Hubungan Antara Dukungan Emosional Teman Sebaya dengan
of 31/31
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET HOCKEY DI KABUPATEN KENDAL OLEH LILIS SUNDARI 80 2011 116 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Hubungan Antara Dukungan Emosional Teman Sebaya dengan
Text of Hubungan Antara Dukungan Emosional Teman Sebaya dengan
Hubungan Antara Dukungan Emosional Teman Sebaya dengan Motivasi
Berprestasi Pada Atlet Hockey di Kabupaten KendalDENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA ATLET HOCKEY DI
KABUPATEN KENDAL
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET HOCKEY DI
KABUPATEN KENDAL
Lilis Sundari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara dukungan
emosional teman sebaya dengan motivasi berprestasi pada atlet.
Sampel penelitian
adalah semua atlet hockey di Kabupaten Kendal yang berjumlah 90
orang. Teknik
pengumpulan sampel menggunakan sampling jenuh. Penelitian ini
menggunakan
metode penelitian kuantitatif yaitu dengan memakai kuesioner yang
terdiri dari 2 skala.
Skala yang digunakan adalah dukungan emosional teman sebaya (α =
0,838) dan skala
motivasi berprestasi (α = 0,763). Pada penelitian ini data yang
diperoleh dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment. Hasil
penelitian
menyatakan terdapat hubungan signifikan antara dukungan emosional
teman sebaya
dengan motivasi berprestasi atlet hockey sebesar r = 0,547 (p <
0,05). Sumbangan
efektif dukungan emosional teman sebaya dengan motivasi berprestasi
sebesar 29,9 %.
Dari hasil katorisasi, atlet hockey di Kabupaten Kendal mempunyai
motivasi berprestasi
yang sangat tinggi dan dukungan emosional teman sebaya yang
tinggi.
Kata Kunci : Dukungan emosional teman sebaya, motivasi
berprestasi
ii
Abstract
This Study is aimed to find out whether there is a relationship
between peer emotional
support with athlete’s achievement motivation. The sample of this
study is all Hockey
athletes in Kendal regency in amount of 90 athletes. Technique used
in sampling
collection is saturated sampling. The method of this study is
quatitative method which
using questionnaire consists of 2 scale. The scale used is peer
emotional support scale (α
= 0,838) and achievement motivation scale (α = 0,763). In this
study, the data has been
analyzed using Product Moment correlation analysis technique. The
result shows that
there is a significant relationship between peer emotional support
with athlete’s
achievement motivation happened to hockey’s athletes which is r =
0,547 (p < 0,05).
The effective contribution of peer emotional support with
achievement motivation is
29,9 %. From the result of categorization, hockey’s athletes at
Kendal regency have
very high achievement motivation and also high peer emotional
support.
Keyword : peer emotional support, achievement motivation
1
PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan berolahraga
sudah
mulai meningkat, karena dengan tubuh yang sehat maka aktivitas
dapat berjalan dengan
baik. Ada juga pribahasa yang mengatakan bahwa didalam tubuh yang
sehat terdapat
jiwa yang kuat. Hal ini juga didukung oleh Pemerintah yang
menjadikan tanggal 9
September sebagai Hari Olahraga Nasional (HAORNAS). Ada penelitian
yang
mengatakan bahwa dengan tubuh yang sehat maka aliran darah akan
lancar sehingga
otak akan bekerja secara maksimal. Aktifitas fisik dianjurkan
terhadap setiap orang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesegaran tubuh. Aktifitas
fisik berguna
untuk melancarkan peredaran darah dan membakar kalori dalam tubuh
(Hermansyah,
Citrakesumasari, Aminuddin 2012). Selain untuk menjaga kesehatan
dan kebugaran
tubuh, olahraga juga dilakukan dalam pertandingan untuk mencapai
prestasi tertentu.
Cabang olahraga yang dipertandingkan ada yang beregu ada pula yang
perorangan.
Salah satu olahraga beregu yang sekarang mulai berkembang adalah
hockey.
Hockey adalah olahraga permainan yang dilakukan oleh pria dan
wanita dengan
menggunakan alat pemukul (stick) dan bola. Bentuk permainannya
hampir sama dengan
sepak bola. Hockey ada tiga macam yaitu, Hockey lapangan (field
hockey), Hockey
ruangan (indoor hockey), Hockey es (ice hockey) tetapi di Indonesia
hockey es kurang
diminati karena faktor cuaca di Indonesia yang tidak ada musim
dingin jadi hockey
lapangan dan ruangan lebih diminati (Icha, 2013). Sejak PON ke II
tahun 1951 hockey
sudah dimasukkan dalam acara sebagai cabang olahraga yang
dipertandingkan dalam
Pekan Olahraga Nasional setiap empat tahun sekali. Federation
Hockey Indonesia (FHI)
sebagai induk organisasi hockey di Indonesia yang ingin memajukan
prestasi hockey di
Indonesia serta ingin mengenalkan permainan hockey kepada
masyarakat sehingga FHI
Indonesia.
Salah satu daerah yang mempunyai atlet hockey yang berprestasi
adalah
Kabupaten Kendal. Atletnya sudah menyumbangkan berbagai penghargaan
baik di
tingkat daerah maupun nasional yaitu, Juara 1 Senior Putra dan
Juara 3 Senior Putri.
Kebanyakan atlet hockey Kendal merupakan siswa-siswi SMA dan
mahasiswa. Seperti
yang kita ketahui ketika seorang atlet yang masih mempunyai
tanggung jawab di
bangku pendidikan maka mereka harus bisa membagi waktu untuk dua
peran yang
berbeda yaitu seorang siswa atau mahasiswa dan seorang atlet.
Kebanyakan atlet yang
mempunyai peran ganda seperti ini walaupun mempunyai prestasi yang
cukup baik di
lapangan tidak di dukung dengan prestasi yang bagus di bidang
akademiknya (Elita
2014) atau sebaliknya. Salah satu penyebabnya adalah motivasi
berprestasi yang
kurang. Ditambah lagi jika cabang olahraga yang di minati oleh
atlet adalah cabang
olahraga yang masih baru seperti hockey, masih banyak orang
menganggap remeh pada
cabang olahraga tersebut. Terlebih lagi di Indonesia dimana
kebanyakan orangtua lebih
mengutamakan terhadap prestasi akademik saja padahal prestasi di
non akademik juga
hal yang penting untuk menambah pengalaman, melatih anak untuk
sportif pada
pertandingan, memberikan rasa percaya diri dll.
Walaupun atlet-atlet hockey berhasil meraih berbagai macam
penghargaan
dalam berbagai kejuaraan namun masih ada beberapa masalah yang
sering timbul. Ada
kalanya atlet-atlet hockey Kendal ini tidak serius ketika melakukan
latihan atau sedikit
atlet yang datang saat latihan rutin, ada beberapa orang atlet yang
datang ketika
menjelang diadakannya sebuah kejuaraan. Motivasi yang dimiliki
atlet-atlet tersebut
sering naik turun sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil
akhirnya. Menurut Mc.
3
Clelland (dalam Elita, 2014) pada dasarnya setiap manusia mempunyai
kebutuhan untuk
berprestasi. Namun masalah yang dihadapi salah satunya adalah
motivasi berprestasi.
Salah satu karakteristik yang menentukan kesuksesan atlet adalah
tingginya kebutuhan
untuk berprestasi (Cox dalam Agus, 2012). Sedangkan menurut
Santrock (2003),
motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu
untuk mencapai
suatu standart kesuksesan. Banyak hal yang mempengaruhi motivasi
berprestasi seorang
atlet, contohnya kurang rasa bercaya diri, kejenuhan dan kurangnya
rasa mencintai tim
yang dibela (Rohsantika & Handayani, dalam Elita 2014).
Kurangnya rasa bercaya diri
mungkin bisa di alami oleh atlet hockey karena atlet yang
kemampuannya kurang akan
menjadi bahan candaan untuk anggota tim lainnya, tidak jarang atlet
yang merasa
kemampuannya masih kurang jika dibandingkan dengan teman-teman yang
lain lama
kelamaan tidak datang kemudian keluar dari tim. Sering juga terjadi
kesalahpahaman
antar anggota tim sehingga menimbulkan perselisihan.
Dalam masyarakat berbagai dukungan sosial yang diterima oleh atlet
akan
menghasilkan motivasi berprestasi yang beragam (Ariyanto, 2007).
Banyak atlet
mempunyai motivasi yang tinggi karena mempunyai dukungan sosial
yang baik tetapi
tidak sedikit yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi
karena dukungan yang
biasa saja. Johnson dan Johnson (1991) menekankan bahwa manfaat
dukungan sosial
yang berkaitan dengan prestasi (achievement) yaitu atlet akan tekun
dalam
menyelesaikan suatu pekerjaaan saat berada dalam kondisi yang
menekan dan memacu
atlet untuk mencapai keberhasilan dalam memecahkan masalah.
Penelitian lain
menunjukkan bahwa ada peran yang signifikan antara dukungan sosial
terhadap
motivasi berprestasi. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin
tinggi pula
motivasi berprestasinya atau sebaliknya (Anam, 2007).
4
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seperti self
esteem,
konsep diri, self efficacy dan yang paling penting adalah dukungan
sosial. Dukungan
sosial menjadi penting karena atlet membutuhkan bantuan untuk
mendorongnya
mencapai suatu prestasi tertentu. Dukungan sosial dapat berasal
dari orang-orang
penting yang dekat (significant others) misalnya orang tua, guru
dan teman-teman.
Dalam penelitian Thompson (2010) menyatakan bahwa berbagai jenis
dukungan sosial
yang diterima sangat bermanfaat bagi atlet. Rook (dalam Smet, 1994)
mendefinisikan
dukungan sosial sebagai salah satu fungsi pertalian sosial yang
menggambarkan tingkat
dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi
individu dari
konsekuensi stress. Dukungan sosial dapat di peroleh dari
orang-orang yang mempunyai
hubungan dekat dengan individu (atlet) seperti keluarga, teman,
pelatih atau anggota
organisasi namun menurut Rodin & Salovey (dalam Elita, 2014)
dukungan sosial yang
paling penting berasal dari teman.
Dukungan sosial mempunyai berbagai macam bentuk, menurut Sarafino
(2007)
bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu, dukungan emosional, dukungan
penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan.
Dari berbagai
macam bentuk dukungan sosial, dukungan emosional menjadi penting
untuk atlet.
Menurut Sarafino (1990) dukungan emosional menyediakan kenyamanan,
kepastian,
dimiliki dan dicintai pada saat orang tersebut mengalami stress.
Atlet akan mendapatkan
tekanan dari berbagai pihak, misalnya pelatih menetapkan standar
yang tinggi atau
mengalami kegagalan ketika bertanding, bisa juga teman yang kurang
mau memberikan
bantuan ketika atlet mendapatkan kesulitan.
Bantuan yang diberikan oleh orang lain (teman) berupa kemauan
untuk
mendengarkan keluhan, memberikan informasi atau nasihat merupakan
bentuk dari
5
meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka,
menunjukkan sikap
percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih
sayang dan
perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima merasa
berharga, nyaman,
aman, terjamin, dan disayangi.
Kerjasama dalam kelompok olahraga beregu sangat penting agar
prestasi dalam
tim tersebut dapat tercapai. Salah satu penelitian mengatakan bahwa
dukungan
emosional dari teman mempunyai pengaruh yang besar. Teman memberi
rasa senang
dan dukungan pada saat-saat tertekan (Kail dan Nelson dalam Elita,
2014). Selain orang
tua kebanyakan anak mempunyai teman dekat yang saling bertukar
cerita dan
memberikan dukungan.
Dalam olahraga beregu setiap atlet harus saling bekerjasama. Maka
ketika dalam
kelompok salah satu anggotanya mempunyai masalah dengan anggota
yang lain akan
sangat mempengaruhi penampilan dalam pertandingan. Saling mendukung
antar atlet
penting agar saling memahami satu dengan yang lain dan membantu
mencari solusi
ketika menghadapi masalah agar prestasi dapat dicapai dengan baik.
Dukungan
emosional teman sebaya dapat memunculkan perasaan mempunyai relasi
yang
mendalam sehingga ada kebersamaan dalam suatu kelompok kerja yang
pada akhirnya
dapat meningkatkan persahabatan, kehangatan, dan kedekatan secara
emosi. Namun ada
penelitian yang dilakukan James (Davidoff, 1991) mengemukakan bahwa
dukungan
keluarga dan dukungan guru (pihak sekolah) merupakan beberapa
faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Pernyataan lain
mengatakan bahwa
dalam bidang olahraga, orangtua juga berperan dalam motivasi atlet,
disamping saudara
ataupun teman (Arisanti &Wirawan dalam Elita, 2014).
6
dilakukan oleh Arianto (2007) tentang peran dukungan sosial
terhadap motivasi
berprestasi. Namun masih sedikit penelitian yang hanya mengambil
salah satu
dukungan dari sekian banyak sumber dukungan yang bisa diterima dan
masih sedikit
pula yang meneliti tentang bentuk dukungan emosional dalam konteks
atlet. Maka
peneliti ingin mengetahui hubungan antara dukungan emosional teman
sebaya dengan
motivasi berprestasi atlet hockey Di Kabupaten Kendal.
Motivasi Berprestasi
usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, mencapai kesuksesan,
mengatasi rintangan,
penampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan
penghargaan atas
bakatnya.
Mc Clelland (1987) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah
motif yang
mendorong individu untuk meraih sukses dan bertujuan untuk hasil
dalam kompetisi
dengan beberapa ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasinya
sendiri pada masa
lampau ataupun dengan orang lain (dalam Remalya, 2013). Gill (dalam
Gould &
Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi sebagai orientasi
individu untuk
berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan
penghargaan saat
mencapai prestasi. Keith & Nastron (1989) mendefinisikan
motivasi berprestasi sebagai
dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatasi hambatan
dalam mencapai
tujuan, sehingga individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
menunjukkan usaha
yang lebih besar dan ulet.
7
berikut :
a. Melakukan cara-cara baru dan kreatif, individu menyukai
pekerjaan yang
menuntut usaha dan kemampuannya, terutama pekerjaan yang
menuntut
pengembangan cara-cara baru yang kreatif.
b. Bertanggung jawab, individu memiliki rasa percaya diri dan
bertanggung
jawab atas kegiatan yang dibebankan kepadanya, serta hasil yang
nantinya
akan di peroleh dari perilakunya.
c. Mencari atau menggunakan umpan balik, individu mempunyai
keinginan
mengetahui hasil konkret dari usahanya sehingga dapat
memperbaiki
perilaku dan tidak mengulangi di masa yang akan datang.
d. Memilih taraf resiko moderat (sedang), individu mampu
memperhitungkan
resiko yang akan diterima dari pekerjaannya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi berprestasi
Menurut Suryabrata (2002) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi
berprestasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor non sosial
Faktor yang berada diluar lingkungan sosial yaitu suhu, udara,
cuaca, waktu
(pagi, sore ataupun malam), tempat dan sebagainya.
8
Faktor manusia (sesama manusia), baik ketika manusia itu hadir
secara
langsung maupun tidak langsung. Contohnya dukungan emosional yang
bisa
diberikan oleh orang-orang terdekat.
1. Faktor fisiologis
Keadaan fisik individu dalam keadaan sehat atau sakit (keadaan
jasmani)
2. Faktor psikologis
Dukungan Emosional Teman Sebaya
rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu
tersebut merasa nyaman,
dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti
memberikan perhatian
dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.
Dukungan emosional
menyediakan kenyamanan, kepastian, dimiliki dan dicintai pada saat
orang tersebut
mengalami stress.
menjadi dukungan yang penting karena dukungan emosional memberikan
kenyamanan
dan perasaan di cintai bagi orang yang mendapatkannya. Aspek-aspek
dukungan
emosional menurut Sarafino (2007) adalah sebagai berikut :
1. Empathy : Merasakan seperti apa yang dirasakan oleh orang lain
sehingga
seseorang seolah-olah juga mengalami hal yang sama seperti yang
dialaminya.
9
Rasa empati ini hanya ikut merasakan tanpa adanya tindak lanjut
yang dapat
meringankan beban.
2. Caring : Sikap dan tindakan menghargai apa yang dibutuhkan oleh
orang lain,
sikap ini merupakan tindakan langsung yang diberikan pada orang
yang sedang
mengalami gangguan.
3. Concern : Sikap positif untuk memfokuskan diri pada orang lain.
sikap ini di
tunjukkan hanya sebatas perhatian yang diberikan kepada yang
mengalaminya.
4. Positive Regard : Penghargaan positif yang berupa kehangatan,
penghargaan,
penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain. Sikap yang
ditunjukkan seperti
memberikan kasih sayang, cinta, pujian atau persetujuan dari orang
lain dan kecewa
jika mendapatkan celaan dan kurang mendapatkan kasih sayang.
5. Encouragement Toward The Person : Sikap yang mendorong
mengarahkan orang
lain agar lebih fokus dalam mencapai tujuannya sehingga orang yang
mendapatkan
gangguan merasa tertolong dan nyaman.
Hubungan Dukungan Emosional Teman Sebaya Dengan Motivasi
Berprestasi
Mc Clelland (dalam Elita, 2014) menyatakan bahwa pada dasarnya
setiap
manusia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi. Seperti atlet yang
menekuni cabang
olahraga tertentu pasti mempunyai keinginan untuk mencapai prestasi
tertentu atau
meraih kesuksesan. Ketika individu dapat meraih sesuatu maka
individu tersebut akan
merasa senang dan bangga ditambah jika mendapat pujian dari orang
lain.
Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk
meraih sukses
dan bertujuan untuk hasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran
keunggulan yang
dapat berupa prestasinya sendiri pada masa lampau ataupun dengan
orang lain (Mc
Clelland, 1987). Tinggi rendahnya prestasi seseorang dipengaruhi
oleh motivasi
10
berprestasi orang tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Rathee & Singh
(2011) bahwa motivasi berprestasi yang tinggi merupakan faktor
penting yang
membedakan tinggi rendahnya performance pemain dalam tim olahraga.
Dalam konteks
sebuah pertandingan beregu, seorang atlet harus bekerja sama dengan
anggota tim yang
lain untuk mencapai tujuan atau prestasi yang diharapkan.
Namun untuk mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi tentu bukan
hal yang
mudah. Atlet sering dihadapkan oleh masalah misalnya kejenuhan,
ditegur oleh pelatih,
kurang rasa percaya diri dan kurang rasa mencintai tim yang dibela.
Menurut penelitian
yang dilakukan Mc Auley, Jette, Clark, Resnick, dan Spellbring
(dalam Elita 2014)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi
adalah dukungan sosial, yang salah satu bentuknya yaitu dukungan
emosional.
Dukungan emosional itu sendiri dapat diartikan sebagai sumber
emosional,
informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang
disekitar individu
untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi
(Pierce, dalam Kail and
Cavanaug, 2000). Atlet yang mempunyai dukungan emosional yang besar
dari teman-
temannya akan mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Seperti
yang sudah di
kemukakan oleh Suryabrata (2002) bahwa motivasi berprestasi dapat
dipengaruhi oleh
faktor dari diri individu (internal) dan faktor dari luar individu
(eksternal). Faktor
internal adalah kemauan yang timbul dari diri individu untuk
melakukan sesuatu. Faktor
eksternal adalah alasan untuk melakukan sesuatu yang dipengaruhi
oleh pihak lain dari
luar diri pribadi individu misalnya dukungan emosional teman
sebaya.
Dukungan emosional dapat memberikan kenyamanan, kepastian dan
rasa
dicintai (Sarafino, 2007). Seorang atlet yang bergabung dalam
sebuah tim tentu saja
dalam tim tersebut mempunyai prestasi yang ingin dicapai. Dengan
adanya dukungan
11
emosional teman sebaya maka atlet akan merasa dihargai
keberadaannya dalam sebuah
tim, atlet juga lebih bersemangat untuk ikut serta dalam meraih
prestasi karena merasa
bahwa impian yang dimiliki oleh tim adalah miliknya juga. Bantuan
yang diberikan
oleh teman berupa kemauan untuk mendengarkan keluhan, memberikan
informasi atau
saran merupakan bentuk dari dukungan emosional teman sebaya.
Seorang atlet hockey dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya
berinteraksi
dengan pelatih saja, namun juga berhubungan dengan teman-teman
sesama atlet. Karena
kebanyakan anggota tim hockey Kendal yang masih berusia muda atau
remaja, mereka
sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Pada masa
remaja konflik sering datang dan konflik yang dihadapi disebabkan
karena adanya
tuntutan yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya
(Hurlock, 2000).
Tuntutan terbesar yang dialami oleh remaja yang akan meraih
prestasi ke puncak adalah
yang berkaitan dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh
setiap atlet. Individu
yang masih remaja ketika mendapatkan masalah maka mereka akan
memilih untuk
berbagi cerita dengan teman karena mereka menganggap bahwa teman
sebaya bisa lebih
memahami masalah yang dihadapi, lebih peduli dan menghargainya.
Mereka saling
mencari teman sebaya karena memahami bahwa mereka dalam nasib yang
sama
(Monks, dkk 1996). Dengan memahami seperti apa yang dirasakan oleh
orang lain,
memberikan perhatian, memberikan pertolongan secara langsung serta
menerima apa
adanya orang tersebut. Namun orang dewasa kebanyakan tidak bisa
memberikan hal-hal
tersebut karena tidak menganggap serius masalah yang dialami.
Individu yang
mempunyai motivasi berprestasi adalah melakukan cara-cara baru dan
kreatif,
bertanggung jawab, mencari atau menggunakan umpan balik, dan
memilih taraf resiko
moderat (sedang).
Dukungan emosional teman sebaya yang diberikan kepada atlet akan
membuat
atlet merasa lebih dihargai, bersemangat untuk meraih berprestasi
dan ikut bertanggung
jawab serta dengan kondisi atlet yang kebanyakan masih remaja
membuat atlet lebih
dekat dengan teman sebayanya sehingga atlet akan lebih merasa
diterima di
kelompoknya ketika dapat meraih prestasi yang bagus atau untuk
mendapatkan
pengakuan, dengan adanya teman maka atlet lebih bisa
mengekspresikan dirinya maka
dukungan emosional teman sebaya akan lebih mempunyai peran untuk
menambah
motivasi berprestasi atlet.
H0 : Tidak ada hubungan signifikan antara dukungan emosional teman
sebaya
dengan motivasi berprestasi atlet hockey di Kabupaten Kendal
H1 : Ada hubungan signifikan antara dukungan emosional teman sebaya
dengan
motivasi berprestasi atlet hockey di Kabupaten Kendal
METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah seluruh atlet hockey Kabupaten Kendal. Teknik
sampling yang
digunakan adalah metode Nonprobability Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011). Jenis
Nonprobability sampling
yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel
bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011).
Kriteria subjek dalam
penelitian atlet hockey Kendal yang pernah mengikuti minimal 1
pertandingan.
13
Pengukuran
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yaitu skala.
Skala motivasi
Berprestasi disusun berdasarkan aspek-aspek Motivasi Berprestasi Mc
Clelland (1987)
yaitu, melakukan cara-cara baru dan kreatif, bertanggung jawab,
mencari atau
menggunakan umpan balik, memilih taraf resiko moderat (sedang).
Terdiri dari 16 item
favorabel dan 10 item unfavorable. Skala Dukungan Emosional Teman
Sebaya yang di
susun berdasarkan Sarafino (2007) yaitu empathy, caring, concern,
positif regard dan
encouragement toward the person. Dengan 26 item terdiri dari 16
item favorabel dan
10 item unfavorable.
Metode yang digunakan yaitu skala Likert, dengan menggunakan empat
respon :
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jika
pernyataan bersifat
favorable maka masing-masing di beri skor berturut-turut 4,3,2 dan
1. Sebaliknya jika
isi pernyataan unfavorable, maka masing-masing respon diberi skor
1,2,3 dan 4.
Penelitian ini menggunakan try out terpakai, sehingga pengambilan
data hanya
dilakukan satu kali. Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan hasil try out
yang telah dilakukan sebagai bahan dalam menganalisis data.
Alat Ukur Motivasi Berprestasi. Berdasarkan uji validitas item yang
telah
dilakukan sebanyak tiga kali terhadap 26 item angket motivasi
berprestasi, 18 item
bertahan sedangkan 8 item dinyatakan gugur. Kemudian, pengujian
terhadap reliabilitas
alat ukur menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas
didapatkan hasil koefisien
reliabilitas sebesar 0,763. Maka, alat ukur motivasi berprestasi
termasuk dalam kategori
reliabel.
14
Alat Ukur Dukungan Emosional Teman Sebaya. Berdasarkan uji
validitas
item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 26 item angket
motivasi
berprestasi, 24 item bertahan sedangkan 2 item dinyatakan gugur.
Kemudian, pengujian
terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s
alpha. Dari uji
reliabilitas didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,838.
Maka, alat ukur
dukungan emosional teman sebaya termasuk dalam kategori
reliabel.
Hasil dan Pembahasan
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari uji
tersebut
didapatkan hasil yaitu variabel motivasi berprestasi dengan K-S Z
1,232 yang memiliki
signifikansi 0,096 (p > 0,05) dan variabel dukungan emosional
teman sebaya dengan K-
S Z 1,226 yang memiliki signifikansi 0,099 (p > 0,05). Ini
berarti bahwa kedua variabel
berdistribusi dengan normal.
Uji linearitas (p > 0,05) yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya
hubungan linear antara variabel dukungan emosional teman sebaya
(variabel bebas)
terhadap variabel motivasi berprestasi (variabel tergantung).
Peneliti mendapatkan hasil
bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang linear, yaitu
variabel
dukungan emosional teman sebaya dengan variabel motivasi
berprestasi (F = 1,125)
memiliki signifikansi sebesar 0,347 (p > 0,05).
15
Hasil
terhadap skala yang dipakai dalam penelitian ini.
a. Motivasi Berprestasi
No Interval Kategori Mean Frekuensi Presentase
1. 58,5 ≤ x ≤ 72 Sangat Tinggi 59,76 47 52,3 %
2. 45 ≤ x < 58,5 Tinggi 43 47,7 %
3. 31,5 ≤ x < 45 Sedang 0 0 %
4. 18 ≤ x < 31,5 Rendah 0 0 %
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan hasil kategori diatas, diketahui terdapat 47 atlet
(52,3%) memiliki
motivasi berprestasi dalam kriteria sangat tinggi, 43 atlet (47,7%)
memiliki motivasi
berprestasi dalam kriteria tinggi. Rata-rata dari skor motivasi
berprestasi sebesar 59,76.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek
memiliki motivasi
berprestasi yang masuk dalam kategori sangat tinggi.
16
Tabel 2
No Interval Kategori Mean Frekuensi Presentase
1. 78 ≤ x ≤ 96 Sangat Tinggi 17 18,9 %
2. 60 ≤ x < 78 Tinggi 74,89 73 81,1 %
3. 42 ≤ x < 60 Sedang 0 0 %
4. 24 ≤ x < 42 Rendah 0 0 %
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan hasil kategori diatas, diketahui terdapat 17 atlet
(18,9%) dukungan
emosional teman sebaya dalam kriteria sangat tinggi, 73 atlet
(81,1%) dukungan
emosional teman sebaya dalam kriteria tinggi. Rata-rata dari skor
dukungan emosional
teman sebaya sebesar 74,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa rata-
rata subjek memiliki dukungan emosional teman sebaya yang masuk
dalam kategori
tinggi.
17
maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
Sig. (2-tailed) .000
N 90 90
Besarnya hubungan antara variabel dukungan emosional teman sebaya
dengan
motivasi berprestasi sebesar r = 0,547 (p < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikan antara dukungan emosional teman sebaya dengan
motivasi
berprestasi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui r = 0,547 (p <
0,05), hal ini
berarti hipotesis diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan
emosional teman sebaya dengan motivasi berprestasi pada atlet. Hal
ini dikarenakan
dengan adanya dukungan emosional yang bersumber dari teman dapat
menyediakan
kenyamanan, kepastian, rasa dimiliki dan dicintai pada saat orang
tersebut mengalami
stress. Seperti penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Hikmah
(2012) bahwa
responden yang mendapatkan dukungan emosional tinggi merasa nyaman
dan aman.
Sebagai seorang atlet yang masih menempuh pendidikan di sekolah
dan
perguruan tinggi otomatis mereka lebih sering bertemu dan
menghabiskan waktu
18
dengan teman-teman. Hal ini mungkin yang menyebabkan dukungan
emosional teman
sebaya mempunyai peran yang besar. Di dukung dengan pernyataan
Sarwono (2010)
peran teman sebaya pada masa ini (masa remaja) cenderung
meningkat.
Tingginya tingkat dukungan emosional ini diberikan oleh teman dalam
hal mau
mendengarkan, mau memberikan empati, memberikan kepedulian,
memberikan
perhatian dan memberikan semangat. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat dari
Sarafino (2007) dimana menekankan pada pentingnya dukungan
emosional yang
diberikan oleh teman terhadap kehidupan remaja karena bentuk
dukungan emosional
bertujuan untuk memberikan perasaan nyaman, aman, di cintai, dan
bahagia kepada diri
remaja.
Remaja yang mendapatkan dukungan emosional teman yang tinggi dari
teman
sebayanya akan merasa dirinya dicintai, diperhatikan sehingga
meningkatkan rasa harga
diri mereka. Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung
memilki rasa
kepercayaan diri, keyakinan diri bahwa mereka mampu menguasai
situasi dan
memberikan hasil positif, dalam hal ini adalah keyakinan diri dalam
menghadapi
permasalahan. Sarason (1983) mengatakan bahwa individu dengan
dukungan teman
sebaya tinggi memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri
yang lebih tinggi,
serta pandangan hidup yang lebih positif dibandingkan dengan
individu yang memiliki
dukungan teman sebaya yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, atlet hockey Kendal mempunyai
motivasi
berprestasi dalam kategori sangat tinggi dan dukungan emosional
teman sebaya dalam
kategori tinggi. Sumbangan efektif dukungan emosional teman sebaya
dengan motivasi
berprestasi sebesar 29,9 %.
secara langsung, memberikan kritik, meluangkan waktu bersama dan
saran untuk
perkembangan kemampuan atlet, memberikan penerimaan yang positif
sehingga atlet
merasa diterima apa adanya (Sarafino 2007). Selain itu bentuk
dukungan emosional
yang bisa di tunjukkan seperti memberikan kasih sayang, cinta dan
pujian. Dengan
dukungan emosional yang diberikan oleh teman atlet memilki rasa
kepercayaan diri,
keyakinan diri bahwa mereka mampu menguasai situasi dan memberikan
hasil positif.
Karena untuk mencapai suatu prestasi tentu bukan hal yang mudah
dengan dukungan
emosional teman sebaya akan memberikan semangat dan lebih percaya
diri.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan pada atlet hockey Di Kabupaten
Kendal maka
didapatkan hasil yaitu dukungan emosional teman sebaya mempunyai
hubungan
signifikan dengan motivasi berpestasi pada atlet hockey Kendal.
Dari hasil katorisasi,
atlet hockey di Kabupaten Kendal mempunyai motivasi berprestasi
yang sangat tinggi
dan dukungan emosional teman sebaya yang tinggi. Sumbangan efektif
dukungan
emosional teman sebaya dengan motivasi berprestasi sebesar 29,9
%.
Saran
Atlet
jawab baik saat melakukan latihan maupun pertandingan. Dengan cara
menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh pelatih, melaksanakan dengan serius
sehingga hasil yang
diperoleh bisa maksimal. Saran dan kritik yang diberikan sangat
berguna untuk
20
kedepannya sehingga tidak ada salahnya jika selesai latihan atau
pertandingan atlet
meminta saran dari pelatih atau teman tim. Atlet juga harus tahu
manfaat dari setiap
latihan dan pertandingan yang dihadapi sehingga bisa meminimalisir
resiko yang
dihadapi. Dan yang tidak kalah penting atlet bisa mengembangkan
cara-cara baru yang
lebih kreatif misalnya dalam pola permainan hockey sehingga
kemampuan atlet bisa
berkembang dan tidak merasa bosan.
Teman
serta kritik yang membangun.
lain misalnya dukungan instrumental, dukungan penghargaan atau
dukungan
informasional. Selain motivasi berprestasinya dapat meneliti
tentang komunikasi antar
pelatih-atlet, atau self esteem.
DAFTAR PUSTAKA
Afdan, C. A. (2005). Kecemasan Istri Tentara Yang Tinggal Berangkat
Tugas Operasi
Ditinjau Dari Dukungan Emosional Keluarga. Skripsi. Fakultas
Psikologi.
Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang
Ariyanto & Anam, C. (2007). Peran Dukungan Sosial dan Self
Efficacy Terhadap
Motivasi Berprestasi pada Atlit Pencak Silat Pelajar Tingkat SMA/K
Di
Kota Yogyakarta. 4 (2), 103-109
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Offset
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset
Dennist. (2010). Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi
Kerja Pegawai Negeri
Sipil Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira Tamtama Semarang.
Skripsi.
Fakultas Psikologi. Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga
Davidoff, L. L (1991). Psikologi suatu pengantar. Jakarta :
Erlangga
Hermansyah, dkk. (2012). Aktivitas Fisik dan Kesehatan Mental
Terhadap Kejadian
Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP. Dr.
Wahidin
Sudirohusodo dan RSUD Labungan Baji Makasar. Artikel Penelitian. 1
(2),
79-83.
Hikmah, N. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Kawan Sebaya
Dengan
Motivasi Berprestasi Alumni Siswa-Siswi SMAN 38 Jakarta Lulusan
Tahun
2011. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program
Sarjana Ilmu
Kesejahteraan Sosial. Depok
Horluck, E. B (2000). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta : Erlangga
Kusumawati, Y. (2008). Hubungan Dukungan Sosial Dari Teman
Terhadap
Penyesuaian Diri Pada Remaja Di Panti Asuhan Suko Mulyo Tegal.
Skripsi.
Fakultas Psikologi. Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga
Pusat Informasi Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Kendal. “Team Hockey
Kendal
Juara” (2014)
https://dinporakendal.wordpress.com/team-hokky-kendal-
juara/
Putri, E. P. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua, Pelatih
dan Teman dengan
Motivasi Berprestasi Akademik dan Motivasi Berprestasi Olahraga
(Basket)
Pada Mahasiswa Atlet Basket Universitas Surabaya. Jurnal
Ilmiah
Psikologi. 3 (1).
New York : Jhon Wiley & Sons
Santrock, J. W., (2003). Adolenscence : Perkembangan Remaja.
Jakarta : Erlangga
Soegiyanto. (2013). Keikutsertaan Masyarakat Dalam Kegiatan
Olahraga. Jurnal Media
Ilmu Keolahragaan Indonesia. 2088-6802. 3 (1).
Supratiknya, A. (2012). Pengukuran Psikologi. Yogyakarta :
Universitas Sanata
Dharma
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia
Tejaningtyas, F. R. F. (2009). Perbedaan Motivasi Berprestasi
Ditinjau Dari
Kepribadian Tipe A Dan B Dewasa Awal Sebagai Distributor
Dalam
Bidang Multi Level Marketing Di Salatiga. Skripsi. Fakultas
Psikologi.
Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga
Toding, W. R. B., David, L. & Pali,C. (2005). Hubungan Dukungan
Sosial Dengan
Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas
Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik. 3 (1).
Widanarti, N & Indati, A. (2002). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Keluarga Dengan
Self Efficacy. Jurnal Psikologi. 0215 - 8884 (2), 112 – 123.
Widhanuar, I. (2013). Sumbangan Kekuatan Genggaman, Otot Lengan,
Otot Perut Dan
Otot Tungkai Terhadap Akurasi Pukulan Hit Kegawang Pada UKM
Hockey
UNNES. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas
Negeri
Semarang. Semarang