32
HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA PAPUA YANG BEKULIAH DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA OLEH ROOSE SPIEGEL NEBORE 80 2011 050 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA PAPUA YANG

BEKULIAH DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

OLEH

ROOSE SPIEGEL NEBORE

80 2011 050

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high
Page 3: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high
Page 4: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high
Page 5: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high
Page 6: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high
Page 7: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA PAPUA YANG

BEKULIAH DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Roose Spiegel Nebore

Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

ABSTRAK

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara self-regulated learning dengan

psychological well-being. Sebanyak 80 orang diambil sebagai sampel yang

dilakukan dengan menggunakan teknik insidental sampling. Metode

penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data dengan metode skala,

yaitu skala self-regulated learning dan skala psychological well-being.

Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi product moment.

Dari hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi(r) 0,831dengan nilai

signifikansi 0,000 (p< 0,05) yang berarti ada hubungan positif yang

signifikan antara antara self-regulated learning dengan psychological well-

being. Hal ini bermakna bahwa self-regulated learning mahasiswa yang

tinggi akan diikuti pula dengan psychological well-being yang tinggi.

Kata Kunci: Self-Regulated Learning, Psychological Well-Being

Page 9: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

ABSTRACT

The type of this research is correlational research that aims to know

about the significance of the relationship between self-regulated learning

and psychological well-being. A total 80 students were taken as sampe

with using incidental sampling technic. The method research that used in

data collection is scala method, that is self-regulated learning scale and

psychological well-being scale. The data analysis that used is correlation

product moment technic. From the data analysis result, we found

correlation coeficient (r) 0,831 with significance value 0,000 (p<0,05),

which means there is a positif significance relationship between self-

regulated learning and psychological well-being. It means that high self-

regulated learning in student will be followed by the high of psychological

well-being too.

Keyword: Self-Regulated Learning, Psychological Well-Being

Page 10: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

1

PENDAHULUAN

Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan

perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara

(Munandar, 2001). Kemajuan suatu kebudayaan bergantung pada cara

kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya

manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan

kepada anggota masyarakatnya kepada peserta didik. Sejalan dengan arus

perubahan yang tiada henti, maka sumber daya manusia (SDM) yang

diciptakan harus inovatif dan berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan,

terutama untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atau

minimal setingkat dengan kebutuhan (Ali, 2007).

Upaya pemerintah untuk memajukan usaha pendidikan diaplikasikan dalam

berbagai cara antara lain, undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem

pendidikan nasional dan disempurnakan dengan undang-undang nomor 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), adalah sebagai salah satu

strategi dan pertahanan untuk memperbaiki mutu kualitas pendidikan (Ali, 2007).

Dalam perdebatan soal pendidikan nasional, banyak dipersoalkan kurangnya

pendidikan nilai di sekolah-sekolah, dari SD sampai perguruan tinggi. Disadari,

kebanyakan sekolah mau pun perguruan tinggi terlalu menekankan segi kognitif

saja, tetapi kurang menekankan segi nilai kemanusiaan yang lain. Maka mulai

disadari pentingnya nilai pendidikan, termasuk pendidikan budi pekerti dan segi-

segi kemanusiaan lain, seperti emosionalitas, religiusitas, sosialitas, spiritualitas,

kedewasaan pribadi, dan afektivitas bahkan sampai pada psychological well-being.

Page 11: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

2

Masalahnya, pendidikan nilai tidak bisa dipercepat, bahkan instan. Pendidikan nilai

kemanusiaan memerlukan latihan dan penghayatan yang membutuhkan waktu lama,

sehingga sulit dipercepat. Misalnya, penanaman nilai sosialitas perlu diwujudkan

dalam banyak tindakan interaksi antar siswa atau antar mahasiswa dan kerja sama,

penanaman nilai penghargaan terhadap manusia lain membutuhkan latihan dan

mungkin hidup bersama orang lain, dan tidak cukup hanya dengan pengajaran

pengetahuannya yang berdampak pada psychological well-being mahasiswa itu

sendiri (Neepal & Renu, 2007).

Psychological well-being akan tercapai apabila secara kognitif individu

memperoleh kepuasan, dan dapat terpenuhi apabila individu mampu memaknai

hidupnya secara positif. Teori Logoterapi memandang bahwa hidup yang sehat

adalah hidup yang penuh makna (Frankl, 2003). Individu yang mampu menghayati

hidup bermakna akan tampak penuh gairah dan optimis dalam menjalani kehidupan

sehari-hari.

Psychological well-being dapat dicirikan sebagai indikator fungsi mental yang

baik. Psychological well-being sebagai suatu dorongan untuk menggali potensi diri

siswa/mahasiswa secara keseluruhan agar dapat mencapai kesuksesan.

Psychological well-being dibutuhkan agar individu dapat meningkatkan efektivitas

dalam berbagai bidang kehidupan salah satunya adalah bidang akademik.

Seharusnya dalam menempuh pendidikan siswa/mahasiswa diharapkan mempunyai

psychological well-being yang baik, hal tersebut supaya individu dapat mencapai

titik aktualisasi diri sehingga dapat mencapai kesuksesan dibidang akademik (Syek,

1992).

Page 12: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

3

Fenomena yang didapati penulis pada mahasiswa Papua yang berkuliah di

UKSW Salatiga berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa Papua

(wawancara dilakukan pada tanggal 10 Januari, 2015), mereka mengatakan

bahwadalam proses perkuliahan mengalami tekanan psikologis mulai dari cara

mereka yang harus menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran yang berbeda

dengan yang mereka ketahui sebelumnya, pergaulan dengan teman dari etnis lain

yang berbeda budaya dengan mereka, sehingga menuntut mereka harus untuk bisa

menyesuaikan diri. Kemudian hasil belajar mereka yang sering mendapatkan indeks

prestasi semester yang rendah, yang semuanya ini membuat mereka mengalami

frustrasi yang di mana psikologi mereka menjadi terganggu dan akan berdampak

pada ketidaksejahteraan psikologisnya.

Sukmadinata (2003) berpendapat bahwa, seseorang yang mempunyai waktu

istirahat yang cukup, mampu mengelola kegiatannya, dan keadaan panca indera dan

gizi yang baik akan membantunya untuk lebih bisa berkonsentrasi dalam mendengar

materi yang disampaikan oleh guru, mencatat materi, membaca materi, melakukan

diskusi dan memecahkan masalah, serta melakukan setiap praktikum mata pelajaran

dengan baik daripada siswa yang mengalami kondisi tubuh yang kelelahan, dimana

semuanya ini akan berdampak pada psychological well-being. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi psychological well-

being ialah self-regulated learning, yang merupakan wujud kemandirian dari

seorang mahasiswa dalam mengatur dirinya sendiri dalam belahjar guna untuk

mencapai keberhasilan dalam perguruan tinggi (Suci, 2008).

Dengan adanya self-regulated learning ini diharapkan mahasiswa dapat

menyadari sejak dini bahwa penyelesaian tugas-tugas di kampus dapat membantu

Page 13: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

4

mahasiswa untuk memahami dan mampu mendapatkan hasil yang baik dari proses

perkuliahan yang mereka tekuni. Dalam proses perkuliahan mahasiswa, self-

regulated learning pada mahasiswa juga ada peranannya terhadap psychological

well-being, karena dengan adanya self-regulated learning dapat membuat

mahasiswa bisa mengatur dirinya untuk bisa memperhatikan dirinya dalam belajar

dalam belajar dan bisa ambil peranan dalam proses perkuliahan, sehingga suasana

kelas bisa lebih kondusif (Sardiman, 2012).

Bintoro (2013) dalam penelitiannya, mengatakan bahwa untuk mengurangi

dampak buruk dari proses belajar baik secara moral, psikologis, dan sosial

dibutuhkan pengaturan diri mahasiswa dalam belajar sehingga akan berdampak pada

hasil belajar yang baik pula. Begitu juga dengan Mulyani (2013), yang dalam

penelitiannya menemukan bahwa self-regulated learning memberikan dampak

positif terhadap kesejahteraan akademik baik secara moral bahkan psychological

well-beingnya, hal ini karena para partisipannya mampu memanajemen waktu

belajarnya dengan baik karena mereka mampu meningkatkan self-regulated

learning-nya.

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2014) pada mahasiswa

pacsasarjana di Jakarta menemukan bahwa tidak ada hubungan antara regulasi diri

dengan psychological well-being pada mahasiswa pascasarjana di Jakarta. Hal ini

karena bukan saja self-regulation saja yang mempengaruhi psychological well-being

seseorang, namun ada faktor lain yang sangat kuat mempengaruhi psychological

well-being seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap hubungan positif yang signifikan antara self-regulated learning dengan

Page 14: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

5

psychological well-weing pada mahasiswa Papua yang berkuliah di Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self-

regulated learning dengan psychological well-being pada mahasiswa Papua yang

berkuliah di UKSW Salatiga.

TINJAUAN PUSTAKA

Psychological Well-Being

Definisi Psychological Well-Being

Ryff (1995) mendefinisikan kesejahteraan psikologis atau psychological well-

being (PWB) ini sebagai evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri

dari pengalaman hidupnya. Psychological well-being (PWB) sendiri merupakan

konsep yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu

berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif yang di kemukakan oleh

(Ryff, 1989).

Menurut Lawton (dalam Rini, 2008) menjabarkan psychological well-being

sebagai suatu skema yang terbentuk mengenai hidup yang berkualitas sebagai hasil

dari evaluasi terhadap aspek-aspek yang ada pada hidupnya yang dianggap baik

atau memuaskan.

Jadi pengertian psychological well-being yang dipakai dalam penelitian ini

adalah menurut Ryff (1995) mendefinisikan psychological well-being (PWB)

sebagai evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dari pengalaman

hidupnya.

Page 15: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

6

Dimensi Psychological Well-Being

Ryff (1995) mendefinisikan konsep psychological well-being dalam enam

dimensi yakni dimensi penerimaan diri (self-acceptance), hubungan yang positif

dengan orang lain (positive relationship with others), otonomi (Autonomy),

penguasaan lingkungan (environmental mastery) tujuan hidup, Tujuan hidup

(purose in life) dan pertumbuhan pribadi.

a. Penerimaan diri (self-acceptance). Dimensi ini merupakan suatu

bagian yang sentral dari kesehatan mental. Ryff menyimpulkan bahwa

penerimaan diri mengandung arti sebagai sikap yang positif terhadap diri sendiri.

Sikap positif ini adalah mengenali dan menerima berbagai aspek dalam dirinya,

baik yang positif maupun yang negatif, serta memliki perasaan positif terhadap

kehidupan masa lalunya.

b. Otonomi (Autonomy). Ryff menyimpulkan pribadi yang otonom adalah

pribadi yang mandiri, yang dapat menentukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Individu ini memiliki internal locus of evaluation, yakni tidak mencari

persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dirinya dengan standar personal.

Oleh karena itu, ia tidak memikirkan harapan-harapan dan penilaian orang lain

terhadap dirinya. Individu yang otonom juga tidak menggantungkan diri pada

orang lain untuk membuat keputusan penting. Individu ini tidak menyesuaikan

diri terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dalam bentuk talenta.

c. Penguasaan lingkungan(environmental mastery). Dimensi ini menggambarkan

adanya suatu perasaan yang kompeten dan penguasaan dalam mengatur

lingkungan, memiliki minat yang kuat terhadap hal-hal diluar diri, dan

berpatisipasi dalam berbagai aktivitas, serta mampu mengendalikannya. Menurut

Page 16: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

7

Ryff orang yang memiliki penguasaan lingkungan adalah orang yang memiliki

kemampuan dan kompetensi untuk mengatur lingkungannya. Individu seperti ini

mampu mengendalikan kegiatan-kegiatan yang kompleks sekalipun. Ia juga dapat

menggunaan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif dan mampu

memilih, atau bahkan menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi

jiwanya.

d. Tujuan hidup (purpose in life). Ryff menyimpulkan orang yang memiliki tujuan

hidup adalah orang yang memiliki keterarahan dan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai dalam hidupnya. Ia memiliki keyakinan dan pandangan tertentu yang

dapat memberikan arah dalam hidupnya itu bermakna dan berarti, baik dimasa

lalu, kini, maupun yang akan datang. Individu memiliki perasaan menyatu

seimbang, dan terintegrasinya bagian-bagian diri.

e. Pertumbuhan pribadi. Suatu pertumbuhan yang optimal tidak hanya berarti

bahwa seseorang dapat mencapai kualitas-kualitas yang telah disebutkan

sebelumnya, tetapi juga membutuhkan suatu perkembangan dan potensi-potensi

seseorang secara berkesinambungan. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan dalam hidup membutuhkan adanya perubahan yang keras

yang berlangsung dalam diri.

Faktor Yang Memengaruhi Psychological Well-Being

Argyle (2001) mengatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi

psychological well-being, diantaranya:

a. Kepribadian. Individu yang terbuka (ekstovert) terhadap perubahan tidak akan

mudah mengalami kegoncangan jiwa karena memiliki kemampuan menyesuaikan

diri, kemampuan meregulasikan diri untuk belajar dari hal-hal yang ada di

Page 17: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

8

sekitar, ketahanan psikologis, dan bisa menggantungkan pemecahan-pemecahan

masalah kepada orang lain. Sedangkan individu yang tertutup (introvert)

pendiam, dingin dan pemalu kemungkinan akan mengalami krisis penyesuaian

yang sangat besar dan akan mengalami kegagalan dalam meregulasikan dirinya.

Seperti ketidakmampuan dirinya untuk meregulasikan diri dalam belajar (self-

regulated learning).

b. Makna dan tujuan hidup. Makna dan tujuan hidup adalah hal-hal yang oleh

seseorang dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu

yang dapat dijadikan tujuan hidup. Hasrat untuk hidup bermakna ini pada

akhirnya akan menciptakan perasaan bahagia bagi individu yang bersangkutan.

c. Agama/kepercayaan. Agama berpotensi meningkatkan kebahagian individu

melalui ajarannya tentang kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati, surga,

takdir dan pandangan bahwa semua yang ditentukan terhadap seseorang

mempunyai arti positif. Nilai dalam berbagi kitab suci juga berpotensi

meningkatkan kebahagian karena mengandung nilai dan petunjuk untuk hidup

dengan cara positif.

Self-Regulated Learning

Definisi Self-Regulated Learning

Santrock (2001) mengatakan bahwa self-regulated learning menyangkut self-

generation dan self-monitoring pada pemikiran, perasaan, dan perilaku untuk

menjangkau tujuan. Pengaturan diri dalam belajar membuat para mahasiswa

memiliki kontrol dan mendorongnya untuk memperhatikan metode belajarnya.

Zimmerman (dalam Chen, 2002) menyatakan bahwa self-regulated learner adalah

Page 18: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

9

mahasiswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan

peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri.

Schunkdan Zimmerman (dalam Susanto, 2006), menyatakan bahwa self-

regulated learnerdapat dipahami sebagai penggunaan suatu proses yang

mengaktivasi pemikiran, perilaku dan affect (perasaan) yang terus-menerus dalam

upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dalam

penelitian ini penulis menggunakan definisi self-regulated learning menurut

Zimmerman (dalam Chen, 2002) yang menyatakan bahwa self-regulated learner

adalah mahasiswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral

merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri.

Aspek-Aspek Self-Regulated Learning

Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) menyatakan bahwa ada 3 aspek dari

self-regulated learner, yaitu: metakognitif, motivasi, dan perilaku.

a. Metakognitif adalah kemampuan individu dalam merencanakan,

mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan

melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

b. Motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang

mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki

dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar

untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki

setiap individu.

Page 19: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

10

c. Perilaku (behavioral) merupakan upaya individu untuk mengatur diri,

menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan

yang mendukung aktivitas belajar.

Selain itu, Wine dan Perry (dalam Santrock, 2001) mengutarakan karakteristik

dari self-regulated learner diantaranya: mengatur tujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan motivasinya, memiliki strategi untuk mengatur emosinya, secara

periodik memantau kemajuan yang mengarah pada tujuan, memperbaiki strategi

yang didasarkan pada kemajuan yang telah dicapai, mengevaluasi hambatan yang

timbul dan membuat penyesuaian yang diperlukan.

Dari penjelasan di atas, maka aspek yang digunakan dalam penelitian ini

adalah aspek dari Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) yaitu aspek metakognitif,

aspek motivasi, dan aspek perilaku.

Manfaat Self-regulated Learning

Zimmerman (2000) mengatakan bahwa dengan adanya self-regulated learner

individu mempunyai perasaan yakin pada dirinya untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan, usaha yang telah dilakukan, dan perencanaan kegiatan belajar untuk

mencapai prestasi yang maksimal. Dengan kata lain, self-regulated learner dapat

membantu mahasiswa untuk secara aktif mampu mengatur tindakan, cara berpikir,

dan motivasi dalam proses belajar untuk mencapai keberhasilan di dalam belajar

(Zimmerman, 2000).

Selain itu, Camahalan (2006) juga mengutarakan bahwa dengan self-regulated

learner, individu dapat mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi

masalah, menemukan solusi atau pemecahan masalah, mengevaluasi proses belajar,

Page 20: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

11

mempertahankan diri dengan mempunyai komitmen untuk belajar dan mengatasi

rintangan untuk menuju keberhasilan.

Hubungan Antara Self-Regulated Learning Dengan Psychological Well-Being

Ditengah dunia yang sedang memasuki sistem global dan modernisasi dengan

berbagai macam persoalan hidup ini banyak fenomena dimana orang semakin jauh

meninggalkan nilai-nilai tradisioanal yang berbentuk adat istiadat, kepercayaan,

serta nilai-nilai religius yang baik dan beralih pada nilai-nilai materialism, dan

modernism yang pada akhirnya seringkali membawa dampak negatif (dalam

Bastman 1996). Dampak ini dapat dilihat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari

seperti perasaan tidak aman, bingung, dan jiwa yang tidak sejahtera. Akibat terlalu

jauh dalam pergaulan adalah tidak terpenuhinya psychological well-being

mahasiswa dan semakin banyaknya berbagai macam simptom gangguan psikologis

yang tampak dari banyaknya tugas-tugas sehingga tidak mampu meyelesaikannya

dengan baik.

Dalam proses pembelajaran tetntunya mahasiswa sebaiknya menggunakan

strategi yang tepat dalam belajar agar proses belajar dapat berlangsung dengan

maskimal dan akan berdampak pada psychological well-beingnya. Penggunaan

strategi yang tepat dalam belajar dapat tercapai apabila siswa memiliki SRL yang

optimal dan mampu menerapkannya dalam proses belajar (Markus & Wurf dalam

Deasyanti & Anna, 2007). Mahasiswa yang memiliki SRL yang tinggi cenderung

mampu untuk mengatur dirinya sendiri, terkait dengan pengaturan jam belajar,

pemilihan strategi belajar, perencanaan dan penetapan tujuan belajar (Zimmerman

dalam Chen 2002). Pentingnya SRL dalam proses belajar ditunjukan oleh Entwistle

(dalam Saputra, 2005) yang menyampaikan bahwa kemajuan akademik yang

Page 21: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

12

dicapai bergantung pada pola perilaku dan kemandirian belajar (self regulation

learning). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Pujiati (2010) dan

Widiyastuti (2012) yang menghasilkan temuan bahwa sebagian siswa/mahasiswa

belum memiliki SRL yang optimal dengan menunjukan perilaku terlambat datang

ke sekolah, tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah, menyontek pada saat ulangan,

kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan, tidak tuntasnya nialai KKM,

rendahnya keinginan untuk meminta perbaikan nilai, tidak memiliki jadwal belajar

rutin, dan belajar saat akan ujian saja.

Setiap siswa/mahasiswa memiliki tingkat SRL yang berbeda satu sama lain

(Zimmerman 1989). Dengan demikian, siswa/mahasiswa yang terlibat dalam proses

pembelajaran di kelas untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, mereka akan

memiliki self-regulatated learning yang tinggi, artinya bahwa ketika siswa

/mahasiswa mampu mengatur diri mereka untuk bisa berhasil, maka hal tersebut

akan terwujud yang semua itu akan berdampak pada psychological well-beingnya

(Susanto, 2006). Sebaliknya, jika mereka akan memiliki self-regulatated learning

yang rendah, artinya bahwa ketika siswa /mahasiswa tidak mampu mengatur diri

mereka dalam belajar untuk bisa berhasil, maka hal tersebut tidak akan terwujud

yang semua itu akan berdampak pada juga pada psychological well-beingnya.

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa seorang mahasiswa yang mampu

meregulasikan dirinya dalam belajar maka psychological well-beingnya pula akan

meningkat. Sebaliknya jika soarang mahasiswa yang tidak mampu meregulasikan

dirinya dalam belajar, maka akan berdampak buruk pada psychological well-

beingnya yang akan buruk.

Hipotesis

Page 22: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

13

Berdasarkan tinjauan yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan

antara self-regulated learning dengan psychological well-being pada mahasiswa

Papua yang berkuliah di UKSW Salatiga

METODE PENELITIAN

Identifikasi Penelitian

Terdapat dua Variabel dalam penelitian ini yaitu self-regulated learning

sebagai variabel bebas, dan psychological well-being sebagai variabel terikat.

Metode Pengumpulan Data

Self-Regulated Learning

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel bebas adalah aspek-aspek

dari self-regulatated learning yaitu metakognitif, motivasi, dan perilaku

(Zimmermandan Martinez-Pons, 1990).Untuk lebih jelasnya, instrument yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Instrumen yang pertama

Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang digunakan untuk

mengukur self-regulated learning. MSLQ merupakan instrument yang

dikembangkan oleh Wolters, Karabenick, dan Pintrich (2003) melalui tiga dimensi

self-regulated learning yaitu metakognitif, motivasi, dan perilaku (Zimmerman dan

Martinez-Pons, 1990). Instrumen ini memiliki 42 item dan dalam penelitian ini

MLSQ akan dimodifikasi dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Berdasarkan

pengujian alat ukur yang telah dilakukan oleh Pintrich. Et, al. (2003) diketahui

bahwa instrument MSLQ memiliki tingkat koefisien reabilitas sebesar 0,63 untuk

skala self-regulated learning.

Page 23: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

14

Maka, berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala

self-regulated learning yang terdiri dari 42 item yang dilakukan pengujian sebanyak

2 kali putaran, diperoleh item yang gugur sebanyak 6 item dengan koefisien korelasi

item totalnya bergerak antara 0,320-0,752, dan koefisien Alpha pada skala self-

regulated learning sebesar 0,923. Hal ini berarti skala self-regulated learning sangat

reliabel.

Psychological Well-Being

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variable terikat adalah dimensi

dari psychological well-being menurut Ryff (1995), yaitu dimensi penerimaan diri

(self-acceptance), hubungan yang positif dengan orang lain (positive relationship

with others), otonomi Autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery)

tujuan hidup, tujuan hidup (puprose in life) dan pertumbuhan pribadi.

Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala psychological well-being

yang terdiri dari 42 item yang dilakukan pengujian sebanyak 2 kali putaran,

diperoleh 36 item yang valid dengan koefisien korelasi item total bergerak antara

0,320-0,715, dan koefisien Alpha pada skala psychological well-being sebesar 0,933

yang artinya skala tersebut sangat reliabel.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa Papua yang

berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga yang berjumlah 520

mahasiswa.

Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

insidental sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemuin itu cocok sebagai sumber

Page 24: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

15

data (Sugiyono, 2012). Maka sampel dalam penelitian ini ialah sebanyak 80

mahasiswa

HASIL PENELITIAN

Hasil Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan

standar deviasi sebagai hasil pengukuran Skala self-regulated learning dan skala

psychological well-being dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Self-Regulated Learning

dengan Psychological Well-Being

Variabel Interval Kategori f % Mean SD Max Min

SRL 117 ≤ x ≤ 144 Sangat Tinggi 21 26,25

14,298

140

60

90≤ x<117 Tinggi 50 62,5 107,85

63 ≤ x <90 Rendah 8 10

36≤ x <63 Sangat Rendah 1 1,25

Jumlah 80 100

PWB 117 ≤ x ≤ 144 Sangat Tinggi 23 28,75

14,419

137

51

90 ≤ x<117 Tinggi 50 62,5 108,42

63 ≤ x <90 Rendah 6 7,5

36≤ x <63 Sangat Rendah 1 1,25

Jumlah 80 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa Papua yang

berkuliah di UKSW Salatiga memiliki tingkat self-regulated learning yang tinggi

yaitu 50 mahasiswa atau 62,5% dimana skor paling rendah adalah 60 dan skor

paling tinggi adalah 140 dengan rata-ratanya sebesar 107,85 dan standar deviasi

14,298. Begitu juga dengan mahasiswa Papua yang berkuliah di UKSW Salatiga

memiliki tingkat psychological well-being yang juga berada pada kategori tinggi

yaitu 50mahasiswa atau 62,5% dimana skor paling rendah adalah 51 dan skor paling

tinggi adalah 137 dengan rata-ratanya sebesar 108,42dan standar deviasi 14,419.

Page 25: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

16

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji

normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SRL PWB

N 80 80

Normal Parametersa Mean 107.85 108.42

Std. Deviation 14.298 14.419

Most Extreme Differences Absolute .081 .128

Positive .067 .077

Negative -.081 -.128

Kolmogorov-Smirnov Z .728 1.148

Asymp. Sig. (2-tailed) .665 .144

Pada skala self-regulated learning diperoleh hasil skor sebesar 0,728 dengan

probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,665 (p>0,05). Sedangkan pada skor

psychological well-being memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0,144.Dengan demikian kedua variabel memiliki

distribusi yang normal.

Sementara dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

PWB * SRL

Between Groups

(Combined) 15468.583 37 418.070 18.349 .000

Linearity 11341.771 1 11341.771 497.775 .000

Deviation from Linearity

4126.813 36 114.634 5.031 .000

Within Groups 956.967 42 22.785

Total 16425.550 79

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,5031 dengan signifikansi =

0,000 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-regulated learning dengan

psychological well-being adalah tidak linear.

Page 26: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

17

Uji Korelasi

Uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi antara Self-Regulated Learning dengan

Psychological Well-Being

Correlations

SRL PWB

SRL Pearson Correlation 1 .831**

Sig. (1-tailed) .000

N 80 80

PWB Pearson Correlation .831** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 80 80

Hasil koefisien korelasi antara self-regulated learning dengan psychological

well-being, sebesar 0,831 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara self-regulated learning

dengan psychological well-being pada mahasiswa Papua yang berkuliah di

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning

dengan psychological well-being pada mahasiswa Papua yang berkuliah di UKSW

Salatiga, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara self-

regulated learning dengan psychological well-being pada mahasiswa Papua yang

berkuliah di UKSW Salatiga. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya

memiliki r sebesar 0,831 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti

kedua variabel yaitu self-regulated learning dengan psychological well-being

memiliki hubungan yang positif.

Page 27: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

18

Dalam dunia pendidikan formal, self-regulatied merupakan salah satu faktor

penting yang dapat memberikan dorongan atau semangat dan gairah pada siswa

maupun mahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Zimmerman

(dalam Duckwort, dkk., 2009) menegaskan bahwa siswa/mahasiswa yang secara

aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mampu mengontrol tekanan

psikologisnya adalah mereka yang secara aktif mampu mengatur tindakan, cara

berpikir, dan memiliki dorongan untuk belajar. Hal tersebut terlaksanakan dengan

baik, karena mereka mampu memperhatikan cara belajar mereka.

Feist & Feist (2010) menyatakan bahwa siswa/mahasiswa yang dapat

mengarahkan tindakan mereka melalui self-regulation-nya dengan membuat tujuan

yang bernilai dalam mencapai hasil yang baik melalui proses pembelajaran di kelas,

sehingga dapat menciptakan suatu keadaan, dan kemudian menggerakkan

kemampuanserta usaha mereka untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh individu dalam belajar itu dapat tercapai.

Dari uraian di atas, penulis dapat mengatakan bahwa semakin tinggi self-

regulated learningyang ada pada diri mahasiswa, maka tinggi pula psychological

well-being, sehingga hasil belajar yang mereka peroleh juga akan maksimal. Hal

tersebut dikarenakan para mahasiswa Papua yang berkuliah di UKSW Salatiga

mampu meregulasi diri mereka dengan baik dalam mengikuti proses pembelajaran di

kelas. Selain itu, mereka mampu mengatur jam tidur, dan jam belajar di rumah/kos,

sehingga berdampak pada psikologisnya yang sejahtera.

Hal ini terlihat dari hasil kajian penelitian di atas, bahwa antara self-regulated

dengan psychological well-being memiliki hubungan yang positif signifikan.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa self-

Page 28: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

19

regulated sebesar 62,5% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar mahasiswa Papua yang berkuliah di UKSW Salatiga mampu

mengatur dirinya untuk belajar yang tinggi. Pada psychological well-being pada

mahasiswa Papua sebesar 62,5% yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Papua yang berkuliah di UKSW

Salatigamampu sejahtera secara psikologis yang tinggi.

Hasil penelitian ini mendukung yang diutarakan oleh Mulyani (2013), yang

dalam penelitiannya menemukan bahwa self-regulated learning memberikan

dampak positif terhadap kesejahteraan akademik baik secara moral bahkan

psychological well-being-nya, hal ini karena para partisipannya mampu

memanajemen waktu belajarnya dengan baik karena mereka mampu meningkatkan

self-regulated learnging-nya yang memberikan dampak baik pada psychological

well-being-nya mahasiswa Papua yang berkuliah di UKSW Salatiga.

Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya psychological well-being

seseorang, self-regulated learning merupakan salah satu faktor pendukung dari

semua faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being

(Kitsantas, dkk., 2009). Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan self-regulated

terhadap psychological well-being, self-regulated learning memberikan kontribusi

sebesar 69,06% dan sebanyak 30,94% dipengaruhi oleh faktor lain di luar self-

regulated learning yang dapat berpengaruh terhadap psychological well-being,

seperti faktor dari lingkungan misalnya pendampingan dari pihak guru kepada siswa

dan pengaruh dari siswa yang lain (Winkel, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa self-regulated

learningmemberikan kontribusi terhadap psychological well-being, sehingga

Page 29: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

20

nampak jelas bahwa self-regulated learning mempunyai hubungan positif dengan

psychological well-being.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara

self-regulated learning dengan psychological well-being pada mahasiswa Papua

yang berkuliah di UKSW Salatiga.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan

serta melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis

ajukan:

1. Bagi subjek penelitian. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan bagi

subjek penelitian (mahasiswa) agar lebih bisa untuk menggali potensi diri dan

meningkatkan afektivitasnya secara keseluruhan agar dapat mencapai kesuksesan

terkhususnya di bidang akademiknya.

2. Bagi Peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada

faktor lain di luar self-regulated learning yang memengaruhi psychological well-

being sebesar 30,94%. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat

digunakan, sehingga terungkap faktor-faktor yang memengaruhi psychological

well-being, seperti makna hidup, dan kepercayaan.

Page 30: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

21

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Cetakan kedua. Bandung: PT

IMTIMA.

Argyle, M. (2001). Psikologi of happiness. New York: Routledge

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bastman, H. D. (1995). Integrasi psikologi dengan islam. Yogyakrta : Asin Sedar.

Bintoro, W. (2013). Hubungan self-regulated learning dengan kecurangan akademik

mahasiswa. Educational Psychology Journal, 2 (1), 2013.

Camahalan, F. M. (2006). Effects of self-regulated learning on mathematics

achievement of selected south east asian children. Journal of Instructional

Psychology, 33 (3), 194-205.

Chen, C. S. (2002). Self-regulated learning strategies and achievement in

anintroduction to information systems course. Information Technology,

Learning And Performance Journal, 20 (1), 11-25.

Deasyanti dan Anna, A. R. (2007). Self regulation learning pada mahasiswa fakultas

ilmu pendidikan universitas negeri Jakarta. Perspektif Ilmu Pendidikan.16 :

13-21

Duckworth, K., Akerman, R., McGregor, A., Salter, E., & Vorhaus, J. (2009). Self-

regulated learning: a literature review. Diakses pada tanggal 14 April 2015

dari www.learningbenefit.net/publications/ResReps/ResRep33.pdf

Feist & Feist. (2010). Teori kepribadian. Edisi ketujuh. Jakarta: Salemba Humanika.

Frankl, V. E. (2003). Logoterapi: Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi.

Penerjemah : Murtadlo. Yogyakarta.

Kitsantas, A., Steen, S., & Huie, F. (2009). The role of self-regulated strategies and

goal orientation in predicting achievement of elementary school children.

International Electronic Journal of Elementary Education.October Vol. 2,

Issue 1.

Mulyani, M. D. (2013). Hubungan antara manajemen waktu dengan self-regulated

learning pada mahasiswa. Educational Psychology Journal, 2 (1), 2013

Munandar, A. S. (2001). Ensiklopedi pendidikan. Malang: UM Press

Page 31: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

22

Neepal, R ., & Renu, R. (2007). Meaning in life and psychological well being in

pre-adolescents and adolescens. Journal of The Indian Academy of Applied

Psychology.33. 1, 33-38

Ryff, C. D. (1989) Eksploration on the meaning of psychological well-being.

Journal of Personality And Social Psychology, 57, 1069-1081.

Santrock, J. W. (2002). Life–span development: perkembangan masa hidup.

Penerjemah: Juda Damanik. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Sardiman, A. M. (2012). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Cetakan ke 21.

Jakarta: Rajawali Pers

Suci, R. R. (2008). Perbedaan self-regulation pada mahasiswa yang bekerja dan

mahasiswa yang tidak bekerja. Jakarta: INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, 1

(1), 34-48.

Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rasdakarya

Susanto, H. (2006). Mengembangkan kemampuan self-regulation untuk

meningkatkan keberhasilan akademik siswa. Jurnal Pendidikan Penabur.

No.07/th V/Desember 2008, 64-71.

Syek, D. (1992) Meaning in life and psychological well being: an empirical study

using the Chinese version of the purpose in life questionnaire. Journal of

genetic psychology,158, 147-479.

Winkel, W. S. (2009). Psikologi pengajaran. Edisi Terbaru. Yogyakarta: Media

Abadi

Yulianti. (2014). Hubungan antara self-regulated learning dengan psychological

well being pada mahasiswa pascasarjana di Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan).

Jakarta, Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining self-regulation: a social cognitive perspective.

Dalam Boekarts, M., Pintrich, R. P., & Zeidner, M. Handbook of self-

regulation. Pp. 13-39 San Diego, CA: Academik Press

Zimmerman, B. J., & Matinez-Pons, M, (1990). Construct validation of a strategy

model of student self-regulated learning. Journal of Education Psychology,

Vol. 80, 284-290.

Page 32: Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9488/2/T1_802011050_Full... · regulated learning in student will be followed by the high

23

Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive view of self-regulated academic

learning. Journal of Educational Psychology, 3, 329-339.