12
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan suhu air rendaman dengan intensitas perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap seluruh tolok ukur yang diamati kecuali kadar air benih dan persentase benih terserang cendawan. Perlakuan suhu air (P) menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan intensitas dormansi namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan persentase benih terserang cendawan. Faktor perlakuan intensitas perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, intensitas dormansi, dan persentase benih terserang cendawan tetapi tidak berpengaruh nyata pada kadar air benih (Tabel 1). Kadar air benih pada percobaan I berkisar antara 21.3% sampai 23.3%. Sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 7. Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan suhu air dan intensitas perendaman pada beberapa tolok ukur perkecambahan benih kelapa sawit Peubah Faktor Perlakuan P I P*I Kadar air benih tn tn tn Daya berkecambah ** ** ** Kecepatan tumbuh ** ** ** Potensi tumbuh maksimum ** ** ** Intensitas dormansi ** ** ** Persentase benih terserang cendawan tn ** tn Keterangan: ** = berbeda nyata pada taraf 1% ; tn = tidak berbeda nyata ; P*I = pengaruh interaksi suhu air (P) dan intensitas perendaman (I)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

  • Upload
    hathuan

  • View
    259

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

20

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap

Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan

bahwa interaksi antara perlakuan suhu air rendaman dengan intensitas

perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap seluruh tolok ukur yang diamati

kecuali kadar air benih dan persentase benih terserang cendawan. Perlakuan suhu

air (P) menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah daya

berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan intensitas

dormansi namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan persentase benih

terserang cendawan. Faktor perlakuan intensitas perendaman berpengaruh sangat

nyata terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh

maksimum, intensitas dormansi, dan persentase benih terserang cendawan tetapi

tidak berpengaruh nyata pada kadar air benih (Tabel 1). Kadar air benih pada

percobaan I berkisar antara 21.3% sampai 23.3%. Sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 1 sampai 7.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan suhu air dan intensitas

perendaman pada beberapa tolok ukur perkecambahan benih kelapa

sawit

Peubah Faktor Perlakuan

P I P*I

Kadar air benih tn tn tn

Daya berkecambah ** ** **

Kecepatan tumbuh ** ** **

Potensi tumbuh maksimum ** ** **

Intensitas dormansi ** ** **

Persentase benih terserang cendawan tn ** tn

Keterangan: ** = berbeda nyata pada taraf 1% ; tn = tidak berbeda nyata ; P*I = pengaruh

interaksi suhu air (P) dan intensitas perendaman (I)

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

21

21

Berdasarkan Tabel 2, perendaman selama 1x24 jam dalam berbagai suhu

tidak mampu membuat benih berkecambah. Semakin tinggi intensitas

perendaman, daya berkecambah benih semakin meningkat. Daya berkecambah

meningkat hingga suhu 80oC lalu mengalami penurunan pada suhu 90

oC. Daya

berkecambah tertinggi didapat pada perlakuan perendaman dalam suhu 80oC

selama 3x24 jam yaitu sebesar 16.7%. Perlakuan ini kemudian digunakan pada

percobaan II sebelum benih direndam dalam ethephon.

Tabel 2. Pengaruh suhu air dan intensitas perendaman terhadap daya berkecambah

Suhu Air Intensitas Perendaman

1x24 jam 2x24 jam 3x24 jam

%

27oC 0.71g (0.0) 0.71g (0.0) 0.71g (0.0)

60oC 0.71g (0.0) 0.72fg (1.3) 0.77c (8.7)

70oC 0.71g (0.0) 0.73ef (3.3) 0.76cd (7.3)

80oC 0.71g (0.0) 0.74de (5.3) 0.82a (16.7)

90oC 0.71g (0.0) 0.73ef (3.3) 0.78b (11.3)

Keterangan: Angka rataan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT 5%. Data yang dianalisis adalah data yang sudah

ditransformasi √(x+0.5). Angka dalam kurung merupakan data asli sebelum

ditransformasi ; kk= 1.36%

Pada intensitas perendaman 2x24 jam dan 3x24 jam, terjadi peningkatan

kecepatan tumbuh (Tabel 3) dan potensi tumbuh maksimum benih (Tabel 4)

hingga suhu 80oC lalu mengalami penurunan pada suhu 90

oC. Peningkatan

kecepatan tumbuh dan potensi tumbuh maksimum juga terjadi pada intensitas

perendaman yang lebih tinggi. Kecepatan tumbuh tertinggi didapat pada

perlakuan perendaman dalam suhu 80oC selama 3x24 jam yaitu sebesar 0.59%

KN etmal-1

dengan potensi tumbuh maksimum sebesar 16.7%.

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

22

22

Tabel 3. Pengaruh suhu air dan intensitas perendaman terhadap kecepatan tumbuh

Suhu Air Intensitas Perendaman

1x24 jam 2x24 jam 3x24 jam

% KN etmal-1

27oC 0.7071g (0.00) 0.7071g (0.00) 0.7071g (0.00)

60oC 0.7071g (0.00) 0.7074fg (0.04) 0.7093c (0.32)

70oC 0.7071g (0.00) 0.7079ef (0.12) 0.7090cd (0.27)

80oC 0.7071g (0.00) 0.7084de (0.18) 0.7112a (0.59)

90oC 0.7071g (0.00) 0.7078efg (0.11) 0.7101b (0.43)

Keterangan: Angka rataan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT 5%. Data yang dianalisis adalah data yang sudah

ditransformasi √(x+0.5). Angka dalam kurung merupakan data asli sebelum

ditransformasi ; kk= 0.06%

Tabel 4. Pengaruh suhu air dan intensitas perendaman terhadap potensi tumbuh

maksimum

Suhu Air Intensitas Perendaman

1x24 jam 2x24 jam 3x24 jam

%

27oC 0.7071f (0.0) 0.7071f (0.0) 0.7071f (0.0)

60oC 0.7071f (0.0) 0.7164ef (1.3) 0.7658c (8.7)

70oC 0.7071f (0.0) 0.7303e (3.3) 0.7571cd (7.3)

80oC 0.7071f (0.0) 0.7483d (6.0) 0.8164a (16.7)

90oC 0.7071f (0.0) 0.7303e (3.3) 0.7873b (12.0)

Keterangan: Angka rataan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT 5%. Data yang dianalisis adalah data yang sudah

ditransformasi √(x+0.5). Angka dalam kurung merupakan data asli sebelum

ditransformasi ; kk= 1.29%

Perendaman selama 3x24 jam menurunkan persentase benih terserang

cendawan dari 56.8% menjadi 22.5% dibanding pada perendaman 1x24 jam.

Rata-rata pengaruh suhu air terhadap persentase benih terserang cendawan

berkisar antara 38.0% hingga 44.2%.

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

23

23

Tabel 5. Pengaruh suhu air dan intensitas perendaman terhadap persentase benih

terserang cendawan

Suhu Air Intensitas Perendaman

1x24 jam 2x24 jam 3x24 jam Rata-rata

%

27 oC (P0) 54.0 41.3 22.7 39.3

60 oC (P1) 55.3 37.3 21.3 38.0

70 oC (P2) 62.0 40.0 20.7 40.9

80 oC (P3) 52.7 44.7 23.3 40.2

90 oC (P4) 60.0 48.0 24.7 44.2

Rata-rata 56.8a 42.3b 22.5c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut

statistik uji lanjut DMRT pada taraf α = 5% ; kk = 15.72%

Berdasarkan hasil dari percobaan I, terlihat bahwa perlakuan perendaman

dalam air 80oC selama 3x24 jam memberikan hasil terbaik dibanding perlakuan

lainnya. Oleh karena itu, perlakuan ini akan digunakan pada percobaan

selanjutnya.

Percobaan II. Pengaruh Konsentrasi Ethephon terhadap Perkecambahan

Benih Kelapa Sawit

Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan konsentrasi ethephon

menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah kadar air benih, daya

berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan intensitas

dormansi namun tidak berpengaruh nyata terhadap persentase benih terserang

cendawan (Tabel 6). Sidik ragam perlakuan pengaruh konsentrasi ethephon

terhadap perkecambahan benih kelapa sawit disajikan pada Lampiran 8 sampai

13.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

24

24

Tabel 6. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan konsentrasi ethephon pada tolok

ukur perkecambahan benih kelapa sawit

Peubah Konsentrasi Ethephon kk (%)

Kadar air benih ** 3.52

Daya berkecambah ** 0.96#

Kecepatan tumbuh ** 0.05#

Potensi tumbuh maksimum ** 14.75

Intensitas dormansi ** 4.03

Persentase benih terserang cendawan tn 26.72

Keterangan: ** = berpengaruh nyata pada taraf 5% ; tn = tidak berpengaruh nyata ; # =

transformasi √(x+0.5)

Kadar air benih, daya berkecambah, dan kecepatan tumbuh cenderung

menurun pada konsentrasi ethephon yang lebih tinggi. Potensi tumbuh maksimum

meningkat hingga konsentrasi 0.4% yaitu sebesar 29.2% lalu menurun pada

konsentrasi ethephon yang lebih tinggi. Nilai intensitas dormansi menurun hingga

konsentrasi ethephon 0.4% yaitu sebesar 70.8% lalu meningkat pada konsentrasi

ethephon yang lebih tinggi. Persentase benih terserang cendawan berkisar antara

12.8% sampai 16.0% (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh konsentrasi ethephon terhadap kadar air (KA), daya

berkecambah (DB), kecepatan tumbuh (KCT), potensi tumbuh

maksimum (PTM), intensitas dormansi (ID), dan persentase benih

terserang cendawan

Konsen-

trasi

Ethephon

(%)

KA

(%)

DB

(%)

KCT

(% etmal-1

)

PTM

(%)

ID

(%)

Benih

Terserang

Cendawan

(%)

0 21.7a 0.802a (14.4) 0.7107a (0.51) 14.4c 85.6a 16.0

0.4 20.8ab 0.713b (0.8) 0.7073b (0.04) 29.2a 70.8c 12.8

0.8 19.6c 0.707b (0.0) 0.7071b (0.00) 20.0b 80.0b 16.0

1.2 19.9bc 0.707b (0.0) 0.7071b (0.00) 23.2b 76.8b 13.6

1.6 20.0bc 0.707b (0.0) 0.7071b (0.00) 20.4b 79.6b 13.2

Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata menurut statistik uji lanjut DMRT pada taraf α = 5%. Angka

dalam kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi √(x+0.5)

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

25

25

Percobaan III: Pengaruh Perendaman dalam Berbagai Konsentrasi

Ethephon yang Didahului dengan Perendaman dalam Air

Panas 80oC Selama 3x24 Jam dan Diakhiri dengan

Pemanasan Kering selama 1 Minggu terhadap

Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam, perlakuan pematahan dormansi

menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah kadar air benih, daya

berkecambah, kecepatan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum, namun tidak

berpengaruh nyata terhadap intensitas dormansi dan persentase benih terserang

cendawan (Tabel 8). Sidik ragam perlakuan pematahan benih kelapa sawit

disajikan pada Lampiran 14 sampai 19.

Tabel 8. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan pematahan dormansi pada

beberapa tolok ukur perkecambahan benih kelapa sawit

Peubah Konsentrasi Ethephon kk (%)

Kadar air benih ** 3.44

Daya berkecambah ** 1.60#

Kecepatan tumbuh ** 0.12#

Potensi tumbuh maksimum ** 6.82

Intensitas dormansi tn 9.00

Persentase benih terserang cendawan tn 12.89

Keterangan: ** = berpengaruh nyata pada taraf 5% ; tn = tidak berpengaruh nyata ; # =

transformasi √(x+0.5)

Perlakuan pematahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar

air, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum.

Konsentrasi ethephon tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas dormansi dan

persentase benih terserang cendawan. Tabel 9 menunjukkan bahwa kadar air

benih, daya berkecambah, dan kecepatan tumbuh nyata menurun pada konsentrasi

ethephon yang lebih tinggi. Potensi tumbuh maksimum meningkat secara nyata

hingga konsentrasi ethephon 0.4% (T2) yaitu sebesar 52.0% lalu menurun pada

konsentrasi ethephon yang lebih tinggi. Nilai intensitas dormansi berkisar antara

56.4% sampai 66.4%, sedangkan persentase benih terserang cendawan berkisar

antara 13.6% sampai 16.4%.

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

26

26

Tabel 9. Pengaruh perendaman dalam berbagai konsentrasi ethephon yang

didahului dengan perendaman dalam air panas suhu 80oC selama 3x24

jam dan diakhiri dengan pemanasan kering selama 1 minggu terhadap

KA, DB, KCT, PTM, ID, dan persentase benih terserang cendawan

Perla-

kuan

KA

(%)

DB

(%)

KCT

(% etmal-1

)

PTM

(%)

ID

(%)

Benih

Terserang

Cendawan (%)

T1 19.5a 0.914a (33.6) 0.7193a (1.75) 33.6d 66.4 16.4

T2 18.8ab 0.729b (3.2) 0.7083b (0.17) 52.0a 61.6 13.6

T3 17.9c 0.707c (0.0) 0.7071c (0.00) 43.6b 56.4 15.2

T4 18.2bc 0.707c (0.0) 0.7071c (0.00) 39.6c 60.4 13.6

T5 18.2bc 0.707c (0.0) 0.7071c (0.00) 36.4cd 63.6 14.0

Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata menurut statistik uji lanjut DMRT pada taraf α = 5%. Angka

dalam kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi √(x+0.5). KA=

kadar air benih, DB= daya berkecambah, KCT= kecepatan tumbuh, PTM=

potensi tumbuh maksimum, ID= intensitas dormansi.

Pembahasan

Kadar air merupakan faktor penting dalam perkecambahan benih kelapa

sawit. Air harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pelunakan kulit,

memberi fasilitas masuknya oksigen, mengencerkan protoplasma untuk

mengaktifkan berbagai macam fungsinya, dan sebagai alat transportasi larutan

makanan dari endosperma atau kotiledon ke titik tumbuh pada poros embrio

(Kamil, 1979). Enzim-enzim hidrolase akan aktif dalam menghidrolisis cadangan

makanan dalam benih jika air dalam benih cukup tersedia. Hal ini akan memacu

perkembangan embrio dalam benih untuk menembus testa atau kulit benih dan

muncul melalui operculum (Silomba, 2006). Benih kelapa sawit merupakan benih

yang membutuhkan kadar air di atas 18% untuk dapat berkecambah (Adiguno,

1998). Pada percobaan I, perlakuan meningkatkan kadar air benih, sedangkan

pada percobaan II dan III menurunkan kadar air benih. Hal ini diduga karena pada

percobaan I menggunakan bahan perendam air yang memiliki kepekatan sama,

sedangkan pada percobaan II dan III menggunakan bahan perendam ethephon

dalam berbagai konsentrasi yang memiliki kepekatan berbeda. Semakin pekat

larutan perendam, semakin sulit imbibisi ke dalam benih. Hal ini karena kerasnya

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

27

27

kulit benih yang mengandung lignin menjadi penghalang masuknya air

(Nurmailah, 1999). Suhu air dan intensitas perendaman mempengaruhi

penyerapan air ke dalam benih, hal ini karena air dan oksigen yang dibutuhkan

untuk perkecambahan dapat masuk ke benih tanpa halangan sehingga benih dapat

berkecambah (Sumanto dan Sriwahyuni, 1993).

Kadar air benih berhubungan erat dengan persentase benih terserang

cendawan. Persentase benih terserang cendawan pada percobaan I cenderung

lebih tinggi dibanding percobaan II dan III. Cendawan banyak menyerang benih

yang memiliki kadar air yang lebih tinggi. Selain itu, persentase benih terserang

cendawan yang tinggi pada penelitian ini diduga karena kerapatan benih pada tray

perkecambahan kecil sehingga uap air yang dihasilkan dari proses respirasi benih

rendah. Uap air yang rendah mengakibatkan kelembaban relatif meningkat

sehingga potensi munculnya cendawan semakin besar. Kerapatan benih dalam

tray pada percobaan yaitu sebesar 0.14 butir cm-2

dengan jumlah benih yang

dikecambahkan sebanyak 300 butir dalam tray berukuran 32x65 cm, sedangkan

kerapatan benih yang digunakan dalam proses pengecambahan konvensional yaitu

sebesar 0.34 butir cm-2

. Cendawan yang menyerang pada percobaan I (Gambar 5)

tidak mampu diidentifikasi karena spora cendawan tidak keluar sehingga hasil

mikroskopis tidak menunjukkan struktur khusus yang mencirikan salah satu jenis

cendawan, sedangkan cendawan yang menyerang pada percobaan II (Gambar 6)

dan III (Gambar 7) adalah Aspergillus sp.

Gambar 5. Serangan cendawan pada percobaan I. A. Cendawan pada benih; B.

Isolat cendawan; C. Bentuk mikroskopis cendawan (Perbesaran 400x)

A B C

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

28

28

Gambar 6. Serangan cendawan pada percobaan II. A. Aspergillus sp. pada benih;

B. Isolat Aspergillus sp.; C. Bentuk mikroskopis Aspergillus sp.

(Perbesaran 40x)

Gambar 7. Serangan cendawan pada percobaan III. A. Aspergillus sp. pada benih;

B. Isolat Aspergillus sp.; C. Bentuk mikroskopis Aspergillus sp.

(Perbesaran 40x)

Pada percobaan I, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan potensi

tumbuh maksimum yang dihasilkan masih sangat rendah. Peningkatan intensitas

perendaman meningkatkan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan potensi

tumbuh maksimum. Peningkatan suhu air juga mempengaruhi perkecambahan

benih kelapa sawit, semakin tinggi suhu air maka daya berkecambah benih

semakin meningkat hingga mencapai maksimum 16.7% pada suhu 80oC dan

mengalami penurunan pada suhu 90oC. Penurunan pada suhu 90

oC dapat terjadi

karena tiap spesies memiliki respon tersendiri terhadap suhu. Agba et al. (2005)

melaporkan bahwa perendaman benih Mucuna flagellipes di dalam air suhu 60oC

A C

B

A C

B

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

29

29

selama 10 menit memberikan hasil yang lebih baik dibanding perendaman dalam

suhu 80oC dan 100

oC. Menurut Crocker dan Barton (1953), suhu tertentu dapat

menyebabkan terjadinya disintegrasi lapisan kulit benih sehingga membuat benih

permeabel terhadap air, namun pada suhu air yang terlalu tinggi diasumsikan

perendaman tidak hanya melarutkan lapisan kutikula di sekitar kulit benih, tetapi

bagian dalam benih seperti embrio atau kotiledon juga dapat ikut terlarut dalam

air. Hasil perkecambahan benih kelapa sawit disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). A. Kecambah normal;

B. Kecambah normal; C. Kecambah abnormal (plumula tidak ada); D.

Kecambah abnormal (plumula dan radikula tidak tumbuh berlawanan arah).

Penggunaan ethephon pada percobaan II dan III meningkatkan persentase

benih yang berkecambah dibanding percobaan I. Hal ini karena penambahan

ethephon meningkatkan ketersediaan etilen yang mampu merangsang

perkecambahan benih. Menurut da Silva et al. (2005), beberapa benih berkulit

keras memiliki dinding sel endosperma yang cukup tebal dan berdekatan dengan

ujung radikula. Penipisan dinding sel endosperma diperlukan agar radikula dapat

muncul keluar. Gong dan Bewley (2007) menambahkan bahwa penipisan dinding

sel endosperma dipengaruhi oleh beberapa enzim, salah satunya adalah enzim

endo-β-mannanase. Gong et al. (2005) mengemukakan bahwa peningkatan enzim

endo-β-mannanase di endosperma cukup untuk memunculkan radikula.

Berdasarkan penelitian Nascimento et al. (2000), penambahan etilen pada benih

selada mampu meningkatkan enzim endo-β-mannanase. Menurut Matilla dan

Matilla-Vazquez (2008), peningkatan enzim endo-β-mannanase mampu

menipiskan dinding sel endosperma sehingga radikula dapat muncul dan

A B C D

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

30

30

mematahkan dormansi benih. Gambar 9 menunjukkan pertumbuhan benih kelapa

sawit selama percobaan.

Gambar 9. Pertumbuhan kecambah kelapa sawit. A.17 hari setelah

tumbuh; B. 14 hari setelah tumbuh; C. 11 hari setelah

tumbuh

Pada percobaan II dan III, perendaman dalam ethephon menurunkan daya

berkecambah dan kecepatan tumbuh, hasil terbaik ditunjukkan pada perendaman

ethephon 0%. Potensi tumbuh maksimum memberikan hasil yang berbeda,

potensi tumbuh maksimum yang lebih tinggi didapat pada konsentrasi ethephon

0.4% dan menurun pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena

banyaknya kecambah yang tumbuh tidak normal pada perendaman menggunakan

ethephon konsentrasi 0.4% sampai 1.6%. Berdasarkan hasil penelitian Wan dan

Hor (1983), penggunaan ethephon 0.1% dan 0.2% tidak mampu mematahkan

dormansi benih kelapa sawit. Herrera et al. (1998) melaporkan bahwa

perendaman dalam ethephon 1.2% menghasilkan 60% benih kelapa sawit yang

berkecambah, namun benih banyak yang tumbuh tidak normal. Johnston (1977)

mengemukakan bahwa pemberian etilen dari luar dalam bentuk ethephon mampu

mengimbangi rendahnya kapasitas sintesis etilen alami pada benih dorman,

namun pada konsentrasi ethephon yang semakin tinggi, kandungan morphactin

dalam benih juga semakin besar. Morphactin merupakan senyawa yang dikenal

sebagai penghambat pertumbuhan, terutama menghambat pertumbuhan radikula.

Hal ini yang menyebabkan banyaknya kecambah abnormal (Gambar 10).

A B C

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu … · Perkecambahan Benih Kelapa Sawit . Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi

31

31

Percobaan III memberikan hasil potensi tumbuh maksimum sebesar 52.0%

lebih baik dibanding percobaan II (PTM 29.2%). Hal ini karena adanya

pemanasan kering selama 1 minggu di akhir perlakuan. Menurut Hussey (1958),

metode pemanasan kering mampu melunakkan kulit benih sehingga

mempermudah proses imbibisi air ke dalam benih serta merangsang

perkecambahan benih kelapa sawit.

Gambar 10. Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit pada Perendaman dalam

Berbagai Konsentrasi Ethephon

Benih kelapa sawit memiliki kemiripan struktur dengan benih aren. Benih

aren mengalami dorman karena memiliki kulit benih yang keras dan kadar lignin

yang cukup tinggi. Benih aren juga memiliki operculum yang merupakan titik

keluarnya embrio benih. Perlakuan yang efektif untuk mematahkan dormansi

benih aren yaitu dengan deoperkulasi menggunakan amplas. Benih aren digosok

menggunakan amplas tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian

embrionya. Perlakuan ini menghasilkan 88.33% daya berkecambah pada benih

yang ditanam dalam pasir (Rofik dan Murniati, 2008).

E0 E1 E2 E3 E4