakan
memiliki kepercayaan diri jika anak tersebut aktif namun tidak
berlebihan dalam beraktivitas, tidak mudah terpengaruh oleh orang
lain, mudah bergaul, berpikir positif, memiliki tanggung jawab,
energik dan tidak mudah putus asa, dapat bekerja sama serta
mempunyai jiwa pemimpin.2 Pernyataan tersebut dapat dijelaskan
bahwa percaya diri adalah aktif, ekspresi yang efektif dari perasaan
diri, dan harga diri. Anak yang percaya diri berperan aktif dan
berekspresi dalam mengajarkan atau melakukan sesuatu, anak yang
dapat mengerti dalam menghargai diri dan orang lain, sehingga anak
yakin akan kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi
kehidupan yang dijalaninya.
Syaifullah menyatakan bahwa pribadi yang percaya diri adalah
mereka yang memiliki optimisme jiwa dan mental yang siap
mengahadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.3 Pernyataan
tersebut dapat dijelaskan bahwa orang yang memiliki kepercayaan
diri memiliki keyakinan pada kemampuan yang ada di dalam dirinya,
1 Aprianti Yofita Rahayu, Loc. Cit, h. 63.
2 Ibid, h. 69.
3 Ach Syaifullah, Tips Bisa Percaya Diri, (Jakarta: Gara Ilmu, 2010), h. 11.
10
sehingga seseorang memiliki jiwa dan mental yang siap dalam
mengahadapi segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya.
Menurut Alfiyatin dan Andayani kepercayaan diri merupakan
aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, yaitu
keyakinan dan keterampilan yang dimiliki individu.4 Seseorang yang
memiliki kepercayaan diri biasanya menganggap bahwa dirinya
mampu melakukan segala sesuatu yang dihadapinya dengan
kemampuan yang dimilikinya. Sesuai dengan pendapat Kumara
bahwa kepercayaan diri merupakan ciri kepribadian yang
mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan definisi percaya diri dari
para ahli yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
percaya diri adalah keyakinan seorang anak akan kelebihan dan
kemampuan yang dimilikinya untuk dapat melakukan segala sesuatu
secara maksimal. Anak yang memiliki percaya diri akan mampu
menyeimbangkan tingkah laku, emosi dalam dirinnya, dan percaya
diri akan membawa seseorang ke jalan kesuksesan dalam
kehidupannya.
b. Aspek-Aspek Percaya Diri Anak Usia Dini
Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan dalam segala
aspek perkembangannya, begitu pula pada bidang sosialnya.
Perkembangan tersebut didasarkan pada usia dari masing-masing
anak. Charlotte Buhler menjelaskan tingkatan perkembangan sosial
anak menjadi empat tingkatan sebagai berikut,
“Tingkatan pertama, dimulai sejak umur 0:4/0:6 tahun, anak
mulai mendapatkan reaksi positif terhadap orang lain, antara lain ia
tertawa karena mendengar suara orang lain. Tingkatan kedua, adanya
rasa bangga dan segan yang terpancar dalam gerakan dan mimiknya,
jika anak menang dari lomba akan kegirangan dalam gerak dan
mimiknya, tingkata ini biasanya terjadi pada anak usia kuran lebih 2
4 Risnawati, Rini, & M. Nur Ghufron, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media Grup, 2010), h. 34
11
tahun. Tingkatan ketiga, jika anak telah lebih dari umur 2 tahun,
mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju) atau rasa antipati (rasa
tidak setuju) kepada orang lain, baik yang sudah dikenal atau belum.
Tingkatan keempat, pada masa akhir tahun kedua, anak setelah
menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga makan akan
timbul keinginan untuk ikut campur dalan gerak dan lakunya. Dan
pada usia 4 tahun anak makin senang bergaul dengan anak lain
terutama terhadap teman yanng usianya sebaya. Ia dapat bermain
dengan anak lain berdua atau bertiga. Kemudia pada usia 5-6 tahun
ketika anak memasuki usia sekolah, anak juga mulai memilih teman
bermainnya”.5
Kepercayaan diri yang kuat sebenarnya muncul karena adanya
beberapa aspek dalam kehidupan individu tersebut dimana seorang
anak memiliki kompetensi. Lauster berpendapat orang yang memiliki
kepercayaan diri berlebihan, bukanlah sikap positif. Pada umumnya
akan menjadikan orang tersebut kadang kurang berhati-hati dan akan
berbuat seenaknya sendiri. Hal ini menyebabkan sebuah tingkah laku
yang menyebabkan konflik dengan orang lain.6
Percaya diri juga dilihat dari bagaimana seseorang dapat lebih
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, dapat berinteraksi
sosial dengan baik dengan lingkungan sekitarnya, dan bagaimana
seseorang memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri.
Menurut Lauster orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
pada umumnya mudah bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi
yang cukup baik, bersikap positif, dan tidak mudah terpengaruh oleh
orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan langkah-
langkah dalam menyelesaikan suatu masalah.7 Seseorang yang
percaya diri selalu mengimbangi antara cara bergaul, bertoleransi,
bersikap positif serta kemampuan pribadi. Sikap percaya diri ini
menjadi sangat penting dalam mengembangkan percaya diri, karena
tanpa mengetahui bagaimana cara bergaul, bertoleransi, bersikap
5 Abu Ahmadi Munawar S, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 102-
103. 6 Ibid, h. 35.
7 Ibid, h. 35
12
positif dan memiliki kemampuan pribadi seseorang tidak akan
mampu mengembangkan sikap percaya dirinya.
Menurut Maslow kepercayaan diri memiliki kemerdekaan
psikologis, yang berarti kebebasan mengarahkan pikiran dan
mencurahkan tenaga berdasarkan pada kemampuan dirinya, untuk
melakukan hal-hal yang produktif, menyukai pengalaman baru, suka
megahadapi tantangan, pekerjaan yang efektif, dan bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan.8 Terbentuknya percaya diri
selalu diawali dengan bagaimana seseorang menyimpulkan, melihat
potret diri, dan mengkonsepsikan diri secara keseluruhan, dengan
begitu akan muncul perasaan positif untuk menghargai diri sendiri
dan menganggap dirinya itu bernilai dan akan muncul keyakinan
dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk melaksanakan dan
menyelesaikan tugas dengan baik dan meyakini apa yang
dikerjakannya akan berhasil.
Seorang anak memiliki kepercayaan diri tentunya tidak akan
ragu untuk menunjukkan kemampuan atau bakatnya kepada orang
lain. Anak yang memiliki kepercayaan diri juga akan mudah menjalin
interaksi dan komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya,
hal ini dikarenakan anak mampu mengubah suatu kondisi yang
canggung menjadi menyenangkan. Anak juga mampu menilai dirinya
sendiri atas kemampuannya, anak mengetahui sampai dimana
kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dan selalu berpikir
positif dalam menerima serta menyelesaikan tugas dengan baik.
Percaya diri tidak hanya berani tampil di depan banyak orang
dan menunjukkan kemampuan tetapi percaya diri juga meliputi
kemampuan dalam menghadapi masalah. Seseorang yang percaya
diri akan dengan tenang menyelesaikan setiap permasalahan yang
datang kepada dirinya, hal itu dikarenakan orang tersebut percaya
8 Aprianti Yofita Rahayu, Op.Cit, h. 69.
13
bahwa dengan kemampuannya dia mampu untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan mengenai aspek-aspek
percaya diri menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
percaya diri merupakan keyakinan seorang anak akan kemampuan
yang dimilikinya yaitu dengan menunjukkan kondisi mental dan fisik
yang baik, mampu menyesuaikan diri, bereaksi positif,
berkomunikasi di berbagai situasi, dan kemampuan sosialisasi yang
baik.
c. Ciri-Ciri Percaya Diri Anak Usia Dini
Setiap individu memiliki percaya diri yang berbeda, ada yang
memiliki percaya diri yang tinggi ada pula yang memiliki percaya diri
yang rendah. Beberapa tahapan perkembangan menurut Erikson
memiliki ciri utama setiap tahapannya adalh di satu pihak bersifat
biologis dan di lain pihak bersifat sosial. Adapun tingkatan tahapan
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson
adalah sebagai berikut:
1. Trust Vs Mistrus (Kepercayaan vs kecurigaan)
Masa bayi ditandai dengan kecenderungan trus-mistrust.
Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang disekitarnya.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-Ragu
Masa kannak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya
kecenderuga autonomy-shame, doubt. Pada masa ini sampai
batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti
duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa bantuan. Akan tetapi dipihak lain dia telah mulai memiliki
rasa malu dan keraguan dalam berbuat.
14
3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa sekolah (Preschool age) ditandai adanya kecenderungan
initiative-guilt. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa
kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong
melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mmengalami kegagalan.
Kegagalan tersebut menyebabkan ia merasa bersalah.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Masa sekolah (school age) ditandai adanya kecenderungan
industry-inferiority,. Sebagai kelanjutan dari perkembangan
tahap sebelumnya, pada masa ini sangat aktif mempelajari apa
saja yang ada di lingkungannya.9
Lie mengemukakan ciri-ciri perilaku yang mencerminkan
percaya diri yaitu: paham dengan keadaan diri, tidak tergantung pada
orang lain, tidak ragu-ragu, selalu berpikir positif, bersemangat dalam
melakukan sesuatu, dan memiliki rasa keberanian untuk bertindak.10
a) Ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri menurut Lauster:11
1. Keyakinan akan kemampuan diri.
2. Bersifat optimis dan gembira.
3. Tidak perlu mencemaskan diri untuk memberikan kesan
yang menyenangkan.
4. Tidak membutuhkan dukungan orang lain secara berlebihan.
5. Tidak ragu pada diri sendiri.
b) Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Wahyudi:
1. Mampu melihat kekurangan dirinya, namun bukan untuk
merasa rendah diri tetapi untuk memperbaiki diri.
9 Galih Pamungkas.2012.Teori Perkembangan Menurut Erik Ericson dan Sigmund
Frued (anyblog-pemungkas.blogspot.com diakses 08 november 2019
Jess Feist., Gregory J. Feist. 2010. Teori kepribadian.Jakarta: Salemba humanika 10
Ibid, h. 68. 11
Risnawati, Rini, M. Nur Ghufron, Loc.Cit. h. 35.
15
2. Mampu melihat kelebihan diri namun bukan untuk
menyombongkan diri, tetapi dimanfaatkan untuk kebaikan.
3. Memiliki keyakinan bahwa seluruh kekuatan ada pada
Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Yunus
(10):65.
c) Menurut Mardatillah seseorang yang memiliki kepercayaan diri
tentunya memiliki ciri-ciri:12
1. Mengenal dengan baik kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya lalu mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
2. Membuat standar atas pencapaian tujuan hidupnya lalu
memberikan penghargaan jika berhasil dan berusaha lagi
apabila tidak tercapai.
3. Tidak menyalahkan orang lain atas kekalahan namun lebih
banyak mengintrospeksi diri.
4. Mampu mengatasi perasaan tertekan, kecewa dan ketidak
mampuannya.
5. Mampu mengatasi kecemasan dalam dirinya.
6. Tenang dalam menjalankan dan menghadapi segala
sesuatunya.
7. Berpikir positif.
8. Maju terus tanpa harus menoleh kebelakang.
d). Sedangkan Dariyo mengatakan bahwa percaya diri (self
confidence) ialah kemampuan individu untuk dapat memahami
dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam
menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan.13
Anak yang
mempunyai percaya diri biasanya memiliki ciri mempunyai
12
Asrullah Syam, & Amri, Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis
Kaderisasi IMM Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Di Program Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Parepare), h. 92. 13
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Cet I (Bandung:
PT Refika Aditama, 2006), h. 206.
16
inisitif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu
menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif
dan menganggap semua permasalahan pasti dapat diatasi dengan
baik.
Berikut ini adalah karakteristik percaya diri menurut McPheat,
yaitu:
”(1) Focus on their strength while managing their weakness, (2)
aren’t afraid to take risk, (3) enjoy challenging themselves and
setting high goals, (4) seek out self improvement opportunities, (5)
aren’t afraid to admid when they don’t know something, (7)
something make good team leaders or mentors, (8) can relate to
others, (9) are honest about their shortcomings”.14
Karakteristik pertama, fokus pada kekuatan ketika mereka
mengatur kelemahan. Maksud dari pernyatan tersebut adalah dengan
mengalihkan kelemahan yang ada pada diri dengan kekuatan yang
dimiliki, sehingga yang terlihat pada diri bukanlah kelemahan akan
tetapi kekuatan.
Karakteristik kedua adalah tidak takut mengambil resiko. Orang
yang percaya diri selalu yakin akan kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu hal dengan baik, tanpa memaksakan hal-hal yang tidak dapat
dilakukan, sehingga saat mengambil resiko orang tersebut akan
mengetahui apa yang akan diperolehnya tanpa takut akan kegagalan.
Orang yang percaya diri senantiasa memiliki percaya diri yang
positif, jadi ketika orang tersebut mengalami kegagalan dan resiko
yang telah diambil, orang tersebut akan mengambil nilai positif dari
kejadian tersebut.
Karakteristik ketiga adalah menikmati tantangan dan mengatur
tujuan yang besar. Orang percaya diri tidak akan khawatir dan takut
14
Sean McPheat, Personal Confidence & Motivation, (United Kingdom: MTD Training
& Ventus Publishing Aps, 2010), h. 10-11.
17
akan mengalami kegagalan, sebaliknya orang tersebut akan
menikmati proses yang berjalan sembari belajar dari proses yang
sedang berlangsung.
Karakteristik keempat adalah mencari peluang untuk
memperbaiki diri. Orang yang percaya diri bukanlah orang yang
sempurna, namun orang tersebut akan belajar untuk memperbaiki diri
menjadi pribadi yang lebih baik.
Karakteristik kelima adalah tidak takut untuk mengakui ketika
berbuat kesalahan. Orang yang percaya diri akan senantiasa berbuat
jujur pada diri sendiri dan orang lain. Sehingga jika orang tersebut
berbuat kesalahan, orang tersebut tidak akan segan untuk meminta
maaf dan mengakui kesalahan.
Karakteristik keenam adalah tidak takut untuk belajar atau
bahkan bertanya apabila tidak tahu akan suatu hal. Orang yang
percaya diri akan senang jika mendapat pengetahuan dan informasi
yang belum diketahuinya dan tidak akan segan untuk bertanya
apabila tidak mengetahui informasi atau pengetahuan akan suatu hal.
Karakteristik ketujuh adalah menjadi ketua kelompok yang baik.
Orang yang percaya diri akan berusaha menjadi pemimpin atau ketua
yang baik bagi anggotanya. Bahkan orang yang memiliki percaya diri
tidak akan segan apabila mendapat pendapat, kritik atau saran yang
membangun bagi dirinya.
Karakteristik kedelapan adalah dapat berhubungan baik dengan
orang lain. Orang yang percaya diri akan mampu menjalin
persahabatan dengan orang lain dan memulai pertemanan baru. Orang
tersebut tidak akan khawatir dan cemas apabila tidak diterima oleh
orang lain. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki sikap positif
terhadap orang lain.
Kerakteristik kesembilan adalah jujur akan kelemahan diri.
Orang yang memiliki percaya diri bukanlah pahlawan super yang
memiliki kekuatan tanpa memiliki kelemahan. Namun orang yang
18
percaya diri akan jujur pada diri sendiri akan kelemahan yang
dimiliki, sehingga tidak akan memaksakan diri ketika tidak sanggup
mengerjakan suatu hal diluar kemampuannya.
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh para ahli
peneliti menyimpulkan bahwa anak yang memiliki ciri-ciri percaya
diri adalah anak memiliki keyakinan terhadap diri sendiri, tidak
pernah ragu dengan keputusan yang diambil, tegas dalam bersikap,
mempunya rasa toleransi kepada orang lain, optimis, menerima
kekurangan, dan mampu membuat pertemanan dengan orang lain.
d. Faktor-Faktor Yang Membangun Percaya Diri Anak Usia Dini
Rasa percaya diri tidak akan muncul begitu saja pada seseorang.
Ada proses tertentu dalam pribadi seserang sehingga terjadilah
pembentukan rasa percaya diri. Percaya diri merupakan modal dasar
seorang anak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dimana hal
tersebut akan membantu anak dapat diterima di lingkungan hidupnya.
Percaya diri pada anak tidak akan lepas dari lingkungannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendra Surya yang
menyatakan bahwa terbentuknya percaya diri merupakan suatu proses
belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya
melalui interaksi dengan lingkungannya. Jadi pembentukan percaya
diri seseorang perlu campur tangan dari orang lain.15
Perkembangan menurut Erikson dikenal dengan teori
perkembangan psiko sosial. Teori perkembangan psiko sosial ini
adalah yang terbaik. Erikson memiliki kepercayaan bahwa
kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satunya
adalah perkembangan persamaan ego, perkembangan ego merupakan
perasaan yang berkembang dari interaksi sosial. Perkembangan ego
berubah berdasarkan pengalaman, interaksi sosial, dan informasi-
15
Surya Hendra, Percaya Diri itu Penting Peran Orangtua Dalam Membangun Percaya
Diri Anak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), h. 2
19
informasi baru yang didapatkan. Menurut Hurlock, perkembangan
sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat
memerlukan tiga proses. Diantaranya adalah berperilaku yang dapat
diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima,
dan perkembangan sifat sosial.16
Proses terbentuknya rasa percaya diri menurut Hakim adalah
sebagai berikut: 1). Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai
dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan
tertentu. 2). Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan
yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat
segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya. 3).
Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-
kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa sulit
menyesuaikan diri. 4). Pengalaman di dalam menjalani berbagai
aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada
pada dirinya.17
Percaya diri yang kuat dapat terbentuk dengan bagaimana
seseorang terutama anak sesuai proses perkembangannya dapat
memahami kelebihan dan kekurangan dirinya, kemudian anak
menggali kelebihannya lebih dalam dan yakin akan kemampuan yang
dimilikinya, mencari dan menambah pengalaman hidup dengan
menggunakan kelebihan yang ada pada diri sendiri.
Ghufron & Risnawati menyebutkan bahwa kepercayaan diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a). Pengalaman; pengalaman
dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri, sebaliknya
pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa percaya diri
seseorang. b). Pendidikan; tingkat pendidikan terhadap tingkat
16
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 1995).
h. 250. 17
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percya Diri, (Yogyakarta: Torren Book, 2002),
h. 6
20
percaya diri seseorang. tingkat pendidikan yang rendah akan
menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah
kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya orang
yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat
kepecayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan
rendah.18
Faktor dalam membangun percaya diri perlu mendapat
dukungan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, peran
keluarga merupakan faktor tepenting dalam membangun percaya diri
anak, lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama
yang sangat menentukan baik dan buruknya kepribadian anak.
Seperti yang dikemukakan oleh Lie ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan percaya diri anak: 1). Lingkungan
Keluarga; perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap
kemampuan anak akan berpengaruh positif terhadap percaya diri
anak, sedangkan ketidak percayaan orang tua terhadap kemampuan
anak akan berpengaruh negatif pada rasa pecaya diri anak.
2). Lingkungan sekolah; program sekolah yang telah dibuat dan telah
digunakan untuk pembelajaran adalah sebuah program yang dapat
memotivasi anak untuk menyukai belajar dan merasa tertarik dalam
melaksanakan tugas-tugas sekolah, dikarenakan sekolah tersebut
menggunakan metode pembelajaran yang menarik sehingga anak
terlibat aktif dalam pembelajaran, hal tersebut dapat mendorong anak
untuk mengembangkan kemampuan percaya dirinya dengan baik.
Kedua faktor diatas mempunyai peranan penting dalam
mengasah percaya diri anak. Oleh karena itu, baik orang tua maupun
pihak sekolah harus bekerjasama dalam proses perkembangan anak-
anaknya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh para
ahli peneliti menyimpulkan bahwa anak yang percaya diri memiliki
18
Risnawati, Rini, M, Nur Ghufron, Op. Cit. h. 37
21
keyakinan akan kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya untuk
dapat melakukan segala sesuatu secara maksimal. Dengan aspek-
aspek: (1). Menunjukkan kondisi mental dan fisik yang baik, (2).
Mampu menyesuaikan diri, (3). bereaksi positif, (4) berkomunikasi di
berbagai situasi, (5). Dan kemampuan sosialisasi yang baik. Dengan
ciri-ciri yang diambil dari beberapa ahli: (a). Memperlihatkan rasa
senang, (b). Menghargai diri sendiri, (c). Menyadari kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, (d). Menerima dan memberi kritik dan saran,
(e). Berani menghadapi keadaan, (f). Kepekaan menguasai emosi dan
perasaan, (g). Tekun dan aktif, (h). Optimis dalam mengerjakan dan
menyelesaikan tugas, (i). Berpikir positif dalam bertindak, (j). Tegas
dalam berbicara, (k). Berani menyatakan sesuatu dengan secara
langsung dan terus terang, (l). Mudah mendapatkan teman baru, (m).
Bersikap baik dilingkungan sosial, (n). Bersedia memberi dan
menerima bantuan.
2. Interaksi Teman Sebaya
a. Pengertian Interaksi Teman Sebaya
Para ahli psikolog sosial seperti Forsyth menyebutkan bahwa
interaksi adalah kegiatan yang saling mempengaruhi diantara anggota
kelompok.19
Sedangkan Desmita menyebutkan bahwa kecenderungan
interaksi teman sebaya akan muncul jika tinggal dilingkungan yang
sama, sekolah yang sama, dan berpartisipasi dalam kelompok yang
sama.20
Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial adalah kunci dari
semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi, tidak akan
mungkin akan ada kehidupan bersama.21
Pernyataan tersebut dapat
19
Sofyan, S Willis, Psikologi Pendidikan, cet, I (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 130. 20
Setiawati Eka and Suparno, „Interaksi Sosial Dengan Teman Sebaya Pada Anak
Homeschooling Dan Anak Sekolah Reguler‟, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol 12., 2010. h.
57. 21
Soerjono Soekanto, sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002).
h. 60-61.
22
diartikan sebagai hubungan antara dua orang atau lebih, perorang
atau kelompok yang saling bertukar informasi atau saling
mengirimkan dan menerima pesan merupakan hal yang penting
dalam kehidupan.
Pendapat lain tentang interaksi dijelaskan oleh Waluyo dkk,
bahwa interaksi adalah hubungan antara dua individu atau lebih untuk
mencapai tujuan.22
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa di dalam
interaksi yang terjadi ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang
ingin dicapai baik oleh satu pihak ataupun kedua belah pihak.
Interaksi yang terjadi pada anak semula hanya berkisar pada
interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak. Seiring bertambah
usia anak bertambah pula interaksi anak. Selain orang tua, anak akan
berinteraksi dengan teman sebaya. Menurut Santrock, dukungan
teman sebaya merupakan sumber penting atas dukungan sosial yang
berpengaruh terhadap rasa percaya diri seseorang yang usia dan
kematangannya sama dari pengaruh dukungan sosial dan persetujuan
sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain. Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa dukungan teman sebaya adalah teman dengan
rentang usia yang relatif sama serta sifat-sifat dan sikap yag relatif
sama sehingga berpengaruh terhadap percaya diri seseorang.
Teman sebaya atau kelompok sebaya adalah lingkungan sosial
selain keluarga dimana dari lingkungan seseorang dapat belajar dan
menambah kemampuan yang akan mengarahkannya menuju perilaku
yang lebih baik melalui koreksi dan masukan yang akan membawa
dampak positif terhadap dirinya. Menurut Usman kelompok teman
sebaya adalah sekelompok teman yang memiliki ikatan emosional
yang kuat dan anak dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran dan
22
Waluyo, et, al., Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 43.
23
pengalaman dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam
kehidupan sosial dan pribadinya.23
Menurut Setiawati & Suparno Interaksi dengan teman sebaya
adalah proses timbal balik antar individu dengan kelompok sosialnya
yang seusia, yang di dalamnya mencakup adanya keterbukaan dalam
kelompok, kerjasama dalam kelompok dan frekuensi hubungan
individu dengan kelompok, yang mana interaksi dengan teman
sebaya tersebut dapat mengajarkan kepada anak tentang cara bergaul
di lingkungan baik dalam keluarga, sekolah dan maupun
masyarakat.24
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini
terjadi dalam grup atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut
“usia kelompok”. Pada masa ini anak tidak lagi puas bermain
sendirian dirumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota
keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas
bila tidak bersama teman-temannya. Elfiky menjelaskan jika terjadi
sikap saling menghormati diantara dua anak maka akan melahirkan
sikap saling menyayangi dan menyepakati. Perasaan itu menjadikan
satu pihak sama-sama memiliki perasaan positif kepada pihak lain.
Dari situ lahirlah interaksi dan kerja sama yang lebih baik dalam hal
pengalaman, pemikiran dan pengetahuan.25
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa interaksi teman sebaya merupakan sebuah kelompok yang
dibentuk oleh beberapa anggota yang terdiri dari anak-anak yang
memiliki usia yang kurang lebih sama serta terdapat tindakan yang
saling mempengaruhi antara anak yang memiliki tingkat usia dan
23
Irvan Usman, Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan
Perilaku Bullying, Jurnal Humanitas, Vol 5, 2013, h. 58. 24
Setiawati Eka and Suparno, Op. Cit, h. 57. 25
Ibrahim Elfiky, Terapi Kebiasaan Positif, (PT Bentara Aksara Cahaya: Jombang,
2019), h. 171.
24
kematangan kurang lebih sama, saling berbagi informasi, membuat
aturan bersama agar menjadi pribadi yang baik.
b. Aspek-Aspek Interaksi Teman Sebaya
Interaksi sosial merupakan dasar hubungan sosial, dalam
melakukan interaksi sosial harus ada hubungan, karena tanpa adanya
hubungan antara individu satu dengan individu lain maka interaksi
sosial tidak akan terjadi. Partowisastro merumuskan aspek-aspek
interaksi teman sebaya sebagai berikut:
a) Keterbukaan individu dalam kelompok, dimana individu mampu
menjalin hubungan akrab, mendapatkan dukungan, penerimaan
individu, serta dapat terbuka terhadap kelompoknya.
b) Kerjasama individu dalam kelompok, individu akan terlibat
dalam berbagai kegiatan kelompok dan saling berbagi pikiran
serta ide untuk kemajuan kelompoknya, serta saling berbicara
dalam hubungan yang erat.
c) Frekuensi hubungan individu dalam kelompok, yaitu intensitas
individu dalam bertemu anggota kelompoknya, dan saling
berbicara dalam hubungan yang dekat.
Uraian aspek interaksi teman sebaya terdapat individu yang
melakukan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi
adanya frekuensi dan kerjasama serta mencapai tujuan.
c. Pola Interaksi Teman Sebaya
Interaksi yang semula terjadi kepada anak dengan orang dewasa,
seperti orang tua mulai tergantikan oleh interaksi teman sebaya.
”Strategies imployedduring peer interaction to promote mutual
comprehensionhighlight the differences between peer and native
25
speaker learner interaction”.26
Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa semakin bertambah usia anak maka interaksi dengan teman
sebaya akan bertambah lebih banyak dan mengambil tempat
pengaruh orang dewasa. Hal ini dinyatakan bahwa pengaruh yang
selama ini diterima oleh anak didominasi pengaruh orang dewasa,
seiring bertambah usia anak akan mulai tergantikan dengan pengaruh
teman sebaya.
pendapat diatas diperkuat oleh pendapat Hurlock yang
menyatakan bahwa umur 6-12 tahun anak disebut juga sebagai usia
kelompok (gang age), dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan
hubungan intim dalam keluarga ke kerja sama antar teman dan sikap-
sikap terhadap keluarga atau belajar.27
Pernyataan tersebut berarti
bahwa anak mulai mengalihkan perhatian yang semula ke dalam
keluarga ke antar teman sebaya. Perhatian anak juga mulai teralihkan
oleh kerja sama yang terjadi dengan teman sebaya serta hubungannya
dengan sekolah.
Desmita menyatakan pendapat yang sama mengenai interaksi
teman sebaya, bahwa, “the social relation of Children and adolescent
are centered on their friends as well as their families”.28
Pernyataan
tersebut menyatakan bahwa hubungan sosial anak-anak dan remaja
berpusat pada teman sebaya sebaik hubungan mereka dengan
keluarga. Hal ini menandakan bahwa anak-anak dengan teman sebaya
tak kalah penting dengan hubungan anak dengan keluarga.
Anak yang memiliki teman sebaya mulai membentuk kelompok,
serta mulai menerapkan aturan-aturan dalam kelompok. Menurut
Gunarsa anak yang membentuk kelompok teman sebaya akan
cenderung lebih senang memilih aturan-aturan yang diterapkan
26
Jenefer Philp. Et, al., Peer Interaction and Second Language Learning (New York:
Routledge, 2017), h. 51. 27
Singgih D. Gunarsa and Yulia Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), h. 13. 28
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, h. 224.
26
dikelompoknya daripada apa-apa yang diatur oleh orangtuanya
(misalnya dalam cara berpakaian, berdandan, berbicara, bertingkah
laku dan sebagainya ).29
Pernyataan tersebut berarti bahwa anak
mulai membuat peraturan dengan menetapkan peraturan yang sesuai
dengan kelompoknya. Dalam kelompok teman sebaya akan ada
model percontohan yang akan ditiru oleh anggota kelompoknya.
Model tersebut akan dicontoh oleh anggota kelompok mulai dari
gaya berpakaian, berbicara dan bertingkah laku.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pola interaksi teman sebaya bermula dari interaksi orang dewasa.
Kemudian pengaruh dari orang dewasa tersebut akan mulai
tergantikan oleh pengaruh teman sebaya. Dalam interaksinya dengan
teman sebaya, anak akan mulai membentuk kelompok teman sebaya
yang sesuai dengan minat anak terhadap anak lain. Kelompok teman
sebaya yang terbentuk akan mulai menjadikan satu anak sebagai
contoh model bagi anak agar diterima dalam kelompok. Contoh
model tersebut akan menjadi acuan bagi anak yang lain dalam
berbusana, berbicara dan bersikap.
d. Fungsi Interaksi Teman Sebaya
Teman sebaya bagi anak bukan hanya sekedar teman yang
menemani saat anak bermain. Interaksi teman sebaya juga sebagai
tempat anak berbagi dan mendapat informasi yang bermanfaat
lainnya.
Hartub, dkk, menulis: “The social relations of children and
adolescnts are centered on their friends as well as their families”.30
pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan sosial anak
dengan orang dewasa dipusatkan pada pertemanan mereka sama
seperti keluarga mereka. Sebab bagaimana pun bagi anak usia
29
Singgih D. Gunarsa and Yulia Singgih Gunarsa, Op. Cit., h. 15 30
Desmita, Op.Cit, h. 224.
27
sekolah teman sebaya mempunyai fungsi yang hampir sama dengan
orangtua. Teman bisa memberikan ketenangan ketika mengalami
kekhawatiran. Tidak jarang terjadi seorang anak yang tadinya
penakut berubah menjadi pemberani berkat teman sebaya.
Rubin dan Krasnor mencatat adanya perubahan sifat dari
kelompok teman sebaya pada anak usia sekolah. Ketika anak berusia
6 sampai 7 tahun, kelompok teman sebaya tidak lebih daripada
kelompok bermain, mereka memiliki sedikit peraturan dan tidak
terstruktur untuk menjelaskan peran dan kemudahan berinteraksi
diantara angota-anggotanya.31
Fungsi lain dari interaksi teman sebaya menurut Santrock
adalah: (1) untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia
diluar keluarga, (2) memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam
aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung, (3) anak-anak
belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara, (4)
anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan
cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya, (5)
menciptakan persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya
yang dipilih.32
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa fungsi interaksi teman
sebaya menghasilkan fungsi yang beragam pada anak. Pertama,
interaksi teman sebaya dapat memberikan informasi mengenai dunia
luar di luar keluarga. Kedua belah pihak mendapatkan informasi yang
mereka butuhkan. Informasi yang didapat bukan hanya informasi
mengenai kehidupan keluarga tetapi juga informasi mengenai
pengalaman masing-masing pihak diluar keluarga.
Kedua, informasi teman sebaya memudahkan proses penyatuan
anak kedalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung.
Berinteraksi dengan teman sebaya membuat anak menjadi lebih
31
Ibid. 225 32
John W. Santrock, Adolesence; Perkembangan anak & Remaja, (Jakarta: Erlangga,
2003). H. 219-220
28
paham aktivitas apa yang sedang dilakukan teman sebaya. Aktivitas
yang dilakukan teman sebaya menarik minat anak dan
mengembangkan kemampuan anak akan aktivitas yang dilakukan
bersama dengan teman sebaya.
Ketiga, interaksi teman sebaya memberi manfaat untuk anak
dengan belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara.
Interaksi teman sebaya menghasilkan informasi yang didapatkan dari
pihak lain, pihak lain mendapatkan informasi pula dari anak,
sehingga menghasilkan hubungan yang timbal balik. Interaksi yang
berlangsung setara, hal ini dikarenakan usia anak yang berinteraksi
relatif sama.
Keempat, interaksi teman sebaya menggali prinsip-prinsip
kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan akan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kejujuran dan keadilan. Hal ini
dikarenakan usia mereka yang relatif sama membuat anak merasa
nyaman dengan teman sebaya. Anak tidak perlu sungkan dengan
teman sebaya.
Kelima, interaksi teman sebaya menciptakan persahabatan yang
lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih. Interaksi teman sebaya
membuat anak lebih dekat dengan teman sebaya. Kedekatan itulah
yang membuat anak mampu menjalin persahabatan dengan teman
sebaya.
Interaksi dengan teman sebaya memberikan manfaat lain selain
mendapatkan informasi. Interaksi dengan teman sebaya membuat
anak membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Menurut
Gunarsa dengan berinteraksi dengan teman sebaya anak belajar
bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana ia
mengemukakan identitas diri dan peran jenis kelaminnya, bagaimana
ia melatih otonomi, sikap mandiri dan inisiatif, bagaimana mengatasi
29
kecemasan anak dalam konflik secara cepat.33
Anak yang berinteraksi
dengan teman sebaya mampu membuat anak menjadi pribadi yang
komunikatif. Hal ini dikarenakan seringnya anak berinteraksi dengan
orang lain anak mulai memahami informasi yang diterima serta lebih
memahami situasi pada saat interaksi terjadi. Serta mengetahui cara
menempatkan diri ketika berbicara kepada orang yang lebih tua, lebih
muda atau teman sebaya.
Interaksi teman sebaya juga membuat anak lebih paham akan
identitas diri serta jenis kelamin anak. Melalui interaksi teman sebaya
anak akan paham siapa dirinya dan dengan siapa anak berinteraksi.
Interaksi juga semakin membuat anak paham akan jenis kelaminnya
sendiri, bahwa dirinya akan lebih sering bermain dengan teman dari
jenis kelaminnya sendiri serta paham jenis permainan yang akan anak
mainkan dengan teman sebaya sesuai dengan jenis kelaminnya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa fungsi interaksi teman sebaya adalah selain mendapatkan
informasi, anak juga belajar berinteraksi dengan orang lain, baik itu
lebih muda, lebih tua atau bahkan teman sebaya.
e. Karakteristik Interaksi Teman Sebaya Anak Usia 5-6 tahun
Karakteristik interaksi teman sebaya anak usia 5-6 tahun
ditandai dengan terbentuknya kelompok bermain anak yang memiliki
usia yang relatif sama. Lebih jauh Hartup Shareif menjelaskan dalam
Shaffer bahwa karakteristik interaksi teman sebaya pada kelompok
teman sebaya, yaitu :
“(1) Interact on a regular basis (2) Previde a sense of belonging
(3) formulate norms that specify how members are supposed to dress,
think, and (4) develop a hierarchical organization (such as leader
33
Singgih D. Gunarsa and Yulia Singgih Gunarsa, Op. Cit., h. 15.
30
and other roles) that helps group members to work together towards
shared goals”.34
Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa interaksi termasuk
kedalam dasar yang tetap, menyediakan rasa kebersamaan,
merumuskan aturan yang spesifik tentang bagaimana anggota
seharusnya berpakaian, berpikir dan bersikap, mengembangkan
tingkatan organisasi (seperti pemimpin dan peran lainnya) yang
membantu anggota kelompok bekerja bersama untuk mencapai
tujuan.
Hal ini menyatakan bahwa interaksi merupakan hal yang
mendasar yang dilakukan para anggota di dalam kelompok. Harus
terjalin komunikasi dalam kelompok. Dalam berinteraksi para aggota
akan saling membagi pengalaman serta berbagi pendapat dalam
kelompok. Interaksi dengan para anggota juga dibutuhkan ketika
kelompok ini harus memutuskan suatu hal yang penting seperti
membuat peraturan dalam kelompok.
Kelompok yang dibuat oleh anak dengan teman sebaya
menunjukkan bahwa anak membutuhkan kebersamaan dengan orang
lain terutama yang memiliki usia dan kematangan yang relatif sama.
Adanya kelompok teman sebaya anak akan belajar kebersamaan
dengan anggota lain dalam mencapai tujuan serta menghargai
persahabatan dan kebersamaan.
Kelompok teman juga secara tidak langsung akan membentuk
anak menjadi apa yang diinginkan dalam kelompok. Anak juga akan
merubah penampilan diri guna untuk bertahan didalam kelompok.
Secara tidak langsung cara berpikir anak sama dengan pikiran aggota
kelompok yang lain. Cara bersikap akan seragam dengan anggota
kelompok yang lain. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dan
34
David R. Shaffer and Katherine Kipp, Developmental Psychology: Childhood &
Adolescence 9th
Edition, (USA: Cengage Leaming, 2014), h.572
31
tujuan yang telah dilalui bersama membuat gaya berpakaian, berpikir
serta berperilaku anak dengan anggota kelompok lain sama.
Anak usia 5-6 tahun mulai merubah cara permainannya jika
sebelumnya anak masih menikmati kegiatannya secara individu maka
pada masa ini anak lebih menyukai kegiatan yang melibatkan
kelompok, kegiatan yang membutuhkan kerja sama dengan teman
sebaya. Anak juga menyukai diskusi dengan temannya mengenai
apapun dan juga senang untuk berkompetisi untuk memperlihatkan
siapa yang terbaik, anak juga senang untuk mengikuti gaya yang
dianggapnya bagus.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya merupakan sebuah
kelompok yang dibentuk oleh beberapa anggota yang terdiri dari
anak-anak yang memiliki usia yang kurang lebih sama serta terdapat
tindakan yang saling mempengaruhi antara anak yang memiliki
tingkat usia dan kematangan kurang lebih sama, saling berbagi
informasi, membuat aturan bersama agar menjadi pribadi yang baik
di dalamnya terdapat keterbukaan individu dalam kelompok,
kerjasama individu dalam kelompok, frekuensi hubungan individu
dalam kelompok. Dengan indikator: (a). Penerimaan kehadiran dalam
kelompok, (b). Keterlibatan individu dalam kegiatan kelompok, (c).
Mampu memberikan ide bagi kemajuan kelompok, (d). Intensitas
individu dalam bertemu anggota kelompoknya, (e). Saling berbicara
dalam huunga yang dekat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Adhita Restu Hanum Prawistri yang
berjudul upaya meningkatkan rasa percaya diri anak kelompok B melalui
kegiatan bermain aktif di TK Pembina kecamatan Bantul tahun 2013.
Model penelitian ini menggunakan pendekatan PTK dengan model
Kemmis dan Mc. Taggart. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
32
tindakan kelas secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Subjek
pada penelitian ini adalah anak kelompok B TK Pembina kecamatan
Bantul berjumlah 24 anak, yaitu 14 anak perempuan, 10 anak laki-laki,
dengan rentan usia 5-6 tahun. Objek penelitian adalah rasa pecaya diri.
Dalam penelitan ini peneliti menggunakan metode observsi dan
dokumentasi dalam pengumpulan data. Teknik analisis data dilakukan
secara deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Persamaan penelitian ini
adalah variabel penelitian (percaya diri), subjek penelitian (kelompok B).
Sedangkan perbedaan penelitian ini dalam lokasi penelitian, jenis
penelitian tindakan kelas, variabel penelitian (kegiatan bermain aktif).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bermain aktif yang
dilakukan dalam dua siklus dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
Peningkatan rasa percaya diri dapat dilihat dari data observasi yang
diperoleh setiap siklus mengalami peningkatan. Sebelum tindakan
ketuntasan rasa percaya diri anak pada kriteria belum berkembang 2 anak
(8,33%), mulai berkembang 14 anak (58,3%), berkembang sesuai harapan
7 anak (29,17%), dan kriteria berkembang sangat baik hanya terdapat 1
anak (4,17%).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nyi Ayu Revi Soraya yng berjudul
pengaruh interaksi sosial terhadap percaya diri siswa kelas VII SMP
Negeri 21 Bandar Lampung tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian
ini menggunakan kuantitatif, populasi berjumlah 320 siswa dengan
sampel penelitian 20% atau sebanyak 64 siswa, yang ditentukan dengan
teknik simple random sampling. Persamaan penelitian ini adalah variabel
penelitian (percaya diri) metode penelitian korelasional. Sedangkan
perbedaan penelitian ini adalah lokasi penelitian (Bandar Lampung),
variabel penelitian (interaksi sosial), subjek penelitian (siswa SMP kelas
VII). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh interaksi
sosial terhadap kepercayaan diri siswa kelas VII SMP Negeri 21 Bandar
Lampung tahun ajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan hasil perhitungan
korelasi interaksi sosial dengan kepercayaan diri menggunakan regresi
33
linear sederhana yaitu nilai koefisien korelasi 0,617 sedangkan nilai
koefisien determinasi yang diperoleh dalam perhitungan tersebut adalah
0,371 atau 37,1% yang adapat ditafsirkan bahwa interaksi sosial memiliki
kontribusi sebesar 37,1% terhadap variabel kepercayaan diri dan nilai
signifikan adalah p=0,002 ; p < 0,05. Jadi dapat disimpulkan penelittian
ini terdapat pengaruh interaksi sosial terhadap kepercayaan diri siswa
kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahhun ajaran 2015/2016.
3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Xsanitus Megantoro yang
berjudul hubungan interaksi teman sebaya dengan penyesuaian diri di
sekolah pada siswa baru di SMK Kristen Salatiga tahun ajaran 2015/2016.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
korelasional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK
Kristen Salatiga. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 95 siswa,
pengambilan dengan menggunakan teknik ninprobability sampling.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakn meode angket berupa
skala likert untuk interaksi teman dan penyesuaian. Persamaan penelitian
ini adalah variabel penelitian (interaksi teman sebaya), metode penelitian
(kuantitatif korelasional). Sedangkan perbedaan penlitian ini adalah lokasi
penelitia, variabel penelitian (penyesuaian diri) subjek penelitian (siswa
SMK kelas X). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa r = 0,384, p = 0,000
(p < 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian diri pada
siswa.
C. Kerangka Berpikir
Interaksi merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia, karena dengan berinteraksi manusia akan belajar megembangkan
kemampuan mereka di lingkungan sosial dan membantu manusia untuk
beradaptasi dengan lingkungan sosial yang baru. Interaksi juga penting bagi
anak, anak akan belajar bagaimana berperilaku dengan baik terhadap orang
lain terutama dengan teman sebayanya. Melalui interaksi dengan teman
34
sebaya anak akan mampu mengembangkan segala aspek perkembangan
seperti mengembangkan kemandirian, dan juga dapat membangun percaya
diri anak.
Interaksi teman sebaya merupakan kelompok yang dibentuk dengan
beberapa anggota yang terdiri dari anak-anak yang memiliki usia kurang lebih
sama serta mendapat tindakan yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Pada masa ini anak akan belajar mengembangkan kerja sama diantara teman
dan belajar bagaimana berbagi dengan teman. Pada masa ini akan sering
bermain dengan teman sebayanya dan juga bermain dengan permainan yang
biasa dimainkan bersama.
Banyak manfaat yang akan didapat anak melalui interaksi teman sebaya
diantaranya adalah anak mampu memahami perilaku dirinya sendiri, seperti
anak sebelumnya berperilaku tidak mau mengalah dan bekerjasama dengan
orang lain namun pada saat anak bermain dengan teman sebayanya maka
anak akan belajar bagaimana menghilangkan rasa egoisnya, anak juga akan
mendapatkan beberapa keahlian baru yang belum pernah didapatkan anak
sebelumnya, seperti pada saat anak diajarkan permainan baru oleh teman
sebayanya, dari situ anak akan mendapatkan keahlian baru bermain suatu
permainan atau adanya suatu transfer informasi karena seringnya komunikasi
yang terjadi antara anak dengan teman sebayanya. Melalui interaksi dengan
teman sebaya anak belajar untuk mandiri dan mampu menyelesaikan
masalahnya dengan caranya sendiri dan hal tersebut juga membantu anak
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya bahwa anak yakin akan
kemampuannya sendiri.
Anak yang percaya diri biasanya mempunyai sifat yakin akan
kemampuannya, mampu menyelesaikan tugas karena anak yakin bahwa tugas
yang diberikan kepadanya dapat diselesaikan dengan baik, anak selalu mudah
untuk bergaul dengan orang lain dan cenderung mudah diterima di
lingkungan teman sebayanya dan mudah untuk mendapatkan teman baru.
Anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tidak hanya berguna
bagi diri sendiri, melainkan mampu membawa perubahan bagi
35
lingkungannya. Anak yang percaya diri dapat dijadikan contoh atau acuan
bagi anak yang lain agar bisa memiliki rasa percaya yang sama atau bahkan
lebih. Bahkan anak yang percaya diri mampu membuat orang-orang yang
disekitarnya menjadi percaya diri.
Anak berusia 5-6 tahun merupakan usia yang masih labil dalam
menerima semua pendapat atau kritikan dari luar. Masukan yang berasal dari
teman sebaya akan langsung diterima oleh anak, menjadi pikiran dan perilaku
anak. Teman sebaya berperan cukup penting dalam membentuk rasa percaya
diri anak. Anak cenderung akan menjadikan teman sebaya sebagai acuan
dalan berbusana, bertutur kata dan bertingkah laku.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah;
H0 : Tidak terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan percaya
diri anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir.
H1 : Terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan percaya diri
anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir. Adapun
alasan peneliti menggunakan wilayah ini karena di kelurahan Pondok
Cabe Ilir terdapat banyak sekolah yang memiliki siswa dengan percaya
diri rendah, hal ini dilihat dari anak yang malu ketika disuruh maju
kedepan, tidak suka bergabung dalam kelompok, lebih suka menyendiri
dalam bermain.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari bulan Maret-April 2019, diawali dengan
identifikasi masalah, seminar Proposal, pengumpulan data, dilanjutkan
dengan penulisan laporan penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Maret April Mei-Agust Sep-Okt
1
Identifikasi
Masalah
2 Seminar Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Hasil Laporan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 digunakan metode
lapangan (Penggunaan metode yang dimaksud adalah untuk menemukan data
yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan, sehingga dapat
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2009). h. 2.
37
mengungkapkan masalah yang diteliti. Dalam pengumpulan data penelitian
ini digunakan metode lapangan (field research) dengan pendekatan kuantitatif
korelasional, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih
agar dapat menemukan tingkat hubungan antara variabel-variabel tersebut.
Variabel tersebut adalah interaksi teman sebaya sebagai variabel X
(independent variabel) dan percaya diri sebagai variabel Y (dependent
variabel). Data yang diperoleh akan dianalisa dengan mnggunakan teknik
statistik, kemudian dilakukan interpretasi data.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia
5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir yang berjumlah 13 sekolah,
dimana sekolah memiliki masing-masing akreditasi dengan akreditasi
yang beragam.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu.3
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu multistage random
sampling. Teknik yang digunakan ini dilakukan secara bertingkat,
pertama-tama wilayah yang luas dibagi menjadi daerah yang kecil.
Setelah diidentifikasi tiap-tiap sekolah terdapat 1 sekolah yang
terakreditasi A, 3 sekolah yang terakreditasi B, dan 9 sekolah yang belum
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016). h. 80. 3 Ibid. h. 81.
38
terakreditasi. Akreditasi sekolah ini dijadikan sebagai cluster. Setiap
cluster dibagi kuota sesuai dengan jumlah perbandingan akreditasinya.
Cluster A (akreditasi A & B) diambil kuota 1 sekolah, cluster B (tidak
terakreditasi) diambil kuota sebanyak 2 sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Supaya memperoleh data yang akurat, sehingga memenuhi persyaratan
hasil penelitian, maka pada pelaksanaan penelitian ini penulis melakukan
langkah dengan memberikan angket yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang
tertulis untuk memperoleh informasi dari responden siswa TK di kelurahan
Pondok Cabe Ilir dengan beberapa pilihan.
1) Variabel percaya Diri (Y)
a. Definisi Konseptual
Percaya diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang
dimilikinya untuk dapat melakukan segala sesuatu secara maksimal.
b. Definisi Operasional
Percaya diri adalah skor total yang menunjukkan keyakinan
seseorang akan kemampuan yang dimilikinya yaitu menunjukkan
kondisi mental dan fisik yang baik, mampu menyesuaikan diri,
bereaksi positif, berkomunikasi di berbagai situasi, dan kemampuan
sosialisasi yang baik. Dengan indikator : (a). Memperlihatkan rasa
senang, (b). Menghargai diri sendiri, (c). Menerima dan memberi
kritik dan saran, (d). Berani menghadapi keadaan, (e). Kepekaan
mengusai emosi dan perasaan, (f). Tekun dan aktif, (g). Optimis
dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas, (h). Tegas dalam
berbicara, (i). Berani menyatakan sesuatu dengan secara langsung
dan terus terang, (j). Mudah mendapatkan teman baru, (k). Bersikap
baik dilingkungan sosial.
Cara mengisi kuesioner dengan model skala Likert dalam
instrumen penelitian telah disediakan alternatif jawaban dari butir
pertanyaan dan responden dapat memilih satu dari 4 jawaban sesuai.
39
Pernyataan berupa pernyataan positif, bila jawabannya selalu =4,
sering =3, kadang-kadang =2, tidak pernah =1. Pernyataan negatif, bila
jawabannya selalu =1, sering =2, kadang-kadang =3, tidak pernah =4.
Adapun kisi-kisi instrumen percaya diri dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri Sebelum Uji Validitas
Dimensi Indikator Butir
Jumlah (+) (-)
Kondisi mental
dan fisik yang
baik
a. Memperlihatkan rasa
senang. 1,2,3
7 b. Menyadari kelebihan
dan kekurangan diri. 4 5
c. Menerima dan memberi
kritik dan saran. 6, 7
Mampu
menyesuaikan
diri
a. Berani menghadapi
keadaan. 8 9
7 b. Kepekaan menguasai
emosi atau perasaan. 10 11
c. Tekun dan aktif. 12,14 13
Bereaksi
positif
a. Optimis dalam
mengerjakan dan
menyelesaikan tugas.
15 16 2
Berkomunikasi
di berbagai
situasi
a. Tegas dalam berbicara. 17,18
5 b. Berani menyatakan
sesuatu secara langsung
dan terus terang.
19 20,21
Kemampuan
sosialisasi
a. Mudah mendapatkan
teman baru. 22 23 5
40
b. Bersikap baik di
lingkungan sosial. 24 25,26
Jumlah 16 10 26
c. Uji Validitas
Menurut Sugiyono penelitian yang valid itu apabila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut
telah sesuai mengukur apa yang hendak diukur.4 Teknik yang digunakan
untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson. Yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor
tiap butir dengan jumlah skor total. Butir-butir instrumen yang valid akan
digunakan dalam penelitian, sedangkan butir instrumen yang tidak valid
akan dibuang dan tidak dipakai.
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria
koefisien korelasi penerimaan butir dengan koefisien korelasi perhitungan.
Butir instrumen akan dinyatakan valid apabila r.hitung merujuk pada tabel
nilai-nilai r Product moment dengan taraf kesalahan 5% dan n=30. Dengan
Rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Keterangan :
rxy : Koefisien validitas
N : Banyaknya subjek
X : Nilai pembanding
Y : Nilai dari instrumen yang akan dicari validitasnya
4 Ibid. hal.121
41
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri Anak Setelah Uji Validitas
Dimensi Indikator
Butir Soal
Valid Tidak
Valid
Kondisi
mental dan
fisik yang
baik
a. Memperlihatkan rasa
senang. 1,2,3
b. Menyadari kelebihan
dan kekurangan diri. 4,5
c. Menerima dan
memberi kritik dan
saran.
6,7
Mampu
menyesuaika
n diri
a. Berani menghadapi
keadaan. 8,9
b. Kepekaan menguasai
emosi atau perasaan. 10,11
c. Tekun dan aktif. 12,14 13
Bereaksi
positif
a. Optimis dalam
mengerjakan dan
menyelesaikan tugas.
15,16
Berkomunika
si di berbagai
situasi
b. Tegas dalam berbicara. 17,18
c. Berani menyatakan
sesuatu secara
langsung dan terus
terang.
19,21 20
Kemampuan
sosialisasi
a. Mudah
mendapatkan
teman baru.
22,23
42
b. Bersikap baik di
lingkungan sosial.
24,25,2
6
Jumlah 24 2
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 26 item skala yang diuji
cobakan terdapat 2 item skala yang tidak memenuhi syarat rhtung > rtabel yaitu
pada nomor 13 dan 20.
d. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur
sama. Instrumen yang memiliki hasil yang tinggi menunjukkan bahwa
instrumen tersebut baik dan mampu data yang dapat dipercaya. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien alpha cronbach
dengan perhitungannya mengggunakan program komputer statistical
packegs for social science (SPSS) for windows version 22. Dengan rumus
sebagai berikut:
Dimana :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
∑b2 =
jumlah varians butir
t = varian total
pengujian realibilitas dilakukan dengan menggunakan Alpha
Cronbach. Jika koefisien Alpha Cronbach > 0,60 menunjukkan
kehandalan (reliabilitas) instrumen (jika dilakukan penelitian ulang
dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menunjukkan hasil yang
sama). Selain itu, Alpha Cronbach yang semakin mendekati 1
menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal realibilitasnya. Maka
43
dapat disimpulkan, jika hasil koefisien realibilitasnya (r11) > 0,6 maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Percaya Diri Anak
Cronbach's
Alpha N of Items
,949 24
Data tabel diatas menunjukkan nilai cronbachh’s alpha > 0,60. Pada
Variabel pola asuh percaya diri anak menghasilkan nilai cronbachh’s alpha
sebesar 0,943 yang berarti bahwa instrumen yang dipakai dalam penelitian ini
adalah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang
bersangkutan, dengan instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel
inilah penulis mengukur masing-masig variabel.
2) Variabel Interaksi Teman Sebaya (X)
a. Definisi Konseptual
Interaksi teman sebaya adalah sebuah kelompok yang dibentuk
oleh beberapa anggota yang terdiri dari anak-anak yang memiliki usia
yang kurang lebih sama serta terdapat tindakan yang saling
mempengaruhi antara anak yang memiliki tingkat usia dan
kematangan kurang lebih sama, saling berbagi informasi, membuat
aturan bersama agar menjadi pribadi yang baik.
b. Definisi Operasional
Interaksi teman sebaya merupakan skor total yang menunjukkan
sebuah kelompok yang dibentuk oleh beberapa anggota yang di
dalamnya terdapat keterbukaan individu dalam kelompok, kerjasama
individu dalam kelompok, frekuensi hubungan individu dalam
kelompok. Dengan indikator: (a). Penerimaan kehadiran dalam
kelompok, (b). Keterlibatan individu dalam kegiatan kelompok,
44
(c). Mampu memberikan ide bagi kemajuan kelompok, (d). Intensitas
individu dalam bertemu anggota kelompoknya, (e). Saling berbicara
dalam hubungan yang dekat.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya Sebelum Uji Validitas
Dimensi Indikator Butir
Jumlah (+) (-)
Keterbukaan
a. Penerimaan
kehadiran individu
dalam kelompok
1,2 3,5
7
b. Mendapatkan
dukungan 6,7 4
Kerjasama
a. Keterlibatan
individu dalam
kegiatan kelompok
8 9
4
b. Mampu memberikan
ide bagi kemajuan
kelompoknya
10 11
Frekuensi
hubungan
a. Intensitas individu
dalam bertemu
anggota
kelompoknya
12,14 13,15,16
7
b. Saling berbicara
dalam hubungan
yang dekat
17 18
Jumlah 9 9 18
45
c. Uji Validitas
Menurut Sugiyono penelitian yang valid itu apabila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut telah sesuai mengukur apa yang hendak diukur.5.
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Yaitu dengan
mengkorelasikan jumlah skor tiap butir dengan jumlah skor total. Butir-
butir instrumen yang valid akan digunakan dalam penelitian, sedangkan
butir instrumen yang tidak valid akan dibuang dan tidak dipakai.
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
kriteria koefisien korelasi penerimaan butir dengan koefisien korelasi
perhitungan. Butir instrumen akan dinyatakan valid apabila rhitung merujuk
pada tabel nilai-nilai r Product moment dengan taraf kesalahan 5% dan
n=47. Dengan Rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Keterangan :
rxy : Koefisien validitas
N : Banyaknya subjek
X : Nilai pembanding
Y : Nilai dari instrumen yang akan dicari
5 Ibid. h.121
46
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya Setelah Uji Validitas
Dimensi Indikator
Butir Soal
Valid Tidak
Valid
Keterbukaan
a. Penerimaan
kehadiran individu
dalam kelompok
1,2,3,4,5
6 7
Kerjasama
a. Keterlibatan
individu dalam
kegiatan
kelompok
8,9,10,11
b. Mampu
memberikan ide
bagi kemajuan
kelompoknya
Frekuensi
hubungan
a. Intensitas individu
dalam bertemu
anggota
kelompoknya
12,13,14,
15 16
b. Saling berbicara
dalam hubungan
yang dekat
17,18
Jumlah 16 2
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 26 aitem skala yang diuji
cobakan terdapat 2 aitem skala yang tidak memenuhi syarat rhtung > rtabel yaitu
pada nomor 13 dan 20.
d. Uji Reliabilitas
47
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur
sama. Instrumen yang memiliki hasil yang tinggi menunjukkan bahwa
instrumen tersebut baik dan mampu data yang dapat dipercaya. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien alpha cronbach
dengan perhitungannya mengggunakan program komputer statistical
packegs for social science (SPSS) for windows version 22. Dengan rumus
sebagai berikut:
Dimana :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
∑b2 =
jumlah varians butir
t = varian total
pengujian realibilitas dilakukan dengan menggunakan Alpha
Cronbach. Jika koefisien Alpha Cronbach > 0,60 menunjukkan
kehandalan (reliabilitas) instrumen (jika dilakukan penelitian ulang dengan
waktu dan dimensi yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama).
Selain itu, Alpha Cronbach yang semakin mendekati 1 menunjukkan
semakin tinggi konsistensi internal realibilitasnya. Maka dapat
disimpulkan, jika hasil koefisien realibilitasnya (r11) >0,6 maka instrumen
dapat dinyatakan reliabel.
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Interaksi
Teman Sebaya
Cronbach's
Alpha N of Items
,879 16
48
Data tabel diatas menunjukkan nilai cronbachh’s alpha > 0,60.
Pada Variabel pola asuh percaya diri anak menghasilkan nilai cronbachh’s
alpha sebesar 0,943 yang berarti bahwa instrumen yang dipakai dalam
penelitian ini adalah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur
variabel yang bersangkutan, dengan instrumen yang telah dinyatakan valid
dan reliabel inilah penulis mengukur masing-masig variabel.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dan diklasifikasikan antara jawaban kemudian
diolah dan di analisa. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam
memahami dan menafsirkan makna yang terungkap dalam permasalahan
penelitian.
Untuk menganalisis data di tempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Memeriksa kelengkapan jawaban-jawaban yang diberikan pada
responden dalam daftar isian (lembar observasi).
b) Mengklasifikasikan jawaban-jawaban tersebut untuk dapat dijadikan data
yang mudah dianalisis dan disimpulkan.
c) Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat
dalam lembar observasi.
Adapun untuk mengetahui hubungan maka menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut:
Keterangan :
rxy : Koefisien validitas
N : Banyaknya subjek
X : Nilai pembanding
Y : Nilai dari instrumen yang akan dicari
49
Menurut Sugiyono pedoma untuk memberikan interpretasi tingkat
korelasi dan kekuatan hubungan yaitu pada tabel: 6
Tabel 3.8
Interpretasi Nilai Tabel “r”
Besarnya “r” product moment Interpretasi
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
F. Hipotesis Statistik
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka rumusan masalah hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :”Apakah terdapat hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di tk
kelurahan Pondok Cabe Ilir?”
Hipotesis statistiknya adalah:
Ho = tidak ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak usia 5-6 tahun di tk kelurahan Pondok Cabe Ilir.
H1 = terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan percaya
diri anak usia 5-6 tahun di tk kelurahan Pondok Cabe Ilir.
6 Ibid., h. 121
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data pada bagian ini meliputi data varriabel X (interaksi teman
sebaya) sebagai variabel terikat (endogenous) dan variabel Y (percaya diri
anak) sebagai variabel bebas (exsogenous). Deskripsi masing-masing variabel
disajikan secara berturut-turut mulai dari dari variabel X dan Y.
1. Interaksi Teman Sebaya
Data interaksi teman sebaya diperoleh dari hasil tes angket yag
berlangsung selama 3 hari. Seluruh data dari 47 anak yang menjadi
subjek penelitian dikumulatifkan hingga diperoleh skor untuk setiap
anak. Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh, diketahui skor
terendah yaitu 52, sedangkan skor tertinggi yaitu 93. Nilai rata-rata
sebesar 74,66 dengan standar deviasi sebesar 9,75 dimana nilai
variansinya sebesar 95,186, nilai median 73 dan nilai modus 70.
Pengelompokan data dapat terlihat pada tabel distribusi frekuensi berikut
ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Interaksi Teman Sebaya
kelas
interval
Batas Frekuensi
Bawah Atas absolut Komulatif Relatif
52 – 58 51,5 58,5 1 1 2,12%
59 – 65 58,5 65,5 7 8 14,89%
66 – 72 65,5 72,5 13 21 27,65%
73 – 79 72,5 79,5 12 33 25,53%
80 – 86 79,5 86,5 6 39 12,76%
87 – 93 86,5 93,5 8 47 17,02%
Berdasarkan tabel di 4.1 atas, selanjutnya akan dibuat
histogramnya. Ada dua sumbu yang diperlukan dalam pembuatan
histogram yaitu sumbu vertikal sebagai sumbu frekuensi absolut, dan
51
sumbu horizontal sebagai sumbu skor perolehan instrumen. Dalam hal ini
pada sumbu horizontal tertulis batas-batas kelas interval yaitu mulai dari
51,5 sampai 93,5. Harga-harga tersebut diperoleh dengan jalan
mengurangkan angka 0,5 dari data terkecil dan menambahkan angka 0,5
lima setiap batas kelas pada batas tertinggi. Grafik histogram dari sebaran
data instrumen interaksi teman sebaya adalah sebagai berikut:
Histogram Variabel Interaksi Teman Sebaya
Gambar 4.1
2. Percaya Diri
Dari data yang telah diperoleh di lapangan yang kemudian
diolah secara statistik ke dalam distribusi frekuensi, banyaknya kelas
dihitung menurut aturan strugs, diperoleh lima kelas dengan nilai
skor maksimum 64 dan minimum 35, sehingga rentang skor sebesar
29. Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif bahwa
instrumen interaksi teman sebaya mempunyai nilai rata-rata (mean)
sebesar 49,19 dengan nilai standar deviasi 6,34 dimana nilai
variansnya sebesar 40,289 nilai median 49 dan nilai modus 50.
52
Pengelompokan data dapat terlihat pada tabel distribusi frekuensi
berikut ini.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Percaya Diri Anak
Kelas
Interval
Batas Frekuensi
Bawah Atas Absolut Komulatif Relatif
35 – 40 34,5 40,5 3 3 6,38%
41 – 46 40,5 46,5 15 18 31,91%
47 - 52 46,5 52,5 18 36 38,29%
53 – 58 52,5 58,5 7 43 14,89%
59 - 64 58,5 64,5 4 47 8,51%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka akan dibuat histogramnya.
Ada dua sumbu yang diperlukan dalam pembuatan histogram yaitu sumbu
vertikal sebagai sumbu frekuensi absolut, dan sumbu horizontal sebagai
sumbu skor perolehan instrumen. Dalam hal ini pada sumbu horizontal
tertulis batas-batas kelas interval yaitu mulai dari 34,5 sampai 64,5. Harga-
harga tersebut diperoleh dengan jalan mengurangkan angka 0,5 dari data
terkecil dan menambahkan angka 0,5 setiap batas kelas pada batas
tertinggi. Grafik histogram dari sebaran data instrumen interaksi teman
sebaya adalah sebagai berikut
Gambar 4.2
53
A. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan apakah data dari sampel memenuhi
distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan rumus uji Liliefors pada data interaksi teman sebaya
(X) dan percaya diri (Y). Tabel berikut menunjukkan hasil dari uji
normalitas .
Tabel 4.3
Uji Normalitas Data
Data Variabel Lhitung > < Ltabel Kesimpulan
Interaksi Teman
Sebaya 0,0930 0,1282 Distribusi Normal
Percaya Diri 0,1088 0,1282 Distribusi Normal
Populasi berdistribusi normal apabila Lhitung < Ltabel. Apabila Ltabel
lebih besar maka data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan
data interaksi teman sebaya dengan rumus uji Liliefors diperoleh Lhitung =
0,0930 dan Ltabel = 0,1282 pada taraf signifikansi = 0,05 dan n = 47. Ini berarti
Lhitung (0,0930) < Ltabel (0,1282). Artinya sebaran data interaksi teman sebaya
berdistribusi normal, dan berdasarkan perhitungan percaya diri dengan rumus uji
Liliefors diperoleh Lhitung = 0,1088 dan Ltabel = 0,1282 dengan taraf
signifikansi = 0,05 dan n = 47. Ini berarti Lhitung (0,1088) < Ltabel (0,1282),
artinya sebaran data percaya diri berdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis
Teknik statistik yang digunakan dalam analisis korelasi pada
penelitian ini menggunakan korelasi pearson product moment, yaitu salah
satu teknik yang dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung
koefisien korelasi. Kegunaan uji pearson product moment atau analisis
korelasi adalah untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan
54
variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan ratio, rumus yang
dikemukakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
rxy : Koefisien validitas
N : Banyaknya subjek
X : Nilai pembanding
Y : Nilai dari instrumen yang akan dicari
Korelasi pearson product moment dilambangkan r, dengan
ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ + 1). Apabila r = -1 artinya
korelasi negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti
korelasinya sempurna positif (kuat). Atau dengan kata lain, koefisien
korelasi itu bergerak antara 0,000 sampai +1,000 atau antara 0,000 sampai
-1,000, tergantung kepada arah korelasi, nihil, positif, atau negatif.
Adapun kriteria pengujiannya adalah jika r hitung > r tabel maka Ha
dierima dan Ho ditolak, sebaliknya jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak
dan Ho diterima. Koefisien yang bertanda positif menunjukkan arah
korelasi yang positif.
Koefisien yang bertanda negatif menunjukkan arah korelasi yang
negatif. Sedangkan koefisien yang bernilai 0,000 menunjukkan tidak
adanya korelasi antara X dan Y. Sedangkan harga r akan dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut.
Tabel 4.4
Interpretasi nilai r
Besarnya “r” product
moment
Interpretasi
0,00-0,199 Sangat Rendah
55
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan
hubungan antara variabel X (interaksi teman sebaya) dengan Y (percaya
diri anak), maka terlebih dahulu dirumuskan Ho dan Ha.
Ho = Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara interaksi teman sebaya
dengan percaya diri anak di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Ha = Terdapat korelasi yang signifikan antara interaksi teman sebaya
dengan percaya diri anak di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Adapun langkah selanjutnya, setelah data yang diperoleh dari
setiap responden, dianalisis deskriptif dengan menggunakan nilai
presentasi frekuensi, maka selanjutnya penulis akan mencari korelasi
antara dua variabel penelitian dengan menggunakan rumus korelasi
product moment, penelitian ini menggunakan teknik analisis software
SPSS versi 22. Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi, berikut adalah
tabel hasil uji korelasi interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak.
Tabel 4.5
Hasil Uji Korelasi Variabel Interaksi Teman Sebaya Dengan Percaya Diri
Anak
interaksi
teman sebaya
percaya diri
anak
interaksi teman
sebaya
Pearson Correlation 1 ,781**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47 47
percaya diri anak Pearson Correlation ,781**
1
Sig. (2-tailed) ,000
N 47 47
56
Interpretasi output SPSS pada tabel 4.4 diperoleh harga koefisien
korelasi sebesar 781 dengan signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan data
tersebut maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan
membandingkan taraf signifikansi (p-value) menggunakan rumusnya.
Hasil perhitungan korelasi didapatkan angka sebesar 781 dengan
signifikansi 0,000. Karena signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara interaksi teman
sebaya dengan percaya diri anak di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Pengujian:
Jika r hitung > r tabel, maka Ho ditolak
Jika r hitung < r tabel, maka Ho diterima
Perhitungan korelasi dengan taraf kepercayaan 0,05 (5%), maka
dapat diperoleh harga r tabel sebesar 0,288. Ternyata harga r hitung lebih
besar daripada r tabel (0,781 > 0,288), sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara interaksi teman
sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok
Cabe Ilir. Seberapa besar kontribusi antara interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak dapat digunakan koefisien determinasi.
KD = r2 x 100%
= (0,781)2 x 100%
= 60 %
Hal ini menunjukkan bahwa antara interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak di kelurahan Pondok Cabe Ilir adalah relatif besar yaitu
60 %, ini artinya terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi interaksi
teman sebaya, sedangkan kontribusi percaya diri anak pengaruhnya pada
interaksi teman sebaya menunjukkan persentase 60 %, selebihnya
dipengaruhi oleh faktor lain.
Data dan harga koefisien yang diperoleh mencerminkan keadaan
populasi. Berdasarkan koefisien korelasi tersebut dapat dipahami bahwa
57
korelasinya bersifat positif, artinya semakin tinggi interaksi teman sebaya
maka akan semakin tinggi juga percaya diri anak. Dengan memperhatikan
harga koefisien korelasi sebesar 0,781 berarti korelasinya bersifat kuat.
B. Pembahasan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari besaran dan signifikansi
hubungan antara interaksi teman sebaya (variabel X) dan percaya diri anak
(variabel Y). Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa interaksi teman
sebaya memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap percaya diri
anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan
antara percaya diri anak yang berinteraksi dengan teman sebaya tinggi dengan
percaya diri anak yang berinteraksi rendah. Semakin tinggi interaksi teman
sebaya maka semakin tinggi percaya diri anak dan begitu juga sebaliknya.
Dengan kata lain anak yang berinteraksi dengan teman sebaya tinggi
berpengaruh pada tingginya percaya diri anak.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan teknik product
moment diperoleh rxy 0,781 dengan p= 0,000 (p < 0,000). Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara interaksi teman sebaya
dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Hal ini menunjukkan hipotesis diterima, yakni adanya hubungan positif
antara interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK
Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya bahwa
adanya hubungan positif antara interaksi teman sebaya dengan percaya diri
anak di kelurahan Pondok Cabe Ilir. Semakin tinggi interaksi teman sebaya
maka semakin tinggi pula percaya diri anak, begitu juga sebaliknya.
Kepercayaan diri adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan anak,
baik untuk mengoptimalkan kemampuan dalam diri maupun dalam
berhubungan dengan lingkungan sekitar. Menurut sabtosa dan Satiadarma
kepercayaan diri adalah keadaan dimana seseorang mampu mengendalikan
58
segala perilaku dirinya, mampu menampilkan suatu aktivitas tertentu serta
mempunyai kontrol diri yang baik.1 Kepercayaan diri memampukan
seseorang dalam mengatasi tantangan baru, meyakini diri sendiri dalam masa
sulit, melewati batasan yang menghambat, menyelesaikan hal yang belum
pernah dilakukan dan mengeluarkan kemampuan sepenuhnya.
Surya juga menyatakan bahwa percaya diri ini menjadi bagian
terpenting dari perkembangan kepribadian seseorang, sebagai penentu atau
penggerak bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku baik dengan
lingkungan sekitarnya.2 Kepercayaan diri anak bisa dilihat dari bagaimana
interaksi anak dengan teman sebayanya, ketika di sekolah anak biasanya
banyak berinteraksi dengan teman sebayanya, oleh sebab itu interaksi yang
dilakukan oleh anak dengan teman sebayanya akan mempengaruhi rasa
percaya diri anak tersebut.
Sudirman menjelaskan bahwa hubungan interaksi teman sebaya
mempunyai berbagai macam fungsi yang banyak diantaranya dapat
memfasilitasi proses belajar dan perkembangan anak.3 Melalui hubungan
teman sebaya, anak memperoleh kesempatan untuk belajar keterampilan
sosial yang penting untuk kehidupannya. Terutama keterampilan yang
dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk
memecahkan masalah.
Menurut Hong hubungan persahabatan serta dukungan teman sebaya
sangatlah penting sehingga akan membuat anak lebih mandiri dan tidak
bergantung kepada orangtua serta berusaha dekat dengan teman-temannya
untuk mendapatkan dukungan sosial.4 Hubungan teman sebaya yang tidak
sehat serta kurangnya dukungan dari lingkungan sosial akan berdampak
signifikan pada resiko rendahnya percaya diri anak. Tarsidi menyatakan,
adanya interaksi antara teman sebaya dapat memperkenalkan kepada anak
1 Marizki Putri, Op.Cit, h. 112.
2 Eva Nita, Devi Risma, & Zulkifli N, Hubungan Interaksi Teman Sebaya dengan
Kepercayaan Diri Anak Usia 5-6 Tahun di TK Pertiwi Kota Pekanbaru, JOM FKIP, Vol 6, 2019.
h. 10. 3 Ibid, h. 11.
4 Marizki Putri, Op.Cit., h. 112.
59
perilaku saling memberi dan menerima, yang sangat penting untuk
menumpuk sosialisasi dan menekan agresi.5
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eva, dkk
yang berjudul “hubungan interaksi teman sebaya dengan kepercayaan diri
anak usia 5-6 tahun di TK Pertiwi kota Pekanbaru”. Pada penelitiannya Eva
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan
kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun di TK Pertiwi Kota Pekanbaru. Hal ini
dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,682 dan taraf
signifikansi 0,000 < 0,05. Tingkat hubungan antara interaksi teman sebaya
dengan kepercayaan diri anak termasuk dalam kategori kuat dengan nilai
koefisien determinan yang dihasilkan adalah sebesar KD – r2 x 100% =
46,6%, memiliki makna bahwa interaksi teman sebaya memberi pengaruh
sebesar 46,6% terhadap kepercayaan diri anak.6
Penelitian lain yang dilakukan oleh Priliana yang berjudul “pengaruh
perilaku prososial dan kepercayaan diri tehadap penerimaan teman sebaya”.
Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa 1) perilaku prososial
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan teman sebaya ditunjukkan
oleh R= 0,468 dan p= 0,000. 2) kepercayaan diri berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan teman sebaya ditunjukkan oleh R = 0,310 dan p = 0,000.
3) terdapat pengaruh perilaku prososial dan kepercayaan diri terhadap
penerimaan teman sebaya siswa kelas V SD, ditunjukkan oleh R= 0,703 dan
p= 0,000 dengan sumbangan efektif perilaku prososial dan kepercayaan diri
terhadap penerimaan teman sebaya sebesar 70%. Hal itu berarti masih ada
sumbangan efektif sebesar 29, 7% berasal dari faktor lain.7
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sahrip yang berjudul
“pengaruh interaksi dalam keluarga dan percaya diri anak terhadap
kemandirian anak“. Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa,
1) tidak ada pengaruh langsung antara interaksi dalam keluarga dengan
5 Ibid., h. 112
6 Eva Nita, Devi Risma, & Zulkifli N, Op.Cit, h. 2.
7 Priliana Handayani, Pengaruh Perilaku Prososial dan Kepercayaan Diri Terhadap
Penerimaan Teman Sebaya, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2016. h. 1.
60
kemandirian anak, 2) terdapat pengaruh langsung positif antara percaya diri
dengan kemandirian anak, 3) terdapat pengaruh langsung positif interaksi
dalam keluarga terhadap percaya diri anak. Semakin baik interaksi yang
dibangun oleh anak maka semakin baik pula kepercayaan diri anak.8
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian ini dengan semaksimal
mungkin, namun peneliti menyadari masih banyak terdapat keterbatasan pada
aspek-aspek tertententu antara lain.
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada tiga sekolah saja, yaitu TK Al-
Karim, TK Islam Ummul Qura dan TK Raudhatul muta’allimin usia 5-6
tahun di TK kelurahan Pondok Cabe Ilir, maka generalisasi yang
diperoleh hanya terbatas populasi yang memiliki karakter dan kondisi
yang sama dengan sampel penelitian ini.
2. Variabel terikat percaya diri anak usia 5-6 tahun tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu interaksi teman sebaya, tetapi ada
variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi sehingga sedikit banyak
mempengaruhi hasil penelitian.
3. Untuk mengunpulkan data dalam penelitian ini hanya menggunakan
lembar observasi, sehingga tidak sepenuhnya dapat mengukur variabel
yang akan diteliti. Oleh sebab itu, diharapkan kepada peneliti selanjutnya
untuk menggunakan instrumen pelengkap seperti wawancara atau
cacatan lapangan.
8 Sahrip, Pengaruh Interaksi dalam Keluarga dan Percaya Diri Anak Terhadap
Kemandirian Anak, Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, Vol 1, 2017. h. 17.
61
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji korelasi interaksi teman sebaya dengan percaya
diri anak, didapatkan nilai r hitung 0,781 dan nilai r tabelnya 0,288, dengan
signifikansi hitung 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan, terdapat korelasi
atau hubungan positif antara interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak
usia 5-6 tahun di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir. Artinya jika anak memiliki
percaya diri yang tinggi maka diikuti dengan interaksi teman sebaya yang
tinggi juga, atau sebaliknya. Dari hasil perhitungan uji determinasi diperoleh
koefisien determinasi adalah sebesar 60% maka dapat diketahui bahwa
interaksi teman sebaya memberi kontribusi sebesar 60% terhadap percaya diri
anak.
Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah Ha bahwa terdapat
hubungan yang positif antra interaksi teman sebaya dan percaya diri anak usia
5-6 tahun di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir. Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa interaksi teman sebaya memiliki hubungan yang positif
dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Ini berarti hipotesis (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan
sebaliknya hipotesisi nol (H0) ditolak.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diambil dalam
penelitian ini, terdapat implikasi yang dapat dikemukakan. Penelitian ini
menemukan hubungan interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak.
Anak yang memiliki interaksi yang baik dengan teman sebayanya akan
memiliki percaya diri yang tinggi. Dengan adanya interaksi anak dengan
teman sebaya yang positif yaitu terciptanya suasana saling mendukung antar
teman, bermain dalam kelompok, membantu sesama, saling berbagi maka
akan menciptakan anak yang percaya diri pula.
62
Hasil penelitian ini secara teoritis memberikan gambaran tentang
hubungan interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak. Melalui
pengkajian ini dapa dilihat bahwa interaksi teman sebaya memiliki kontribusi
yang besar terhadap percaya diri anak. Dengan kata lain, interaksi teman
sebaya merupaka hal yang penting diperhatikan dalam mengembangkan
percaya diri anak. Anak yang memiliki interaksi yang baik dengan teman
sebaya maka anak tersebut juga memiliki percaya diri yang tinggi pula,
sebaliknya anak yang memiliki interaksi yang kurang baik akan memiliki
percaya diri yang rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak.
C. SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang interaksi teman sebaya dengan
percaya diri anak usia 5-6 tahun, maka diperoleh beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi pihak sekolah di TK Kelurahan Pondok Cabe Ilir diharapkan dapat
merancang kurikulum untuk meningkatkan percaya diri anak melalui
interaksi teman sebaya. Misalnya membuat kegiatan-kegiatan
klasikal/membuat kelompok dalam setiap aktivitas anak sehingga dari
kegiatan tersebut dapat memungkinkan anak dan teman sebaya memiliki
percaya diri yang baik.
2. Kepada guru agar lebih memperhatikan lagi tentang interaksi teman
sebaya dan percaya diri anak. Serta menentukan strategi pembelajaran
yang tepat misalnya melalui permainan dalam kelompok sehingga
interaksi teman sebaya dengan percaya diri anak usia 5-6 tahun di TK
Kelurahan Pondok Cabe Ilir lebih meningkat lagi.
3. Kepada peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian ulang
tentang dimensi pecaya diri anak. Misalnya penyesuaian diri.
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dariyo, Ahmad, dkk, Psikologi Pengembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Cet I,
Bandung: PT Refika 2007.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016.
Elfiky, Ibrahim, Terapi Berpikir Positif, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2017.
Elfiky, Ibrahim, Terapi Kebiasaan Positif, Jombang: PT Bentara Aksara Cahaya,
2019.
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta:Penerbit Erlangga, 1995.
Ghufron, M. Nur. Risnawati, Rini, Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media Grup, 2010.
Gunawan, Ary H, Sosiologi Pendidikan, cet ke-2, Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2010.
Hakim, Thursan, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Yogyakarta: Torren Book,
2002.
Hendra, Surya, Percaya Diri Itu Penting Peran Orangua Dalam Membangun Percaya
Diri Anak, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007.
Nurani, Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Indeks, 2013.
Philp, Jennefer, Et. Al, Peer Interaction And Second Language Learning, New York:
Routledge, 2014.
Rahayu, Aprianti Yofita, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiaan
Bercerita, Jakarta: PT indeks, 2011.
Santrock, W. John, Adolecence: Perkembangan Remaja (Oleh Sinto B Adelar dan
Sherky Sarangih), Jakarta: Erlangga, 2011.
Santrock, W. John, Adolecence: Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2003.
Sean, McPheat Personal Confidence & Motivation, United Kingdom: MTD Training
& Ventus Publishing Aps, 2010.
Shaffer, David. R. Kipp, Katherine, Developmental Psycology: Childhood &
Adolesence 9th
Edition, USA:Cengage Learning, 2014.
Singgih, Gunarsa. Yulia Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja, Jakarta: Gunung Mulia, 2008.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013.
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2016.
Syaifullah, Ach, Tips Bisa Percaya Diri, Jakarta: Gara Ilmu, 2010.
Waluyo,t.al, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: PT Gramedia, 2008.
Willis Sofyan S, Psikologi Pendidikan, Cet 1, Bandung: Alfabeta, 2012.
Jurnal
Anggraeni, Made Ayu, Penerapan Bermain Untuk Membangun Rasa Percaya Diri
Anak Usia Dini, Jurnal Of Early Childood and Inclusive Education, Vol 1, 2017
Eka, Setiawati. Suparno, Interaksi Sosial Dengan Teman Sebaya Pada Anak
Homeschooling Dan Anak Sekolah Reguler, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol 12, 2010.
Ernawati, Yuyun. Rasni Hanny. Hardiani Ratna S, Hubungan Dukungan Sosial
Dengan Percaya Diri Pada Masa Kanak-Kanak Akhir Di Sekolah Dasar Negeri Jember Lor
1 Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Artikel Ilmiah, 2012.
Handayani, Priliana, Pengaruh Perilaku Prososial Dan Kepercayaan Diri Terhadap
Penerimaan Teman Sebaya, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah dasar, 2016.
Jess Feist., Gregory J. Feist.. Teori kepribadian.Jakarta: Salemba humanika, 2010.
Megantoro, Xnatius, Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Diri Di
Sekolah Pada Siswa Baru Di SMK Kristen Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi, 2015.
Nita, Eva, Risma, & Zulkifli N, Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan
Kepercayaan Diri Anak Usia 5-6 Tahun di TK Pertiwi Kota Pekanbaru, JOM FKIP, Vol,
2019.
Nita, Eva. Et.Al, Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Kepercayaan Diri Anak
Usia 5-6 Tahun di TK Pertiwi Kota Pekan Baru, JOM FKIP, Vol 6, 2019.
Nur Rohmah, Elyana, Pengaruh Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Kepercayaan
Diri Siswa Kelas VIII-D SMPN 8 Kediri Tahun Ajaran 2016/2017, Simki-Pedagogia, Vol 2,
2018.
Pamungkas, Galih, Teori Perkembangan Menurut Erik Ericson dan Sigmund
Frued (anyblog-pemungkas.blogspot.com diakses 08 november 2019
Prawisti, Adhita R.H, Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Kelompok B
Melalui Kegiatan Bermain Aktif di TK Pembina Kecamatan Bantul, Skripsi, 2013.
65
Putri, Mrizki, Hubungan Kepercayaan Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan
Jenis Perilaku Bullying di MTsN Lawang Mandailing Kec.Silimpang, Menara Ilmu, Vol XII,
2018.
Rahman, Muzdalifah M, Peran Orangtua Dalam Membangun Kepercayaan Diri
Pada Anak Usia Dini, Vol 8, 2013.
Sahrip, Pengaruh Interaksi Dalam Keluarga Dan Percaya Diri Anak Terhadap
Kemandirian Anak, Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, V0l 1, 2017.
Soraya, Nyi Revi, Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kepercayaan Diri Siswa
Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/20016, Skripsi, 2016.
Syam, Asrullah. Amri, Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis
Kaderisasi IMM Terhadap Prestasi Belajar Mahasisiwa (Studi Kasus di Program
Pendidikan Biologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Parepare, Jurnal Biotek, Vol 5, 2017.
Tawalujan, Aprilia Eunike, Kundre Rina, Rompas Sefti, Hubungan Bullying Dengan
Kepercayaan Diri Pada Remja Di SMP Negeri 10 Manado, Jurnal Keperawatan, Vol 6,
2018.
Usman, Irvan, Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah
dan Perilau Bullying, Jurnal Humanitas, Vol 5, 2013.
Wahyuni, Sri, Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Melalui
Metode Bercerita, Jurnal Raudhah,Vol 5, 2017.
Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri Sebelum Uji Validitas
Dimensi Indikator Butir
Jumlah (+) (-)
Kondisi mental
dan fisik yang
baik
a. Memperlihatkan rasa
senang. 1,2,3
7 b. Menyadari kelebihan
dan kekurangan diri. 4 5
c. Menerima dan memberi
kritik dan saran. 6, 7
Mampu
menyesuaikan
diri
a. Berani menghadapi
keadaan. 8 9
7 b. Kepekaan menguasai
emosi atau perasaan. 10 11
c. Tekun dan aktif. 12,14 13
Bereaksi
positif
a. Optimis dalam
mengerjakan dan
menyelesaikan tugas.
15 16 2
Berkomunikasi
di berbagai
situasi
a. Tegas dalam berbicara. 17,18
5 b. Berani menyatakan
sesuatu secara langsung
dan terus terang.
19 20,21
Kemampuan
sosialisasi
a. Mudah mendapatkan
teman baru. 22 23
5 b. Bersikap baik di
lingkungan sosial. 24 25,26
Jumlah 16 10 26
Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri Anak Setelah Uji Validitas
Dimensi Indikator
Butir Soal
Valid Tidak
Valid
Kondisi
mental dan
fisik yang
baik
a. Memperlihatkan rasa
senang. 1,2,3
b. Menyadari kelebihan dan
kekurangan diri. 4,5
c. Menerima dan memberi
kritik dan saran. 6,7
Mampu
menyesuaika
n diri
a. Berani menghadapi
keadaan. 8,9
b. Kepekaan menguasai
emosi atau perasaan. 10,11
c. Tekun dan aktif. 12,14 13
Bereaksi
positif
a. Optimis dalam
mengerjakan dan
menyelesaikan tugas.
15,16
Berkomunika
si di berbagai
situasi
b. Tegas dalam berbicara. 17,18
c. Berani menyatakan
sesuatu secara langsung
dan terus terang.
19,21 20
Kemampuan
sosialisasi
a. Mudah mendapatkan
teman baru. 22,23
b. Bersikap baik di
lingkungan sosial. 24,25,26
Jumlah 24 2
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya Sebelum Uji Validitas
Dimensi Indikator Butir
Jumlah (+) (-)
Keterbukaan
a. Penerimaan
kehadiran individu
dalam kelompok
1,2 3,5
7
b. Mendapatkan
dukungan 6,7 4
Kerjasama
a. Keterlibatan
individu dalam
kegiatan kelompok
8 9
4
b. Mampu memberikan
ide bagi kemajuan
kelompoknya
10 11
Frekuensi
hubungan
a. Intensitas individu
dalam bertemu
anggota
kelompoknya
12,14 13,15,16
7
b. Saling berbicara
dalam hubungan
yang dekat
17 18
Jumlah 9 9 18
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya Setelah Uji Validitas
Dimensi Indikator
Butir Soal
Valid Tidak
Valid
Keterbukaan
a. Penerimaan
kehadiran individu
dalam kelompok
1,2,3,4,5
6 7
Kerjasama
a. Keterlibatan
individu dalam
kegiatan
kelompok
8,9,10,11
b. Mampu
memberikan ide
bagi kemajuan
kelompoknya
Frekuensi
hubungan
a. Intensitas individu
dalam bertemu
anggota
kelompoknya
12,13,14,
15 16
b. Saling berbicara
dalam hubungan
yang dekat
17,18
Jumlah 16 2
Lembar Observasi Interaksi Teman Sebaya
Data responden
Nama responden :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Nama sekolah :
Petunjuk pengisian!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan sesuai dengan
keadaan kalian yang sebenarnya dengan melingkari / memberi tanda silang (√)
pada salah satu jawaban dikolom berikut.
No. Pernyataan Penilaian
SL SR KD TP
1 Anak memiliki banyak teman
2 Teman-teman senang dengan kehadiran anak
3 Anak sulit mendapatkan teman baru
4 teman-temannya tidak suka jika anak bergabung dalam
kelompok
5 Anak menyembunyikan barang temannya
6 Anak melaporkan kepada guru ketika menemukan barang
7 Anak mengembalikan mainan yang dipinjamnya
8 Anak melibatkan dirinya dalam kegiatan kelompok
9 Anak mengganggu teman yang sedang bermain
10 Anak memberikan pendapat dalam kegiatan diskusi
11 Anak merasa dirinya lebih pintar diantara temannya
12 Anak berperilaku apa adanya kepada temannya
13 Anak tidak peduli kepada temannya yang sedang menangis
14 Anak suka berbagi makanan kepada temannya
15 Anak mengikuti perilaku negatif temannya
16 Anak merendahkan teman-temannya
17 Anak senang bercerita di depan teman-temannya
18 Anak tidak mendengarkan cerita temannya
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
PENJELASAN SKALA NILAI
LEMBAR OBSERVASI INTERAKSI TEMAN SEBAYA
1. Pernyataan : Anak memiliki banyak teman
Penjelasan :
Anak mempunyai teman laki-laki dan perempuan
Anak bersedia bermain bersama
Anak mudah berteman dengan siapapun
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
2. Pernyataan : teman-teman senang dengan kehadiran anak
Penjelasan :
Anak diajak bermain bersama
Teman-teman bertanya kepada guru ketika anak tidak masuk
sekolah
Teman-teman sedih ketika anak tidak masuk sekolah
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
3. Pernyataan : Anak sulit mendapatkan teman baru
Penjelasan :
Anak tidak bisa berbaur dengan kelompok
Anak suka menyendiri dalam kelas
Anak tidak melibatkan dirinya dalam bermain
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
4. Pernyataan : Teman-temannya tidak suka jika anak bergabung dalam
kelompok
Penjelasan :
Anak mengganggu teman
Anak marah jika pendapatnya tidak sesuai dengan teman lainnya
Anak menjelekkan temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
5. Pernyataan : Anak menyembunyikan barang temannya
Penjelasan :
Anak menyembunyikan mainan temannya
Anak menyembunyikan pensil temannya
Anak menyembunyikan buku temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
6. Pernyataan : Anak melaporkan kepada guru ketika menemukan
barang
Penjelasan :
Anak tidak menyembunyikan barang temuannya
Anak memberitahukan kepada guru jika melihat sesuatu yang baru
Anak jujur ketika ditanya oleh guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
7. Pernyataan : Anak mengembalikan mainan yang dipinjamnya
Penjelasan :
Anak tidak menyembunyikan mainan teman
Temannya berbagi mainan dengan anak
Anak menjaga mainan yang dipinjamnya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
8. Pernyataan : Anak melibatkan dirinya dalam kegiatan kelompok
Penjelasan :
Anak berbaur dengan kelompok
Anak tidak sendiri dalam bermain
Anak tidak mengganggu teman yang sedang bermain
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
9. Pernyataan : Anak mengganggu teman yang sedang bermain
Penjelasan :
Anak menyerobot mainan temannya
Anak mengambil mainan temannya
Anak merusak mainan temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
10. Pernyataan : Anak memberikan pendapat dalam kegiatan diskusi
Penjelasan :
Anak melibatkan dirinya dalam kegiatan diskusi
Anak berani memberikan pendapat
Anak diberi kesempatan untuk memberi pendapat
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
11. Pernyataan : Anak merasa dirinya lebih pintar diantara teman-
temannya
Penjelasan :
Anak tidak suka jika temannya dipuji oleh guru
Anak menjelekkan hasil karya teman
Anak tidak menerima apabila nilai temannya lebih baik
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
12. Pernyataan : Anak berperilaku apa adanya kepada teman
Penjelasan :
Anak merendahkan hati kepada teman-temannya
Anak bersedia bermain dengan siapa saja
Anak tidak pilih-pilih teman
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
13. Pernyataan : Anak tidak peduli kepada teman yang sedang menangis
Penjelasan :
Anak tidak mengajak temannya bermain bersama
Anak tetap asyik bermain walaupun temannya menangis
Anak acuh terhadap temannya yang sedang sedih
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
14. Pernyataan : Anak suka berbagi makanan kepada temannya
Penjelasan :
Anak berbagi bekal kepada temannya
Anak membantu teman yang kesulitan
Anak bertukar bekal dengan temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
15. Pernyataan : Anak mengikuti perilaku negatif temannya
Penjelasan :
Anak tidak mencuci tangan apabila temannya tidak mencuci tangan
Anak tidak menghabiskan bekal apabila temannya tidak
menghabiskan makanan
Anak tidak berdoa apabila temannya tidak berdoa
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
16. Pernyataan : Anak merendahkan teman-temannya
Penjelasan :
Anak menertawakan hasil karya temannya
Anak tidak menghargai hasil karya teman
Anak tidak bersedia mendengarkan cerita teman-temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
17. Pernyataan : Anak senang bercerita didepan teman-temannya
Penjelasan :
Anak senang tampil di depan kelas
Anak bercerita dengan senang di depan teman-temannya
Anak berani bercerita di depan teman-temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
18. Pernyataan : Anak tidak mendengarkan cerita temannya
Penjelasan :
Anak fokus dengan kegiatannya sendiri
Anak tetap bermain walaupun temannya sedang bercerita
Anak menertawakan temannya yang sedang bercerita
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
Lembar Observasi Percaya Diri Anak
Data responden
Nama responden :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Nama sekolah :
Petunjuk pengisian!
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan sesuai
dengan keadaan kalian yang sebenarnya dengan melingkari / memberi
tanda silang (√) pada salah satu jawaban pada kolom berikut.
No. Pernyataan Penilaian
SL SR KD TP
1 Anak mengerjakan tugas dengan senang
2 Anak membuat teman menjadi gembira dengan
meminjamkan barangnya
3 Anak senang dengan mainan yang dimilikinya
4 Anak belajar untuk memperbaiki kekurangan
5 Anak membenci teman yang mendapat pujian dari guru
6 Anak tidak menerima saran / kritik dari temannya
7 Anak mengakui kesalahan yang dilakukan
8 Anak meminta bantuan kepada orang lain apabila tidak
mampu menyelesaikan tugas
9 Anak malu ketika diminta maju ke depan kelas
10 Anak mampu menenangkan teman yang sedang sedih
11 Anak berprasangka buruk kepada temannya
12 Anak belajar untuk mendapatkan nilai yang baik
13 Anak tidak yakin dengan hasil kerjanya sendiri
14 Anak senang belajar untuk mempersiapkan diri dalam
penampilan lomba
15 Anak mengerjakan tugas dengan perasaan tenang
16 Anak tidak mengerjakan tugas hingga selesai
17 Anak bertanya kepada guru apabila sala satu temannya
tidak masuk sekolah
18 Anak menyampaikan pendapat kepada teman lawan
bicaranya
19 Anak berani menolak sesuatu yang tidak disukainya
20 Anak tidak menegur teman apabila melakukan kesalahan
21 Anak tidak memberikan semangat kepada temannya
22 Anak tidak canggung berada dekat dengan teman baru
23 Anak memberitahu guru jika merasa tidak nyaman dengan
teman
24 Anak melarang temannya untuk bermain bersama
25 Anak senang mempunyai teman baru
26 Anak menyapa teman baru ketika bertemu
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
PENJELASAN SKALA NILAI
LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN SOSIAL
19. Pernyataan : Anak mengerjakan tugas dengan senang
Penjelasan :
Anak bersedia mengerjakan tugas sendiri
Anak mengerjakan tugas dengan rapi
Anak tidak menangis dalam mengerjakan tugas
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
20. Pernyataan : Anak membuat teman menjadi gembira dengan
meminjamkan barangnya
Penjelasan :
Temannya tersenyum ketika dipinjamkan pensil
Temannya mengucapkan terima kasih kepadanya
Temannya menjaga pensilnya supaya tidak hilang
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
21. Pernyataan : Anak senang dengan mainan yang dimilikinya
Penjelasan :
Anak menjaga mainannya agar tidak rusak
Anak bermain dengan mainan yang dimilikinya
Anak memperlihatkan mainannya kepada teman
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
22. Pernyataan : Anak belajar untuk memperbaiki kekurangan
Penjelasan :
Anak mengerjakan tugas dengan tepat waktu
Anak meminta maaf ketika berbuat kesalahan
Anak menerima saran dari guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
23. Pernyataan : Anak membenci teman yang mendapat pujian dari guru
Penjelasan :
Anak memperlihatkan wajah marah kepada teman
Anak bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas
Anak membuat keributan di dalam kelas
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
24. Pernyataan : Anak tidak menerima saran / kritik dari temannya
Penjelasan :
Anak tidak mendengarkan temannya
Anak menangis apabila ditegur oleh temannya
Anak marah ketika ditegur oleh temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
25. Pernyataan : Anak mengakui kesalahan yang dilakukan
Penjelasan :
Anak tidak menyangkal ketika ditanya oleh guru
Anak mendengarkan ketika ditanya oleh guru
Anak menundukkan kepala ketika ditanya oleh guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
26. Pernyataan : Anak meminta bantuan kepada teman apabila tidak
mampu menyelesaikan tugas
Penjelasan :
Anak tidak malu meminta tolong kepada temannya
Anak mengucapkan kata “tolong” ketika ingin meminta tolong
Anak mendekati orang yang ingin diminta tolong
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
27. Pernyataan : Anak malu ketika diminta maju ke depan kelas
Penjelasan :
Anak ragu-ragu untuk maju ke depan
Anak menangis ketika diminta maju ke depan
Anak maju ke depan dengan menundukkan kepala dan berjalan
pelan-pelan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
28. Pernyataan : Anak mampu menenangkan teman yang sedang sedih
Penjelasan :
Anak mengajak temannya bermain
Anak membuat temannya tertawa dengan cara membuat adegan
lucu
Anak menanyakan keadaan temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
29. Pernyataan : Anak berprasangka buruk kepada temannya
Penjelasan :
Anak menuduh temannya mengambil barang miliknya
Anak menyebut salah satu nama teman yang dituduh mengambil
barangnya
Anak tidak bermain dengan teman yang dituduh mengambil
barangnya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
30. Pernyataan : Anak belajar untuk mendapatkan nilai yang baik
Penjelasan :
Anak mengerjakan tugas dengan rapih
Anak mengerjakan tugas dengan mengikuti arahan guru
Anak mentaati peraturan di dalam kelas
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada descriptor yang tampak
2 Satu descriptor yang tampak
3 Dua descriptor yanag tampak
4 tiga descriptor yanag tampak
31. Pernyataan : Anak tidak yakin dengan hasil kerjanya sendiri
Penjelasan :
Anak tidak memperlihatkan hasil kerjanya kepada teman
Anak tidak berani memperlihatkan hasil kerjanya kepada guru
Anak tidak membawa pulang hasil kerjanya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
32. Pernyataan : Anak senang belajar untuk mempersiapkan diri dalam
penampilan lomba menari
Penjelasan :
Anak rajin untuk latihan lomba menari
Anak mengulang-ulang gerakan menari
Anak meniru gerakan menari dengan baik
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
33. Pernyataan : Anak mengerjakan tugas dengan perasaan tenang
Penjelasan :
Anak mengerjakan tugas dengan pelan
Anak berhati-hati dalam menyelesaikan tugas agar tidak terjadi
kesalahan
Anak tidak terganggu oleh temannya yang sedang bermain, ketika
anak sedang menyelesaikan tugas
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
34. Pernyataan : Anak tidak mengerjakan tugas hingga selesai
Penjelasan :
Konsentrasi anak terganggu melihat teman-temannya bermain
Anak terburu-buru dalam menyelesaikan tugas
Anak mengerjakan tugas dengan sembarangan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
35. Pernyataan : Anak menyampaikan pendapat kepada teman lawan
bicaranya
Penjelasan :
Anak mengangkat tangan untuk menyampaikan pendapatnya
Teman memberi senyuman kepada lawan bicaranya sebelum
menyampaikan pendapat
Anak tidak memotong pembicaraan temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
36. Pernyataan : Anak bertanya kepada guru apabila salah satu temannya
tidak masuk sekolah
Penjelasan :
Anak memperhatikan teman disekitarnya
Anak menghitung temannya yang tidak masuk sekolah
Anak menjadi pendiam selama pembelajaran di kelas
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
37. Pernyataan : Anak berani menolak mainan yang tidak disukainya
Penjelasan :
Anak tidak bermain dengan mainan yang tidak disukainya
Anak memilih-milih mainan
Anak mengajak temannya untuk bermain yang mereka sama-sama
sukai
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
38. Pernyataan : Anak tidak menegur teman apabila melakukan kesalahan
ketika bermain
Penjelasan :
Anak tidak memberikan contoh yang benar
Anak tidak memberikan arahan kepada teman yang melakukan
kesalahan
Anak tidak memperagakan cara bermain
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
39. Pernyataan : Anak tidak memberikan semangat kepada temannya yang
sedang tampil
Penjelasan :
Anak tidak memberikan pujian terhadap teman yang ingin tampil
Anak tidak bersorak memanggil nama teman yang sedang tampil
Anak tidak memberikan tepuk tangan yang meriah kepada
temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
40. Pernyataan : Anak tidak canggung berada dekat dengan teman baru
Penjelasan :
Anak bersedia menegur teman barunya
Anak mengajak teman barunya bermain bersama
Anak memberikan senyuman ketika disapa oleh teman baru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
41. Pernyataan : Anak memberitahu guru jika merasa tidak nyaman
dengan temannya
Penjelasan :
Anak tidak bersedia dekat dengan temannya
Anak meminta guru membuat batasan dengan temannya
Anak menangis mendekati guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
42. Pernyataan : Anak melarang temannya untuk bermain bersama
Penjelasan :
Anak tidak mengajak teman bermain bersama
Anak marah ketika temannya ikut bermain bersama
Anak tidak berbagi mainan kepada temannya
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
43. Anak senang mempunyai teman baru
Penjelasan :
Anak menceritakan kegiatan selama bermain dengan teman baru
Anak ramah terhadap teman baru
Anak berbagi cerita tentang kegiatan sehari-hari di rumah
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
44. Pernyataan : Anak menyapa teman baru ketika bertemu
Penjelasan :
Anak mengucapkan kata sapaan kepada teman baru
Anak melambaikan tangan kepada teman baru
Anak memberi senyuman kepada teman baru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Tidak ada deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Tiga deskriptor yang tampak
Uji Validitas Percaya Diri
NO. NM P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 TOTAL
1 NR 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 2 4 3 3 4 4 1 4 4 3 86
2 IA 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 2 4 4 3 4 1 3 3 3 1 4 4 3 83
3 RM 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 2 4 2 4 4 1 4 4 4 89
4 PA 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 58
5 IF 4 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 1 3 4 4 3 4 1 1 4 4 4 85
6 JR 2 2 2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 3 1 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 1 48
7 ZK 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 4 81
8 ZK 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 1 2 4 4 72
9 FNZ 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 2 2 3 4 4 87
10 AK 4 4 4 2 2 2 4 4 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 4 4 2 82
11 MF 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 94
12 SN 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 97
13 MK 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 92
14 KM 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 102
15 CH 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 97
16 MF 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 82
17 AH 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 96
18 BN 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 97
19 AL 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 101
20 SH 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 91
21 NAY 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 87
22 LN 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 93
23 SR 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 100
24 YAS 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 96
25 NA 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 92
26 MA 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 99
27 RN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 77
28 AG 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 94
29 ABI 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 95
30 GN 2 4 2 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 2 2 3 2 4 2 4 2 3 2 2 67
Uji Validitas Interaksi Teman Sebaya
NO. NM P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 TOTAL
1 NR 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 64
2 IA 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 68
3 RM 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 69
4 PA 1 2 3 4 2 3 4 2 3 2 1 1 4 4 2 2 4 4 48
5 IF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 71
6 JR 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 53
7 ZK 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 4 3 2 2 2 4 51
8 ZK 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 56
9 FNZ 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 65
10 AK 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 64
11 MF 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 60
12 SN 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 67
13 MK 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 66
14 KM 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 62
15 CH 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 68
16 MF 3 3 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 55
17 AH 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 66
18 BN 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 61
19 AL 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 69
20 SH 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 67
21 NAY 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 56
22 LN 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 65
23 SR 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 68
24 YAS 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 62
25 NA 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 63
26 MA 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 66
27 RN 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 60
28 AG 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 64
29 ABI 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 64
30 GN 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 52
Uji Reliabilitas Interaksi Teman Sebaya
NO. NM P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 TOTAL
1 NR 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 58
2 IA 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 61
3 RM 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 62
4 PA 1 2 3 4 2 3 2 3 2 1 1 4 4 2 4 4 42
5 IF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64
6 JR 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 48
7 ZK 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 3 2 2 4 45
8 ZK 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 51
9 FNZ 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 59
10 AK 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 57
11 MF 4 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 53
12 SN 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 60
13 MK 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 59
14 KM 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 56
15 CH 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 61
16 MF 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 49
17 AH 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 59
18 BN 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 55
19 AL 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 61
20 SH 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 61
21 NAY 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 48
22 LN 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 58
23 SR 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 61
24 YAS 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 56
25 NA 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 57
26 MA 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 59
27 RN 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 53
28 AG 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 57
29 ABI 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 58
30 GN 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 46
Uji Reliabilitas Percaya Diri
NO. NM P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 TOTAL
1 NR 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 2 4 3 4 4 1 4 4 3 81
2 IA 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 2 4 4 3 4 1 3 3 1 4 4 3 79
3 RM 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 1 4 4 4 86
4 PA 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 55
5 IF 4 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 3 4 4 4 1 1 4 4 4 83
6 JR 2 2 2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 48
7 ZK 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 1 4 4 4 82
8 ZK 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 2 1 2 4 4 73
9 FNZ 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 2 2 3 4 4 90
10 AK 4 4 4 2 2 2 4 4 2 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 2 87
11 MF 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 98
12 SN 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 102
13 MK 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 99
14 KM 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 108
15 CH 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 106
16 MF 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 90
17 AH 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 107
18 BN 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 109
19 AL 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 112
20 SH 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 105
21 NAY 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 102
22 LN 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 108
23 SR 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 116
24 YAS 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 112
25 NA 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 111
26 MA 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 118
27 RN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 97
28 AG 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 116
29 ABI 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 118
30 GN 2 4 2 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 91
No NM P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 total
1 AA 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 87
2 AP 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 69
3 KN 2 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 63
4 SK 4 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 3 2 71
5 RSP 3 4 3 3 2 3 2 2 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 70
6 AP 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70
7 AD 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 87
8 RA 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 60
9 HA 2 1 3 3 3 2 1 3 3 3 1 2 2 3 3 3 2 1 1 2 2 2 1 3 52
10 AR 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 64
11 AKR 3 3 4 3 2 3 3 2 4 2 3 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 74
12 DB 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 65
13 ARS 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 71
14 AF 4 3 2 3 3 4 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 2 2 68
15 HR 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 91
16 PF 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 85
17 NA 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 86
18 BG 4 2 4 3 3 4 2 3 4 3 2 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 79
19 BA 3 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 76
20 ER 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 80
21 NH 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93
22 IR 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 90
23 SP 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73
24 MH 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 84
25 AR 3 3 3 4 4 3 1 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 73
26 TM 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 81
27 KR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70
28 SR 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 79
29 CS 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 76
30 SBR 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 83
31 MS 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 78
32 NR 3 3 1 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 61
33 MS 2 2 2 3 2 2 4 2 3 4 2 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 59
34 MZ 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 78
35 ZH 3 3 2 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 70
36 DS 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 60
37 HN 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 66
38 SR 4 3 2 4 2 4 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 2 73
39 SQ 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 70
40 AF 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 71
41 HK 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 87
42 SB 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71
43 AN 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74
44 BNC 3 4 2 3 3 3 3 3 1 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 66
45 HN 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 90
46 AW 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 89
47 NP 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 4 76
No NM P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 total
1 AA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64
2 AP 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 50
3 KN 3 2 2 2 1 2 2 2 2 4 3 4 3 4 3 4 43
4 SK 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 48
5 RSP 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 52
6 AP 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 52
7 AD 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 62
8 RA 4 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 42
9 HA 4 3 2 1 1 2 1 2 3 1 1 3 2 3 3 3 35
10 AR 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 44
11 AKR 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 50
12 DB 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 41
13 ARS 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 44
14 AF 4 4 3 3 3 4 2 3 2 4 3 2 2 2 2 3 46
15 HR 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 57
16 PF 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
17 NA 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 57
18 BG 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 2 3 3 3 53
19 BA 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 49
20 ER 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 55
21 NH 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64
22 IR 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 58
23 SP 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 49
24 MH 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 46
25 AR 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 47
26 TM 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 52
27 KR 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 48
28 SR 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 50
29 CS 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 54
30 SBR 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 2 1 2 44
31 MS 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 46
32 NR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48
33 MS 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 39
34 MZ 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 51
35 ZH 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 2 40
36 DS 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 42
37 HN 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 45
38 SR 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 2 51
39 SQ 4 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 46
40 AF 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 44
41 HK 2 1 1 1 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 48
42 SB 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50
43 AN 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50
44 BNC 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 46
45 HN 2 2 1 4 2 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 50
46 AW 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 56
47 NP 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 45
Uji Signifikansi Normalitas Data Interaksi Teman Sebaya
Xi Zi F(Zi) S(Si) I F(Zi) – S (Zi) I
87 -2,32255 0,0101016 0,021277 0,011175
69 -1,60507 0,0542394 0,042553 0,011686
63 -1,50257 0,0664749 0,06383 0,002645
71 -1,50257 0,0664749 0,085106 0,018632
70 -1,40007 0,0807457 0,106383 0,025637
70 -1,19508 0,1160283 0,12766 0,011631
87 -1,09258 0,137289 0,148936 0,011647
60 -0,99008 0,1610668 0,170213 0,009146
52 -0,88759 0,1873819 0,191489 0,004107
64 -0,88759 0,1873819 0,212766 0,025384
74 -0,68259 0,2474329 0,234043 0,01339
65 -0,58009 0,2809261 0,255319 0,025607
71 -0,4776 0,3164692 0,276596 0,039873
68 -0,4776 0,3164692 0,297872 0,018597
91 -0,4776 0,3164692 0,319149 0,00268
85 -0,4776 0,3164692 0,340426 0,023956
86 -0,4776 0,3164692 0,361702 0,045233
79 -0,3751 0,353794 0,382979 0,029185
76 -0,3751 0,353794 0,404255 0,050461
80 -0,3751 0,353794 0,425532 0,071738
93 -0,3751 0,353794 0,446809 0,093015
90 -0,1701 0,4324648 0,468085 0,03562
73 -0,1701 0,4324648 0,489362 0,056897
84 -0,1701 0,4324648 0,510638 0,078173
73 -0,0676 0,4730501 0,531915 0,058865
81 -0,0676 0,4730501 0,553191 0,080141
70 0,13739 0,5546389 0,574468 0,019829
79 0,13739 0,5546389 0,595745 0,041106
76 0,13739 0,5546389 0,617021 0,062382
83 0,342386 0,6339696 0,638298 0,004328
78 0,342386 0,6339696 0,659574 0,025605
61 0,444883 0,6717979 0,680851 0,009053
59 0,444883 0,6717979 0,702128 0,03033
78 0,547381 0,7079414 0,723404 0,015463
70 0,649878 0,7421146 0,744681 0,002566
60 0,854873 0,8036894 0,765957 0,037732
66 0,957371 0,83081 0,787234 0,043576
73 1,059869 0,8553978 0,808511 0,046887
70 1,162366 0,8774566 0,829787 0,047669
71 1,264864 0,8970399 0,851064 0,045976
87 1,264864 0,8970399 0,87234 0,024699
71 1,264864 0,8970399 0,893617 0,003423
74 1,469859 0,9292 0,914894 0,014306
66 1,572356 0,942066 0,93617 0,005896
90 1,572356 0,942066 0,957447 0,015381
89 1,674854 0,9530186 0,978723 0,025705
76 1,879849 0,9699357 1 0,030064
Keterangan : L HITUNG 0,0930 < LTABEL = 0,1282
Uji Signifikansi Normalitas Data Percaya Diri Anak
Yi Zi F(Zi) S(Si) I F(Zi) – S (Zi) I
64 -2,23582 0,012682 0,021277 0,008594803
50 -1,60563 0,054177 0,042553 0,011624027
43 -1,44809 0,073796 0,06383 0,009966559
48 -1,29054 0,098432 0,085106 0,013325132
52 -1,13299 0,128608 0,106383 0,022225393
52 -1,13299 0,128608 0,12766 0,000948797
62 -0,97545 0,164669 0,148936 0,015732981
42 -0,8179 0,206707 0,170213 0,036494081
35 -0,8179 0,206707 0,191489 0,015217485
44 -0,8179 0,206707 0,212766 0,006059111
50 -0,8179 0,206707 0,234043 0,027335707
41 -0,66035 0,254513 0,255319 0,000805978
44 -0,66035 0,254513 0,276596 0,022082574
46 -0,50281 0,30755 0,297872 0,009677287
57 -0,50281 0,30755 0,319149 0,011599309
59 -0,50281 0,30755 0,340426 0,032875905
57 -0,50281 0,30755 0,361702 0,0541525
53 -0,50281 0,30755 0,382979 0,075429096
49 -0,34526 0,364949 0,404255 0,039306428
55 -0,18771 0,42555 0,425532 0,021258473
64 -0,18771 0,42555 0,446809 0,021258473
58 -0,18771 0,42555 0,468085 0,042535069
49 -0,18771 0,42555 0,489362 0,063811664
46 -0,03017 0,487966 0,510638 0,022671955
47 -0,03017 0,487966 0,531915 0,043948551
52 0,127378 0,550679 0,553191 0,002512091
48 0,127378 0,550679 0,574468 0,023788686
50 0,127378 0,550679 0,595745 0,045065282
54 0,127378 0,550679 0,617021 0,066341878
44 0,127378 0,550679 0,638298 0,087618474
46 0,127378 0,550679 0,659574 0,108895069
48 0,284925 0,612149 0,680851 0,068702039
39 0,284925 0,612149 0,702128 0,089978635
51 0,442471 0,670926 0,723404 0,05247844
40 0,442471 0,670926 0,744681 0,073755036
42 0,442471 0,670926 0,765957 0,095031631
45 0,600018 0,725753 0,787234 0,061481305
51 0,757564 0,775644 0,808511 0,032866633
46 0,915111 0,819933 0,829787 0,00985402
44 1,072657 0,858288 0,851064 0,007223675
48 1,230204 0,89069 0,87234 0,018349143
50 1,230204 0,89069 0,893617 0,002927453
50 1,38775 0,917393 0,914894 0,002499811
46 1,545297 0,938863 0,93617 0,002692524
50 2,017936 0,978201 0,957447 0,020754238
56 2,333029 0,990177 0,978723 0,01145329
45 2,333029 0,990177 1 0,009823306
Keterangan : L HITUNG 0,1088 < LTABEL 0,1282
Hasil Uji Signifikan Normalitas Data
Data Variabel Lhitung > < Ltabel Kesimpulan
Interaksi Teman
Sebaya 0,0930 0,1282 Distribusi Normal
Percaya Diri 0,1088 0,1282 Distribusi Normal
Populasi berdistribusi normal apabila Lhitung < Ltabel. Apabila Ltabel lebih besar
maka data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan data interaksi teman
sebaya dengan rumus uji Liliefors diperoleh Lhitung = 0,0930 dan Ltabel = 0,1282 pada taraf
signifikansi = 0,05 dan n = 47. Ini berarti Lhitung (0,0930) < Ltabel (0,1282). Artinya
sebaran data interaksi teman sebaya berdistribusi normal, dan berdasarkan perhitungan
percaya diri dengan rumus uji Liliefors diperoleh Lhitung = 0,1088 dan Ltabel = 0,1282
dengan taraf signifikansi = 0,05 dan n = 47. Ini berarti Lhitung (0,1088) < Ltabel (0,1282),
artinya sebaran data percaya diri berdistribusi normal.