74

Histologi Sistem Pernafasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Histologi Sistem Pernafasan
Page 2: Histologi Sistem Pernafasan

SISTEM PERNAFASAN

Sistem Pernafasan dibagi menjadi :

1. Bagian penyalura. Ronga Hidung Dan Sinus-sinus Paranasalis

b. Pharynx

c. Larynx

d. Trachea

e. Bronchus Dan Percabangannya

Page 3: Histologi Sistem Pernafasan

2. Bagian Respiratorik a. Bronchiolus respiratoris

b. Ductus alveolaris

c. Atria

d. Saccus alveolaris dan alveoli

Page 4: Histologi Sistem Pernafasan

Pembagian utama saluran respirasi

Page 5: Histologi Sistem Pernafasan

RONGA HIDUNG DAN SINUS-SINUS PARANASALIS Dibagi 2 bagian yaitu kanan dan kiri yang

dipisahkan oleh septum nasi. Lubang anterior yang menghubungkan

dengan dunia luar disebut naris anterior(nostril) yang terdiri jaringan ikat fibrous, tulang rawan, sabut otot bergaris

Lubang posterior disebut naris posterior yang merupakan bagian belakang ronga hidung yang berhubungan dengan bagian atas pharynx (naso pharynx)

Page 6: Histologi Sistem Pernafasan

Rongga hidung dan sinus paranasalis

Page 7: Histologi Sistem Pernafasan

Septum nasi (cartilago hyaline)

Page 8: Histologi Sistem Pernafasan

Septum Nasi

Page 9: Histologi Sistem Pernafasan

Pada kulit luar hidung terdapat kelenjar-kelenjar lemak dan rambut.

Kulit luar ke arah dalam melalui naris anterior berhubungan dengan bagian depan rongga hidung (vestibulum nasi).

Rongga hidung atau Cavum Nasi, dibagi menjadi :Vestibulum nasi (regio vestibularis) Bagian respiratorik cavum nasi

Page 10: Histologi Sistem Pernafasan

Vestibulum nasi (Regio vestibularis) Rongga lebar dibelakang naris anterior dengan

epitel berlapis pipih bertanduk dengan rambut tebal (vibrissae) yang mengarah keluar

Terdapat kelenjar keringat & kelenjar lemak. Rambut berfungsi sebagai penyaring partikel

kasar yang terbawa udara pernafasan. Pada regio ini kearah lebih dalam epitelnya

berubah nenjadi epitel berlapis pipih tak bertanduk yang cukup tipis dengan propria papil yang kecil-kecil.

Tidak didapatkan rambut, kelenjar keringat dan lemak.

Page 11: Histologi Sistem Pernafasan

Bagian respiratorik cavum nasi Dibagi menjadi 2 daerah :

A. Regio respiratoria ○ Dilapisi epitel berderet silindris bersilia, sel

goblet, lamina basalis yang jelas. ○ Lamina propia menyatu dengan

periosteum/perichodrium. ○ Pada lamina propria didapatkan serabut-serabut

elastik, kelenjar mucous dan seromukous, fibroblast, macrophage, limfosit, sel plasma dan lekosit serta kumpulan jaringan limfoid terutama daerah dekat nasopharynx.

Page 12: Histologi Sistem Pernafasan
Page 13: Histologi Sistem Pernafasan

○ Pada dinding lateral terdapat concha nasalis/turbinate bone yang terdiri concha nasalis superior yang berada paling atas, sedang yang tengah concha nasalis media dan yang paling bawah dengan bentuk yang paling besar serta diliputi mukosa yang tebal disebut concha nasalis inferior.

○ Didalam lamina propria pada concha-concha ini terdapat Cavernous atau Erectile tissue yang merupakan sinus venosus dengan dinding tipis.

○ Pada lapisan epitel saluran pernafasan selalu terdapat lendir yang dihasilkan sel-sel goblet dan kelenjar-kelnjar pada lamina propria.

Page 14: Histologi Sistem Pernafasan

B. Regio olfactoria ○ Merupakan daerah khusus yang tak teratur

terletak pada atap rongga hidung dan meluas kearah bawah meliputi permukaan concha nasalis superior dan bagian atas septum yang berdekatan.

○ Mukosa olfactoria ditutupi epitel berderet silindris dengan sel-sel khusus untuk menangkap rangsangan bau tetapi tidak mempunyai sel goblet dan lamina basalis yang tidak jelas, epitel tinggi 60 mikron degan 3 jenis sel yaitu :

Page 15: Histologi Sistem Pernafasan

1. Supporting cell/sutentacular cells/sel penyangga bentuknya silindris tinggi, apex lebar, basis sempit inti ovoid, mempunyai striated border butir pigmen lipofuchsin berwarna kuning

kecoklatan.

2. Sel basal berbentuk konical kecil, inti ovoid & gelap terletak dibasal antara pangkal-pangkal supporting

cell sel ini mempunyai tonjolan sitoplasma yang

bercabang-cabang sel berfungsi sebagai cadangan yang dapat

berdiferensiasi menjadi sel penyangga.

Page 16: Histologi Sistem Pernafasan

3. Sel Pembau berbentuk spindle terletak diantara sel

penyangga. Merupakan sel saraf bipolar dengan inti bulat

dan sitoplasmanya mempunyai tonjolan-tonjolan ke permukaan yang merupakan dendrit/neurofibril dengan ujung membulat (bulb like) disebut Olfactory vesicle atau vesicular olfactoria yang mempunyai rambut halus 10 helai yang disebut olfactory hairs dan berfungsi penerima rangsang bau.

Didalam lamina propria akson-akson menyatu membentuk berkas kecil yang disebut Fila olfactoria yang kearah superior menembus area cribosa ossa ethmoidalis.

Page 17: Histologi Sistem Pernafasan

Didalam lamina propria didapatkan pembuluh limfa dan plexus venosus.

Pembuluh-pembuluh limfa berhubungan dengan cavitas subarachnoidea melalui kapiler-kapiler yang berjalan bersama-sama dengan fila olfactoria.

Pada epitel olfactoria ini dalam lamina propria didapatkan kelenjar serous yang berbentuk tubulo-acinous yang bercabang-cabang, disebut kelenjar-kelenjar dari Bowman.

Page 18: Histologi Sistem Pernafasan

Kelenjar-kelenjar Bowman ini menghasilkan sekret yang cair, dialirkan kearah permukaan melewati saluran-saluran yang sempit.

Sekret ini berguna untuk melembabkan permukaan, melarutkan bahan-bahan pembentuk bau, membilas kembali cairan permukaan sehingga mencegah terjadinya rangsangan terus-menerus oleh suatu bau tunggal.

Page 19: Histologi Sistem Pernafasan

Regio Olfactoria

Page 20: Histologi Sistem Pernafasan
Page 21: Histologi Sistem Pernafasan
Page 22: Histologi Sistem Pernafasan

PHARYNX Dilewati oleh udara pernafasan juga makanan. Bentuknya memipih dalam arah antero-

posterior. Pharynx dibagi menjadi 3 bagian :

1. Nasopharynx, terletak dibawah basis cranii tepat dibelakang naris posterior diatas palatum molle

2. Oropharynx, terletak tepat dibelakang rongga mulut, dibatasi oleh permukaan posterior lidah

3. Laryngopharynx, terletak dibelakang larynx.

Page 23: Histologi Sistem Pernafasan

Dinding lateral dan posterior pharynx terdiri dari otot-otot, oleh karena itu ruangan ini dapat mengembang dan mengempis oleh gerakan otot tersebut.

Bila palatum molle menempel pada dinding belakang pharynx, maka nasopharynx akan terpisah total dari oropharynx.

Hal ini terjadi pada waktu gerakan menelan, sehingga dengan demikian makanan tak dapat masuk dalam nasopharynx

Page 24: Histologi Sistem Pernafasan

Epitel nasopharynx pada umumnya berupa epithel berderet silindrik, bercilia dan kadang-kadang ada sel-sel goblet.

Tetapi pada permukaan yang sering mengalami gesekan, epithelnya adalah berlapis pipih.

Lamina propria banyak tersusun dari jaringan ikat elastik, terutama pada daaerah yang berdekatan dengan otot-otot Constrictors pharynges (otot bergaris).

Pada lamina ini juga didapatkan kelenjar-kelenjar, terutama tipe mucous, serous atau campuran.

Page 25: Histologi Sistem Pernafasan

Pada pharynx banyak dijumpai jaringan limfoid yang berbentuk folikel-folikel limfatik, yaitu pada :

1. Dinding belakang nasopharynx adenoids atau tonsillae pharyngeales

2. Disebelah lateral, pada peralihan rongga mulut dan oropharynx kanan dan kiri disebut tonsillae palatinae

3. Pada akar lidah disebut tonsillae linguales

4. Sekitar lubang muara tuba Eustachii disebut tonsillae tubariae

Page 26: Histologi Sistem Pernafasan

LARYNX Merupakan bagian saluran nafas yang

menghubungkan pharynx dengan trachea, jg berperan sbg organ pembentuk suara, dinding terdiri dari tulang rawan hyalin & elastis, jaringan ikat, otot bergaris dan kelenjar mucous.

Tulang rawan dihubungkan ke os hyoid oleh 3 membran tipis yang cukup lebar yaitu jaringan fibrous dan elastis yaitu membran thyrohyidea, quadra angularis dan cricovocalis

Page 27: Histologi Sistem Pernafasan
Page 28: Histologi Sistem Pernafasan

Epitel mukosa larynx terdiri dari epitel berlapis pipih tak bertanduk pada epiglottis yaitu permukaan anterior dan posterior 1/3-1/2 bagian atas, plika ari-epiglotika, true vocalis cords.

Epitel berderet silindris bersilia dengan sel goblet ditemukan pada bagian larynx selebihnya

epitel berlapis silindris pada tempat-tempat peralihan antara epitel berlapis pipih & berderet silindris

Page 29: Histologi Sistem Pernafasan

Lamina propia banyak mengandung serabut elastis.

Pada false vocalis cord banyak kelenjar disebut kelenjar arytenoids, juga pada dinding belakang ventricularis laringis.

Tunika Submukosa tidak tampak jelas, ada nodulus lymfatikus soliter.

Page 30: Histologi Sistem Pernafasan

Ephitel mucosa larynx bermacam-macam, tergantung letaknya :

1. Epithel berlapis pipih tak bertanduk, tdp pada :○ epiglottis, permukaan anterior dan permukaan

posterior 1/3 –1/2 bagian atas○ plica aryepiglottica (yang merupakan tepi atas

membrana quadrangularis)○ true vocal cords

2. Epithel berderet silindrik silia dengan sel-sel goblet, didapatkan pada bagian larynx selebihnya

3. Epithel berlapis silindrik pada tempat-tempat peralihan antara epithel pipih dan berderet silindrik.

Page 31: Histologi Sistem Pernafasan

Pada bagian atas, mukosa larynx melanjutkan diri ke epithel berlapis pipih dari pharynx pars laryngeal.

Sedangkan pada bagian bawah mucosanya melanjutkan diri ke epithel berderet silindrik dari trachea.

Lamina propria false vocal cords terdiri dari jaringan ikat padat (ligamentum vocale), dimana serabut elastiknya berarah membujur.

Page 32: Histologi Sistem Pernafasan

Pada permukaan posterior (laryngeal) dapat dijumpai beberapa taste buds pada lapisan epithelnya.

Pada dinding posterior dan posterolateral didapatkan serabut-serabut otot konstriktor.

Otot-otot intrinsik larynx didapatkan melekat pada membran quadrangularis dan membrana cricovocalis.

Otot-otot ini bersangkutan dengan proses fonasi, bernafas dan proses menelan.

Page 33: Histologi Sistem Pernafasan

Dari larynx, udara melalui kedua plika vocals (rima glottides) masuk kedalam rongga dari cricoid ke trachea.

Sedangkan makanan masuk melalui permukaan belakang tulang rawan cricoid ke lumen oesophagus.

Page 34: Histologi Sistem Pernafasan
Page 35: Histologi Sistem Pernafasan

TRACHEA Berbentuk pipa, bercabang menjadi bronchus

principalis kanan dan kiri. Bentukan khas adanya lempengan tulang rawan

hyaline berbentuk tapal kuda dengan bagian yang membuka di posterior.

Sebelah luar tulang rawan terdiri jaringan ikat kendor, pembuluh darah kecil, saraf otonom, sedangkan sebelah dalam terdapat jaringan ikat kendor, kelenjar campur dan serous serta pembuluh darah/limfe

Page 36: Histologi Sistem Pernafasan

Dinding trachea relatif tipis, lentur dan dapat berubah bentuk

Trachea dapat tetap dalam keadaan terbuka karena pada dindingnya didapatkan ± 20 lempengan tulang rawan (tulang rawan hyalin)

Antara tulang rawan yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh suatu jaringan ikat fibrous yang menyatu dengan lapisan perichondrium tulang rawan tersebut

Pada jaringan ikat dijumpai banyak serabut elastik dan serabut kolagen yang sedemikian rupa sehingga menambah sifat elastisitas trachea tersebut.

Page 37: Histologi Sistem Pernafasan

Epithel mukosa trachea adalah epithel berderet silindrik dengan silia dan sel-sel piala

Dengan mikroskop sinar dapat dibedakan 4 macam sel :

1. sel-sel bersilia

2. sel-sel goblet (piala)

3. sel-sel silindrik

4. sel-sel basal

Page 38: Histologi Sistem Pernafasan

Dengan mikroskop elektron dapat dibedakan 6 macam tipe sel yaitu :1. Sel-sel silindrik bersilia

○ jumlah paling banyak○ silia bergerak mengarah ke pharynx

2. Sel-sel piala mukous

3. Sel-sel silindrik tak bersilia• mempunyai mikrovilli yang lurus dan panjang-

panjang• pada permukaan basal menunjukkan sinaps-

sinaps dendritik.

Page 39: Histologi Sistem Pernafasan

4. Sel-sel imatur• bentuk silindrik• pada permukaan apikal didapatkan mikrovilli

5. Sel-sel basal• tingginya tidak mencapai lumen• merupakan sel-sel cadangan untuk sel-sel tipe

lain

6. Sel-sel granula• sel-sel kecil, letaknya basal, beberapa

mempunyai sitoplasma yang dapat mencapai lumen

• Sel-sel ini adalah sel-sel APUD (Amine Precursor Uptake and Decarboxylation), sel-sel neuroendokrin yang mengandung granula padat.

Page 40: Histologi Sistem Pernafasan

Potongan melintang trachea

Page 41: Histologi Sistem Pernafasan
Page 42: Histologi Sistem Pernafasan
Page 43: Histologi Sistem Pernafasan
Page 44: Histologi Sistem Pernafasan
Page 45: Histologi Sistem Pernafasan
Page 46: Histologi Sistem Pernafasan

trakea

Page 47: Histologi Sistem Pernafasan

trakea

Page 48: Histologi Sistem Pernafasan

BRONCHUS DAN

PERCABANGANNYA Berdasar letaknya Bronchus dibedakan menjadi 2 :

1. bronchus extrapulmonalis (diluar jaringan paru)

2. bronchus intrapulmonalis (di dalam jaringan paru)

• Bronchus extrapulmonalis strukturnya mirip trachea, hanya diameternya yang lebih kecil.

• Pada bronchus principalis, cincin tulang rawannya juga membuka kearah posterior dan bagian terbuka juga diisi oleh otot polos.

Page 49: Histologi Sistem Pernafasan
Page 50: Histologi Sistem Pernafasan

• Bronchus intrapulmonalis penampang melintangnya berbentuk bulat, hal ini disebabkan karena lempengan tulang rawan berbentuk pulau mengelilingi lumen.

• Submukosa sebelah dalam tulang rawan terdiri jaringan ikat kendor, limfoid dan kelenjar campur dan mucous.

• Didalam jaringan ikat terdapat pembuluh darah yang selalu berdekatan dengan bronchi dan cabang-cabangnya.

Page 51: Histologi Sistem Pernafasan

Pada perbatasan antara lapisan submukosa dan mukosa didapatkan pemadatan serabut-serabut elastik, seperti pada trachea dan bronchus extrapulmonalis yang masih diperkuat oleh serabut-serabut otot polos

Lapisan paling dalam adalah lapisan mukosa, epithelnya merupakan kelanjutan dan identik dengan epithel trachea

Khas pada potongan melintang tampak lipatan-lipatan mukosa yang berjalan longitudinal yang disebabkan karena kontraksi otot-otot polos.

Page 52: Histologi Sistem Pernafasan

Cabang bronchi yang paling kecil mengandung lebih sedikit tulang rawan, dimana tulang rawan tersebut tidak lagi membentuk cincin yang lengkap, serta epithelnya adalah epithel selapis silindrik dengan silia dan sel-sel goblet.

Bronchus intrapulmonalis selalu berjalan interlobular, diselubungi jaringan ikat yang merupakan kelanjutan jaringan ikat pada hilus paru.

Dalam jaringan ikat tersebut terdapat pembuluh-pembuluh darah yang jalannya selalu berdekatan dengan bronchi dan cabang-cabangnya.

Page 53: Histologi Sistem Pernafasan

Memasuki lobulus pulmo, bronchus intrapulmonalis bercabang menjadi Bronchiolus yang berdiameter 1 mm, intralobuler, tulang rawan dan tidak ditemukan kelenjar-kelenjar limfa

Pada lamina propria terdapat otot polos, sabut elastis, muscularis mucosa lebih tebal

Bronchiolus bercabang menjadi Bronchiolus terminalis yang tidak mempunyai alveoli, kemudian bercabang lagi menjadi bronchiolus respiratorius

Page 54: Histologi Sistem Pernafasan
Page 55: Histologi Sistem Pernafasan
Page 56: Histologi Sistem Pernafasan
Page 57: Histologi Sistem Pernafasan
Page 58: Histologi Sistem Pernafasan

Bronchiolar Cells / Sel Clara merupakan sel silindris tak bersilia, bentuk seperti kubah dengan apex menonjol ke lumen.

Sel ini juga mensekresi sejumlah kecil surfactant

Pada lapisan epithel sepanjang bronchiolus dapat dijumpai beberapa sel yang mempunyai sensory brush dan sel-sel yang sitoplasmanya mengandung granula kecil yang bersifat neuroendrokrin

Page 59: Histologi Sistem Pernafasan

Bronchiolus Respiratoris Bronchiolus respiratoris adalah saluran yang

pendek dan bercabang-cabang. Panjangnya 1 – 4 mm, diameter kurang dari

0,5 mm Pada dinding bronchiolus respiratorius dapat

dijumpai muara-muara alveoli, makin kedistal dari percabangan bronchiolus respiratorius makin besar jumlahnya dan letaknya satu terhadap lainnya makin berdekatan.

Page 60: Histologi Sistem Pernafasan

Mempunyai Sel epitel kubis bersilia sampai dengan selapis pipih

Terdapat sabut otot polos tetapi tidak melingkari lumen, tdp jugasabut elastis disebelah luar dari epithel

Dinding bronchiolus respiratorius ini dibentuk oleh serabut-serabut otot polos yang terjalin dengan jaringan ikat elastik.

Bronchiolus respiratorius melanjutkan diri membentuk ductus alveolaris.

Page 61: Histologi Sistem Pernafasan
Page 62: Histologi Sistem Pernafasan

Ductus Alveolaris Saluran bentuk kerucut, dinding tipis dengan

epitel selapis pipih Sebelah luar dari epithel dindingnya dibentuk

oleh jaringan ikat fibrotik serta serabut-serabut otot polos yang saling teranyam

Sabut otot polos pada ujung-ujungnya seperti titik-titik

Sejumlah alveoli tunggal, maupun saccus alveolaris (cluster of alveoli) bermuara kedalam ductus alveolaris ini

Pada muara-muara alveoli dan saccus alveolaris ini didapatkan berkas-berkas otot polos yang jelas.

Page 63: Histologi Sistem Pernafasan
Page 64: Histologi Sistem Pernafasan
Page 65: Histologi Sistem Pernafasan

Atria Merupakan muara ductus alveolaris yang

berbentuk ruangan tidak teratur yang bermuara kedalam beberapa saccus alveolaris

Pada umumnya tiap atria /atrium bermuara kedalam 2 atau lebih saccus alveolaris.

Page 66: Histologi Sistem Pernafasan

Potongan saluran dan alveoli paru-paru

Page 67: Histologi Sistem Pernafasan

Saccus Alveolaris merupakan ruangan multilokuler menyerupai

gambaran seperti bunga. Sekitar muara atrium, saccus alveolaris dan

alveoli diperkuat oleh jalinan serabut-serabut retikuler dan elastik

Serabut-serabut elastik memungkinkan expansi alveoli pada waktu inspirasi dan pengecilan kembali (recoil like contraction) pada waktu expirasi.

Page 68: Histologi Sistem Pernafasan

Alveoli Ruangan yang berbentuk polyhedral atau

hexagonal dengan suatu lubang pada dindingnya yang memungkinkan udara masuk kedalam alveoli

Alveoli tersusun rapat berdekatan satu dengan yang lain, sehingga tiap-tiap alveolus tidak mempunyai dinding yang terpisah

Alveolus yang satu dg yg lain dipisahkan oleh suatu dinding yang disebut septum interalveolaris.

Page 69: Histologi Sistem Pernafasan

Septum Interalveolus Merupakan dinding yang memisahkan antara

dua alveoli yang berdekatan yang tersusun dari sel epitel selapis pipih yang tipis

Epitel ini duduk pada suatu lamina basalis. Didalam septum ini dapat dijumpai banyak

sekali jalinan pembuluh darah kapiler yang ditunjang anyaman jaringan ikat retikuler dan elastik

Pada septum ini terdapat lubang yang menghubungkan antar alveoli yang disebut alveolar pores yang berjumlah 1 atau lebih.

Page 70: Histologi Sistem Pernafasan
Page 71: Histologi Sistem Pernafasan
Page 72: Histologi Sistem Pernafasan
Page 73: Histologi Sistem Pernafasan
Page 74: Histologi Sistem Pernafasan