47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN REFLUKS GASTROESOFAGEAL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran JUNITA I.M. SIREGAR G0006100 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2010

HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN REFLUKS

GASTROESOFAGEAL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

JUNITA I.M. SIREGAR

G0006100

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2010

Page 2: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2010

Junita I.M. Siregar

NIM. G0006100

Page 3: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial dengan Refluks

Gastroesofageal di RSUD dr. Moewardi Surakarta

Junita I.M. Siregar, NIM/Semester : G.0006100/VIII, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 01 Juni Tahun 2010

Pembimbing Utama Nama : Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P(K) NIP : 1950110419751110 .……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Veronika Ika Budiastuti, dr., M.Pd NIP : 197303122002122001 ..……………………... Penguji Utama Nama : Reviono, dr., Sp.P NIP : 196510302003121001 ..……………………… Anggota Penguji Nama : Dian Ariningrum, dr., M.Kes., Sp.PK NIP : 197107202006042001 ..……………………… Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Sri Wahjono, dr., M.Kes., DAFK Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S NIP. 194508241973101001 NIP. 194811071973101003

Page 4: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan antara Asma Bronkial dengan Refluks Gastroesofageal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terwujud dengan baik atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis secara pribadi mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:

1. Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Wahjono, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi. 3. Dr. Eddy Surjanto, dr., SpP(K) selaku Pembimbing Utama atas segala

bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan selama penulisan skripsi.

4. Veronika Ika Budiastuti, dr., MPd selaku Pembimbing Pendamping atas segala bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan selama penulisan skripsi.

5. Reviono, dr., SpP selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi.

6. Dian Ariningrum, dr., M.Kes., SpPK selaku Anggota Penguji selaku yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi.

7. Segenap staf Poliklinik Penyakit Paru RSUD DR. Moewardi atas bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Bapak, Mama, Abang, Kakak yang selalu setia mendoakan, memberi banyak perhatian, dukungan materi, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman CYTO FK UNS, dan angkatan 2006 , terima kasih atas doa, dukungan, dan bantuannya selama ini.

Surakarta, Juli 2010

Junita I.M. Siregar

Page 5: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Junita I.M. Siregar, G0006100, 2010. Hubungan antara Asma Bronkial dengan Refluks Gastroesofageal di RSUD Dr. Muwardi Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Beberapa studi kasus mengenai pasien dengan gejala kronik gangguan saluran napas atas menjelaskan adanya hubungan yang potensial antara saluran napas atas dan GERD (Gastroesofageal Reflux Disease. GERD cenderung meningkatkan risiko serangan asma bronkial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal di RSUD Dr. Muwardi Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang digunakan berjumlah 36 subjek (18 subjek kasus dan 18 subjek kontrol). Penelitian dilakukan di poliklinik Bagian Paru RSUD Dr. Muwardi Surakarta pada 03 November 2009 sampai 11 Februari 2010. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik chi square untuk mengetahui uji proporsi pada dua variabel penelitian, kemudian untuk menguji hubungan antara 2 variabel digunakan uji korelasi Phi. Rasio prevalens digunakan untuk menilai estimasi risiko relatif yaitu perbandingan antara jumlah subyek dengan penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan seluruh subyek yang ada. Hasil Penelitian: Hasil uji chi square menunjukkan signifikansi sebesar 0,015 sehingga ada hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal di RSUD Dr. Muwardi Surakarta. Hasil perhitungan ratio prevalens adalah 2.21. Simpulan Penelitian: Ada hubungan antara refluks gastroesofageal dengan asma bronkial di RSUD Dr. Muwardi Surakarta ( p = 0,015). Angka kejadian GERD lebih besar pada kelompok kasus (asma bronkial) dibandingkan dengan kelompok kontrol . Kata kunci : Asma bronkial, Refluks Gastroesofageal.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ........................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................

DAFTAR TABEL dan GAMBAR...................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

A. Latar Belakang Masalah .................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

C. Tujuan Penelitian ............................................................................

D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................

1. Asma Bronkial.....................................................................

2. Refluks Gastroesofageal .....................................................

3. Refluks Gastroesofageal pada Asma Bronkial....................

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................

C. Hipotesis .........................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................

A. Jenis Penelitian ...............................................................................

B. Lokasi Penelitian ............................................................................

C. Subjek Penelitian.............................................................................

v

vi

viii

ix

1

1

3

3

3

5

5

5

11

16

18

19

20

20

20

20

Page 7: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

D. Teknik Pengambilan Sampel...........................................................

E. Instrumentasi Penelitian...................................................................

F. Rancangan Penelitian ......................................................................

G. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................

I. Cara Kerja Penelitian ......................................................................

J. Teknik Analisis Data ................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

A. Simpulan ......................................................................................

B. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

LAMPIRAN

22

22

30

23

23

24

29

30

34

37

37

37

38

Page 8: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Penderita Asma Bronkial Menurut

Jenis Kelamin.....................................................................................

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Sampel Penderita Asma Bronkial Menurut

Umur..................................................................................................

Tabel 3.Distribusi Frekuensi Refluks Gastroesofageal pada Kelompok Asma

Bronkial dan Kelompok Kontrol.......................................................

Tabel 4.Hasil Analisis Data Hubungan Asma Bronkial dan Refluks

Gastroesofageal.................................................................................

Gambar 1. Frekuensi GERD dan tidak GERD pada Kelompok Asma

Bronkial dan Kelompok Kontrol.............................................

Page 9: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan

Lampiran 2. Surat Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Distribusi Subjek Kasus (Asma Bronkial) Lampiran 5. Distribusi Subjek Kontrol (tidak Asma Bronkial) Lampiran 6. Hasil Uji Statistik Mann Whitney Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Chi Square dan Korelasi Phi Lampiran 8. Penghitungan Nilai Ratio Prevalens Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian di RSUD dr. Moewardi Surakarta Lampiran 10. Surat Pengantar Penelitian di RSUD dr. Moewardi Surakarta Lampiran 11. Surat Ethical Clearance

Page 10: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik yang berhubungan

dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi

berulang, sesak napas , dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala

ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran napas

yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel secara spontan maupun

dengan pengobatan ( Mariono, 1999; Bosquet et al , 2000 ).

Asma dapat timbul pada berbagai usia,dapat terjadi pada laki-laki

maupun perempuan. Dari hasil penelitian prevalensi asma di Indonesia masih

tergolong rendah, namun terlihat kecenderungan peningkatan jumlah penderita

penyakit ini. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986

menunjukkan bahwa asma menduduki urutan ke-5 pola kesakitan dan urutan

ke-10 penyebab kematian sedangkan hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan

asma sebagai urutan ke-7 penyebab kematian. Referensi lain yang juga dapat

digunakan untuk memperlihatkan kecenderungan peningkatan prevalensi

penyakit ini adalah penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan

menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy

in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, yang

meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Refluks gastroesofageal didefinisikan sebagai gejala atau kerusakan

mukosa esofagus akibat masuknya isi lambung ke dalam esofagus (Caestecker

, 2001). Gejala yang timbul adalah akibat keterlibatan esofagus, faring, laring,

dan saluran napas. Reflus gastroesofageal terjadi akibat hilang atau sangat

rendahnya perbedaan tekanan antara LES ( Lower Esophageal Sphincter) dan

laring, hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya kekuatan otot LES yang

kadang-kadang tidak diketahui sebabnya (Mahdi, 2008).

Refluks gastroesofageal merupakan kondisi umum yang ada pada

sekitar 20-25% populasi dewasa (Stein, 2001). Prevalensi refluks

gastroesofageal dan komplikasinya di Asia termasuk rendah dibandingkan

dengan negara-negara Barat. Prevalensi di negara-negara Barat berkisar 10-20

persen, sedangkan di Asia 3-5 persen, dengan pengecualian di Jepang 13-15

persen dan Taiwan 15 persen. Syafruddin (1998) menyebutkan bahwa belum

ada data epidemiologi mengenai refluks gastroesofageal di Indonesia.

Hubungan antara penyakit asma dan refluks gastroesofageal telah

sering didiskusikan , meskipun sampai sekarang belum ada konsep seragam

yang dapat menjelaskan tentang prevalensi tinggi refluks gastroesofageal pada

penderita asma (Field, 2002). Beberapa studi kasus mengenai pasien dengan

gejala kronik gangguan saluran napas atas (Theodoropoulus et al, 2001)

menjelaskan adanya hubungan yang potensial antara saluran napas atas dan

GERD (Gastroesofageal Reflux Disease). Berdasarkan uraian tersebut di atas

maka penulis ingin meneliti hubungan antara asma bronkial dan refluks

gastroesofageal di RSUD Dr. Moewardi.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan sebagai berikut.

Adakah hubungan antara asma bronkial dengan refluks

gastroesofageal di RSUD Dr.Moewardi Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti

dan klinisi tentang hubungan antara asma bronkial dan refluks

gastroesofageal.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal sehingga

Page 13: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

dapat dilakukan pendekatan klinis mengenai terapi asma yang lebih

komprehensif.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Asma

a. Definisi

Definisi asma yang umum digunakan saat ini adalah definisi

menurut National Heart, Lung, and Blood Institute sebagai berikut: asma

adalah suatu inflamasi kronik saluran napas di mana terdapat berbagai

sel inflamasi yang memegang peranan, terutama sel mast, eosinofil dan

limfosit T. Pada individu yang peka inflamasi ini menyebabkan episode

berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada serta batuk

terutama malam hari atau dini hari. Gejala ini umumnya berhubungan

dengan pengurangan arus udara yang luas tetapi bervariasi yang paling

tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan

pengobatan. Inflamasi ini juga meningkatkan kepekaan saluran napas

terhadap berbagai rangsangan (Boushey, 2000; Surjanto, 2001).

b. Patogenesis

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Di mana proses

inflamasi ini melibatkan berbagai sel inflamasi yaitu sel mast, eosinofil,

limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel (PDPI, 2004). Adanya

inflamasi saluran napas telah dibuktikan melalui beberapa penelitian

seperti hipereaktivitas bronkus, kurasan bronkoalveolar, biopsi bronkus,

Page 15: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

induksi sputum serta otopsi pasien yang meninggal pada saat serangan

(Surjanto, 2005).

Sel-sel inflamasi yang teraktivasi melepas beberapa mediator

sitokin, molekul adhesi, kemokin, dan berinteraksi antara yang satu

dengan yang lain. Eosinofil sendiri terlibat dengan melepas granul-

granul yang toksik. Hal tersebut menimbulkan reaksi yang sangat

kompleks dengan gejala-gejala klinis seperti bronkokonstriksi, produksi

mukus yang berlebihan, alergi, dan hiperaktivitas bronkus

(Baratawidjaja, 2003)

Selain perubahan akut, juga didapatkan perubahan yang bersifat

kronik yaitu hipertrofi otot polos, pembentukan pembuluh darah baru,

peningkatan sel-sel goblet epitelial, fibrosis subepitelial, dan penebalan

membran basalis, yang dikenal dengan airway remodelling (Muro,

2000; Boushey, 2000). Airway remodeling merupakan suatu reaksi tubuh

yang berusaha memperbaiki jaringan tubuh yang rusak akibat dari

inflamasi yang berjalan terus-menerus (Baratawidjaja, 2003). Adapun

konsekuensi dari proses ini menyebabkan peningkatan gejala dan tanda

asma seperti hipereaktivitas jalan napas, masalah distensibilitas atau

regangan jalan napas, hingga obstruksi jalan napas (PDPI, 2004).

Obstruksi aliran udara merupakan tanda klinik yang khas dari

asma (Rees, 2005) yaitu pada bagian proksimal dari bronkus kecil pada

saat ekspirasi. Empat faktor utama yang berperan dalam proses

terjadinya obstruksi aliran udara pada bronkus:

Page 16: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

1) kontraksi otot polos bronkus yang merupakan respon terhadap

alergen spesifik

2) hipertrofi (edema) selaput lendir yang disebabkan karena

bertambahnya permeabilitas pembuluh darah

3) hipersekresi kelenjar mukus dan sel goblet dengan penyumbatan

bronkus oleh lendir yang kental

4) airway remodeling

c. Faktor Resiko

Perkembangan resiko terjadinya asma adalah interaksi antara

faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini

termasuk predisposisi genetik antara lain genetik asma, atopi,

hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin, dan ras.

Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan predisposisi

asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya

eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala menetap Faktor lingkungan

tersebut antara lain rokok, polusi udara, exercise, substansi mikro, dan

alergen (PDPI, 2004).

d. Diagnosis

Page 17: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala

berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada, dan variabilitas

yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk

menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan

pengukuran faal paru (PDPI, 2004).

Indikator yang digunakan dalam menegakkan diagnosis asma

(Surjanto, 2001) adalah sebagai berikut:

1) mengi (wheezing).

2) riwayat satu atau lebih :

a) batuk, yang memburuk terutama pada malam hari

b) mengi berulang

c) sesak napas berulang

d) merasa berat di dada

3) penyempitan saluran napas yang reversibel dan variasi diurnal.

Variasi diurnal diukur dengan peak flow meter. Arus

Puncak Ekspirasi (APE) yang diukur pagi hari (sebelum inhalasi

Agonis Beta-2) dan malam hari (setelah inhalasi Beta Agonis-2)

menunjukkan perbedaan 20 % atau lebih.

4) gejala timbul atau memburuk pada berbagai faktor pencetus.

5) gejala terjadi atau memburuk pada malam hari yang menyebabkan

penderita bangun.

Pemeriksaan penunjang yang paling penting pada asma ialah uji

faal paru. Pengukuran faal paru dapat menilai adanya dan beratnya

Page 18: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

obstruksi jalan napas, membantu diagnosis, memantau perjalanan

penyakit, dan menilai hasil terapi (Mariono, 1999).

e. Derajat Berat

Klasifikasi asma yang sekarang digunakan ialah berdasarkan

pada derajat beratnya penyakit dan bertujuan untuk memberikan

penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. Berat penyakit ditentukan oleh

gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, dan uji faal paru (Aditama, 2004).

Klasifikasi derajat berat asma terbaru yang diadaptasi dari Global

Initiative of Asthma (GINA, 2006) adalah :

1) Intermiten

Gejala < 1 kali seminggu, tanpa gejala di luar serangan, serangan

singkat, gejala malam ≤ 2 kali sebulan.

2) Persisten ringan

Gejala > 1 kali seminggu tetapi < 1 kali perhari, serangan dapat

mengganggu aktivitas tidur, gejala malam > 2 kali sebulan.

3) Persisten sedang

Gejala setiap hari, serangan mengganggu aktivitas dan tidur, gejala

malam > 1 kali seminggu.

4) Persisten berat

Gejala terus-menerus, sering kambuh, aktivitas fisik terbatas, gejala

malam sering.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Asma pada kebanyakan penderita dapat dikontrol secara efektif

meskipun tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif

adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan

faktor penyebab. Faktor utama yang berperan dalam kesakitan dan

kematian pada asma adalah tidak terdiagnosanya penyakit ini dan

pengobatan yang tidak cukup (Yunus, 1999).

f. Penatalaksanaan

Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan

pemberian obat-obat yang benar (Baratawidjaja, 2003). Obat-obat yang

dapat mngontrol asma antara lain: inhalasi kortikosteroid, kortikosteroid

sistemik, sodium kromolin, sodium medokromil, dan teofilin.

International Consensus Report on Diagnosis and Management

of Asthma merekomendasikan enam cara untuk mengoptimalkan

penatalaksanaan asma, yang saling terkait satu sama lain, yaitu:

1) penyuluhan kepada pasien dan keluarganya untuk membina kerjasama

dan penatalaksanaan

2) penilaian dan pemantauan beratnya asma berdasarkan gejala dan

pemeriksaan fungsi paru

3) mencegah atau mengendalikan faktor pencetus

4) merencanakan pengobatan jangka panjang

5) menetapkan rencana individu dalam mengatasi eksaserbasi

6) menyelenggarakan pemantauan secara berkala

Page 20: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

2. Refluks Gastroesofageal

a. Patogenesis

Refluks gastroesofageal pada dasarnya dapat terjadi karena

ketidakseimbangan faktor defensif dari esofagus dan faktor ofensif dari

bahan refluksat. Adapun yang termasuk faktor defensif adalah pemisah

antirefluks dan ketahanan epitelial esofagus (Makmun, 2006).

Martini dan Yunus (1997) menyebutkan bahwa dalam keadaan

normal, pemisah antirefluks terdiri dari lower esophageal sphincter

(LES) dan konfigurasi anatomi gastroesophageal junction. Hegar dan

Firmansyah (1999) menyebutkan faktor barier antirefluks yang

terpenting adalah LES.

Terdapat dua kondisi yang harus ada untuk suatu episode refluks

yaitu isi lambung siap untuk proses refluks dan mekanisme antirefluks

pada LES mengalami gangguan. Refluks terjadi jika tekanan LES

menghilang atau rendah (≤ 3 mmHg), hal ini dapat disebabkan oleh

peningkatan tekanan dalam lambung atau penurunan sementara tonus

sfingter. Penurunan tonus sfingter dapat disebabkan oleh kelemahan otot

atau gangguan relaksasi sfingter yang difasilitasi oleh saraf. Penyebab

sekunder kelemahan LES antara lain kehamilan, merokok, obat relaksan

otot kecil seperti β-adrenegik, aminofilin, nitrat, kalsium antagonis, dan

kerusakan sfingter oleh operasi (Goyal, 1994).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

b. Manifestasi Klinis

Gejala klinik refluks gastroesofageal yang khas adalah nyeri/rasa

tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri

biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadang-

kadang bercampur dengan gejala disfagia, mual atau regurgitasi, dan

rasa pahit di lidah (Makmun, 2006).

Manifestasi klinis ekstraesofagus lain yang dapat ditemukan

(Caestecker, 2001) yaitu :

1) batuk kronik

2) bronkokonstriksi

3) disfonia

4) sakit tenggorokan

5) suara parau

6) laringitis

7) nyeri dada non-kardiak.

Refluks gastroesofageal juga dapat terjadi pada saat tidur dengan

manifestasi berupa timbulnya batuk pada malam hari, rasa tercekik, dan

mengi pada saat bangun tidur (Simpson, 1995; Gislason et al, 2002).

c. Diagnosis

Diagnosis refluks gastroesofageal ditentukan dari gejala dan

tanda klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Gejala dan

tanda klinis khas seperti adalah rasa panas di dada, regurgitasi, disfagia,

Page 22: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

serta juga dapat dijumpai gejala ektraesofagus yang lain (Caestecker,

2001). Pemeriksaan fisik tidak banyak membantu karena tidak

didapatkan tanda yang spesifik (Stein, 2001).

Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk

menegakkan diagnosis adanya GERD (Makmun, 2006):

1) Endoskopi saluran cerna bagian atas

Pemeriksaan saluran cerna endoskopi bagian atas menilai

perubahan makroskopik dari mukosa esophagus dengan ditemukan

mucosal break di esophagus (esofagitis refluks). Klasifikasi kelainan

esofagitis pada pemeriksaan endoskopi dari pasien GERD

berdasarkan klasifikasi Los Angeles (dalam tabel)

Page 23: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

Derajat

Kerusakan

Gambaran Endoskopi

A Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan diameter < 5 mm

B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm

tanpa saling berhubungan

C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/ mengelilingi seluruh

lumen

D Lesi mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi

seluruh lumen esofagus)

2) Esofagografi dengan barium

3) Pemantauan pH 24 jam

Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi

bagian distal esofagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam

dengan menempatkan mikroelektroda pH pada bagian distal

esophagus. pH di bawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggao

diagnostik yntuk refluks gastroesofageal.

4) Tes Bernstein

Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang

selang transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esophagus

dengan HCl 0,1 M dalam waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat

pelengkap tehadap monitoring pH 24 jam pada pasien-pasien dengan

gejala yang tidak khas.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

5) Manometri esofagus

6) Sintigrafi esofagus

7) Tes Penghambat Pompa Proton

d. Penatalaksanaan

1) Target penatalaksanaan GERD adalah (Mahdi, 2008) :

a) menyembuhkan lesi esofagus

b) menghilangkan gejala/keluhan

c) mencegah kekambuhan

d) memperbaiki kualitas hidup

e) mencegah timbulnya komplikasi

2) Beberapa langkah penatalaksanaan refluks gastroesofageal adalah

terdiri dari ( Martini dan Yunus, 1997):

a) Terapi konservatif

(1) meninggikan kepala 15 cm pada waktu tidur

(2) tidak makan 3 sampai 4 jam sebelum tidur

(3) hindari makanan yang memperburuk gejala refluks seperti

kopi, coklat, bawang, minuman berkarbonat, alcohol dan

produk tinggi lemak.

(4) berhenti merokok

(5) mengurangi obat-obatan yang mempengaruhi lambung

(6) menggunakan antasida sesudah makan dan sebelum tidur

b) Terapi medikamentosa

Page 25: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxv

Obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi

medikamentosa GERD adalah:

(1) Antasid

(2) Antagonis reseptor H2

(3) Sukralfat

(4) Penghambat Pompa Proton

c) Terapi bedah

Terapi bedah merupakan terapi alternatif yang penting

jika terapi medikamentosa gagal, atau pada pasien GERD

dengan striktur berulang. Umumnya pembedahan yang

dilakukan adalah fundoplikasi.

3. Refluks Gastroesofageal pada Asma Bronkial

Penelitian-penelitian mengenai kecenderungan terjadinya

kejadian refluks gastroesofageal pada pasien asma telah banyak

dilakukan, tetapi konsep kausal yang benar dan seragam antar peneliti

masih belum jelas. Pada penderita asma, refluks gastroesofageal dapat

menyebabkan terjadinya proses bronkokonstriksi. Mekanisme

patofisiologi terjadinya bronkokonstriksi adalah reflek vagal,

peningkatan reaktivitas bronkus, dan mikroaspirasi.

Reflek vagal dapat terjadi karena esofagus, bronchial tree,

dan lambung berasal dari segmen embrionik yang sama dan dipersarafi

oleh nervus vagus. Sehingga adanya zat asam di esofagus dapat

menstimulasi reseptor esofageal dan menginisiasi terjadinya reflek

Page 26: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvi

vagal. Akibat infusi asam tersebut ditemukan adanya penurunan pada

aliran udara yang diukur dengan volume udara ekspirasi paksa pada

detik pertama (VEP1) dan penurunan saturasi oksigen (Isaac, 2009).

Mekanisme kedua yaitu peningkatan reaktivitas saluran napas, Wu

(2000) menyimpulkan bahwa penderita asma yang diinduksi oleh

stimulasi Hcl pada esofagus menunjukkan peningkatan reaktivitas

saluran napas.

Pada mikroaspirasi, isi lambung refluks ke proksimal

esofagus, hipofaring, laring dan trakea menyebabkan respon pada

saluran napas. Mekanisme ini dikenal sebagai teori refluks. Adanya

refluks asam esofagus menyebabkan penurunan peak expiratory volume

rate (PEVR) sebesar 8L/menit dan pada kondisi asma berat (Isaac, 2009)

ditemukan 37 episode refluks esofagus dalam 5 menit yang dinilai

dengan pengukuran pH esofagus.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvii

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: menyebabkan

C. Hipotesis

Asidifikasi esofagus proksimal

Mekanisme refleks vagal

Asidifikasi esofagus distal

Mikroaspirasi Bronkokonstriksi

Asma bronkial

Refluks gastroesofageal

Page 28: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxviii

Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas,

dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut: ada

hubungan yang antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxix

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik bagian penyakit paru RSUD

Dr. Moewardi Surakarta pada bulan November 2009-Februari 2010.

C. Subjek Penelitian

1. Subjek kasus

Subjek kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien

yang terdiagnosis asma oleh dokter Spesialis Paru di poliklinik bagian

penyakit paru RSUD Dr.Moewardi bulan November 2009-Februari 2010

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini.

Kriteria inklusi

a. pasien asma dewasa usia 18-60 tahun

Kriteria eksklusi

a. menderita penyakit paru lain

b. memiliki kebiasaan merokok

c. menderita penyakit jantung

d. sedang hamil

Page 30: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxx

e. menderita stenosis laring

f. tidak bersedia terlibat dalam penelitian

2. Subjek kontrol

Subjek kontrol dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang

tidak menderita asma dan memenuhi kriteria eksklusi yang telah

ditetapkan. Dalam pengambilan subjek kontrol, populasi yang digunakan

tidak harus dari populasi yang sama dengan subjek kasus

(Taufiqqurahman, 2004).

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Murti, 2006) :

n = Zα2.p.q

d2

Keterangan :

n : perkiraan besar sampel

p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada

populasi

q : 1-p

Zα : nilai statistik Zα pada kurva normal standar pada tingkat

kemaknaan

d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi

populasi

Page 31: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxi

Sehingga didapatkan besar sampel:

n = (1.96)2 . (0.05). (0.95)

(0.10)2

n = 18 sampel

Berdasarkan perhitungan di atas maka ukuran sampel minimal

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 subjek untuk masing-

masing kelompok.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara

Purposive Sampling sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

E. Instrumentasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan surat pernyataan

kesediaan menjadi responden, dan kuesioner RDQ.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxii

F. Rancangan Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : asma bronkial

2. Variabel terikat : refluks gastroesofageal

3. Variabel luar

a. terkendali : umur, jenis kelamin, ras, kehamilan,rokok

Diagnosis pasti dokter Spesialis Paru

Refluks Gastroesofageal (+)

Asma bronkial (+) Asma bronkial (-)

Screening : Mengisi Kuesioner

RDQ

Uji Chi Kuadrat

Screening : Mengisi Kuesioner

RDQ

Refluks Gastroesofageal (-)

Pasien Poliklinik Paru RSUD dr. Moewardi

Sampel Kontrol

Page 33: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiii

b.tak terkendali : genetik, atopi, polusi udara, dan

subjektivitas penderita dalam mengisi

kuesioner

H. Definisi Operasional Variabel

1. Refluks Gastroesofageal

Penyakit refluks gastroesofageal dalam Konsensus Nasional

Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal / GERD

didefinisikan sebagai kelainan yang menyebabkan cairan lambung

mengalami refluks (mengalir balik) ke kerongkongan. Gejala klinis

khas yang mendukung penegakkan diagnosis refluks gastroesofageal

antara lain :

a. rasa terbakar di dada, kadang-kadang disertai rasa nyeri.

b. rasa asam dan pahit di lidah.

c. nyeri ulu hati, perut kembung.

d. sering bersendawa, serta kesulitan menelan.

Adapun penentuan ada atau tidaknya refluks gastroesofageal

dilakukan dengan metode kuesioner. Kuesioner yang digunakan

adalah Reflux Disease Questionnaire (RDQ) yang terdiri dari 12

pertanyaan yang mengukur frekuensi dan tingkat keburukan gejala

gangguan gastrointestinal bagian atas. Frekuensi dan tingkat

keburukan gejala tersebut dinilai dengan 6-point Likert scale (0-5).

GERD (+) jika skor RDQ lebih dari 12. (Cao et al, 2008; Du et al,

2007). Skala yang digunakan untuk variabel refluks gastroesofageal

Page 34: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiv

adalah skala nominal dikotom. Hasil pengukuran berupa ada refluks

gastroesofageal dan tidak ada refluks gastroesofageal.

2. Asma Bronkial

Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas

yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik

tersebut menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas (PDPI,

2004).

Indikator dalam menegakkan asma (PDPI, 2004) adalah:

a. gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada, dan

berdahak.

b. bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa

pengobatan.

c. gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari.

d. diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu.

Diagnosis asma bronkial didasarkan pada diagnosis yang dibuat

oleh dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Skala yang digunakan untuk variabel asma bronkial adalah

skala nominal dikotom, di mana hasil pengukuran berupa sakit asma

bronkial dan tidak sakit asma bronkial.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxv

3. Umur

a. Definisi : Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak

kelahiran sampai ulang tahun terakhir saat penelitian

ini dilakukan

b. Alat ukur : Wawancara

c. Skala : Rasio

4. Jenis Kelamin

a. Definisi : Jenis kelamin adalah sifat keadaan laki-laki atau

perempuan

b. Alat ukur : Wawancara

c. Skala : Nominal

5. Ras

a. Definisi : Ras adalah penggolongan bangsa berdasarkan ciri-

ciri fisik rumpun bangsa

b. Alat ukur : Wawancara

c. Skala : Nominal

6. Kehamilan

a. Definisi : Tumbuhnya janin dalam uterus wanita setelah

mengalami pembuahan (Sarwono, 2007).

Kehamilan merupakan faktor risiko penyebab

eksaserbasi/pencetus asma (Surjanto, 2001)

b. Alat ukur : Diagnosis dokter yang ditanyakan melalui

wawancara

Page 36: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvi

c. Skala : Nominal

7. Atopi

Menurut nomenklatur World Allergy Organization (WAO) tahun

2003 maka terminologi atopi dipakai untuk menjelaskan tendensi

seseorang atau keluarga, biasanya pada masa anak atau remaja, yang

tersensitisasi dan memproduksi IgE sebagai respon pajanan biasa

terhadap alergen (in response to ordinary exposures to allergens)

Sebagai konsekuensi hal tersebut maka pada individu atopi dapat

timbul gejala khas asma, rinokonjungtivitis, atau eksim. Dalam

penelitian ini atopi menjadi variabel tidak terkendali karena

sebagaimana telah dijelaskan bahwa serangan asma dapat terjadi

karena faktor atopi.

8. Genetik

Studi tentang keterkaitan dan asosiasi genetik molekular menunjukan

bahwa atopi berawal dari sifat genetik yang heterogen dan poligenik.

Berbagai regio kromosom terkait dengan atopi dan asma, terutama

dengan loki pada kromosom 5, 6, 11, 12, 13, dan 16. Berdasarkan

uraian tersebut maka genetik merupakan salah satu predisposisi

timbulnya asma pada individu yang memiliki karakteristik genetik

tesebut, maka pada penelitian ini genetik menjadi variabel luar tidak

terkendali.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvii

9. Polusi Udara

Polusi udara adalah penurunan kualitas udara sampai pada yang

mengganggu kehidupan karena masuknya polutan kedalam udara.

Polutan udara dapat berupa partikulat atau gas antara lain: serat asbes,

bijih besi, dan asbes yang hancur biasanya berbentuk asap, gas CO,

gas CO2,dan gas NO (Wahidin, 2008). Polutan tersebut dalam

ambang tertentu dapat memicu terjadinya serangan asma pada

individu tertentu.

I. Cara Kerja Penelitian

1. Pasien yang telah didiagnosis asma oleh dokter spesialis paru di

poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi dan kelompok kontrol ( tidak

asma bronkial ) dilakukan :

a) Wawancara (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

dan alamat) dan penandatanganan informed consent.

b) Pengisian kuesioner Reflux Disease Questionnaire (RDQ)

2. Cara mengisi RDQ :

a) Berikan penjelasan secukupnya pada subyek penelitian

b) Dampingi subyek penelitian pada waktu pengisian kuesioner

c) Subyek penelitian dipersilahkan bertanya bila mengalami kesulitan

d) Jika subyek penelitian tidak mampu mengisi sendiri, maka

pengisian kuesioner dilakukan secara wawancara oleh peneliti.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxviii

3. Kriteria GERD dihitung dengan cara:

a) Kuesioner terdiri dari 12 soal, masing-masing jawabannya

mempunyai skor antara 0-5

b) Skor tiap soal tergantung jawaban pasien

c) Skor total kemudian dikelompokkan menjadi GERD (+) dan

GERD (-) sesuai dengan ketentuan skor GERD yang diperoleh

lewat RDQ. GERD (+) bila skor yang dicapai lebih dari 12.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji Chi square

(X2). Uji X2 adalah uji proporsi di mana pengujian dilakukan untuk

penilaian kebergantungan dan homogenitas suatu data meliputi

perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan

jika Ho benar. Analisis untuk menguji hubungan antara dua variabel dalam

penelitian ini menggunakan korelasi Phi. Korelasi Phi digunakan untuk

menguji hubungan antara dua variabel dalam bnetuk skala nominal diskrit

dan nominal diskrit (Handoko, 2007). Pada penelitian cross-sectional,

estimasi risiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalens (RP) yaitu

perbandingan antara jumlah subyek dengan penyakit (lama dan baru) pada

satu saat dengan seluruh subyek yang ada (Sudigdo, 2007). Data diolah

dengan menggunakan Statistical Products and Service Solution (SPSS) 16.0

for Windows.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxix

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan

menggunakan 36 sampel yang terdiri dari 18 sampel yang menderita asma

bronkial dan 18 sampel yang tidak menderita asma bronkial. Berikut

disampaikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kelompok Kasus Kelompok Kontrol p Perempuan 10 (55,56%) 9 (50%) 0, 742 Laki-laki 8 (44,44%) 9 (50%) Jumlah 18 (100%) 18 (100%)

Dari tabel 1, didapatkan kelompok kasus sampel berjenis kelamin

perempuan sebanyak 10 orang (55,56%) dan laki-laki 8 orang (44,44%).

Sedangkan pada kelompok kontrol sampel berjenis kelamin perempuan dan

laki-laki masing-masing sebanyak 9 orang (50%). Dari data jenis kelamin

subjek penelitian kedua kelompok tersebut, secara statistik tidak didapatkan

perbedaan yang bermakna (p > 0,05).

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Umur (tahun) Kelompok Kasus Kelompok Kontrol p

18-20 0 (0%) 1 (5,55%) 0,845 21-30 3 (16,67%) 3 (16,67%) 31-40 5 (27,78%) 5 (27,78%) 41-50 6 (33,33%) 4 (22,22%) 51-60 4 (22,22%) 5 (27,78%)

Jumlah 18 (100%) 18 (100%)

Page 40: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xl

Dari tabel 2, didapatkan kelompok kasus sampel berumur 21-30

sebanyak 3 orang (16,67%), 31-40 sebanyak 5 orang (27,78%), 41-50

sebanyak 6 orang (33,33%), dan 51-60 sebanyak 4 orang (22,22%).

Pada kelompok kontrol, sampel yang berumur 16-20 sebanyak 1 orang

(5,55%), 21-30 sebanyak 3 orang (16,67%), 31-40 sebanyak 5 orang

(27,78%), 41-50 sebanyak 4 orang (22,22%), dan 51-60 sebanyak 5 orang

(27,78%).

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Insidensi Refluks Gastroesofageal

Refluks Gastroesofageal (GERD) Kelompok Kasus Kelompok Kontrol P

GERD 10 (55,56%) 3 (16,67%) 0,015

Tidak GERD 8 (44,44%) 15 (83,33%)

Jumlah 18 (100%) 18 (100%) GERD = Gastro Esophageal Reflux Disease

Dari tabel 3, didapatkan sampel kelompok kasus dengan GERD (+)

sebanyak 10 orang (55,56%) dan tidak GERD sebanyak 8 orang (44,44%).

Pada kelompok kontrol, sampel dengan GERD (+) sebanyak 3 orang

(16,67%) dan tidak GERD sebanyak 15 orang (83,33%).

Page 41: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xli

0

2

4

6

8

10

12

14

16

As ma bronkial K ontrol

G E R D

T idak G E R D

Gambar 1. Frekuensi GERD dan tidak GERD pada kelompok asma bronkial dan kelompok kontrol

B. Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang terkumpul dianalisis dengan rumus

chi square yang diolah menggunakan SPSS 16.00 for Windows.

Tabel 4. Hasil Analisis Data Hubungan Asma Bronkial dan Refluks Gastroesofageal

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai X2 hitung sebesar 5.90.

Dengan menetapkan taraf signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasan (db) =

1 diperoleh nilai X2 tabel sebesar 3.841 sehingga diperoleh X2

hitung > X2 tabel.

GERD Asma Bronkial

X2

p RP 2.21

Asma Bronkial (+) Asma Bronkial (-) Jumlah Persen Jumlah Persen

GERD (+) 10 55,56% 3 16,67% 5.90

0.015 GERD (-) 8 44,44% 15 83,33%

Page 42: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlii

Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang berbunyi “ Tidak ada hubungan

antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal “ ditolak. Dengan kata

lain terdapat hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal.

Berdasarkan perhitungan uji Korelasi Phi didapatkan nilai p yang

besarnya 0,015. Rasio prevalens pada penelitian ini adalah 2,21.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliii

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Hubungan antara Asma Bronkial dengan Refluks

Gastroesofageal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang pelaksanaanya

berlangsung pada bulan November 2009-Februari 2010 menggunakan 36 sampel.

Sampel tersebut terdiri dari 18 pasien asma bronkial dan 18 subyek penelitian

(sebagai kelompok kontrol) non asma bronkial yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi yang ditetapkan.

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuensi penderita asma lebih banyak

pada wanita daripada pria yaitu sebesar 55,56 %. Prevalensi asma dipengaruhi

oleh banyak faktor, salah satunya adalah jenis kelamin. Pada masa kanak- kanak

ditemukan prevalensi anak laki- laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1.

(Sundaru, 2004). Sedangkan pada usia dewasa angka kejadian asma pada

perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Wahyudi, 2008). Pada wanita

dewasa mudah terserang asma, oleh karena selain masalah hormonal, wanita juga

lebih rentan terserang stres. Hal ini diperkirakan sebagai salah satu faktor pemicu

asma (Surjanto, 2001). Sedangkan untuk kelompok asma brokial (-) jumlah

sampel berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama yaitu masing-masing 9

orang.

Dari tabel 2 dapat diketahui distribusi sampel berdasarkan umur. Pada

kelompok asma bronkial (+), didapatkan persentase terbanyak pada rentang umur

41-50 sebanyak 6 orang (33,33%). Sedangkan pada kelompok asma bronkial (-),

Page 44: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

didapatkan persentase terbanyak pada rentang umur 31-40 dan rentang umur 51-

60 sebanyak 5 orang untuk masing-masing kelompok umur.

Dari tabel 3 dapat diketahui dari penelitian bahwa GERD lebih banyak

dialami oleh kelompok asma bronkial (+) dibandingkan dengan kelompok asma

bronkial (-). Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa GERD lebih banyak

dialami oleh wanita baik untuk kelompok asma bronkial (+) ataupun kelompok

asma bronkial (-). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Nocon

(2006) bahwa wanita lebih cenderung mengalami gejala refluks gastroesofageal

non erosif sedang hingga berat dibandingkan pada pria yang mengalami gejala

ringan.

Pada tabel 4, disajikan tabulasi silang asma bronkial dengan refluks

gastroesofageal , dan perhitungan data statistik menggunakan metode Chi square

test, korelasi Phi dan nilai raio prevalens. Pada uji X2 didapatkan nilai p yang

besarnya 0,015 . Uji X2 adalah uji proporsi di mana pengujian dilakukan untuk

penilaian kebergantungan dan homogenitas suatu data meliputi perbandingan

frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan jika Ho benar.

Analisis hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini yaitu asma

bronkial dan refluks gastroesofageal menggunakan uji korelasi Phi. Korelasi Phi

termasuk dalam kategori korelasi Pearson Product Moment dengan variabel yang

diuji adalah nominal diskrit (Handoko,2007). Korelasi Phi dalam penelitian ini

memiliki signifikansi (p) yang besarnya 0,015. Jika nilai tersebut (p) lebih besar

dari α = 0,05 (p.0,05), maka H0 ditolak (Handoko, 2007). Sehingga dapat

Page 45: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

disimpulkan bahwa ada hubungan antara asma bronkial dengan refluks

gastroesofageal.

Pada studi etiologik, studi cross sectional mencari hubungan antara faktor

risiko dan efek (Sastroasmoro, 2007). Bila faktor risiko dan efek keduanya

berskala nominal dikotom maka dapat diperoleh rasio prevalens yaitu

perbandingan antara prevalens efek pada kelompok risiko dan pada kelompok

tanpa risiko. Pada penelitian ini nilai rasio prevalens adalah 2,21. Rasio prevalens

> 1 menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya

penyakit tertentu (Sastroasmoro, 2007). Sehingga berdasarkan nilai rasio

prevalens yang didapat dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa refluks

gastroesofageal merupakan faktor risiko terjadinya asma.

Kecenderungan penderita asma bronkial mengalami GERD juga

dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Field (1999) bahwa persentase

pasien asma yang mengalami gejala heartburn dan regurgitasi asam lebih besar

dibanding kelompok kontrol. Dengan menggunakan tiga metode pengukuran

yakni kuesioner, pemeriksaan pH esofagus, dan endoskopi didapatkan kesimpulan

yang sama bahwa kejadian GERD lebih banyak ditemukan pada kelompok asma

dibanding dengan kelompok kontrol. Shimizu (2006) melakukan penelitian

dengan metode kuesioner, didapatkan hasil persentase kejadian GERD pada

pasien asma dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 69,2 % (OR =10,3).

Leggett et al menggunakan metode pengukuran pH dengan menilai frekuensi

episode refluks, waktu kontak asam, dan clearance time asam esofagus

(p=0,0001), bahwa pada kelompok kontrol secara signifikan lebih rendah

Page 46: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

dibandingkan dengan kelompok asma. Refluks gastroesofageal (Vaezi, 2005)

dapat menginduksi terjadinya asma secara langsung melalui aspirasi atau melalui

stimulasi sistem saraf vagal di esofagus distal.

RDQ (Reflux Disease Questionnaire) digunakan dan dikembangkan untuk

mengidentifikasi kejadian GERD pada pasien-pasien primary care. RDQ

memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas sebesar 94% dan 50% ( Li et al,

2007). Gold standard dalam diagnosis kejadian GERD adalah dengan pengukuran

pH esofagus. Pemeriksaan pH esofagus melalui parameter: jumlah episode refluks

selama 24 jam, waktu total saat pH < 4 dalam 24 jam, jumlah episode refluks

dengan durasi > 5 menit dan durasi terpanjang episode refluks. Pemeriksaan pH

esofagus dengan parameter-parameter tersebut memiliki tingkat sensitivitas dan

spesifisitas sebesar 96% dan 100% (Theodoropoulus, 2001).

Kelemahan penelitian ini berdasar pada metode pengumpulan data yang

digunakan yaitu metode kuesioner. Keterbatasan RDQ antara lain adanya faktor

subyektifitas seperti reaktivitas dan sensitiviitas individu terhadap refluks material

dan pemahaman terhadap definisi gejala ( Li et al, 2007). Kekurangan yang lain

adalah juga kemungkinan terjadinya recall bias, di mana suyek penelitian diminta

untuk mengingat frekuensi dan tingkat keburukan gejala selama satu minggu

terakhir.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA ASMA BRONKIAL DENGAN · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Asma Bronkial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara asma bronkial dengan

refluks gastroesofageal (x2 = 5,90; p = 0,015 dan RP = 2,21).

2. Pada kelompok penderita asma bronkial didapatkan 55,56%

sampel yang mengalami GERD dan pada kelompok yang tidak

menderita asma bronkial didapatkan 16,67% sampel yang

mengalami GERD.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan asma

bronkial dan refluks gastroesofageal menggunakan desain

penelitian Cohort untuk mengetahui apakah GERD tersebut yang

menyebabkan terjadinya asma.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode

pengukuran lain dalam menentukan GERD (pengukuran pH

esofagus) dan meminimalkan variabel luar.