1
Bisnis Indonesia, Investor, 01 Februari 2017

Harga Pangan Diwaspadai INFLASI JANUARIbigcms.bisnis.com/file-data/1/1870/8844dc67_Des16-PPPropertiTbk.pdf · untuk Asean dan In-dia Edward Teather menjelaskan tahun ini akan menjadi

Embed Size (px)

Citation preview

4 Rabu, 1 Februari 2017

PDBTumbuh4,8%

JAKARTA — UBS Investment Bankmemperkirakan per-tumbuhan ekonomiIndonesia tahun ini hanya mencapai 4,8% terpengaruh oleh berbagai situasi global yang kurang menentu. Meski de-mikian, investasi a -sing langsung masih menjanjikan.

Ekonom SeniorUBS Invesment Bankuntuk Asean dan In-dia Edward Teathermenjelaskan tahun ini akan menjadi tahun penyesuaian bagi per-ekonomian Indone-sia untuk mencapai pertumbuh an yanglebih baik pada 2018.

“Kami melihat ha-sil pertumbuhan itu dikombinasikan den-gan penaikan suku bunga acuan di Ame-rika Serikat dan de-fi sit transaksi berjalan yang makin melebarakan menekan rupi-ah sepanjang 2017,”ujarnya dalam tele-konferensi Kamis (31/1).

Teather memper-kirakan tahun ini ti-dak akan terjadi pele-baran defi sit fi skal.Pasalnya, Indonesiaakan berpegang teguh pada ketentuan defi s-it fi skal yang tidak boleh melebihi batas 3% dari PDB yangberimplikasi pada pengurangan stimu-lus fi skal.

Dia mengatakan program pengam-punan pajak yang be-rakhir pada 31 Maret 2017 ini hanya akan memberikan dampak 0,2 hingga 0,4 poin pada per tumbuhanPDB setelah setahun sebelumnya program ini berkontribusi 1 poin. Pada saat yang sama, pa ra ekonomUBS memperkirakanpe ningkatan hargaminyak brent sebe-sar US$60 per barelakan mendorong pen-ingkatan penerimaan Indonesia sebesar 0,4 poin pada PDB.

“Kami meyakini pertumbuhan yangdidorong oleh kebi-jakan fi skal dari pe-merintah akan sema-kin berkurang setelahstimulus positif yangdigelontorkan pada se-mester pertama 2016,”tuturnya.

Kenaikan harga energi seperti min-yak dan batu bara semestinya membe-rikan dampak positif bagi Indonesia dalam arti memperbaiki de-fi sit transaksi berjalan. Akan tetapi, menurut-nya, meningkatnya harga batu bara sejauh ini lebih didorong olehkebijakan Pemerin-tah China yang justruakan menyempitkan impor batu bara padaakhir 2017.

“Lantaran hal terse-but, ditambah dengan impor yang moderat pada tahun-tahun se belumnya, kami mem perkirakan de-fi sit transaksi berjalan pada mencapai 2,7% pada 2017 dan 3,0%pada 2018,” ucapnya.

UBS InvestmentBank pun mempre-diksi tahun ini Bank Indonesia tidak memi-liki ruang yang cukupuntuk terus melaku-kan pelonggaran mo-neter dengan menu-runkan bunga acuan karena akan dibatasioleh harga minyak yang lebih tinggi.(M.G. Noviarizal Fernandez)

�INFLASI JANUARI

Harga Pangan DiwaspadaiJAKARTA — Infl asi harga pangan berge-

jolak masih perlu diwaspadai kendati pada Januari 2017 diperkirakan cen-derung mulai stabil. Infl asi pada panganbisa menggerus nilai tukar petani dan buruh sehingga menurunkan daya beli.

Berdasarkan survei Bisnis kepada10 ekonom pada Selasa (31/1), infl asidiproyeksikan mencapai level 0,66% (month-on-month/mom) atau 3,18% (year-

on-year/yoy). Kenaikan harga barang/jasapemerintah menjadi pemicu infl asi pada Januari 2017, sementara harga pangan bergejolak cenderung menurun dari yang sebelumnya diselimuti kenaikan hargaterutama cabai.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. JosuaPardede memproyeksikan infl asi Januari2017 meningkat menjadi 0,72% (mom)atau 3,24% (yoy) dari bulan sebelumnya

sebesar 3,02% (yoy). Inflasi diprediksi digerakkan oleh

kenaikan harga barang/jasa diatur pe-merintah (administered prices) seperti kenaikan harga BBM nonsubsidi sekitar 4% secara rata-rata dan kenaikan biaya administrasi surat kendaraan bermotoryang naik lebih dari 100%.

Sementara itu, tarif tenaga listrik (TTL)nonsubsidi yang naik hampir 1% pada

Desember 2016 turut memicu inflasi kendati hanya kecil. Dampak kenaikan TTL pada awal Januari 2017 baru akan terefleksi pada infl asi Februari 2017. Infl asi harga bergejolak cenderung stabil pada akhir Januari 2017.

Ekonom PT Maybank Indonesia Tbk. Juniman mengatakan daya beli pada awal tahun belum menunjukkan pemulihan karena beban tarif listrik terus menggerus

daya beli masyarakat. Kenaikan adminis-tered prices lainnya juga turut menurunkan konsumsi. Namun, dia berpendapat jatahsubsidi harus dikurangi agar tidak makinmemberatkan fi skal.

Selanjutnya, pemerintah diharapkanlebih bijak untuk menangani administeredprices sehingga kenaikan TTL secara bertahap berada pada zona waktu yangtepat. (Kurniawan A. Wicaksono & Veronika Yasinta)

M A K R O E K O N O M I

Bisnis Indonesia, Investor, 01 Februari 2017