6
SB/P/BG/09 HANDY GEL CARROTA HASIL FERMENTASI DAUN WORTEL SEBAGAI ANTI BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT KULIT Eggie Febrianto Ginanjar 1) , Endah Retnaningrum 2) , Nur Indah Seprtiani 1) , Ary Octaviani 1) , Dyah Ayu Tantri Mizella Wiyati 3) , dan Eadvin Rosrinda 1) 1) Mahasiswa S1 Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2) Dosen Fakultas Biologi, laboratorium Mikrobiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3) Mahasiswa S1 Jurusan Obat Alami, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta email: [email protected] ABSTRAK Selama ini daun wortel belum dimanfaatkan secara optimal, hanya sebatas untuk pakan ternak. Menurut Kasim, dkk. (2005), daun wortel yang telah difermentasi dengan konsorsium Acetobacter xylinum-Saccharomyces cereviseae mempunyai kemampuan sebagai antibakteri, khususnya sebagai anti Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini untuk menguji kemampuan anti bakteri dari produk kesehatan berupa handy gel carrota sebagai anti bakteri Staphylocococus aureus yang merupakan agen penyebab berbagai penyakit pada kulit. Metode yang digunakan meliputi pembuatan starter konsorsium Acetobacter xylinum-Saccharomyces cerevisiae, fermentasi daun wortel, pengambilan ekstrak hasil fermentasi, pengukuran pH, freeze drying dan pembuatan handy gel carrota dengan konsentrasi ekstrak fermentasi daun wortel 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan dibandingkan dengan handy gel sintetis 0,1 % irgasan. Tahap terakhir yaitu, pengujian daya hambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan mengukur zona bening di sekeliling paper disk sebanyak 9 kali ulangan tiap perlakuan. Berdasarkan penelitian, pada aras kepercayaan 95% menunjukan antar tiap perlakuan satu dengan lainnya sangat signifikan. Pada konsentrasi 10 % sudah efektif untuk menghambat pertumbuhan S. aureus sedangkan konsentrasi 25 % menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada handy gel sintetis. Kata kunci : Handy gel, daun wortel, Staphylococcus aureus, zona hambat PENDAHULUAN Wortel (Daucus carota) merupakan salah satu sayuran yang mempunyai nilai ekonomis dan banyak digemari oleh masyarakat, karena nilai gizinya yang tinggi. Kebutuhannya yang tinggi menjadikan wortel banyak dibudidayakan di Indonesia, khususnya di daerah Jawa [1]. Pemanfaatan daun wortel selama ini belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya sebatas pakan ternak [3]. Berdasarkan penelitian [2], daun wortel yang telah difermentasi Acetobacter xylinum- Seminar Nasional Biologi 2010 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1168

Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

Citation preview

Page 1: Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

SB/P/BG/09

HANDY GEL CARROTA HASIL FERMENTASI DAUN WORTEL SEBAGAI ANTI

BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT KULIT

Eggie Febrianto Ginanjar1)

, Endah Retnaningrum2)

, Nur Indah Seprtiani1)

, Ary Octaviani1)

,

Dyah Ayu Tantri Mizella Wiyati3)

, dan Eadvin Rosrinda1)

1) Mahasiswa S1 Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

2) Dosen Fakultas Biologi, laboratorium Mikrobiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3)Mahasiswa S1 Jurusan Obat Alami, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

email: [email protected]

ABSTRAK

Selama ini daun wortel belum dimanfaatkan secara optimal, hanya sebatas untuk

pakan ternak. Menurut Kasim, dkk. (2005), daun wortel yang telah difermentasi dengan

konsorsium Acetobacter xylinum-Saccharomyces cereviseae mempunyai kemampuan

sebagai antibakteri, khususnya sebagai anti Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini

untuk menguji kemampuan anti bakteri dari produk kesehatan berupa handy gel carrota

sebagai anti bakteri Staphylocococus aureus yang merupakan agen penyebab berbagai

penyakit pada kulit. Metode yang digunakan meliputi pembuatan starter konsorsium

Acetobacter xylinum-Saccharomyces cerevisiae, fermentasi daun wortel, pengambilan

ekstrak hasil fermentasi, pengukuran pH, freeze drying dan pembuatan handy gel carrota

dengan konsentrasi ekstrak fermentasi daun wortel 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan

dibandingkan dengan handy gel sintetis 0,1 % irgasan. Tahap terakhir yaitu, pengujian daya

hambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan mengukur zona bening di sekeliling paper

disk sebanyak 9 kali ulangan tiap perlakuan. Berdasarkan penelitian, pada aras kepercayaan

95% menunjukan antar tiap perlakuan satu dengan lainnya sangat signifikan. Pada

konsentrasi 10 % sudah efektif untuk menghambat pertumbuhan S. aureus sedangkan

konsentrasi 25 % menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada handy gel sintetis.

Kata kunci : Handy gel, daun wortel, Staphylococcus aureus, zona hambat

PENDAHULUAN

Wortel (Daucus carota) merupakan

salah satu sayuran yang mempunyai nilai

ekonomis dan banyak digemari oleh

masyarakat, karena nilai gizinya yang tinggi.

Kebutuhannya yang tinggi menjadikan

wortel banyak dibudidayakan di Indonesia,

khususnya di daerah Jawa [1].

Pemanfaatan daun wortel selama ini

belum dimanfaatkan secara optimal dan

hanya sebatas pakan ternak [3]. Berdasarkan

penelitian [2], daun wortel yang telah

difermentasi Acetobacter xylinum-

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 20101168

Page 2: Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

Saccharomyces cereviseae (fermentasi

kombucha), memiliki kemapuan khususnya

sebagai anti bakteri, khususnya bakteri

Staphylococcus.

Staphylococcus aureus merupakan

bakteri patogen utama pada manusia yang

menyebabkan berbagai penyakit secara luas.

Staphylococcus aureus bertanggung jawab

atas 80% penyakit supuratif, dengan

permukaan kulit sebagai habitat alaminya.

Bakteri ini mampu menyebabkan infeksi

kulit. Manifestasi klinis S. aureus pada

manusia antara lain adalah impetigo [4].

Selain itu, penyakit kulit echtyma, selulitis,

infeksi folikel rambut termasuk stafilokokal

folikulus, bisul, dermatitis, kudis, folikulitis

decalvans juga disebabkan oleh bakteri ini.

Daun wortel yang selama ini belum

dimanfaatkan secara optimal dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku handy gel

carrota yang mempunyai kemampuan

antiseptik sebagai suatu inovasi yang solutif

bagi masyarakat. Antiseptik yang berasal

dari daun wortel ini akan lebih ramah

lingkungan dan tidak menimbulkan iritasi,

karena selama ini, antiseptik yang banyak

digunakan dalam sediaan hand sanitizer

berasal dari bahan kimia sintetis golongan

alkohol yaitu etanol dan triklosan. Kedua

golongan alkohol ini memiliki kerugian

yaitu dapat menimbulkan rasa terbakar,

iritasi, menyebabkan kulit kering dan tidak

dapat digunakan pada kulit yang luka [5].

Tujuan penelitian ini adalah untuk

menguji kemampuan anti bakteri dari

produk kesehatan berupa handy gel carrota

sebagai anti bakteri Staphylocococus aureus

yang merupakan agen penyebab berbagai

penyakit pada kulit.

BAHAN DAN CARA KERJA

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah biakan murni A.

xylinum dan S. cerevisae. Biakan murni S.

aureus digunakan sebagai bakteri penguji,

yang merupakan salah satu koleksi dari

Bidang Mikrobiologi, Pusat Studi

Bioteknologi UGM. Untuk proses

fermentasi digunakan daun wortel yang

telah dikeringkan, gula pasir, dan akuades.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan gel

adalah ekstrak daun wortel, HPMC, propilen

glikol, metil paraben, koriden odoris,

alkohol 70% ad. Bahan yang digunakan

dalam pengujian daya hambat handy gel

carrota, nutrient agar (NA), nutrient broth

(NB), akuades, serta gel sintetis yang dijual

dipasaran sebagai bahan pembanding.

Alat yang digunakan untuk penelitian

ini adalah pisau, blender, kain saring,

timbangan digital, kompor pemanas, botol

jar, autoklaf, sentrifuse, conical tube, pH

meter, erlenmeyer, gelas pengaduk, cawan

petri, tabung reaksi, pipet tetes, ose,

drygalsky, kertas whatman no 5.,

mikropipet, yellow tip, homogenizer,dan

viscositometer.

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1169

Page 3: Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

Cara kerja dalam penelitian ini meliputi

pembuatan starter A. xylinum-S .cerevisiae,

pembuatan handy gel carrota dengan cara

fermentasi daun wortel, pengambilan

ekstrak hasil fermentasi dan pengukuran pH,

serta pembuatan gel. Tahap terakhir yaitu,

pengujian daya hambat ekstrak daun wortel

terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus

dengan metode difusi agar.

a. Pembuatan starter A. xylinum-S.

cerevisiae

Untuk pertumbuhan A. xylinum dan

S.cerevisae dipilih media starter berupa

ekstrak nanas. Nanas yang telah dikupas

kulitnya, dipotong kecil-kecil, lalu

diblander. Setelah halus, disaring dengan

kain saring. Kemudian ekstrak nanas

diencerkan, dengan perbandingan ekstrak

nanas : air = 30% : 70%. Ekstrak nanas ini

kemudian dimasukan kedalam botol-botol

jar besar dan ditambahkan gula pasir

sebanyak 5% lalu ditutup dengan

alumunium foil, kemudian disterilisasi

dengan autoklaf pada suhu 121°C dan

tekanan 15 psi selama 15 menit. Selanjutnya

ditambahkan 10% biakan konsorsium A.

xylinum dan S. cerevisae lalu diinkubasikan

selam 3-4 hari.

b. Pembuatan handy gel carrrota

Pembuatan handy gel carrota dilakukan

melalui beberapa tahapan yaitu:

1). Fermentasi daun wortel (Daucus

carrota)

Daun wortel yang telah dikeringkan

ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian

dimasukan ke dalam botol jar 100 ml. Lalu

ditambahkan 10 g gula pasir dan 50 ml

akuades. Botol ditutup dengan alumunium

foil, kemudian disterilisasi dengan autoklaf

pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama

15 menit, lalu ditambahkan starter A.

xylinum dan S. cerevisae sebanyak 5 ml

(10% dari larutan contoh) lalu diinkubasikan

selama 6 hari.

Tabel 1. Rancangan formula sediaan gel ekstrak daun wortel

Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6

Ekstrak fermentasi daun wortel 0% 5% 10% 15% 20% 25%

HPMC 2 g 2g 2g 2g 2g 2g

Metil paraben 1ml 1ml 1ml 1ml 1ml 1ml

Gliserin 0,2g 0,2g 0,2g 0,2g 0,2g 0,2g

Koriden odoris 8gtt 8gtt 8gtt 8gtt 8gtt 8gtt

Alkohol 70% ad 10ml 10ml 10ml 10ml 10ml 10ml

Keterangan : F : Formula, Gtt : guttae ( tetes )

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 20101170

Page 4: Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

2). Pengambilan ekstrak hasil fermentasi dan

pengukuran pH

Larutan ekstrak hasil fermentasi

dimasukan ke dalam tabung eppendorf steril.

Ekstrak tersebut disentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Sisa

ekstrak hasil fermentasi dan kontrol diukur

pHnya. Nilai pH kontrol sebagai pH awal

dan pH ulangan sebagai pH akhir. Ekstrak

hasil fermentasi di freeze drying untuk

mengilangkan akuades selama 48 jam di

Laboratorium Penelitian dan Terpadu UGM.

3). Pembuatan sediaan gel

HPMC dikembangkan dalam air panas,

kemudian diaduk. Ekstrak daun wortel

dibuat konsentrasi (0%, 5%, 10%, 15%,

20%, 25%) dicampur dengan bahan lain

sampai tercampur rata, kemudian

dimasukkan ke dalam HPMC. Ke dalam

campuran tersebut, ditambahkan alkohol

70% ad sampai volume 10 ml, kemudian

tambahkan metil paraben tetes demi tetes

sambil diaduk perlahan sampai terbentuk gel

yang jernih dan baru ditambahkan 8 tetes

koriden odoris (Tabel 1.)

c. Uji daya hambat “handy gel carrota”

terhadap pertumbuhan bakteri S.

aureus

Suspensi bakteri uji diambil sebanyak

0,1 mL dari suspensi S. aureus pada medium

NB steril yang telah diinkubasikan selama

18-24 jam dengan menggunakan mikropipet

ke dalam cawan petri steril telah

mengandung medium NA yang telah

memadat. Kemudian biakan bakteri

diratakan dengan drygalsky (surface plate).

Paper disk dimasukan ke 6 macam gel

yang mengandung ekstrak daun wortel dari

berbagai konsentrasi serta gel sintetis

dimasukkan ke dalam petri tersebut.

Penggunaan gel sintetis sebagai kontrol

positif dan untuk membandingkan kualitas

handy gel carrota dengan gel yang dijual di

pasaran saat ini. Perlakuan dengan cara yang

sama diulangi hingga 9 kali.

d. Analisis data

Hasil penelitian yang diperoleh adalah

data kuantitatif. Untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan kualitas gel maka data

tersebut kemudian dianalisis dengan One

Way ANOVA untuk melihat ada tidaknya

beda nyata antar perlakuan, yang dilanjutan

dengan uji DMRT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan starter Acetobacter xylinum

dan Saccharomyces cereviseae

menggunakan medium berupa ekstrak

nanas, dengan alasan bahwa ekstrak ini

mempunyai pH yang rendah. Selain pH,

pertumbuhan konsorsium juga dipengaruhi

oleh jumlah oksigen, waktu inkubasi dan

komposisi media. Acetobacter xylinum dan

S. cereviseae dimasukkan ke dalam ekstrak

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1171

Page 5: Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

nanas dan diinkubasikan 3-4 hari. Hal

ini diperkirakan A. xylinum dan S.

cereviseae telah mencapai fase log yaitu

pertumbuhan biakan pada waktu sel-selnya

membelah diri secara mantap dengan laju

yang konstan. Komposisi gula berfungsi

mengikat sumber karbon bagi S. cereviseae

untuk memproduksi etanol dan

karbondioksida yang digunakan oleh A.

xylinum untuk dioksidasi menjadi selulosa

[2].

Daun wortel yang telah dikeringkan

diekstrak dengan akuades (melaui pemansan

autoklaf) kemudian difermentasikan dengan

starter dan diinkubasi selama 6 hari untuk

menarik senyawa aktif dari daun tersebut

[2]. Tanda terjadinya fermentasi, terdapat

gelembung pada ekstrak daun wortel. Hasil

pengukuran pH pada fermentasi daun wortel

adalah 4,05 sedangkan pH pada ekstrak

wortel yang tidak difermentasi adalah 6,85.

pH asam menunjukkan terjadi fermentasi.

Daun wortel yang telah difermentasi

ekstraknya diambil dan disentrifugasi. Hasil

sentrifugasi dipekatkan dengan freeze drying

selama 48 jam. Hasil yang diperoleh, berupa

cairan kental (ekstrak yang pekat) karena air

pada hasil fermentasi daun wortel teruapkan,

sehingga dapat dilakukan perlakuan

perbedaan konsentrasi.

Sediaan produk dalam bentuk gel,

memiliki beberapa keunggulan, yaitu gel

lebih mudah tersebar merata keseluruh

tangan daripada padat. Ikatan (kontak)

antara zat aktif dengan kulit yang diolesi

lebih tahan lama daripada bentuk cair. Pada

formulasi gel, ekstrak fermentasi daun

wortel sebagai bahan aktifnya. HPMC

digunakan sebagai basis membuat gel, Metil

paraben digunakan sebagai pengawet,

propilen glikol untuk homektan

(menghomogenkan campuran gel) dan untuk

meningkatkan viskositas gelnya.

Koridenodoris digunakan sebagai pewangi.

Alkohol 70 %, digunakan untuk

mempercepat penguapan, agar tidak lengket.

Berdasarkan hasil ulangan 9 kali, rerata

zona hambat pertumbuhan S. aureus selama

24 jam (Tabel.2), secara umum rata-rata

zona hambat yang semakin besar

konsentrasi zat aktif (ekstrak daun wortel),

maka akan semakin besar pula luas zona

hambat yang dihasilkan. Penggunaan

alkohol 70%, tidak cukup signifikan

mempengaruhi S. aureus, karena pada

konsentrasi zat aktif 0%, rata – rata zona

hambatnya hanya 10 ± 17 mm2. Konsentrasi

25 % ekstrak fermentasi daun wortel

menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada

handy gel sintetis. Selanjutnya dilakukan

analisis statistik menggunakan ANAVA

untuk mengetahui apakah perbedaan

perlakuan sangat signifikan atau signifikan

atau tidak signifikan. Berdasarkan uji

statistik dengan ANAVA, menunjukkan

adanya perbedaan perlakuan sangat

signifikan.

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 20101172

Page 6: Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit

Tabel 2. Rerata zona hambat pertumbuhan S. aureus selama 24 jam

Berdasarkan uji DMRT, perlakuan 25%

berbeda nyata dengan perlakuan 20%, 15%,

10%, 5 % dan 0%. Perlakuan 20%, berbeda

nyata dengan 10%, 5% dan 0%, namun tidak

berbeda nyata dengan 15%. Perlakuan 15%

berbeda nyata dengan perlakuan 10%, 5%,

dan 0%. Perlakuan 10% berbeda nyata

dengan perlakuan 5% dan 0%. Perlakuan

5% tidak berbeda nyata dengan 0%.

Sehingga konsentrasi ekstrak fermentasi

daun wortel yang efektif untuk membuat

handy gel carotta adalah 25%, 15%, dan

10%. Pada konsentrasi 25%, zona habatnya

sudah melebihi zona hambat gel sintesis

(dengan zat aktif irgasan 0,1%)

KESIMPULAN

Handy gel carrota mampu dijadikan

sebagai produk kesehatan terhadap

staphylococcus aureus. konsentrasi zat aktif

yang efektif untuk membuat handy gel

carotta adalah pada konsentrasi 25%, 15%,

dan 10%. Pada konsentrasi 25%, zona

hambatnya sudah melebihi zona hambat gel

sintesis (dengan zat aktif irgasan 0,1%)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Cahyono, D. 2003. Wortel, Teknik

Budidaya dan Analisis Usaha Tani.

http://books.google.co.Id/books?id.Diaks

es pada tanggal 14 Maret 2009.

[2] Kasim, E.,T. Yulineri., R. Hardiningsih.,

E.Triana., dan R.N.R. Napiyupulu. 2005.

Daya Anti Staphylococcus aureus dari

Fermentasi Beberapa Jenis Tumbuhan

Obat. Jurnal Biologi Indonesia 3 (9):

397-404.

[3] Lestrari, C.M.S., E.Purbowati dan T.

Susanto.2004. Budidaya Kelinci

Menggunakan Pakan Limbah Industri

Pertanian Sebagai Salah Satu Alternatf

Pemberdayaan Petani Miskin.

http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2004/

NP/budidayakelinci.doc. Diakses pada

tanggal 16 September 2009.

[4] Salasia,S.I.O., M.H.Wibowo, dan

Khusnan. 2005. Karakterisasi Fenotipe

Isolat Staphylococcus aureus dari

Sample Susu Sapi Perah Mastitis

Subklinis. J.Sain Vet 23 (2): 73.

[5] Sweetman, S.C. 2002. The Complete

Drug Reference. 33rd

edition.

Pharmaceutical Press. London.

Perlakuan

Handy gel Carrota dengan berbagai konsentrasi ekstrak fermentasi

daun wortel Kontrol

(handy gel sintesis

0,1 % irgasan ) F1

(0%) F2 (5%) F3 (10%) F4 (15%) F5 (20%) F6 (25%)

10±17 82±54 283±88 391±79 447±225 681±212 417 ± 345

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1173