100
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN PENGALAMAN KARIES DAN BMI (BODY MASS INDEX) ANAK USIA 12-13 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memenuhi gelar Sarjana Kedokteran Gigi ELITA ELISABET SIHOMBING NIM : 150600088 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN

DENGAN PENGALAMAN KARIES DAN BMI (BODY

MASS INDEX) ANAK USIA 12-13 TAHUN DI

KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN

MEDAN TUNTUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memenuhi gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ELITA ELISABET SIHOMBING

NIM : 150600088

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2019

Elita Elisabet Sihombing

Hubungan Persepsi Rasa Pengecapan dengan Pengalaman Karies dan BMI (Body

Mass Index) Anak Usia 12-13 Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan.

x + 56 halaman

Karies gigi merupakan masalah gigi yang utama khususnya pada kelompok anak

usia sekolah yang dapat berdampak pada pola makan dan tumbuh kembang anak.

Persepsi rasa pengecapan dapat menjadi salah faktor yang menentukan sikap anak

dalam pemilihan jenis makanan sehingga berdampak pada kondisi rongga mulut serta

BMI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi rasa pengecapan

dengan pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Tuntungan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

Teknik pemilihan sampel penelitian menggunakan metode random sampling dan

purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada

152 anak. Penelitian meliputi pemeriksaan karies gigi permanen dengan indeks Klein,

persepsi rasa pahit dengan menggunakan lembaran PROP (6-n propylthiouracil), dan

persepsi rasa manis menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,625% sampai

40%. Penilaian BMI dilakukan dengan menggunakan stadiometer untuk mengukur

tinggi badan dan timbangan untuk mengukur berat badan anak.

Variabel-variabel penelitian diuji dengan statistik non-parametrik. Berdasarkan

hasil uji analisis Kruskal-Wallis ditemukan perbedaan bermakna antara persepsi rasa

pahit dengan karies (p = 0,003) dan persepsi rasa manis dengan karies (p = 0,001).

Berdasarkan hasil uji analisis Chi-Square tidak ditemukan perbedaan signifikan antara

persepsi rasa pahit dengan BMI (p = 0,757) sama halnya dengan persepsi rasa manis

dengan BMI (p = 1,131).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Dapat disimpulkan bahwa persepsi rasa pahit dan manis mempunyai pengaruh

akan kejadian karies gigi tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap pola BMI anak.

Anak kategori super taster memiliki tingkat ambang rasa yang lebih peka dan memiliki

indeks karies yang lebih rendah dibandingkan dengan anak kategori medium taster dan

non taster.

Daftar Rujukan : 44 (2003 – 2018)

Kata Kunci : karies, persepsi rasa, BMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Juli 2019

Pembimbing: Tanda Tangan

Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA., MSc

NIP. 19780426 200312 2 002 .............................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

pada tanggal 23 Juli 2019

TIM PENGUJI

Ketua : Essie Octiara, drg., Sp.KGA

Anggota : 1. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA

2. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan berkat-Nya skripsi

ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran Gigi. Penulis mendapat banyak pertolongan dan dorongan semangat

selama penyusunan skripsi. Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya

kepada orang tua penulis, Ayahanda Alm. Eksaudi Sihombing dan Ibunda Yuliana

Roreng br Silaban, yang telah memberikan kasih sayang serta membesarkan,

mendidik, menjaga, membimbing penulis baik secara moral maupun materil. Terima

kasih kepada abang – adik penulis, Bripda Esthon Mark Sihombing, S.H dan Erico

Endra Sihombing yang juga telah memberikan kasih sayang serta dukungan yang

begitu besar.

Bimbingan, bantuan, arahan, didikan, motivasi, dukungan serta doa juga penulis

dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Essie Octiara, drg., Sp.KGA selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji,

atas kesediaannya memberikan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

3. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA selaku dosen penguji, atas kesediaannya

memberikan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

4. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan perhatian yang besar dan banyak meluangkan waktu, pikiran,

tenaga, saran, dan dukungan yang sangat berharga untuk membimbing penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

v

5. Seluruh staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya

staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan kepada penulis

6. Sahabat-sahabat dan teman-teman sejawat angkatan 2015 terkhusus buat

bocah buaya (Reny, Trifena, Yessi), girls squad (Masdalila, Elkana, Rahma, Ghina),

julid (Ruth, Desy, Stepaninta), Youth Anugrah (Octa, kak Siska, bg Darwin, Eka, bg

Boby, kak Nibe, Jeni, kak Esna, bg Putra, bg Niko, bg Daniel, Jeni dll), Kelompok

Kecil Nathania Leonora (Kak Laura, Meita, Mutiara, Siska, dan teman-teman

seperjuangan skripsi (Anita, Tania, Shabrina) yang senantiasa mendukung, membantu,

dan mendoakan proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari di dalam kerendahan hati bahwa skripsi ini masih memiliki

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari semua pihak untuk semakin menyempurnakan penulisan ini.

Akhirnya, penulis sangat berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat serta

sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 23 Juli 2019

Penulis,

(Elita Elisabet Sihombing)

NIM: 150600088

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies ......................................................................................... 6

2.1.1 Etiologi Karies ........................................................................... 6

2.1.2 Patofisiologis Karies .................................................................. 9

2.1.3 Faktor Risiko Karies ................................................................... 10

2.2 Lidah ........................................................................................... 13

2.2.1 Anatomi Lidah ........................................................................... 13

2.2.2 Papila Lidah ............................................................................... 14

2.2.3 Taste Buds .................................................................................. 15

2.2.4 Persepsi dan Mekanisme Rasa ................................................... 16

2.3 Body Mass Index (BMI) ................................................................ 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

vii

2.4 Hubungan antara Persepsi Rasa dengan Pengalaman Karies ........ 20

2.5 Hubungan antara Persepsi rasa dengan BMI ................................. 22

2.6 Kerangka Teori .............................................................................. 24

2.7 Kerangka Konsep .......................................................................... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 25

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 25

3.4 Variabel dan definisi Operasional ............................................... 27

3.5 Alur Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ......................... 31

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 31

3.6.1 Pengolahan Data ......................................................................... 32

3.6.2 Analisis Data .............................................................................. 32

3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 33

BAB 4 HASIL

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Demografi Sampel Penelitian .................................................... 34

4.1.2 Distribusi Kategori Persepsi Rasa Pahit .................................... 35

4.1.3 Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis .................................. 36

4.1.4 Distribusi Pengalaman Karies ................................................... 37

4.1.5 Distribusi Kategori BMI ............................................................ 38

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies 39

4.2.2 Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies 41

4.2.3 Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan BMI .................. 42

4.2.4 Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan BMI ................ 43

BAB 5 PEMBAHASAN

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 52

6.2. Saran ............................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterangan Status Berat Badan Kemenkes RI 2010 .............................. 20

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 27

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan

Medan Petisah dan Medan Tuntungan .................................................. 35

4. Distribusi Kategori Rasa Pahit ............................................................... 36

5. Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis ............................................... 37

6. Distribusi Pengalaman Karies................................................................. 37

7. Distribusi Kategori BMI ........................................................................ 38

8. Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies ....... 39

9. Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Indeks Karies ................. 40

10. Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies ...... 41

11. Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan Indeks Karies ............... 42

12. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI .......................................... 43

13. Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan BMI ........................................ 43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Etiologi Karies ........................................................................................ 8

2. Makroskopik Lidah ................................................................................. 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Pemeriksaan

2. Penjelasan Kepada Orang tua/Wali Subjek

3. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent)

4. Tabel Z Score Usia 12-13 Tahun

5. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang

Kesehatan

6. Surat Persetujuan Sekolah Lingkar Dalam SMPS Kalam Kudus di Kecamatan

Medan Petisah dan Sekolah Lingkar Luar SMPN 21 di Kecamatan Medan

Tuntungan.

7. Data Sampel Anak

8. Hasil Uji Statistik

9. Foto Dokumentasi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering

dijumpai di dunia. Karies gigi dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang

umum di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dengan dampak sosial yang

signifikan.1 Karies pada anak berdampak pada pola makan, tumbuh kembang anak dan

konsentrasi belajar. World Health Organization (WHO) melaporkan 60%- 90% anak

sekolah di seluruh dunia mengalami karies dan banyak ditemukan di Asia dan Amerika

Latin.2

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi

rata-rata penduduk Indonesia yang mengalami masalah gigi dan mulut sebesar 25,9%.

Prevalensi karies dihitung melalui indeks decayed, missing, dan filling-teeth (DMFT)

di Indonesia adalah 4,6% sehingga dikatakan rata-rata penduduk Indonesia mengalami

karies sebanyak 4-5 buah gigi per orang. Karies disebabkan oleh empat faktor utama

yang saling berinteraksi yaitu host, substrat atau diet, mikroorganisme yang

terakumulasi pada gigi, dan durasi waktu untuk proses demineralisasi pada host.3

Salah satu faktor yang berhubungan sehingga terjadinya karies adalah Body Mass

Index (BMI). BMI telah menjadi standar di dunia medis untuk mendefinisikan keadaan

status gizi anak salah satunya adalah obesitas.4 Berat badan berlebih dan obesitas

merupakan keadaan tidak normal berupa akumulasi lemak berlebih dalam tubuh yang

disebabkan karena tidak seimbangnya asupan makanan dan pemakaian energi.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi obesitas yaitu faktor genetik, lingkungan,

gaya hidup, dan psikososial.5 Kesehatan rongga mulut memiliki efek terhadap

pemilihan makanan yang dapat berpengaruh terhadap berat badan.6 Keadaan ekonomi,

sosial, budaya, dan faktor perilaku merupakan hal yang dikaitkan dalam pemilihan

asupan makanan.7 Makanan merupakan simbol hubungan dalam sosial dan budaya

pada kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh pilihan dan kebiasaan makan.8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

2

Pemilihan makanan juga erat kaitannya dengan indera pengecapan.7 Pengecapan

adalah salah satu dari lima indera pada manusia. Hal ini memainkan peran penting

dalam tubuh manusia dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Kemampuan

untuk memilih makanan yang aman dan enak membutuhkan kemampuan kerja

chemosensory yaitu indera penciuman dan indera perasa serta kemampuan kerja

somatosensory yaitu tekstur permukaan, nosisepsi, dan iritasi. Selain dirasakan oleh

indera pengecapan sensasi pengecapan juga dipengaruhi oleh rangsangan suhu, bentuk,

ukuran tekstur, elastisitas, kualitas, intensitas bahan kimia, fungsi indera pembau, dan

gaya kinestetika rahang beserta otot-otot yang mendukung. Selain itu terdapat juga

hubungan antara sistem pencernaan dengan sentra oblongata yang mengatur aktivitas

kelenjar saliva dan sistem pencernaan untuk mempersiapkan saliva dan asam sebelum

menerima makanan.9

Hal lain yang memengaruhi persepsi rasa terhadap pengecapan adalah

dibutuhkan hubungan taste buds dengan sistem limbik. Sistem saraf pusat juga

mempunyai peran penting dalam memungkinkan individu untuk mengenali rasa yang

berbeda dari diet yang dikonsumsi yaitu sebagi memori terhadap makanan, sedangkan

sistem saraf perifer berfungsi untuk menentukan reseptor indera pengecapan. Reseptor-

reseptor tersebut berada di dalam rongga mulut terutama pada lidah digambarkan

dalam bentuk dan struktur anatomi yang berbeda.9

Ada lima jenis rasa yaitu pahit, asin, asam, manis, dan umami serta berbagai rasa

lainnya misalnya rasa air, rasa logam, dan rasa kalsium.9 Kegemaran terhadap rasa

manis adalah naluri yang dimulai saat usia dini dan dapat berubah sepanjang waktu

dengan angka kegemaran tertinggi terjadi pada saat kanak-kanak dan akan menurun

sesuai dengan bertambahnya usia. Sensitivitas rasa memiliki peran yang penting ketika

memilih makanan dan untuk melihat efek yang ditimbulkan dari pola makan yang

salah. Jika pola makan yang salah terus dibiarkan, dapat berdampak pada kesehatan

khususnya kesehatan rongga mulut.10

Kesehatan rongga mulut yang buruk akibat karies gigi dapat memberikan efek

jangka panjang terhadap status gizi anak dan kemampuan anak untuk menikmati

makanan dikemudian hari.9 Begitu banyak penelitian yang meneliti tentang pengaruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

3

persepsi rasa pengecapan tetapi belum ada penelitian yang di lakukan di Kota Medan.

Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan

persepsi rasa pengecapan dengan pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun.

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dari 2 (dua) sekolah yang

berdomisil di satu sekolah kecamatan lingkar dalam dan satu kecamatan lingkar luar.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan Umum :

Apakah ada hubungan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan

pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan ?

Rumusan Khusus :

1. Bagaimanakah status persepsi rasa pengecapan manis dan pahit anak usia 12-

13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan?

2. Berapa rerata pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Tuntungan?

3. Bagaimanakah kategori BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Tuntungan?

4. Bagaimanakah hubungan antara persepsi rasa manis dan pahit dengan

pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan?

5. Bagimanakah hubungan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan

BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perbedaan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit

dengan pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Tuntungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

4

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui status persepsi rasa pengecapan manis dan pahit anak usia 12-13

tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

2. Mengetahui rerata pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan

Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

3. Mengetahui kategori BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Tuntungan.

4. Mengetahui hubungan antara persepsi rasa manis dan pahit dengan

pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan

5. Mengetahui hubungan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan BMI

anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan

1.5 Hipotesis Penelitian

Mayor :

Ada hubungan antara persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan

pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan

Medan Tuntungan.

Minor :

1. Ada hubungan antara karies dengan persepsi rasa pengecapan anak usia 12-

13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

2. Ada hubungan antara BMI dengan persepsi rasa pengecapan anak usia 12-13

tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat Praktis :

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk anak dan orang tua

anak mengenai persepsi rasa pengecapan manis dan pahit.

2. Memberikan informasi untuk anak dan orang tua anak mengenai karies dan

faktor risiko penyebab karies.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

5

3. Memberikan informasi untuk anak dan orang tua anak mengenai kategori

BMI anak.

4. Memberikan informasi mengenai hubungan antara persepsi rasa pengecapan

manis dan pahit dengan pengalaman karies anak usia 12-13 tahun.

Manfaat Teoritis :

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya

mengenai persepsi rasa pengecapan.

2. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan persepsi rasa

pengecapan dengan pengalaman karies dan BMI anak serta memberikan edukasi

kepada anak serta orang tua anak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

Karies gigi adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi yaitu

email, dentin dan sementum dengan penyebab yang multifaktorial.11,12 Karies gigi

terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan

diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak

menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat. Tanda terjadinya karies adalah adanya

demineralisasi bagian anorganik gigi diikuti oleh kerusakan bahan organik gigi akibat

terganggunya keseimbangan enamel dan sekelilingnya yang menyebabkan terjadinya

invasi bakteri serta kematian pulpa.11,13

2.1.1 Etiologi Karies

Kejadian karies memerlukan beberapa faktor di dalam rongga mulut yang

berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor tersebut adalah host, agent, substrat, diet,

dan waktu.11 Digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Karies

dapat terjadi jika faktor-faktor tersebut saling mendukung yaitu host yang rentan

terhadap karies, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan lama waktu

yang dibutuhkan untuk terjadi karies. Kapasitas setiap faktor dalam kejadian karies

berbeda pada setiap individu maupun kelompok. Ditandai dengan adanya perbedaan

struktur gigi, jenis bakteri yang dominanan dalam rongga mulut, dan kualitas maupun

kuantitas makanan yang berbeda secara individual.13

a. Faktor host atau tuan rumah

Proses terjadinya karies pada gigi dimulai dengan adanya faktor host yaitu gigi,

saliva. Gigi yang mendukung terjadinya karies dihubungkan dengan morfologi gigi

(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan kristalografis. Bagian gigi

yang lebih rentan terhadap risiko karies yaitu kawasan pit dan fisur, karena adanya

perbedaan kandungan mineral terutama fluoride.13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

7

Saliva memiliki peran penting dalam rongga mulut karena berbagai

kandungannnya.14 Saliva bertindak sebagai self cleansing sehingga dapat

membersihkan sisa-sisa makanan dan mikroorganisme yang tidak melekat pada

permukaan gigi. Saliva juga memiliki kapasitas buffer yang tinggi, sehingga cenderung

dapat menetralisir asam yang dihasilkan oleh plak bakteri pada permukaan gigi. Saliva

bersifat jenuh dengan adanya ion kalsium dan fosfor yang berperan penting dalam

proses remineralisasi untuk menghambat pembentukan lesi menjadi white spot.

Bertindak sebagai perantara untuk mendistribusikan fluoride pada setiap gigi yang ada

di rongga mulut.13 Individu yang fungsi salivanya berkurang, maka aktvitas karies akan

meningkat secara signifikan.15

b. Faktor agen atau mikroorganisme

Faktor agen atau mikroorganisme yaitu adanya bakteri plak gigi. Biofilm pada

permukaan gigi sering disebut sebagai dental plak. Dental plak merupakan sekumpulan

beranekaragam mikroorganisme pada permukaan gigi, yang melekat kuat pada matriks

ekstraseluler host dan polimer mikroba.16 Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda.

Awal pembentukan plak, bakteri kokus gram positif merupakan jenis yang paling

banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus

mitis, dan Streptococcus salivarius serta Lactobaccilus pada plak gigi.17 Bakteri

Streptococcus mutans merupakan penyebab utama terjadinya karies karena

Streptococcus mutans mempunyai sifat asidogenik (memproduksi asam) dan asidurik

(resisten terhadap asam).17

c. Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat memengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Substrat dapat memengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta

bahan aktif lainnya sehingga menyebabkan karies gigi. Karbohidrat memiliki peran

penting dalam pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.16

Sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dari pada glukosa, fruktosa, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

8

laktosa. Gula yang bersifat paling kariogenik adalah sukrosa. Sukrosa bersifat sangat

larut dan mudah berdifusi menjadi plak kemudian berperan sebagai substrat untuk

memproduksi polisakarida ekstraseluler dan asam. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung

mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak

mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies

gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan

penting dalam terjadinya karies.13,17

d. Faktor waktu

Karies dianggap sebagai penyakit kronis progresif pada manusia yang

berkembang dalam beberapa bulan atau tahun tergantung pada frekuensi dan intensitas

paparan asam. Hal ini berarti bahwa di dalam rongga mulut terjadi siklus proses

demineralisasi dan remineralisasi dan apabila demineralisasi terjadi lebih sering

dibandingkan remineralisasi akan terbentuk karies. Lamanya waktu yang dibutuhkan

karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan

membutuhkan waktu 6-48 bulan.17

Skema yang menunjukkan

karies sebagai penyakit

multifaktorial yang disebabkan

oleh faktor host, agen, substrat,

dan waktu17

Gambar 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

9

2.1.2 Patofisiologis Karies

Karies gigi merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan siklus kehilangan

mineral (demineralisasi) dan perolehan mineral (remineralisasi). Faktor protektif dan

faktor-faktor patologi saling berhubungan yang mengontrol keseimbangan kesehatan

atau penyakit. Permukaan gigi yang sehat didukung oleh dynamic equilibrium dengan

kondisi lingkungan rongga mulut dimana demineralisasi dan remineraslisasi seimbang.

Proses karies mengarah pada kondisi rongga mulut yang lebih dominan terhadap proses

demineralisasi daripada hasil remineralisasi kehilangan mineral. Fase demineralisasi

dimulai dengan pembentukan asam organik, terutama asam laktat, sebagai hasil akhir

dari metabolisme gula.19

Asam yang menumpuk di biofilm menyebabkan pH rongga mulut menjadi turun

ke fase dimana mineral gigi yang tersusun dari hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2)

mulai larut. Proses ini terjadi ketika kondisinya cukup tidak stabil terhadap mineral gigi

dan menyebabkan terjadi difusi mineral keluar dari gigi. Nilai pH yang rendah akibat

kerusakan gigi, mengakibatkan kondisi rongga mulut menjadi asam sehingga

terjadinya proses demineralisasi.18,20

Saat pH rongga mulut turun, ion asam akan bereaksi dengan fosfat pada saliva

dan plak. Demineralisasi enamel gigi dimulai saat pH berkisar 5-6 dengan nilai rata-

rata pH 5,5 dan secara umum disebut pH kritis yang menyebabkan larutnya enamel

gigi. Namun, hal tersebut tidak selalu dianggap sebagai nilai mutlak, karena pH kritis

setiap individu bervariasi bergantung pada konsentrasi ion fluorida, kalsium, dan fosfat

serta sifat kelarutan mineral pada gigi tersebut. Nilai pH kritis pada dentin dianggap

lebih tinggi, nilai pH 6.18,21

Permukaan enamel menerima ion-ion dari kalsium dan konsentrasi fosfat

dibangun diatas biofilm sebagai reaksi produksi difusi dari permukaan bawah enamel

(dentin). Hal ini dapat menjelaskan, mengapa proses demineralisasi lebih besar terjadi

pada dentin daripada permukaan enamel. Perubahan kondisi permukaan enamel dari

yang tidak stabil menjadi stabil, asam yang berdifusi dari biofilm tidak dapat bereaksi

dengan kristal-kristal pada lapisan permukaan enamel dan selanjutnya masuk ke bagian

lebih dalam di bawah permukaan enamel yaitu dentin yang kondisinya tidak stabil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

10

Dengan demikian, demineralisasi dan remineralisasi dapat terjadi di lokasi lesi yang

berbeda tetapi pada waktu yang sama.16 Lesi awal yang tampak sebagai sebagai hasil

dari hilangnya kalsium, fosfat, dan karbonat akan membentuk lesi demineralisasi di

permukaan bawah enamel sering disebut sebagai white spot, terutama pada daerah yang

terakumulasi plak. Jika terjadi ketidakseimbangan antara demineralisasi dan

remineralisasi maka akan terbentuk lesi atau kavitas.20

Ketika proses metabolisme gula tidak terjadi, pH biofilm cenderung pada kondisi

netral dan fase fluida dari biofilm cukup stabil. Proses remineralisasi terjadi jika

terdapat ion Ca2+ dan PO43- dalam jumlah yang cukup. Kelarutan flouroapatite dapat

menjadi netral akibat adanya sistem buffer, dengan kata lain Ca2+ dan PO43+ pada saliva

dapat mencegah proses kelarutan tersebut. Proses tersebut dapat membangun kembali

bagian-bagian dari kristal apatit yang larut sehingga terjadi proses rediposisi mineral

yang disebut remineralisasi. Kandungan fluor yang rendah dapat mengurangi mineral

selama adanya rangsangan asam dan dapat meningkatkan proses pengendapan sebagai

mekanisme kerja utama fluoride.15,18

Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

2.1.3 Faktor Risiko Karies

Faktor risiko karies gigi adalah faktor-faktor yang memiliki hubungan sebab

akibat terjadinya karies gigi atau faktor yang mempermudah terjadinya karies gigi.

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies gigi,

kurangnya penggunaan fluor, OH yang buruk, jumlah bakteri, saliva, umur, jenis

kelamin, dan pola makan. Adanya hubungan sebab akibat antara faktor risiko dengan

terjadinya karies.17

a. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah memberikan bukti adanya hubungan antara

pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Prevalensi karies

pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanen.17

Ca10 ( PO4 )6 + ( OH )2 + 14H+ 10 Ca2+ + 6HPO4- + H2O

Hidroksiapatit ion Hidrogen Calsium Hidrogen phospat Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

11

b. Kurangnya Penggunaan Fluor

Ada berbagai macam konsep mengenai mekanisme kerja fluor berkaitan dengan

pengaruhnya pada gigi, salah satunya adalah pemberian fluor secara teratur dapat

mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Tetapi jumlah

18 kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu

memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemasukan fluor yang berlebihan

dapat menyebabkan fluorosis.17

c. Oral hygiene buruk

Kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi.

Untuk mengukur indeks status kebersihan mulut, digunakan Oral Hygiene Index

Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermillon. Indeks ini merupakan gabungan yang

menentukan skor debris dan deposit kalkulus baik untuk semua atau hanya untuk

permukaan gigi yang terpilih saja. Debris rongga mulut dan kalkulus dapat diberi skor

secara terpisah. Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada

gigi.17

Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor dapat mencegah terjadinya karies.

Pemeriksaan gigi yang teratur dapat membantu mengontrol kesehatan gigi dan sebagai

deteksi dini pada gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan

pembersihan gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya

sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak terjadi.17

d. Jumlah Bakteri

Segera setelah lahir, terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis

bakteri. Bayi yang telah memiliki Streptoccus mutans dalam jumlah yang banyak saat

berumur 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi untuk mengalami

karies pada gigi desidui.17

e. Saliva

Selain memiliki efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa

makanan di dalam mulut. Aliran rata-rata saliva meningkat pada anak sampai umur 10

tahun. Namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada individu yang

berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

12

f. Usia

Peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang

paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies karena sulitnya membersihkan gigi

yang sedang erupsi. Anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi

mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies pada

bagian akar. Penelitian Tarigan membagi faktor umur menjadi 3 fase yaitu (a) periode

gigi bercampur, molar 1 paling sering terkena karies; (b) periode pubertas, berkisar

antara umur 14-20 tahun terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan

pembengkakan gingiva dan kurang terjaganya kebersihan mulut sehingga dapat

meningkatkan risiko terbentuknya karies; dan (c) periode pada umur 40-50 tahun,

akibat terjadi retraksi atau menurunnya fungsi dari mukosa mulut dan papila lidah yang

menyebabkan sisa-sisa makanan lebih sulit untuk dibersihkan.17

g. Jenis Kelamin

Nilai DMFT wanita pada masa kanak-kanak dan remaja jauh lebih tinggi

dibandingkan pria. Komponen gigi yang hilang (M atau missing) lebih sedikit dari pada

pria umumnya karena oral higiene wanita lebih baik. Sebaliknya, pria mempunyai

komponen tumpatan pada gigi (F atau filling) yang lebih banyak dalam indeks

DMFT.17

h. Pola Makan

Nutrisi dalam pola makan dapat berhubungan dengan asimilasi makanan dan

pengaruhnya terhadap proses metabolisme tubuh.22 Pengaruh pola makan dalam proses

karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi

mengonsumsi makanan. Kadar kariogenik dalam makanan tergantung pada komponen-

kompnennya dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Karbohidrat akan

dimetabolisme oleh bakteri plak menjadi asam dengan kadar yang berbeda. Seseorang

dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada

giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan protein.17

Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

karbohidrat yang diragikan, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut

akan memulai untuk memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

13

berlangsung selama 20- 30 menit setelah makan. Diantara periode jam makan, saliva

akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Apabila makanan

dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak

mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga

terjadi karies.17

Konsistensi makanan juga dapat memengaruhi kecepatan pembentukan plak.

Jenis makanan yang lengket akan mudah melekat ke gigi seperti coklat dan permen.

Terjadinya karies akibat lamanya makanan tersebut melekat pada gigi. Mengonsumsi

makanan yang mengandung gula bukan hanya terdapat pada makanan saja, tetapi juga

terdapat pada minuman. Minuman yang mengandung gula seperti jus dan soft drink

dapat berpotensi menyebabkan demineralisasi enamel yang menyebabkan nilai pH

menjadi rendah, sehingga memengaruhi perkembangan bakteri di rongga mulut.17

2.2 Lidah

Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang yang sering

membantu dalam diagnosis dini dan gangguan penyakit.24 Lidah merupakan salah satu

organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam

tubuh. Permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan

keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum.23

Fungsi lidah berhubungan dengan proses indera pengecap, alat berbicara,

mengatur letak makanan, membantu menelan, dll. Fungsi utamanya adalah untuk

proses penelanan dan membentuk kata-kata saat berbicara.24 Sebagian besar lidah

berada di dalam kavum oris dan sebagiannya lagi berada di dalam orofaring. Letak

lidah ideal untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut karena anatomi lidah dekat dengan

sistem gastrointestinal dan sistem pernapasan.24,25

2.2.1 Anatomi lidah

Mukosa normal pada lidah berwarna merah muda dan lembab. Dasar lidah

melekat pada tulang hyoid dan tulang mandibula diantaranya ada kontak inferior

dengan geniohyoid dan otot-otot mylohyoid.24 Dorsum lidah terbagi oleh sulkus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

14

terminal yang berbentuk huruf V menjadi pars oral yang terletak di anterior dan pars

faringeal di posteriornya. Apeks berbentuk huruf V yang mengarah ke posterior dan

letaknya di bidang median sedangkan kedua kakinya mengarah ke anterior secara

divergen. Pars oral lingual membentuk kira-kira 2/3 bagian anterior dorsum lingua,

sedangkan pars faringeal atau radiks meliputi kira-kira 1/3 bagian posterior. Apeks

sulkus terminal terdapat foramen sekum, yaitu suatu cekungan kecil di bidang median

yang merupakan sisa dari muara duktus tiroglosus pada masa embrional.23,26

2.2.2 Papila Lidah

Permukaan dorsal dari bagian anterior sampai ke sulkus terminalis terdapat corak

mukosa yang iregular dan tonjolan yang disebut papila lidah. Papila lidah dan taste

buds menyusun organ indera pengecap di kavum oris. Terdapat empat jenis papila

lidah, yaitu papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata, dan papila

foliata. Papila filiformis ialah papila terkecil tetapi papila yang paling banyak

dibandingkan dengan papila lainnya.9,27 Terletak diatas dorsum lidah anteror dan

posterior.27 Papila ini merupakan tonjolan jaringan ikat berbentuk kerucut, kecil, tinggi

2-3 mm, dan dilapisi oleh epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang cukup

keras, tetapi tidak mempunyai kuncup kecap. Papila ini berfungsi mekanis dan

terdistribusi pada bagian anterior permukaan dorsal lidah dengan ujung menghadap ke

posterior.27

Gambar 2. Makroskopik lidah34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

15

Papila fungiformis berbentuk jamur terletak pada permukaan dorsal lidah,

tersebar di antara papila filiformis dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah.

Bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek dengan bagian atas yang lebih lebar.

Jaringan ikat di tengah-tengah papil berbentuk papil sekunder, sedangkan epitel

diatasnya tipis sehingga pleksus pembuluh darah di dalam lamina propia menyebabkan

papil berwarna merah atau merah muda. Papila fungiformis mengandung satu atau

lebih taste buds di dalam epitel dengan jumlah lima taste buds per papila fungiformis

dan teletak pada puncak papila.9,27

Papila sirkumvalata pada manusia berjumlah 10-14 papila dan terletak di

sepanjang sulkus terminalis. Setiap papila lidah menonjol sedikit ke atas permukaan

dan dibatasi oleh suatu saluran melingkar dengan banyak taste buds pada epitel

dinding lateral. Kelenjar serosa terletak pada lapisan yang lebih dalam. Dan bermuara

pada dasar saluran. Sekret serosa yang cair dapat membersihkan permukaan lidah dari

sisa bahan makanan, sehingga memungkinkan penerimaan rangsang yang baru oleh

taste buds. Papila foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk

lipatan-lipatan mirip daun. Taste buds berada di dalam lekukan epitel yang terdapat

pada lipatan. Sama seperti pada papila sirkumvalata kelenjar-kelenjar serosa bermuara

pada dasar saluran dan taste buds terdapat pada semua papila, kecuali pada papila

filiformis.9

2.2.3 Taste Buds

Taste buds merupakan struktur yang berbentuk goblet seperti bawang, pada

bagian apeks terdapat prosesus mikrovili yang menonjol melaui taset pore masuk ke

dalam rongga mulut. Setiap taste buds memiliki 50-150 sel pengecapan berbentuk

spindel yang dapat berubah bentuk, bermodifikasi, dan meluas dari membran basal

sampai ke epitel permukaan.9,27

Taste buds berfungsi membantu proses pengecapan di dalam rongga mulut dan

masing–masing taste buds memiliki diantaranya precursor cells, supporting cells, dan

taste receptor cells (TRCs). Mikrovili dianggap sebagai permukaan reseptor indera

pengecapan. Dasar taste buds terdapat akson aferen yang masuk ke dalam buds dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

16

membentuk ramifikasi secara ekstensif. Setiap serabut secara khusus bersinaps dengan

reseptor multipel ke dalam taste buds. Reseptor indera rasa pengecapan membentuk

sinaps dengan dendrit neuron sensoris yang membawa informasi ke otak.9

Taste buds pada papila dalam rongga mulut menurun jumlahnya sesuai

peningkatan usia, semakin tua akan semakin banyak penurunan jumlah papila dan

semakin menurun kepekaannya akibat proses penuaan. Keadaan hiposmia (penurunan

kepekaan indera rasa pembau) terjadi penurunan kepekaan terhadap rasa makanan. Hal

ini dipengaruhi oleh penurunan kinerja impuls saraf untuk menerima informasi dari

indera pembau dan indera pengecap pada korteks orbito frontalis.9

2.2.4 Persepsi dan Mekanisme Rasa

Persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh

individu melalui alat indera yang diinterpretasikan sehingga individu dapat mengerti

tentang stimulus yang diterimanya. Mekanisme rasa merupakan proses cara kerja untuk

merasakan stimulus yang diterima.

a. Persepsi Rasa Manis

Rasa manis merupakan salah satu dari lima rasa dasar dan lebih dianggap sebagai

suatu rasa yang menyenangkan. Nilai ambang rasa manis dinilai menggunakan metode

dari Nilsson dan Holm.28 Proses pengecapan manis dapat terdeteksi melalui reseptor

matabotropik. Sebagian senyawa kimia seperti aldehid dan keton dapat menyebabkan

rasa manis. Diantara bahan substansi biologi yang umum, semua karbohidrat sederhana

memberikan rasa manis beberapa derajat. Respon terhadap rasa manis adalah bersifat

unimodal yang berarti dapat dirasakan oleh semua orang, meskipun rasa manis tersebut

terbuat dari bahan struktur substansi kimia baik manis alami maupun buatan. Sukrosa

adalah contoh prototipikal suatu zat manis. Sukrosa dalam larutan memiliki persepsi

peringkat manis yang digunakan sebagai patokan atau standar dan zat lainnya dinilai

relatif terhadap ini.9 Beberapa asam amino juga memberikan rasa manis seperti alanin,

glisin, dan serin yang merupakan asam amino termanis. Hampir semua zat kimia

organik dapat menimbulkan rasa manis. Beberapa zat kimia anorganik juga dapat

menyebabkan rasa manis yaitu dari garam - garam, timah hitam, dan berilium.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

17

b. Mekanisme Rasa Manis

Berbagai zat kimia yang dikenal menyebakan rasa manis dan kemampuan

merasakan rasa manis harus berada dalam pengecapan di lidah, mekanisme

biomolekuler proses pengecapan rasa manis itu cukup sulit dipahami. Mekanisme

biomolekuler proses pengecapan rasa manis ini disebut metabotropik. Diawali dengan

pengikatan substansi rasa manis tersebut oleh gen protein reseptor rasa manis T1R3

dan T1R2 untuk membentuk suatu GPCR. T1R termasuk anggota dari superfamili

GPCRs. Subunit T1R terdapat di dalam taste buds, bergabung untuk membentuk

reseptor heterodimer (T1R2+T1R3) dan dibentuk dalam sel HEK293. Homodimer

T1R3 (T1R3+T1R3) juga berfungsi sebagi reseptor rasa manis.9,10

Proses penghantaran implus rasa manis ini dimulai dengan adanya bahan manis

yang terdapat di dalam rongga mulut selanjutnya dirasakan dan di terima oleh resptor

gen yang berperan terhadap rasa manis yang mengaktivasi G-Protein. Setelah G-

Protein teraktivasi akan memediasi perubahan dari ATP menjadi cAMP yang

kemudian mengaktivasi phospokinase A sehingga memediasi fosforilasi dan inhibisi

K+ channels yang dapat menyebabab depolarisasi membran yang merangsang

pelepasan Ca2+. Pelepasan Ca2+ menyebabkan kenaikan Ca2 intraseluler yang

menyebabkan masuknya kation (Na+), depolarisasi membran, dan mengarah pada

pelepasan neurotransmitter. Serat aferen dalam saraf pengecapan mempunyai kontak

sinaptik dengan sel pengecapan yang ditransfer ke area gustatory pada lobus parietal,

hipotalamus, dan sistem batang otak. Bagian otak tersebut berfungsi mempersepsikan

rasa manis sehingga individu dapat membedakan rasa manis dengan rasa yang lain,

serta dapat mengukur kadar rasa manis yang dikecap.9

c. Persepsi Rasa Pahit

Pengecapan rasa pahit memiliki fungsi sebagai proteksi diri namun rasa pahit

sering ditolak karena rasanya yang tidak enak. Proses pengecapan rasa pahit dapat

melalui reseptor metabotropik. Rasa pahit secara alami banyak ditemukan pada kopi

dan ibuprofen sebagai pemati rasa nyeri dan juga di dapat pada buah anggur. Bahan

pahit berinteraksi dengan reseptor indera pahit yang diperankan oleh taste buds yang

terlektak pada papila lidah. Papila yang mengandung taste buds ini yaitu papila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

18

sirkumvalata dan papila fungiformis. Selain itu saliva mempunyai peran penting untuk

melarutkan makanan agar dapat dirasakan oleh lidah. Bila saliva berkurang karena

berbagai hal, maka oksigen juga berkurang.9,10

Kurangnya oksigen, akan memicu pertumbuhan bakteri anaerob yang menjadi

penyebab timbulnya sensasi pahit pada lidah. Rasa pahit disebabkan oleh dua kelas zat

yaitu nitrogen dan alkaloid yang merupakan zat bahan organik rantai panjang yang

cenderung menimbulkan sensasi rasa pahit. Alkaloid terdapat pada banyak obat-obatan

yang digunakan seperti kina, kafein, stychnini, dan nikotin.9

d. Mekanisme Rasa Pahit

Rasa pahit timbul akibat adanya ikatan antara bahan kimia dimulai dengan

adanya bahan perangsang pengecapan rasa pahit pada reseptor indera rasa pahit yang

menyebabkan ikatan dengan enzim serta IP3 (inositol trifosfat). Reaksi ini

mengakibatkan G-protein melepas unit alpa, khusus pada reseptor indera pengecap

rasa pahit disebut Gustducin. Gustducin mengaktivasi enzim sehingga pada keadaan

ini menyebabkan tertutupnya saluran K+ pada saat ini Ca2+ic dikeluarkan dari

endoplasmik retikum sehingga timbul depolarisasi.9

Peningkatan konsentrasi Ca2+ di dalam sel reseptor rasa pengecap pahit

menyebabkan peningkatan rasa pahit yang diteruskan ke memori di dalam otak. Bila

ada rangsangan bahan pahit (quinine, iso-a acid, L-triptopan, dan L-fenilalanine) maka

bahan tersebut akan direspon lebih kuat oleh Nervus Glossofaringeus dibandingkan

dengan chorda tymphani. Bahan pahit lainnya termasuk kation divalen, menghambat

apikal saluran K+. Transduksi rasa pahit dapat dihambat dengan cara memberikan

bahan gula, garam, dan lemak melalui beberapa proses pembuatan makanan dan

minuman.9

2. 3 Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index (BMI) merupakan salah satu indeks pengukuran status gizi

yang biasa digunakan untuk mengukur status gizi usia remaja dan dewasa.29 Penilaian

status gizi dengan BMI adalah nilai dari perhitungan antara berat badan (dalam

kilogram) dan tinggi badan (dalam meter) seseorang atau diukur dari persentil tubuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

19

berdasarkan usia dan jenis kelamin.7,30,31 Interpretasi BMI tergantung pada umur dan

jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang

berbeda. Berbeda dengan orang dewasa, BMI pada anak berubah sesuai umur dan

sesuai dengan peningkatan panjang dan berat badan. BMI digunakan untuk penilaian

obesitas akan tetapi bukan merupakan indeks adipositas karena tidak membedakan

jaringan tanpa lemak (lean tissue) dan tulang dari jaringan lemak.4,7

World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National

Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical

Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran

obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. BMI merupakan petunjuk untuk

menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).32

Body Mass Index (BMI) dapat diperoleh dengan perhitungan rumus sebagai

berikut:

Keterangan : BMI = Body Mass Index; BB = Berat Badan; TB = Tinggi Badan.7

Perhitungan hasil BMI yang didapat, disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia

terlebih dahulu. Hasil BMI lalu dimasukkan ke rumus Z-score dengan rumus umum

sebagai berikut.

Z-score =

Keterangan : Z-score = Ambang Batas

BB (kg)

TB x TB (m2)

BMI =

BMI Subjek-Nilai Median Buku

Rujukan

Nilai Simpang Buku Rujukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

20

Hasil Z-score yang didapat kemudian disesuaikan dengan kategori dan ambang

batas status gizi anak berdasarkan indeks. Kategori Body Mass Index (BMI) dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Keterangan Status Berat Badan Kemenkes RI 2010.35

Kategori status berat badan Z-score

Sangat Kurus Lebih kecil dari -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk Lebih dari 1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas Lebih dari 2 SD

Penelitian Markam et al. mengkategorikan BMI menjadi empat yaitu BMI

kurang dari 5 persentil termasuk dalam kategori kurus, BMI antara 5 - 85 persentil

termasuk kategori normal, BMI diatas 85 persentil dan kurang dari 95 persentil

termasuk kategori gemuk, dan BMI diatas 95 persentil termasuk kategori obesitas.7

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini juga membagi BMI menjadi empat

kategori yaitu kurus, normal, gemuk, dan obesitas.

2.4 Hubungan antara Persepsi Rasa dengan Pengalaman Karies

Karies dental adalah salah satu dari dua penyakit infeksi utama yang secara

langsung dipengaruhi oleh diet dan gizi. Persepsi rasa dapat memengaruhi pola makan

sehingga subjek mempertimbangkan rasa sebagai faktor yang penting dalam pemilihan

makanan, khususnya makanan yang mengandung rasa manis dan cemilan dengan

kandungan lemak gula yang tinggi. Diet karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, dan

sukrosa serta beberapa pati dicerna oleh amilase pada saliva. Kemudian bakteri dalam

rongga mulut mulai melakukan proses metabolisme. Inilah yang menyebabkan

mengapa beberapa diet karbohidrat dianggap sebagai karbohidrat terfermentasi.9

Penelitian telah menemukan bahwa risiko karies gigi terkait dengan peningkatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

21

asupan gula. Selain menjadi salah satu sumber bahan utama yang disukai bakteri dalam

rongga mulut, gula juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian

menurut Wan, melaporkan bahwa kolonisasi gigi oleh Streptoccus mutans didukung

dengan adanya sukrosa. Kandungan gula terdapat secara alami dalam makanan seperti

buah, madu, produk susu, dan gula dapat ditambahkan ke dalam makanan selama

proses pembuatan suatu makanan. Contoh gula yang dibuat dalam proses pembuatan

makanan yaitu gula putih atau coklat dan sirup jagung tinggi fruktosa.9

Secara luas dapat diterima bahwa asupan makanan dari gula dan fermentasi

karbohidrat dikaitkan dengan peningkatan risiko karies gigi. Asupan karbohidrat

dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk mengonsumsi makanan khususnya

makanan dengan rasa manis. Banyak penelitian yang meneliti tentang pengaruh status

pengecapan pada asupan makanan dan minuman yang mengandung gula atau sukrosa.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, individu PROP taster yang memiliki

penurunan persepsi pengecapan terhadap makanan dan minuman manis menyebabkan

terjadinya penurunan konsumsi dari makanan yang mengandung bahan tersebut.

Hanya ada satu penelitian sampai saat ini yang sudah meneliti hubungan antara

sensitivitas PROP dan karies gigi pada anak.9

Hasil penelitian tersebut mendukung hubungan positif antara status PROP non

taster dan karies gigi. Menunjukkan bahwa anak dengan kategori non taster memiliki

lebih banyak karies gigi dibandingan dengan anak kategori super taster. Namun, data

pemilihan makanan tidak dikumpulkan sehingga, perbedaaan yang diamati tidak dapat

membedakan prevalensi karies gigi pada individu super taster dan non taster sebagai

perannya dalam mengonsumsi asupan gula atau frekuensi makanan yang mengandung

gula dan pati. Hubungan antara prevalensi karies super taster dan non taster dalam

pemilihan makanan dan konsumsi bahan makanan yang mengandung gula memiliki

peran yang penting karena dapat berfungsi untuk mengidentifikasi individu tersebut

tergolong dalam risiko karies tinggi atau rendah. Skrining dini untuk mengidentifikasi

individu berisiko tinggi dan pengembangan strategi intervensi, ditargetkan dapat

berguna untuk mengurangi prevalensi karies pada masa remaja dan dewasa.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

22

2.5 Hubungan antara Persepsi Rasa dengan BMI

Individu yang tergolong kategori super taster dan non taster, PROP

menunjukkan kategori super taster lebih peka terhadap rasa pahit dan kategori non

taster kurang peka terhadap rasa pahit.7,10 Gen mempunyai pengaruh terhadap banyak

aspek mengenai kebiasaan pola makan termasuk sensivitas terhadap rasa, pilihan

makanan, dan asupan makanan. Memiliki sensitivitas tinggi, PROP menunjukkan ada

hubungan yang tinggi terhadap BMI. Terbukti dari kemampuan individu untuk dapat

merasakan rasa pahit yang kemungkinan dapat dikaitkan dengan status BMI.33

Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan adanya hubungan yang signifikan

anatara BMI dengan kelompok super taster dan kelompok non taster. Penelitian

menurut Markam et al. melaporkan, adanya hubungan yang signifikan antara BMI dan

persepsi rasa. Kategori kelebihan berat badan memiliki persentase yang tinggi pada

individu non taster sebesar 73,30% dan persentase yang lebih rendah dari non taster

terdapat pada individu yang kekurangan berat badan. Jumlah individu super taster

lebih tinggi pada kategori kekurangan berat badan dan nilai yang lebih rendah dari non

taster terdapat pada individu yang kelebihan berat badan.7 Berat badan normal

memiliki kategori pengecapan yang normal disebut medium taster atau tingkat

sensitivitas rasanya sedang.7,10

Penelitian menurut Markam et al. menunjukkan hasil signifikan yang kurang

jelas antara persepsi rasa dengan berat badan tetapi menunjukkan ada pengaruh sebab

akibat dari konsumsi makanan yang mengandung lemak atau yang tidak mengandung

lemak. Kegemaran individu terhadap makanan yang berlemak dapat menyebabkan

individu tersebut berisiko tinggi terkena obesitas. Jumlah taste buds yang sedikit pada

kategori non taster dapat berpengaruh terhadap sinyal yang diberikan ke saraf

trigeminal dan kemampuannya mengonsumsi makanan berlemak dalam porsi yang

besar untuk dapat menyeimbangi level pengecapan yang sama dengan kategori super

taster.32

Penelitian Hedge dan Sharma menunjukkan bahwa kebanyakan anak obesitas

dan gemuk tergolong dalam kategori non taster dan individu tersebut lebih suka

mengonsumi makanan yang manis dan berlemak.33 Penelitian Keller, menemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

23

bahwa anak kategori non taster memiliki peningkatan nilai BMI dibanding dengan

kategori super taster.32 Asupan makanan lemak yang tinggi adalah faktor risiko

terjadinya obesitas. Penelitian Markam et al. menyatakan bahwa kategori non taster

cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak yang

menyebabkan peningkatan nilai BMI pada kondisi gemuk dan obesitas sedangkan pada

kategori kurus kebanyakan anak adalah super taster. Penelitian sebelumnya juga

menunjukkan bahwa kategori non taster memiliki lebih banyak jumlah papila

fungiformis dan memiliki nilai ambang rasa yang rendah terhadap persepsi rasa yang

menyebabkan terjadinya perbedaan individu dalam memilih tipe atau jenis makanan.7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

24

2.6 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep

Umami

Karies Asam

Manis

Pahit

Asin

BMI

Persepsi Rasa

Manis

Pahit

BMI

Lidah

Papila

Lidah

Persepsi

Rasa

Taste Buds

Persepsi Rasa

Manis

Pahit

Pengalaman Karies

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif analitik dengan

rancangan penelitian cross-sectional dengan menggunakan kuesioner dan lembaran

pemeriksaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII dan VIII

di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Proposal penelitian dilaksanakan pada September 2018 – Desember 2018.

Penelitian dilaksanakan pada Januari 2019 – Februari 2019. Penyusunan hasil

penelitian dilaksanakan pada Maret 2019 – Juli 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 12 – 13 tahun di Kota Medan.

Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah anak sekolah berusia 12 – 13 tahun di

Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan yang memenuhi kriteria inklusi.

Penentuan kecamatan dan sekolah menggunakan metode purposive sampling dan

random sampling. Penentuan besar sampel menggunakan uji hipotesis beda rata-rata

dua kelompok independen karena data dari penelitian sebelumnya dalam skala

pengukuran numerikal berupa mean dan standar deviasi (SD). Besar sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel yang didapat dari perhitungan data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

26

penelitian sebelumnya antara persepsi rasa dengan BMI.

Rumus :

𝛿2 = (n1-1)S12 + (n2-1)S2

2

= (93-1)1,32 + (8-1)1,62

= 1,75

n = 2 𝛿2(Z1-α/2 + Z1-β)2

= 2 . 1,75 (1,96 + 1,28 )2

= 45,36

= 46

Besar sampel = 3 x n = 138

= ( 3 x n ) + 10% = 152

Keterangan :

𝛿2 : varians gabungan

n1 : jumlah pada kelompok 1

n2 : jumlah pada kelompok 2

S1 : varians pada kelompok 1

S2 : varians pada kelompok 2

Z1-α/2 : nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2 (α = 95%)

Z1-β : nilai z pada kekuatan uji ( power) 1-β (β = 90%)

μ1 : estimasi rata-rata kelompok 1

μ2 : estimasi rata-rata kelompok 2

Mengantisipasi adanya sampel yang drop-out maka ditambahkan dari 10% besar

sampel yang didapat. Jumlah sampel minimum pada penelitian ini adalah 152 orang.

Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing - masing

(93-1) + (8-1)

( 𝜇1 −𝜇2)2

(2,9 – 2 )2

(n1-1) + (n2-1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

27

sekolah yang dipilih yaitu 76 anak di Kecamatan Medan Petisah dan 76 anak di Medan

Tuntungan.

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi kelompok sampel ini :

1. Anak berusia 12-13 tahun

2. Status fisik ASA I

3. Tidak mempunyai alergi ataupun reaksi terhadap PROP

4. Tidak sedang menggunakan obat-obatan sistemik seperti antibiotik

5. Tidak sedang mengonsumsi NSAID yang dapat menurunkan produksi saliva

6. Tidak menggunakan perawatan orthodonti

7. Anak memberikan informed consent untuk mengikuti prosedur penelitian

8. Tidak menggunakan obat kumur minimal 2 jam sebelumnya

9. Tidak mengonsumsi makanan 2 jam sebelum penelitian.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi kelompok sampel ini :

1. Anak menolak untuk diperiksa

2. Anak tidak ada informed consent

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel bebas pada penelitian ini adalah persepsi rasa pengecapan.Variabel

terikat pada peneltian ini adalah pengalaman karies dan BMI

Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi

Operasional

Cara Pemeriksaan Hasil Ukur Skala

Persepsi

Rasa

Persepsi adalah

proses

memasukkan

stimulus berupa

pengalaman

Pengukuran persepsi

- Rasa manis :

menggunakan sukrosa

dengan berbagai

konsentrasi mulai dari

Persepsi rasa

manis dan pahit

terbagi menjadi

3 kategori:

Rasa manis

Ordinal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

28

Variabel Defenisi

Operasional

Cara Pemeriksaan

Hasil Ukur Skala

sensori ke dalam

otak untuk

menentukan

respon yang

diberikan

kepada stimulus

tersebut.

Menentukan

persepsi

pengecapan rasa

manis

menggunakan

larutan sukrosa

dengan berbagai

konsentrasi

0,625%, 1,25%,

2,5 %, 5%, 10%,

20%, dan 40%.

Rasa pahit

diukur

menggunakan

PROP (6-n-

propyltiouracil)

0,625%, 1,25%, 2,5

%, 5%, 10%, 20%,

dan 40 %.

Gunting kertas

Whatman dengan

ukuran 2x2 cm.

Teteskan larutan

sukrosa mulai dari

konsentrasi terendah

0,625% pada kertas

Whatman dan

letakkan pada apeks

lidah. Apabila subjek

tidak merasakan rasa

manis, intruksikan

untuk berkumur

dengan air lalu

lakukan prosedur

yang sama untuk

konsentrasi 1,25%,

2,5 %, 5%, 10%,

20%, dan 40%.

Lakukan pencatatan

pada konsentrasi

manis pertama yang

dirasakan subjek.

- Rasa pahit:

menggunakan

lembaran PROP yang

diletakkan pada

dorsal lidah (2/3

anterior lidah) selama

30 detik. Pada saat

subjek merasakan

intensitas paling

pahit, subjek

melakukan penilaian

pada facial 7- point

hedonic scale.

1. Super taster

apabila subjek

Merasakan

manis pada

konsentrasi

0,625% - 1,25%

2. Medium

taster apabila

subjek

merasakan

manis pada

konsentrasi

2,5% - 5 %

3. Non taster

apabila subjek

merasakan

manis pada

konsentrasi 10%

- 40)%

- Rasa pahit:

1. Super taster

apabila subjek

menilai PROP

sangat pahit

2. 2. Medium taster

apabila subjek

menilai PROP

pahit dan biasa

saja

3. Non taster

apabila subjek

menilai PROP

tidak berasa dan

ragu – ragu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

29

Variabel Defenisi

Operasional

Cara Pemeriksaan Hasil Ukur Skala

Pengalaman

karies

Ditentukan

berdasarkan

kriteria Klein

dengan melihat

jumlah gigi

yang tergolong

kategori

decayed,

missing, dan

filling (DMFT)

Pemeriksaan

menggunakan kaca

mulut, pinset, sonde,

dan probe pada semua

gigi. Pemeriksaan

dilakukan dengan

penerangan yang

memadai.

Dinilai dengan

kriteria:

1. D (decayed) = gigi

yang mengalami

karies dan belum

ditambal; sisa akar

2. M (missing) = gigi

yang dicabut karena

karies

3. F (filling) = gigi

yang direstorasi

karena karies

Perhitungan

DMFT yaitu

penjumlahan D,

M, dan F pada

gigi permanen

Rasio

Kategori

Massa

Tubuh

BMI adalah

hasil

perhitungan

berat badan (kg)

dibagi kuadrat

tinggi badan

(m), yang

kemudian

dibandingkan

dengan diagram

BMI sesuai jenis

kelamin dan

usia anak.

a. Pengukuran tinggi

badan anak

menggunakan

stadiometer

b. Pengukuran berat

badan anak

menggunakan

timbangan badan

Pengukuran BMI :

berat badan (kg)

tinggi badan (m2)

1. Kurus : (BMI

< -2 SD)

2. Normal :

(BMI -2 s.d 1

SD)

3. Gemuk :BMI

≥ 1 − 2 SD)

4. Obesitas :

(BMI ≥ 2 SD)

Ordinal

Jenis

Kelamin

Tanda fisik (sex)

yang

teridentifikasi

dan dibawa

sejak lahir.

Melalui lembar

pemeriksaan

(kuesioner)

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

Usia

Usia dihitung

dari ulang tahun

sampai

Melalui lembar

pemeriksaan

(kuesioner)

1. 12 tahun

2. 13 tahun

Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

30

Variabel Definisi

Operasional

Cara Pemeriksaan Hasil Ukur Skala

pencatatan

terakhir

responden

Kuesioner Kuesioner

sebagai alat

bantu

pemeriksaan

meliputi

pemeriksaan

persepsi rasa

pengecapan,

pengalaman

karies dan BMI.

Sebelum

melakukan

pemeriksaan

terlebih dahulu

perlu didapat

informed

consent dari

orang tua

subjek. Subjek

yang mengikuti

penelitian

adalah sampel

yang memenuhi

kriteria inklusi.

Pemeriksaan langsung

di rongga mulut

subjek. Pemeriksaan

persepsi rasa manis

dengan larutan

sukrosa dan rasa pahit

dengan PROP.

Pemeriksaan karies

dengan kriteria Klein.

Hasil ukur

dikategorikan

untuk

memudahkan

pemindahan

data.

Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

31

3.5 Alur Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

Alur penelitian dan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

ini :

1. Kecamatan yang diteliti adalah Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan

2. Pendataan sekolah berdasarkan kecamatan

3. Kalibrasi sebanyak dua kali yang diawasi oleh dosen pembimbing untuk

menyamakan persepsi

4. Peneliti mendapatkan surat keterangan dari pihak Fakultas Kedokteran Gigi

USU.

5. Peneliti mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

dari Fakultas Kedokteran USU

6. SMP Swasta Kalam Kudus dan SMP Negeri 21 merupakan pemilihan sekolah

berdasarkan purposive sampling

7. Peneliti mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian dari pihak

sekolah

8. Persetujuan telah diperoleh dari orang tua

9. Pendataan subjek setelah mengembalikan informed consent dan data diri

orang tua

10. Pemeriksaan dengan alat bantu kuesioner pada subjek yang memenuhi

kriteria inklusi

11. Pencatatan hasil pemeriksaan

12. Penginputan data, pengolahan data, dan analisis data.

13. Penyusunan hasil penelitian.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

32

3.6.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian akan diolah secara komputerisasi.

Pengolahan data secara komputerisasi meliputi :

1. Editing (Penyuntingan Data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan lembaran pemeriksaan.

2. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul dalam bentuk yang

lebih ringkas dengan menggunakan kode. Proses pengkodean dilakukan berdasarkan

komponen – komponen yang ada pada lembaran pemeriksaan.

3. Memasukkan data (Data Entry)

Memasukkan data lembaran pemeriksaan dan perawatan gigi anak yang lengkap

ke Microsoft Excel.

4. Saving

Merupakan proses penyimpanan data sebelum data dianalisis.

5. Tabulasi

Merupakan proses penyusunan data dalam bentuk tabel dan selanjutnya diolah

dengan komputer.

6. Cleaning

Kegiatan pengetikan kembali data yang sudah dimasukkan untuk mengetahui ada

kesalahan atau tidak

3.6.2 Analisis Data

Data diolah secara deskriptif dan analitik. Data deskriptif yaitu data univariat

yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dan dihitung dalam bentuk

tabel dan persentase. Data analitik yaitu data bivariat yang juga disajikan dalam bentuk

tabel berupa ada tidaknya hubungan terhadap tiap variabel. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan software SPSS versi 22. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan data yang diperoleh tidak terdistribusi sempurna. Analisis data kategorik

dengan kategorik menggunakan uji analisis Chi-Square. Analisis data kategorik

dengan numerik menggunakan uji analisis Kruskal-Wallis dan post hoc Mann-Whitney.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

33

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan pelaksanaan penelitian. Setelah itu

peneliti memberikan lembar persetujuan kepada orang tua /wali dari responden yang

akan ditanda tangani.

2. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi

Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

34

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang telah dilakukan pada sekolah SMP Swasta Kalam Kudus dan

SMP Negeri 21 mendapatkan berbagai data. Data tersebut akan dilakukan berbagai

analisis seperti analisis univariat dan bivariat.

4.1 Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi dari setiap

variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti meliputi karateristik demografi responden

(usia dan jenis kelamin) dan karateristik klinis (persepsi rasa pengecapan, karies, dan

BMI) pada dua kecamatan.

4.1.1 Demografi Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah anak berusia 12 - 13 tahun di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Tuntungan dengan jumlah sampel 152 anak. Gambaran demografis

sampel penelitian meliputi usia dan jenis kelamin di Kecamatan Medan Petisah dan

Medan Tuntungan.

Tabel 3 memperlihatkan jumlah anak yang berusia 12 tahun 86 anak (56,6%) dan

yang berusia 13 tahun sebanyak 66 anak (43,4%). Anak berusia 12 tahun jumlahnya

lebih banyak dibandingkan dengan usia 13 tahun karena sampel penelitian lebih banyak

pada anak kelas VII yang rata – rata berusia 12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,

jumlah anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62 anak (40,8%) dan berjenis

kelamin perempuan sebanyak 90 anak (59,2%). Anak berjenis kelamin perempuan

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan anak berjenis kelamin laki - laki karena

mayoritas anak pada sekolah yang diteliti kebanyakan adalah perempuan. Berdasarkan

kecamatan, anak yang berasal dari Kecamatan Medan Petisah sebanyak 72 anak

(47,4%) dan yang berasal dari Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 80 orang

(52,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

35

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan

Medan Petisah dan Medan Tuntungan

No. Karateristik

n %

1 Usia

12 tahun

13 tahun

86

66

56,6

43,4

2 Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

62

90

40,8

59,2

3 Kecamatan

Medan Petisah

Medan Tuntungan

72

80

47,4

52,6

Total 152 100

4.1.2 Distribusi kategori persepsi rasa pahit

Penilaian persepsi rasa pahit dibagi menjadi lima yaitu sangat pahit, pahit, ragu-

ragu, biasa saja, dan tidak berasa berdasarkan penggunaan Linkert Scale. Berdasarkan

Tabel 4, penilaian persepsi rasa pahit terhadap PROP, 59 anak (38,8%) merasakan pahit

diikuti dengan penilaian sangat pahit 47 anak (30,9%), biasa saja dan tidak berasa

memiliki jumlah yang sama 17 anak (11,2%). Penilaian ragu-ragu merupakan penilaian

paling sedikit diberikan oleh 12 anak (7,9%).

Berdasarkan penilaian rasa pahit pada Tabel 4, penilaian rasa pahit dikategorikan

menjadi tiga yaitu super taster, medium taster, dan non taster. Kategori super taster

adalah kategori untuk penilaian persepsi rasa yang menyatakan bahwa PROP berasa

sangat pahit karena anak merasakan rasa pahit yang tak tertahankan dan membuat anak

mual sehingga ada reaksi spontan untuk memuntahkan PROP tersebut. Kategori

medium taster untuk penilaian persepsi rasa yang menyatakan PROP berasa pahit dan

biasa saja karena rasanya sama seperti minum obat. Kategori non taster untuk penilaian

persepsi rasa menyatakan PROP tidak berasa atau ragu – ragu terhadap rasa karena

anak kesulitan untuk mendeteksi rasa PROP tersebut. Berdasarkan Tabel 4, persepsi

rasa pahit kategori medium taster merupakan kategori yang paling banyak dengan

jumlah 76 anak (50%) dan kategori non taster merupakan kategori paling sedikit

dengan jumlah 29 anak (19,1%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

36

Tabel 4. Distribusi Kategori Rasa Pahit

No Rasa pahit n %

1 Penilaian

Sangat pahit

Pahit

Ragu-ragu

Biasa saja

Tidak berasa

47

59

12

17

17

30,9

38,8

7,9

11,2

11,2

Total 152 100

2 Kategori

Super taster

Medium taster

Non taster

47

76

29

30,9

50

19,1

Total 152 100

4.1.3 Distribusi kategori persepsi rasa manis

Distribusi persepsi rasa manis diukur berdasarkan nilai ambang rasa (taste

threshold) manis dengan menggunakan tujuh konsentrasi manis yaitu 0,625; 1,25; 2,5;

5;10; 20; dan 40%. Berdasarkan Tabel 4, pada konsentrasi dapat disimpulkan dengan

konsentrasi 1,25% sampel sudah bisa merasakan manis walaupun kebanyakan 32,9%

merasakan ambang rasa manis dengan konsentrasi 10% diikuti oleh konsentrasi

2,5(27,0%); 1,25(20,4%); 5(19,1%) dan 20(0,7%). Pada konsentrasi 0,625%

disimpulkan bahwa anak atau sampel belum bisa merasakan manis.

Berdasarkan tujuh konsentrasi tersebut, dikategorikan menjadi tiga kategori

persepsi manis yaitu super taster, medium taster, dan non taster. Kategori super taster

terdiri dari konsentrasi manis 0,625 dan 1,25%. Kategori medium taster terdiri dari

konsentrasi manis 2,5 dan 5%. Kategori non taster terdiri dari konsentrasi manis 10,20,

dan 40%. Berdasarkan Tabel 5, kategori manis medium taster merupakan kategori

paling banyak dengan jumlah 70 anak (46,1%). Diikuti dengan kategori non taster

memiliki jumlah yaitu 51 anak (33,6%) dan kategori super taster memliki jumlah yaitu

31 anak (20,4%. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ambang rasa konsentrasi

manis berada pada konsentrasi 1,25-10%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

37

Tabel 5. Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis

No Rasa Manis n

%

1

Penilaian

0,625

1,25

2,5

5

10

20

40

0

31

41

29

50

1

0

0

20,4

27,0

19,1

32,9

0,7

0

Total 152 100

2 Kategori

Super taster

Medium taster

Non taster

31

70

51

20,4

46,1

33,6

Total 152 100

4.1.4 Distribusi Pengalaman Karies

Berdasarkan Tabel 6, distribusi pengalaman karies (DMFT > 0) memiliki nilai

mean sebesar 2,35 ± 2,58, dengan nilai minumum sebesar 0 gigi dan nilai maksimum

sebesar 14 gigi. Jumlah karies merupakan hasil dari pertumbuhan DMFT pada gigi

permanen. Indeks karies anak dibagi menjadi enam kelompok yaitu bebas karies,

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil rata-rata indeks karies

berada pada kategori rendah. Penelitian ini menemukan bahwa jumlah indeks karies

terbesar merupakan anak bebas karies sebanyak 44 anak (28,9%) dan jumlah indeks

karies paling sedikit merupakan anak kategori sangat tinggi sebanyak 10 anak (6,6%).

Tabel 6. Distribusi Pengalaman Karies

No Pengalaman Karies n

%

1

Jumlah

0

1

2

3

4

44

27

25

20

10

28,9

17,8

16,4

13,2

6,6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

38

No Pengalaman Karies n

%

5

6

7

8

9

10

11

14

7

9

4

1

1

1

2

1

4,6

5,9

2,6

0,7

0,7

0,7

1,3

0,7

Total 152 100

2 Indeks Karies (Skor)

Bebas Karies (0)

Sangat Rendah (0,1 – 1,1)

Rendah (1,2 – 2,6)

Sedang (2,7 – 4,4)

Tinggi (4,5 – 6,5)

Sangat Tinggi (> 6,5)

44

27

25

30

16

10

28,9

17,8

16,4

19,7

10,5

6,6

Total 152 100

4.1.5 Distribusi Kategori BMI

Berdasarkan Tabel 7, distribusi kategori BMI dibagi menjadi tiga yaitu normal,

gemuk, dan obesitas dengan nilai mean BMI sebesar 21,53 ± 5,06 kg. Nilai minimum

sebesar 15,13 kg dan nilai maksimum sebesar 34,97 kg. Kategori BMI dengan

frekuensi terbanyak yaitu kategori normal 99 anak (65,1%) diikuti kategori gemuk 33

anak (21,7%) dan kategori obesitas 20 anak (13,2%). Tidak dijumpai kriteria kurus

pada BMI.

Tabel 7. Distribusi Kategori BMI

No Kategori BMI

n %

1 Normal 99 65,1

2 Gemuk 33 21,7

3 Obesitas 20 13,2

Total 152 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

39

4.2 Analisa Bivariat

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mencari adanya hubungan antara dua

faktor. Sebelum melakukan uji tersebut uji normalitas dapat dilakukan uji Kolmogorov-

Smirnov. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi <0,05 sehingga data

tidak terdistribusi normal.

4.2.1 Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh

nilai p sebesar 0,003 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara

persepsi rasa pahit dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori

super taster berada pada rata-rata indeks karies rendah (1,51 ± 1,89) sama halnya

dengan kategori medium taster (2,50 ± 2,78). Berbeda halnya dengan kategori non

taster yang berada pada indeks karies sedang (3,31 ± 2,66). Hasil uji lanjutan (post

hoc) antara ketiga kelompok kategori pahit menggunakan Mann-Whitney test dengan

derajat α= 0,05 untuk menentukan perbedaan signifikan antara ketiga kelompok

kategori pahit. Didapatkan hasil bahwa kelompok kategori super taster dan medium

taster memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,044) sama halnya

dengan kelompok kategori super taster dan non taster juga menunjukkan perbedaan

yang signifikan (p = 0,000). Berbeda halnya dengan kelompok kategori medium taster

dan non taster diperoleh hasil yang tidak signifikan (p = 0,078).

Tabel 8. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies

Kategori Pahit

(n = 152)

n DMFT

Mean

p*

Super taster 47 1,51 ± 1,89

0,003 Medium taster 76 2,50 ± 2,78

Non taster 29 3,31 ± 2,66

* p < 0,05

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

40

Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh

nilai p sebesar 0,003 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara

persepsi rasa pahit dengan indeks karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori super

taster paling banyak tergolong dalam indeks bebas karies sebanyak 19 anak (40,4 %)

diikuti oleh indeks karies sangat rendah 11 anak (23,4 %), indeks karies rendah 7 anak

(14,9%), dan paling sedikit indeks karies tinggi dan sangat tinggi yaitu 2 anak (4,3%).

Kategori medium taster paling banyak tergolong dalam indeks bebas karies sebanyak

23 anak (30,3%), diikuti oleh indeks karies sedang 14 anak (20%), indeks karies rendah

dan tinggi yaitu 11 anak (14,5%), indeks karies rendah 10 anak (13,2%), dan paling

sedikit indeks karies sangat tinggi 4 anak (5,3%). Kategori non taster paling banyak

tergolong dalam indeks karies sedang sebanyak 8 anak (27,6%), diikuti oleh indeks

karies sedang 7 anak (24,1%), indeks karies sangat rendah 5 anak (17,2%), indeks

karies sangat tinggi 4 anak (13,8%), indeks karies tinggi 3 anak (10,3%), dan paling

sedikit indeks bebas karies 2 anak (6,9%). Pada kelompok kategori super taster dengan

medium taster dan non taster terlihat signifikan dilihat dari kategori super taster

memiliki banyak anak bebas karies yaitu 19 anak (40,4%) sedangkan pada kategori non

taster sedikit anak yang mempunyai bebas karies yaitu 2 anak (6,9%). Walaupun

kategori medium taster terlihat kurang signifikan pada jumlah anak bebas karies yang

lebih banyak dari super taster yaitu 23 anak (30,3%) tetapi terlihat signifikan pada

indeks karies kategori tinggi dimana medium taster memiliki jumlah 11 anak (14,5%)

sedangkan super taster hanya memiliki 2 anak (4,3%)

Tabel 9. Hubungan Kategori Rasa Pahit dengan Indeks Karies

Kategori

Pahit

Indeks Karies

n

p*

Bebas

karies

n(%)

Sangat

rendah

n(%)

Rendah

n(%)

Sedang

n(%)

Tinggi

n(%)

Sangat

tinggi

n(%)

Super taster

Medium

Non taster

19(40,4)

23(30,3)

2 (6,9)

11 (23,4)

11 (14,5)

5 (17,2)

7 (14,9)

10 (13,2)

8 (27,6)

6 (12,8)

17 (22,4)

7 (24,1)

2 (4,3)

11 (14,5)

3 (10,3)

2 (4,3)

4 (5,3)

4 (13,8)

47

76

29

0,003

Total 44(28,9) 27 (17,8) 25 (16,4) 30 (19,7) 16 (10,5) 10 (6,6) 152

* p < 0,05

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

41

4.2.2 Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis

memperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan

antara persepsi rasa manis dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa

kategori super taster berada pada rata-rata indeks karies sangat rendah (1,13 ± 1,45).

Berbeda halnya dengan kategori medium taster yang berada pada indeks karies sedang

(3,06 ± 2,85) dan kategori non taster yang berada pada indeks karies rendah (2,12 ±

2,43). Hasil uji lanjutan (post hoc) antara ketiga kelompok kategori manis

menggunakan Mann-Whitney test dengan derajat α= 0,05 untuk menentukan perbedaan

signifikan antara ketiga kelompok kategori pahit. Didapatkan hasil bahwa kelompok

kategori super taster dan medium taster memiliki perbedaan yang bermakna secara

statistik (p = 0,000) sama halnya dengan kelompok kategori super taster dan non taster

yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,048) dan kelompok kategori

medium taster dan non taster juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,039).

Tabel 10. Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies

Kategori Manis

(n = 152)

n DMFT

Mean

p*

Super taster 31 1,13 ± 1,45

0,001 Medium taster 70 3,06 ± 2,85

Non taster 51 2,12 ± 2,43

* p < 0,05

Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis

memperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan

antara persepsi rasa manis dengan indeks karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori

super taster paling banyak tergolong dalam indeks bebas karies sebanyak 15 anak (48,4

%) diikuti oleh indeks karies sangat rendah dan rendah yaitu 6 anak (19,4 %), indeks

karies sedang 3 anak (9,7%), dan indeks karies tinggi 1 anak (3,2%). Tidak ada anak

kategori super taster yang tergolong indeks karies sangat tinggi. Kategori medium

taster paling banyak tergolong dalam indeks karies sedang sebanyak 17 anak (24,3%),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

42

diikuti oleh indeks bebas karies 14 anak (20%), indeks karies rendah dan tinggi yaitu

11 anak (15,7%), indeks karies sangat rendah memiliki jumlah 10 anak (14,3%), dan

indeks karies sangat tinggi 7 anak (10%). Kategori non taster paling banyak tergolong

dalam indeks bebas karies 15 anak (29,4%), diikuti oleh indeks karies sangat rendah

11 anak (21,6%), indeks karies sedang 10 anak (19,6%), indeks karies rendah 8 anak

(15,7%), indeks karies tinggi 4 anak (7,8%), dan indeks karies sangat tinggi 3 anak

(5,9%). Pada kategori super taster, medium taster, dan non taster terlihat perbedaan

yang signifikan. Anak super taster sedikit yang memiliki indeks karies sedang sampai

tinggi (9,7% – 3,2%) dan tidak ada anak dengan indeks karies sangat tinggi sedangkan

anak medium taster dan non taster memiliki jumlah yang lebih banyak walaupun pada

ketiga kategori jumlah anak bebas karies sama.

Tabel 11. Hubungan Kategori Rasa Manis dengan Indeks Karies

Kategori

Manis

(n = 152)

Indeks Karies

n

p*

Bebas

karies

n(%)

Sangat

rendah

n(%)

Rendah

n(%)

Sedang

n(%)

Tinggi

n(%)

Sangat

tinggi

n(%)

Super taster

Medium

Non taster

15 (48,4)

14 (20,0)

15 (29,4)

6 (19,4)

10 (14,3)

11 (21,6)

6 (19,4)

11 (15,7)

8 (15,7)

3 (9,7)

17 (24,3)

10 (19,6)

1 (3,2)

11 (15,7)

4 (7,8)

0 (0)

7 (10)

3 (5,9)

31

70

51

0,001

Total 44 (28,9) 27 (17,8) 25 (16,4) 30 (19,7) 16 (10,5) 10(6,6) 152

* p < 0,05

4.2.3 Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI

Berdasarkan Tabel 12, anak dengan persepsi rasa pahit kategori super taster

paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 31 anak (66,0%) diikuti

dengan kategori BMI gemuk 10 anak (21,3%) dan kategori BMI obesitas 6 anak

(12,8%). Anak dengan persepsi rasa pahit kategori medium taster paling banyak

terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 49 anak (64,8%) diikuti dengan kategori

BMI gemuk 15 anak (20,5%) dan kategori BMI obesitas 12 anak (14,8%).

Anak dengan persepsi rasa pahit kategori non taster paling banyak terdapat

dalam kategori BMI yaitu normal 19 anak (64,7%) diikuti dengan kategori BMI gemuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

43

8 anak (29,4%) dan kategori BMI obesitas 2 anak (5,9%). Hubungan antara persepsi

rasa pahit tidak dijumpai, dengan nilai (p = 0,757).

Tabel 12. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI

Kategori Pahit

Kategori BMI

Total

p Normal

n(%)

Gemuk

n(%)

Obesitas

n(%)

Super taster 31(66,0) 49(64,5) 19(65,5) 99

0,757 Medium 10(21,3) 15(19,7) 8(27,6) 33

Non taster 6(12,8) 12(15,8) 2(6,9) 20

p > 0,05

4.2.4 Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan BMI

Berdasarkan Tabel 13, anak dengan persepsi rasa manis kategori super taster

paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 18 anak (58,1%) diikuti

dengan kategori BMI gemuk 10 anak (32,3%) dan kategori BMI obesitas 3 anak

(9,7%). Anak dengan persepsi rasa manis kategori medium taster paling banyak

terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 52 anak (74,3%) diikuti dengan kategori

BMI gemuk 9 anak (12,9%) dan kategori BMI obesitas 9 anak (12,9%).

Anak dengan persepsi rasa manis kategori non taster paling banyak terdapat

dalam kategori BMI yaitu normal 29 anak (56,9%) diikuti dengan kategori BMI gemuk

14 anak (27,5%) dan kategori BMI obesitas 8 anak (15,7%). Hubungan antara persepsi

rasa manis tidak dijumpai, dengan nilai (p = 0,131).

Tabel 13. Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan BMI

Kategori Manis

Kategori BMI

Total

p Normal

n(%)

Gemuk

n(%)

Obesitas

n(%)

Super taster 18(58,1) 52(74,3) 29(56,9) 99

0,131 Medium 10(32,3) 9(12,9) 14(27,5) 33

Non taster 3(9,7) 9(12,9) 8(15,7) 20

p > 0,05

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

44

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persepsi rasa pengecapan, pengalaman

karies, dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 152 orang dengan distribusi

berdasarkan usia dan jenis kelamin di dua kecamatan. Sebanyak 86(56,6%) anak

berusia 12 tahun dan 66(43,4%) anak berusia 13 tahun. Penelitian ini dilakukan pada

anak SMP dengan rata-rata berusia 12-13 tahun karena menurut WHO usia tersebut

dapat memantau kondisi kesehatan anak secara global. Secara epidemiologis

menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies seiring bertambahnya usia

khususnya usia 12-13 tahun saat gigi permanen molar kedua rahang atas dan rahang

bawah akan erupsi. Menurut hasil penelitian sebelumnya menunjukkan peningkatan

rerata indeks DMFT usia 12 tahun lebih tinggi dibandingkan pada usia 13 dan 14 tahun.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi keadaan tersebut diantaranya jenis kelamin

dengan keadaan hormonal, tingkat kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut pada

usia yang lebih dewasa, maupun keadaan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan serta

pendidikan orang tua anak.

Pemilihan dua kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Tuntungan merupakan kecamatan lingkar dalam dan lingkar luar yang dipilih

berdasarkan random sampling. Pemilihan SMP Swasta Kalam Kudus di Kecamaan

Medan Petisah dan SMP Negeri 21 di Kecamatan Medan Tuntungan dipilih

berdasarkan purposive sampling. Distribusi anak perempuan 90(59,2%) lebih banyak

dibandingkan dengan anak laki-laki 61(40,8%) karena disekolah tersebut murid

berjenis kelamin perempuan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki

(Tabel 3).

Penelitian ini melakukan penilaian terhadap persepsi rasa pengecapan,

pengalaman karies, dan BMI. Persepsi rasa pengecapan meliputi persepsi rasa pahit

dan persepsi rasa manis. Penilaian persepsi rasa pahit menggunakan bahan PROP yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

45

sudah tervalidasi dan digunakan sebagai bahan untuk test persepsi rasa pahit. PROP

sudah digunakan pada berbagai penelitian termasuk penelitian Karmakar yang

menyatakan bahwa PROP dapat digunakan untuk menentukan threshold rasa pahit.36

Berdasarkan hal tersebut maka diputuskan penelitian ini juga menggunakan PROP

sebagai test persepsi rasa pahit. Selain dapat digunakan untuk menentukan threshold

rasa pahit, PROP juga mudah dibawa, tidak memerlukan bahan yang spesifik, tidak

memerlukan tempat penyimpanan yang khusus, dan bisa diaplikasikan pada anak

berusia 12-13 tahun. Namun, pada sampel penelitian ini dikesimpulankan bahwa PROP

hanya bisa untuk menilai persepsi rasa pahit bukan threshold karena rata-rata sampel

menyatakan bahwa PROP itu pahit dan rasanya seperti minum obat. Penilaian persepsi

rasa pahit dibagi menjadi lima berdasarkan Linkert Scale yaitu sangat pahit, pahit, ragu-

ragu, biasa saja, dan tidak berasa. Kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu

super taster, medium taster, dan non taster. Reaksi anak kategori super taster

merasakan PROP sangat pahit karena rasanya membuat mual, reaksi anak kategori

medium taster merasakan PROP pahit dan biasa saja karena menyebut rasanya sama

seperti minum obat, sedangkan reaksi anak kategori non taster merasakan PROP tidak

berasa karena anak ragu-ragu atau tidak dapat mendeteksi rasa PROP tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi rasa pahit kategori medium

taster merupakan kategori yang paling banyak dengan jumlah 72 anak (50%), diikuti

dengan super taster sebanyak 47 anak (30,9%) dan kategori non taster sebanyak 29

anak (19,1%). Anak paling banyak tergolong dalam kategori medium taster karena

anak mengatakan PROP berasa pahit dengan ekspresi wajah tidak menyukai rasa

tersebut tetapi tidak ada reaksi membuang atau memuntahkan PROP secara spontan

(Tabel 4). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian menurut Rupes dan

Nayak di India dengan jumlah kategori medium taster 109(32%) lebih banyak

dibanding dengan kategori super taster 109(32%) dan non taster 63(19%). Kategori

super taster berjumlah sekitar sepertiga dari populasi sampel dan kategori medium

taster berjumlah sekitar setengah dari populasi sampel.37 Hasil penelitian menurut Lin

di New York City menunjukkan hal yang sama bahwa kategori medium taster adalah

kategori paling banyak dengan jumlah anak 87(58%), diikuti dengan kategori super

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

46

taster dengan jumlah anak 47(31%) dan kategori non taster dengan jumlah anak

16(11%).38

Penilaian persepsi rasa manis menggunakan kertas Whatman dengan ukuran

2x2 cm menggunakan berbagai konsentrasi yaitu 5%, 10%, 20%, dan 40%. Penilaian

persepsi rasa manis awalnya menggunakan konsentrasi terendah yaitu 5% berdasarkan

Laboratorium Biologi Oral FKG USU yang biasa digunakan untuk orang dewasa.

Setelah melakukan uji coba di beberapa sekolah, didapatkan hasil bahwa konsentrasi

manis 5% sudah bisa dirasakan oleh anak sehingga konsentrasi tersebut diubah menjadi

tiga konsentrasi baru yang berasal dari pembagian kelipatan dua konsentrasi terendah

yaitu 2,5%; 1,25%; dan 0,625%. Pada akhirnya konsentrasi manis yang digunakan

yaitu 0,625; 1,25; 2,5; 5; 10; 20; dan 40%. Konsentrasi tersebut dikategorikan menjadi

tiga kategori yaitu super taster dengan konsentrasi 0,625% dan 1,25%, kategori

medium taster dengan konsentrasi 2,5% dan 5%, dan kategori non taster dengan

konsentrasi 10% - 40%. Konsentrasi 0,625% belum dapat dirasakan anak oleh sebab

itu test threshold persepsi rasa adalah 1,25% karena pada konsentrasi tersebut anak

dapat merasakan ambang rasa manis. Hasilnya hampir sama dengan penelitian Firquim

et al. menggunakan konsentrasi paling encer yaitu (3,91 mmol/l) atau sama dengan

konsentrasi 1,6%.28 Kategori manis medium taster merupakan kategori paling banyak

dengan jumlah 70 anak (46,1%) diikuti dengan kategori non taster dengan jumlah 51

anak (33,6%) dan kategori super taster dengan jumlah yaitu 31 anak (20,4%) (Tabel

5). Hasil penelitian menurut Borazon et al. di Filipina menunjukkan hal yang sama

bahwa kategori medium taster adalah kategori paling banyak dengan jumlah anak (n =

71) diikuti dengan kategori super taster dengan jumlah anak (n = 41) dan kategori non

taster taster dengan jumlah anak (n = 8). Penelitian persepsi rasa manis tersebut

mayoritas non taster adalah anak yang menyukai rasa manis dengan konsentrasi tinggi

pada produk makanan cemilan sementara mayoritas super taster kurang menyukai

makanan manis dengan konsentrasi tinggi.39

Penilaian pengalaman karies diperoleh berdasarkan pemeriksaan subyek

dengan menggunakan alat yaitu tiga serangkai (pinset, sonde, dan kaca mulut), senter

penerangan, dan lembar pemeriksaan dengan menggunakan kriteria menurut Klein.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

47

Tingkat pengalaman seseorang mengenai karies gigi dapat diketahui dengan

menggunakan indeks DMFT pada gigi permanen. Pada pemeriksaan rata-rata anak

memiliki jumlah (D = decayed) yang lebih banyak dari pada jumlah kehilangan gigi

(M = missing) dan adanya tambalan (F = filling). Penilaian pengalaman karies menurut

Klein, decayed ditunjukkan untuk seluruh gigi yang mengalami karies, adanya karies

sekunder pada tumpatan permanen, gigi dengan tumpatan sementara, kavitas dalam

dengan kemungkinan keterlibatan pulpa kemudian missing ditunjukkan untuk adanya

kehilangan gigi yang disebabkan oleh karies serta filling ditunjukkan untuk gigi yang

sudah dilakukan perawatan penambalan karena karies gigi. Indeks DMFT memiliki

kelebihan dibandingkan dengan indeks karies lainnya yaitu lebih sederhana, mudah,

dan akurat digunakan dalam penelitian. Indeks karies dibagi menjadi enam kelompok

yaitu bebas karies, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil

pengalaman karies memiliki nilai mean sebesar (2,35 ± 2,58), yang artinya klasifikasi

tingkat indeks karies gigi menurut WHO pada anak tergolong rendah. Jumlah subjek

yang bebas karies sebanyak 44 anak (28,9%) sedangkan jumlah subjek yang memiliki

riwayat karies sebanyak 108 anak (71,1%) (Tabel 6). Indeks karies pada penelitian

sama dengan penelitian Subendi et al. pada anak usia 12-13 tahun di wilayah Lalitpur

dan Kritipur, Nepal tetapi memiliki nilai mean karies yang lebih rendah yaitu (1,6 ±

0,14) yang tergolong dalam kategori rendah.40

Penilaian BMI didapat dari hasil perhitungan berat badan (kilogram) dibagi

kuadrat tinggi badan (meter), yang kemudian dibandingkan dengan tabel Indeks Massa

Tubuh atau BMI menurut RISKESDAS tahun 2013 sesuai dengan jenis kelamin dan

usia anak. Pengukuran tinggi badan anak menggunakan stadiometer dan pengukuran

berat berat badan anak menggunakan timbangan manual. Sama halnya dengan

penelitian Vanda M et al. penelitian ini membagi BMI menjadi empat kategori dan

dilakukan penilaian sesuai dengan tabel IMT/BMI RISKESDAS tahun 2013 sehingga

pembagian kategori BMI yang diteliti yaitu kurus (BMI < -2 SD), normal (BMI -2 s.d

1 SD), gemuk (BMI ≥ 1 – 2 SD), dan obesitas (BMI ≥ 2 SD).3 Hasil penelitian ini

mendapatkan nilai mean BMI sebesar 21,53 ± 5,06 kg. Nilai minimum sebesar 15,13

kg dan nilai maksimum sebesar 34,97 kg. Kategori BMI dengan frekuensi terbanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

48

yaitu kategori normal 99 anak (65,1%) diikuti kategori gemuk 33 anak (21,7%) dan

kategori obesitas 20 anak (13,2%). Jumlah anak kategori obesitas cukup banyak

kemungkin karena pola makan dan aktivitas anak yang belum seimbang, akses aktivitas

anak bermain diluar rumah kurang dan terbatas sehingga anak cenderung melakukan

aktivitas didalam rumah contohnya menonton TV dan bermain games (Tabel 7). Hasil

penelitian menurut Ashi et al. di tiga negara yaitu Italia, Meksiko, dan Arab Saudi

menunjukkan hasil yang sama bahwa kategori BMI terbanyak adalah normal. Anak di

Italia paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 168 (76,4%) diikuti

oleh anak kategori gemuk sebanyak 31 (14,1%) dan anak kategori obesitas sebanyak

15 (16,8%). Di Meksiko anak anak paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu

normal 131 (58,5%) diikuti oleh anak kategori gemuk sebanyak 47 (21%) dan anak

kategori obesitas sebanyak 46 (20,5%). Di Arab Saudi anak paling banyak terdapat

dalam kategori BMI yaitu normal 113(50,2%) diikuti oleh anak kategori obesitas

sebanyak 73 (32,4%) dan anak kategori gemuk sebanyak 31(13,8%).41

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi rasa pahit

dengan pengalaman karies. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh nilai p

sebesar 0,003 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori pahit

dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori super taster berada

pada rata-rata indeks karies rendah (1,51 ± 1,89) sama halnya dengan kategori medium

taster (2,50 ± 2,78). Berbeda halnya dengan kategori non taster yang berada pada

indeks karies sedang (3,31 ± 2,66) (Tabel 8). Hasil uji lanjutan (post hoc) antara ketiga

kelompok kategori pahit menggunakan Mann-Whitney test dengan derajat α= 0,05

untuk menentukan perbedaan signifikan antara ketiga kelompok kategori pahit.

Didapatkan hasil bahwa kelompok kategori super taster dan medium taster memiliki

perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,044) sama halnya dengan kelompok

kategori super taster dan non taster juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p =

0,000). Berbeda halnya dengan kelompok kategori medium taster dan non taster

diperoleh hasil yang tidak signifikan (p = 0,078). Perbedaan yang signifikan terlihat

pada pada kelompok kategori super taster dengan medium taster dan non taster tetapi

antara kelompok kategori medium taster dengan non taster tidak terlihat perbedaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

49

yang bermakna. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh nilai p sebesar 0,003 <

0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi rasa pahit dengan

indeks karies. Hasil menunjukkan bahwa kelompok kategori super taster dengan

medium taster dan non taster terlihat signifikan dilihat dari kategori super taster

memiliki banyak anak bebas karies yaitu 19 anak (40,4%) sedangkan pada kategori non

taster sedikit anak yang mempunyai bebas karies yaitu 2 anak (6,9%). Walaupun

kategori medium taster terlihat kurang signifikan pada jumlah anak bebas karies yang

lebih banyak dari super taster yaitu 23 anak (30,3%) tetapi terlihat signifikan pada

indeks karies kategori tinggi dimana medium taster memiliki jumlah 11 anak (14,5%)

sedangkan super taster hanya memiliki 2 anak (4,3%) (Tabel 9). Sama halnya dengan

penelitian menurut Firquim et al. di Brazil menunjukkan bahwa hasil penelitiannya

distribusi anak yang tinggal didaerah pedalaman dan perkotaan memiliki perbedaan

hubungan sensitivitas pahit terhadap karies. Pada daerah perkotaan menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan (p = 0.005) sedangkan pada daerah pedalaman

menunjukkan tidak adanya hubungan persepsi rasa pahit dengan karies (p = 0,180).28

Sama halnya dengan penelitian Rupesh dan Nayak secara umum menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara pengalaman karies yang lebih tinggi pada non taster

dibanding dengan medium taster dan medium taster dibanding dengan super taster.37

Penelitian menurut Lin pada kelompok 150 anak (6 – 12 tahun) hasil keseluruhannya

juga menunjukkan pengalaman karies yang secara signifikan lebih tinggi pada non

taster dibanding dengan tasters.38

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara persepsi rasa manis dengan

pengalaman karies. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi

rasa manis dengan pengalaman karies. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh

nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara

kategori manis dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori super

taster berada pada rata-rata indeks karies sangat rendah (1,13 ± 1,45). Berbeda halnya

dengan kategori medium taster yang berada pada indeks karies sedang (3,06 ± 2,85)

dan kategori non taster yang berada pada indeks karies rendah (2,12 ± 2,43) (Tabel

10). Hasil menunjukkan Hasil uji lanjutan (post hoc) antara ketiga kelompok kategori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

50

manis menggunakan Mann-Whitney test dengan derajat α= 0,05 untuk menentukan

perbedaan signifikan antara ketiga kelompok kategori manis. Didapatkan hasil bahwa

kelompok kategori super taster dan medium taster memiliki perbedaan yang bermakna

secara statistik (p = 0,000) sama halnya dengan kelompok kategori super taster dan

non taster juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,048) dan kelompok

kategori medium taster dan non taster diperoleh hasil yang signifikan (p = 0,039). Pada

kategori super taster, medium taster, dan non taster terlihat perbedaan yang signifikan

walaupun pada ketiga kategori jumlah anak bebas karies sama. Hasil uji statistik

Kruskal-Wallis memperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan

yang signifikan antara persepsi rasa manis dengan indeks karies. Hasil menunjukkan

bahwa kategori super taster sedikit anak yang memiliki indeks karies sedang sampai

tinggi (9,7% - 3,2%) dan tidak ada anak yang mempunyai indeks karies sangat tinggi,

sedangkan kategori medium taster dan non taster memiliki jumlah anak yang lebih

banyak (Tabel 11). Sama halnya dengan penelitian Ahmed et al. di Baghdad, Irak

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi asupan gula dengan

pengalaman karies dengan nilai (p = 0,001). Setelah lima tahun ketersediaan gula yang

rendah pada negara tersebut, DMFT berkurang secara signifikan pada anak sekolah

yang berusia 12 tahun.42 Hal yang sama juga terlihat pada penelitian Ceylan et al. di

Turki menyatakan bahwa ada ada hubungan positif yang kuat antara konsumsi makan

dan minuman yang mengandung gula atau preferensi manis dengan nilai DMFT (r =

0.565, p = < 0.01).43

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan persepsi rasa pahit

dengan BMI. Hasil uji statistik Chi-Square memperoleh nilai p sebesar 0,757 > 0,05

sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori pahit dengan BMI.

Pada penelitian ini terlihat bahwa anak dengan persepsi rasa pahit kategori super taster

paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 31 (66,0%) diikuti dengan

kategori BMI gemuk 10 (21,3%) dan kategori BMI obesitas 6 (12,8%). Anak dengan

persepsi rasa pahit kategori medium taster paling banyak terdapat dalam kategori BMI

yaitu normal 49 (64,8%) diikuti dengan kategori BMI gemuk 15 (20,5%) dan kategori

BMI obesitas 12 (14,8%). Anak dengan persepsi rasa pahit kategori non taster paling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

51

banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 19 (64,7%) diikuti dengan kategori

BMI gemuk 8 (29,4%) dan kategori BMI obesitas 2 (5,9%) (Tabel 12). Sama halnya

dengan penelitian menurut Borazon, Campos, dan Pinto menunjukkan hal yang sama

bahwa secara statistik tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara status

PROP taster dengan BMI.39,44

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan persepsi rasa manis dengan

BMI. Hasil uji statistik Chi-Square memperoleh nilai p sebesar 0,131 > 0,05 sehingga

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori manis dengan BMI. Anak

dengan persepsi rasa manis kategori super taster paling banyak terdapat dalam kategori

BMI yaitu normal 18 (58,1%) diikuti dengan kategori BMI gemuk 10 (32,3%) dan

kategori BMI obesitas 3 (9,7%). Anak dengan persepsi rasa manis kategori medium

taster paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 52 (74,3%) diikuti

dengan kategori BMI gemuk 9 (12,9%) dan kategori BMI obesitas 9 (12,9%). Anak

dengan persepsi rasa manis kategori non taster paling banyak terdapat dalam kategori

BMI yaitu normal 29 (56,9%) diikuti dengan kategori BMI gemuk 14 (27,5%) dan

kategori BMI obesitas 8 (15.7%) (Tabel 13). Sama halnya dengan dua penelitian

menurut Ashi et al. di Swedia, Arab Saudi, dan Italia menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara BMI dengan ambang rasa manis atau preferensi manis

dan karies gigi. Data untuk masing-masing negara diuji secara terpisah. Korelasi

terkuat ditemukan pada preferensi rasa untuk anak di Italia (p = 0,322).41 Selain itu,

penelitian menurut Ashi et al. di Arab Saudi tentang pengaruh persepsi rasa manis pada

diet dalam hubungan dengan karies gigi dan BMI anak usia 12-15 tahun menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan BMI (p = > 0,05).10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

52

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Persepsi rasa pahit dan manis anak kategori super taster memiliki tingkat

ambang rasa yang lebih peka dibandingkan dengan kategori medium taster dan non

taster.

2. Anak kategori super taster memiliki indeks karies yang lebih rendah

dibandingkan dengan kategori medium taster dan non taster.

3. Persepsi rasa pahit dan manis mempunyai pengaruh akan kejadian karies anak

berusia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

4. Persepsi rasa pahit dan manis tidak mempunyai pengaruh dengan pola BMI

anak berusia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.

6.2 Saran

1. Merupakan penelitian Pilot Study, penambahan sampel penelitian untuk

mendapatkan hasil yang lebih signifikan

2. Penggunaan PROP sudah tervalidasi oleh beberapa jurnal, tetapi pada

penelitian ini PROP taster lebih sesuai digunakan untuk melihat persepsi rasa atau taste

preference bukan untuk melihat nilai ambang rasa atau taste threshold. Untuk

mendapatkan hasil yang lebih signifikan dapat dilakukan dengan metode yang berbeda

misalnya penggunaan bahan quinine hydrochloride dengan berbagai macam

konsentrasi.

3. Jumlah anak pada kategori super taster, medium taster, dan non taster perlu

mendekati atau sama agar data dapat terdistribusi dengan normal atau parametrik.

4. Sensitivitas terhadap rasa pahit pada PROP merupakan sifat bawaan atau

dipengaruhi oleh gen sehingga perlu adanya pemeriksaan gen anak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

53

DAFTAR PUSTAKA

1. Dixit LP, Shakya A, Shrestha M, Shrestha A. Dental caries prevalence,oral health

knowledge and practice among indegenous Chepang school children of Nepal.

BMC Oral Health 2013; 13 (20): 1-5.

2. Guo E, Ma N, Yang F, Yu J, Yuan X, Zhang Y, et al. Caries experience and its

association with weight status among 8-year-old children in Qingdao, China. J

Int Soc Prev Community Dent 2015; 5 (1): 52-8.

3. Kemenkes RI. Riset kesahatan dasar tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI 2013;

209-20.

4. Roth RA. Diet and weight control. In: Garza D. Nutrition and diet therapy, 10th

ed., New York: Cengage Learning., 2011: 295-301.

5. Dharmalaksana D, Rahaswanti LW, Ani LS. Gambaran kejadian karies gigi

berdasarkan Body Mass Index pada anak usia 48-60 bulan di TK Negeri Pembina

Denpasar. Bali Dent J 2017; 1 (1): 18-22.

6. Wijaksana I. Peran dokter gigi dalam penanganan berat badan berlebihan dan

obestas. J K G Unej 2016; 13 (1): 17-21.

7. Markam V, Banda NR, Singh G, Chakravarthy K, Gupta M. Does taste

perception effect Body Mass Index in preschool children? J Clin Diagn Res 2015;

9 (12): 1-4.

8. Baharuddin AR, Sharifudin MS. The impact of geographial location on taste

sensitivity and preference. Int Food Res J 2015; 22 (2): 731-8.

9. Sunariani J. Indera rasa pengecapan di dalam rongga mulut., Sidoarjo: Dwiputra

Pustaka Jaya, 2014: 1-50.

10. Ashi H, Campus G, Forslund HB. The influence of sweet taste perception on

dietary intake in relation to dental caries and bmi in Saudi Arabian

schoolchlidren. Int J Dent 2017: 1-8.

11. Wardani PK, Supartina A, Titien I, Rantina SB, Lukito E, Utomo RB, dkk. Faktor

risiko terjadinya keries baru dengan pendekatan kariogram pada pasien anak di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

54

klinik kedokteran gigi anak RSGMP Prof Soedomo. Maj Ked 2012; 19(2): 107-

9.

12. Rengkuan RY, Wowor PM, Mintjelungan CN. Gambaran status karies dan status

gizi pada murid TK Kartika XX-16. J eG 2017; 5 (2): 177-82.

13. Ozdemir D. Dental caries and preventive strategies. J Ed Instruc Stud 2014; 4(2):

20-4.

14. Tanumihardja M, Rehatta DD. Gambaran status karies pada anak usia 12-15

tahun yang mengonsumsi air minum kemasan di SMP Nusantara tahun 2016.

Makassar Dent J 2017; 6 (3): 149-56.

15. Rahayu YC. Peran agen remineralisasi pada lesi karies dini. J Dent Unej 2013;

10 (1): 25-30.

16. Fatmawati DW. Hubungan biofilm Streptococcus mutans terhadap risiko

terjadinya karies gigi. J K G Unej 2011; 8 (3): 127-30.

17. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan

pemeliharaan. 3rd ed., Medan: USU Press. 2015: 5-9.

18. Pits N, Zero D. Aetiology and pathogenesis (what causes caries and what is the

caries process?) In: White paper on dental caries prevention and management.,

Switzerland: FDI Colgate., 2016: 11-4.

19. Takahashi N, Nyvad B. Caries ecology revisted: Microbial dynamics and the

caries process. Caries Res 2008; 42 (6): 409-19.

20. Adhani R, Widodo, Sukman BI, Suhartono E. Effect ph on demineralization

dental erosion inside dentistry. Int J Che Eng App 2015; 6 (2): 138-41.

21. Cury JA, Tenuta LM. Enamel remineralization: Controlling the caries disease or

treting eraly caries lesions. Braz Oral Res 2009; 23 (1): 23-30.

22. Chouan S, Sinha NK, Khan MA, Chouan SK, Chouan R. Malnutriotion and oral

health. Nat J Mul Res and Dev 2017; 2 (2): 1-6.

23. Mandalas H, Widya. Perawatan pada pasien ankyloglossia. ODONTO Dent J

2017; 4 (1): 67-71.

24. Stone M, Woo J, Lee J, Poole T, Seagraves A, Chung M, et al. Structure and

variability in human tongue muscle anatomy. Baltimore 2016: 1-9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

55

25. Tanudjajaa GN. Persarafan Lidah. J BM 2013; 5 (3): 36.

26. Srinivas K, Gupta J, Ratnakar P, Sachdev AS, Saxrena V, Bashir T. Anatomy of

tongue. Int J Mul Res Dev 2014; 1 (7): 124-5.

27. Aeran H, Seth J, Saxena S, Sharma G. Taste perception- a matter of sensation.

Int J O Hea Dent 2015; 1 (2): 88-93.

28. Firquim TR, Frederico RC, Maciel SM, Junior AG, Walter LR. Senstivity to

bitter and sweet taste perception in schoolchildren and their relation to dental

caries. Oral Healt Prev Dent 2010; 8: 253-9.

29. Matin SS, Veria VA. Body Mass Index (BMI) sebagai salah satu faktor yang

berkontribusi terhadap prestasi belajar remaja. J Visikes 2013; 12 (2): 163-9.

30. Nuttal, Frank Q. Body Mass Index: Obesity, BMI, and health acritical review.

Nutrition Res 2015; 50 (3): 117-28.

31. Esposito L, Fisher JO, Mennella JA, Hoelscher DM, Huang TT. Developmental

perpective on nutrition and obesity from gestation to adolescence. Prev Chronic

Dis 2009; 6 (3): 1-11.

32. Keller K, Reid A, MacDougall MC, Cassano H, Song JL, Deng L, et al. Sex

differences in the effects of inherited bitter thiourea sensitivity in body weight in

4-6 year-old children. Obesity (Silver Spring) 2010; 18: 1194-200.

33. Lumeng JC, Cardinal TM, Sitto JR,. Ability to taste 6-n-propylthiouracil and

BMI un low-income presschool-agen children. Obesity; 16: 1522-7

34. Mulyana K. <http://google.co.id/amp/s/sains.me/begini-cara-lidah-merasakan-

sensasi-pedas/amp/html. (20 November 2018).

35. Standar atropometri penilaian status gizi anak, <http://gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2011/11/buku - sk - antropometri 2010. pdf. (22 Novemember

2018).

36. Karmakar P, Arora R, Patel C, Sarvaiya B, Singh A, Patel M. Caries risk in

children of Undaipur city, India using genetic taste sensitivity to 6-n-

propylthiouracil. J Int Soc Prev 2016; 6(6): 523-8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

56

37. Rupesh S dan Nayak U. Genetic sensitivity to the bitter taste of 6-n

propylthioracil: A new risk determinant for dental caries in children. J Indian Soc

pedod Prev Dent 2006; 63-8.

38. Lin BP. Caries experience in children with various genetic sensitivity levels to

the bitter taste of 6-n-propylthiouracil (PROP): a pilot study. Ped Dent 2003;

25(1): 37-41

39. Borazon EQ, Villarino BJ, Magbuhat RM, Sabandal ML. Relationship of PROP

(6-n-propylthiouracil) taster status with Body Mass Index, food preference, and

consumtion of filipino adolescents. Food Res Int 2012; 47: 229-35

40. Subendi B, Shakya P, KC U, Jnawali M, Paudyal BD, Acharya A et al.

Prevalence of dental caries in 5-6 years and 12-13 years age group of school

children of Kathmandu valley. J Nepal Med Assoc 2011; 51(184): 176-81

41. Ashi H, Campus G, Klingberg G, Forslund HB, Lingstrom P. Childhood obesity

in relation to sweet taste perception and dental caries – a cross-sectional

multicenter study. Food and Nut Res 2019; 63: 1-7

42. Ahmed N, Astrom A, Bergeb NS. Dental caries prevalence and risk factors

among 12-year old schoolchildren in Baghdad, Iraq: a post-war survey. Int Dent

J 2007; 57: 36-44

43. Ceylan S, Han C, Murat K, Killic S, Tekbas F, Ortakoglu K. Evaluation of the

dental health of the young adult male population in Turkey. Military Med 2004;

169: 885-9

44. Campos MC dan Pinto ME. 6-n-propylthiouracil (PROP) taster status in

Brazilian adults. Campinas 2012; 32(4): 673-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Tanggal

Lampiran 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPATERMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN

PENGALAMAN KARIES DAN BMI (BODY MASS INDEX) ANAK

USIA 12-13 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN

MEDAN TUNTUNGAN

Tanggal

LEMBAR PEMERIKSAAN

Nama : (L/P) (1) 1.

Usia : 1. 12 tahun (2) 2.

2. 13 tahun

No Telepon/HP :

Penyikatan gigi/hari : 1. 1 kali/hari (3) 3.

2. 2 kali/hari

Penggunaan pasta gigi berfluoride : 1. Ya (4) 4.

2. Tidak

Nomor Nomor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

PERHITUNGAN BMI (BODY MASS INDEX)

Tinggi Badan : (5) 5.

Berat Badan : (6) 6.

Berat badan (kg)

BMI = = ................... (7) 7.

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Kategori BMI (Body Mass Index)

No. Z-score Interpretasi

1 -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD Kurus

2 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

3 Lebih dari 1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

4 Lebih dari 2 SD Obesitas

Kategori BMI = (8) 8

PEMERIKSAAN KARIES

,

,

,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Sangat

pahit

Pahit Ragu-ragu Biasa

saja Tidak

berasa

D = (9) 9.

M = (10) 10.

F = (11) 11.

DMFT = (12) 12.

Keterangan:

D (Decayed) : gigi yang mengalami karies

M (Missing) : gigi yang dicabut karena karies

F (Filling) : gigi yang ditambal karena karies

PEMERIKSAAN PERSEPSI RASA

Rasa pahit (17) 17.

Cara pemeriksaan: Letakkan lembaran PROP pada dorsal lidah (2/3 anterior lidah)

selama 30 detik. Subjek melakukan penilaian pada skala

Keterangan :

Sangat pahit : super taster

Pahit dan biasa saja : medium taster

Ragu-ragu dan tidak berasa : non taster

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Rasa manis (18) 18.

Cara pemeriksaan : Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan kertas Whatman yang

telah ditetesi dengan berbagai konsentrasi sukrosa pada apeks lidah dimulai dari

konsentrasi terendah yaitu 0,625%. Apabila pasien tidak dapat merasakan rasa manis

maka instruksikan untuk berkumur dan lakukan prosedur sama untuk konsentrasi 1,25;

2,5; 5; 10; 20; dan 40%. Peneliti mencatat pada konsentrasi sukrosa pertama yang dapat

dirasakan subjek beserta waktunya

Konsentrasi

larutan

sukrosa

Terdapat rasa Tidak terdapat

rasa spontan < 1 menit 1-2 menit

0,625%

1,25%

2,5%

5%

10%

20%

40%

Keterangan :

0,625 – 1,25% : super taster

2,5% - 5% : medium taster

10% - 40% : non taster

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON ORANG TUA / WALI SUBJEK

Kepada Yth

Bapak/Ibu/Wali

Di tempat

Nama saya Elita Elisabet Sihombing mahasiswa yang sedang menjalani Pendidikan

Kedokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya

mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian saya

yang berjudul: “Hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan pengalaman karies

dan BMI (Body Mass Index) anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan

Medan Tuntungan”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi

rasa pengecapan dengan pengalaman karies dan Body Mass Index atau indeks massa

tubuh anak usia 12-13 tahun. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi mengenai hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan kesehatan gigi

anak dan berat badan anak.

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

1. Anak diperiksa Body Mass Index dengan menimbang berat badan dengan

timbangan manuall dan tinggi badan menggunakan stadiometer

2. Anak diperiksa tingkat keparahan lubang gigi menggunakan indeks

dmft/DMFT, alat yang digunakan kaca mulut, sonde, dan senter

3. Anak diperiksa persepsi pengecapan pahit dengan lembaran PROP (6-n

propylthiouracil) dan rasa manis dengan berbagai konsentrasi larutan sukrosa.

Bapak/Ibu mengetahui bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu

komponen dari kesehatan secara umum dan juga merupakan faktor yang penting dalam

pertumbuhan normal dari anak. Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyak gigi rusak

atau tidak dirawat akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

memengaruhi status gizi dan pada masa anak-anak kondisi tersebut akan mempunyai

dampak pada pertumbuhan anak.

Keuntungan dari penelitian ini adalah orang tua dapat mengetahui seberapa parah

kerusakan dari gigi anak, selain itu orang tua juga dapat mengetahui apakah ada

hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan kerusakan gigi anak dan berat badan

anak serta tinggi badan anak dalam kategori BMI. Penelitian ini tidak memiliki efek

samping karena tidak menggunakan alat/bahan yang berbahaya. Adapun kerugian dari

penelitian ini bagi anak yaitu mengambil waktu anak dan kemungkinan anak sedikit

lelah akibat membuka mulut pada saat pemeriksaan.

Partisipasi anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan subjek tidak

dikenakan biaya apapun selama penelitian dilaksanakan. Identitas anak juga

disamarkan sehingga kerahasiaan data akan terjamin. Apabila Bapak/Ibu bersedia,

maka lembaran persetujuan menjadi subjek penelitian yang terlampir harap

ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Jika terdapat keluhan ataupun untuk

informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan peneliti ini,

Bapak/Ibu dapat menghubungi saya.

Demikianlah penjelasan saya tentang penelitian ini, semoga keterangan di atas

dapat di mengerti. Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terima

kasih.

Medan,.................................2018

Elita Elisabet Sihombing

(No. HP 081268572053)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED

CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

No. Telp/HP :

Nama Orang tua :

Sekolah :

Setelah mendapat penjelasan mengani penelitian yang akan dilakukan, maka

secara sadar tanpa paksaan saya mengizinkan anak saya ikut serta dalam penelitian

yang dilakukan oleh Elita Elisabet Sihombing sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara sebagi subjek penelitian yang berjudul :

“Hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan pengalaman karies dan

BMI (Body Mass Index) anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan

Medan Tuntungan”

Mahasiswa Peneliti Medan,........................2018

Orang tua/ Wali subjek

(Elita Elisabet Sihombing) (.........................................)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 4

Standar BMI Anak Laki-laki Usia 12-13 Tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 4

Standar BMI Anak Perempuan Usia 12-13 Tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 7

Data Sampel Anak

Nama JK Usia TB BB BMI Kat_BMI D M F T DMFT Per_pahit Kat_pahit Per_manis Kat_manis Indeks_DMFT

PH 2 1 150 46 20.4 2 3 0 1 28 4 2 2 2 1 3 LGYS 2 1 156 50 20.54 2 1 0 0 28 1 1 1 3 2 1 COP 2 1 150.5 43 18.98 2 1 0 0 28 1 4 2 2 1 1 WG 1 2 150.5 60 26.48 4 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0

EMM 2 2 156.4 48 19.62 2 0 1 1 27 2 2 2 2 1 2 JO 1 1 141.5 38 18.97 2 2 0 0 28 2 2 2 3 2 2

RSAP 2 1 151.5 50 21.78 3 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 TTTM 2 1 155.5 44 18.19 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1 MCDP 2 2 156.5 78 31.84 4 0 0 2 28 2 5 3 4 2 2 PAT 2 1 149 48 21.62 2 4 0 0 28 4 1 1 3 2 3

MGDS 2 1 148 50 22.82 3 0 0 0 28 0 4 2 4 2 0 CCL 2 1 158.9 64 25.34 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 KOM 2 1 149.19 51 22.91 3 3 0 0 28 3 2 2 5 3 3 RM 2 1 161 67 25.84 3 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0

SNPT 2 1 136 30 16.21 2 7 0 0 28 7 1 1 5 3 5 GKM 2 1 146.5 49 22.83 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 AAS 2 1 143.5 42 20.39 2 1 0 0 28 1 1 1 2 1 1

SNRS 2 1 152 61 26.4 4 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 RMJS 1 1 157 49 19.87 2 1 0 0 28 1 2 2 5 3 1 LPS 1 1 154.69 44 18.38 2 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0 ZLM 2 2 153.19 55 20.65 2 2 0 0 28 2 1 1 2 1 2

CASG 1 1 165 45 16.52 2 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 HJNP 2 2 157.5 68 27.41 4 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

FANS 2 2 151.5 60 26.14 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 FMS 1 2 140.8 59 29.76 4 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 WA 1 2 146 50 23.92 3 1 0 0 28 1 2 2 5 3 1 AY 1 1 153.5 56 23.76 3 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0

ALL 1 1 159.5 46 18.07 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 AC 2 2 153 56 23.9 3 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1

ATS 1 2 156.19 49 20.07 2 0 0 0 28 1 1 1 5 3 1 SPAP 2 2 150 48 21.33 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1

JP 1 2 155 41 17.05 2 1 1 1 27 3 5 3 5 3 3 MAS 1 2 159 77 30.45 4 0 0 0 28 0 2 2 3 2 0 CWS 1 1 142 39 19.34 2 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0

AETG 2 1 153.19 56 23.86 3 0 0 0 28 0 4 2 5 3 0 AHG 2 1 149.69 41 18.29 2 3 0 0 28 3 2 2 5 3 3 DT 1 2 151 60 26.31 3 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0

BALS 1 2 171 55 18.8 2 0 0 0 28 0 1 1 4 2 0 JE 2 2 152 41 17.73 2 5 0 0 28 5 1 1 5 3 4 DA 2 2 158.80 47 18.63 2 3 0 0 28 3 1 1 5 3 3 RP 2 2 159.5 89 34.97 4 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 YU 2 2 165 55 20.2 2 2 0 0 28 2 2 2 5 3 2 JG 2 1 149 52 22.97 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 TL 2 1 152.19 52 22.01 3 2 0 0 28 2 1 1 5 3 2

YFM 1 2 157 77 31.23 4 2 0 0 28 2 2 2 5 3 2 ZHHJ 1 2 144.5 43 20.59 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1

JI 2 2 146 40 18.76 2 3 0 0 28 3 1 1 5 3 3 FW 2 1 148.8 43 19.42 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1 SLS 2 2 156 53 21.77 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0

AEVS 2 2 157.5 53 21.36 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 BAIS 1 2 163.9 49 18.32 2 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 GE 2 2 165 56 20.56 2 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

MVC 2 1 147.5 49 22.52 3 1 0 2 28 3 5 3 3 2 3 RGBS 2 2 157 62 25.15 3 1 1 0 27 2 1 1 2 1 2

KL 1 2 157.5 68 27.41 4 1 2 0 26 3 2 2 5 3 3 OMP 2 2 156 51 20.95 2 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 CH 1 2 156.5 40 16.32 2 0 0 0 28 0 2 2 4 2 0

MCNS 2 2 152.8 44 18.84 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 LS 2 2 152.5 55 23.64 3 5 1 0 27 6 1 1 4 2 4

OPP 2 2 147 70 32.39 4 1 0 0 28 1 1 1 3 2 1 RNS 2 2 146.1 58 27.13 3 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0 HCT 1 2 160 45 17.57 2 0 0 0 28 0 2 2 3 2 0

JMKP 1 1 157 65 26.37 4 0 0 0 28 0 2 2 4 2 0 EGG 2 2 156 49 20.13 2 1 0 0 28 1 5 3 5 3 1 ST 2 1 156 48 19.72 2 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0

AHCW 1 2 164 52 19.32 2 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0 EMTP 2 2 157 49 19.87 2 3 0 0 28 3 2 2 4 2 3 YKL 1 2 156 47 19.30 2 2 0 0 28 2 1 1 3 2 2 PYB 2 1 152 45 19.47 2 1 0 0 28 1 2 2 3 2 1 DW 2 1 146 39 18.29 2 2 1 0 27 3 4 2 5 3 3 GB 1 1 149 45 20.26 2 1 0 0 28 0 1 1 3 2 0 CE 1 2 162 63 24 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0

SECS 2 1 150 73 32.44 4 4 0 0 28 4 2 2 4 2 3 YELM 2 1 145 45 21.44 2 3 0 0 28 3 3 3 3 2 3

EEP 2 1 141 51 25.65 4 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1 NUR 1 1 140 41 20.91 2 7 0 0 28 7 2 2 4 2 5 MCB 2 1 143 49 23.96 3 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0 PAG 1 2 136 50 27.03 4 0 0 0 28 0 4 2 2 1 0 JMG 1 1 142 40 19.82 2 7 0 0 28 7 3 3 4 2 5 RS 1 2 131 42 24.47 3 2 0 0 28 2 3 3 5 3 2

KSM 2 2 146 57 26.74 3 6 0 0 28 6 3 3 5 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

MCS 2 1 149 42 18.91 2 2 0 0 28 2 2 2 2 1 2 SN 2 1 139 34 17.59 2 5 0 0 28 5 2 2 3 2 4

TSGM 2 1 149 42 18.91 2 1 0 0 28 1 4 2 2 1 1 TPS 2 1 127 28 17.36 2 4 0 0 28 4 2 2 4 2 3

VAM 2 1 133 34 19.22 2 5 0 0 28 5 4 2 2 1 4 SAP 2 1 136.5 36 19.32 2 2 0 0 28 2 5 3 6 3 2 WFY 2 1 137.5 33 17.45 2 2 0 0 28 2 5 3 4 2 2 DA 2 1 153 47 20.07 2 3 0 0 28 3 5 3 3 2 3

YOG 1 1 138 36 18.89 2 2 0 0 28 2 1 1 3 2 2 RAS 1 1 141 44 22.13 3 1 0 0 28 1 2 2 3 2 1 AF 1 1 133.5 40 22.44 3 4 0 0 28 4 5 3 4 2 3 SS 1 2 148 44 20.07 2 1 0 0 28 1 4 2 3 2 1

MH 1 1 145 51 24.25 3 2 0 0 28 2 5 3 5 3 2 SAP 2 1 149 46 20.71 2 4 0 0 28 4 1 1 2 1 3 SE 2 1 147 47 21.75 3 2 0 0 28 2 5 3 2 1 2 IAS 2 1 134 35.6 19.82 2 2 0 0 28 2 3 3 3 2 2 AOS 2 1 139.5 40 20.55 2 6 0 0 26 6 3 3 4 2 4 MS 1 1 136 28 15.13 2 1 0 0 28 1 3 3 2 1 1

DCM 1 1 148 55 25.1 4 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 AKM 1 1 140 44 22.44 3 1 0 0 28 1 2 2 4 2 1 MR 1 2 146 42 19.7 2 4 0 0 28 4 2 2 3 2 3 MFS 1 2 148 36 16.43 2 5 0 0 28 5 2 2 3 2 4 MP 1 1 140 37 18.87 2 5 0 0 28 5 2 2 3 2 4 SP 1 1 139 34 17.59 2 2 0 0 28 2 2 2 2 1 2 SB 1 2 135 36 19.75 2 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0

KAM 2 1 149 52 23.42 3 6 0 0 28 6 2 2 4 2 4 NBH 2 1 149 41 18.46 2 2 0 0 28 2 5 3 5 3 2 JJPG 1 2 140 40 20.91 2 3 0 0 26 3 2 2 5 3 3 AB 1 2 138.19 31 16.23 2 4 0 0 28 4 2 2 3 2 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

NR 2 1 139 34 17.59 2 2 0 0 28 2 1 1 5 3 2 ECS 1 1 128 31 18.92 2 6 0 0 28 6 4 2 4 2 4 AJPC 2 2 145 60 28.53 4 3 0 0 28 3 4 2 4 2 3 MIV 1 2 152 62 26,83 4 0 0 0 28 0 4 2 3 2 0 DPS 1 2 146 34 15.95 2 0 0 0 28 0 3 3 3 2 0 DJB 1 1 143 60 29.34 4 3 0 0 28 3 2 2 4 2 3 PRH 2 1 143 42 20.53 2 0 0 0 28 0 5 3 5 3 0 JALG 2 1 144 39 18.8 2 3 0 0 28 3 2 2 3 2 3

CN 2 2 153.8 42 17.75 2 9 1 0 25 10 5 3 4 2 5 AAF 2 1 133 35 19.78 2 6 0 0 28 6 2 2 3 2 4 HAP 1 2 143 35 22 3 0 0 0 28 0 2 2 3 2 0 WDT 2 2 139 44 22.27 3 0 0 0 28 0 4 2 2 1 0 AVM 1 2 142.3 35 17.28 2 2 0 0 28 2 2 2 3 2 2 SSUB 2 1 145.8 38 17.87 2 13 1 0 27 14 2 2 4 2 5

DZ 1 1 131.4 34 19.69 2 6 0 0 26 6 2 2 4 2 4 BGS 1 2 149 41 18.46 2 4 0 0 28 4 5 3 5 3 3 EEG 1 2 140 66 33.67 4 1 0 0 28 1 3 3 5 3 1 RH 1 1 130 33 19.52 2 2 0 0 24 2 2 2 3 2 2 MJ 2 1 153 59 25.2 3 6 0 0 28 6 5 3 5 3 4

LDTT 1 2 142 35 17.35 2 3 2 0 26 5 2 2 3 2 4 HHG 1 2 144 39 18.8 2 4 0 0 28 4 1 1 2 1 3

JS 1 2 141 31 15.59 2 1 0 0 28 1 2 2 3 2 1 MASS 1 1 139 335 18.11 2 1 0 0 28 1 5 3 4 2 1

ISP 1 1 147.3 40 18.43 2 8 0 0 28 8 5 3 4 2 5 CRMS 2 1 148 45 20.54 2 11 0 0 26 11 4 2 4 2 5 ADY 2 2 136 36 19.46 2 3 0 0 28 3 2 2 3 2 3 TAM 1 1 147 44 20.36 2 3 0 0 28 3 2 2 3 2 3 JBS 2 2 152 49 21.2 2 5 0 0 28 5 2 2 4 2 4 SSP 2 1 133.5 28 15.71 2 1 0 0 28 1 4 2 3 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

FPT 2 2 150.3 57 25.23 3 9 0 0 28 9 3 3 5 3 5 VBG 2 2 150.1 60 26.59 4 11 0 0 28 11 2 2 5 3 5

SABM 2 1 130.3 34 20.02 2 1 0 0 28 1 1 1 2 1 1 AMBS 2 2 143.4 35 17.02 2 2 0 0 28 2 4 2 3 2 2

MR 1 1 144 41 19.77 2 3 0 0 28 3 4 2 5 3 3 SRK 2 1 139 43 22.25 3 6 0 0 28 6 4 2 5 3 4 LAH 2 1 144 36 17.36 2 1 0 0 28 1 2 2 2 1 1 AN 2 1 131.5 29 16.77 2 2 0 0 28 2 2 2 3 2 2 TS 2 1 146.5 35 16.3 2 1 0 0 28 1 3 3 4 2 1 JA 2 1 133.8 35 19.55 2 3 0 0 28 3 3 3 3 2 3 KN 2 1 149 44 19.8 2 7 0 0 28 7 1 1 4 2 5 GSS 2 1 141.3 34 17.02 2 3 0 0 28 3 1 1 4 2 3 KPM 2 1 153 45 19.22 2 2 0 0 28 2 1 1 3 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 8

HASIL UJI SPSS

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Usia Anak

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

12 86 56.6 56.6 56.6

13 66 43.4 43.4 100.0

Total 152 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 62 40.8 40.8 40.8

Perempuan 90 59.2 59.2 100.0

Total 152 100.0 100.0

Kecamatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Medan Petisah 72 47,4 47,4 47,4

Medan Tuntungan 80 52,6 52,6 100,0

Total 152 100,0 100,0

Tabel 4. Distribusi Kategori Rasa Pahit

Statistics

TT_pahit

N Valid 152

Missing 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Tabel 5. Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis

Statistics

Kategori Manis

N Valid 152

Missing 0

Percentiles

25 2.00

50 2.00

75 3.00

Persepsi_manis

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

1.25 31 20.4 20.4 20.4

2.5 41 27.0 27.0 47.4

5 29 19.1 19.1 66.4

10 50 32.9 32.9 99.3

20 1 .7 .7 100.0

Total 152 100.0 100.0

persepsi_pahit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat pahit 47 30,9 30,9 30,9

Pahit 59 38,8 38,8 69,7

Ragu-ragu 12 7,9 7,9 77,6

Biasa saja 17 11,2 11,2 88,8

Tidak berasa 17 11,2 11,2 100,0

Total 152 100,0 100,0

kat_pahit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

super taster 47 30,9 30,9 30,9

medium taster 76 50,0 50,0 80,9

non taster 29 19,1 19,1 100,0

Total 152 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Kategori Manis

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulativ

e Percent

Valid

Super taster 31 20.4 20.4 20.4

Medium taster 70 46.1 46.1 66.4

Non taster 51 33.6 33.6 100.0

Total 152 100.0 100.0

Tabel 6. Distribusi Pengalaman Karies

Statistics

indeks_DMFT

N Valid 152

Missing 0

Mean 1,85

Std. Deviation 1,594

indeks_DMFT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

bebas karies 44 28,9 28,9 28,9

sangat rendah 27 17,8 17,8 46,7

rendah 25 16,4 16,4 63,2

sedang 30 19,7 19,7 82,9

tinggi 16 10,5 10,5 93,4

sangat tinggi 10 6,6 6,6 100,0

Total 152 100,0 100,0

Statistics

DMFT

N Valid 152

Missing 0

Mean 2,35

Std. Deviation 2,582

Minimum 0

Maximum 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

DMFT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 44 28,9 28,9 28,9

1 27 17,8 17,8 46,7

2 25 16,4 16,4 63,2

3 20 13,2 13,2 76,3

4 10 6,6 6,6 82,9

5 7 4,6 4,6 87,5

6 9 5,9 5,9 93,4

7 4 2,6 2,6 96,1

8 1 ,7 ,7 96,7

9 1 ,7 ,7 97,4

10 1 ,7 ,7 98,0

11 2 1,3 1,3 99,3

14 1 ,7 ,7 100,0

Total 152 100,0 100,0

Tabel 7. Distribusi Kategori BMI

Statistics

Kat_BMI

N Valid 152

Missing 0

Kat_BMI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Normal 99 65.1 65.1 65.1

Gemuk 33 21.7 21.7 86.8

Obesitas 20 13,2 13.2 100.0

Total 152 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Tabel 8. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan Karies

Report

DMFT

Kat_pahit Mean N Std. Deviation

super taster 1,51 47 1,898

medium taster 2,50 76 2,783

non taster 3,31 29 2,661

Total 2,35 152 2,582

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kat_pahit N Mean Rank

DMFT

super taster 47 61,59

medium taster 76 78,27

non taster 29 96,03

Total 152

Test Statisticsa,b

DMFT

Chi-Square 11,661

df 2

Asymp. Sig. ,003

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kat_pahit

Ranks

Kat_pahit N Mean Rank

indeks_DMFT

super taster 47 61,41

medium taster 76 78,43

non taster 29 95,90

Total 152

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Kat_pahit * indeksDMFT Crosstabulation

indeksDMFT Total

bebas

karies

sangat

rendah

rendah sedang tinggi sangat

tinggi

Kat_pah

it

super taster

Count 19 11 7 6 2 2 47

Expected

Count 13,6 8,3 7,7 9,3 4,9 3,1 47,0

% within

Kat_pahit 40,4% 23,4% 14,9% 12,8% 4,3% 4,3% 100,0%

medium

taster

Count 23 11 10 17 11 4 76

Expected

Count 22,0 13,5 12,5 15,0 8,0 5,0 76,0

% within

Kat_pahit 30,3% 14,5% 13,2% 22,4% 14,5% 5,3% 100,0%

non taster

Count 2 5 8 7 3 4 29

Expected

Count 8,4 5,2 4,8 5,7 3,1 1,9 29,0

% within

Kat_pahit 6,9% 17,2% 27,6% 24,1% 10,3% 13,8% 100,0%

Total

Count 44 27 25 30 16 10 152

Expected

Count 44,0 27,0 25,0 30,0 16,0 10,0 152,0

% within

Kat_pahit 28,9% 17,8% 16,4% 19,7% 10,5% 6,6% 100,0%

Test Statisticsa,b

indeks_DMFT

Chi-Square 11,807

df 2

Asymp. Sig. ,003

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kat_pahit

Mann-Whitney Test

Ranks

Kat_pahit N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT

super taster 47 53,98 2537,00

medium taster 76 66,96 5089,00

Total 123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Kat_pahit N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT

medium taster 76 49,81 3785,50

non taster 29 61,36 1779,50

Total 105

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 859,500

Wilcoxon W 3785,500

Z -1,762

Asymp. Sig. (2-tailed) ,078

a. Grouping Variable: Kat_pahit

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 1409,000

Wilcoxon W 2537,000

Z -2,014

Asymp. Sig. (2-tailed) ,044

a. Grouping Variable: Kat_pahit

Ranks

Kat_pahit N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT

super taster 47 31,61 1485,50

non taster 29 49,67 1440,50

Total 76

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 357,500

Wilcoxon W 1485,500

Z -3,535

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Kat_pahit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Tabel 10. Hubungan persepsi rasa manis dengan karies

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kat_pahit N Mean Rank

DMFT

super taster 47 61,59

medium taster 76 78,27

non taster 29 96,03

Total 152

Test Statisticsa,b

DMFT

Chi-Square 11,661

Df 2

Asymp. Sig. ,003

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kat_pahit

Ranks

Kat_manis N Mean Rank

indeks_DMFT

super taster 31 53,50

medium taster 70 88,95

non taster 51 73,39

Total 152

Report

DMFT

Kat_manis Mean N Std. Deviation

super taster 1,13 31 1,455

medium taster 3,06 70 2,858

non taster 2,12 51 2,430

Total 2,35 152 2,582

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Test Statisticsa,b

indeks_DMFT

Chi-Square 14,964

df 2

Asymp. Sig. ,001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kat_manis

Mann-Whitney Test

Ranks

Kat_manis N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT

super taster 31 35,27 1093,50

medium taster 70 57,96 4057,50

Total 101

Kat_manis * indeksDMFT Crosstabulation

indeksDMFT Total

bebas

karies

sangat

rendah

rendah sedang tinggi sangat

tinggi

Kat_ma

nis

super taster

Count 15 6 6 3 1 0 31

Expected

Count 9,0 5,5 5,1 6,1 3,3 2,0 31,0

% within

Kat_manis 48,4% 19,4% 19,4% 9,7% 3,2% 0,0%

100,0

%

medium

taster

Count 14 10 11 17 11 7 70

Expected

Count 20,3 12,4 11,5 13,8 7,4 4,6 70,0

% within

Kat_manis 20,0% 14,3% 15,7% 24,3% 15,7% 10,0%

100,0

%

non taster

Count 15 11 8 10 4 3 51

Expected

Count 14,8 9,1 8,4 10,1 5,4 3,4 51,0

% within

Kat_manis 29,4% 21,6% 15,7% 19,6% 7,8% 5,9%

100,0

%

Total

Count 44 27 25 30 16 10 152

Expected

Count 44,0 27,0 25,0 30,0 16,0 10,0 152,0

% within

Kat_manis 28,9% 17,8% 16,4% 19,7% 10,5% 6,6%

100,0

%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Ranks

Kat_manis N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT

super taster 31 35,05 1086,50

non taster 51 45,42 2316,50

Total 82

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 590,500

Wilcoxon W 1086,500

Z -1,977

Asymp. Sig. (2-tailed) ,048

a. Grouping Variable: Kat_manis

Ranks

Kat_manis N Mean Rank Sum of Ranks

DMFT

medium taster 70 66,53 4657,00

non taster 51 53,41 2724,00

Total 121

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 1398,000

Wilcoxon W 2724,000

Z -2,061

Asymp. Sig. (2-tailed) ,039

a. Grouping Variable: Kat_manis

Test Statisticsa

DMFT

Mann-Whitney U 597,500

Wilcoxon W 1093,500

Z -3,654

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Kat_manis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Tabel 12. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategri pahit II *

Kategori BMI

152 100.0% 0 0.0% 152 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 1.882a 4 .757

Likelihood Ratio 2.009 4 .734

Kat_pahit * Kat_BMI Crosstabulation

Kat_BMI Total

normal gemuk obesitas

Kat_pahit

super taster

Count 31 10 6 47

Expected Count 30,6 10,2 6,2 47,0

% within Kat_pahit 66,0% 21,3% 12,8% 100,0%

medium taster

Count 49 15 12 76

Expected Count 49,5 16,5 10,0 76,0

% within Kat_pahit 64,5% 19,7% 15,8% 100,0%

non taster

Count 19 8 2 29

Expected Count 18,9 6,3 3,8 29,0

% within Kat_pahit 65,5% 27,6% 6,9% 100,0%

Total

Count 99 33 20 152

Expected Count 99,0 33,0 20,0 152,0

% within Kat_pahit 65,1% 21,7% 13,2% 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Linear-by-Linear

Association

.048 1 .826

N of Valid Cases 152

a. 1 cells (11,1%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 3,82.

Directional Measures

Value

Nominal by

Interval Eta

Kategri pahit II

Dependent

.057

Kategori BMI

Dependent

.053

Tabel 13. Hubungan persepsi rasa manis dengan BMI

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori Manis *

Kategori BMI

152 100.0% 0 0.0% 152 100.0%

Kategori Manis * Kategori BMI Crosstabulation

Kategori BMI Total

Normal Gemuk Obese

Kategori Manis

Super taster

Count 18 10 3 31

Expected Count 20.2 6.7 4.1 31.0

% within Kategori

Manis

58.1% 32.3% 9.7% 100.0%

Medium taster

Count 52 9 9 70

Expected Count 45.6 15.2 9.2 70.0

% within Kategori

Manis

74.3% 12.9% 12.9% 100.0%

Non taster Count 29 14 8 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Expected Count 33.2 11.1 6.7 51.0

% within Kategori

Manis

56.9% 27.5% 15.7% 100.0%

Total

Count 99 33 20 152

Expected Count 99.0 33.0 20.0 152.0

% within Kategori

Manis

65.1% 21.7% 13.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp.

Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.102a 4 .131

Likelihood Ratio 7.278 4 .122

Linear-by-Linear

Association

.471 1 .492

N of Valid Cases 152

a. 1 cells (11,1%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 4,08.

Directional Measures

Value

Nominal by Interval Eta

Kategori Manis

Dependent

.064

Kategori BMI

Dependent

.127

Directional Measures

Value

Nominal by Interval Eta

Kategori Manis

Dependent

.064

Kategori BMI

Dependent

.127

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN …

Lampiran 9 Foto Dokumentasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA