106
HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Cicilia Agnes Oktavia Pastora 029114132 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Cicilia Agnes Oktavia Pastora

029114132

PROGRAM STUDI PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ABSTRAK

Cicilia Agnes Oktavia Pastora (2008). Hubungan Frekuensi Menonton Sinetron Dengan Sikap Konsumtif Pada Remaja Putri. Yogyakarta; Fakultas Psikologi; Jurusan Psikologi: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa sinetron saat ini disiarkan sepanjang hari oleh hampir semua stasiun televisi, padahal sinetron banyak mendapat kritik. Kritik tersebut diantaranya adalah sinetron selalu menampilkan kemewahan duniawi, mengandung unsur kapitalis, dan mengajarkan gaya hidup konsumtif. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang positif antara frekuensimenonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri.

Definisi sikap konsumtif yang digunakan adalah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk bersikap boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Frekuensimenonton sinetron sendiri dapat dimaknai sebagai tingkatan seberapa sering seseorang itu menonton acara sinetron yang ditayangkan di televisi.

Subyek penelitian adalah 60 orang remaja putri berusia antara 15 sampai dengan 20 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif. Koefisien reliabilitas skala sikap konsumtif adalah sebesar 0,962. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan statistik nonparametik karena data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Analisis dilakukan dengan bantuan SPSS 15.0 for Windowsmenggunakan koefisien korelasi Spearman.

Hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,354 pada taraf signfikansi (p) 0,01. Nilai koefisien korelasi yang positif menunjukkan bahwa frekuensi menonton sinetron mempunyai hubungan yang positif dengan sikap konsumtif, sehingga semakin tinggi frekuensi menonton sinetronnya maka sikap konsuntif juga akan semakin tinggi.

Kata kunci: frekuensi menonton sinetron, sikap konsumtif, remaja putri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ABSTRACT

Cicilia Agnes Oktavia Pastora (2008). The Correlation between Frequency of Watching Sinetron and Consumptive Attitude on Female Teenagers. Yogyakarta: Faculty of Psychology; Department of Psychology: Sanata Dharma University.

The aim of this research was to find out the correlation between frequencyof watching sinetron and consumptive attitude on female teenagers. The background of this research was the fact that now sinetron is broadcasted by almost all of the TV station everyday, although it also receives many criticisms. Some of the critics say that sinetron only conveys the luxury of the world. It has capitalist aspects, and it teaches a consumptive lifestyle. The hypothesis presented in this thesis was that there was a positive correlation between frequency of watching sinetron and consumptive attitude on female teenagers.

The definition of consumptive attitude used in this thesis is the attitude to consume everything unwisely, to put the will before the need, and not to have a priority scale. It also can be defined as a luxurious lifestyle. The frequency of watching sinetron can be defined in terms of how often someone watches sinetron on television.

The subjects of this research were fifteen-year-old through twenty-year-old female teenagers. The numbers of the subjects were sixty teenagers. The data gathering method was by distributing watching sinetron frequency questioners and consumptive attitude scale. The consumptive attitude scale reliability coefficient was 0.960. The data analysis was done using statistics non-parametric method because the data gathered was not distributed normally. The analysis was conducted using SPSS 15.0 for Windows. Spearman correlation coefficient was used.

The result of the data research analysis was the correlation coefficient (r) was 0.354 at the level of significant (p) 0.01. Because of the correlation coefficient was positive, it meant that there was a positive correlation between the frequency of watching sinetron and consumptive attitude on female teenagers. The higher the frequency of watching sinetron, the higher consumptive attitude on female teenagers would be.

Keywords: frequency of watching sinetron, consumptive attitude, female teenagers.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, karena

tanpa anugerah dan pertolongan-Nya skripsi ini tidak akan dapat saya selesaikan.

Mulai dari merencanakan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini, saya telah

mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik langsung ataupun tidak

langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak P. Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma, atas ijin dan kesempatan yang diberikan

kepada saya untuk melakukan penelitian.

2. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniarti Murtisari, S.Psi., M.Psi., selaku

Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas bimbingan

dan saran yang diberikan selama saya menempuh pendidikan dan selama

proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Maria Magdalena Nimas Eki Suprawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku

Dosen Pembimbing Akademik, atas segala perhatian dan dorongan

semangat yang tidak pernah henti.

4. Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan sabar memberikan banyak petunjuk serta bimbingan

dan juga mengajarkan kedisiplinan sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si, atas saran yang diberikan selama

proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

telah mengasuh, mendampingi serta memberikan bekal ilmu selama saya

menempuh masa perkuliahan.

7. Para karyawan dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Mbak Nani, dan Pak Gik, untuk

keramahan dan semua bantuannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

8. Papa dan Mama tersayang, Bapak Yohannes Pastora dan Ibu Sri Lestari,

untuk segala kepercayaan, kesabaran, pengertian, dukungan, dorongan

semangat, dan doa yang tidak pernah berhenti.

9. Kak Monik-ku yang paling cantik, terima kasih buat abstract-nya, juga

Adri yang sudah membantu selama proses pengambilan data. Terima kasih

juga atas semua yang telah kita bagi dan lewati selama ini.

10. Mbak Fajar dan Mas Ncop yang sudah membantu selama proses

pengambilan data dan selama persiapan ujian, terima kasih juga Mbak

buat semua cerita-ceritanya.

11. Sahabat-sahabatku yang cerewet, Delia dan Ririn untuk dorongan

semangatnya, Iban (Kapan mau SMS dan telepon lagi???), Mia juga Dewi

untuk persahabatannya.

12. Kembaranku Friska, Winda (miss you..), Sutrie untuk segala kesabarannya

membantu selama ini, Katrin, Ohaq (Mana traktirannya?), Ayu dan jagoan

kecilnya, juga teman-teman dan sahabat yang tidak mungkin disebutkan

satu persatu, atas segala pengalaman, dan suka duka yang telah kita lewati.

13. Ana dan Kowok yang selalu memberi semangat lewat telepon dan SMS-

nya.

14. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung, juga semua subjek yang telah bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkatNya kepada semua

pihak yang telah memberikan semua bantuan tersebut di atas.

Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga dengan senang hati

saya menerima saran demi perbaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 10 Oktober 2008

Cicilia Agnes Oktavia Pastora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

DAFTAR ISI

HalamanHalaman Judul .................................................................................................... i

Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii

Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya.................................................................. iv

Abstrak................................................................................................................ v

Abstract ............................................................................................................... vi

Halaman Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah .................... vii

Kata Pengantar .................................................................................................... viii

Daftar Isi ............................................................................................................. x

Daftar Tabel ........................................................................................................ xii

Daftar Lampiran.................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12

A. Sikap Konsumtif ..................................................................................... 12

1. Definisi Sikap Konsumtif ................................................................. 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif .................. 14

3. Aspek-aspek Sikap Konsumtif ......................................................... 21

4. Perilaku Konsumtif pada Remaja..................................................... 22

B. Sinetron................................................................................................... 24

1. Definisi Sinetron............................................................................... 24

2. Sejarah Perkembangan Sinetron....................................................... 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

3. Tema Sinetron .................................................................................. 26

4. Kritik Terhadap Sinetron ..................................................................27

5. Perilaku Menonton Sinetron pada Remaja .......................................29

C. Hubungan Antara Frekuensi Menonton Sinetron dengan Sikap Konsumtif

Pada Remaja Putri.................................................................................. 30

D. Hipotesis ................................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 35

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 35

B. Variabel Penelitian.................................................................................. 35

C. Definisi Operasional ............................................................................... 35

D. Subjek Penelitian .................................................................................... 38

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 39

F. Pengujian Alat Ukur................................................................................ 42

G. Metode Analisis Data ............................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 46

A. Pelaksanaan Penelitian............................................................................ 46

B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 46

1. Deskripsi Data Penelitian................................................................ 46

2. Uji Asumsi ...................................................................................... 49

3. Uji Hipotesis ................................................................................... 51

C. Pembahasan ............................................................................................ 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 58

A. Kesimpulan............................................................................................. 58

B. Saran ....................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59

LAMPIRAN.......................................................................................................... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Blue Print Skala Sikap Konsumtif ........................................................... 41

Tabel II Blue Print Skala Sikap Konsumtif Pada Saat Uji Coba.......................... 44

Tabel III Blue Print Nomor Aitem Baru Setelah Uji Coba................................... 44

Tabel IV Deskripsi Data Skor Skala Sikap Konsumtif......................................... 46

Tabel V Deskripsi Data Frekuensi Menonton Sinetron........................................ 47

Tabel VI Deskripsi Sekolah Subjek...................................................................... 48

Tabel VII Hasil Uji Normalitas .............................................................................49

Tabel VIII Hasil Uji Linearitas ............................................................................. 50

Tabel IX Hasil Uji Hipotesis................................................................................. 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian ............................................................ 66

Lampiran 2. Skala Uji Coba................................................................................. 67

Lampiran 3. Reliability dan Aitem Total Statistik (Sebelum Pengguguran Item 78

Lampiran 4. Item Total Statistics (Setelah Pengguguran Item)........................... 80

Lampiran 4. Skala Penelitian ............................................................................... 82

Lampiran 6. Data Penelitian ................................................................................ 91

Lampiran 7. Uji Normalitas dan Linearitas ......................................................... 93

Lampiran 8. Uji Nonparametric Correlations ...................................................... 94

Lampiran 9. Deskripsi Data ................................................................................. 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan remaja Indonesia saat ini tidak terpisahkan dari media

massa. Mereka mendengarkan radio dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka

juga mengakses internet, membaca tabloid, majalah, koran, serta novel, dan

komik. Sepulang dari sekolah mereka menyaksikan beragam acara yang disiarkan

di televisi seperti sinetron, reality show, kuis, ataupun infotainment. Terkadamg

sambil belajar di kamarnya remaja juga mendengarkan radio dan di akhir pekan

mereka pergi menonton film di bioskop bersama teman-teman sebaya mereka.

Menggunakan dan menikmati beragam media massa memang sudah

menjadi bagian hidup sehari-hari para remaja. Mereka takut dikatakan kurang

pergaulan apabila tidak mengikuti tren dan beragam informasi yang disajikan oleh

media massa. Remaja juga menjadikan media massa sebagai sarana mencari

hiburan atau sekedar untuk mengisi waktu senggang sambil mengusir rasa jenuh

setelah belajar di sekolah, sehingga tidaklah mengherankan apabila disebagian

besar waktunya remaja melaluinya bersama atau dekat dengan beragam media.

Data yang disampaikan Bauer (2005) mendukung hal tersebut. Ia

menulis bahwa di Kanada aktivitas anak-anak dan remaja yang berhubungan

dengan media (termasuk TV, radio, internet, dan permainan komputer), mencapai

5,5 jam per hari. Sementara itu menurut data yang dimiliki Dr Sigman, anak-anak

di Inggris berusia 11 hingga 15 tahun kini banyak yang menghabiskan hampir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

dari setengah waktunya dengan menonton TV dan bermain komputer (‘Televisi

dan komputer”, 2008). Selanjutnya Santrock (2003) dengan lebih jelas

menyatakan bahwa remaja menghabiskan sepertiga atau lebih waktu terjaga

mereka dengan beberapa bentuk media massa, baik sebagai fokus utama atau

sebagai latar belakang melakukan kegiatan lain.

Televisi dan radio merupakan media massa yang murah meriah.

Remaja tidak perlu mengeluarkan banyak uang, bahkan sama sekali tidak perlu

mengeluarkan uang untuk dapat menikmati televisi dan radio. Ini tentu berbeda

dengan media massa yang lainnya. Majalah dan tabloid harus dibeli setiap jangka

waktu tertentu agar dapat dinikmati, begitu pula dengan novel ataupun menonton

film di bioskop.

Televisi dan radio juga menyuguhkan informasi dan acara yang cukup

beragam, seperti acara musik, kuis, film, drama seri, reality show, berita, sampai

infotainment; meskipun begitu televisi tampaknya tetap lebih populer

dibandingkan radio. Penyebabnya sudah pasti karena sifat televisi yang dapat

menyajikan informasi secara audio visual. Bentuk informasi audio visual inilah

yang menjadi daya tarik khas yang hanya dimiliki oleh televisi. Hal ini sejalan

dengan pendapat Wirodono (2006) yang menulis bahwa televisi adalah media

yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jenis media ini, sebagai

media audio-visual, tidak membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk

menikmatinya.

Remaja sendiri dapat menghabiskan waktu berjam-jam menonton

televisi, bahkan Santrock (2003) menyatakan bahwa remaja menonton televisi

antara 2 sampai 4 jam, dengan variasi yang cukup besar sekitar rata-rata tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Beberapa remaja sedikit atau sama sekali tidak menonton televisi, yang lain

menonton selama 8 jam sehari. Sementara itu, riset yang dilakukan oleh Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), waktu menonton TV pada anak Indonesia

sangat tinggi, mencapai 30-35 jam seminggu (“Sayang Anak, Sayang Anak….”,

2005). Lebih lanjut data Badan Pusat Statistik tahun 2003 yang dimuat dalam

majalah Reader’s Digest Indonesia edisi September 2005, memberikan persentase

jumlah anak usia 10 tahun keatas yang menonton TV. Data tersebut menyebutkan

bahwa persentase anak usia 10 tahun keatas yang menonton TV pada tahun 1998

mencapai 88,72% dan pada tahun 2000 mencapai 87,97%.

Penelitian lain yang meneliti kebiasaan menonton pada remaja

dilakukan oleh Muizzudin pada tahun 1997. Hasil penelitian yang dapat diakses

dari perpustakaan digital ITB ini, memang subjeknya baru terbatas pada 70 orang

remaja yang bertempat tinggal di Kabupaten Dati II Blitar. Hasilnya sebanyak

31.43% responden menghabiskan waktu sekitar 2 - 3 jam/hari untuk menonton

TV, sebagian besar menonton dalam waktu tak menentu (tergantung acara yang

diminati). Pada waktu hari libur lebih dari separuh responden (57.14%)

menghabiskan waktu 3 - 4 jam/hari, dengan motif menonton untuk memperoleh

hiburan (58.9%). Lembaga survei AGB Nielsen memberi data yang mendukung

hasil penelitian Muizzudin. Hasil survei lembaga tersebut yang dapat dilihat

dalam AGB Nielsen Newsletter edisi Agustus 2008, dilakukan pada April – Juni

2008 di 10 kota besar di Indonesia dan memperoleh hasil bahwa waktu menonton

TV remaja usia 15-19 tahun rata-rata 2 jam 47 menit per harinya, padahal menurut

Teresa Orange dan Louise O’Flynn (”Saatnya Diet”, 2008), keduanya praktisi

komunikasi, merekomendasikan dengan berbagai alasan bahwa waktu untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

menikmati hiburan layar kaca maksimal dua jam sebagai batasan rata-rata per

hari.

Siaran televisi di Indonesia saat ini diisi oleh TVRI dan 10 stasiun

televisi swasta yang mengudara secara nasional. Jumlah tersebut belum temasuk

stasiun televisi lokal, seperti Jogja TV dan TATV yang mengudara di wilayah

Yogyakarta, Solo, dan sekitarnya, juga Jak-TV dan O-Channel di Jakarta, dan

masih banyak lagi yang lainnya. Selama sekitar 20 jam mengudara, sebuah stasiun

televisi setidaknya membutuhkan sekitar 25 hingga 30 program acara, di luar

acara-acara tayang ulang (Wirodono, 2006). Acara-acara yang disiarkan biasanya

terdiri dari acara berita yang bermaksud memenuhi kebutuhan penontonnya akan

berbagai informasi, dan acara-acara yang bermaksud menghibur penontonnya,

seperti kuis, infotainment, sinetron, film, reality dan talk show, serta acara musik.

Selanjutnya Wirodono (2006) menjelaskan bahwa acara film (sinetron,

film kartun, film impor, maupun drama komedi) mencapai antara 50-60%, jauh

lebih tinggi dari lainnya (kecuali di Metro TV, komposisi berita mencapai 50-

60%, dan selebihnya adalah film dokumenter dan talk-show. Penayangan film,

khususnya impor, hanya sekitar 3%). Sementara itu survei yang dilakukan oleh

AGB Nielsen pada periode 10-16 Desember 2006 untuk mendata 100 program

televisi dengan rating tertinggi di Indonesia, menghasilkan temuan bahwa sepuluh

peringkat teratas ternyata dihuni oleh tayangan sinetron. Tayangan sinetron

(drama series) mendominasi daftar tersebut dengan 43%, sedangkan tayangan

berita hanya 2% (“Sinetron Indonesia”, 2006). Data tersebut didukung oleh

Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), seperti yang dilansir

oleh Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, bahwa sinetron

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

mendominasi tayangan televisi, sedangkan, tayangan yang mengandung edukasi

hanya 0,07 persen (Nainggolan, 2008).

Banyaknya stasiun televisi di Indonesia seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, tidak menjamin akan munculnya banyak acara yang berkualitas dan

beragam. Acara-acara yang saat ini disiarkan oleh stasiun televisi umumnya

menggarap tema yang seragam, sehingga menimbulkan kesan bahwa setiap

stasiun televisi tidak memiliki ciri khas yang benar-benar membedakannya dari

stasiun televisi yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirodono (2006)

yang menyatakan bahwa salah satu ciri khas televisi sebagai media adalah

persoalan ketidakmatangan media ini. Selanjutnya ia juga menulis tidak adanya

karakter yang jelas dan matang pada akhirnya tercermin pada masing-masing

stasiun televisi.

Salah satu contohnya adalah acara reality show yang bertujuan

mengorbitkan seseorang menjadi bintang. Sebut saja AFI yang dibuat oleh

Indosiar, kemudian diikuti oleh Indonesian Idol dan Saatnya Jadi Idola di RCTI,

serta KDI di TPI, Sing Like A Star di Global TV, dan masih banyak lagi acara-

acara reality show sejenis yang mengajak pemirsanya untuk berpartisipasi melalui

SMS. Begitu pula dengan sinetron. Keberhasilan sebuah sinetron yang

ditayangkan di satu stasiun televisi, kemudian akan diikuti oleh stasiun-stasiun

televisi lainnya yang ikut menyiarkan sinetron-sinetron bertema sama. Tren

sinetron remaja misalnya, saat muncul sebuah sinetron yang mengangkat tema

dari rubrik-rubrik majalah remaja atau memakai judul lagu yang sudah lebih dulu

tren, maka hampir semua stasiun televisi kemudian akan menayangkan sinetron

yang serupa. Begitu pula saat sebuah stasiun televisi sukses menyiarkan sinetron

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

bertema religi, cerita rakyat, ataupun menyadur dari drama seri luar negeri, maka

hampir disetiap stasiun televisi kita dapat menyaksikan sinetron yang juga

mengangkat tema-tema tersebut.

Sinetron Indonesia saat ini menuai banyak kritik dari berbagai

kalangan. Salah satu hal yang seringkali dikritik adalah bahwa sinetron seringkali

tidak realistis dan berlebihan. Misalnya anak-anak sekolah dalam sinetron

seringkali digambarkan menggunakan berbagai aksesoris yang tidak sepantasnya

digunakan di sekolah atau berdandan berlebihan seperti akan pergi ke pesta.

Anak-anak SMP dan SMA tidak jarang digambarkan membawa mobil mewah

atau diantar sopir pribadi ke sekolah.

Memang sebagian besar sinetron Indonesia menyoroti atau

mengangkat tema kehidupan masyarakat kota. Wirodono (2006) juga berpendapat

demikian, menurutnya kita bisa melihat problem-problem sosial ataupun kejiwaan

yang dimunculkan lewat film-film seri, drama seri, atau sinetron-sinetron (meski

yang unggulan sekalipun) lebih sering merupakan problem sosial-psikologis

masyarakat kota. Problema masyarakat kota yang sering diangkat oleh sinetron

Indonesia selanjutnya memang lebih banyak menyoroti kehidupan masyarakat

kelas sosial atas.

Ada juga beberapa judul sinetron yang sukses menggarap tema

kehidupan masyarakat sosial kelas bawah, seperti ‘Si Doel Anak Sekolahan’ dan

‘Bajaj Bajuri’, tetapi pada akhirnya keduanya harus menyerah ketika berbenturan

dengan keterbatasan kreativitas sehingga penonton menjadi bosan atau

produksinya dihentikan. Menurut Wirodono (2006) hal ini disebabkan setting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

sosial kelas bawah cenderung dihindari karena tidak diminati oleh pemasang

iklan.

Akibat sering menggarap kehidupan masyarakat kota dan kelas sosial

atas, sinetron Indonesia cenderung menampilkan kemewahan. Tokoh dalam

sinetron biasanya digambarkan tinggal di rumah atau apartemen mewah, memiliki

mobil yang juga mewah, dan mempunyai perusahaan sendiri. Tokoh yang

menggunakan pakaian, sepatu, dan tas serba mahal, serta perhiasan berlebihan

sudah menjadi pemandangan yang biasa dalam sinetron. Tampaknya

memperlihatkan dan mengumbar kemewahan duniawi sudah menjadi salah satu

ciri khas sinetron (“Sinetron Berseri”, 2007). Di tengah krisis ekonomi dan politik

yang melanda, kemewahan dalam sinetron menjadi hal yang biasa (“Sinetron:

rating”, 2001).

Kehidupan keluarga dalam sinetron digambarkan sebagai keluarga

yang kaya raya, figur cantik dan tampan, perusahaan milik keluarga, rumah

mewah, mobil mewah, baju mahal, belanja berlebihan, restoran mewah,

handphone, merupakan atribut visual yang seolah menjadi keharusan (“Sinetron:

rating”, 2001). Nina M Armando, Sekretaris Utama Yayasan Pengembangan

Media Anak (YPMA) dan Dosen Universitas Indonesia dalam

www.entertainment.kompas.com bahkan mengatakan bahwa kapitalistik masih

menjadi unsur yang tak pernah lepas dari sinetron. Kenyataan tersebut membuat

sinetron seringkali dinilai kurang berkualitas. Sugiyatma dan Wahyuni (2006)

mengatakan bahwa tayangan film/sinetron sebagai hiburan kosong dan kurang

makna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Remaja pun terkena imbasnya. Mereka menjadi terbiasa menyaksikan

kehidupan kota besar beserta hingar-bingar dan kemewahannya lewat sinetron,

padahal menurut Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, para remaja dan

anak-anak masih sangat rentan terhadap siaran berbagai media, terutama sinetron

(”Sinetron Remaja”, 2008). Menurutnya mereka belum memiliki bekal yang

cukup untuk mengkritisi sebuah produk seperti sinetron dan gampang meniru

setiap adegan yang ada didalam sinetron.

Sugiyatma dan Wahyuni (2006) mendukung pendapat tersebut dengan

menyatakan bahwa tidak mengherankan kalau anak-anak dan remaja sangat

mudah meniru apa yang ditayangkan televisi, karena itulah yang disebut modern

menurut pandangannya. Begitu pula dengan Lina dan Rosyid (1997), mereka

mengatakan bahwa pada kenyataannya banyak dijumpai kecenderungan di

kalangan remaja Indonesia untuk meniru gaya hidup mewah, dan sikap yang

sedang mewabah di Negara-negara maju.

Ketika seorang remaja menonton sinetron dan menyaksikan salah satu

tokohnya menggunakan handphone keluaran terbaru misalnya, ia mungkin saja

menjadi ingin memiliki handphone tersebut dan meminta kepada orang tuanya

untuk membelikan, padahal handphone milik remaja itu sendiri masih bisa

berfungsi baik. Contoh lainnya ketika remaja menyaksikan tokoh dalam sinetron

mengenakan tas dan sepatu mahal model terbaru, maka ia kemudian juga membeli

tas dan sepatu yang sama dengan yang dipakai tokoh tersebut agar tidak dikatakan

ketinggalan jaman oleh teman-temannya, padahal di rumah ia sudah memiliki 10

buah tas dan 10 pasang sepatu yang masih bagus. Hal ini bisa berlangsung terus

menerus hingga menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Perilaku konsumtif seringkali dialami oleh remaja putri. Wahyono

(dalam Lina dan Rosyid, 1997) mendukung pernyataan tersebut dengan

mengatakan kenyataan menunjukkan bahwa gerakan gaya hidup mewah atau

konsumtif ini juga dilakukan oleh kaum muda dan remaja putri. Hasil penelitian

Yuliana pada tahun 2006 yang dapat diakses melalui

www.library.gunadarma.ac.id juga mendukung hal tersebut. Penelitian tersebut

memperoleh hasil bahwa remaja putri memiliki perilaku konsumtif terhadap

barang yang berdiskon.

Perilaku konsumtif yang berlebihan pada remaja bisa mendatangkan

berbagai permasalahan. Remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang terbiasa

hidup boros dan jauh dari kebiasaan menabung. Perilaku konsumtif juga dapat

membuat remaja menjadi materialistik sehingga mereka selalu melihat segala

sesuatu dari segi materi saja. Dampak lainnya yang dapat timbul dari perilaku

konsumtif disampaikan oleh Tambunan (2008) yang mengatakan bahwa

terkadang orang tua sebagai sumber dana, tidak mampu memenuhi tuntutan

remaja sehingga masalah ini dapat menjadi masalah ekonomi keluarga.

Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa perilaku konsumtif ini akan

terus mengakar dan berkembang menjadi gaya hidup, tetapi bila kemudian tingkat

finansial kurang mendukung, maka seseorang tersebut dapat menggunakan cara-

cara yang tidak sehat seperti bekerja berlebihan sampai melakukan korupsi. Masih

menurut Tambunan (2008) pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki

dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, dan etika. Salah satu

contohnya adalah meningkatnya angka kriminalitas. Memang menurut Kepala

Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Komisaris Jendral Bambang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Hendarsono Danuri, kecenderungan motif ekonomi dan budaya konsumtifisme

memang saling bertautan memancing praktik kriminal (Kompas, 2008).

Anggarasari (1997) bahkan mengatakan bahwa sikap hidup konsumtif merupakan

salah satu masalah sosial yang cukup serius, sebab akan membawa dampak

negatif bagi masyarakat Indonesia.

Dampak perilaku konsumtif yang demikian kompleks membuat

peneliti tertarik untuk meneliti masalah konsumtifitas ini di kalangan remaja dan

membuat masalah ini menjadi penting untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang

tersebut dan melihat makin maraknya perilaku konsumtif di kalangan remaja,

maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi

menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan

sikap konsumtif pada remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat yang bersifat

teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. Kedua manfaat yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

1. Manfaat Teoritis

Bagi para peneliti, penelitian ini diharapkan dapat

merangsang penelitian baru yang hendak mengkaji topik yang

berkaitan dengan media massa televisi dan sikap konsumtif pada

remaja, sehingga dapat menambah khasanah ilmu Psikologi

terutama Psikologi Media Massa dan Psikologi Konsumen.

2. Manfaat Praktis

Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini kiranya berguna

sebagai sumber informasi dan refleksi untuk lebih kritis dalam

menyaksikan acara televisi khususnya sinetron, sehingga

diharapkan dapat lebih mengontrol sikap konsumtifnya.

Bagi orang tua dan pendidik, hasil penelitian ini kiranya

berguna sebagai sumber informasi untuk membantu mereka lebih

memahami dan mendampingi remaja dalam menghadapi berbagai

informasi yang disampaikan media massa dan dalam pergaulan

remaja sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SIKAP KONSUMTIF

1. Definisi

Sikap, menurut Gagne dan Briggs (dalam Aiken, 2002) adalah sebuah

keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk bereaksi

mengenai sesuatu, baik itu objek, orang, maupun kejadian tertentu. Konsumtif

sendiri menurut Retno Widiastuti (2003), anggota Pengurus Harian YLKI

(Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) adalah sebuah perilaku yang boros,

yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam arti yang lebih

luas konsumtif adalah perilaku bekonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih

mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas, juga

dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah (Widiastuti, 2003).

Selanjutnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia juga memberikan batasan

konsumtivisme, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi

tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada

kebutuhan (Mahdalela, dalam Lina dan Rosyid, 1997).

Sembiring (2007) mendukung pendapat tersebut, menurutnya

konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang

yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau

kegunaan ketika membeli barang melainkan membertimbangkan prestise yang

melekat pada barang tersebut, oleh karena itu arti kata konsumtif (consumtive)

adalah boros atau perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

secara berlebihan. Evanita, Afnidarti, dan Armida (tanpa tahun) dalam penelitian

mereka yang dipublikasikan melalui situs resmi Kementrian Negara

Pemberdayaan Perempuan, menulis bahwa seseorang yang melakukan tindakan

dalam bentuk pembelian barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional dapat

digolongkan orang yang konsumtif dan tindakannya disebut dengan perilaku

konsumtif.

Tambunan (2007) juga memberikan definisi konsumtif. Menurutnya

konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-

barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai

kepuasan yang maksimal. Ia lebih jauh menerangkan bahwa konsumtif biasanya

digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai

uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi

kebutuhan pokok. Hal senada juga dikemukakan oleh Lina dan Rosyid (1997).

Mereka menulis bahwa predikat konsumtif biasanya melekat pada seseorang bila

orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan yang rasional, sebab pembelian

tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan, tetapi sudah pada taraf keinginan

yang berlebihan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap

konsumtif adalah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang

untuk berperilaku yang boros dalam arti mengkonsumsi barang atau jasa yang

sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan cenderung tanpa batas dan

didasarkan pada pertimbangan yang tidak rasional, yaitu untuk memenuhi

keinginan dan prestise yang tergambar dari sebuah barang daripada pertimbangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

kebutuhan dan kegunaannya, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan

sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Tinjauan mengenai perilaku konsumtif perlu ditelusuri melalui

pemahaman mengenai perilaku konsumen (Lina dan Rosyid, 1997). Perilaku

konsumen sendiri dalam membeli barang sebenarnya dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) dapat

dibedakan menjadi dua yaitu:

I. Faktor-faktor lingkungan eksternal

faktor-faktor ini terdiri dari:

a. Kebudayaan

Kebudayaan menurut Stanton (dalam Dharmmesta dan Handoko,

2000) adalah simbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh

manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan

pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada. Kebudayaan

yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tindakan dalam

permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi

perilaku konsumen (Engel, Kollet, dan Blackwell, 1994). Tidak adanya

homogenitas dalam kebudayaan suatu daerah, misal karena banyaknya

kolompok etnis, akan membentuk pasar dan peilaku konsumen yang

berbeda-beda (Dharmmesta dan Handoko, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

b. Kebudayaan khusus

Kebudayaan yang khusus ada pada suatu golongan masyarakat yang

berbeda dari kebudayaan golongan masyarakat lain maupun

kebudayaan seluruh masyarakat, tentu saja mengenai beberapa bagian

yang tidak pokok, hal ini dinamakan kebudayaan khusus (subculture)

(Dharmmesta dan Handoko, 2000). Menurut Dharmmesta dan

Handoko (2000) kebudayaan-kebudayaan khusus ini memainkan

peranan penting dalam pembentukan sikap konsumen dan merupakan

petunjuk penting mengenai nilai-nilai yang akan dianut oleh seseorang

konsumen. Kebudayaan khusus yang berbeda dengan kebudayaan

khusus lain akan menyebabkan berbedanya pula perilaku

konsumennya.

c. Kelas sosial

Pengertian kelas sosial dalam hal ini adalah sama dengan istilah

lapisan sosial, sedangkan lapisan sosial sendiri menurut ahli sosiologi

Pitirim A. Sorokin, adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarki) (Dharmmesta dan

Handoko, 2000). Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) mengatakan

bahwa keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat mempengaruhi

pola konsumsinya dan sifat kepemilikan produk yang membedakan

dengan kelas sosial yang lain. Dharmmesta dan Handoko (2000)

mendukung pendapat tersebut, menurut mereka keanggotaan seseorang

dalam suatu kelas dapat mempengaruhi perilaku pembeliannya. Lebih

jauh lagi Dharmmesta dan Handoko (2000) juga menyatakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

perilaku konsumen antara kelas sosial yang satu akan sangat berbeda

dengan kelas lain, karena golongan sosial ini menyangkut aspek-aspek

sikap yang berbeda-beda.

d. Kelompok sosial dan kelompok referensi

Kelompok-kelompok sosial tersebut adalah kesatuan sosial yang

menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain, karena

adanya hubungan diantara mereka (Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Bentuk-bentuk kelompok sosial yang terjadi di dalam masyarakat

terdiri dari:

1) Kelompok yang berhubungan langsung (face to face group)

Yaitu kelompok yang anggotanya saling kenal-mengenal secara

erat, seperti misalnya keluarga, teman dekat, tetangga, kawan

sekerja dan sebagainya, keanggotaannya untuk sebagian besar

dipengaruhi oleh jabatannya, tempat kediamannya, dan usia

(Dharmmesta dan Handoko, 2000). Menurut Dharmmesta dan

Handoko (2000) kelompok ini mempunyai pengaruh langsung

terhadap pendapat dan selera orang.

2) Kelompok primer dan kelompok sekunder (primary groups

dan secondary groups)

Kelompok-kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang

ditandai dengan ciri-ciri adanya saling mengenal antara

anggota-anggota serta kerja sama yang erat yang bersifat

pribadi (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Kelompok primer

ini sangat mempengaruhi perilaku dan sikap individu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

menjadi anggotanya, sedangkan pada kelompok sekunder

anggotanya tidak perlu mengenal secara pribadi, meski begitu

kelompok sekunder akan tetap memiliki ciri kelompok primer

(Dharmmesta dan Handoko, 2000).

3) Kelompok formal dan informal (formal group dan informal

group)

Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang

mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja

diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggota-anggotanya

(Dharmmesta dan Handoko, 2000). Sebaliknya kelompok

informal tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu

(Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Kelompok referensi (reference group) adalah kelompok sosial yang

menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk

membentuk kepribadian dan perilakunya (Dharmmesta dan Handoko,

2000). Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) kelompok referensi

ini juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembeliannya, dan

sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) sendiri berpendapat bahwa

kelompok referensi remaja salah satunya adalah kelompok teman

sebaya, dimana tekanan konformitas dari kelompok benar-benar dapat

menimbulkan dampak pada keputusan pembelian produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

e. Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki selera dan keinginan yang berbeda,

meskipun begitu keluarga memainkan peranan terbesar dan terlama

dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia (Dharmmesta dan

Handoko, 2000).

II. Faktor-faktor internal.

a. Motivasi

Dharmmesta dan Handoko (2000) mengemukakan bahwa motif adalah

keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu

tujuan. Motif-motif manusia dalam melakukan pembelian terdiri dari:

1) Motif pembelian primer dan selektif

Motif pembelian primer (primary buying motive) adalah motif

yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori-

kategori umum (biasa) pada suatu produk, seperti membeli

televisi atau pakaian (Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Sedangkan motif pembelian selektif (selective buying motive)

adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan

merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang

dipilih untuk suatu pembelian (Dharmmesta dan Handoko,

2000).

2) Motif rasional dan emosional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Motif rasional menurut Dharmmesta dan Handoko (2000)

adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti

yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen.

Berbeda dengan motif rasional, motif emosional adalah motif

pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi

individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan,

kenyamanan, kesehatan, keamanan, dan kepraktisan

(Dharmmesta dan Handoko, 2000).

b. Proses belajar

Belajar menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) dapat didefinisikan

sebagai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat

adanya pengalaman. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi

apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan,

atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan

oleh produk yang kurang baik (Dharmmesta dan Handoko, 2000).

c. Kepribadian dan konsep diri

Dharmmesta dan Handoko (2000) mendefinisikan kepribadian sebagai

organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang

mendasari perilaku individu. Menurut Hawkin, Coney, dan Bert (1980)

kepribadian sangat berpengaruh pada perilaku pengambilan keputusan

untuk membeli produk: minuman, mobil, warna pakaian, dan kegiatan

yang bersifat rekreasional. Sedangkan konsep diri menurut Theodore

M. New Combe (dalam Dharmmesta dan Handoko, 2000)

didefinisikan sebagai individu yang diterima oleh individu itu sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

dalam kerangka kehidupannya dalam suatu masyarakat yang

menentukan. Dharmmesta dan Handoko (2000) berpendapat konsep

diri mempunyai implikasi dan aplikasi (penerapan) yang luas pada

perilaku konsumen.

d. Sikap

William G. Nickels (dalam Dharmmesta dan Handoko, 2000)

memberikan definisi dari sikap yang diterapkan pada pemasaran

sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap

penawaran produk dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang

baik secara konsekuen. Lebih jauh Engel, Kollet, dan Blackwell (1994)

menyatakan bahwa sikap merupakan keseluruhan evaluasi atau reaksi

perasaan positif dan negatif terhadap suatu produk yang didasarkan

pada pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan harapan di masa

datang.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif disampaikan oleh

Tuti Indra Fauziansyah (dalam Herawati, 2008) seorang Psikolog dari Iradat

Konsultan, yang mengungkapkan bahwa beberapa tahun belakangan ini, yang

dibangun oleh pemerintah adalah karakter masyarakat yang materialistis.

Menurutnya menjamurnya pusat perbelanjaan, kafe, dan tempat hiburan, membuat

orang jadi konsumtif, begitu pula perlakuan orang-orang yang terlibat

didalamnya. Perlakuan terhadap orang yang dipandang kaya akan berbeda dengan

perlakuan yang didapat oleh orang-orang kalangan menengah ataupun bawah.

Fauziansyah (dalam Herawati, 2008) menambahkan bahwa orang kaya atau

kalangan elite, sepertinya memang dianggap layak mendapatkan perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

istimewa, maka tak heran jika orang berlomba-lomba agar bisa masuk kalangan

tersebut, atau paling tidak terlihat demikian.

3. Aspek-Aspek Sikap Konsumtif

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa sikap konsumtif

adalah keadaan internal yang dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk

berperilaku yang boros dalam arti mengkonsumsi barang atau jasa yang

sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan cenderung tanpa batas dan

didasarkan pada pertimbangan yang tidak rasional, yaitu untuk memenuhi

keinginan dan prestise yang tergambar dari sebuah barang daripada pertimbangan

kebutuhan dan kegunaannya, serta tidak ada skala prioritas, juga dapat diartikan

sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Berdasarkan definisi tersebut maka

dapat terungkap mengenai aspek-aspek sikap konsumtif yang terdiri dari:

a. Boros

Perilaku konsumtif selalu ditandai dengan perilaku boros. Boros dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) didefinisikan sebagai

berlebihan memakai, mengeluarkan uang atau barang, tidak hemat.

Intinya boros adalah berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi barang

atau jasa yang sebenarnya kurang dibutuhkan atau bahkan tidak

dibutuhkan.

b. Tidak ada skala prioritas

Skala prioritas berarti kita mendahulukan untuk memenuhi kebutuhan

yang lebih mendesak terlebih dahulu. Gilarso (2004) menyatakan

bahwa kebutuhan pokok mesti dinomorsatukan karena perlu untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

mempertahankan hidup. Ia juga menambahkan bahwa untuk

kesejahteraan hidup, pemenuhan kebutuhan sekunder kerap kali tidak

kalah pentingnya dengan kebutuhan hidup dasar. Mendahulukan

kebutuhan sekunder hingga menyebabkan kebutuhan pokok menjadi

terabaikan atau tidak dapat terpenuhi berarti tidak adanya skala

prioritas.

c. Gaya hidup bermewah-mewah

Gaya hidup bermewah-mewah dapat diartikan sebagai gaya hidup

yang mementingkan kemewahan diatas segalanya. Misalnya saja lebih

mementingkan merek-merek mahal dan ternama dalam membeli

barang. Gaya hidup bermewah-mewah biasanya hanya bertujuan agar

dipandang oleh orang lain. Samuel Mulia (dalam Herawati, 2008)

seorang pengamat gaya hidup bahkan mengatakan bahwa orang kaya

zaman sekarang tidak ragu menyebut dirinya kaya raya. Menurutnya

hal ini berbeda dengan zaman dulu, orang enggan disebut kaya, karena

saat itu belum umum jika sebuah media mengekspos harta seseorang.

4. Perilaku Konsumtif Pada Remaja

Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja (Tambunan,

2007), padahal pada usia tersebut seorang remaja cenderung berperilaku

konsumtif. Hal ini disebabkan karena remaja menurut Lina dan Rosyid (1997)

memiliki kecenderungan untuk meniru gaya hidup mewah dan perilaku yang

sedang mewabah di negara-negara maju. Selanjutnya menurut Tambunan (2007)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

remaja juga memiliki sifat suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung

boros dalam menggunakan uangnya.

Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Munandar

(2001). Menurutnya sifat remaja antara lain tidak berpikir hemat, kurang realistis,

dan juga impulsif. Remaja juga sangat memperhatikan trend mode dan

perkembangan teknologi sebab mereka tidak ingin dikatakan ketinggalan jaman

oleh teman-teman sebayanya. Munandar (2001) menulis remaja lebih banyak

tertarik pada ‘gejala mode’, terutama pada remaja putri dan bahkan belakangan ini

remaja putra pun mulai tertarik. Sifat-sifat remaja tersebut membuat mereka

memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif. Tidaklah mengherankan

apabila kemudian remaja banyak membeli barang hanya demi gengsi agar tidak

dikatakan kuno ataupun agar dipandang eksklusif oleh teman-temannya.

Wanita biasanya cenderung lebih konsumtif daripada pria. Lina dan

Rosyid (1997) menulis hal ini disebabkan konsumen wanita cenderung lebih

emosional, sedang konsumen pria lebih nalar. Remaja putri sendiri menurut

Munandar (2001) tidak mudah terbujuk penjual, lebih tertarik pada warna dan

bentuk bukan pada kegunaannya, mementingkan status sosial, senang hal-hal

romantis, mudah minta pendapat orang lain, kurang tertarik pada hal teknis

sebuah barang, senang belanja hingga sulit menentukan pilihan, dan cepat

merasakan suasana toko. Sifat-sifat remaja putri tersebut membuat banyak orang

yang menilai bahwa mereka lebih cenderung konsumtif daripada remaja putra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

B. SINETRON

1. Definisi

Sinetron adalah kependekan dari sinema elektronik (Wirodono, 2006).

Sinetron kerap kali disamakan dengan soap opera atau di Indonesia lebih dikenal

dengan opera sabun ataupun drama seri. Nama sinema elektronik sendiri

diberikan sebab sinetron memang ditayangkan di televisi yang merupakan salah

satu perangkat elektronik rumah tangga. Wirodono (2006) berpendapat bahwa

secara prinsip, sinetron tidak berbeda dengan sinema celleluoid, layar lebar, atau

bioskop, namun karena dari segi teknis dan karakter media peralatannya berbeda,

keduanya mesti dibedakan.

Masih menurut Wirodono (2006) keterbatasan lebar monitor televisi

beserta penempatannya di dalam rumah, membuat efek gambar yang dinikmati

harus pula mendapatkan penyiasatan tertentu, dari segi penikmatannya pun, baik

di rumah sendiri, di ruang tamu, maupun di ruang keluarga menonton sinetron

bisa jadi hanyalah salah satu dari sekian banyak perhatian dan peristiwa yang

berlangsung di sekitarnya. Sinetron juga diselingi oleh iklan, sedangkan film layar

lebar tentu saja ditayangkan tanpa iklan. Menurut Wirodono (2006) iklan bisa

menjadi faktor pengganggu dalam proses penikmatan program (dalam hal ini

sinetron). Kecuali, jika iklan memang hanya berfungsi untuk memberi

kesempatan pada penonton untuk mengalihkan saluran sembari menunggu

tayangan iklan lewat (Wirodono, 2006). Iklan pada sinetron biasanya akan

dimanfaatkan oleh penonton untuk melakukan kegiatan lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

2. Sejarah Perkembangan Sinetron

Sinetron lahir tahun 1980-an di TVRI (Televisi Republik Indonesia).

Stasiun televisi milik pemerintah yang tidak menerima iklan ini adalah satu-

satunya stasiun televisi yang ada saat itu (“Sinetron: Rating”, 2001). TVRI pada

awalnya selain memutar paksa film-film layar lebar nasional, juga meproduksi

drama televisi (Wirodono, 2006). Menurut pendapat Wirodono (2006) migrasi

orang-orang film layar lebar ke dunia sinetron disebabkan oleh ketidaksiapan

dalam awal pertumbuhan dunia televisi kita. Inilah yang menyebabkan besarnya

pengaruh layar lebar terhadap sinetron, bukan hanya pada style atau gaya ungkap

dan pola penulisan skenario, melainkan juga pada penyutradaraan serta akting

pemerannya (Wirodono, 2006).

Sinetron semakin berkembang bersamaan dengan hadirnya lima

stasiun televisi swasta di Indonesia : RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar awal

tahun 1990-an, dimana saat itu terdapat regulasi yang mengharuskan setiap

stasiun televisi memproduksi program lokal lebih banyak dibandingkan program

non lokal (Sinetron: Rating, 2001). Sinetron menjadi unggulan program lokal dan

merajai prime time hampir semua stasiun televisi (“Sinetron: Rating”, 2001).

Selain regulasi tersebut pernah juga pada jaman Menteri Penerangan Harmoko,

ada banyak syarat untuk meluluskan sinetron yang berhak tayang karena harus

melalui izin prinsip yang dikeluarkan Deppen untuk skenario sinetron, seperti

tidak menunjukkan kekumuhan, perkelahian remaja, narkoba, dan larangan

prinsip seperti SARA dan politik (Wirodono, 2006).

Sinetron dalam perkembangan selanjutnya bukan hanya ditayangkan

saat prime time, tetapi banyak juga ditayangkan pada jam-jam diluar itu, misalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

pada pagi hari, siang, bahkan ada yang menayangkan sinetron saat hampir tengah

malam. Selain itu pernah juga berkembang trend sinetron yang ditayangkan ulang

sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore atau malam hari,

sepertinya hal ini termasuk strategi stasiun televisi untuk menghemat anggaran.

Strategi lainnya adalah memproduksi sendiri sinetron yang akan ditayangkan.

Strategi ini contohnya dilakukan oleh Indosiar, sehingga tidak perku membayar

mahal untuk membeli sinetron dari production house.

3. Tema Sinetron

Latar belakang sejarah sinetron yang mengungkap banyaknya

peraturan yang diberlakukan pada skenario sinetron, menurut Wirodono (2006)

menjadi penyebab dan pembenar alasan masing-masing PH untuk menggarap

tema-tema klasik, seperti cinta dengan pernik-perniknya, sehingga tema cinta

sejati, perselingkuhan, kesetiaan, dan penghianatan menjadi tema yang dominan.

Dilihat dari ceritanya sendiri, kebanyakan sinetron menggunakan resep yang

hampir sama yaitu persoalan cinta yang ruwet dengan intrik keluarga dan

perselingkuhan (Sinetron: Rating, 2001). Keadaan ini agak memprihatinkan sebab

menurut Budi Adji, yang juga Ketua Kompetisi (Komunitas Peduli Tayangan

Televisi), tayangan yang tergolong buruk diantaranya adalah sinetron bertema

selingkuhan dan khayalan belaka (Ikawati 2008).

Sinetron juga kerap kali menyoroti kehidupan masyarakat kota. Hal

tersebut dibenarkan oleh Wirodono (2006) yang menulis bahwa problem-problem

sosial ataupun kejiwaan yang dimunculkan lewat film-film seri, drama seri, atau

sinetron-sinetron (meski yang unggulan sekalipun) lebih sering merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

problem sosial-psikologis masyarakat kota. Problema masyarakat kota yang

sering diangkat oleh sinetron Indonesia selanjutnya memang lebih banyak

menyoroti kehidupan masyarakat kelas sosial atas yang seringkali menampilkan

kemewahan dan gaya hidup konsumtif.

Sinetron sebenarnya mengajarkan kita dengan hedonisme dan

mengajak kita untuk bermimpi tentang gaya hidup yang serba wah (“Sinetron

Indonesia”, 2006). Di tengah krisis ekonomi dan politik yang melanda,

kemewahan dalam sinetron menjadi hal yang biasa (“Sinetron: rating”, 2001).

Selanjutnya kehidupan keluarga dalam sinetron digambarkan sebagai keluarga

yang kaya raya, figur cantik dan tampan, perusahaan milik keluarga, rumah

mewah, mobil mewah, baju mahal, belanja berlebihan, restoran mewah,

handphone, merupakan atribut visual yang seolah menjadi keharusan

tanpa perduli dengan karakter tokoh yang dimainkan. (“Sinetron: rating”, 2001).

4. Kritik Terhadap Sinetron

Banyak sekali kritik yang ditujukan bagi sinetrron Indonesia. Salah

satunya mengenai orisinalitas ide cerita dan skenario sinetron. Entah disadari atau

tidak, sinetron yang mendominasi layar kaca di Indonesia sebenarnya merupakan

adaptasi (baca: jiplakan) dari berbagai tayangan drama yang populer di negeri

asalnya seperti Korea, Jepang, Taiwan, dan sebagainya (“Sinetron Indonesia”,

2006). Adaptasi tersebut ada yang memang mendapat lisensi sah dari pemilik

cerita aslinya, tetapi kebanyakan sama sekali tidak mengantongi ijin. Adaptasi ini

sepertinya dilakukan untuk menghemat dana dan tenaga, sebab menjiplak tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

melibatkan unsur kreativitas, idealisme, risiko pasar, dan pengorbanan waktu dan

tenaga yang begitu besar (“Sinetron Indonesia”, 2006).

Sinetron juga seringkali dinilai tidak realistik dan berlebihan.

Maksudnya sinetron seringkali dianggap menampilkan kemewahan dan gaya

hidup konsumtif yang tidak masuk akal sehingga seringkali tampak berlebihan.

Selanjutnya sinetron juga mendapat kritik sebab dinilai menampilkan stereotip

bias gender dalam ceritanya. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah,

cengeng, tertindas, tidak mandiri dan tergantung laki-laki, sementara laki-laki

digambarkan sebagai sosok yang kuat, tegar, mempunyai kekuasaan, mandiri dan

melindungi (“Sinetron: Rating, 2001). Lukmantoro (2007) bahkan menyebut

bahwa sinetron cenderung merendahkan martabat perempuan.

Terakhir sinetron Indonesia juga menuai kritik mengenai bahasa

Indonesia yang digunakan. Sinetron seringkali dinilai tidak menggunakan bahasa

Indonesia yang baik. Tokohnya kadang dianggap terlalu sering menggunakan kata

umpatan atau makian. Sinetron juga dinilai masih banyak menampilkan adegan

kekerasan, baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan psikologis, sehingga

dikhawatirkan memberi dampak negatif bagi penontonnya terutama remaja dan

anak-anak. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Farida Hatta

Swasono (dalam Lukmantoro, 2007) bahkan menyesalkan sinetron dan film yang

dia anggap tidak membuat perempuan menjadi lebih pintar. Selanjutnya Ia juga

menilai sinetron dan film yang kebanyakan ditonton oleh perempuan, ibu, dan

anak, seringkali menampilkan kriminalitas dan tingkah laku yang kurang sopan

serta licik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

5. Perilaku Menonton Sinetron Pada Remaja

Remaja saat ini menghabiskan hampir sebagian besar waktunya di

depan televisi sebab televisi merupakan media massa audio visual yang paling

murah dan mudah dijangkau, padahal acara televisi saat ini didominasi oleh

sinetron. Sinetron ditayangkan hampir disetiap stasiun televisi. Waktu penayangan

sinetron pun saat ini bukan hanya pada jam-jam tertentu saja, tetapi hampir di

setiap waktu baik pada pagi hari, siang, sore, maupun malam. Keadaan ini

membuat remaja Indonesia tidak memiliki alternatif tontonan lain yang beragam.

Hal tersebut membuat remaja menjadi penonton sinetron. Mereka

dapat mengikuti lebih dari satu judul sinetron setiap harinya. Remaja juga

berusaha untuk menonton sinetron setiap hari agar mereka tidak tertinggal untuk

mengetahui jalan ceritanya. Jalan cerita sinetron biasanya sangat panjang.

Menurut Lukmantoro (2007) sinetron selalu dibuat berdasarkan alur cerita berseri

yang sangat panjang. Lukmantoro (2007) juga menyebutkan bahwa penyelesaian

masalah dalam sinetron selalu ditunda-tunda. Hal tersebut selanjutnya akan

membuat emosi penonton menjadi bercampur antara apakah permasalahan dalam

cerita akan segera berakhir atau akan timbul permasalahan baru lagi (Lukmantoro,

2007).

Perilaku menonton sinetron ini menjadi diperkuat bila lingkungan

sekitar remaja juga melakukannya. Misalnya saja ketika sampai di sekolah

ternyata teman-temannya sedang membicarakan kelanjutan cerita suatu judul

sinetron. Ini akan membuat remaja menjadi lebih setia menonton sinetron, bahkan

yang tidak menonton pun bisa saja menjadi menonton agar tidak merasa tersisih

dari teman-temannya. Contoh lain misalnya bila anggota keluarga remaja juga ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

yang menonton sinetron, maka ini juga dapat memicu remaja untuk menjadi

penonton sinetron.

Selanjutnya remaja akan memperhatikan tokoh-tokoh dalam sinetron

tersebut. Tidak menutup kemungkinan apabila remaja kemudian mengidolakan

tokoh tadi. Mereka kemudian membandingkan perilaku mereka dengan tokoh tadi

dan mulai meniru perilaku tokoh idola mereka. Apalagi bila teman-teman sebaya

mereka pun melakukan hal yang sama, maka remaja akan merasa tertinggal bila

tidak meniru tokoh sinetron idolanya.

Sinetron kebanyakan ditonton oleh remaja putri. Lukmantoro (2007)

menyebutkan bahwa sinetron sangat disukai oleh kaum perempuan, sehingga

sinetron memang sangat populer dikalangan perempuan. Selanjutnya Modleski

(dalam Lukmantoro, 2007) mengatakan perempuan sangat tertarik untuk

menonton opera sabun karena perempuan lebih dapat mengikuti narasi dengan

pola feminim daripada pria. Menurutnya opera sabun memang dibuat berdasarkan

cara berpikir dan perasaan yang dimiliki oleh perempuan.

C. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON SINETRON

DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA

Sinetron seperti telah dijelaskan sebelumnya, umumnya menggarap

tema yang sama yaitu seputar percintaan, intrik keluarga, maupun perselingkuhan.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan sinetron remaja yang belakangan semakin

banyak beredar di televisi. Sinetron remaja tersebut biasanya merupakan hasil

adaptasi dari film seri luar negeri, maupun hasil adaptasi dari rubik-rubrik majalah

remaja. Sinetron remaja, seperti juga sinetron lainnya juga tetap menggarap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

konflik kehidupan masyarakat perkotaan kelas atas. Keadaan itu membuat

kebanyakan sinetron selalu menampilkan kemewahan dan gaya hidup kelas atas

yang cenderung konsumtif dan tidak masuk akal.

Fenomena sinetron yang demikian dapat menjadi contoh yang kurang

baik bagi remaja yang menontonnya. Apalagi sifat sinetron yang ditayangkan

setiap hari bahkan ada yang diulang dua kali dalam sehari, tentu saja membuat

remaja cenderung ingin menonton sinetron setiap hari untuk mengetahui

kelanjutan ceritanya. Padahal menurut Rakhmat (2001) perulangan pesan yang

berkali-kali ini dapat memperkokoh dampak media massa. Ia juga menulis

dampak ini diperkuat dengan keseragaman para wartawan (consonance of

journalist), yang menyebabkan siaran berita cenderung sama, sehingga dunia

yang disajikan pada khalayak juga dunia yang sama. Rakhmat (2001) melanjutkan

bahwa pada akhirnya khalayak tidak mempunyai alternatif yang lain, sehingga

mereka membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterimanya dari

media massa.

Hal yang sama juga berlaku pada sinetron. Keseragaman tema sinetron

membuat penonton tidak memiliki alternatif tontonan lain. Sinetron juga disiarkan

hampir setiap hari, maka tidak mengherankan apabila kemudian remaja menjadi

terbiasa melihat kemewahan dan barang-barang mahal yang digunakan tokoh

dalam sinetron, seperti tas dan sepatu bermerek yang tentu saja tidak murah,

handphone keluaran terbaru dengan berbagai teknologinya, mobil-mobil mewah,

dan aksesoris mahal yang dikenakan oleh pemain dalam sinetron.

Fenomena ini menjadi makin memprihatinkan karena sinetron-sinetron

saat ini lebih banyak menggunakan aktris-aktris muda yang tentu saja juga berusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

remaja. Aktris-aktris muda tersebut dengan kemewahan dan gaya hidup kelas atas

yang ditampilkan, dapat membuat remaja kemudian berpikir bahwa barang-

barang mewah dan gaya hidup kelas ataslah yang saat ini sedang tren.

Hal ini menjadi masalah ketika kemudian remaja menjadi ingin meniru

gaya hidup mewah yang ditampilkan aktris-aktris tersebut dalam sinetron, sebab

remaja pada dasarnya selalu ingin mengikuti perkembangan tren dan mudah

meniru adegan dalam sinetron yang menampilkan gaya hidup mewah tadi. Tidak

menutup kemungkinan apabila kemudian remaja menganggap tren dan gaya hidup

mewah yang ditampilkan dalam sinetron sebagai suatu hal yang penting, sebab

menurut Rakhmat (2001) media massa dapat mempengaruhi persepsi khalayak

tentang apa yang dianggap penting. Remaja juga dapat menjadikan aktris-aktris

sinetron tadi menjadi kelompok referensinya yang tentu saja akan mempengaruhi

perilaku remaja terutama perilaku membelinya, sebab kelompok referensi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku membeli seseorang.

Remaja yang ingin mengikuti perkembangan tren dan meniru perilaku

aktris-aktris dalam sinetron tadi, tentu saja menjadi ingin memiliki apa yang

dimiliki oleh para aktris tersebut. Misalnya, ketika ia melihat tokoh remaja dalam

sinetron pergi ke sekolah dengan membawa motor atau mobil mewah keluaran

terbaru, maka mereka akan meminta kepada orang tua mereka untuk dibelikan

motor atau mobil seperti yang digunakan tokoh dalam sinetron. Contoh lain ketika

tokoh tersebut menggunakan handphone keluaran terbaru sehingga membuat

teman-temannya kagum, maka remaja juga akan minta dibelikan handphone yang

sama padahal handphonenya sendiri juga masih bagus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Keadaan tersebut dapat dijelaskan menggunakan teori peniruan. Teori

ini memandang seseorang sebagai individu yang secara otomatis cenderung

berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya

(Rakhmat, 2001). Pertama kita membandingkan perilaku kita dengan orang yang

kita amati yang berfungi sebagai model (Rakhmat, 2001), kemudian kita mulai

meniru perilakunya. Rakhmat (2001) bahkan menulis bahwa melalui televisi,

orang meniru perilaku idola mereka, apalagi menurutnya televisi, film, dan komik

secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh. Hal

tersebut didukung oleh Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung, dalam

www.entertainment.kompas.com, yang mengatakan bahwa remaja gampang

meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron.

Remaja kemudian dapat menjadi boros demi memiliki barang-barang

yang mereka inginkan agar terlihat mirip tokoh sinetron idolanya. Remaja juga

dapat menjadi terbiasa hidup bemewah-mewah serta cenderung mudah membeli

barang karena keinginan dan mengesampingkan membeli barang yang sebenarnya

ia butuhkan. Saat inilah remaja menjadi terjebak dalan perilaku konsumtif. Tidak

menutup kemungkinan apabila kemudian orang tua sebagai sumber dana tidak

memiliki cukup dana untuk mewujudkan keinginan remaja. Hal inilah yang

menjadi masalah sehingga dapat menimbulkan konflik dalam keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

D. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

Ada hubungan yang positif antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap

konsumtif pada remaja putri. Semakin tinggi frekuensi menonton sinetron pada

remaja putri, maka sikap konsumtifnya juga akan semakin tinggi. Sebaliknya,

semakin rendah frekuensi menonton sinetron, maka sikap konsumtifnya juga akan

semakin rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk

menemukan bagaimana hubungan antara dua variabel.

B. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas : frekuensi menonton sinetron

2. Variabel tergantung : sikap konsumtif

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Frekuensi Menonton Sinetron

Frekuensi menonton sinetron adalah tingkatan seberapa tinggi atau

seberapa sering seseorang itu menonton acara sinetron yang ditayangkan di

televisi. Frekuensi menonton sinetron ini akan diukur dengan menggunakan

angket. Agket akan berisi pertanyaan mengenai berapa jam subjek menonton

sinetron dalam seminggu. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari alternatif

jawaban yang telah disediakan. Setiap alternatif jawaban berisi kisaran atau

rentang jumlah jam. Semakin tinggi jumlah jam menonton sinetron yang dipilih

subjek berarti frekuensi menonton sinetronnya semakin tinggi, dan sebaliknya

semakin rendah jumlah jam yang dipilih subjek berarti frekuensi menonton

sinetronnya juga semakin rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

2. Sikap Konsumtif

Sikap konsumtif remaja adalah sikap remaja yang cenderung boros

dalam mengkonsumsi, tidak mempertimbangkan skala prioritas, dan lebih

mengutamakan kemewahan. Sikap konsumtif ini akan diukur dengan

menggunakan skala yang dibuat berdasarkan aspek-aspek sikap konsumtif, yaitu:

a. Boros

Boros adalah perilaku remaja yang berlebih-lebihan dalam hal jumlah,

baik itu dalam membeli maupun dalam menggunakan suatu barang,

misalnya tercermin dari keinginan remaja untuk membeli banyak

barang hanya sekedar untuk menambah koleksi, atau membeli banyak

barang hanya karena ada potongan harga, ataupun mengkonsumsi

barang dalam jumlah banyak melebihi jumlah yang ia butuhkan.

b. Tidak ada skala prioritas

Skala prioritas berarti selalu mendahulukan memenuhi kebutuhan yang

sifatnya merupakan kebutuhan pokok dan lebih mendesak untuk segera

dipenuhi, daripada memenuhi kebutuhan lain yang sifatnya kurang

dibutuhkan atau yang pemenuhannya bisa ditunda. Tidak adanya skala

prioritas berarti remaja tidak mempertimbangkan bahwa ia memang

sangat membutuhkan barang tersebut, tetapi lebih berdasarkan

pertimbangan karena ia menyukainya atau menginginkannya meskipun

ia tidak atau kurang membutuhkannya. Tidak adanya skala prioritas

juga dapat membuat remaja memutuskan untuk menunda untuk

membeli barang yang memang ia butuhkan atau menunda memenuhi

kebutuhan yang lebih penting. Perilaku ini tercermin ketika remaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

misalnya menomorduakan untuk membeli barang-barang yang dapat

menunjang kuliahnya dan mendahulukan membeli barang yang kurang

ia butuhkan. Contoh lainnya adalah ketika remaja menunda membeli

sepatu yang dibutuhkannya dan lebih memilih membeli asesoris yang

kurang ia perlukan tetapi sangat disukainya.

c. Gaya hidup bermewah-mewah

Gaya hidup bermewah-mewah maksudnya remaja dalam

kehidupannya sehari-hari selalu ingin kelihatan mewah didepan orang

lain. Hal tersebut diwujudkan remaja dengan menjaga penampilannya

seperti menggunakan barang-barang yang kelihatan mewah, bermerek,

ataupun kelihatan mahal, dan juga dengan membeli barang hanya

karena barang tersebut terlihat mewah bukan karena mutu atau

kegunaannya.

Skor yang akan didapat dari skala sikap konsumtif akan menunjukkan

tinggi rendahnya sikap konsumtif remaja. Semakin tinggi skor yang didapat dari

skala, berarti remaja tersebut sikap konsumtifnya semakin tinggi, dan sebaliknya

semakin rendah skor yang didapat, berarti remaja tersebut semakin rendah sikap

konsumtifnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

D. SUBJEK PENELITIAN

Peneliti memilih subjek remaja putri yang bertempat tinggal dan

bersekolah di propinsi DI Yogyakarta dan berada pada usia remaja akhir. Batasan

usia remaja akhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah batasan usia remaja

akhir menurut Santrock (2003), yaitu diatas 15 tahun sampai dengan akhir usia

belasan atau awal usia 20 tahun. Remaja yang berada pada usia tersebut biasanya

telah dipercayai oleh orang tua mereka untuk mengelola sendiri keuangan mereka,

meskipun sumber dananya masih berasal dari orang tua. Keadaan tersebut

membuat remaja memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengatur sendiri

keuangannya tanpa banyak campur tangan dari orang tua.

Karakteristik lain adalah perilaku menonton iklan yang ditayangkan

selama acara sinetron berlangsung. Subjek yang digunakan adalah subjek yang

tidak memberi perhatian pada iklan atau tidak menonton iklan. Informasi

mengenai hal ini akan digali dari subjek dengan angket yang menanyakan apa

yang dilakukan subjek saat iklan muncul disela-sela sinetron. Subjek yang

datanya akan digunakan dalam penelitian ini adalah subjek yang memilih jawaban

memindahkan saluran televisi sampai iklan selesai atau memilih melakukan

kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai. Subjek yang menjawab bahwa ia

menonton iklan sampai selesai, datanya tidak akan disertakan dalam proses

analisis. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan pengaruh iklan terhadap sikap

konsumtif subjek, sehingga sikap konsumtif yang akan diukur benar-benar hanya

dihubungkan dengan frekuensi menonton sinetron saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih secara sengaja

menyesuaikan dengan tujuan penelitian (Purwanto, 2008). Subjek sebagai sampel

dalam penelitian ini dipilih remaja putri yang bertempat tinggal dan bersekolah di

Yogyakarta dan berusia diatas 15 tahun sampai dengan awal 20 tahun, yang

biasanya duduk di bangku SMA atau kuliah semester awal. Subjek juga

merupakan penonton sinetron, tetapi tidak menonton iklan yang ditayangkan

selama sinetron berlangsung.

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif.

Angket frekuensi menonton sinetron terdiri dari dua buah pertanyaan.

Pertanyaan pertama menanyakan jumlah jam atau berapa lama subjek menonton

sinetron dalam satu minggu. Pertanyaan dalam angket frekuensi menonton

sinetron tadi ditanyakan dalam kurun waktu satu minggu, bertujuan untuk

mengantisipasi apabila ada subjek yang tidak menonton sinetron setiap hari,

sehingga diharapkan dapat mempermudah subjek ketika mengisi angket. Subjek

diminta untuk memilih salah satu dari 9 alternatif jawaban yang telah disediakan.

Setiap alternatif jawaban berisi kisaran atau rentang jumlah jam. Pilihan jawaban

tersebut yaitu:

kurang dari 1 jam

1 – 3 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

4 – 6 jam

7 – 9 jam

10 – 12 jam

13 – 15 jam

16 – 18 jam

19 – 21 jam

Lebih dari 21 jam

Semakin tinggi jumlah jam menonton sinetron yang dilakukan oleh

subjek, berarti semakin tinggi pula frekuensi menonton sinetronnya. Sebaliknya

semakin rendah jumlah jam menonton sinetron yang dilakukan oleh subjek,

berarti semakin rendah pula frekuensi menonton sinetronnya.

Pertanyaan kedua menanyakan apakah subjek menonton iklan yang

muncul pada saat sinetron berlangsung atau tidak. Subjek juga diminta untuk

memilih salah satu dari tiga alternatif jawaban. Pilihan jawaban tersebut terdiri

dari:

Menonton iklan tersebut.

Memindahkan saluran televisi ke stasiun lain sampai iklan selesai.

Melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai.

Sikap konsumtif akan diukur dengan menggunakan skala sikap

konsumtif yang dibuat berdasarkan aspek-aspek yang telah dijelaskan

sebelumnya. Semakin tinggi skor yang didapat, berarti remaja tersebut memiliki

sikap konsumtif yang semakin tinggi pula, dan sebaliknya semakin rendah skor

yang diperoleh, berarti sikap konsumtif remaja tersebut juga semakin rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Aitem-aitem pernyataan dalam skala sikap konsumtif dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu favorable dan unfavorable. Atem-aitem favorable akan

dibuat berdasarkan aspek-aspek yang menunjukkan ciri perilaku konsumtif,

sedangkan aitem-aitem unfavorable akan dibuat berdasarkan aspek-aspek yang

tidak mencirikan perilaku konsumtif. Distribusi aitem-aitem dalam skala perilaku

konsumtif dapat dilihat pada blue print skala berikut ini:

Tabel I

Blue Print Skala Sikap Konsumtif

No. Aspek Nomor Aitem Jml Total

1 Boros Favorable 3, 8, 10, 14, 16,

20, 23, 26, 32, 37

10 20

Unfavorable 2, 6, 12, 18, 34,

42, 46, 47, 51, 59

10

2 Tidak ada skala Favorable 9, 11, 17, 27, 28,

38, 41, 45, 49, 50

10 20

prioritas Unfavorable 1, 4, 22, 30, 40,

43, 52, 53, 55, 58,

10

3 Gaya hidup Favorable 7, 13, 19, 21, 31,

33, 39, 48, 57, 60

10 20

Bermewah-mewah Unfavorable 5, 15, 24, 25, 29,

35, 36, 44, 54, 56,

10

Total 60 60

Skala yang digunakan adalah model skala likert dengan dua jenis

pernyataan, favorabel dan unfavorabel dan pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

F. PENGUJIAN ALAT UKUR

1. Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba alat ukur yaitu angket frekuensi menonton sinetron dan skala

sikap konsumtif, dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 27 Agustus

2008. Pada saat uji coba ini peneliti meminta kepada 40 orang responden untuk

mengisi angket frekuensi menonton sinetron dan skala sikap konsumtif.

Responden pada uji coba ini sebagian besar merupakan mahasiswi berbagai

jurusan di Universitas Sanata Dharma dan beberapa orang pelajar SMA dan SMK

di Yogyakarta. Responden yang dipilih untuk uji coba adalah responden remaja

putri yang berusia 15 sampai dengan awal 20 tahun. Uji coba ini dilaksanakan di

lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma dan di kediaman responden.

2. Validitas

Skala sikap konsumtif diuji validitasnya sebelum digunakan dalam

proses pengambilan data. Validitas sendiri menurut Azwar (2000) adalah

ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Azwar

(2000) selanjutnya mengatakan bahwa validitas berarti sejauh mana skala itu

mampu mengukur atribut yang ia dirancang untuk mengukurnya.

Pertama, dilakukan pengujian terhadap validitas isi skala sikap

konsumtif dengan cara mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Isi

setiap aitem dicermati agar maknanya sesuai dengan definisi operasional aspek-

aspek sikap konsumtif dan juga dengan mengecek ulang agar tidak tumpang

tindih dengan aitem dari aspek lain. Kalimat pada setiap aitem juga dibuat dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

bahasa sederhana serta menghindari istilah-istilah asing agar mudah dimengerti

oleh responden.

Kedua, pengujian dilakukan terhadap validitas tampang skala. Kondisi

penampilan skala dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan agar

pengisiannya tidak menyulitkan responden. Pengujian validitas skala sikap

konsumtif menghasilkan skala dengan blue print seperti yang terlihat pada tabel I.

3. Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran

(Azwar, 2000). Reliabilitas skala sikap konsumtif akan diuji menggunakan

bantuan perangkat lunak komputer SPSS 15.0 for Windows dengan memakai

model koefisien Alpha Cronbach.

Uji reliabilitas skala sikap konsumtif menghasilkan nilai koefisien

Cronbach's Alpha sebesar 0,962. Nilai koefisien relibilitas tersebut mendekati 0,9

sehingga skala perilaku konsumtif dapat dinyatakan reliabel.

4. Daya Diskriminasi Aitem

Pengujian skala sikap konsumtif menghasilkan koefisien korelasi

aitem total yang bernilai antara 0,247 sampai dengan 0,759. Kemudian dengan

menggunakan nilai kritis untuk n=60 sebesar 0,312 ditentukan aitem-aitem yang

gugur. Hasilnya ada 6 butir aitem yang gugur dari 60 butir aitem yang

diujicobakan sehingga menyisakan 54 butir aitem yang sahih. Uji ini kemudian

dilanjutkan dengan menyeimbangkan jumlah aitem pada setiap aspek dengan

mengeluarkan 2 butir aitem dari aspek boros yang memiliki koefisien korelasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

terendah yaitu aitem nomor 18 dan 51. Nomor butir-butir aitem yang gugur dan

dikeluarkan serta nomor aitem baru dapat dilihat pada tabel II dan III berikut ini:

Tabel II

Blue Print Skala Sikap Konsumtif Pada Saat Uji Coba

No. Aspek Nomor Aitem Jml Total1 Boros Favorable 3, 8, 10, 14, 16, 20,

23, 26, 32, 37 10 20

Unfavorable 2, 6, 12, 18**, 34, 42, 46, 47, 51**, 59

10

2 Tidak ada skala Favorable 9*, 11, 17, 27, 28, 38, 41, 45*, 49, 50

10 20

prioritas Unfavorable 1, 4, 22, 30, 40, 43, 52, 53, 55, 58,

10

3 Gaya hidup Favorable 7, 13*, 19, 21, 31, 33, 39, 48, 57*, 60

10 20

Bermewah-mewah Unfavorable 5, 15*, 24, 25, 29, 35, 36, 44*, 54, 56,

10

Total 60 60Keterangan:Tanda * = Nomor aitem yang gugur pada saat uji coba ** = Nomor aitem yang dikeluarkan

Tabel III

Blue Print Nomor Aitem Baru Setelah Uji Coba

No. Aspek Nomor Aitem Jml Total1 Boros Favorable 3, 8, 9, 12, 13, 16,

19, 22, 28, 33 10 18

Unfavorable 2, 6, 11, 30, 38, 40, 41, 51

8

2 Tidak ada skala Favorable 10, 14, 23, 24, 34, 37, 43, 44

8 18

prioritas Unfavorable 1, 4, 18, 26, 36, 39, 45, 46, 48, 50

10

3 Gaya hidup Favorable 7, 15, 17, 27, 29, 35, 42, 52

8 16

Bermewah-mewah Unfavorable 5, 20, 21, 25, 31, 32, 47, 49

8

Total 52 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

G. METODE ANALISIS DATA

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

metode kuantitatif yang dilakukan dengan penghitungan statistik. Sebelumnya

akan dilakukan uji normalitas dan linearitas terhadap data penelitian, kemudian

baru akan diputuskan metode pengujian hipotesisnya apakah menggunakan

statistik parametrik atau nonparametrik. Semua analisis akan dilakukan dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 15.00 for Windows.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 sampai dengan tanggal 13

September 2008 di lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma dan di

kediaman subjek. Sebanyak 66 orang subjek diminta untuk mengisi angket dan

skala. Hasilnya ada 6 orang subjek yang memilih untuk menonton iklan yang

ditayangkan selama sinetron berlangsung. Data keenam subjek tersebut tidak

diikutsertakan dalam proses analisis, sebab seperti yang telah dijelaskan pada bab

III subjek yang digunakan dalam penelitian adalah subjek yang tidak menonton

iklan atau memilih untuk memindahkan stasiun televisi sampai iklan selesai.

Sisanya sebanyak 60 orang subjek datanya digunakan dalam proses analisis.

B. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian yang mencakup mean, standar deviasi, nilai

maksimal dan minimal ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel IV

Deskripsi Data Skor Skala Sikap Konsumtif

Variabel N Min MaxMean

EmpirisSD

Empirisskor skala sikap konsumtif 60 60 148 104.03 16.070

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Skala sikap konsumtif memiliki 52 aitem yang setiap aitemnya diberi

nilai 1, 2, 3, dan 4. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh skor minimal sebesar

52 (1×52) dan skor maksimal sebesar 208 (4×52). Skor mean teoritisnya

diperoleh 130 (52+208/2). Berdasarkan skor tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa nilai mean empiris lebih kecil daripada nilai mean teoritis

(104,03<130). Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian

memiliki tingkat sikap konsumtif yang rendah.

Deskripsi data frekuensi menonton sinetron pada remaja putri dapat

dilihat pada tabel V berikut ini:

Tabel V

Deskripsi Data Frekuensi Menonton Sinetron

Frekuensi PersentasePersentase Komulatif

kurang dari 1 jam 12 20 201-3 jam 18 30 504-6 jam 12 20 707-9 jam 6 10 8010-12 jam 2 3.3 83.313-15 jam 6 10 93.316-18 jam 1 1.7 95lebih dari 21 jam 3 5 100Total 60 100

Tabel V menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yaitu sebanyak

30% menonton sinetron selama 1-3 jam per minggunya, sedangkan 12 orang

subjek (20%) menonton sinetron selama 4-6 jam per minggu dan 12 orang

(20%) lagi menonton kurang dari 1 jam per minggunya. Jumlah subjek yang

persentasenya paling sedikit yaitu 1,7% menonton sinetron selama 16-18 jam

per minggu. Subjek yang frekuensi menonton sinetronnya paling tinggi yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

lebih dari 21 jam perminggu sebanyak 3 orang atau 5% dari keseluruhan

subjek.

Deskripsi jenis dan lokasi sekolah dan universitas tempat subjek

menuntut ilmu dapat disaksikan pada tabel VI berikut ini:

Tabel VI

Deskripsi Sekolah Subjek

Sekolah FrekuensiSubjek

Persentase Persentase Komulatif

Akper Bethesda 2 3.3 3.3SMA Muhamadiyah Yk 3 5 8.3SMA Swasta Bantul 1 1.7 10SMA Swasta Yk 2 3.3 13.3SMAN Bantul 1 1.7 15SMAN Sleman 3 5 20SMAN Yk 23 38.3 58.3SMKN Yk 1 1.7 60USD 24 40 100Total 60 100

Subjek yang berasal dari Universitas Sanata Dharma berjumlah 24

orang atau 40% dari keseluruhan subjek, kemudian 23 orang atau 38,3%

subjek bersekolah diberbagai SMA Negeri yang berada di kota Yogyakarta.

Sisanya yaitu sebanyak 5% bersekolah di beberapa SMA Negeri yang

berlokasi di Sleman dan 5% lagi bersekolah di SMA Muhamadiyah yang

terletak di kota Yogyakarta. Subjek-subjek lain yaitu sebanyak 2 orang (3,3%)

bersekolah di Akper Bethesda dan di sebuah SMA Swasta di kota Yogyakarta,

sedangkan sisanya bersekolah di SMA Negeri dan swasta yang berlokasi di

Bantul serta di sebuah SMK Negeri di Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

2. Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terhadap data pada penelitian ini terdiri dari

uji normalitas dan uji linearitas. Hasil pengujian asumsi akan menjadi dasar

untuk memutuskan apakah pengujian hipotesis menggunakan statistik

parametrik atau nonparametrik (Purwanto 2008). Pelaksanaan kedua uji

tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 15.0 for Windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode analisis Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian

normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel VII

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig.

jumlah jam menonton sinetron per minggu

.225 60 .000

skor skala sikapkonsumtif

.134 60 .009

Nilai signifikansi untuk jumlah jam menonton sinetron per

minggu sebesar 0,000 dan untuk skor skala sikap konsumtif sebesar 0,009.

Keduanya bernilai lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Menurut Purwanto

(2008) bila pengujian asumsi atas data sampel tidak dapat dipenuhi maka

pengolahan data tidak menggunakan statistika parametrik tapi

menggunakan statistika nonparametrik, oleh karena itu pengujian hipotesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

nantinya akan dilakukan dengan menggunakan metode statistika

nonparametrik.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah kedua variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear

atau tidak. Hasil pengujian linearitas pada penelitian ini dapat disimak

pada tabel VIII berikut ini:

Tabel VIII

Hasil Uji Linearitas

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

skor skala sikapkonsumtif * jumlah jam menonton sinetron per minggu

Between Groups

(Combined)

4107.350 7 586.764 2.742 .017

Linearity 1339.865 1 1339.865 6.261 .016Deviation from Linearity

2767.485 6 461.247 2.155 .062

Within Groups 11128.583 52 214.011Total 15235.933 59

Nilai signifikansi linearity sebesar 0,016, karena nilai

signifikansi lebih kecil daripada 0,05 (0,016<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa antara variabel sikap konsumtif dan frekuensi

menonton sinetron terdapat hubungan yang linear.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

3. Uji Hipotesis

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya pengujian hipotesis pada

penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan statistika nonparametrik.

Hal ini disebabkan uji normalitas data menghasilkan kesimpulan bahwa data

tidak berdistribusi normal, padahal syarat menggunakan statistika parametrik

adalah datanya berdistribusi normal, oleh karena itu penelitian ini

menggunakan statistika nonparametrik. Menurut Singgih (2005) hal ini adalah

kelebihan statistika nonparametrik yaitu bisa digunakan pada data yang tidak

bisa diproses dengan prosedur parametrik.

Penggunaan statistika nonparametrik dalam penelitian korelasi dapat

dilakukan menggunakan beberapa cara: koefisien kontingensi, koefisien

korelasi rank spearman, atau koefisien korelasi rank Kendall (Siegel, dalam

Purwanto, 2008). Penelitian ini akan menggunakan uji hipotesis dengan

koefisien korelasi Spearman. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel IX

berikut:

Tabel IX

Hasil Uji Hipotesis

jumlah jam menonton

sinetron per minggu

skor skala sikap

konsumtifSpearman's rho

jumlah jam menonton sinetron per minggu

Correlation Coefficient1.000 .354(**)

Sig. (2-tailed) . .006N 60 60

skor skala sikapkonsumtif

Correlation Coefficient.354(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .N 60 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Pada tabel IX terlihat bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,354

dengan signifikansi 0,006. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0,05

(0,006<0,05) yang berarti hipotesis penelitian ini diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel, atau dengan kata lain

ada hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan sikap konsumtif.

Koefisien korelasi hasil uji hipotesis bernilai positif. Hal ini berarti hubungan

diantara kedua variabel, yaitu variabel frekuensi menonton sinetron dan

variabel sikap konsumtif memiliki hubungan yang positif. Semakin tinggi

frekuensi menonton sinetron maka sikap konsumtif juga akan semakin tinggi

dan sebaliknya.

Koefisien korelasi sebesar 0,354 berada diantara 0,2 – 0,4, menurut

Young (dalam Trihendradi, 2008) berarti juga menunjukkan derajat hubungan

yang rendah. Koefisien determinasi (r2) diperoleh dengan mengkuadratkan

nilai r yang menghasilkan skor sebesar 0,125 (0,354²). Koefisien determinasi

ini menunjukkan besarnya sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap

variabel tergantung, maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi menonton

sinetron memberikan sumbangan sebesar 0,125 atau 12,5% terhadap sikap

konsumtif remaja putri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

C. PEMBAHASAN

Uji hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, menghasilkan

koefisien korelasi (r) sebesar 0,354. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini

diterima. Hal ini berarti memang ada hubungan yang positif antara variabel

frekuensi menonton sinetron dengan variabel sikap konsumtif pada remaja putri.

Semakin tinggi frekuensi menonton sinetron maka sikap konsumtif juga akan

semakin tinggi dan sebaliknya, semakin rendah frekuensi menonton sinetron pada

remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin rendah. Hasil ini sejalan

dengan teori peniruan (modeling theories) yang telah disampaikan sebelumnya.

Teori peniruan ini memandang seseorang sebagai individu yang secara

otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan

meniru sikapnya (Rakhmat, 2001). Pertama kita membandingkan sikap kita

dengan orang yang kita amati yang berfungi sebagai model (Rakhmat, 2001),

kemudian kita mulai meniru sikapnya. Rakhmat (2001) bahkan menyatakan

bahwa melalui televisi, orang meniru sikap idola mereka, apalagi menurutnya

televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan sikap fisik yang

mudah ditiru.

Televisi yang dalam penelitian ini diamati melalui sinetron, selalu

mempertontonkan tema yang seragam, yaitu lebih sering menggarap tema

kehidupan masyarakat kota dan kelas sosial atas, selalu mengumbar kemewahan

duniawi, dan mengandung unsur kapitalis. Tema-tema itulah yang ditonton dan

ditiru oleh remaja sehingga tidak menutup kemungkinan dapat membuat remaja

menjadi konsumtif. Pertama remaja akan mengamati sikap konsumtif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron, kemudian mereka mulai meniru

sikap konsumtif tokoh sinetron idola mereka tadi. Keadaan tersebut juga didukung

oleh sifat remaja yang menurut Sinta Indra Astuti, MSi, dosen Unisba Bandung,

masih sangat rentan terhadap siaran berbagai media, terutama sinetron, apalagi

mereka belum memiliki bekal yang cukup untuk mengkritisi sebuah produk

seperti sinetron dan gampang meniru setiap adegan yang ada didalam sinetron

(”Sinetron Remaja”, 2008).

Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek

penelitian yaitu sebanyak 70% hanya menonton sinetron dibawah 6 jam setiap

minggunya. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi

menonton sinetron pada subjek yang sudah kuliah (3,25) lebih tinggi daripada

rata-rata menonton sinetron pada subjek yang masih duduk di bangku sekolah

menengah (3,05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa subjek remaja putri yang

sudah kuliah menonton sinetron lebih sering daripada remaja putri yang masih

duduk di bangku sekolah menengah atas.

Data penelitian juga mendukung kesimpulan yang telah disampaikan

sebelumnya bahwa ada hubungan yang positif antara variabel frekuensi menonton

sinetron dengan variabel sikap konsumtif, yang berarti semakin rendah frekuensi

menonton sinetron pada remaja putri maka sikap konsumtifnya juga akan semakin

rendah. Data penelitian menunjukkan bahwa frekuensi menonton sinetron pada

subjek tergolong cukup rendah, yaitu hanya dibawah 6 jam setiap minggunya. Hal

tersebut tampaknya menjadi penyebab rendahnya sikap konsumtif subjek.

Rendahnya sikap konsumtif tersebut tercermin dari hasil nilai mean empiris yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

lebih kecil daripada nilai mean teoritis (104,03<130), yang berarti bahwa rata-rata

subjek penelitian memiliki tingkat sikap konsumtif yang rendah.

Skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar

0,354 menunjukkan derajat hubungan yang rendah antara variabel frekuensi

menonton sinetron dan variabel sikap konsumtif. Sumbangan yang diberikan oleh

variabel frekuensi menonton sinetron terhadap sikap konsumtif remaja putri pun

tergolong cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,125 atau 12,5%. Hal ini berarti

frekuensi menonton sinetron hanya memberi sedikit sumbangan terhadap sikap

konsumtif remaja.

Sumbangan frekuensi menonton sinetron yang cukup rendah tadi dan

derajat korelasi yang juga tergolong rendah, dapat menggambarkan bahwa

frekuensi menonton sinetron hanya merupakan sebagian kecil saja dari berbagai

hal yang mempengaruhi sikap konsumtif. Selain itu frekuensi menonton sinetron

pada penelitian ini hanya dilihat dari lamanya subjek menonton sinetron setiap

minggunya. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan penelitian. Data mengenai

jenis sinetron apa yang ditonton oleh subjek, kapan saja waktu menonton, serta

apakah subjek benar-benar mengikuti jalan cerita sinetron yang ia tonton belum

diungkap pada penelitian ini. Pilihan jawaban frekuensi menonton sinetron pada

angket pun hanya terbatas sampai diatas 21 jam. Data-data tersebut sangat penting

untuk mengungkap mengenai intensitas menonton sinetron, sebab data frekuensi

saja kurang dapat mengungkap seberapa intens subjek menonton sinetron. Oleh

sebab itu data-data tersebut harus diungkap apabila ingin mengetahui seberapa

jauh intensitas menonton sinetron mempengaruhi sikap konsumtif. Data mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

frekuensi saja, belum cukup memadai untuk mengetahui indikator yang

kemungkinan mempengaruhi sikap konsumtif.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa

frekuensi menonton sinetron bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi

sikap konsumtif, tetapi masih banyak faktor lain yang juga mempengaruhi sikap

konsumtif dan perlu untuk dipertimbangkan seperti kebudayaan, kelas sosial,

kelompok sosial, dan kelompok referensi, keluarga, motivasi, proses belajar,

kepribadian, serta konsep diri. Oleh karena itu sebaiknya dalam membahas sikap

konsumtif perlu juga untuk mempertimbangkan keseluruhan faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap konsumtif dan bukan hanya menyorotinya dari salah satu

faktor saja.

Kesimpulan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Evanita, Afnidarti, dan Armida. Mereka meneliti pengaruh terpaaan iklan televisi

terhadap sikap konsumtif ibu rumah tangga di kota Padang. Penelitian tersebut

berkesimpulan bahwa sikap konsumtif ibu rumah tangga tidak hanya dipengaruhi

oleh variabel iklan saja, melainkan juga dipengaruhi oleh variabel diluar iklan

yang melekat pada pemirsa. Lebih jelas lagi penelitian ini mencapai kesimpulan

bahwa iklan televisi, model iklan televisi, repetisi iklan televisi, motivasi, umur,

pendidikan, pendapatan, dan kelompok acuan secara bersama-sama berpengaruh

terhadap sikap konsumtif ibu rumah tangga.

Faktor-faktor lain yang belum dipertimbangkan di dalam penelitian ini

juga merupakan salah satu keterbatasan penelitian. Subjek penelitian yang hanya

diambil di kota Yogyakarta dan adanya heterogenitas sekolah subjek juga

merupakan keterbatasan penelitian ini. Seperti yang dapat dilihat pada tabel VI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

subjek berasal dari jenis sekolah yang berbeda-beda, ada yang berasal dari SMK,

Akper, maupun sekolah swasta dan negeri. Meskipun sama-sama berasal dari kota

Yogyakarta, tetapi heterogenitas sekolah subjek menyebabkan subjek memiliki

latar belakang yang berbeda-beda, baik itu dalam hal pergaulan, pendidikan, dan

juga motivasi belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara frekuensi

menonton sinetron dengan sikap konsumtif pada remaja putri.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan beberapa saran bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti mengenai konsumtivitas, yaitu

untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif

ketika melakukan penelitian dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari

subjek. Disarankan juga untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi perilaku

konsumtif, tetapi belum pernah diteliti sebelumnya. Sebaiknya peneliti

selanjutnya mempertimbangkan untuk menggunakan alat ukur maupun metode

penelitian lain selain yang digunakan dalam penelitian ini ketika ingin meneliti

mengenai sikap maupun perilaku konsumtif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. (2002). Attitudes and Related Psychosocial Constructs: Theories, Assessment, and Research. London: Sage Publications.

Anggarasari, Rina Ekaningdyah. (1997). Hubungan tingkat religiusitas dengan sikap konsumtif pada ibu rumah tangga. Psikologika, 4, 15-20.

Azwar, Saifuddin. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bauer, Gabrielle. (2005, September). Awas serangan iklan!. Reader’s Digest Indonesia, 57-62.

Dewasa muda menonton paling sedikit. (2008, Agustus). AGB Nielsen Newsletter, 24, 1-2. Dipungut 18 November, 2008 dari http://cs.agbnmr.com.

Dharmmesta, Drs. Basu Swastha & Handoko, Drs. T. Hani. (2000). Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Evanita, S., Afnidarti, A. R., Armida. S. (tanpa tahun). Pengaruh Terpaan Iklan Televisi Terhadap Perilaku Konsumtif Ibu Rumah Tangga di Kota Padang Sumatera Barat. Dipungut Juli, 2008, dari http://menegpp.go.id.

Gilarso, T. (1986). Ekonomi Indonesia Sebuah Pengantar jilid I. Yogyakarta: Kanisius.

Gilarso, T. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.

Herawati, Prillia. (2008, 28 Februari-5 Maret). Rela ngutang demi tampil gaya. Femina, No. 09/XXXVI, 42-46.

Ikawati, Yuni. (2008, Agustus 6). Menangkal “racun” di TV anda. Kompas, 14.

Konsumtifisme Memancing Kriminalitas. (2008, Agustus 6). Kompas. 1, 15.

Lina & Rosyid, Haryanto F. (1997). Perilaku konsumtif berdasar locus of controlpada remaja putri. Psikologika, 4, 5-13.

Lukmantoro, Triyono. (2007, Oktober 29). Sinetron, Market Disciplining, And Women Utopia. Dipungut 16 Agustus, 2008, dari http://www.menegpp.go.id.

Muizzudin. (1997). Studi diskriptif frekuensi tayangan erotis siaran televisisebagai simulator erotika dan penggunaan durasi waktu menonton televisi pada pemuda dan pemudi di pedesaan: Studi kasus di Kabupaten Dati II Blitar. Dipungut 15 November, 2008, dari http://digilib.itb.ac.id.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Tangerang: Universitas Indonesia (UI-Press).

Nainggolan, Nancy. (2008). Mencermati Pola Menonton TV Anak Dan Remaja. Dipungut 15 November, 2008, darihttp://indonesiabreakingnewsonline.blogspot.com

Purwanto, M.Pd. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saatnya Diet Menonton Televisi. (2008, Mei). Dipungut 15 November, 2008, dari http://buntomijanto.wordpress.com.

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sayang Anak, Sayang Anak!. (2005, September). Reader’s Digest Indonesia, 60-61.

Sembiring, JJ Amstrong. (2007, Juli 19). Budaya Konsumerisme. Dipungut Juli, 2008, dari http://indowarta.com.

Sinetron Berseri TV Indonesia Banyak Yang Tidak Mendidik Bikin Ketagihan. (2007, Agustus 17). Dipungut 16 Agustus, 2008, dari http://organisasi.org.

Sinetron Indonesia Dan Pembodohan. (2006, Desember 27). Dipungut 16 Juli, 2008, dari http://nofieiman.com/2006/12/sinetron-indonesia-dan-pembodohan/.

Sinetron: Rating, Mimpi Dan Perempuan. (2001, April-Juni). Dipungut 16 Juli, 2008, dari http://www.insideindonesia.org/edit66/sinetron.htm.

Sinetron Remaja Masih Tetap Buram. (2008, Februari 20). Dipungut 16 Agustus, 2008, dari http://entertainment.kompas.com.

Singgih, Santoso. (2005). Seri Solusi Bisnis Berbasis Teknologi Informasi: Menggunakan SPSS Untuk Statistika Nonparametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sugiyatma & Wahyuni, Sri. (2006). Pencegahan perilaku anak dan remaja dari pengaruh negatif tayangan televisi. Media Informasi Penelitian, 188, 389-400.

Rakhmat, Drs. Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Tambunan S. Psi, Raymond. (2007, April 6). Remaja Dan Perilaku Konsumtif. Dipungut 16 Juli, 2008, dari http://kajiangemanusa.blogspot.com.

Team Pustaka Phoenix. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix.

Televisi Dan Komputer Ganggu Perkembangan Anak. (2008, 18 Februari). Dipungut 16 Juli, 2008, dari www.kompas.com

Trihendradi, C. (2008). Langkah Mudah Menguasai Analisis Statistik Menggunakan SPSS 15. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Widiastuti, Retno. (2003, Maret 17). Konsumerisme Vs Konsumtivisme Martabat Perempuan Sebagai Konsumen. Dipungut Juli, 2008, dari http://www2.kompas.com.

Wirodono, Sunardian. (2006). Matikan TV-Mu. Yogyakarta: Resist Book.

Yuliana, Fitri. (2006). Perilaku konsumtif terhadap barang yang berdiskon pada remaja putri. Abstrak dipungut 18 November, 2008, dari http://library.gunadarma.ac.id.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

SKALA UJI COBA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Informasi Pribadi:

Usia : ________ tahun.

Sekolah/Universitas : ________________

Petunjuk Pengisian:

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (×) pada kotak

jawaban yang tersedia:

Dalam satu minggu, berapa jam Anda menonton sinetron yang ditayangkan di

televisi?

kurang dari 1 jam 13 – 15 jam

1 – 3 jam 16 – 18 jam

4 – 6 jam 19 - 21 jam

7 – 9 jam lebih dari 21 jam

10 – 12 jam

Ketika Anda sedang menonton sinetron dan kemudian muncul tayangan iklan,

apa yang biasanya Anda lakukan?

Menonton iklan tersebut.

Memindahkan saluran televisi ke stasiun lain sampai iklan selesai.

Melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai.

Petunjuk Pengisian:

Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan

seksama. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan

tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (×) pada

salah satu jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban yang dapat Anda pilih yaitu:

SS, apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda.

S, apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Anda.

TS, apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda.

STS, apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri

Anda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Setiap jawaban yang Anda berikan akan dianggap benar, maka jawablah setiap

pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Identitas yang

Anda berikan akan dirahasiakan.

SS S TS STS

1. Saya lebih memilih menabung

daripada membelanjakan uang saya

untuk membeli sesuatu yang kurang

saya butuhkan.

2. Ketika saya berbelanja, saya selalu

membatasi jumlah barang yang

saya beli.

3. Saya suka membeli berbagai

macam barang sekedar untuk

menambah koleksi saya.

4. Saya lebih memilih membeli buku

yang dapat menunjang

kuliah/sekolah daripada membeli

sebuah novel.

5. Barang-barang yang terkesan

mewah menurut saya tidak penting,

yang lebih penting adalah mutu dan

fungsinya.

6. Saya selalu membatasi jumlah

pembelian yang saya lakukan setiap

bulannya.

SS S TS STS

7. Saya tidak keberatan membeli

sepatu mahal yang sedang trend

saat ini.

8. Seringkali saya kembali ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

sebuah toko yang sedang

mengadakan cuci gudang untuk

membeli lebih banyak barang.

9. Saya sering berbelanja

menggunakan uang yang

seharusnya saya gunakan untuk

membayar kuliah/sekolah.

10. Saya sudah memiliki banyak tas,

tetapi saya sering tidak bisa

menahan diri untuk tidak membeli

beberapa tas lagi yang sangat saya

sukai.

11. Saya sering membeli diluar

rencana seperti membeli baju, tas,

atau sepatu yang sedang turun

harga.

SS S TS STS

12. Ketika menemukan beberapa baju

yang sangat saya sukai, saya

dapat menahan diri untuk tidak

membeli semuanya sekalipun ada

potongan harga di toko tersebut.

13. Saya selalu ingin mengganti

handphone saya dengan seri yang

lebih baru agar saya tidak terlihat

kuno.

14. Ketika saya pergi ke pameran

buku, saya akan membeli banyak

buku yang menarik meskipun

saya tidak tahu kapan akan

membacanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

15. Jika saya membeli laptop, itu

dikarenakan saya memang sangat

membutuhkannya untuk

mengerjakan tugas

kuliah/sekolah.

16. Saya senang membeli barang

dalam jumlah banyak.

SS S TS STS

17. Seringkali uang yang diberikan

orang tua untuk membeli buku

teks kuliah/sekolah saya gunakan

untuk keperluan lain yang

sebenarnya kurang saya butuhkan.

18. Saya tidak pernah membeli

barang dalam jumlah berlebih

sekali pun saya sangat menyukai

barang tersebut.

19. Memiliki laptop itu penting sebab

membuat penampilan saya terlihat

lebih keren.

20. Ketika menemukan beberapa

barang yang saya sukai, saya akan

membelinya dalam jumlah lebih,

sebab jika tidak terpakai saya bisa

memberikannya kepada teman

atau saudara.

21. Saya merasa senang saat ada

teman yang memuji barang-

barang yang saya kenakan.

SS S TS STS

22. Setiap menerima uang dari orang

tua, saya akan menggunakannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

untuk membeli perlengkapan

kuliah/sekolah dulu sebelum saya

membelanjakannya untuk

membeli barang lain.

23. Saya senang membeli dan

menyimpan banyak barang,

karena saya senang mempunyai

banyak pilihan.

24. Menurut saya untuk menunjung

penampilan cukup dengan

menjaga kerapihan dan

kebersihan, tidak perlu

menggunakan barang yang

terkesan mahal.

25. Saya malas membeli sepatu mahal

yang sedang trend saat ini sebab

saya belum membutuhkan sepatu

baru.

SS S TS STS

26. Saya tidak pernah membatasi

pembelian yang saya lakukan

dalam satu bulan.

27. Ketika mendapat uang dari orang

tua, saya langsung membeli

barang-barang yang saya sukai,

sehingga seringkali saya harus

meminta uang lagi kepada orang

tua untuk membeli buku

kuliah/sekolah yang saya

perlukan.

28. Saya tetap akan membeli sepatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

yang sangat saya sukai, meskipun

saya tahu uang saya sebenarnya

hanya tersisa untuk membeli buku

teks kuliah/sekolah yang saya

butuhkan.

29. Saya tetap percaya diri meskipun

barang-barang yang saya kenakan

tampak sederhana.

SS S TS STS

30. Menurut saya, saya selalu bisa

mendahulukan membeli barang-

barang yang saya butuhkan

sebelum membeli barang lainnya.

31. Penampilan sebuah barang sangat

penting bagi saya, sehingga

meskipun harganya mahal saya

tetap akan membelinya.

32. Semakin banyak barang yang

saya beli saat berbelanja,

membuat saya merasa semakin

puas.

33. Ketika mengenakan barang-

barang bermerek terkenal, saya

merasa lebih percaya diri.

34. Setiap mau belanja biasanya saya

membuat daftar barang yang saya

butuhkan, sehingga saya terhindar

dari membeli terlalu banyak

barang yang tak perlu.

SS S TS STS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

35. Saya tidak memerlukan barang-

barang tertentu untuk membuat

saya percaya diri dengan

penampilan saya.

36. Bagi saya yang paling penting

dari sebuah barang adalah

fungsinya bukan penampilannya.

37. Ketika ada potongan harga di

sebuah toko, saya akan membeli

sebanyak mungkin barang yang

saya inginkan.

38. Saya membutuhkan sepatu untuk

kuliah/sekolah, tetapi

sesampainya di toko ternyata ada

celana panjang yang turun harga

sehingga saya memutuskan untuk

membeli celana saja.

39. Membeli perhiasan penting bagi

saya, sebab perhiasan membuat

penampilan saya menjadi lebih

menarik.

SS S TS STS

40. Alasan saya membeli sesuatu

biasanya karena saya

membutuhkannya, bukan hanya

karena saya menginginkannya.

41. Seringkali saya membeli baju, tas,

atau sepatu untuk menambah

koleksi, padahal saya belum

membeli barang keperluan

kuliah/sekolah.

42. Menurut saya, saya tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

berlebihan dalam membeli sebuah

barang.

43. Saya selalu mendahulukan

kebutuhan-kebutuhan yang

mendesak sebelum menggunakan

uang saya untuk keperluan yang

lain yang kurang penting.

44. Saya tidak pernah memaksakan

diri untuk membeli barang

tertentu hanya sekedar untuk

membuat teman saya kagum.

SS S TS STS

45. Ketika barang yang sangat saya

sukai turun harga, saya akan tetap

membelinya meskipun harus

menggunakan uang yang

seharusnya saya gunakan untuk

membayar kuliah/sekolah.

46. Saya selalu bisa menahan diri

untuk tidak membeli barang yang

saya sukai dalam jumlah yang

terlalu banyak.

47. Ketika ada potongan harga di

sebuah toko, saya tidak pernah

membeli barang terlalu banyak.

48. Membeli asesoris yang agak

mahal demi menunjang

penampilan tidak menjadi

masalah bagi saya.

49. Saya lebih memilih mengganti

handphone saya dengan seri yang

lebih baru daripada membeli buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

teks kuliah/sekolah.

SS S TS STS

50. Saya lebih senang menggunakan

uang saya untuk membeli sepatu

yang saya sukai daripada untuk

memperbaiki komputer yang saya

perlukan untuk membuat tugas.

51. Saya tidak pernah membeli

barang melebihi jumlah yang saya

butuhkan setiap bulannya.

52. Ketika berbelanja saya selalu

mendahulukan membeli barang-

barang yang saya butuhkan.

53. Saya lebih memilih menggunakan

uang saya untuk memperbaiki

komputer yang saya perlukan

untuk membuat tugas, daripada

menggunakannya untuk

menambah koleksi sepatu saya.

54. Meskipun saya tidak

menggunakan barang-barang

bermerek terkenal saya tetap

percaya diri.

SS S TS STS

55. Saya tidak keberatan menunda

membeli baju baru, sebab bulan

ini saya harus membeli buku teks

kuliah/sekolah.

56. Ketika teman saya

membanggakan handphone

barunya yang dilengkapi

teknologi terkini, saya tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

terpengaruh untuk ikut

membelinya.

57. Saya merasa kurang percaya diri

apabila barang-barang yang saya

kenakan tampak terlalu

sederhana.

58. Saya selalu membuat anggaran

belanja setiap bulan agar semua

kebutuhan saya dapat terpenuhi.

59. Saya tidak senang membeli

barang dalam jumlah banyak.

SS S TS STS

60. Saya tidak keberatan membeli tas

bermerek demi untuk menunjang

penampilan saya.

Periksa kembali semua jawaban Anda jangan sampai ada yang terlewat.

- Terima kasih Anda telah mengisi kuesioner ini –

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Reliability

Case Processing Summary

N %Cases Valid 40 100.0

Excluded(a) 0 .0Total 40 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on Standardized Items

N of Items

.962 .964 52

Item-Total Statistics(sebelum pengguguran item)

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlatio

n

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

item1 112.75 571.167 .490 . .960item2 112.73 572.666 .543 . .960item3 112.53 565.948 .490 . .960item4 112.73 574.563 .369 . .960item5 113.10 564.092 .741 . .959item6 112.58 565.430 .669 . .959item7 112.68 565.507 .561 . .959item8 112.38 570.446 .437 . .960item9 113.33 580.840 .247 . .960item10 112.65 566.900 .607 . .959item11 112.20 565.344 .512 . .960item12 112.65 575.977 .418 . .960item13 112.73 578.922 .269 . .961item14 112.65 569.054 .547 . .959item15 113.03 580.743 .250 . .960item16 112.85 572.438 .593 . .959

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

item17 112.98 572.794 .411 . .960item18 112.68 580.840 .351 . .960item19 112.88 578.317 .407 . .960item20 112.88 574.625 .544 . .960item21 111.88 573.753 .403 . .960item22 112.83 564.661 .700 . .959item23 112.33 575.661 .402 . .960item24 113.03 571.410 .601 . .959item25 112.78 560.846 .734 . .959item26 112.48 572.410 .511 . .960item27 112.58 566.969 .596 . .959item28 112.95 573.946 .535 . .960item29 113.05 572.408 .603 . .959item30 112.95 571.177 .591 . .959item31 112.78 566.179 .569 . .959item32 112.90 565.477 .757 . .959item33 112.30 565.497 .567 . .959item34 112.60 565.323 .539 . .960item35 112.48 568.461 .633 . .959item36 113.03 569.256 .632 . .959item37 112.63 564.958 .597 . .959item38 112.80 567.241 .636 . .959item39 112.98 566.743 .619 . .959item40 113.10 571.887 .571 . .959item41 112.83 562.456 .646 . .959item42 112.68 567.199 .612 . .959item43 113.05 572.767 .590 . .959item44 112.70 579.241 .254 . .961item45 112.73 577.999 .259 . .961item46 112.75 570.397 .512 . .960item47 112.75 576.910 .391 . .960item48 112.80 564.010 .574 . .959item49 113.10 568.964 .718 . .959item50 112.90 573.067 .436 . .960item51 112.73 576.615 .365 . .960item52 113.03 568.743 .692 . .959item53 113.18 569.276 .654 . .959item54 112.95 573.331 .519 . .960item55 112.93 567.148 .737 . .959item56 112.90 571.272 .537 . .960item57 112.73 579.487 .298 . .960item58 112.25 562.859 .587 . .959item59 112.83 570.866 .580 . .959item60 112.73 559.743 .759 . .959

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Item-Total Statistics(setelah pengguguran item)

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlatio

n

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

item1 97.98 491.512 .502 . .962item2 97.95 493.074 .551 . .962item3 97.75 486.859 .495 . .962item4 97.95 494.459 .386 . .962item5 98.33 485.302 .743 . .961item6 97.80 486.677 .667 . .961item7 97.90 486.297 .570 . .961item8 97.60 491.118 .440 . .962item10 97.88 487.856 .610 . .961item11 97.43 486.661 .508 . .962item12 97.88 496.215 .424 . .962item14 97.88 490.061 .543 . .962item16 98.08 493.148 .592 . .961item17 98.20 494.113 .392 . .962item19 98.10 498.656 .403 . .962item20 98.10 495.323 .537 . .962item21 97.10 493.938 .414 . .962item22 98.05 485.587 .709 . .961item23 97.55 495.792 .412 . .962item24 98.25 491.628 .620 . .961item25 98.00 482.513 .729 . .961item26 97.70 493.087 .510 . .962item27 97.80 488.010 .597 . .961item28 98.18 494.917 .520 . .962item29 98.28 493.025 .606 . .961item30 98.18 491.789 .596 . .961item31 98.00 487.436 .565 . .961item32 98.13 486.728 .754 . .961item33 97.53 486.717 .565 . .961item34 97.83 485.533 .563 . .962item35 97.70 489.651 .625 . .961item36 98.25 490.244 .629 . .961item37 97.85 486.438 .589 . .961item38 98.03 488.846 .618 . .961item39 98.20 487.600 .626 . .961item40 98.33 492.430 .577 . .961item41 98.05 483.997 .641 . .961item42 97.90 488.195 .613 . .961item43 98.28 493.384 .592 . .961item46 97.98 490.897 .521 . .962item47 97.98 498.281 .355 . .962

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

item48 98.03 485.717 .562 . .962item49 98.33 489.969 .714 . .961item50 98.13 493.394 .444 . .962item52 98.25 489.526 .697 . .961item53 98.40 489.785 .667 . .961item54 98.18 494.097 .514 . .962item55 98.15 488.746 .717 . .961item56 98.13 492.215 .530 . .962item58 97.48 483.692 .600 . .961item59 98.05 491.792 .575 . .961item60 97.95 481.638 .750 . .961

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

SKALA PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Informasi Pribadi:

Usia : ________ tahun.

Sekolah/Universitas : ________________

Petunjuk Pengisian:

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (×) pada kotak

jawaban yang tersedia:

Dalam satu minggu, berapa jam Anda menonton sinetron yang ditayangkan di

televisi?

kurang dari 1 jam 13 – 15 jam

1 – 3 jam 16 – 18 jam

4 – 6 jam 19 - 21 jam

7 – 9 jam lebih dari 21 jam

10 – 12 jam

Ketika Anda sedang menonton sinetron dan kemudian muncul tayangan iklan,

apa yang biasanya Anda lakukan?

Menonton iklan tersebut.

Memindahkan saluran televisi ke stasiun lain sampai iklan selesai.

Melakukan kegiatan lain sambil menunggu iklan selesai.

Petunjuk Pengisian:

Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan

seksama. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan

tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (×) pada

salah satu jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban yang dapat Anda pilih yaitu:

SS, apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Anda.

S, apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Anda.

TS, apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Anda.

STS, apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri

Anda.

Setiap jawaban yang Anda berikan akan dianggap benar, maka jawablah setiap

pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Identitas yang

Anda berikan akan dirahasiakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

SS S TS STS

1. Saya lebih memilih menabung daripada

membelanjakan uang saya untuk

membeli sesuatu yang kurang saya

butuhkan.

2. Ketika saya berbelanja, saya selalu

membatasi jumlah barang yang saya

beli.

3. Saya suka membeli berbagai macam

barang sekedar untuk menambah

koleksi saya.

4. Saya lebih memilih membeli buku yang

dapat menunjang kuliah/sekolah

daripada membeli sebuah novel.

5. Barang-barang yang terkesan mewah

menurut saya tidak penting, yang lebih

penting adalah mutu dan fungsinya.

6. Saya selalu membatasi jumlah

pembelian yang saya lakukan setiap

bulannya.

7. Saya tidak keberatan membeli sepatu

mahal yang sedang trend saat ini.

8. Seringkali saya kembali ke sebuah toko

yang sedang mengadakan cuci gudang

untuk membeli lebih banyak barang.

SS S TS STS

9. Saya sudah memiliki banyak tas, tetapi

saya sering tidak bisa menahan diri

untuk tidak membeli beberapa tas lagi

yang sangat saya sukai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

10.Saya sering membeli diluar rencana

seperti membeli baju, tas, atau sepatu

yang sedang turun harga.

11. Ketika menemukan beberapa baju yang

sangat saya sukai, saya dapat menahan

diri untuk tidak membeli semuanya

sekalipun ada potongan harga di toko

tersebut.

12.Ketika saya pergi ke pameran buku,

saya akan membeli banyak buku yang

menarik meskipun saya tidak tahu

kapan akan membacanya.

13.Saya senang membeli barang dalam

jumlah banyak.

14.Seringkali uang yang diberikan orang

tua untuk membeli buku teks

kuliah/sekolah saya gunakan untuk

keperluan lain yang sebenarnya kurang

saya butuhkan.

SS S TS STS

15.Memiliki laptop itu penting sebab

membuat penampilan saya terlihat lebih

keren.

16.Ketika menemukan beberapa barang

yang saya sukai, saya akan membelinya

dalam jumlah lebih, sebab jika tidak

terpakai saya bisa memberikannya

kepada teman atau saudara.

17.Saya merasa senang saat ada teman

yang memuji barang-barang yang saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

kenakan.

18.Setiap menerima uang dari orang tua,

saya akan menggunakannya untuk

membeli perlengkapan kuliah/sekolah

dulu sebelum saya membelanjakannya

untuk membeli barang lain.

19.Saya senang membeli dan menyimpan

banyak barang, karena saya senang

mempunyai banyak pilihan.

SS S TS STS

20. Menurut saya untuk menunjung

penampilan cukup dengan menjaga

kerapihan dan kebersihan, tidak perlu

menggunakan barang yang terkesan

mahal.

21.Saya malas membeli sepatu mahal yang

sedang trend saat ini sebab saya belum

membutuhkan sepatu baru.

22. Saya tidak pernah membatasi

pembelian yang saya lakukan dalam

satu bulan.

23. Ketika mendapat uang dari orang tua,

saya langsung membeli barang-barang

yang saya sukai, sehingga seringkali

saya harus meminta uang lagi kepada

orang tua untuk membeli buku

kuliah/sekolah yang saya perlukan.

24. Saya tetap akan membeli sepatu yang

sangat saya sukai, meskipun saya tahu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

uang saya sebenarnya hanya tersisa

untuk membeli buku teks

kuliah/sekolah yang saya butuhkan.

SS S TS STS

25. Saya tetap percaya diri meskipun

barang-barang yang saya kenakan

tampak sederhana.

26. Menurut saya, saya selalu bisa

mendahulukan membeli barang-barang

yang saya butuhkan sebelum membeli

barang lainnya.

27. Penampilan sebuah barang sangat

penting bagi saya, sehingga meskipun

harganya mahal saya tetap akan

membelinya.

28. Semakin banyak barang yang saya beli

saat berbelanja, membuat saya merasa

semakin puas.

29. Ketika mengenakan barang-barang

bermerek terkenal, saya merasa lebih

percaya diri.

30. Setiap mau belanja biasanya saya

membuat daftar barang yang saya

butuhkan, sehingga saya terhindar dari

membeli terlalu banyak barang yang

tak perlu.

SS S TS STS

31.Saya tidak memerlukan barang-barang

tertentu untuk membuat saya percaya

diri dengan penampilan saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

32. Bagi saya yang paling penting dari

sebuah barang adalah fungsinya bukan

penampilannya.

33. Ketika ada potongan harga di sebuah

toko, saya akan membeli sebanyak

mungkin barang yang saya inginkan.

34. Saya membutuhkan sepatu untuk

kuliah/sekolah, tetapi sesampainya di

toko ternyata ada celana panjang yang

turun harga sehingga saya memutuskan

untuk membeli celana saja.

35. Membeli perhiasan penting bagi saya,

sebab perhiasan membuat penampilan

saya menjadi lebih menarik.

36. Alasan saya membeli sesuatu biasanya

karena saya membutuhkannya, bukan

hanya karena saya menginginkannya.

37. Menurut saya, saya tidak pernah

berlebihan dalam membeli sebuah

barang.

SS S TS STS

38. Seringkali saya membeli baju, tas, atau

sepatu untuk menambah koleksi,

padahal saya belum membeli barang

keperluan kuliah/sekolah.

39. Saya selalu mendahulukan kebutuhan-

kebutuhan yang mendesak sebelum

menggunakan uang saya untuk

keperluan yang lain yang kurang

penting.

40. Saya selalu bisa menahan diri untuk

tidak membeli barang yang saya sukai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

dalam jumlah yang terlalu banyak.

41.Ketika ada potongan harga di sebuah

toko, saya tidak pernah membeli barang

terlalu banyak.

42. Membeli asesoris yang agak mahal

demi menunjang penampilan tidak

menjadi masalah bagi saya.

43. Saya lebih memilih mengganti

handphone saya dengan seri yang lebih

baru daripada membeli buku teks

kuliah/sekolah.

SS S TS STS

44. Saya lebih senang menggunakan uang

saya untuk membeli sepatu yang saya

sukai daripada untuk memperbaiki

komputer yang saya perlukan untuk

membuat tugas.

45. Ketika berbelanja saya selalu

mendahulukan membeli barang-barang

yang saya butuhkan.

46. Saya lebih memilih menggunakan uang

saya untuk memperbaiki komputer

yang saya perlukan untuk membuat

tugas, daripada menggunakannya untuk

menambah koleksi sepatu saya.

47. Meskipun saya tidak menggunakan

barang-barang bermerek terkenal saya

tetap percaya diri.

48. Saya tidak keberatan menunda membeli

baju baru, sebab bulan ini saya harus

membeli buku teks kuliah/sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

49. Saat teman saya membanggakan

handphone barunya yang dilengkapi

teknologi terkini, saya tidak

terpengaruh untuk ikut membelinya.

SS S TS STS

50. Saya selalu membuat anggaran belanja

setiap bulan agar semua kebutuhan saya

dapat terpenuhi.

51.Saya tidak senang membeli barang

dalam jumlah banyak.

52. Saya tidak keberatan membeli tas

bermerek demi untuk menunjang

penampilan saya.

Periksa kembali semua jawaban Anda jangan sampai ada yang terlewat.

- Terima kasih Anda telah mengisi kuesioner ini –

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

data penelitian

jam skor iklan usia

1 lebih dari 21 jam 99 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

2 4-6 jam 110 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

3 13-15 jam 108 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

4 kurang dari 1 jam 96 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

5 1-3 jam 108 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

6 1-3 jam 85 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

7 1-3 jam 109 melakukan kegiatan lain 19

8 4-6 jam 112 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 17

9 4-6 jam 86 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

10 4-6 jam 109 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

11 7-9 jam 103 melakukan kegiatan lain 18

12 kurang dari 1 jam 99 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

13 7-9 jam 110 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

14 4-6 jam 111 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

15 4-6 jam 109 melakukan kegiatan lain 18

16 13-15 jam 106 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

17 4-6 jam 139 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

18 1-3 jam 127 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 18

19 kurang dari 1 jam 72 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 20

20 13-15 jam 94 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 19

21 1-3 jam 114 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 20

22 7-9 jam 111 melakukan kegiatan lain 19

23 1-3 jam 100 melakukan kegiatan lain 16

24 4-6 jam 102 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 20

25 4-6 jam 119 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

26 13-15 jam 109 melakukan kegiatan lain 16

27 lebih dari 21 jam 142 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

28 13-15 jam 109 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

29 10-12 jam 93 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

30 lebih dari 21 jam 102 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

31 1-3 jam 92 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

32 1-3 jam 82 melakukan kegiatan lain 16

33 1-3 jam 92 melakukan kegiatan lain 16

34 1-3 jam 100 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

35 16-18 jam 114 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 20

36 1-3 jam 101 melakukan kegiatan lain 17

37 1-3 jam 127 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

38 kurang dari 1 jam 88 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

39 4-6 jam 98 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 17

40 kurang dari 1 jam 86 melakukan kegiatan lain 16

41 kurang dari 1 jam 112 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

42 kurang dari 1 jam 60 melakukan kegiatan lain 17

43 10-12 jam 100 melakukan kegiatan lain 20

44 1-3 jam 118 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

45 kurang dari 1 jam 90 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 20

46 7-9 jam 110 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

47 1-3 jam 108 melakukan kegiatan lain 20

48 1-3 jam 108 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

49 7-9 jam 114 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 16

50 1-3 jam 93 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

51 4-6 jam 110 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

52 1-3 jam 108 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

53 1-3 jam 82 melakukan kegiatan lain 16

54 kurang dari 1 jam 68 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

55 kurang dari 1 jam 97 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 17

56 7-9 jam 128 melakukan kegiatan lain 15

57 kurang dari 1 jam 106 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 17

58 4-6 jam 148 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

59 13-15 jam 97 melakukan kegiatan lain 18

60 kurang dari 1 jam 112 memindahkan saluran televisi ke stasiun lain 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)

Statistic df Sig.jumlah jam menonton sinetron per minggu .225 60 .000

skor skala perilaku konsumtif .134 60 .009

a Lilliefors Significance Correction

Nilai signifikansi untuk jumlah jam menonton sinetron per minggu sebesar 0,000

dan untuk skor skala perilaku konsumtif sebesar 0,009. Keduanya bernilai lebih

kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal,

sehingga analisis korelasi digunakan statistik nonparametrik dengan model

Spearman.

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

skor skala perilaku konsumtif * jumlah jam menonton sinetron per minggu

Between Groups

(Combined)

4107.350 7 586.764 2.742 .017

Linearity 1339.865 1 1339.865 6.261 .016Deviation from Linearity 2767.485 6 461.247 2.155 .062

Within Groups 11128.583 52 214.011Total 15235.933 59

Nilai signifikansi linearity sebesar 0,016, karena signifikansi < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa antara variabel perilaku konsumtif dan intensitas menonton

sinetron terdapat hubungan yang linear.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Nonparametric Correlations

Correlations

jumlah jam menonton

sinetron per minggu

skor skala perilaku

konsumtifCorrelation Coefficient 1.000 .354(**)Sig. (1-tailed) . .003

jumlah jam menonton sinetron per minggu

N 60 60Correlation Coefficient .354(**) 1.000Sig. (1-tailed) .003 .

Spearman's rho

skor skala perilaku konsumtif

N 60 60

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Signifikansi (0,003) < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi ada hubungan antara kedua

variabel.

Nilai r positif berarti ada hubungan yang positif diantara kedua variabel. Semakin

tinggi intensitas menonton sinetron, maka tingkat perilaku konsumtif juga

semakin tinggi.

Nilai r (0,354) menunjukkan derajat hubungan yang rendah antara kedua variabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON · PDF fileHUBUNGAN FREKUENSI MENONTON SINETRON DENGAN SIKAP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviationjumlah jam menonton sinetron per minggu 60 1 9 3.13 2.087

skor skala perilaku konsumtif 60 60 148 104.03 16.070

Valid N (listwise) 60

jumlah jam menonton sinetron per minggu

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percentkurang dari 1 jam 12 20.0 20.0 20.01-3 jam 18 30.0 30.0 50.04-6 jam 12 20.0 20.0 70.07-9 jam 6 10.0 10.0 80.010-12 jam 2 3.3 3.3 83.313-15 jam 6 10.0 10.0 93.316-18 jam 1 1.7 1.7 95.0lebih dari 21 jam 3 5.0 5.0 100.0

Valid

Total 60 100.0 100.0

perilaku menonton iklan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percentmemindahkan saluran televisi ke stasiun lain 44 73.3 73.3 73.3

melakukan kegiatan lain 16 26.7 26.7 100.0

Valid

Total 60 100.0 100.0

usia subjek

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent15 13 21.7 21.7 21.716 14 23.3 23.3 45.017 6 10.0 10.0 55.018 10 16.7 16.7 71.719 10 16.7 16.7 88.320 7 11.7 11.7 100.0

Valid

Total 60 100.0 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI