Hilangnya Kharisma Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Bahasa adalah cara paling baik dalam menunjukkan identitas suatu negara. Itulah sebabnya, penting bagi bangsa Indonesia melestarikan bahasa Indonesia dan menggunakannya secara baik dan benar. Bahasa Indonesia yang ada saat ini telah diresmikan sebagai bahasa pemersatu Indonesia sejak tahun 1945. Bahasa yang mampu menembus diversiti linguistik yang ada di Indonesia. Mampu menyatukan komunikasi dari Sabang sampai Merauke. Berdiri sebagai penengah diantara sekitar 400 bahasa daerah yang ada. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menjalankan fungsinya. Pada era modern saat ini penggunaan bahasa Indonesia mampu menjembatani komunikasi baik lisan maupun tulisan. Menjadi bahasa pengantar pendidikan formal, perkantoran, media cetak maupun elektronik. Dipelajari tidak hanya oleh orang Indonesia tapi juga para mahasiswa asing yang belajar di Indonesia. Namun globalisasi membawa dampak lain. Siapa yang mengira bahwa bahasa Indonesia mulai kehilangan kharisma saat digunakan. Modifikasi yang dilakukan secara besar-besaran, campur aduk dengan bahasa asing, menjadikan bahasa Indonesia semakin terasa sulit untuk dimengerti. Banyak pejabat Indonesia yang menggunakan istilah-istilah asing dalam pidatonya. Bahkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam setiap pidato kenegaraannya bertebaran kata-kata bahasa Inggris yang sulit dimengerti orang awam. Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak ada penyebab pasti yang mengakibatkan kekacauan ini. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan yang kurang memihak kepada bahasa Indonesia itu sendiri. Bisa kita lihat kenyataan yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Pada tingkat pendidikan formal yang pertama yaitu

Sekolah Dasar. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak kelas satu SD. Mereka dikenalkan dengan huruf, pengejaan yang benar, kosa kata, aturan penggunaan serta penerapannya. Tapi mereka tidak tahu dan tidak diberi tahu mengapa harus bahasa Indonesia. Yang mereka fikirkan saat itu bahasa Indonesia hanyalah sebatas mata pelajaran umum yang harus mereka pelajari sehingga saat menonton tv, mereka dapat mengerti apa yang dikatakan orang di dalam siaran tv tersebut. Kesalahan dalam dunia pendidikan yang pertama mulai terjadi ketika mereka menginjak kelas dua SD, mereka mulai dikenalkan dengan bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris). Sehingga apa yang terjadi, ketika belum tumbuh rasa cinta mereka terhadap bahasa Indonesia, mereka sudah dikenalkan dengan bahasa lain. Diperparah lagi dengan doktrinisasi guru dan orang tua yang mengatakan bahwa bahasa asing yang dalam hal ini adalah bahasa Inggris adalah bahasa dunia. Tidak salah, namun belum waktunya. Pengajar bahasa Indonesia juga banyak yang tidak ahli dibidangnya. Hal ini menyebabkan siswa menjadi malas dan menganggap remeh bahasa Indonesia. Akhirnya siswa malah berfikir bahwa bahasa Indonesia, kan, sudah dipakai sejak masih balita jadi tidak perlu dipelajari juga sudah bisa. Padahal anggapan-anggapan seperti ini yang menjadikan mereka berlaku suka-suka dalam menggunakan bahasa Indonesia. Kini bahasa Indonesia baku mulai dikhawatirkan ketika mulai dikikis oleh bahasa gaul, populer atau bahasa pasar. Padahal, bahasa baku sangat penting dalam kedudukan kebangsaan. Bahasa baku penting bagi sebuah negara, apalagi bagi Indonesia, bahasa baku memiliki fungsi mempersatukan negara Indonesia yang terdiri dari 400 bahasa daerah. Bahasa Indonesia baku diperlukan untuk

memperlancar nasional.

atau

memfasilitasi

komunikasi

pada

tatanan

Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa kebanggaan bangsa Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia ini termasuk hal istimewa dibanding beberapa negara lain yang mengalami kesulitan menetapkan bahasa persatuan. Contohnya di India ada bahasa Hindi dan Inggris, di Belgia menggunakan bahasa Belanda dan Perancis. Lalu ada tiga bahasa yang dipakai di Swiss, yakni Italia, Perancis, dan Jerman. Kanada ada bahasa Inggris dan Perancis. Bahasa baku menurut UU No. 24/2009 adalah bahasa yang dianggap dapat digunakan sebagai bahasa di bidang pendidikan, administrasi negara, upacara resmi, karya tulis, hukum, peradilan, dan berbagai ranah yang dapat dipandang resmi. Namun paradigma yang berkembang malah berlawanan dengan semua konsep diatas. Pengguna bahasa baku malah malu dan takut dinilai berpendidikan biasa-biasa saja karena tidak menggunakan istilah asing dalam berbicara di depan publik. Sebagian dari mereka malah merasa lebih bisa membahasakan apa yang mereka ingin katakan melalui bahasa Inggris. Pada kenyataan jumlah kosakata yang ada dalam kamus bahasa Indonesia edisi IV mencapai 100 ribu kosakata menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Namun masih dirasa kurang dan akan terus dilakukan penambahan. Hal lain yang patut kita cermati bersama adalah penggunaan bahasa pengantar pendidikan (SBI) di dan sekolah. rintisan Sejumlah sekolah sekolah bertaraf berstandar internasional

internasional (RSBI) menempatkan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pendidikan. Hal ini bertentangan dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, kedua dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut, bahasa

pengantar pendidikan nasional adalah bahasa Indonesia sehingga sejumlah SBI dan RSBI seharusnya mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia, bukan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pendidikan akan mereduksi peran bahasa Indonesia dari dunia keilmuan dan kehidupan masa depan bangsa. Internasionalisasi standar pendidikan seharusnya menyentuh mutu pendidikan dan wawasan para siswanya, tidak sebatas pada penggunaan bahasa asing di sekolah. Yang kini terjadi, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan saat ini mengalami pergeseran nilai. Banyak orangtua berlomba-lomba mendidik anak mereka dengan bahasa asing, tetapi lupa bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat membentuk karakter dan kepribadian bangsa. Saat ini yang menjadi tugas kita bersama adalah menimbulkan kecintaan kita terhadap bahasa Indonesia. Hal ini penting agar tumbuh rasa bangga kita, muncul rasa memiliki terhadap bahasa Indonesia dan bisa melestarikan bahasa Indonesia bahkan mampu memamerkan kedepan dunia bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kebanggaan Indonesia.