124
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh YUFA ZURIYA NIM: 1112101000029 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRORAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1438 H

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG

TAHUN 2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh

YUFA ZURIYA

NIM: 1112101000029

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRORAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1438 H

Page 2: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Page 3: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Desember 2016

YUFA ZURIYA, NIM: 1112101000029

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG

TAHUN 2016

(xv+ 80 halaman, 9 tabel, 8 grafik, 1 gambar, 3 bagan, 27 lampiran)

ABSTRAK

Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan penyakit menular yang telah

membunuh 1,5 juta orang di seluruh dunia selama tahun 2014. Puskesmas

Pamulang merupakan puskesmas yang mengalami peningkatan jumlah kasus

tuberkulosis paru dari tahun 2014-2015 dan memiliki jumlah kasus terbanyak di

Kota Tangerang pada tahun 2015. Timbulnya penyakit TB Paru dipengaruhi oleh

faktor host dan lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor host dan

lingkungan dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel

penelitian yang diambil sebanyak 61 orang dengan cara random sampling. Pada

penelitian ini analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan

uji chi square dengan α=0,05.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa 45,9% responden menderita TB

Paru. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa sebagian besar penderita

TB paru berjenis kelamin laki-laki (60,7%). Selain itu juga diperoleh faktor yang

terbukti berhubungan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang yaitu riwayat kontak serumah (p value= 0,034).

Berdasarkan hasil tersebut masyarakat disarankan untuk menerapkan

perilaku hidup sehat serta meningkatkan kewaspadaan dengan memperhatikan

faktor-faktor penyebab TB Paru. Selain itu, pihak Puskesmas Pamulang

diharapkan dapat meningkatkan penjaringan kasus TB paru baik secara aktif

maupun pasif dengan melibatkan peran kader TB paru.

Kata kunci: Tuberkulosis Paru, Host, dan Lingkungan

Daftar bacaan: 66 (1997-2015)

Page 4: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH

DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduated Thesis, December 2016

YUFA ZURIYA, NIM: 1112101000029

RELATIONSHIP BETWEEN HOST AND ENVIRONMENTAL FACTORS

WITH INCIDENCE OF PULMONARY TB IN PUSKESMAS PAMULANG

AREA 2016

(xv+ 80 pages, 9 tables, 8 diagrams, 1 image, 2 charts, 27 attachments)

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is a communicable disease which killed 1,5

million people around the world during 2014. Puskesmas Pamulang is a health

center in South Tangerang City which has increased number of pulmonary

tuberculosis from 2014-2015 and has the highest number of pulmonary

tuberculosis incidence in South Tangerang City in 2015. Pulmonary tuberculosis

is influenced by host and environmental factors.

This study aimed to find out relationship between host and environmental

factors with incidence of pulmonary TB in Puskesmas Pamulang area. The study

design used cross sectional. The samples were 61 people which taken by random

sampling. Data analysis was performed with univariate and bivariate by using chi

square test with α=0,05.

The result of this study showed that 45,9% respondents suffered from

pulmonary tuberculosis. Based on this study most patients with pulmonary TB

were male (60,7%). It was also known that there were factors associated with

incidence of pulmonary tuberculosis in Puskesmas Pamulang area is history of

household contact (p value= 0,034).

Based on these results, the society are recommended to adopt healthy

behavior and increase awareness as well concerning of factors that causing

pulmonary TB. Beside that, Puskesmas Pamulang was expected to increase

pulmonary TB cases detection either actively or passively by involving pulmonary

TB affiliation.

Key words: Pulmonary tuberculosis, Host, and Environment

References: 66 (1997-2015)

Page 5: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Page 6: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Page 7: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Yufa Zuriya

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Maret 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perum Harapan Kita Jl Soka III Blok G.3

No.17 Karawaci, Tangerang

Telepon : 081212390842

Email : [email protected]

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

2012-2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan. Jurusan Kesehatan

Masyarakat.

2009-2012 : SMAN 1 Karanganom

2006-2009 : SMPN 1 Tulung

2000-2006 : SDN Puluhan II

Page 8: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahirobbil alamin , puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah

swt. karena berkat rahmah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul “Hubungan

antara Host dan Lingkungan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat

serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan, baginda Nabi Besar

Muhammad saw. beserta para keluarga, sahabat, serta pecintanya hingga akhir

kiamat kelak, aamiin aamiin yaa robbal’aalamiin.

Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak pihak yang terlibat sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Ela Laelasari ,SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen

Pmbimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing

saya hingga skripsi ini selesai.

4. Ibu Gitalia Budhi Utami, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing, mengoreksi dan memberikan saran-saran hingga skripsi

ini selesai.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

viii

5. Kedua orangtua ku, Bapak Subari dan (Almh) Ibu Sri Rahayu yang menjadi

sumber semangatku.

6. Keluarga besarku Kakek & Nenek Darmo, Ibu Yuni, Mas Anton, Kakak dan

adik-adik ku tersayang yang selalu memberikan dukungan dan doa.

7. Kepada teman-teman kesling 2012 (Agus, Abd, Ivan, Tyas, Uting, Isna, Rani,

Pude, Isa, Juwita, Hanif, Dhira, Ainia, Ukhty, Destin, Yuni, Azizah, Hanun,

Dwi, Syifa, Bella, Yola, Yolanda, Sarah) yang sangat membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

8. Sahabat-sahabatku tersayang Tyas Indah, Sri Widiyastuti, Isnaeni Wahyu,

Abd Rohim, Nuril Hidayah, dan Lilis Yuliarti yang selalu menyemangati dan

menghiburku. Serta kepada Nia Husnia, Anisa Apriliyani, dan Putri

Mulyaningsih yang selalu memberikan masukan-masukan positif kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di

masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Jakarta, Desember 2016

Penulis

Page 10: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN .......................................................................................................... xv

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 6

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7

1.6.1 Bagi Puskesmas........................................................................................... 7

1.6.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................................ 7

BAB II ................................................................................................................................ 8

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 8

2.1 Tuberkulosis Paru ............................................................................................... 8

2.2 Cara Penularan .................................................................................................... 8

2.3 Dignosis TB ........................................................................................................ 9

2.4 Epidemiologi Tuberkulosis ............................................................................... 10

2.5 Faktor Penyebab TB Paru ................................................................................. 11

Page 11: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

x

2.6.1 Host (Penjamu) ......................................................................................... 12

2.6.2 Agen .......................................................................................................... 17

2.6.3 Lingkungan ............................................................................................... 19

2.6 Kerangka Teori ................................................................................................. 25

BAB III ............................................................................................................................. 27

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS .............. 27

3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................. 27

3.2 Definisi Operasional ......................................................................................... 29

3.3 Hipotesis ........................................................................................................... 32

BAB IV ............................................................................................................................. 33

METODE PENELITIAN ............................................................................................... 33

4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 33

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................ 33

4.4 Pengumpulan Data ............................................................................................ 36

4.5 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 37

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................ 37

4.7 Pengolahan Data dan Analisis Data .................................................................. 38

BAB V .............................................................................................................................. 41

HASIL PENELITIAN .................................................................................................... 41

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian .............................................................. 41

5.2 Analisis Univariat ............................................................................................. 42

5.2.1 Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2016 .............................................................................................. 42

5.2.2 Faktor Host ................................................................................................ 42

5.2.3 Faktor Lingkungan .................................................................................... 46

5.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 49

5.3.1 Faktor Host ................................................................................................ 49

5.3.2 Faktor Lingkungan .................................................................................... 54

BAB VI ............................................................................................................................. 58

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 58

6.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 58

Page 12: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

xi

6.2 Kejadian TB Paru .............................................................................................. 58

6.3 Faktor Host ........................................................................................................ 60

6.4 Faktor Lingkungan ............................................................................................ 68

BAB VII ........................................................................................................................... 74

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 74

7.1 Simpulan ........................................................................................................... 74

7.2 Saran ................................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 76

LAMPIRAN..................................................................................................................... 81

Page 13: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 36

Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas 46

Tabel 5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016 50

Tabel 5.2 Hubungan Merokok dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016 51

Tabel 5.3 Hubungan Kebiasaan Membuka Jendela dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 52

Tabel 5.4 Hubungan Kebiasaan Menjemur Kasur dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 53

Tabel 5.5 Hubungan Riwayat Kontak Serumah dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 54

Tabel 5.6 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 55

Tabel 5.7 Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016 56

Page 14: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Distribusi Frekuesi Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2016 42

Grafik 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016 43

Grafik 5.3 Distribusi Frekuensi Merokok Responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2016 44

Grafik 5.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membuka Jendela Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 45

Grafik 5.5 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menjemur Kasur Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 46

Grafik 5.6 Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Serumah Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 47

Grafik 5.7 Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016 48

Grafik 5.8 Distribusi Frekuensi Luas Ventilasi Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016 49

Page 15: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis 18

Page 16: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Alur Diagnosis TB Paru 9

Bagan 2.2 Kerangka Teori 26

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 27

Page 17: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan permasalahan kesehatan global yang telah

menjadi perhatian dunia selama 2 dekade terakhir (WHO, 2015). Penyakit ini

merupakan salah satu penyakit menular paling umum dan penyebab utama

kematian pada orang yang hidup dengan HIV (CDC, 2014). Pada tahun 2014,

TB telah membunuh 1,5 juta orang. WHO memperkirakan terdapat 9,6 juta

kasus TB pada tahun 2014 namun hanya 6 juta kasus yang terlaporkan,

artinya terdapat 3,6 juta kasus yang tidak terdiagnosis atau tidak terlaporkan.

Sementara itu, 58% kasus TB dunia diantaranya terdapat di Asia Tenggara

dan Pasifik Barat. Indonesia menempati posisi terbesar kedua kasus TB

setelah India (23%) yaitu sebesar 10% (WHO, 2015).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/MENKES/RI/V/2009

tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB) menyebutkan bahwa

TB merupakan penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan

masyarakat di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

menyebutkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB

Paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 sebesar 0.4 %. Dimana dari seluruh

penduduk yang didiagnosis TB Paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44.4%

yang diobati dengan obat program.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

2

Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 proporsi pasien baru BTA+

di antara seluruh kasus belum mencapai target yang diharapkan, meskipun

tidak terlalu jauh berada di bawah target minimal yang sebesar 65%. Hal

tersebut mengindikasikan mutu diagnosis yang rendah dan kurangnya

prioritas menemukan kasus BTA+ di Indonesia. Namun, sebanyak 63,6%

provinsi telah mencapai target tersebut (Kemenkes RI, 2015).

Provinsi Banten pada tahun 2014 merupakan salah satu provinsi di

Indonesia yang sudah mencapai target nasional proporsi pasien baru BTA+ di

antara seluruh kasus yaitu sebesar 65%. Namun, Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa Provinsi Banten masih

termasuk dalam lima provinsi dengan kasus TB paru tertinggi di Indonesia

dengan prevalensi sebesar 0,4%. Prevalensi TB Paru di Provinsi Banten

sebesar 315 per 100.000 penduduk dimana wilayah dengan prevalensi paling

tinggi adalah Kota Tangerang Selatan yakni sebesar 1.691 per 100.000

penduduk (Dinkes Banten, 2012).

Di Kota Tangerang Selatan tahun 2015 ditemukan sebanyak 5246 suspek

TB, dimana 735 kasus diantaranya merupakan kasus TB baru BTA Positif.

Puskesmas Pamulang merupakan puskesmas di Wilayah Kerja Kota

Tangerang Selatan yang memiliki jumlah kasus suspek TB Paru dan kasus

TB baru BTA Positif tertinggi pada tahun 2015. Selain itu, jumlah suspek TB

dan TB Paru BTA Positif di Puskesmas Pamulang juga mengalami kenaikan

dari tahun 2014-2015. Pada tahun 2014 ditemukan sebanyak 438 suspek TB

dimana 57 diantaranya merupakan TB Paru BTA Positif, kemudian pada

Page 19: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

3

tahun 2015 ditemukan sebanyak 528 suspek TB dimana 81 kasus diantaranya

merupakan kasus TB baru BTA Positif (Dinkes Tangsel, 2015).

Kejadian penyakit merupakan hasil interaksi antara faktor host, agen, dan

lingkungan (Jekel, et al., 2007). TB Paru merupakan penyakit menular yang

juga dapat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Agen penyebab penyakit

TB paru disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis

(Kemenkes RI, 2011). Orang yang merokok merupakan faktor host yang

memiliki risiko 2,01 kali menderita TB Paru dibandingkan dengan orang

yang tidak merokok (Lienhardt, et al., 2005). Berdasarkan penelitian

(Setiarni, et al., 2011) diketahui bahwa adanya hubungan yang bermakna

antara tingkat pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis paru pada orang

dewasa. Penelitian (Wulandari, et al., 2015) menyebutkan kebiasaan tidak

membuka jendela berhubungan dengan kejadian TB Paru. Hasil penelitian

(Azhar & Perwitasari, 2013) menyebutkan bahwa perilaku tidak menjemur

kasur berisiko terinfeksi TB Paru sebesar 1,423 kali.

Faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru yang selanjutnya adalah

lingkungan. Penelitian (Hill, et al., 2006) di Gambia, Afrika menyebutkan

bahwa kepadatan hunian merupakan faktor risiko dominan terhadap kejadian

TB Paru. Hasil penelitian (Wulandari, et al., 2012) menyebutkan bahwa ada

hubungan antara luas ventilasi ruang tamu rumah dengan kejadian

tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

Penelitian (Lienhardt, et al., 2005) menyebutkan bahwa seseorang yang

memiliki riwayat keluarga sakit TB memiiki risiko 3,25 kali terkena TB.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

4

Hasil studi pendahuluan pada lima belas rumah di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang menunjukan bahwa terdapat enam dari lima belas

rumah warga memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 2-

5% dari luas lantai ruangan dan empat dari lima belas rumah memiliki

kepadatan hunian rumah yang tidak memenuhi syarat (< 9 m2/orang) yaitu 8

m2/orang. Sedangkan untuk faktor host, didapatkan tujuh dari lima belas

warga masih memiliki pengetahuan yang buruk terkait TB Paru, lima dari

lima belas warga tidak memiliki kebiasaan membuka jendela, dan tujuh dari

lima belas warga tidak memiliki kebiasaan menjemur kasur.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut terkait faktor host dan lingkungan yang berhubungan dengan

kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Indonesia menempati posisi ke-dua dengan kasus TB terbesar seluruh

dunia pada tahun 2015. Posisi tersebut mengalami peningkatan, pada tahun

sebelumnya indonesia menempati posisi ke-tiga. Kota Tangerang Selatan

merupakan wilayah di Provinsi Banten yang memiliki prevalensi kasus TB

tertinggi pada tahun 2012. Kasus TB Paru dengan BTA positif yang tinggi

dapat meningkatkan penularan penyakit TB Paru. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi kejadian TB Paru diantaranya kebiasaan membuka

jendela, kebiasaan menjemur kasur, riwayat kontak serumah, kepadatan

hunian, dan luas ventilasi. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa

terjadi peningkatan jumlah kasus TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Page 21: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

5

Pamulang pada tahun 2014-2015. Pada tahun 2015, Puskesmas Pamulang

menempati posisi pertama dengan jumlah suspek dan kasus TB Paru BTA

positif tertinggi di Kota tangerang Selatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik

mengetahui hubungan antara faktor host dan lingkungan dengan kejadian TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi frekuensi kejadian TB Paru berdasarkan faktor host

(pengetahuan, status merokok, kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan

menjemur kasur) penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun

2016?

2. Bagaimana distribusi frekuensi kejadian TB Paru berdasarkan faktor

lingkungan (riwayat kontak serumah, kepadatan hunian, dan luas ventilasi)

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016?

3. Bagaimana hubungan antara faktor host (pengetahuan, status merokok,

kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan menjemur kasur) dengan

kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016?

4. Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan (riwayat kontak serumah,

kepadatan hunian, dan luas ventilasi) dengan kejadian TB Paru di wilayah

kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016?

Page 22: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

6

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara faktor host dan lingkungan dengan kejadian

TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian TB Paru berdasarkan faktor

host (pengetahuan, status merokok, kebiasaan membuka jendela, dan

kebiasaan menjemur kasur) penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang tahun 2016.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian TB Paru berdasarkan faktor

lingkungan (riwayat kontak serumah, kepadatan hunian, dan luas ventilasi)

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

3. Diketahuinya hubungan antara faktor host (pengetahuan, status merokok,

kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan menjemur kasur) dengan

kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

4. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (riwayat kontak

serumah, kepadatan hunian, dan luas ventilasi) dengan kejadian TB Paru

di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan Kesehatan Lingkungan

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Agustus-September tahun

2016. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

7

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor host dan

lingkungan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang

tahun 2016. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh dengan cara pengukuran, observasi dan wawancara serta data

sekunder mengenai kasus TB Paru yang diperoleh dari dinas kesehatan Kota

Tangerang Selatan, data rekam medis laboratorium (TB.06) dan data register

TB Paru Puskesmas Pamulang (TB.01).

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Puskesmas

Hasil temuan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai

tambahan informasi terkait faktor yang berhubungan dengan kejadian TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Hasil penelitian ini juga dapat

menjadi tambahan informasi terkait karakteristik penderita TB Paru di

wilayah kerja Puskesmas Pamulang berdasarkan faktor host dan

lingkungan.

1.6.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada penelitian

selanjutnya. Selain itu, peneliti lain juga dapat meneruskan penelitian ini

terkait hasil temuan dalam penelitian ini.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis (Kemenkes RI, 2011). Mycobacterium

tuberculosis merupakan jenis kuman yang berbentuk batang dengan panjang

1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar sifat kuman penyebab TB yang

tahan terhadap asam pada pewarnaan maka Mycobacterium tuberculosis

disebut Basil Tahan Asam (BTA). M.tuberculosis cepat mati dengan sinar

matahari langsung, namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap

dan lembab. Dalam jaringan tubuh M.tuberculosis ini dapat dormant, tertidur

lama selama beberapa tahun (Nisa, 2007).

2.2 Cara Penularan

Penyakit tuberkulosis menyebar melalui udara dari satu orang ke orang

lain. Mycobacterium tuberculosis berada di udara ketika seseorang dengan

penyakit tuberkulosis paru batuk, bersin, berbicara, dan bernyanyi sehingga

orang terdekat dapat menghirup dan kemudian terinfeksi (CDC, 2012).

Bekteri ini bila sering masuk ke dalam tubuh akan berkembangbiak (terutama

pada orang dengan daya tubuh rendah), dan dapat menyebar melalui

pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TB dapat

menginfeksi hampir seluruh organ tubuh (Nisa, 2007). Penyakit tuberkulosis

memiliki masa inkubasi primer selama 4-16 minggu (Mandal, et al, 2004).

Page 25: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

9

2.3 Dignosis TB

Bagan 2.1 Alur Diagnosis TB Paru

(Kemenkes RI, 2011)

Suspek TB Paru1)

Pemeriksaan dahak mikroskopis- sewaktu, pagi, sewaktu (SPS)

Hasil BTA

+ + +

+ + -

Hasil BTA

+ - -

Hasil BTA

TB

Foto toraks dan

pertimbangan

dokter

Antiniotik non-OAT2)

Tidak ada

perbaikan

Ada

perbaikan

Pemeriksaan dahak

dan mikroskopis

Hasil BTA

+ + +

+ + -

Hasil BTA

+ - -

Bukan TB

Foto toraks dan

pertimbangan

dokter

Page 26: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

10

Diagnosis TB Paru di Puskesmas Pamulang sesuai dengan Pedoman

Nasional Pengendalian TB Kementerian Kesehatan RI. Adapun diagnosis TB

Paru di Puskesmas Pamulang sebagai berikut:

Pasien suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

kuman TB. Penemuan BTA melalui dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama.

Pemeriksaan foto toraks digunakan sebagai penunjang diagnosis.

Berdasarkan hasil uji dahak mikroskopis, TB Paru dibedakan

menjadi TB Paru BTA Positif dan TB Paru BTA Negatif. Seseorang

dikatakan menderita TB Paru BTA Positif jika ditemukan sekurang-

kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif. Sedangkan

seseorang dikatakan menderita TB Paru BTA Negatif jika 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA Negatif namun foto toraks abnormal sesuai

gambaran tuberkulosis.

2.4 Epidemiologi Tuberkulosis

Sekitar sepertiga penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien

TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia (Kemenkes RI, 2011).

Bakteri penyebab penyakit TB Paru yang dikenal dengan Mycobacterium

tuberculosis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

11

hingga saat ini tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari TB Sedunia. Survei

Pravelensi TB oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI Tahun 2013-2014

menyebutkan angka insiden (kasus baru) tuberkulosis (TB) Paru di Indonesia

sebesar 403/100.000 penduduk, sedangkan angka prevalens (kasus baru dan

lama) 660/100.000 penduduk (PPTI, 2016). Pada Tahun 2015, Puskesmas

Pamulang menempati urutan pertama dengan jumlah kasus suspek TB Paru

dan TB Paru BTA positif tertinggi di Kota Tangerang Selatan. Jumlah kasus

yang ditemukan sebanyak 528 suspek TB Paru dan 81 diantaranya merupakan

TB Paru BTA Positif.

2.5 Faktor Penyebab TB Paru

Salah satu konsep penyebab penyakit menular dalam kesehatan

masyarakat adalah segitiga epidemiologi. Segitiga epidemiologi digunakan

untuk menggambarkan hubungan antara host (orang yang sakit), agent

(virus/bakteri/parasit/jamur), dan lingkungan (keadaan lingkungan ketika

penularan terjadi) (Nelson, et al., 2005). Paradigma dasar host-agen-

lingkungan, yaitu agen dengan kemampuan menyebabkan penyakit datang

melalui lingkungan yang mendukung terjadinya penyakit ke host yang rentan,

kemudian meyebabkan penyakit tertentu (Tulchinsky & Varavikova, 2014).

Host

Agen Lingkungan

Bagan 2.2 Segitiga Epidemiologi

Page 28: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

12

2.6.1 Host (Penjamu)

penjamu adalah semua faktor pada diri manusia yang dapat

mempengaruhi dan timbulnya suatu perjalanan penyakit. Faktor-faktor

yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu terdiri dari umur, jenis

kelamin, imunitas, dan adat kebiasaan (Kunoli, 2013).

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

terbuka (overt behaviour) (Sunaryo, 2004). Berdasarkan penelitian

(Setiarni, et al., 2011) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis

paru pada orang dewasa dengan nilai p-value = 0,026. Sejalan dengan

penelitian (Ruswanto, 2010) yang menyebutkan bahwa pengetahuan

yang rendah memiliki risiko 3,716 kali lebih besar terkena TB Paru.

b. Status Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi

distribusi penyakit TB Paru (Budiarto & Anggraeni, 2003). Penyakit

TB Paru sering diidentikkan dengan status sosial ekonomi yang rendah

dan kurangnya kemampuan dalam meningkatkan status kesehatan.

Risiko pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh pada

kemampuan penderita dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya

(Muttaqin, 2008).

Page 29: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

13

Hasil penelitian (Ruswanto, 2010) di Kabupaten Pekalongan

menyebutkan bahwa proporsi penderita TB Paru lebih banyak diderita

pada orang dengan pendapatan <Rp650.000 perbulan. Sejalan dengan

penelitian (Kurniasari, et al., 2012) yang menyebutkan bahwa penyakit

TB Paru lebih banyak diderita orang dengan pengeluaran Rp500.000-

1.000.000 perbulan. Hasil penelitian (Kurniasari, et al., 2012)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi

dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p value 0,001.

c. Imunitas

Hidup secara teratur, memelihara hygiene personal dengan baik,

dan memenuhi kebutuhan gizi sesuai aturan kesehatan akan memiliki

daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit (Kunoli, 2013).

1) Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan

imunisasi yang penting bagi anak balita untuk mencegah penyakit

TBC yang berat. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandug

kuman TBC yang dilemahkan (Hidayat, 2008). Sesudah vaksinasi

BCG, kuman TB dapat masuk ke dalam tubuh, namun daya tahan

tubuh yang meningkat akan mengendalikan kuman TB (Crofton, et

al., 2002). Vaksin BCG diberikan secara intradermal pada bayi

berusia 2-3 bulan. Efek samping dari pemberian imunisasi BCG

yaitu, terjadi ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regional, dan

reaksi panas (Hidayat, 2008). Penelitian (Simbolon, 2007) di

Page 30: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

14

kabupaten Rejang Lebong menunjukkan bahwa orang yang tidak

mendapat imunisasi BCG berisiko sebesar 2,855 kali (CI 95%,

1,012-8,059) lebih besar untuk terjadinya TB paru dibandingkan

orang yang mendapat imunisasi BCG. Sejalan dengan penelitian

(Lienhardt, et al., 2005) yang menyebutkan ada hubungan antara

bekas luka/parut imunisasi BCG dengan kejadian TB Paru dengan

nilai p-value sebesar 0,02.

2) Status Gizi

Status gizi merupakan status dari kandungan makanan

pokok yang diperlukan untuk kesehatan dan kekuatan fisik

manusia (Purba, 2005). Status gizi yang buruk merupakan gerbang

masuknya penyakit menular dan terganggunya perkembangan bayi

maupun balita (Noorkasiani, et al., 2009). Kelaparan atau gizi

buruk dapat mengurangi daya tahan terhadap penyakit TB, faktor

gizi sangat penting pada masyarakat miskin baik orang dewasa

maupun anak-anak (Crofton, et al., 2002). Gizi buruk dapat

mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi, seperti TBC

dan kelainan gizi (Chandra, 2006). Status gizi yang buruk dapat

meningkatkan risiko TB dan diperkirakan status gizi yang buruk

menyebabkan seperempat kasus TB baru secara global (WHO,

2013).

Salah satu indikator penilaian status gizi adalah IMT

(Indeks Massa Tubuh). IMT adalah alat atau cara yang digunakan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

15

untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Penelitian yang dilakukan (Ruswanto, 2010) di Kabupaten

Pekalongan menyebutkan bahwa orang yang memiliki IMT < 18,5

berisiko 2,923 kali untuk terkena penyakit TB Paru daripada orang

yang memiliki IMT ≥18,5. Selaras dengan penelitian (Cigielski, et

al., 2012) yang menyebutkan bahwa orang dengan IMT rendah (<

18,5) memiliki risiko 12,4 kali lipat lebih besar untuk terserang

TB. Penelitian yang dilakukan (Savicevic, et al., 2013) juga

menyebutkan bahwa responden yang memiliki IMT rendah dan

normal memiliki risiko lebih tinggi terkena TB daripada responden

yang memiliki IMT tinggi.

3) HIV/AIDS

TB adalah penyakit paling umum terjadi di antara orang

yang hidup dengan HIV. Diperkirakan ada 1,2 juta kasus baru TB

positif HIV secara global pada tahun 2014. Orang yang hidup

dengan HIV 26 kali (24-28) lebih mungkin untuk mengembangkan

penyakit TB aktif daripada mereka yang tidak HIV (WHO, 2015).

d. Adat Kebiasaan

1) Merokok

Merokok tembakau dan minum alkohol merupakan faktor

penting yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga

mudah terserang penyakit (Crofton, et al., 2002). Asap rokok

Page 32: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

16

memiliki efek pro-inflamasi dan imunosupresif pada sistem imun

saluran pernapasan. Selain itu, merokok dapat meningkatkan

risiko infeksi Mycobacterium tuberculosis, risiko perkembangan

penyakit, dan kematian pada penderita TB (Wijaya , 2012).

Dosis efek dari merokok dapat dihitung menggunakan

Indeks Brinkman. Indeks Brinkman (IB) merupakan hasil

perhitungan dari jumlah rokok yang dihisap perhari (batang) dikali

lama merokok (tahun) (Kume, et al., 2009). Pada penelitian

(Watanabe, et al., 2011), subpopulasi perokok dibagi menjadi

perokok berat (IB ≥ 600) dan perokok ringan (IB < 600).

Penelitian (Kolappan & Gopi, 2002) menyebutkan bahwa

seseorang yang menghisap rokok >20 batang/hari memiliki risiko

3,68 kali terkena TB Paru dibanding orang yang tidak merokok

dan perokok yang menghisap rokok > 20 tahun memiliki risiko

3,23 kali terkena TB Paru dibanding orang yang tidak merokok.

Penelitian (Ariyothai, et al., 2004) menyebutkan bahwa

seseorang yang menghisap rokok > 10 batang/hari memiliki risiko

3,98 kali terkena TB Paru dibandingkan dengan orang yang tidak

merokok dan seseorang yang menghisap rokok > 10 tahun

memiliki risiko 2,96 kali terkena TB Paru dibandingkan dengan

orang yang tidak merokok.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

17

2) Kebiasaan membuka jendela setiap hari

Jendela berfungsi penting untuk memperoleh cahaya yang

cukup pada siang hari. Cahaya sangat penting untuk membunuh

bakteri-bakteri patogen di dalam rumah (Suryo, 2010). Hasil

penelitian (Azhar & Perwitasari, 2013) menyebutkan bahwa tidak

membuka kamar tidur setiap hari berisiko terinfeksi TB Paru

sebesar 1,36 kali. Sejalan dengan penelitian (Wulandari, et al.,

2015) yang menyebutkan kebiasaan tidak membuka jendela

berhubungan dengan kejadian TB Paru (p-value = 0,033).

3) Kebiasaan menjemur kasur/bantal/guling teratur

Ketika seorang pasien TB Paru batuk, bersin, atau

berbicara, maka secara tidak sengaja akan keluar percikan dahak

(droplet nuklei) dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.

Sinar matahari atau suhu udara yang panas dapat menyebabkan

percikan dahak (droplet nuklei) menguap. Menguapnya percikan

dahak (droplet nuklei) ke udara dibantu dengan pergerakan angin

akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet

nuklei terbang ke udara (Muttaqin, 2008). Hasil penelitian (Azhar

& Perwitasari, 2013) menyebutkan bahwa perilaku tidak menjemur

kasur berisiko terinfeksi TB Paru sebesar 1,423 kali.

2.6.2 Agen

Penyebab penyakit (disease agent) merupakan zat, dimana dalam

jumlah yang melebihi batas tertentu atau mungkin sebaliknya, dalam

Page 34: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

18

jumlah sedikit atau sama sekali tidak ada, dapat menimbulkan proses

penyakit (Sulistyaningsih, 2011). Agen penyebab penyakit tuberkulosis

paru adalah Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam

yang ditularkan melalui udara (Asih & Effendy, 2003).

Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis

Sumber: National Institute of Allergy and Infectious Disesase (NIAID, 2012)

Mycobacterium tuberculosis berbentuk kecil dan hanya dapat bertahan

hidup pada manusia. Sifatnya yang aerobik atau memerlukan oksigen

untuk bertahan hidup merupakan salah satu alasan bakteri ini sering

ditemukan didalam kantung udara atas paru-paru (NIAID, 2012).

Mycobacterium tuberculosis dapat masuk melalui saluran pernapasan

menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. Akibatnya, akan timbul

peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan

diikuti dengan pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional).

Peradangan pada saluran getah bening dapat mempengaruhi terjadinya

Page 35: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

19

peningkatan permebilitas membran dan akhirnya menimbulkan akumulasi

cairan dalam rongga pleura (Muttaqin, 2008).

2.6.3 Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal (diluar agen dan

penjamu) yang mempengaruhi agen dan peluang untuk terpapar yang

memungkinkan transmisi penyakit (Nisa, 2007).

1) Luas Ventilasi

Pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap

segar (cukup mengandung oksigen). Sehingga, setiap rumah harus

memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan

kurang lebih 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus diatur

sedemikian rupa sehingga udara mengalir bebas jika jendela dan

pintu terbuka (Chandra, 2006). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1077/Menkes/Per/V/2011 mengatakan

bahwa pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat

menyebabkan suburnya pertumbuhan mikroorganisme, yang

mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan manusia. Selain

bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah, ventilasi

juga beguna untuk menurangi kelembaban. Ventiasi mempengaruhi

proses dilusi udara, dengan kata lain mengencerkan konsentrasi

kuman TBC dan kuman lain, terbawa ke luar dan mati terkena sinar

ultraviolet (Achmadi, 2008). Kurangnya ventilasi akan menyebabkan

kelembaban udara dalam ruangan naik karena terjadi proses

Page 36: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

20

penguapan cairan kulit dan penyerapan. kelembaban yang tinggi

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri patogen

(Notoatmojo, 2007).

Menurut Kepmenkes RI No.829 Tahun 1999 tentang Persyaratan

Kesehatan Perumahan, luas ventilasi alamiah yang permanen

minimal 10% dari luas lantai. Berdasarkan penelitian (Wulandari,

2012) diketahui bahwa ada hubungan antara luas ventilasi ruang

tamu dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Budiharjo, Semarang. Penelitian (Kurniasari, et al., 2012)

menunjukan ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian

tuberkulosis paru dengan nilai p value 0,005.

2) Suhu

Suhu ruangan sangat dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan

udara, kelembaban udara, dan suhu benda-benda yang ada di

sekitarnya. Suhu sebaiknya berkisar antara 18-20oC (Chandra, 2006).

Selaras dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) RI No.1077

Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang

Rumah yang menyatakan bahwa suhu udara nyaman berkisar antara

18-30oC.

Hasil penelitian (Ayomi, et al., 2012) di Kabupaten Jayapura

menyebutkan bahwa kamar dengan suhu udara ruangan tidak

memenuhi syarat (< 18oC dan > 30

oC) meningkatkan risiko kejadian

penyakit tuberkulosis sebanyak 8,913 kali lebih besar dibandingkan

Page 37: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

21

dengan kamar yang suhu udara ruangan memenuhi syarat (18oC –

30oC).

3) Kelembaban

Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,

dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur

kamar 22o-30

oC (Suryo, 2010). Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan (PMK) RI No.1077 Tahun 2011, ketentuan kelembaban

udara berkisar antara 40%-70%.

Hasil penelitian (Rosiana, 2013) di Semarang menyebutkan bahwa

responden yang kelembabannya tidak memenuhi syarat mempunyai

risiko 4,033 kali lebih besar menderita TB. Kelembaban diakibatkan

oleh ventilasi yang tidak memenuhi syarat sehingga membuat cahaya

matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah yang kemudian dapat

meningkatkan kelembaban di dalam rumah (Fatimah, 2008).

Penelitian (Lanus, et al., 2014) menyebutkan bahwa kelembaban

ruangan yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,808 kali lebih

tinggi menularkan TB dibandingkan dengan kelembaban ruangan

yang memenuhi syarat.

4) Jenis Lantai

Menurut Kep. Menkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, jenis

lantai yang memenuhi syarat kesehatan adalah yang kedap air dan

mudah dibersihkan. Penelitian (Mahpudin & Mahkota, 2007)

menyebutkan bahwa mereka yang tinggal dengan jenis lantai tanah

Page 38: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

22

berisiko 2,201 kali terkena TB Paru. Hasil tersebut selaras dengan

penelitian (Ayomi, et al., 2012) yang mengatakan bahwa rumah

dengan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat (tanah, papan dan

lontar/ tidak kedap air) meningkatkan kejadian penyakit tuberkulosis

sebanyak 4,575 kali lebih. Penelitian (Azhar & Perwitasari, 2013)

juga menyebutkan bahwa lantai rumah berupa semen plesteran

rusak/papan/tanah berisiko 1,731 kali lebih besar dibanding rumah

berlantai keramik, marmer atau ubin.

5) Kepadatan Hunian

Luas lantai bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni

agar tidak overload. Disamping menyebabkan kurangnya oksigen,

overload juga bisa menyebabkan penularan penyakit infeksi (Suryo,

2010). Semakin banyak manusia didalam ruangan, kelembabannya

semakin tinggi khususnya karena uap air baik dari pernapasan

maupun keringat (Achmadi, 2008). Menurut Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002,

kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan

ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m.

Menurut penelitian (Ayomi, et al., 2012) ada hubungan bermakna

kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian TB Paru (p

value=0,004). Hasil penelitian (Lanus, et al., 2014) juga

menyebutkan bahwa ada hubungan bermakna antara kepadatan

hunian dengan kejadian TB Paru di kab Bangli (p value 0,015).

Page 39: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

23

6) Jenis Dinding

Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) RI No.1077 Tahun 2011

menyebutkan dinding rumah yang tidak kedap air dapat

meningkatkan kelembaban dan menyebabkan suburnya

pertumbuhan mikroorganisme.

Penelitian (Rosiana, 2013) di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu Kota Semarang menyebutkan bahwa responden

dengan jenis dinding tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 5,333

kali lebih besar menderita TB daripada responden dengan jenis

dinding memenuhi syarat. Hasil penelitian (Wulandari, 2012)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis dinding rumah

dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai p value 0,02.

7) Riwayat Kontak Serumah

TB Paru merupakan penyakit menular yang penularannya dapat

terjadi melalui percikan dahak ketika berinteraksi dengan penderita

TB Paru BTA Positif saat batuk, bersin, dan bernyanyi (Kemenkes

RI, 2011). Penelitian (Fitriani, 2013) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian Tuberkulosis Paru

dengan nilai p value 0,001. Penelitian (Guwatudde, et al., 2003) di

Uganda menyebutkan bahwa kontak dengan penderita TB Paru

dengan intensitas lebih dari 18 jam berhubungan dengan kejadian TB

Paru. Penelitian (Lienhardt, et al., 2005) menyebutkan bahwa

seseorang yang memiliki riwayat keluarga sakit TB memiiki risiko

Page 40: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

24

3,25 kali terkena TB. Hasil penelitian (Mahpudin & Mahkota, 2007)

juga menyebutkan ada hubungan antara kontak serumah dengan

kejadian TB Paru di Indonesia dengan nilai p value sebesar 0,012.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

25

2.6 Kerangka Teori

Infeksi penyakit TB Paru terjadi ketika seseorang menghirup percikan

dahak (droplet nuclei) yang mengandung agen penyakit Mycobacterium

tuberculosis. Percikan dahak tersebut ditularkan melalui udara oleh pasien TB

BTA positif ketika batuk atau bersin. Percikan dahak kemudian masuk

melintasi mulut atau hidung, saluran pernapasan bagian atas, dan bronkus

untuk mencapai alveoli paru-paru (CDC, 2012).

Umumnya penularan penyakit TB Paru terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi

jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.

Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

lembab (Kemenkes, 2011).

Kejadian penyakit menular dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu host,

agen, dan lingkungan (Tulchinsky & Varavikova, 2014). TB Paru merupakan

penyakit menular, yang mana juga dipengaruhi oleh faktor host dan

lingkungan. Faktor yang melekat pada host antara lain, pengetahuan, status

ekonomi, status merokok, IMT, imunisasi BCG, kebiasaan membuka jendela,

kebiasaan menjemur kasur/bantal/guling, dan HIV/AIDS. Sedangkan faktor

yang melekat pada lingkungan seperti, luas ventilasi, kepadatan hunian, suhu,

kelembaban, jenis lantai, jenis dinding, kontak dengan penderita.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

26

Pajanan Agent

Mycobacterium tuberculosis

Tuberkulosis Paru

Status Merokok

Kebiasaan membuka jendela

Kebiasaan menjemur kasur

Pengetahuan

Status Gizi

Imunisasi BCG

Status ekonomi

Luas Ventilasi

Riwayat Kontak serumah

Kepadatan Hunian

Suhu

Kelembaban

Jenis Lantai

Jenis Dinding

Host

Lingkungan

Bagan 2.3 Kerangka Teori

HIV/AIDS

Agent

Ket:

Diteliti

Tidak diteliti

Page 43: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

27

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Lingkungan

Riwayat kontak serumah

Kepadatan hunian

Luas ventilasi

Kejadian TB Paru

Host

Pengetahuan

Status Merokok

Kebiasaan Membuka

Jendela

Kebiasaan Menjemur

Kasur/Bantal/Guling

Page 44: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

28

Adapun beberapa variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini, variabel tersebut

antara lain:

a. Jenis lantai, berdasarkan hasil observasi dan studi pendahuluan jenis lantai

rumah masyarakat di wilayah kerja puskesmas pamulang diketahui sudah

memenuhi syarat yaitu bukan tanah, licin dan kedap air.

b. Jenis dinding, berdasarkan hasil observasi dan studi pendahuluan jenis

dinding rumah masyarakat di wilayah kerja puskesmas pamulang

diketahui sudah memenuhi syarat yaitu diplester, tembok dan kedap air.

c. Suhu dan Kelembaban, berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui

hasil pengukuran suhu dan kelembaban rumah masyarakat di wilayah

kerja puskesmas pamulang cenderung homogen.

d. Status Ekonomi, variabel status ekonomi tidak diteliti karena sudah

terwakili oleh keadaan lingkungan rumah warga. Keadaan lingkungan

warga yang memenuhi syarat menggambarkan keadaan ekonomi warga

yang baik.

e. HIV/AIDS, bersifat pribadi dan diperlukan pemeriksaan/diagnosis dokter.

f. Imunisasi BCG, imunisasi BCG tidak bersifat mencegah namun

mengurangi tingkat keparahan penyakit. Selain itu, tidak semua orang

yang telah melakukan imunisasi BCG memiliki bekas luka dimana

kepemilikan bekas luka tersebut dijadikan sebagai hasil ukur variabel.

g. IMT, data sekunder terkait berat badan dan tinggi badan pasien tidak

tersedia di puskesmas.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

29

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Kejadian TB

Paru

Pasien yang telah

melakukan uji

mikroskopis dan

diagnosis dokter di

Puskesmas Pamulang

pada bulan Januari-Juli

2016

Telaah Dokumen Dokumen daftar

suspek yang

diperiksa dahak

SPS (TB.06)

dan kartu

pengobatan

pasien (TB.01)

0. TB Paru

1. Bukan TB Paru

Ordinal

2. Pengetahuan Tingkatan skor nilai

berdasarkan jawaban

responden terkait

pengertian, penularan,

pencegahan serta

penanggulangan TB Paru

Wawancara Pedoman

Wawancara

0. Rendah (skor < rata-

rata nilai/median)

1. Tinggi (skor ≥ rata-rata

nilai/median)

Ordinal

Page 46: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

30

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

3. Merokok Kategori merokok

responden yang

didasarkan dari

perhitungan Indeks

Brinkman

Wawancara Pedoman

Wawancara

0. Perokok Berat (IB ≥

600)

1. Perokok Ringan (IB <

600)

Ordinal

4. Kebiasaan

membuka

jendela

Tindakan berulang

mebuka jendela yang

dilakukan setiap hari

Wawancara Pedoman

Wawancara

0. Tidak

1. Ya

Nominal

5. Kebiasaan

Menjemur

Kasur/Bantal/Gu

ling

Tindakan berulang

menjemur

kasur/bantal/guling yang

dilakukan seminggu

sekali

Wawancara Pedoman

Wawancara

0. Tidak

1. Ya

Nominal

6. Riwayat kontak Ada tidaknya kontak

responden dengan

penderita TB Paru dalam

serumah

Wawancara Pedoman

Wawancara

0. Ada

1. Tidak Ada

Nominal

Page 47: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

31

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

7. Kepadatan

Hunian

Perbandingan antara luas

lantai yang tersedia

dengan penghuni atau

anggota keluarga yang

berada dalam rumah

Luas lantai rumah

(m2) dibagi dengan

jumlah penghuni

dalam rumah

Pedoman

Wawancara

0. Tidak memenuhi syarat

jika < 9m2/orang

1. Memenuhi syarat jika ≥

9m2/orang

(Kepmen

No.403/KPTS/M/2002)

Ordinal

8. Luas ventilasi Perbandingan antara

lubang angin rumah

dengan luas lantai

Luas lubang angin

permanen dibagi

dengan luas lantai

rumah dikali 100%

Rollmeter 0. Tidak memenuhi syarat

jika < 10%

1. Memenuhi syarat jika ≥

10%

(Kepmenkes, 1999)

Ordinal

Keterangan:

TB.01: Kartu pengobatan pasien TB

TB.06: Daftar suspek yang diperiksa dahak SPS

Page 48: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

32

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor host (pengetahuan, status merokok, kebiasaan

membuka jendela, dan kebiasaan menjemur kasur) dengan kejadian TB

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

2. Ada hubungan antara faktor lingkungan (riwayat kontak serumah,

kepadatan hunian, dan luas ventilasi) dengan kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan variabel host

(pengetahuan, status merokok, kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan

menjemur kasur) dan lingkungan (riwayat kontak, kepadatan hunian, dan luas

ventilasi) dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang

tahun 2016.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada

bulan Agustus-September tahun 2016. Wilayah Kerja Puskesmas terdiri dari

empat kelurahan, yaitu kelurahan pamulang barat, pamulang timur, pondok

cabe udik, dan pondok cabe ilir.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1) Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan uji

sputum (dahak) dan memperoleh diagnosis dokter di Puskesmas Pamulang

pada bulan Januari-Juli tahun 2016. Populasi pada penelitian ini berjumlah

236 orang namun hanya terdapat 163 orang yang memenuhi kriteria

penelitian.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

34

2) Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien yang melakukan uji sputum

(dahak) dan memperoleh diagnosis dokter di Puskesmas Pamulang pada

bulan Januari-Juli tahun 2016. Penentuan subjek penelitian pada penelitian

ini didasarkan pada kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Kriteria-kriteria

tersebut, antara lain:

a. Kriteria Inklusi

Tercatat dalam rekam medis laboratorium TB Paru Puskesmas

Pamulang bulan Januari-Juli tahun 2016

Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang

Berusia ≥ 15 tahun

Bersedia di wawancarai

b. Kriteria Ekslusi

Bertempat tinggal diluar wilayah kerja Puskesmas Pamulang

Berusia <15 tahun

Meninggal/pindah rumah

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus

uji beda dua proporsi, sebagai berikut:

* ⁄

√, ( )- √, ( ) ( )-+

( )

Page 51: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

35

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal

P1 : Proporsi subjek terpajan pada kelompok kasus pada

penelitian sebelumnya (tidak membuka jendela setiap hari =

66,5% )

P2 : Proporsi subjek tidak terpajan pada kelompok kasus pada

penelitian sebelumnya berisiko (membuka jendela setiap

hari = 33,5%)

P : Rata-rata P1 dan P2

Z1-α/2 : Derajat kepercayaan (1,96)

Z1-β : kekuatan uji (0,84)

(nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian (Azhar & Perwitasari, 2013))

n * √, ( )( )- √, ( ) ( )-+

( )

Berdasarkan perhitungan sampel diatas, didapatkan jumlah sampel

sebanyak 35 responden. Selanjutnya, dilakukan perhitungan sampel minimal

menggunakan perbandingan dari hasil penelitian Fatimah (2008) yaitu hasil

responden yang tidak menderita TB Paru sebanyak 57,6%.

n = 35/ presentase yang tidak menderita TB Paru

n = 35/0,576

n = 61 Responden

Berdasarkan hasil perhitungan sampel diatas, didapatkan jumlah sampel

minimal yang diperlukan sebanyak 61 responden.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

36

3) Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah simple random sampling atau acak sederhana. Pada teknik

pengambilan sampel acak sederhana setiap unit dasar (individu) memiliki

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Budiarto, 2001).

Peneliti membuat frame sampling berdasarkan data rekam medis

laboratorium TB Paru Puskesmas Pamulang pada bulan Januari-Juli tahun

2016. Dari data tersebut diperoleh 163 pasien yang menjadi frame

sampling dan memenuhi kriteria untuk dijadikan populasi. Selanjutnya,

peneliti menetapkan responden yang akan dijadikan sampel penelitian

dengan memilih secara acak responden yang berada dalam frame sampling

menggunakan kocokan. Peneliti melakukan pengkocokan berdasarkan

jumlah sampel yang dibutuhkan, yaitu sebanyak 61 responden.

4.4 Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan

pengukuran menggunakan alat ukur. Data mengenai identitas responden,

pengetahun, status merokok, kebiasaan membuka jendela, kebiasaan

menjemur kasur, kepadatan hunian, dan riwayat kontak didapatkan

dengan wawancara langsung terhadap reponden. Sedangkan data terkait

luas ventilasi didapatkan melalui pengukuran.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

37

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan berasal dari Rekap Laporan Bulanan

(LB3) Kota Tangerang Selatan tahun 2015, rekam medis pasien

laboratorium TB Paru Puskesmas Pamulang tahun (TB.06), dan data

register TB Paru Puskesmas Pamulang (TB.01).

4.5 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data primer digunakan alat pengumpulan data atau instrumen,

sebagai berikut:

1. Kuesioner

Kuesioner berisi daftar pertanyaan terkait identitas responden dan variabel

dalam penelitian yang diajukan peneliti terhadap responden.

2. Alat Pengukuran

Rollmeter: Luas ventilasi memenuhi syarat dihitung dengan

mengukur luas lubang angin permanen ruangan menggunakan rollmeter,

kemudian dibagi dengan luas lantai dan dikali 100%.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi bivariat pearson.

Hasil dari uji validitas dapat diketahui dengan melihat kolom corrected

item-tolal correlation, dimana nilai r hitung terdapat pada kolom tersebut.

Untuk menilai valid tidaknya suatu item kuesioner, dapat diketahui dengan

Page 54: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

38

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Suatu item kuesioner

dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel pada signifikasi 5%.

Item kuesioner yang dilakukan uji validitas pada penelitian ini

berjumlah 10 pertanyaan. Setelah diakukan uji validitas terdapat satu

pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan B9. Pertanyaan tersebut

kemudian diperbaiki redaksinya sehingga dapat dipahami lebih baik oleh

responden.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai r

pada kolom Cronbach’s alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika

nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (r hitung > r tabel). Berdasarkan

hasil uji reliabiltas diketahui bahwa nilai Cronbach’s alpha lebih besar

dari nilai r tabel (0,361), sehingga instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dikatakan reliabel. Adapun hasil uji validitas yang

telah dilakukan peneliti, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

r Hitung r Tabel Ket

0,674 0,361 Reliabel

4.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

Kuesioner dan lembar pengukuran yang telah terisi kemudian

diperiksa kelengkapannya dan diolah dengan sistem komputerisasi

menggunakan software pengolah data. Berikut merupakan tahapan

pengolahan data:

Page 55: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

39

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Pengecekan data-data yang telah terkumpul, baik data sekunder

dari puskesmas maupun data maupun data yang telah terkumpul

melalui kuesioner. Pemeriksaan data primer berupa kuesioner dan

lembar pengukuran bertujuan untuk melihat kelengkapan jawaban dan

apakah ada kesalahan dalam pengisian sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Sedangkan pemeriksaan data sekunder berupa daftar

pasien TB Paru bertujuan untuk melihat kelengkapan jawaban pada

lembar kuesioner.

b. Pemberian Kode (Coding)

Kegiatan merubah data dalam bentuk kalimat menjadi data

berbentuk angka, tujuanya untuk mempermudah pada saat proses

pemasukan data (entry) dan analisis data.

c. Pemasukkan Data (Entry)

Kegiatan memasukan data-data yang sudah berbentuk angka atau

telah melewati proses pengkodian ke dalam program atau “software”

komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Kegiatan pengecekan kembali data yang telah di entry atau

dimasukan ke dalam program komputer, yang kemudian diperbaiki

apabila terdapat kesalahan atau ketidaklengkapan.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

40

4.7.2 Analisis Data

Setelah melalui proses pengolahan data dengan tahapan editing,

coding, entry, dan cleaning, kemudian dilakukan analisis data. Adapun

analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, sebagai berikut:

a. Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik

masing-masing variabel, baik pada variabel dependen maupun variabel

independen. Data ditampilkan tabel distribusi frekuensi dan persentase

pada masing-masing variabel baik variabel dependen maupun variabel

independen.

b. Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara faktor

host (pengetahuan, status merokok, kebiasaan menjemur membuka

jendela, dan kebiasaan menjemur kasur) dan lingkungan (riwayat

kontak, kepadatan hunian, dan luas ventilasi) dengan kejadian TB Paru

dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis data dilakukkan

menggunakan uji chi square. Nilai yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah

p value. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka ada hubungan bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai p

value ≥ 0,05 maka tidak ada hubungan bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

41

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

UPT Puskesmas Pamulang berada di sebelah timur Kota Tangerang

Selatan, terletak di wilayah Kecamatan Pamulang dan mempunyai luas

wilayah 16,38 km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Benda Baru dan Kelurahan

Pondok Benda

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Timur dan

Kabupaten Bogor

Puskesmas Pamulang menempati tanah seluas ± 2400 m2 di Jl Surya

Kencana No.1 RT 01 RW 022 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan

Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Puskesmas Pamulang mempunyai empat

kelurahan dalam wilayah kerjanya, yaitu: Kelurahan Pamulang Barat,

Kelurahan Pamulang Timur, Kelurahan Pondok Cabe Ilir, dan Kelurahan

Pondok Cabe Udik. Jumlah KK (Kartu Keluarga) yang ada di wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang sebanyak 34.824 KK dengan jumlah rumah sebanyak

28.334 rumah terdiri dari 79 RW dan 334 RT.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

42

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 5.1 berikut.

Berdasarkan grafik 5.1 diketahui bahwa responden yang tidak

menderita penyakit TB Paru lebih banyak (54,1%) dibandingkan dengan

responden yang menderita penyakit TB Paru.

5.2.2 Faktor Host

1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi pengetahuan responden di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 5.2 berikut.

Ya Tidak

Persentase (%) 45,9 54,1

N 28 33

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Page 59: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

43

Berdasarkan grafik 5.2 diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan buruk terkait TB Paru lebih banyak (59,0%) dibandingkan

dengan responden yang memiliki pengetahuan baik terkait TB Paru.

2. Distribusi Frekuensi Merokok Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi status merokok responden di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 5.3 berikut.

Buruk Baik

Persentase (%) 41 59

N 25 36

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.2 Gambaran Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2016

Page 60: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

44

Berdasarkan grafik 5.3 diketahui bahwa reponden yang berstatus

perokok ringan lebih banyak (90,2%) daripada responden yang berstatus

perokok berat.

3. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membuka Jendela Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi kebiasaan membuka jendela responden di

wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada grafik

5.4 berikut.

Perokok Berat Perokok Ringan

Persentase (%) 9,8 90,2

N 6 55

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.3 Gambaran Merokok Responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2016

Page 61: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

45

Berdasarkan grafik 5.4 diketahui bahwa responden yang memiliki

kebiasaan membuka jendela setiap hari lebih banyak (52,5%) daripada

masyarakat yang tidak membuka jendela setiap hari.

4. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menjemur Kasur Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi kebiasaan menjemur kasur/bantal/guling

seminggu sekali responden di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun

2016 ditunjukkan pada grafik 5.5 berikut.

Tidak Ya

Persentase (%) 47,5 52,5

N 29 32

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membuka Jendela Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Page 62: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

46

Berdasarkan grafik 5.5 diketahui bahwa responden yang tidak

memiliki kebiasaan menjemur kasur seminggu sekali lebih banyak

(50,8%) daripada responden yang memiliki kebiasaan menjemur kasur

seminggu sekali.

5.2.3 Faktor Lingkungan

1. Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Serumah Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi riwayat kontak dengan anggota keluarga

responden yang memiliki riwayat menderita TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 5.6 berikut.

Tidak Ya

Persentase (%) 50,8 49,2

N 31 30

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.5 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menjemur Kasur Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Page 63: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

47

Berdasarkan grafik 5.6 diketahui bahwa responden yang tidak

memiliki riwayat anggota keluarga menderita sakit TB Paru lebih banyak

(55,7%) dibandingkan dengan responden yang memiliki riwayat anggota

keluarga menderita TB Paru.

2. Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi kepadatan hunian responden di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 5.7 berikut.

Ada Tidak Ada

Persentase (%) 44,3 55,7

N 27 34

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.6 Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Serumah Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Page 64: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

48

Berdasarkan grafik 5.7 diketahui bahwa responden yang memiliki

kepadatan hunian memenuhi syarat lebih banyak (77,0%) dibandingkan

dengan jumlah responden yang memiliki kepadatan hunian tidak

memenuhi syarat.

3. Distribusi Frekuensi Luas Ventilasi Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Distribusi frekuensi luas ventilasi rumah responden di wilayah

kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016 ditunjukkan pada tabel 5.8 berikut.

Tidak MemenihiSyarat

Memenuhi Syarat

Persentase (%) 23 77

N 14 47

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.7 Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Page 65: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

49

Berdasarkan grafik 5.8 diketahui bahwa responden yang memiliki luas

ventilasi tidak memenuhi syarat lebih banyak (50,8%) dibandingkan dengan

responden yang meiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Faktor Host

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian TB Paru

di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditunjukkan pada tabel 5.1 berikut.

Tidak MemenihiSyarat

Memenuhi Syarat

Persentase (%) 50,8 49,2

N 31 30

0

10

20

30

40

50

60

0102030405060708090

100

N

Pe

rse

nta

se (

%)

Grafik 5.8 Distribusi Frekuensi Luas Ventilasi Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Page 66: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

50

Tabel 5.1

Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Pengetahuan Kejadian TB Paru Total p

value

OR

(95% CI) Ya Tidak

N % N

%

N %

Buruk 9 36,0 20 64,0 25 100 0,302 0,503

(0,177-1,433) Baik 19 52,8 17 47,2 36 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 25 responden yang

memiliki pengetahuan buruk, terdapat 9 responden (36,0%) yang

menderita TB Paru. Sedangkan, dari 36 responden yang memiliki

pengetahuan baik terdapat 19 responden (52,8%) yang menderita TB Paru.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 0,302, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan kejadian TB Paru. Uji statistik juga

menunjukkan nilai OR (odds ratio) sebesar 0,503, artinya responden yang

memiliki pengetahuan baik berpeluang 0,503 kali terkena TB Paru.

2. Hubungan Merokok dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara status merokok responden dengan kejadian TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditunjukkan pada tabel 5.2

berikut.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

51

Tabel 5.2

Hubungan Merokok dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Merokok Kejadian TB Paru Total p

value Ya Tidak

N % N

%

N %

Perokok Berat 3 50,0 3 50,0 6 100 1,000

Perokok Ringan 25 45,5 30 54,5 55 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 6 responden perokok

berat, terdapat 3 responden (50,0%) menderita TB Paru. Kemudian dari 55

responden perokok ringan diketahui 25 responden (52,9%) diantaranya

menderita TB Paru.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 1,000, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara merokok dengan kejadian TB Paru.

3. Hubungan Kebiasaan Membuka Jendela dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara kebiasaan membuka jendela setiap hari dengan

kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditunjukkan pada

tabel 5.3 berikut.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

52

Tabel 5.3

Hubungan Kebiasaan Membuka Jendela dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Kebiasaan

Membuka

Jendela

Kejadian TB Paru Total p

value

OR

(95% CI) Ya Tidak

N % N

%

N %

Tidak 16 55,2 13 44,8 29 100 0,260 2,051

(0,737-5,709) Ya 12 37,5 20 62,5 32 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 29 responden yang

tidak memiliki kebiasaan membuka jendela setiap hari, terdapat 16

responden (55,2%) diantaranya menderita TB Paru. Sedangkan, dari 32

responden yang memiliki kebiasaan membuka jendela setiap hari, terdapat

12 responden (37,5%) diantaranya menderita TB Paru.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 0,260, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kebiasaan membuka jendela dengan kejadian TB Paru. Uji statistik

juga menunjukkan nilai OR (odds ratio) sebesar 2,051, artinya penderita

yang memiliki kebiasaan membuka jendela setiap hari berpeluang 2,051

kali terkena TB Paru.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

53

4. Hubungan Kebiasaan Menjemur Kasur dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara kebiasaan menjemur kasur/bantal/guling

seminggu sekali dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang ditunjukkan pada tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4

Hubungan Kebiasaan Menjemur Kasur dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Kebiasaan

Menjemur

Kasur

Kejadian TB Paru Total p

value

OR

(95% CI) Ya Tidak

N % N

%

N %

Tidak 18 58,1 13 41,9 31 100 0,093 2,769

(0,977-7,848) Ya 10 33,3 20 66,7 30 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 31 responden yang

tidak memiliki kebiasaan menjemur kasur/bantal/guling seminggu sekali,

terdapat 18 responden (58,1%) diantaranya menderita TB Paru.

Sedangkan, dari 30 responden yang memiliki kebiasaan menjemur

kasur/bantal/guling seminggu sekali, terdapat 10 responden (33,3%)

diantaranya yang menderita TB Paru.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 0,093, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kebiasaan menjemur kasur dengan kejadian TB Paru. Uji statistik

juga menunjukkan nilai OR (odds ratio) sebesar 2,769, artinya penderita

Page 70: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

54

yang memiliki kebiasaan menjemur kasur/bantal/guling seminggu sekali

tidak terlepas dari peluang 2,769 kali terkena TB Paru.

5.3.2 Faktor Lingkungan

1. Hubungan Riwayat Kontak Serumah dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara riwayat kontak dengan anggota keluarga

responden yang memiliki riwayat menderita TB Paru dengan kejadian TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditunjukkan pada tabel 5.5

berikut.

Tabel 5.5

Hubungan Riwayat Kontak Serumah dengan Kejadian TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Riwayat

Kontak

Serumah

Kejadian TB Paru Total p

value

OR

(95% CI) Ya Tidak

N % N

%

N %

Ada 17 63,0 10 37,0 27 100 0,034 3,555

(1,230-10,273) Tidak Ada 11 32,4 23 67,6 34 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 27 responden yang

memiliki riwayat kontak dengan anggota keluarga yang menderita TB

Paru, terdapat 17 responden (63,0%) diantaranya menderita TB Paru.

Sedangkan, dari 34 responden yang tidak memiliki riwayat kontak dengan

anggota keluarga yang menderita TB, terdapat 11 (32,4%) responden

diantaranya menderita TB Paru.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

55

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 0,034, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang bermakna antara

riwayat kontak serumah dengan kejadian TB Paru. Uji statistik juga

menunjukkan nilai OR (odds ratio) sebesar 3,555, artinya penderita yang

memiliki riwayat anggota keluarga sakit TB Paru berpeluang 3,555 kali

terkena TB Paru.

2. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara kepadatan hunian responden dengan kejadian TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditunjukkan pada tabel 5.6

berikut.

Tabel 5.6

Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Kepadatan

Hunian

Kejadian TB Paru Total p

value

OR

(95% CI) Ya Tidak

N % N

%

N %

Tidak

Memenuhi

Syarat

6 42,9 8 57,1 14 100 1.000 0,852

(0,256-2,840)

Memenuhi

Syarat

22 46,8 25 53,2 47 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 14 responden yang

memiliki kepadatan hunian tidak memenuhi syarat, terdapat 6 responden

(42,9%) diantaranya menderita TB Paru. Sedangkan, dari 47 responden

Page 72: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

56

yang memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat, terdapat 22 responden

(46,8%) diantaranya menderita TB Paru.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 1,000, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru. Uji statistik juga

menunjukkan nilai OR (odds ratio) sebesar 0,852, artinya penderita yang

memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat berpeluang 0,852 kali

terkena TB Paru.

3. Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Hubungan antara luas ventilasi rumah responden dengan kejadian

TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditunjukkan pada tabel 5.7

berikut.

Tabel 5.7

Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016

Luas

Ventilasi

Kejadian TB Paru Total p

value

OR

(95% CI) Ya Tidak

N % N

%

N %

Tidak

Memenuhi

Syarat

14 45,2 17 54,8 31 100 1,000 0,941

(0,344-2,577)

Memenuhi

Syarat

14 46,2 16 53,3 30 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 31 responden yang

memiliki luas ventilasi rumah tidak memenuhi syarat, terdapat 14

Page 73: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

57

responden (45,2%) diantaranya menderita TB Paru. Sedangkan, dari 30

responden yang memiliki luas ventilasi rumah memenuhi syarat, terdapat

14 responden (46,2%) diantaranya menderita TB Paru.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 1,000, artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara luas ventilasi dengan kejadian TB Paru. Uji statistik juga

menunjukkan nilai OR (odds ratio) sebesar 0,941, artinya penderita yang

memiliki luas ventilasi memenuhi syarat berpeluang 0,941 kali terkena TB

Paru.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

58

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, antara lain:

1. Secara teoritis terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian

tuberkulosis. Namun, dikarenakan karakteristik lingkungan penelitian

maka tidak semua variabel diteliti pada penelitian ini.

2. Informasi terkait kebiasaan responden seperti variabel merokok,

kebiasaaan menjemur kasur dan kebiasaan membuka jendela diperoleh

dari pengakuan responden. Oleh karena itu, bias informasi mungkin

terjadi.

3. Data kejadian TB Paru pada penelitian ini menggunakan data sekunder

dari puskesmas.

6.2 Kejadian TB Paru

TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis). Seseorang dapat tertular penyakit TB Paru

melalui percikan dahak ketika pasien TB Paru BTA positif sedang batuk atau

bersin. Seseorang yang terkena percikan dahak pasien TB Paru BTA positif

tidak serta merta tertular TB Paru namun, tergantung dari banyaknya kuman

yang dikeluarkan penderita TB Paru, konsenterasi percikan udara, dan

lamanya menghirup udara tersebut (Kemenkes RI, 2011).

Page 75: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

59

Diagnosis TB Paru di Puskesmas Pamulang menggunakan uji dahak SPS

(sewaktu-pagi-sewaktu) dan foto toraks sebagai penunjang diagnosis.

Seseorang dikatakan menderita TB Paru jika hasil uji dahak menunjukkan

BTA positif atau hasil uji dahak menunjukkan BTA negatif namun hasil foto

toraksnya mengindikasikan TB Paru. Seseorang dinyatakan tidak menderita

TB Paru jika hasil uji dahak dan foto toraksnya menunjukkan hasil negatif

TB.

Penelitian ini dilakukan pada responden berusia ≥ 15 tahun (TB dewasa).

Hal tersebut dikarenakan diagnosis TB pada anak sulit dilakukan sehingga

sering terjadi misdiagnosis, baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.

Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit dilakukan dan batuk bukan

merupakan gejala utama. Selain itu, kasus TB Paru anak di Puskesmas

Pamulang sangatlah jarang yaitu hanya 10% dari jumlah kasus TB Paru

seluruhnya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 89,3% responden penderita TB

Paru berada pada usia produktif (15-55 tahun) dan 10,7% diantaranya berusia

>55 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan Kemenkes RI (2011) yang

menyebutkan bahwa 75% Pasien TB adalah kelompok usia paling produktif

secara ekonomis (15-50 tahun). Hal tersebut dapat dimungkinkan karena

seseorang yang sedang berada pada usia produktif cenderung memiliki

aktivitas yang tinggi dan berhubungan dengan banyak orang (sekolah dan

bekerja). Bertemu dengan banyak orang dapat memudahkan seseorang

tertular penyakit.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

60

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 60,7% penderita TB Paru

diderita oleh pasien berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan

Kemenkes RI (2015) yang menyebutkan jumlah kasus TB pada laki-laki 1,5

kali lebih banyak dibandingkan perempuan. Salah satu penyebab perbedaan

frekuensi penyakit TB paru antara laki-laki dan perempuan adalah perbedaan

kebiasaan hidup (Budiarto & Anggraeni, 2002). Perbedaan kebiasaan hidup

yang dimungkinkan adalah merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko

penyakit TB Paru sebesar 2,01 kali dibandingkan dengan tidak merokok

(Lienhardt, et al., 2005). Wijaya (2012) mengatakan bahwa prevalens

merokok jauh lebih tinggi laki-laki dari pada perempuan. Lebih dari 20%

laki-laki dewasa adalah perokok aktif dan kejadian TB sebesar 100 per

100.000 penduduk pertahun banyak terjadi pada laki-laki usia diatas 65 tahun.

6.3 Faktor Host

6.3.1 Pengetahuan

Hasil analisa tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita TB Paru memiliki pengetahuan yang baik. Hal

tersebut dikarenakan penderita TB Paru sudah sering mendapatkan

penyuluhan dari petugas kesehatan. Berdasarkan hasil observasi diketahui

bahwa petugas kesehatan klinik TB Paru Puskesmas Pamulang selalu

memberikan kegiatan penyuluhan melalui pendekatan personal kepada

penderita TB Paru ketika melakukan pengobatan sehingga hal tersebut

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden. Selain petugas

Page 77: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

61

kesehatan, kegiatan penyuluhan juga dibantu oleh kader TB Paru dengan

mendatangi rumah-rumah penderita TB Paru.

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan

antara pengetahun dengan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniasari, et al (2012) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian TB Paru di Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Hasil penelitian lain

yang dilakukan oleh Wenas, et al (2015) juga menyebutkan bahwa tidak

ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB paru di Desa Wori,

Minahasa Utara.

Secara teori, pengetahuan merupakan domain penting untuk

terbentuknya perilaku. Sehingga, pengetahuan buruk responden terkait TB

paru berpotensi menimbulkan perilaku yang buruk pula baik terkait

kewaspadaan penularan maupun perawatan pasien dengan penyakit TB

paru. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian Setiarni, et al (2011)

yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan kejadian TB Paru di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Hasil

penelitian lain yang dilakukan oleh Ruswanto (2010) di Kabupaten

Pekalongan juga menyebutkan bahwa pengetahuan yang rendah memiliki

risiko 3,716 kali lebih besar terkena TB Paru.

Namun pada penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda. Hal

tersebut dapat dimungkinkan karena pengambilan data terkait pengetahuan

responden dilakukan setelah penderita TB Paru terdiagnosis dan

Page 78: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

62

melakukan pengobatan. Proses pengobatan dimungkinkan dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan responden.

Sarwono (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan yang positif

atau tinggi tidak selamanya diikuti dengan praktik yang sesuai. Selain

pengetahuan yang tinggi terdapat faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi perubahan perilaku (Herijuliani, et al., 2001). Jadi,

disamping pengetahuan yang baik diperlukan pula kesadaran untuk

melaksanakan atas apa yang telah diketahui dan juga dukungan dari

lingkungan sekitar.

6.3.3 Merokok

Hasil analisa tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa

proporsi responden TB Paru yang berstatus perokok ringan lebih banyak

dibandingkan dengan perokok berat. Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa sebagian responden mulai mengonsumsi rokok sejak usia

remaja dan mengaku sudah lama mengurangi konsumsi rokok dikarenakan

alasan kesehatan.

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

merokok dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniasari, et al (2012) di

Kabupaten Wonogiri yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian TB Paru (p value 0,627). Hasil

penelitian Sejati dan Sofiana (2015) di Kabupaten Sleman juga

Page 79: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

63

menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok

dengan kejadian TB Paru (p value 1,000).

Secara teori, merokok tembakau merupakan faktor penting yang

dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit.

Namun pada penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pada penelitian ini, merokok bukan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh multifaktor,

dimungkinkan terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap

kejadian penyakit TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Kolappan dan

Gopi (2002) yang menyebutkan bahwa seseorang yang menghisap rokok

>20 batang/hari memiliki risiko 3,68 kali terkena TB Paru dibanding orang

yang tidak merokok dan perokok yang menghisap rokok > 20 tahun

memiliki risiko 3,23 kali terkena TB Paru dibanding orang yang tidak

merokok. Penelitian Ariyothai, et al (2004) juga menyebutkan bahwa

seseorang yang menghisap rokok > 10 batang/hari memiliki risiko 3,98

kali terkena TB Paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan

seseorang yang menghisap rokok > 10 tahun memiliki risiko 2,96 kali

terkena TB Paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian besar dari responden yang

memiliki Indeks Brinkman <600 adalah bukan perokok dan

berkemungkinan berstatus sebagai perokok pasif. Selain perokok aktif,

Page 80: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

64

perokok pasif juga merupakan faktor yang juga berperan dalam

perkembangan penyakit TB Paru. Menurut Leung, et al (2010), sama

halnya dengan perokok aktif, paparan pasif asap tembakau dalam rumah

tangga juga merupakan predisposisi perkembangan TB. Janson (2004)

mengatakan bahwa merokok secara pasif merupakan faktor risiko yang

umum, penting dan dihindari untuk keluhan pernafasan pada anak-anak

dan orang dewasa. Mengurangi merokok secara pasif di masyarakat akan

memberikan efek positif yang besar terhadap kesehatan pernapasan. Oleh

karena itu, pengendalian tembakau harus ada dalam program TB nasional.

6.3.4 Kebiasaan Membuka Jendela

Hasil analisa tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa

penderita TB Paru yang tidak memiliki kebiasaan membuka jendela lebih

banyak dibandingkan dengan penderita TB Paru yang memiliki kebiasaan

membuka jendela. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa

responden tidak memiliki kebiasaan jendela mempunyai dikarenakan

beberapa alasan seperti, hampir setiap hari rumah yang mereka tempati

ditinggal pergi bekerja sehingga rumah dalam keadaan kosong, khawatir

debu dan bau masuk kedalam rumah, serta terdapat barang yang menutupi

bagian depan jendela sehingga jendela tidak bisa dibuka.

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

kebiasaan membuka jendela dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian (Musadad,

2006) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan

Page 81: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

65

membuka jendela dengan kejadian TB paru (p value 0,472). Hasil

penelitian lain yang dilakukan Ruswanto (2010) menyebutkan bahwa

keberadaan jendela di dalam rumah bukan merupakan faktor risiko namun

faktor protektif kejadian tuberkulosis. Keadaan jendela yang tertutup

justru dapat memberikan perlindungan terhadap kuman tuberkulosis yang

masuk ke dalam rumah melalui udara.

Secara teori, jendela berfungsi penting untuk memperoleh cahaya

yang cukup pada siang hari, yang mana cahaya tersebut berguna untuk

membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian Wulandari, et al (2015) yang menyebutkan bahwa

kebiasaan tidak membuka jendela berhubungan dengan kejadian TB Paru

(p-value 0,033). Penelitian yang dilakukan oleh Azhar dan Perwitasari

(2013) juga menyebutkan bahwa tidak membuka jendela kamar tidur

setiap hari berisiko terinfeksi TB Paru sebesar 1,36 kali. Selain itu, hasil

penelitian Khaliq, et al (2015) juga menyebutkan bahwa kondisi ventilasi

yang buruk merupakan faktor risiko peningkatan infeksi TB.

Kebiasaan tidak membuka jendela membuat udara tidak mengalir

secara bebas sehingga ruangan menjadi lembab. Persyaratan kelembaban

yang baik untuk ruangan adalah 40-70%. Kondisi ruangan yang lembab

dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. Namun pada penelitian ini

menunjukkan hasil yang berbeda. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena

kebiasaan membuka jendela tidak berpengaruh besar terhadap kejadian TB

Paru. Beberapa responden mengaku meskipun tidak memiliki kebiasaan

Page 82: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

66

membuka jendela namun selalu membuka pintu setiap hari. Sehingga

pertukaran udara terjadi melalui pintu dibantu dengan lubang angin

(ventilasi permanen) rumah responden. Chandra (2006) mengatakan udara

dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu terbuka. Dengan demikian

cahaya matahari dan proses pertukaran udara dapat masuk melalui pintu

responden yang terbuka. Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah

dapat mengurangi pertumbuhan kuman tuberkulosis karena sinar matahari

mampu merusak struktur materi genetik kuman/bakteri (Setiowati dan

Furqonita, 2007). Selanjutnya petukaran udara yang baik mampu

membawa kuman tuberkulosis keluar rumah melalui udara. Keadaan

tersebut dapat mecegah penularan penyakit tuberkulosis.

Jadi, pada penelitian ini menunjukan bahwa pertukaran udara tidak

hanya melalui jendela saja namun kondisi pintu terbuka dan lubang angin

yang memenuhi syarat dapat membantu sebagai media penghawaan.

6.3.5 Kebiasaan Menjemur Kasur

Hasil analisa tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa

penderita TB Paru yang tidak memiliki kebiasaan menjemur kasur

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penderita TB Paru yang

memiliki kebiasaan menjemur kasur. Berdasarkan hasil wawancara hal

tersebut disebabkan karena alat tidur yang digunakan adalah springbed

sehingga sulit dan berat untuk dijemur, sebagian responden lain mengaku

menjemur kasur/bantal/guling sebulan sekali atau lebih, beberapa

Page 83: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

67

responden lain mengaku jarang sekali bahkan tidak pernah menjemur

kasur/bantal/guling.

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

kebiasaan menjemur kasur dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang. Kasur/bantal/guling merupakan alat tidur yang

secara rutin digunakan responden untuk beristirahat atau tidur. Ketika

responden batuk atau bersin, percikan dahak dapat menempel pada alat

tidur yang digunakan responden. Secara teori, sinar matahari atau suhu

udara yang panas dapat menyebabkan percikan dahak (droplet nuklei)

menguap. Menguapnya percikan dahak (droplet nuklei) ke udara, dibantu

dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang

terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Hal tersebut sesuai

dengan hasil penelitian Azhar dan Perwitasari (2013) di Provinsi DKI

Jakarta, Banten, dan Sulawesi Utara yang menyebutkan bahwa perilaku

tidak menjemur kasur berisiko 1,423 kali terinfeksi TB Paru.

Namun pada penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda, tidak

ada hubungan antara kebiasaan menjemur kasur dengan kejadian TB Paru.

Hal tersebut dapat dimungkinkan karena intensitas cahaya matahari dan

lama penjemuran kasur yang dilakukkan responden belum sesuai. Artinya

tidak semua responden menjemur kasur dibawah sinar matahari langsung

dengan lama penjemuran minimal lima menit.

Menurut Widoyono (2008) kuman tuberkulosis tahan selama 1-2

jam di udara, sedangkan ditempat yang lembab dan gelap kuman

Page 84: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

68

tuberkulosis dapat bertahan selama berbulan-bulan. Kuman tuberkulosis

tidak tahan terhadap sinar matahari dan aliran udara. Kuman tuberkulosis

akan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari (Kurniasari, et al., 2012).

Bakteri tuberkulosis juga akan mati pada pemanasan 100oC selama 5-10

menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit (Widoyono, 2008).

Jadi, kebiasaan menjemur kasur penting dilakukan dengan cahaya

matahari langsung dan lama penjemuran yang sesuai. Hal tersebut

dikarenakan sinar matahari dapat membantu membunuh kuman TB

sehingga penularan penyakit TB Paru dapat dicegah.

6.4 Faktor Lingkungan

6.4.1 Riwayat Kontak Serumah

Hasil analisa tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa

penderita TB Paru yang memiliki riwayat kontak serumah jumlahnya lebih

besar dibandingkan dengan penderita TB Paru yang tidak memiliki

riwayat kontak serumah. Keberadaan kontak serumah berperan penting

dalam proses penularan kepada anggota keluarga yang lain. Hal tersebut

diasumsikan karena penderita TB Paru lebih lama dan sering melakukan

kontak kepada anggota keluarga sehingga potensi penularan penyakit TB

Paru semakin meningkat.

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa ada hubungan antara

riwayat kontak serumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Mahpudin

dan Mahkota (2007) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara

Page 85: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

69

kontak serumah dengan kejadian TB Paru di Indonesia (p value 0,012).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriani (2013) juga menyebutkan

bahwa ada hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian Tuberkulosis

Paru (p value 0,001).

Kuman TB berada di udara ketika seseorang dengan penyakit

tuberkulosis paru batuk, bersin, berbicara, dan bernyanyi sehingga orang

terdekat dapat menghirup dan kemudian terinfeksi. Responden pada

penelitian ini adalah usia produktif (15-50 tahun), sehingga penyakit TB

Paru dapat mengurangi produktivitas seseorang dalam melakukkan

pekerjaan atau kegiatan lain. Selain kondisi fisik yang sedang sakit,

penderita TB Paru juga khawatir dapat menularkan penyakitnya ke orang

lain sehingga sebagian penderita TB Paru yang bekerja lebih memilih

untuk berhenti atau sementara tidak bekerja. Dengan demikian, penderita

TB Paru lebih sering berada dirumah dan berinteraksi dengan anggota

keluarga lain yang juga berada dirumah baik berbicara, bersin, atau bahkan

tidur sekamar dengan anggota keluarga lain. Keadaan seperti itu, sangat

berpotensi menularkan penyakit TB Paru kepada anggota keluarga lain

mengingat TB Paru menular melalui udara. Penelitian Guwatudde, et al

(2003) di Uganda menyebutkan bahwa kontak dengan penderita TB Paru

dengan intensitas lebih dari 18 jam berhubungan dengan kejadian TB

Paru.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

70

6.4.2 Kepadatan Hunian

Luas lantai bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni

agar tidak overload. Selain menyebabkan kurangnya oksigen, overload

juga bisa menyebabkan penularan penyakit infeksi (Suryo, 2010). Menurut

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:

403/KPTS/M/2002, persyaratan kepadatan hunian memenuhi syarat adalah

9 m2/orang. Kepadatan hunian dihitung dengan membagi luas bagunan

rumah dengan jumlah anggota keluarga.

Hasil analisa tabel silang menyebutkan bahwa jumlah penderita TB

Paru yang memiiki kepadatan hunian memenuhi syarat lebih banyak dari

pada penderita TB Paru yang memiiki kepadatan hunian tidak memenuhi

syarat. Hal tersebut menunjukan bahwa luas rumah responden masih

sebading dengan jumlah penghuninya sehingga kebutuhan oksigen

tercukupi.

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Hasil tersebut sejalan dengan peneliitian Mahpudin dan

Mahkota (2007) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara

kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di Indonesia (p value 0,78).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sejati dan Sofiana (2015)

mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan

kejadian tuberkulosis (p value 0,422). Selain itu hasil penelitian

Kurniasari, et al (2012) juga menyebutkan bahwa tidak ada hubungan

Page 87: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

71

antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru (p velue 1,000). Hasil

ini menunjukkan bahwa penyakit TB Paru tidak selalu disebabkan oleh

kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat.

Secara teori, kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses

penularan penyakit. Semakin padat, maka perpindahan penyakit,

khususnya penyakit melalui udara, akan semakin mudah dan cepat.

Menurut Achmadi (2008) semakin banyak manusia didalam ruangan,

kelembabannya semakin tinggi khususnya karena uap air baik dari

pernapasan maupun keringat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lanus, et al (2014) yang menyebutkan bahwa ada

hubungan bermakna antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di

kab Bangli (p value 0,015). Penelitian lain yang dilakukan oleh Ayomi, et

al (2012) juga menyebutkan bahwa ada hubungan bermakna antara

kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian TB Paru (p value = 0,004).

Namun pada penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda. Hal tersebut

dapat dimungkinkan karena terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh

sehingga meskipun telah memiliki kepadatan memuhi syarat, masih bisa

terkena penyakit TB Paru. Berdasarkan teori HAE (host, agent,

environmental), selain kondisi lingkungan juga terdapat faktor host dan

agent yang dapat mempengaruhi kejadian TB Paru. Faktor host yang dapat

mempengaruhi adalah kondisi imun dan juga kebiasaan hidup responden.

Sedangkan faktor agent yang mempengaruhi adalah keberadan kontak

serumah.

Page 88: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

72

Jadi, kepadatan hunian bukan faktor utama terhadap kejadian TB

Paru. Diperlukan kombinasi dari faktor lingkungan lain dan faktor

manusia yang baik untuk mencegah penularan penyakit TB Paru.

6.4.3 Luas Ventilasi

Hasil analisa tabel silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa

penderita TB Paru yang memiliki luas ventilasi memenuhi syarat

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki

luas ventilasi tidak memenuhi syarat. Hal tersebut menunjukan bahwa

pertukaran udara didalam rumah responden dapat terjadi secara baik.

Kondisi ventilasi dikatakan memenuhi syarat jika jumlahnya minimal 10%

dari luas lantai rumah.

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

luas ventilasi dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosiana (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara luas

ventilasi dengan kejadian TB Paru (p value 0,569). Penelitian lain yang

dilakukan oleh Mahpudin dan Mahkota (2007) juga menyebutkan bahwa

tidak ada hubungan antara ventilasi kamar dengan kejadian TB Paru (p

value 0,242).

Secara teori, ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, dengan

kata lain dapat membantu mengencerkan konsentrasi kuman TBC dan

kuman lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kurniasari, et al

(2012) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara luas ventilasi

Page 89: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

73

dengan kejadian TB Paru (p value 0,005). Penelitian lain yang dilakukan

oleh Wulandari (2012) juga menyebutkan bahwa ada hubungan antara luas

ventilasi ruang tamu dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Budiharjo, Semarang.

Namun pada penelitian ini menujukan hasil yang berbeda. Hal

tersebut dapat dipengaruhi karena meskipun responden memiliki luas

ventilasi memenuhi syarat namun tidak selalu dibuka setiap hari. Pada

penelitian ini, responden yang memiliki kebiasaan membuka jendela dan

memiliki ventilasi memenuhi syarat hanya 27,8%. Keadaan tersebut

mengakibatkan proses dilusi udara tidak terjadi dengan baik sehingga

kondisi ruangan menjadi lembab. Kondisi ruangan yang lembab

merupakan media pertumbuhan bakteri. Lygizos (2013) mengatakan

meningkatkan ventilasi alami dapat menurunkan risiko penularan TB

rumah tangga, namun perlu dikombinasikan dengan strategi lain untuk

meningkatkan upaya pengendalian TB.

Jadi, luas ventilasi yang memenuhi syarat penting untuk

mengurangi pertumbuhan bakteri. Namun perlu dikombinasikan dengan

kebiasaan membuka jendela serta faktor-faktor lain yang berpengaruh

seperti peningkatan status gizi dan mengurangi kontak dengan penderita

TB paru sebagai upaya mencegah penularan penyakit TB Paru

Page 90: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

74

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Berdasarkan karakteristik host diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan buruk (55,7%), berstatus perokok ringan (90,2%),

memiliki kebiasaan membuka jendela setiap hari (52,5%), dan tidak

memiliki kebiasaan menjemur kasur seminggu sekali (50,8%).

2. Berdasarkan karakteristik lingkungan diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak memiliki riwayat anggota keluarga sakit TB Paru

(55,7%), memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat (77,0%), dan

memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat (50,8%).

3. Tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan, merokok, kebiasaan

membuka jendela, dan kebiasaan menjemur kasur dengan kejadian TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016.

4. Ada hubungan signifikan antara riwayat kontak serumah dengan kejadian

TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016. Sedangkan

untuk variabel kepadatan hunian dan luas ventilasi diketahui tidak ada

hubungan signifikan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang tahun 2016.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

75

7.2 Saran

1. Puskesmas

a. Memberikan program penyuluhan kepada pasien dan juga keluarga

pasien TB Paru dengan tujuan mengurangi penularan TB Paru yang

berasal dari riwayat kontak serumah.

2. Masyarakat

a. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta memperhatikkan

aspek lingkungan yang merupakan faktor penyebab TB Paru.

b. Meningkatkan kewaspadaan apabila mempunyai gejala TB Paru,

memiliki anggota keluarga yang sakit TB Paru dengan melakukan uji

sputum di pelayanan kesehatan terdekat.

3. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan meneliti menggunakan desain yang lebih

baik yaitu kasus kontrol.

Page 92: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

76

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. (2008). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press.

Ariyothai, N., Podhipak, A., Akarasewi, P., Tornee, S., Smithtiikarn, S., & Thongprathum,

P. (2004). Cigarette Smoking and Its Relation to Pulmonary Tuberculosis in

Adults. Southeast Asian J Trop Med Public Health, Vol 35(1):219-227.

Asih, N. Y., & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.

Ayomi, A. C., Setiani, O., & Joko, T. (2012). Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dan

Karakteristik Wilayah Sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru

di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal

Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol 11(1):1-8.

Azhar, K., & Perwitasari, D. (2013). Kondisi Fisik Rumah dan Perilaku dengan Prevalensi

TB Paru di Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Sulawesi. Media Litbangkes, Vol

23(4):172-181.

Budiarto , E., & Anggraeni , D. (2003). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC.

Budiarto, E. (2001). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC.

CDC. (2012, 13 Maret). Basic TB Facts. Dipetik 5 Januari, 2016, dari Central of Disease

and Control Prevention.

CDC. (2014, 30 September). CDC's Role in Global Tuberculosis Control. Dipetik 1 Januari,

2016, dari Central of Disease and Control Prevention.

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Cigielski, J. P., Arab, L., & Hauntley, J. C. (2012). Nutritional Risk Factors For Tuberculosis

Among Adults in United States, 1971-1992. American Journal of Epidemiology,

Vol 176(5):409-422.

Crofton, J., Horne, N., & Miller, F. (2002). Tuberkulosis Klinis. Dalam M. Harun , E.

Sutiono, T. Citraningtyas, P. Cho, & A. N. Abidin, Tuberkulosis Klinis. Jakarta:

Widya Medika.

Dinkes Banten. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Banten 2012. Dinas Kesehatan Provinsi

Banten.

Page 93: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

77

Dinkes Tangsel. (2015). Laporan Bulanan (LB3). Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan.

Fatimah , S. (2008). Faktor-Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB

Paru di Kabupaten Cilacap (Kecamatan: Sidareja, Cipari, Kedaungreja,

Patimunan, Gandrungmangu, Bantasari) Tahun 2008. Tesis, Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro.

Fitriani, E. (2013). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru.

Unnes Journal of Public Health, Vol 2(1):1-6.

Guwatudde, D., Nakakeeto, M., Jones-Lopez, E., Maganda, A., Chiunda, A., Mugerwa, R.,

et al. (2003). Tuberculosis in Household Contacts of Infectious Cases in Kumpala,

Uganda. American Journal of Epidemiology, Vol 158(9):887-898.

Herijuliati, E., Indriani, T. S., & Artini, S. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.

Hill, P. C., Sillah, D. J., Donkor , S. A., Otu, J., Adegbola, R. A., & Lienhardt, C. (2006). Risk

Factors for Pulmonary Tuberculosis: A Clinic-Based Case Control Study in The

Gambia. BMC Public Health, Vol 6(156):1-7.

Janson, C. (2004). The Effect of Passive Smoking on Respiratory Health in Children and

Adults. The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, Vol

85(4):510-516.

Jekel, F. J., Katz, D. L., Elmore, J. G., & Wild, D. M. (2007). Epidemiology, Biostatistics, and

Preventive Medicine (third ed.). United States of America: Elsevier.

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Kementerian Kesehatan RI.

Khaliq A, IH, K., MW, A., & MN, C. (2015). Environmental Risk Factors and Social

Determinants of Pulmonary Tuberculosis in Pakistan. Epidemiology (sunnyvale),

Vol 5:(3):1-9.

Kolappan, C., & Gopi, P. G. (2002). Tobacco Smoking and Pulmonary Tuberculosis.

Tuberculosis Research Centre, India, Vol 57:964-966.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

78

Kume, A., Kume, T., Masuda , K., Shibuya, F., & Yamazaki, H. (2009). Dose-dependent

Effect of Cigarette Smoke on Blood Biomarkers in Healthy Japanese Volunteers:

Observations from Smoking and Non-smoking. Journal of Health Science, Vol

55(2):259-264.

Kunoli, F. J. (2013). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular: Untuk Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: TIM.

Kurniasari, R. S., Suhartono, & Cahyo, K. (2012). Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru

di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Media Kesehatan Masyarakat

Indonesia, Vol 11(2):198-204.

Lanus, I. N., Suyasa, I. N., & Sujaya, I. N. (2014). Hubungan Antara Sanitasi Rumah

dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten Bangli Tahun 2012. Jurnal Kesehatan

Lingkungan, Vol 4(2):146-151.

Leung, C. C., Lam, T. H., Ho, K. S., Yew, W. W., Tam, C. M., Chan, W. M., et al. (2010).

Passive Smoking and Tuberculosis. Arch Intern Med, Vol 170(3):287-293.

Lienhardt, C., Fielding, K., Sillah, J., Bah , B., Gustafson, P., Warndorff, D., et al. (2005).

Investigation of the Risk Factors for Tuberculosis: A Case-control Study in Three

Countries in West Africa . International Journal of Epidemiology, (34) 914-927.

Lygizos, M., Shenoi, S. V., Brooks, R. P., Bhushan, A., Brust, J. C., Zelterman, D., et al.

(2013). Natural Ventilation Reduces High TB Transmission Risk in Traditional

Homes in Rural KwaZulu-Natal, South Africa. BMC Infectious Diseases, Vol

13(300):1-8.

Mahpudin, A., & Mahkota, R. (2007). Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Respon Biologis

dan Kejadian TBC Paru di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol

1(4):147-153.

Mandal, B. K., Wilkins, E. G., Dunbar, E. M., & Mayon-White, R. T. (2008). Lecture Notes:

Penyakit Infeksi (6th Ed), Alih Bahasa oleh Juwalita Surapsari. Jakarta: Erlangga.

Musadad, A. (2006). Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dengan Penularan TB Paru

Kontak Serumah. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol 5:(3):486-496.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nelson, K. E., Williams , C. M., & Graham, N. M. (2005). Infectious Disease Epidemiology:

theory and practice. Boston: Jones and Bartlett Publisher.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

79

NIAID. (2012, 5 Maret). Tuberculosis (TB) Cause. Dipetik 7 Mei, 2016, dari National

Institute of Allergy and Infectious Disease:

https://www.niaid.nih.gov/topics/tuberculosis/understanding/pages/cause.aspx

Nisa, H. (2007). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Noorkasiani, Heryati, & Ismail, R. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Notoatmojo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

PPTI. (2012, 8 Maret). Indonesia Darurat Tuberkulosis. Dipetik 18 April, 2016, dari

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.

Purba, J. (2005). pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rosiana, A. M. (2013). Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru. Unnes Journal of Public Health, Vol 2(1):1-8.

Ruswanto, B. (2010). Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau dari

Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah di Kabupaten Pekalongan. Tesis,

Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Sarwono, S. W. (1997). Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta:

Balai Pustaka.

Savicevic, A. J., Mulic, R., Ban, B., Kozul, K., Ivcek, L. B., Valic, J., et al. (2013). Risk Factors

for Pulmonary Tuberculosis in Croatia:A Matched Case-Control Study. BMC

Public Health, Vol 13(991):1-8.

Sejati , A., & Sofiana, L. (2015). Faktor-faktor Terjadinya Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, Vol 10:(2):122-128.

Setiarni, S. M., Sutomo, A. H., & Hariyono, W. (2011). Hubungan antara Tingkat

Pengetahuan, Status Ekonomi. dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru pada Orang Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Tuan-Tuan

Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Jurnal Kesmas UAD, 162-232.

Setiowati, T., & Furqonita, D. (2007). Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.

Simbolon, D. (2007). Faktor Risiko Tuberculosis Paru di Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 2(3):112-119.

Sulistyaningsih. (2011). Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suryo, J. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

80

Tulchinsky, T., & Varavikova, E. (2014). The New Public Health Third Edition. San Diego:

Elsevier,Academic Press.

Watanabe, N., Fukushima, M., Taniguchi, A., Okumura, T., Nomura, Y., Nishimura, F., et

al. (2011). Smoking, White Bood Cell Counts,and TNF System Activity in Japanese

Subjects with Normal Glucose Tolerance. BMC Journal, Vol 9(12):1-6.

Wenas, A. R., Kandou, G. D., & Rombot, D. V. (2015). Hubungan Perilaku dengan

Kejadian TB Paru di Desa Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.

Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, Vol 3:82-89.

WHO. (2013). Nutritional Care and Support for Patients with Tuberculosis. World Health

Organization.

WHO. (2015). Global Tuberculosis Report 2015. World Health Organization.

WHO. (2015). HIV-Associated Tuberculosis. World Health Organization.

Widoyono. (2008). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Wijaya , A. A. (2012). Merokok dan Tuberkulosis. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Vol 8,18-

23.

Wulandari , A. A., Nurjazuli, & Adi, M. S. (2015). Faktor Risiko dan Potensi Penularan

Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia, 7-13.

Wulandari, S. (2012). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis

Paru. Unnes Journal of Public Health, Vol 1(1):41-44.

Page 97: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

81

LAMPIRAN

Page 98: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Informed Consent

Assalamualaikum wr.wb

Kami, mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan jurusan Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian

terkait dengan hubungan antara faktor host dan lingkungan dengan kejadian

TB Paru di Wiayah Kerja Puskesmas Pamulang.

Dalam penelitian ini bapak/ibu terpilih sebagai responden/partisipan

berdasarkan data puskesmas. Bapak/ibu diharapkan dapat memberikan informasi

dan bersedia dilakukan pengukuran terkait lingkungan rumah Bapak/Ibu.

Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan kami jaga kerahasiaannya. Jika Bapak/Ibu

bersedia dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah

disediakan. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr. wb

Jakarta, September 2016

(.....................................)

Page 99: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

A. Identitas Responden

A1 Nama Lengkap

A2 Tgl Pengisian

A3

Alamat : ..............................

No...........Rt..........Rw.............

Kelurahan...................

Kecamatan Pamulang

A4

Jenis Kelamin

1. Laki-Laki

2. Perempuan

A5 Pendidikan Terakhir

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Perguruan Tinggi

A6 Umur A7 Berat Badan .............Tinggi Badan ..............

B. Pengetahuan

B1 Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud penyakit Tubekulosis Paru?

1. Penyakit flu/batuk akibat minuman dingin/es

2. Penyakit batuk berdahak terkadang bercampur darah

3. Penyakit batuk-batuk akibat rokok

B2 Menurut bapak/ibu apa yang menjadi penyebab penyakit

Tuberkulosis?

1. Debu dan udara kotor

2. Bakteri/Kuman

3. Makanan

B3 Menurut bapak/ibu bagaimana gejala atau tanda terkena penyakit

tuberkulosis? (boleh pilih lebih dari satu)

1. Pusing dan mual

2. Batuk berdahak selama 3 minggu, nyeri dada dan sesak nafas

3. Demam dan meriang

4. Nafsu makan menurun dan berkeringat pada malam hari

5. Batuk dan gatal tenggorokan

Page 100: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

B4 Menurut bapak/ibu bagaimanakah cara penyakit Tuberkulosis Paru

dapat menular?

1. Melaui Makanan mengandung pengawet

2. Melalui Air yang kotor

3. Melalui Udara

B5 Menurut bapak/ibu, apakah dapat tertular penyakit Tuberkulosis Paru

jika tidur sekamar dengan penderita/pasien Tuberkulosis Paru?

1. Tidak

2. Ya

B6 Menurut bapak/ibu apakah sinar matahari yang masuk ke dalam

rumah dapat mencegah timbulnya penyakit tuberkulosis?

1. Tidak

2. Ya

B7 Menurut bapak/ibu bagaimana kondisi ventilasi rumah yang baik?

1. Harus ada disetiap ruangan

2. Minimal 10% dari luas lantai

3. Yang penting ada agar tidak pengap/bau

B8 Menurut bapak/ibu apakah imunisasi BCG dapat mencegah

terjadinya penyakit tuberkulosis?

1. Tidak

2. Ya

B9 Menurut bapak/ibu Tuberkulosis Paru dapat disembuhkan apabila?

1. Berobat ketika kambuh dan merasa sakit

2. Berobat secara rutin selama minimal 2 bulan

3. Berobat secara rutin selama minimal 6 bulan

B10 Menurut bapak/ibu, apakah minum obat Tuberkulosis Paru perlu

didampingi oleh kerabat/kader/yang lainnya?

1. Tidak, karena bisa diminum sendiri dan tidak akan lupa

2. Ya, agar diminum secara teratur

3. Tidak tahu

Page 101: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

C. Kebiasaan Merokok

C1 Apakah Bapak/Ibu Merokok? (Jika Tidak lanjut ke point D)

0. Tidak Merokok

1. Ya

C2 Sejak usia berapa Bapak/Ibu merokok

........................

C3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu Merokok?

........................ (tahun)

C4 Berapa batang jumlah rokok yang Bapak/Ibu konsumsi per hari?

..........................

D. Imunisasi BCG

D1 Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan imunisasi BCG (Observasi

tanda/bekas luka imunisasi di lengan)?

0. Tidak Pernah

1. Pernah

E. Kebiasaan Membuka Jendela

E1 Apakah jendela rumah bapak/ibu selalu dibuka pada siang hari?

0. Tidak

1. Kadang-kadang

2. Ya

F. Kebiasaan Menjemur Kasur

F1 Apakah bapak atau ibu memiliki kebiasaan menjemur

kasur/bantal/guling?

0. Tidak

1. Ya

F2 Intensitas menjemur kasur

0. Sebulan sekali

1. Dua minggu sekali

Page 102: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

2. Seminggu sekali

3. Lainnya.................. (sebutkan)

G. Riwayat Kontak

G1 Apakah bapak/ibu pernah memiliki anggota keluarga yang menderita

penyakit Tuberkulosis Paru?

0. Ya

1. Tidak

H. Kepadatan Hunian

H1 Luas Rumah ..............m2

Jumlah Penghuni ..........orang

I. Luas Ventilasi

I1 Luas Lantai rumah ................m2

Luas Ventilasi rumah..............m2

Page 103: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Pengetahuan

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 TOTB

B1 Pearson Correlation 1 .257 .277 .117 .592** .505

** .196 .208 -.122 -.145 .627

**

Sig. (2-tailed) .171 .139 .539 .001 .004 .299 .270 .522 .443 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B2 Pearson Correlation .257 1 .233 .351 .167 -.056 .148 .085 -.141 .311 .485**

Sig. (2-tailed) .171 .216 .057 .378 .767 .434 .656 .456 .094 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B3 Pearson Correlation .277 .233 1 .162 .241 .383* .225 .158 .113 .165 .648

**

Sig. (2-tailed) .139 .216 .392 .199 .037 .232 .406 .554 .382 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B4 Pearson Correlation .117 .351 .162 1 .141 .055 .203 .327 -.050 .200 .442*

Sig. (2-tailed) .539 .057 .392 .457 .775 .281 .077 .795 .288 .015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B5 Pearson Correlation .592** .167 .241 .141 1 .585

** .146 .123 -.112 .075 .626

**

Sig. (2-tailed) .001 .378 .199 .457 .001 .441 .517 .556 .692 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

UJI VALIDITAS & RELIABILITAS

Page 104: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

B6 Pearson Correlation .505** -.056 .383

* .055 .585

** 1 .056 .306 .227 -.068 .620

**

Sig. (2-tailed) .004 .767 .037 .775 .001 .767 .101 .227 .721 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B7 Pearson Correlation .196 .148 .225 .203 .146 .056 1 .056 -.244 .380* .473

**

Sig. (2-tailed) .299 .434 .232 .281 .441 .767 .767 .194 .038 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B8 Pearson Correlation .208 .085 .158 .327 .123 .306 .056 1 .227 .102 .499**

Sig. (2-tailed) .270 .656 .406 .077 .517 .101 .767 .227 .591 .005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B9 Pearson Correlation -.122 -.141 .113 -.050 -.112 .227 -.244 .227 1 -.093 .058

Sig. (2-tailed) .522 .456 .554 .795 .556 .227 .194 .227 .626 .760

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

B10 Pearson Correlation -.145 .311 .165 .200 .075 -.068 .380* .102 -.093 1 .380

*

Sig. (2-tailed) .443 .094 .382 .288 .692 .721 .038 .591 .626 .038

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

TOTB Pearson Correlation .627** .485

** .648

** .442

* .626

** .620

** .473

** .499

** .058 .380

* 1

Sig. (2-tailed) .000 .007 .000 .015 .000 .000 .008 .005 .760 .038

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 105: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.674 10

Usia * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Usia 15-55 th Count 25 23 48

% within K_TBParu 89.3% 69.7% 78.7%

>55 th Count 3 10 13

% within K_TBParu 10.7% 30.3% 21.3%

Total Count 28 33 61

% within K_TBParu 100.0% 100.0% 100.0%

JK * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

JK Laki-laki Count 17 15 32

% within K_TBParu 60.7% 45.5% 52.5%

Perempuan Count 11 18 29

% within K_TBParu 39.3% 54.5% 47.5%

Total Count 28 33 61

% within K_TBParu 100.0% 100.0% 100.0%

Page 106: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

ANALISIS UNIVARIAT

1. Kejadian TB Paru

Statistics

K_TBParu

N Valid 61

Missing 0

K_TBParu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TB Paru 28 45.9 45.9 45.9

Bukan TB Paru 33 54.1 54.1 100.0

Total 61 100.0 100.0

2. Pengetahuan

Descriptives

Statistic Std. Error

Ptahuan Mean 6.02 .293

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.43

Upper Bound 6.60

5% Trimmed Mean 6.11

Median 6.00

Variance 5.250

Std. Deviation 2.291

Minimum 0

Maximum 10

Range 10

Interquartile Range 3

Skewness -.528 .306

Kurtosis -.050 .604

Page 107: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pngthn2 .135 61 .008 .951 61 .016

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics

Pengetahuan

N Valid 61

Missing 0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 25 41.0 41.0 41.0

Baik 36 59.0 59.0 100.0

Total 61 100.0 100.0

3. Merokok

Statistics

Merokok

N Valid 61

Missing 0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perokok Berat 6 9.8 9.8 9.8

Perokok Ringan 55 90.2 90.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

Page 108: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

4. Kebiasaan Membuka Jendela

Statistics

Buka_Jendela

N Valid 61

Missing 0

Buka_Jendela

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 29 47.5 47.5 47.5

Ya 32 52.5 52.5 100.0

Total 61 100.0 100.0

5. Kebiasaan Menjemur Kasur

Statistics

Jemur_Kasur

N Valid 61

Missing 0

Jemur_Kasur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 31 50.8 50.8 50.8

Ya 30 49.2 49.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

6. Riwayat Kontak Serumah

Statistics

Riw_Kontak

N Valid 61

Missing 0

Page 109: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Riw_Kontak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ada 27 44.3 44.3 44.3

Tidak Ada 34 55.7 55.7 100.0

Total 61 100.0 100.0

7. Kepadatan Hunian

Statistics

Kepadatan

N Valid 61

Missing 0

Kepadatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 14 23.0 23.0 23.0

Memenuhi Syarat 47 77.0 77.0 100.0

Total 61 100.0 100.0

8. Luas Ventilasi

Statistics

L_Ventilasi

N Valid 61

Missing 0

L_Ventilasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Memenihi Syarat 31 50.8 50.8 50.8

Memenuhi Syarat 30 49.2 49.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

Page 110: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

ANALISIS BIVARIAT

1. TB Paru dan Pengetahuan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Pengetahuan * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Pengetahuan Buruk Count 9 16 25

% within Pengetahuan 36.0% 64.0% 100.0%

Baik Count 19 17 36

% within Pengetahuan 52.8% 47.2% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within Pengetahuan 45.9% 54.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.673a 1 .196

Continuity Correctionb 1.065 1 .302

Likelihood Ratio 1.687 1 .194

Fisher's Exact Test .296 .151

Linear-by-Linear Association 1.645 1 .200

N of Valid Casesb 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,48.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 111: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan

(Buruk / Baik) .503 .177 1.433

For cohort K_TBParu = TB

Paru .682 .372 1.252

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru 1.355 .861 2.133

N of Valid Cases 61

2. TB Paru dan Merokok

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Merokok * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Merokok * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Merokok Perokok Berat Count 3 3 6

% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%

Perokok Ringan Count 25 30 55

% within Merokok 45.5% 54.5% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within Merokok 45.9% 54.1% 100.0%

Page 112: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .045a 1 .832

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .045 1 .832

Fisher's Exact Test 1.000 .582

Linear-by-Linear Association .044 1 .833

N of Valid Casesb 61

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,75.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Merokok

(Perokok Berat / Perokok

Ringan)

1.200 .222 6.478

For cohort K_TBParu = TB

Paru 1.100 .470 2.576

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru .917 .397 2.114

N of Valid Cases 61

3. TB Paru dan Kebiasaan membuka jendela

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Buka_Jendela * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Page 113: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Buka_Jendela * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Buka_Jendela Tidak Count 16 13 29

% within Buka_Jendela 55.2% 44.8% 100.0%

Ya Count 12 20 32

% within Buka_Jendela 37.5% 62.5% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within Buka_Jendela 45.9% 54.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.913a 1 .167

Continuity Correctionb 1.268 1 .260

Likelihood Ratio 1.922 1 .166

Fisher's Exact Test .204 .130

Linear-by-Linear Association 1.882 1 .170

N of Valid Casesb 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,31.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Buka_Jendela (Tidak / Ya) 2.051 .737 5.709

For cohort K_TBParu = TB

Paru 1.471 .845 2.562

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru .717 .442 1.165

N of Valid Cases 61

Page 114: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

4. TB Paru dan Kebiasaan Menjemur Kasur

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jemur_Kasur * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Jemur_Kasur * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Jemur_Kasur Tidak Count 18 13 31

% within Jemur_Kasur 58.1% 41.9% 100.0%

Ya Count 10 20 30

% within Jemur_Kasur 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within Jemur_Kasur 45.9% 54.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.755a 1 .053

Continuity Correctionb 2.825 1 .093

Likelihood Ratio 3.798 1 .051

Fisher's Exact Test .073 .046

Linear-by-Linear Association 3.694 1 .055

N of Valid Casesb 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,77.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 115: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jemur_Kasur

(Tidak / Ya) 2.769 .977 7.848

For cohort K_TBParu = TB

Paru 1.742 .968 3.136

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru .629 .387 1.022

N of Valid Cases 61

5. TB Paru dan Riwayat Kontak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riw_Kontak * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Riw_Kontak * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Riw_Kontak Ada Count 17 10 27

% within Riw_Kontak 63.0% 37.0% 100.0%

Tidak Ada Count 11 23 34

% within Riw_Kontak 32.4% 67.6% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within Riw_Kontak 45.9% 54.1% 100.0%

Page 116: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.678a 1 .017

Continuity Correctionb 4.513 1 .034

Likelihood Ratio 5.753 1 .016

Fisher's Exact Test .022 .016

Linear-by-Linear Association 5.585 1 .018

N of Valid Casesb 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,39.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riw_Kontak

(Ada / Tidak Ada) 3.555 1.230 10.273

For cohort K_TBParu = TB

Paru 1.946 1.105 3.426

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru .548 .318 .943

N of Valid Cases 61

6. TB Paru dan Kepadatan hunian

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kepadatan * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

Page 117: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Kepadatan * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

Kepadatan Tidak Memenuhi Syarat Count 6 8 14

% within Kepadatan 42.9% 57.1% 100.0%

Memenuhi Syarat Count 22 25 47

% within Kepadatan 46.8% 53.2% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within Kepadatan 45.9% 54.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .068a 1 .795

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .068 1 .794

Fisher's Exact Test 1.000 .520

Linear-by-Linear Association .067 1 .796

N of Valid Casesb 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,43.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kepadatan

(Tidak Memenuhi Syarat /

Memenuhi Syarat)

.852 .256 2.840

For cohort K_TBParu = TB

Paru .916 .465 1.802

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru 1.074 .634 1.820

N of Valid Cases 61

Page 118: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

7. TB Paru dan Luas Ventilasi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

L_Ventilasi * K_TBParu 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%

L_Ventilasi * K_TBParu Crosstabulation

K_TBParu

Total TB Paru Bukan TB Paru

L_Ventilasi Tidak Memenihi Syarat Count 14 17 31

% within L_Ventilasi 45.2% 54.8% 100.0%

Memenuhi Syarat Count 14 16 30

% within L_Ventilasi 46.7% 53.3% 100.0%

Total Count 28 33 61

% within L_Ventilasi 45.9% 54.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .014a 1 .906

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .014 1 .906

Fisher's Exact Test 1.000 .555

Linear-by-Linear Association .014 1 .907

N of Valid Casesb 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,77.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 119: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for L_Ventilasi

(Tidak Memenihi Syarat /

Memenuhi Syarat)

.941 .344 2.577

For cohort K_TBParu = TB

Paru .968 .561 1.669

For cohort K_TBParu =

Bukan TB Paru 1.028 .647 1.633

N of Valid Cases 61

Page 120: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

FRAME SAMPLING

NO NAMA ALAMAT KET UMUR JK 1 Imas Jl Pajajaran no 20 02/02 P.Barat TS 40 P

2 Ruhyat Jl waru II rt 02/03 P.Barat TS 23 P

3 Nuridah Jl Waru II 02/03 P.Barat TS 47 P

4 Hindra P.Barat 02/03 TS 38 L

5 M Sholikan P.Barat 02/03 TS 30 L

6 Hermawan P.Barat jl swadaya 02/05 S 42 L

7 Fikri P.Barat Jl Waru II 03/03 TS 32 L

8 Eka Jl Waru II 03/03 P.Barat TS 26 P

9 Hamdani jl Sujun 03/05 PB S 48 L

10 Syahela P Permai I E75/30 rt 04/4 Pamulang Barat TS 73 L

11 Agus P.Barat 01/04 S 46 L

12 Maesunah P.Barat 01/04 S 24 P

13 Hasni P.Barat 01/04 TS 61 L

14 Nurhayati P.Barat Jl mede I 02/04 TS 41 P

15 Ismawati jl waru I rt 03/04 pamulang barat S 28 P

16 Limaria P.Barat 04/04 S 26 P

17 Tafsirudin P.Barat 07/04 no 8 TS 61 L

18 Yuniarsih PB 01/05 S 68 P

19 Nana Jl Ketapang 06/05 P.Barat TS 41 L

20 Suhaeri Jl reni jaya 07/05 S 44 L

21 Agung P.Barat 07/05 S 36 L

22 Ahmad Gunawan Jl Ketapang 07/05 P.Barat TS 44 L

23 Amsar gg mandor 01/06 PB TS 45 L

24 Heri 01/06 PB TS 48 L

25 Elfrinda Reni jaya 01/06 P.Barat S 39 P

26 Sugiman P.Barat 01/06 S 46 L

27 Siti Jl Surya Kencana 01/06 P.Barat TS 43 P

28 Hayati P.Barat 01/06 TS 40 P

29 Ayu Irianih P.Barat Jl.Kemuning 02/06 TS 26 P

30 Fauzi Jl Kemuning 02/06 P.Barat S 16 L

31 Ayu P.Barat Jl Kemuning 02/06 TS 21 P

32 Iis P.Barat 04/06 TS 40 P

33 Mariam Jl Surya Kencana 03/06 P.Barat TS 45 P

34 Hernawati Jl Kemuning IV 05/06 P.Barat TS 43 P

35 Winarti P.Barat 02/07 S 41 P

36 Slamet P.Barat 03/07 TS 33 L

37 Zuhdi Suprianto jl beringin 1 no 59 rt 03/07 pamulang barat S 31 L

38 Salimun Jl Beringin 03/07 S 22 L

Page 121: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

NO NAMA ALAMAT KET UMUR JK 39 Rusdia Pamulang Barat 05/07 TS 39 P

40 Irasari P.Barat 01/08 S 35 P

41 Bagus P Barat 01/08 TS 25 L

42 Siti Jubaidah Pamulang Barat Jl Vila Dago 01/08 TS 45 P

43 Abdul Ramat P.Barat 02/08 S 57 L

44 Bakir A P.Barat 02/08 S 52 L

45 Imam S P.Barat 03/08 TS 24 L

46 Nati P.Barat Jl Alam Segar 03/08 S 56 P

47 Nanang P.Barat 04/08 S 42 L

48 Sergi Jl Pamulang Barat 04/08 S 20 L

49 Tuminah alam segar 2 rt04/08 pamulang barat S 44 P

50 Asep Reni Jaya Jl Kemiri blok AD 8/12 P.Barat S 32 L

51 Khomson P.Barat 01/12 TS 38 P

52 Parulian P. Barat 03/12 TS 42 L

53 Rita P.Permai 04/15 Pamulang Barat TS 59 P

54 Ridho P.Barat Jl Pamulang V 05/15 atau PP blok

B14/16 S 15 L

55 Eklas P.Barat 03/15 TS 47 L

56 Hartini P.Barat 06/16 TS 52 L

57 Riha P.Barat 01/17 TS 42 P

58 Mariani P.Barat 07/17 TS 57 P

59 Rahma Reni Jaya B. 9/17 P.Barat TS 69 P

60 Vina gg anggrek 02/18 P.Barat TS 21 P

61 Suwarsih Reni Jaya 05/20 P.Barat TS 62 P

62 Zenita Reni jaya 06/20 P.Barat TS 48 P

63 Ardi Reni Jaya B AG 3 no 23 rt 04/21 P.Barat TS 31 L

64 Nifdi Jl Lembah Pinus B3 no 8 P.Barat 05/24 TS 15 L

65 Suryani Jl Puri Pamulang 01/025 P.Barat TS 42 P

66 Clara P.Barat 01/25 S 20 P

67 Oos P.Barat 01/01 TS 23 P

68 Tati Pamulang permai blok A1/6 S 51 P

69 Iwan P.Barat Jl Kemuning 3 TS 30 L

70 Tuti Pamulang Permai I 24/22 TS 62 P

71 Dita Reni Jaya AH 7/2 S 20 P

72 Wakini Pamulang Permai blox i no 13 S 64 P

73 Budiman P.Permai I blok B no 7 TS 60 L

74 Nanda Suci Elkasa jl talas II PCI 01/01 S 20 P

75 nurhayati jl talas II PCI 01/01 TS 36 P

76 Ramdoni Jl Talas II 02/01 PCI TS 48 L

77 Ulin Jl Talas III 02/01 no 15 PCI TS 30 P

Page 122: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

NO NAMA ALAMAT KET UMUR JK 78 Amin PCI 03/01 TS 52 L

79 syahril jl talas II rt 03/01 PCI S 47 L

80 Suyono Jl Talas IV PCI 06/01 TS 48 L

81 Eeu Jl Talas IV PCI 06/01 TS 46 P

82 Mubait jl lombok 06/01 TS 54 L

83 Ema PCI 02/02 S 21 P

84 Nurhayati PCI 02/02 S 39 P

85 Tati PCI 03/02 TS 54 P

86 Mukajar PCI 03/02 TS 47 L

87 Rumaidan PCI 01/03 TS 64 L

88 Siti PCI 02/03 TS 49 L

89 Hardani Jl Selada I 04/03 PCI TS 60 P

90 Tinem PCI 05/03 TS 52 P

91 Nimah PCI 05/03 TS 55 P

92 Marmin PCI 06/03 TS 70 L

93 Aisah PCI 01/04 TS 17 P

94 Yuyun jl trubus II 01/04 PCI S 50 P

95 Anita PCI 02/04 S 26 P

96 Susilo Ego Penatas jl trubus I PCI 03/04 TS 29 l

97 Titi PCI 03/04 TS 36 P

98 Didin Zainal jl cabe 1 rt 04/04 PCI S 47 L

99 Bambang Haryono jl trubus II 04/04 PCI S 27 L

100 Ranih PCI 04/04 TS 50 P

101 Syarip Jl Kentang 04/04 PCI TS 42 L

102 Titin PCI 02/05 TS 46 P

103 Maryori PCI 03/05 TS 59 L

104 Wukayat PCI 03/5 2I S 37 L

105 Subur PCI 03/05 TS 38 L

106 Zein Jl Sawi 03/05 PCI S 38 L

107 Suhartomo Jl Sawi 03/05 PCI TS 26 L

108 Ahmad PCI rt 05/05 TS 34 L

109 Minan PCI 06/05 TS 75 L

110 Hardri PCI Jl Cabe IV 01/06 TS 28 L

111 Rizkia Ilham PCI 01/06 S 24 L

112 Muhaimin PCI 03/07 S 68 L

113 Farida PCI 03/09 TS 43 P

114 Aan Jl Talas V 03/09 PCI S 33 P

115 M.Yasin jl talas 1 PCI 01/10 S 50 L

116 Sayan PCI rt 04/11 S 69 L

117 Karsinah PCI Jl Cabe Ilir 06/11 TS 35 P

Page 123: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

NO NAMA ALAMAT KET UMUR JK 118 Hermansyah Jl Kubu IV PCI TS 18 L

119 Dul PCU 03/01 TS 50 L

120 Himari jl Kayu Putih 04/01 PCU TS 27 L

121 Olis PCU 04/01 TS 29 P

122 Arjo PCU 06/01 TS 66 L

123 Lilis PCU 06/01 TS 36 P

124 Daryanto PCU 06/01 S 76 L

125 Suherma PCU 01/02 TS 33 L

126 Herman Setiawan PCU 01/02 TS 60 L

127 Sawiyah PCU 01/02 TS 52 P

128 Muhammad Zen PCU 02/02 no 31 S 38 L

129 Rusminah PCU 02/02 TS 58 P

130 Indah PCU 02/02 TS 52 P

131 Ramalih PCU 09/02 TS 43 P

132 Linan jl kemiri 8 rt 01/04 PCU S 35 L

133 Suwarno PCU 05/04 TS 62 L

134 Nurami PCU 01/05 S 51 L

135 Atikah PCU 03/05 TS 55 P

136 Acip PCU 03/05 TS 59 L

137 Sukeri PCU 04/05 TS 66 L

138 Narawi PCU 04/05 TS 56 L

139 Lela Pratiwi PCU 07/05 S 23 P

140 Sri Kadaruati PCU 02/08 TS 70 P

141 Sutiyah PCU 01/09 S 43 P

142 Bella Kp Baru 02/10 PCU TS 21 P

143 Mudiyatun PCU Rt 02/10 TS 48 P

144 Pami PCU 03/10 TS 54 P

145 Prana PCU 03/10 S 24 L

146 Suryadi gg Puri 02/02 Pamulang Timur TS 39 L

147 Decky Jl Pinang 01/03 P.Timur S 23 L

148 Siti Warsah gg pinang P.Timur 01/03 S 36 P

149 Safitri Gg Pinang 02/03 P.Timur TS 30 P

150 Natan P.Timur 02/03 TS 48 L

151 Syahrul P.Timur 05/03 TS 20 L

152 Windarsih P.Timur 01/06 TS 47 P

153 Kusmanih P.Timur 05/07 TS 41 P

154 Darian P.Timur 03/08 Agsana TS 22 L

155 Mursali P.Timur 03/11 TS 59 P

156 Sarmanih P.Timur 3/14 TS 59 P

157 Mukhtar P.Timur 01/16 TS 48 L

Page 124: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34348/1/YUFA... · 2.1 Tuberkulosis Paru ... tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

NO NAMA ALAMAT KET UMUR JK 158 Najarudin jl akasia P.Timur 02/18 S 41 L

159 Gusnadi P.Timur 08/18 TS 40 L

160 Anang Jl Pinang 02/20 P.Timur TS 60 L

161 Nurali P.Timur 02/022 S 40 L

162 M. Aripin jl pinus asri A1/34 rt02/23 pamulang timur S 50 L

163 Sindauli P.Timur TS 73 P