39
www.themegallery.c om LOGO Hordeolum Internum Palpebra Oculi Sinistra Superior Theresia A.D 122.0221.093

Hordeolum Internum Palpebra Oculi Sinistra Superior Acakadut 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hordeolum

Citation preview

www.themegallery.com

LOGO

Hordeolum Internum Palpebra

Oculi Sinistra Superior

Theresia A.D

122.0221.093

PENDAHULUAN

Latar BelakangPalpebra berfungsi untuk memproteksi

mata dan mempertahankan film air mata serta drainase air mata. adanya gangguan pada palpebra dapat mnyebabkan terganggunya fungsi-fungsi tersebut.

Salah satu gangguan pada palpebra adalah hordeolum. Hordeolum adalah peradangan supuratif, purulen dan terlokalisir pada satu atau lebih kelenjar sebasea (Meibomian dan Zeisian) palpebra.

Tujuan

Untuk mengetahui cara penegakkan diagnosa dan penatalaksanaan hordeolum.

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan fisiologi palpebra

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat• lapisan kulit,

• lapisan otot orbikularis okuli

• jaringan areolar,

• jaringan fibrosa (lempeng tarsus),

• dan lapisan membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).

HORDEOLUM

DEFINISI

• Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.

Etiologi

Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeks stafilokok, biasanya Staphylococcus aureus

Patofisiologi

• Infeksi Stphylococcus aureus pada kelenjar palpebra akan menyebabkan terbentuknya nanah di dalam lumen kelenjar.

• Kelenjar yang terkena pada umumnya adalah kelenjar Meibom, Zeis dan Moll.

• Pada awal perjalanan penyakit, terjadi pengecilan lumen yang diakibatkan oleh infeksi tersebut.

• Dengan diameter lumen yang lebh kecil, akan terjadi statis dari sekresi kelenjar, sehingga akan menimbulkan infeksi sekunder dan terbentuk pus di dalam kelenjar

Gejala klinis

Gejala utama pada hordeolum adalah nyeri, merah dan bengkak. Intensitas nyeri mencerminkan pembengkakan palpebra.

Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atas ke permukaan konjungtiva.

Hordeolum eksterna selalu menonjol ke arah kulit.

Faktor risiko

DiabetesPenyakit lainnya yang melemahkan

daya tahan tubuhBlefaritis kronikSeboroikHiperlipidemiaRiwayat Hodeolum sebelumnya

DD

Hordeolum eksterna Hordeolum interna

Definisi Infeksi kelenjar Zeis atau Moll di

palpebra

Infeksi kelenjar Meibom di palpebra

Etiologi Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus

Lokasi Mengarah ke permukaan kulit Mengarah ke konjungtiva atau ke permukaan

kulit

Gejala Nyeri, merah, edem, nyeri tekan,

mobile, mengganjal

Nyeri, merah, edem, nyeri tekan, mobile,

mengganjal

Komplikasi Blefaritis

Selulitis

Selulitis

Terapi Epilasi

Kompres air hangat 3-4x /hari selama

10-15 menit

Antibiotik oral

Insisi

Kompres air hangat 3-4x /hari selama 10-15

menit

Antibiotik oral

Insisi

TATALAKSANA

• Penatalaksanaan pada hordeolum internum dapat berupa farmakologi dan non-farmakologi. Untuk terapi farmakologinya adalah dengan pemberian antibiotik lokal salep mata tetrasiklin 3x sehari.

• Terapi non farmakologik dapt berupa kompres air hangat 3-4x/hari selama 10-15 menit. Untuk mengurangi peradangan.

PEMBEDAHAN

Lakukan drainase dengan sayatan di lokasi mass, dengan menggunakan jarum 18-auge atau pisau #11.

Sayatan internal harus dilakukan secara vertikal, sayatan eksternal harus dibuat secara horizontal untuk mengoptimalkan sisi kosmetiknya.

Pegang lesi dengan penjepit. Setelah dilakukan kuretase, berikan salep antibiotik

Pencegahan

Untuk pencegahan hordeolum, perlu untuk menjaga higienitas mata dan meningkatkan daya tahan tubuh. Biasakan selalu mencuci tangan sampai bersih dan jangan sering menggosok mata.

Prognosis

Quo ada visam : ad bonamQuo ada sanam : dubia ad bonamQuo ada vitam : asd bonamQuo ada cosmeticum : ad bonamHordeolum sering sembuh spontan.

Sering terjadi hordeolum berulang. Dan jarang terjadi komplikasi berupa infeksi sistemik.

KASUS POLI

Identitas • Nama : Ny. R

• Jenis kelamin: Perempuan

• Umur : 24 Tahun

• Alamat : Desa Kembaran kulon RT 04/ RW 03 Purbalingga

• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

• Pendidikan : SMA

• No.RM : 206957

• Tanggal pemeriksaan : 27 Januari 2014

Anamnesa

• Pasien datang ke RS Wijaya Kusuma pada tanggal 27 Januari 2013 dengan keluhan kelopak mata kiri bagian atas bengkak seperti ada benjolan sejak 2 hari yang lalu.

• Benjolan tersebut sakit bila ditekan, berwarna kemerahan dan terasa gatal.

• Pasien juga mengeluhkan adanya rasa mengganjal dan pegal pada kelopak matanya. Benjolan tersebut berbentuk bulat, dengan ukuran diameter sebesar 2mm..

• Pasien masih dapat melakukan aktvitas seperti biasa. Pada riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.

• Pasien menyangkal mempunyai tekanan darah tinggi, sakit gula.

• riwayat trauma dimana pasien sering mengucek-ngucek matanya ketika awal terasa gatal pada kelopak mata kiri.

• Pada riwayat pengobatan, pasien belum pernah diberikan terapi apapun untuk menangani benjolan pada kelopak mata kiri atas yang sedang dialami saat ini

Status pasien

Keadan umum : BaikKesadaran : Compos mentis

OCUUS DEXTER OCULUS SINISTER

1.0 VISUS 1.0 F

Tidak dilakukan VISUS DENGAN KACAMATA

SENDIRI

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan VISUS KOREKSI Tidak dilakukan

Bergerak ke segala arah BOLA MATA Bergerak ke segala arah

Trikiasis (-) SILIA Trikiasis (-)

Inspeksi :

Hiperemis (-) ptosis (-) edem (-)

eksotropion (-) entropion (-)

Palpasi : tidak teraba pembesaran

PALPEBRA SUPERIOR Inspeksi :

Hiperemis (+) ptosis (-) edem (+)

massa (+) bentuk bulat, diameter

2mm, kemerahan, Palpasi :

immobile, pada perabaan hangat,

tidak edem

Inspeksi :

Hiperemis (-) ptosis (-) edem (-)

eksotropion (-) entropion (-)

Palpasi : tidak teraba pembesaran ,

edem (-)

PALPEBRA INFERIOR Inspeksi :

Hiperemis (-) ptosis (-) edem (-)

eksotropion (-) entropion (-)

Palpasi : tidak teraba pembesaran ,

edem (-)

Hiperemis (-) papil (-)

folikel (-)

KONJUNGTIVA PALPEBRA Hiperemis (-) papil (-)

folikel (-)

Injeksi kojungtiva (-) injeksi siliar (-) KONJUNGTIVA BULBI Injeksi kojungtiva (-) injeksi siliar (-)

Putih , ikterik (-) SKLERA Putih , ikterik (-)

Jernih, edem (-),

hiperemis (-)

KORNEA Jernih, edem (-),

hiperemis (-)

Dalam BILIK MTA DEPAN Dalam

Coklat IRIS Coklat

Bulat, sentral, reguler, diameter 3mm,

refleks direct dan indirect (+)

PUPIL Bulat, sentral, reguler, diameter 3mm,

refleks direct dan indirect (+)

Jernih LENSA Jernih

Tidak dilakukan REFLEKS FUNDUS Tidak dilakukan

Tidak dilakukan KORPUS VITREUS Tidak dilakukan

Normal palpasi TEKANAN INTRAOKULAR Normal palpasi

Lancar SISTEM KANALIS LAKRIMALIS Lancar

RINGKASAN

• Keluhan utama : benjolan di kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu

• Keluhan tambahan : kelopak mata terasa gatal dan kemerahan, terasa pegal dan mengganjal, bila bejolan ditekan terasa nyeri.

• RPD : tidak pernah mengalami keluhan yang serupa

• RPK : tidak ada keluhan yang sama

• RPO : Belum pernah diterapi

• R.Kebiasaan : sering bepergian menggunakan motor, helm kadang-kadang tidak ditutup, kebisaan mengucek meta.

• Hasil pemeriksaan OS Palpebra superior: massa pada OS Palpebra superior, menonjol ke arah dalam warna kemerahan, bentuk bulat, diameter 2mm, perabaan hangat, nyeri tekan (+), immobile

Diagnosis differensial• OS Hordeolum eksternum palpebra superior

• Kalazion

Diagnosa Kerja• OS Hordeolum interna palpebra superior

Terapi• Tetrasiklin salep mata 3 x sehari

• Doksisiklin tab 2 x 100mg/hari

• Kompres air hangat 10-15 menit 3-4x/hari

Prognosis

OD OSQuo ad visam : ad bonam ad bonamQuo ad bonam :ad bonam dubia ad bonamQuo ad vitan : ad bonamQuo ad cosmeticum : ad bonam

Usulan dan rencana• Bila dalam 3 hari-1minggu tidak ada

perbaikan indikasi untuk insisi secara tegak lurus pada margo palpebra

ANALISIS KASUS

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, pasien didiagnosis Hordeolum Internum Palpebra Superior Oculi Sinistra.

Pada anamnesi didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan. Keluhan utamanya yaitu ada benjolan pada kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Pada pasien ditemukan edema pada kelopak mata kiri yang menyebabkan pasien merasa gatal, pegal, rasa mengganjal, dan warna kemerahan pada kelopak mata kiri, disertai rasa nyeri saat ditekan.

Pada riwayat penyakit terdahulu, pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.

Pada riwayat penyakit keluarga, tidak ditemukan adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa. Yang menunjukan bahwa tidak ada faktor herediter yang berperan pada penyakit ini.

• Pada riwayat penyakit sekarang , benjolan tersebut berdiameter 2mm, tampak kemerahan pada sekitar benjolan. Pasien masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien sedikit merasa pegal, terasa gatal, dan merasa nyeri saat benjolan ditekan. Hal ini terjadi karena proses peradangan pada kelenjar Meibom.

• Pada riwayat pengobatan , pasien belum pernah mendapatkan terapi apapun.

• Pada riwayat kebiasaan, pasien sering mengendarai motor mengantar-jemput anak sekolah dengan menggunakan helm yang bagian kacanyanya tidak ditutup, serta kebiasaan mengcek mata. Hal ini bisa menyebabkan higiene mata tidak terjaga dengan baik, dan dapat memicu terjadinya hordeolum.

Pada pemeriksaan palpebra superior oculi sinistra , terdapat benjolan yang mengarah ke konjungtiva, berwarna kemerahan, bentuk bulat, diameter 2mm, teraba hangat, nyeri tekan (+), immobile. Hasil dari pemeriksan fisik ini memperkuat diagnosis Hordeolum.

Penutup

• Pada Ny. R , diagnosisnya adalah Oculi Sinistra Hordeolum Internum Palpebra Superior.

• Pada pasien ini diterapi dengan Tetrasiklin salep mata 3x sehari, Doksisiklin tab 2 x 100mg /hari, dan kompres air hangan 10-15 menit 3-4x/hari. Apabila 3-1minggu tidak ada perbaikan , diindikasikan untuk dilakukan insisi untuk mengeluarkan isi benjolan tersebut.

Daftar pustaka Riordan, P, Witcher, J.Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC.2012. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI.2008. James, Bruce, Chew ,Chris, Bron Anthony. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi

kesembilan. Erlangga. 2006. Skorin, Leonid. Hordeolum and Chalazion Treatment. Diakses dari :

http/www.optometri.co.uk/uploads/articles/9e8005be2o0660dd330df17d893_skorin20020628_pdf

Handbook of Ocular Disease Management. Diakses dari : http/www.emedicinemedscage.article/1213080_review