Upload
fertica-doures
View
344
Download
32
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hanya pembahasan saja
Citation preview
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 1/13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Stroke merupakan salah satu penyakit serebrovaskuler yang mengacu pada setiap
gangguan neurologi (nyeri kepala, menurunnya kesadaran, kejang, hemiparese, hipertermi dan
lain-lain), yang di sebabkan karena kurang bahkan terhentinya aliran darah ke otak. Penyakit
ini bisa mengakibatkan gejala sisa mulai derajat sedang sampai berat, dan gejala sisa ini akan
berdampak terhadap pekerjan orang tersebut yang akhirnya juga akan menjadi faktor
penghambat dalam pembangunan. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO)
merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian, bahkan di pusat
pelayanan neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO)
selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap.1
Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi. Bila
terjadi peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40,5 dan 430C, pusat pengaturan
suhu tubuh di otak tengah akan gagal. Hipertermi dapat memberikan dampak buruk pada
pasien iskemik.
2
1.2 EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Di
amerika terdapat sekitar 700.000 kasus stroke infark dan 100.000 lainnya stroke perdarahan.
Belum ada angka pasti penderita stroke di Indonesia.3 Insiden GPDO bisa mengenai semua
umur. Pada anak muda juga banyak didapati akibat infark karena emboli yaitu mulai usia di
bawah 20tahun.1
1
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 2/13
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI STROKE
Definisi stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih
dari 24 jam, atau berakir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada
gangguan vaskuler.1
Stroke merupakan salah satu manifestasi neurologik yang umum, dan mudah dikenal
dari penyakit penyakit neurologik lain oleh karena mulai timbulnya mendadak dalam waktu
yang singkat. Adapun manifestasi stroke ialah defisit neurologi yg dapat berupa ; 4
• Hemiperesis, dimana lengan dan tungkai sesisi lumpuh sama beratnya ataupun
hemiperesis dimana dengan lengan sesisi lebih lumpuh dari tungkai atau sebaliknya.
• Hemiparestesia, dimana lengan dan tungkai sesisi hipestetik sama beratnya, atau
lengan sesisi lebih lumpuh dari tungkai atau sebaliknya
• Diplegia, yaitu kedua sisi tubuh memberi tanda kelumpuhan upper motor neuron
(UMN)
• Afasia atau disfasia sensorik atau motorik
• Hemiparesis dengan afasia/ disfasia sensorik/ motorik
• Hemiparesis dengan hemianopia
• Hemiparesis alternans
Gejala gejala tersebut di atas merupakan manifestasi dari infark regional di otak, daerah
subkortikal atau pun batang otak. Sehingga stroke dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma
akibat lesi vaskuler regional di batang otak, didaerah kortikal ataupun subkortikal. Ciri-ciri
mulai timbulnya dan gejala pengiring, dan pendahulunya menandakan sifat ( hemoragik atau
trombus ), lokalisasi, sumber penyumbat pembuluh darah otak, sifat dan lokalisasi lesi yang
2
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 3/13
terjadi. Maka dari itu diagnosa lengkap yang mencakup diagnosa topik dan etiologi stroke
dapat ditetapkan berdasarkan pemeriksaan klinis belaka, tanpa pemeriksaan neurologis khusus
yang mutakhir dan mahal.2
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke
jenis ini. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.5
3
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 4/13
4
Dikutip dari www.miming-serukam .blogspot.com/2011/02/askep-stroke.html6
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 5/13
2.2 ANATOMI FISIOLOGI OTAK
Dikutip dari www.miming-serukam.blogspot.com/2011/02/
6
dan www.Rosita-noor-rahma.blogspot.com 7
Anatomi Otak dan Peredaran darah
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga
tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :7
a. Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
b. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh lobus
oksipitalis.
c. Lobus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura serebralis dan di depan
lobus oksipitalis.
d. Lobus Oksipitalis, yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
5
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 6/13
Disamping pembagian dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan banyaknya
area.
Secara umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian :8
• Korteks Frontalis
Merupakan area 6motorik yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan
volunter
• Korteks Parietalis
Mempunyai peranan utama pada kegiatan memproses dan mengintergrasi
informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya.
• Lobus Temporalis
Merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran. Korteks
pendengaran primer berfungsi sebagai penerima suara. Korteks asosiasi
pendengaran penting untuk memahami bahasa ucap, dan lesi daerah ini
(terutama pada sisi dominan) dapat mengakibatkan penurunan hebat
kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa serta sulit mengulang kata-
kata.
• Lobus oksipitalis
Mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna.
Sirkulasi Peredaran Darah Otak
Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar : karotis atau sirkulasi anterior
dan vertebra atau sirkulasi posterior. Masing-masing sistem terlepas dari arkus aorta
sebagai pasangan pembuluh : karotis komunis kanan dan kiri dan vertebra kanan dan
kiri. Masing-masing karotis membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis
interna dan eksterna. Arteri vertebra berawal dari arteri subklavia. Vertebra bergabung
membentuk arteri basiler, dan selanjutnya memecah untuk membentuk kedua arteri
serebral posterior yang mensuplai permukaan otak inferior dan mediana juga bagaian
lateral lobus oksipital.8
6
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 7/13
Fisiologi Otak
Sistem karotis terutama melayani hemisfer otak dan sistem vertebrobasiler terutama
memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran darah di
otak (ADO) dipengaruhi terutama oleh 3 faktor. Dua yang paling penting adalah tekanan
untuk memompa darah dari sistem arteri kapiler ke sistem vena dan tahanan (perifer)
pembuluh darah otak. Faktor ketiga adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas dan
koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku). Dari faktor pertama, yang penting
adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung, darah, pembuluh darah dan lain-lain) dan
faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan
darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan darah sistemik menurun. 1
Percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata derajat ambang batas aliran darah
otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak ,yaitu :9
a) Ambang fungsional: adalah batas aliran darah otak (yaitu sekitar 50 – 60
cc/100gram/menit), yang bila tidak dipenuhi akan menyebabkan terhentinya fungsi
neuronal,tetapi integritas sel-sel saraf masih utuh.
b) Ambang aktivitas listrik otak adalah batas aliran darah otak (sekitar 15
cc/100gram/menit) yang bila tidak tercapai, akan menyebabkan aktivitas listrik
neuronal terhenti. Ini berarti sebagian struktur intra sel telah berada dalam proses
disintegrasi .
c) Ambang kematian sel yaitu batas aliran darah otak yang bila tak terpenuhi akan
menyebabkan kerusakan total sel sel otak ( CBF kurang dari 15 cc/100/menit/gram).
Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas
yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis dan aliran darah lambat, akibat ADO
yang menurun.1
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus atauembolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama
satu menit dapat mengarah pada gejala-gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
kesadaran. Kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan
nekrosisi mikroskopis neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti jantung atau hipotensi)
7
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 8/13
atau hipoksia karena proses anemia atau kesukaran bernafas. Jika neuron hanya mengalami
iskemik dan belum mengalami terjadi nekrosis masih ada peluang untuk
menyelamatkannya.5
Aterosklerosis dan arteriorsklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinik dengan cara : penyempitan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombus atau perdarahan
aterom, terbentuk trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli menyebabkan dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat robek,
pecahnya pembuluh darah inilah yang menyebabkan terjadinya stroke. 1
2.3 PENGATURAN SUHU TUBUH
Suhu tubuh umumnya berkisar antara 36,5 C sampai 37,5 C. Demam (hipertemi) bila
suhu > 37,2 0 C. Walaupun tidak ada batasan yang tegas, beberapa literatur mengatakan
bahwa apabila terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 1-1,50 C adalah abnormal.
Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan perbedaan kurang lebih
0,5- 0,6 C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi. Nukleus pre-optik pada hipotalamus
anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh
pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point.7
Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi dan
demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas
melebihi pengeluaran panas. Sebaliknya, pada demam hypothalamic thermal set point
meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke
suhu tertentu yang baru. 10
2.4 MEKANISME TERJADINYA DEMAM PADA STROKE
Castillo, et al (1998) melaporkan bahwa hipertermia pada stroke akut, 58% disebabkan
oleh infeksi, 42% disebabkan oleh nekrosis jaringan atau oleh perubahan mekanisme
termoregulasi yang terjadi jika lesi mengenai daerah anterior hipotalamus. Dapat juga
8
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 9/13
disebabkan oleh keadaan toksemia, adanya keganasan atau akibat reaksi pemakaian obat. Pada
perdarahan internal saat terjadinya reabsorbsi darah dapat pula menyebabkan peninggian
temperature. 10
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang
sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi. Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone. Pirogen eksogen bekerja pada fagosit untuk menghasilkan IL-1, suatu polipetida
yang juga dikenal sebagai pirogen endogen. IL-1 mempunyai efek luas dalam tubuh. Zat ini
memasuki otak dan bekerja langsung pada area preoptika hipotalamus. Di dalam hipotalamus
zat ini merangsang pelepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
PGE-2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia/ demam.10
Secara skematis mekanisme terjadinya demam dapat digambarkan sebagai berikut :
Dikutip dari Gelfand JA, Dinarello CA: Alteration in Body Temperature,1998.Neurobiologi
Penyakit 12 (2003)163-173.11
9
Infectious agents
Toxins
Mediator of inflammation
Monocytes/macrophagesEndothelial cells
Other cell t es
Pyrogenic cytokines
IL-1, TNF, IL-6, IFNs
Anterior hypothalamus ↑ PGE-2
Elevated
Thermoregulatory
Set point
Heat ConservationHeat Production
FEVER
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 10/13
2.5 SUHU TUBUH DAN SIRKULASI SEREBRAL
Pengaruh hipertermi terhadap sawar darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas
BBB yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema
serebral. Selain itu hipertermia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi laktat asidosis
yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral.
Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit) ini mempengaruhi
tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak, dimana kita ketahui edema
serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan resistensi serebral. Jika tekanan perfusi
tidak cukup tinggi, aliran darah otak akan menurun karena resistensi serebral meninggi.
Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada tingkat
yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah. Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian
darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah
yang berada dalam keadaan vasoparalisis.5
Parameter penting dalam memperhitungkan aliran darah otak yang dinamakan tekanan
perfusi serebral (CPP), yang idealnya menggambarkan perbedaan mean tekanan arterial
(MAP) dikurangi tekanan intra kranial (ICP). Diperkirakan bahwa pada CPP antara 50 dan
130 mmHg hanya terdapat sedikit, bila ada, variasi dalam CBF total. Sirkulasi karotis
(anterior) memperoleh mayoritas aliran darah dalam kecepatan yang lebih tinggi (335 cc/menit
melalui setiap karotis) sedangkan sirkulasi posterior (vertebrobasiler), memperoleh 75
cc/menit.12
Melalui mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah
penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah
pusat yang kecil saja yang tidak dapat diselamatkan lagi / nekrotik. Apabila sirkulasi kolateral
tidak dimanfaatkan untuk menolong daerah perbatasan lesi iskemik, maka daerah pusatnya
yang sudah nekrotik akan meluas, sehingga lesi irreversible mencakup juga daerah yang
sebelumnya hanya iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan cacat fungsional yang
menetap, sehingga dengan mencegah atau mengobati hipertermia pada fase akut stroke berarti
kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang berarti kita dapat memperbaiki
kesembuhan fungsional.5
10
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 11/13
2.6 PENGARUH SUHU TUBUH TERHADAP STROKE
Beberapa masalah bisa terjadi setelah serangan stroke. Diantaranya penurunan
kesadaran, memburuknya keadaan umum, penyakit sistemik lain yang sudah terjadi
sebelumnya, demam dan infeksi, dan lain-lain.
Suhu yang meningkat harus dicegah,misalnya dengan obat antipiretik atau kompres.
Penyebab suhu yang meningkat harus dicari dan diobati, dan harus diturunkan. Data klinik
mengenai manfaat hipotermi atau antipiretik dalam menangani stroke belum memadai. Namun
studi ekperimental melaporkan bahwa menurunkan suhu badan mengurangi ukuran infark.
Dari studi hewan percobaan tikus diketahui bahwa pendinginan dapat melindungi otak pada
stroke akut. Pendinginan dapat menghambat pelepasan glutamate di otak. Pendinginan dapat
mengurangi ukuran infark 50-60% dan mengurangi kematian jaringan sebanyak 75-100%.13
Laporan pendahuluan menunjukan bahwa penurunan sedikit saja, misalnya 2-3 derajat
celcius, sampai tingkat 33 derajat celcius atau 34 derajat celcius member perlindungan
terhadap otak. Lagipula pembentukan oksigen free radical meningkat pada keadaan
hipertermi. Hipotermi ringan sampai sedang mempunyai efek baik, selama kurung waktu 2-3
jam sejak stroke terjadi, dengan memperlebar jendela kesempatan untuk pemberian obat
terapi. 13
Akibat buruk hipertermi ( suhu tinggi ) pada otak yang iskemik :13
1. Meningkatkan pelepasan neurotransmiter excitotoxic aminoacids
2. Meningkatkan produksi oxygen free radical
3. Memperluas rusaknya sawar darah otak
4. Meningkatkan depolarisasi pasca iskemik yang dapat memperburuk keadaan di
penumbra iskemik
5. Mengganggu pemulihan metabolisme energi dan meningkatkan hambatan
proteinkinase
6. Memperburuk sitoskeleton proteolisis
7. Meningkatkan laktat asidosis
11
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 12/13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik
fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari
24 jam, atau berakir dengan kematian. stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti
karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Stroke hemoragik, pembuluh
darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Terdapat pengaruh hipertermia terhadap stroke. Hipertermia pada stroke akut,
disebabkan oleh infeksi, nekrosis jaringan atau oleh perubahan mekanisme termoregulasi
yang terjadi jika lesi mengenai daerah anterior hipotalamus, toksemia, adanya keganasan
atau akibat reaksi pemakaian obat.
Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak/ BBB yaitu meningkatkan
permeabilitas BBB yang berakibat langsung terjadinya edema serebral. Hipertermia
meningkatkan metabolisme sehingga terjadi laktat asidosis yang mempercepat kematian
neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral.
Akibat buruk hipertermi ( suhu tinggi ) pada otak yang iskemik :
Meningkatkan pelepasan neurotransmiter excitotoxic aminoacids
Meningkatkan produksi oxygen free radical
Memperluas rusaknya sawar darah otak
Meningkatkan depolarisasi pasca iskemik yang dapat memperburuk keadaan di
penumbra iskemik.
Mengganggu pemulihan metabolism energy dan meningkatkan hambatan
proteinkinase.
Meningkatkan laktat asidosis
Mencegah atau mengobati hipertermia pada fase akut stroke berarti kita dapat
mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang berarti kita dapat memperbaiki
kesembuhan fungsional.
12
7/14/2019 hipertermia pada stroke
http://slidepdf.com/reader/full/hipertermia-pada-stroke 13/13
13