16
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Normal Paramete r Nilai Normal WBC 4,0-10,0 (10 3 /µl) HGB 12,0-16,0 (g/dl) RBC 4,0-6,0 ((10 6 /µl) HCT 37,0-48,0 (%) PLT 150-400 (10 3 /µl) GDA Sampai dengan 140 mg/dl GDP 70-110 mg/dl Na 135-145 mmol/l K 3,5-5,1 mmol/l Cl 97-111 mmol/l Albumin 3,5-5,0 g/dl Kolester ol 200 mg/dl atau kurang TG 150 mg/dl atau kurang As. Urat L (3,4-7,0) ; P(2,4- 5,7) mg/dl Kreatini n L<1,3 ; P<1,1 mg/dl BUN 10-50 mg/dl SGOT <38 µl SGPT <41 µl Masa

hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

study case

Citation preview

Page 1: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Normal

Parameter Nilai Normal

WBC 4,0-10,0 (103/µl)

HGB 12,0-16,0 (g/dl)

RBC 4,0-6,0 ((106/µl)

HCT 37,0-48,0 (%)

PLT 150-400 (103/µl)

GDA Sampai dengan 140 mg/dl

GDP 70-110 mg/dl

Na 135-145 mmol/l

K 3,5-5,1 mmol/l

Cl 97-111 mmol/l

Albumin 3,5-5,0 g/dl

Kolesterol 200 mg/dl atau kurang

TG 150 mg/dl atau kurang

As. Urat L (3,4-7,0) ; P(2,4-5,7) mg/dl

Kreatinin L<1,3 ; P<1,1 mg/dl

BUN 10-50 mg/dl

SGOT <38 µl

SGPT <41 µl

Masa

Peradarahan

Hasil Laboratorium

ParameterTanggal

14/4 16/4 18/4 21/4 22/4 25/4 29/4 1/5 6/5

WBC 9,8 9,6 8,7 8,3 8,1 7,5

Page 2: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

HGB 8,8 11,5 11,0 11,9 10,9 10,5

RBC 2,89 3,7 3,57 3,8 3,55 3,38

HCT 29,0 37,5 35,9 38,5 35,7 33,1

PLT 289 243 223 150 167 170

GDA 161 274 187 195 126

GDP 109 167 175 325 137 218 229

Na 129,2

K 4,41

Cl 97,9

Albumin 3,0 3,3

Kolesterol 108 104

TG 106 196

As. Urat 3,5 6,0

Kreatinin 0,54 0,71

BUN 3,9

SGOT 61 47

SGPT 20 20

Masa

Perdarahan

Pembahasan

Dari table hasil laboratorium, terlihat bahwa pada uji:

WBC (White Blood Cell)

WBC (White Blood Cell) atau disebut juga Leukosit merupakan komponen darah yang

berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses

metabolik toksin, dll.

Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.

Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit

sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,

penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll.

Pada table hasil laboratorium tersebut terlihat bahwa nilai leukosit pada pemerikasaan

laboratorium berada dalam batas normal, dimana nilai normal untuk leukosit sendiri berkisar

antara 4.000-10.000 sel/ul darah .

Page 3: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

HGB (Hemoglobin)

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media

transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari

jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat

darah berwarna merah.

Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus

memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik,

yaitu :

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl

Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl

Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl

Anak anak : 11-13 gram/dl

Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl

Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl

Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl

Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Pada table hasil pemeriksaan laboratorium terlihat bahwa, hasil yang didapatkan di bawah

nilai normal hemoglobin untuk orang dewasa baik laki-laki dan perempuan. Dimana kadar

hemoglobin normal laki-laki dewasa: 14-18 g/dl dan kadar hemoglobin normal perempuan

dewasa: 12-16 g/dl. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah

anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,

kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik

(kanker, lupus,dll).

Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah

dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,

hemokonsentrasi, dll. 

RBC (Red Blood Cell)

RBC (Red Blood Cell) atau disebut juga Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen

darah yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut/pembawa oksigen dari paru-

paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke

paru-paru.

Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita

berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.

Page 4: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

Pada table hasil pemeriksaan RBC atau Eritrosit terlihat bahwa hasil yang didapakan berada

dibawah nilai normal eritrosit baik untuk laki-laki dan perempuan. Dimana nilai eritrosit

normal untuk laki-laki: 4,7-6,1 juta sel/ul dan nilai eritrosit normal untuk perempuan: 4,2-5,4

juta sel/ul, kemungkinan yang terjadi apabila nilai eritrosit rendah bisa ditemukan pada

anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.

Sedangkan Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK

(penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll.

HCT (Hematokrit)

Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam

100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria

berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Pada table hasil

pemeriksaan laboratorium untuk HCT terlihat bahwa, untuk tanggal 16/4 (37,5) dan 25/4

(38,5) nilai hematokritnya normal sedangkan pada tanggal 14/4 (29,0), 18/4 (35,9), 1/5 (35,7)

dan 6/5 (33,1) nilai hematokritnya berada di bawah nilai normal atau terjadi penurunan nilai

hematokrit. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan

kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-

penyakit yang sama. Dimana nilai hematokrit dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah

anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,

kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik

(kanker, lupus,dll).

Sedangkan nilai hematokrit yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah

dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,

hemokonsentrasi, dll.

PLT (platelet)

PLT (Platelet) atau disebut juga Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi

membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa

kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet

clumping (trombosit bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000

sel/ul darah.

Pada table hasil pemeriksaan laboratorium trombosit, didapatkan hasil bahwa, dari data

tersebut menghasilkan nilai trombosit yang normal, dimana berada dalam kisaran normal

antara 150.000-400.000 sel/ul darah.

Namun apabila nilai trombositnya tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya

tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada

Page 5: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum

tulang, dll.

Na, K, dan Cl (Cairan Elektrolit)

Pada pemeriksaan cairan elektolit, hanya pada Natrium (Na) saat yang mempunyai

kadar rendah, sedangkan untuk kalium (K) dan Klorida (Cl) berada di batas nilai normal.

Adapun nilai normal untuk Na (135-145 mmol/l), K (3,5-5,1 mmol/l), dan Cl (97-111

mmol/l). Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet

rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah  tinggi

yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh). Peningkatan Na terjadi pada pasien diare,

gangguan jantung kronis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi, gagal hepatik (kegagalan

fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan laksansia  (obat

pencahar). Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng,

terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.

Dengan rendahnya kadar Na, untuk itu perlu pemberian NaCl 0.9% hingga kadar elektrolit

pasien kembali meningkat dan apabila terlalu rendah dapat digunakan pula NaCl 3%.

Albumin

Selama 2 kali pemeriksaan albumin, menghasilkan kadar dibawah nilai normal yaitu pada

tanggal 14/4 (3,0 g/dl) dan tanggal 1/5 (3,3 g/dl), dimana kadar normal albumin sendiri

adalah 3,5-5,0 g/dl. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian infuse albumin 25% dengan

tujuan untuk meningkatkan kadar albumin penderita, namun perlu dipertimbangkan bahwa

fungsi hati pada pasien yang abnormal sehingga dapat mengganggu proses pembentukan

albumin dihati dan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kadar albumin pasien

rendah. Untuk itu perlunya pula pemberian hepatoprotektor untuk memperbaiki dan menjaga

fungsi hati dari pasien. Hepatoprotektor yang dapat diberikan adalah Curcuma atau Hp Pro.

Pemeriksaan lipid

Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, kolesterol

HDL, dan kolesterol LDL. Pengukuran lipid dapat dilakukan dengan metode kimiawi

kolorimetrik. Pda hasil laboratorium terliat pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida.

Pengukuran kolesterol total dapat menggunakan enzim kolesterol oksidase. Trigliserida

diukur melalui pengeluaran asam lemak secara hidrolisis diikuti oleh kuantifikasi gliserol

yang dibebaskan.

Berdasarkan hasil yang didapatkan selama 2 kali pemeriksaan baik untuk kolesterol dan

trigliserida, dimana pada kolesterol mengahsilkan kadar yang normal sedangkan pada

Page 6: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

trigliserida pada pemeriksaan awal tangggal 14/4 menghasilkan kadar yang normal

sedangkan pada pemeriksaan kedua pada tanggal 1/5 terjadi peningkatan kadar sebesar 196

mg/dl, adapun nilai normal trigliserida < 150 mg/dl dan kolesterol <200 mg/dl. Adapun

kemungkinan yang terjadi apabila:

Peningkatan kadar trigliserida dapat dijumpai pada : hiperlipoproteinemia, infark

miokardial akut, hipertensi, thrombosis serebral, arteriosklerosis, diet tinggi

karbohidrat. Juga dapat dijumpai pada : hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sirosis

Laennec atau alkoholik, DM tak terkontrol, pancreatitis, sindrom Down, stress,

kehamilan. Pengaruh obat : Estrogen, kontrasepsi oral.

Peningkatan lemak darah umumnya dipengaruhi oleh faktor makanan. Konsumsi makanan

tinggi kalori dalam jangka waktu lama terutama yang banyak mengandung lemak,

menyebabkan peningkatan persisten trigliserida yang terutama berada dalam partikel VLDL.

Asupan karbohidrat yang tinggi menyebabkan peningkatan cepat trigliserida dan VLDL.

Kolesterol dalam makanan meningkatkan kandungan kolesterol LDL, demikian juga asupan

asam lemak jenuh melalui makanan; konsumsi asam lemak tak jenuh mungkin menurunkan

kolesterol total. Alkohol meningkatkan konsentrasi trigliserida, terutama mempengaruhi

VLDL dan kadang-kadang kilomikron.

As. Urat

Pada 2 kali pemeriksaan As. Urat terlihat bahwa menghasilkan kadar dikisaran nilai normal,

dimana nilai normal dari As. Urat sendiri adalah Laki-laki (3,4-7,0) ; Perempuan (2,4-5,7)

mg/dl. Kemungkunan yang terjadi pada:

Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik,

monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme,

hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal

jantung kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbale,

pajanan sinar-X (berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi

protein.

Obat-obatan yang berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat adalah : diuretik

(tiazid, furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-

merkaptopurin, fenotiazin, salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.

Pada gout, peningkatan produksi asam urat dipengaruhi oleh mekanisme idiopatik

atau belum diketahui, tetapi biasanya karena peningkatan sintesis asam urat endogen

sebagai cacat metabolik bawaan. Pada gout, pangkalan asam urat dalam tubuh bisa

Page 7: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

lebih dari 10 kali normal, dan natrium urat dideposit di dalam jaringan lunak,

terutama sendi, sebagai tofi. Adanya pengkristalan ura menyebabkan sendi

membengkak, meradang, dan nyeri. Alopurinol digunakan dalam pengobatan gout

yang bekerja sebagai penghambat xantin oksidase.

Pada leukemia atau keganasan lain, peningkatan produksi secara bermakna

disebabkan oleh penguraian asam nukleat apabila terjadi lisis sel-sel tumor akibat

nekrosis atau kemoterapi. Peningkatan kadar urat karena peningkatan lisis sel juga

dapat dijumpai pada polisitemia, anemia pernisiosa, dan kadang-kadang pada

psoriasis. Pengobatan dengan hormon adrenokortikotrofik atau kortikosteroid, yang

kerjanya katabolik protein mempercepat pemecahan inti sel atau dengan obat-obatan

sitotoksika, menyebabkan peningkatan urat plasma.

Pada kegagalan glomerulus ginjal atau bila ada obstruksi aliran keluar urin, asam urat

serta ureum dan kreatinin terakumulasi. Asam urat tinggi yang dapat terjadi pada

eklampsia tanpa azotemia atau uremia disebabkan oleh lesi ginjal atau perubahan

metabolisme asam urat. Asidosis ketotik dan laktat bisa meningkatkan asam urat

dengan mengurangi sekresi tubulus ginjal, seperti yang terjadi dengan diuretik tiazid

dan furosemid, dan aspirin dosis rendah.

Penurunan kadar asam urat dapat dijumpai pada : penyakit Wilson, asidosis tubulus

ginjal proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan. Pengaruh obat :

alopurinol, azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon.

Kreatinin dan BUN

Pada 2 kali pemeriksaan kreatinin menghasilkan kadar yang berada di antara nilai normal

yaitu pada tanggal 14/4 (0,54) dan 1/5 (0,71), adapun nilai normal untuk kreatinin sendiri

adalah Laki-laki <1,3 ; Perempuan <1,1 mg/dl. Kemungkinan yang terjadi apabila: Keadaan

yang berhubungan dengan:

peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut,

glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi

esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung

kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus,

prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi],

unggas, dan ikan [efek minimal]).

Page 8: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, sefalosporin

(sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam

askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,

metildopa, triamteren.

Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia

gravis.

Peda pemeriksaan BUN dihasilkan kadar dibawah nilai normal yaitu sebesar 3,9 mg/dl,

sedangkan nilai normal BUN adalah 10-50 mg/dl. Dimana Kadar kreatinin dan BUN sering

diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN

meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal

(prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan

BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea

turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar

urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat

akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia

prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio

BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan

penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.

SGOT dan SGPT

Pada 2 kali pemeriksaan baik untuk SGOT dan SGPT dimana untuk nilai SGPT

menghasilkan kadar yang normal sedangkan SGOT berada diatas nilai normal atau tinggi,

dimana nilai normal untuk keduanya adalah SGOT: < 38µl dan SGPT: < 41µl. adapun

kondisi yang dapat meningkatkan kadar SGOT/AST adalah:

Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark

miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa

Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia

jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia

muscularis

Page 9: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru,

delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST

Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar

SGOT/AST

Hemolisis sampel darah

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin,

klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,

polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein,

morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,

preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid

(INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum

positif atau negatif yang keliru.

Pemeriksaan Glukosa Darah

Pemeriksaan Glukosa Darah Acak/Sewaktu (GDA) didapatkan hasil pada 4 kali pemeriksaan

di awal menghasilkan kadar yang tinggi dan pemeriksaan terakhir menunjukkan tanggal 29/4

menghasilkan kadar yang normal yaitu 126 mg/dl, dimana nilai normal untuk GDA adalah

sampai 140 mg/dl.

Permeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) didapatkan hasil, dimana pada hari pertama

pemeriksaan tanggal 14/4 menghasilkan kadar yang normal sedangkan pada 6 kali

pemeriksaan berikutnya terjadi peningkatan kadar, dimana nilai normal untuk GDP adalah

70-110 mg/dl.

Adapun hal yang terjadi apabila terjadi peningkatan kadar (hyperglycaemia) : diabetes

mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali,

hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi

stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan, luka bakar, infeksi,

gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca

gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison;

Page 10: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik

diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Obat-obatan (kortison, tiazid, “loop” diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar

gula darah.

Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah.

Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum.

Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula

darah.

BAB IV

KESIMPULAN

Page 11: hasil makalah studi kasus praktikum patologi klinik