18
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi DAN Streptococcus pyogenes SECARA IN VITRO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh : BOBBY SATRIA AJI J500140095 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI TEMU KUNCI

(Boesenbergia pandurata) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi DAN

Streptococcus pyogenes SECARA IN VITRO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh :

BOBBY SATRIA AJIJ500140095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

i

HALAMAN PERSETUJUAN

Page 3: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Page 4: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

iii

PERNYATAAN

Page 5: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI TEMU KUNCI(Boesenbergia pandurata) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi DAN

Streptococcus pyogenes SECARA IN VITRO

INTISARI

Salah satu bakteri gram negatif yang endemik di Asia Tenggara adalah Salmonellatyphi. Selain Salmonella typhi terdapat bakteri yang memiliki insiden tinggi didunia yaitu Streptococcus pyogenes. Resistensi antibiotik Salmonella typhidiketahui meningkatkan morbiditas dan mortalitas demam tifoid. Resistensiantibiotik Streptococcus pyogenes terjadi karena peningkatan kemampuanadaptasi bakteri terhadap sistem imun manusia secara perlahan-lahan. Minyakatsiri pada temu kunci (Boesenbergia pandurata) dapat dimanfaatkan sebagaisumber alternatif antibakteri.Mengetahui aktivitas antibakteri minyak atsiri temukunci (Boesenbergia pandurata) secara in vitro dan konsentrasi paling efektifminyak atsiri temu kunci sebagai antibakteri.Jenis penelitianadalah eksperimentaldengan metodeposttest only with control group design. Subyek penelitian iniadalah minyak atsiritemukunci(Boesenbergia pandurata). Salmonella typhi danStreptococcus pyogenes digunakan sebagai bakteri uji. Bakteri uji distandarisasidengan 0,5 Mc Farland, kemudian ditanam pada media agar. Media agar dibuatsumuran dan diisi dengan konsentrasi 30%, 50%, 75%, 90%, kontrol positif, dankontrol negatif dengan metode difusi. Aquades sebagai kontrol negatif,amoxicillindan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Kemudian diinkubasi dalam suhu37°Cselama 24 jam dan dihitung zona hambat yang terbentuk.Minyak atsiri temu kunci(Boesenbergia pandurata) memiliki aktivitas antibakteri yang efektif terhadapSalmonella typhi dan Streptococcus pyogenes dalam konsentrasi 30%, 50%, 75%,dan 90%.Minyak atsiritemukunci(Boesenbergia pandurata) dengan konsentrasi30%, 50%, 75%, dan 90% memiliki aktivitas antibakteri. Konsentrasi palingefektif sebagai antibakteri adalah 90%.

Kata kunci: antibakteri, minyak atsiri, temu kunci, Boesenergia pandurata,Salmonella typhi, Streptococcus pyogenes

ABSTRACT

One of the gram-negative bacteria that is endemic in Southeast Asia is Salmonellatyphi. In addition to Salmonella typhi, there are bacteria that have a highincidence in the world that is Streptococcus pyogenes. Salmonella typhi has beenresistance of antibiotic. Known to increase the morbidity and mortality of typhoidfever. Streptococcus pyogenes has been resistance of antibiotic because of theincreased ability of bacterial adaptation to the human immune system. Essentialoils of Boesenbergia pandurata can be utilized as an alternative source ofantibacterials.To investigate the antibacterial activity of essential oils of

Page 6: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

2

Boesenbergia pandurata through in vitro technique and the most effectiveconcentrations of Boesenbergia pandurata’s essential oil as antibacterials. Thetype of research was experimental with posttest only with control group designmethod. The subjects of this study is Boesenbergia pandurata’s essential oil.Salmonella typhi and Streptococcus pyogenes are used as bacterial test. Thebacteria test were standardized with 0.5 Mc Farland, then planted on agarmedium. The media is made well and filled with concentrations of 30%, 50%,75%, 90%, positive control, and negative control by diffusion method. Aquades asnegative control, amoxicillin and chloramphenicol as positive controls. Thenincubated at 37 ° C for 24 hours and calculated the inhibit zone. Boesenbergiapandurata’s essential oil has antibacterial activity toward Salmonella typhi andStreptococcus pyogenes in concentrations of 30%, 50%, 75%, and90%.Boesenbergia pandurata’s essential oil with concentrations of 30%, 50%,75%, and 90% had antibacterial activity. The most effective concentration as anantibacterial is 90%.

Keywords: antibacterial, essential oil, Boesenergia pandurata, Salmonella typhi,Streptococcus pyogenes.

1. PENDAHULUAN

Bakteri merupakan organisme prokariotik yang tidak memiliki dinding inti

atau membran inti, sehingga apabila dilakukan ekstraksi benang DNA, akan

didapatkan molekul tunggal dan utuh dari DNA dengan berat molekul 2-

3x109. Bakteri terbagi menjadi bakteri gram negatif dan bakteri gram positif

tergantung pada respon terhadap pewarnaan gram. Sel bakteri diwarnai

dengan zat warna kristal ungu dan iodium lalu dicuci dengan alkohol atau

aseton. Bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna ungunya setelah

dicuci dengan alkohol, sedangkan bakteri gram positif tetap mempertahankan

warna ungu meskipun dicuci dengan alkohol (Syahrurachman, 2010).

Salah satu bakteri gram negatif yang menjadi endemik di Asia Tenggara

adalah Salmonella typhi (Crump et al., 2004). Salmonella typhi adalah

penyebab dari penyakit demam tifoid (Pramitasari, 2013). Demam tifoid

merupakan penyakit menular yang tersebar di seluruh dunia dan masih

menjadi masalah terbesar di negara berkembang dan tropis, seperti Asia

Tenggara, Afrika, dan Amerika latin. World Health Organization (WHO)

mencatat insiden demam tifoid di dunia mencapai 10.825.487 kasus pada

tahun 2000. Insiden demam tifoid tertinggi terjadi di Benua Asia yaitu

Page 7: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

3

10.118.179 kasus dan diikuti oleh Benua Afrika dengan 408.837 kasus. Asia

tenggara merupakan daerah endemik demam tifoid kedua setelah Asia tengah

dengan jumlah insiden 575.407 kasus (Crump et al., 2004). Insiden demam

tifoid di Indonesia mencapai 600.000 – 1.500.000 kasus pertahun (Cita,

2011).

Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang

terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sedangkan

sebagian lolos menuju usus dan berkembangbiak. Salmonella typhi menyebar

ke organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Masa tunas demam

tifoid berlangsung antara 10-14 hari. (Widodo, 2009).

Selain Salmonella typhi terdapat salah satu bakteri yang memiliki insiden

cukup tinggi di dunia yaitu Streptococcus pyogenes. Streptococcus pyogenes

merupakan bakteri gram positif penyebab faringitis. Insiden faringitis di

dunia mencapai 600 juta penduduk per tahun (Nizet, 2005).

Streptococcus pyogenes melekat ke epitel faring dengan menggunakan pili

permukaan yang dilapisi lipotheichoic acid dan asam hialuronat pada galur

yang berkapsul. Invasi Streptococcus pyogenes bersifat akut dan ditandai

dengan tonsilitis, nasofaringitis berat, eritema dan edema yang berat pada

membran mukosa, pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar getah bening

servikalis, serta demam tinggi (Brooks et al., 2004).

Antibiotik dapat digunakan untuk membasi bakteri gram positif maupun

gram negatif penyebab infeksi pada manusia (Gunawan et al., 2008).

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan pakai dan tidak terkontrol

dapat menimbulkan masalah baru yaitu resistensi. Resistensi antibiotik pada

Salmonella typhi telah diketahui dengan dihubungkan pada meningkatnya

morbiditas dan mortalitas demam tifoid (Erviani, 2013). Penelitian yang

dilakukan Limsuwan pada tahun 2013 juga menunjukkan adanya resistensi

antibiotik pada Streptococcus pyogenes dan peningkatan kemampuan

adaptasi bakteri terhadap sistem imun manusia secara perlahan-lahan

(Limsuwan dan Voravuthikunchai, 2008).

Page 8: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

4

Untuk mengatasi resistensi terhadap antibiotik berbagai jenis tanaman

yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antibakteri (Jaksa, 2009). Salah

satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah temu kunci

(Miksusanti et al., 2008). Masyarakat percaya bahwa temu kunci dapat

digunakan sebagai obat untuk batuk kering, sariawan, gangguan pada usus

besar, perut membengkak, susah kencing pada anak-anak, radang selaput

lendir pada mulut rahim, dan disentri (Hayani, 2007). Penelitian Miksusanti

et al. pada tahun 2008 menunjukkan bahwa minyak atsiri temu kunci

memiliki efek antibakteri dengan merusak dinding sel bakteri dan

mengganggu replikasi sel bakteri (Miksusanti et al, 2008).

Temu kunci (Boesenbergia pandurata) adalah salah satu jenis rimpang

yang banyak ditemukan di Indonesia. Jumlah yang sangat melimpah

menjadikan temu kunci mudah ditemukan, terutama di Provinsi Jawa Tengah

dan Jawa Timur yang menjadi penghasil terbanyak temu kunci di Indonesia.

Tercatat pada tahun 2014 produksi temu kunci di Jawa Tengah 2.870.041

kg/tahun dan Jawa Timur 1.453.708 kg/tahun (Kementerian Pertanian, 2015).

Temu kunci memiliki kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri atau minyak

eteris (essential oil, volatile) merupakan hasil metabolisme tanaman yang

terdiri dari senyawa-senyawa yang mempunyai karakteristik menimbulkan

aroma. Komponen senyawa minyak atsiri dapat bereaksi dengan komponen

dinding sel bakteri yang menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri.

Kandungan senyawa benzaldehid, linalol, simen, borneol dan osimen dapat

menghambat pertumbuhan bakteri (Miksusanti et al., 2008). Penelitian yang

telah dilakukan Chahyadi pada tahun 2014 menunjukkan bahwa minyak atsiri

temu kunci memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Eschericia coli,

Bacillus cereus, Listeria monocytogenes (Chahyadi et al., 2014).

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin membuktikan apakah minyak

atsiri temu kunci (Boesenbergia pandurata) memiliki aktivitas antibakteri

terhadap bakteri Salmonella typhii dan Streptococcus pyogenes pada media

agar.

Page 9: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

5

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental

laboratorik.Peneliti memberikan perlakuan terhadap sampel,yaitu berupa

bakteri Salmonella typhii dan Streptococcus pyogenesyang didapat dari

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta yang kemudian diberi minyak atsiri tanaman temu kunci

(Boesenbergia pandurata) dengan konsentrasi 30%, 50%, 75%, 90%, kontrol

positif dan kontrol negatif.Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fakultas

Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk determinasi, kebun

temu kunci di Pacitan untuk pengambilan temu kunci, laboratorium

Farmakologi untuk penyulingan minyak atsiri danLaboratoriumMikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk pengujian

aktivitas antibakteri. Penentuan besar sampel tiap kelompok dilakukan

dengan menggunakan rumus Federer yang melalui perhitungan tersebut

diketahui besar sampel minimal tiap kelompok yang diperlukan adalah 4 kali

replikasi.

Metode uji aktivitas antibakteri yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode difusi. Dibuat sumuran pada media agar kemudian

menyebarkan bakteri yang telah distandarisasi dengan Mc Farland5.0,

kemudian sumuran itu diisi dengan beberapakonsentrasi minyak

atsiri,aquades sebagai kontrol negatif,amoxicilindankloramfenikol sebagai

kontrol positif. Kemudian diinkubasi dalam suhu37°C selama 24

jam.Pengamatan penghambatan pertumbuhan bakteri dilakukan dengan

mengukur diameter zona bening disekitar sumuran yang merupakan diameter

zona penghambatan sampel dengan menggunakan jangka sorong.

Page 10: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

6

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Tabel 1. Hasil zona hambat minyak atsiri temu kunci terhadap bakteri

Salmonella typhi

Replikasi Kontrol

(+)

(mm)

Kontrol

(-)

(mm)

30%

(mm)

50%

(mm)

75%

(mm)

90%

(mm)

1 25 6 10 12 22 35

2 25 6 10 18 22 40

3 25 6 10 15 30 40

4 25 6 8 15 25 40

Rata-rata 25 6 9,5 15 24,7 31

Tabel 2. Hasil zona hambat minyak atsiri temu kunci terhadap bakteriStreptococcus pyogenes

Tabel 3. Uji Normalitas DataKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Salmonella ,107 24 ,200* ,936 24 ,130

Streptococcus ,215 24 ,006 ,907 24 ,030

Replikasi Kontrol

(+)

(mm)

Kontrol

(-)

(mm)

30%

(mm)

50%

(mm)

75%

(mm)

90%

(mm)

1 20 6 5 15 20 30

2 20 6 5 15 24 22

3 20 6 5 12 25 22

4 20 6 8 12 25 25

Rata-rata 20 6 5.75 13,5 23,5 24,75

Page 11: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

7

Tabel 4. Uji Homogenitas Varian

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Salmonella 3,214 5 18 ,030

Streptococcus 4,319 5 18 ,009

Tabel 5. Uji Non Parametrik Kruskal Wallis

Salmonella Streptococcus

Chi-Square 18,565 17,665

Df 4 4

Asymp. Sig. ,001 ,001

Tabel 6. Hasil Ujipost hocMan Whitney

PerlakuanN Median (min-max) Nilai P (vs

Kontrol negatif)

Kontrol Negatif 4 0

Kontrol Positif (S. typhi) 4 25 0,008

Kontrol Positif (St. pyogenes) 4 20 0,008

Konsentrasi 30% (S. typhi) 4 10 (8-10) 0,011

Konsentrasi 50% (S. typhi) 4 15 (12-18) 0,013

Konsentrasi 75% (S. typhi) 4 23,5 (22-30) 0,013

Konsentrasi 90% (S. typhi) 4 40 (35-40) 0,011

Konsentrasi 30% (St.

pyogenes)

4 5 (5-8) 0,011

Konsentrasi 50% (St.

pyogenes)

4 13,5 (12-15) 0,013

Konsentrasi 75% (St.

pyogenes)

4 24,5 (20-25) 0,013

Konsentrasi 90% (St.

pyogenes)

4 23,5 (22-30) 0,013

*berbeda signifikan (p<0,05)

Page 12: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

8

3.2 PEMBAHASAN

Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan hasil penghitungan diameter zona

hambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan Streptococcus

pyogenese dengan pemberian berbagai konsentrasi minyak atsiri temu

kunci. Zona hambat merupakan zona bening yang terbentuk disekitar

sumuran.

Pada uji antibakteri Salmonella typhi dengan pemberian minyak

atsiri temu kunci konsentrasi 30% , 50%, 75%, dan 90% didapatkan rata-

rata zona hambat yang terbentuk berturut-turut 9,5 mm, 15 mm, 24,7

mm, dan 31 mm. Diameter zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi

30% termasuk kategori sedang karena diameter >6-<11 mm. Diameter

yang terbentuk pada konsentrasi 50%, 75%, dan 90% termasuk kategori

tinggi karena >11 mm (Elgayar, 2001). Pada konsentrasi 30% zona

hambat telah terbentuk. Seiring dengan kenaikan konsentrasi minyak

atsiri maka kandungan senyawa antibakteri juga akan semakin tinggi

sehingga zona hambat yang terbentuk akan semakin luas (Kusmiyati dan

Agustini, 2006).

Pada uji antibakteri Streptococcus pyogenes dengan pemberian

minyak atsiri temu kunci konsentrasi 30%, 50%, 75%, dn 90%

didapatkan rata-rata zona hambat yang terbentuk berturut-turut 5,75 mm,

13,5 mm, 23,5 mm, dan 24,75 mm. Diameter zona hambat yang

terbentuk pada konsentrasi 30% termasuk kategori sedang karena

diameter >6-<11 mm. Diameter yang terbentuk pada konsentrasi 50%,

75%, dan 90% termasuk kategori tinggi karena >11 mm(Elgayar, 2001).

Serupa dengan uji pada bakteri Salmonella typhi, semakin meningkat

konsentrasi minyak atsiri temu kunci pada biakan bakteri Streptococcus

pyogenes mengakibatkan semakin luas pula zona hambat yang terbentuk

(Kusmiyati dan Agustini, 2006).

Zona hambat yang terbentuk pada bakteri Salmonella typhi dan

Streptococcus pyogenes memiliki perbedaan diameter. Daya hambat

Page 13: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

9

minyak atsiri temu kunci tehadap Salmonella typhi lebih luas

dibandingkan Streptococcus pyogenes. Hal tersebut terjadi karena

terdapat perbedaan komponen penyusun dinding sel bakteri Salmonella

typhi dan Streptococcus pyogenes (Brooks et al.,2004).

Bakteri gram negatif memiliki susunan dinding sel yang lebih

kompleks dibanding bakteri gram positif sehingga senyawa antibakteri

akan lebih sulit untuk menembus lapisan dinding bakteri gram negatif

(Lestari et al., 2016). Dinding sel bakeri gram negatif terdiri dari lapisan

luar berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa peptidoglikan, dan lapisan

dalam berupa lipopolisakarida. Dinding sel bakteri gram positif hanya

terdiri dari satu lapis dinding sederhana, sehingga bakteri gram positif

akan lebih sensitif terhadap anti bakteri (Kusmiyati dan Agustini, 2006).

Aktivitas antibakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dinding

sel bakteri saja. terdapat 4 faktor yang mempengaruhi daya hambat anti

bakteri antara lain adalah konsentrasi ekstrak, kandungan senyawa

metabolit, daya difusi ekstrak dan jenis bakteri yang dihambat (Lestari et

al., 2016). Terbentuknya zona hambat dari pertumbuhan bakteri antara

lain dipengaruhi pH lingkungan, stabilitas zat aktif, besarnya inkolum,

lamanya inkubasi dan aktifitas metabolik bakteri (Mahmudah dan Atum,

2017).

Uji statistik non parametrik Kruskall wallis pada kedua kelompok

bakteri uji menunjukkan nilai p < 0,05. Maka nilai tersebut menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan diameter yang bermakna antara kedua

kelompok bakteri uji dengan kelompok kontrol negatif. Perbedaan

diameter yang bermakna membuktikan bahwa pada pemberian minyak

atsiri temu kunci telah terjadi mekanisme anti bakteri pada kelompok

bakteri Salmonella typhi dan Streptococcus pyogenese dibandingkan

dengan kontrol negatif. Mekanisme anti bakteri minyak atsiri temu kunci

terjadi disebabkan aktifitas senyawa-senyawa minyak atsiri yang

mempengaruhi metabolisme sel bakteri. Komponen mayor minyak atsiri

temu kunci terdiri atas monoterpen teroksigenasi (kamphor, sineol,

Page 14: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

10

linalol, borneol, terpinol, geraniol), monoterpen hidrokarbon (misen dan

osimen), dan turunan fenil propanoat (Miksusanti et al., 2008).

Komponen monoterpen teroksigenasi adalah senyawa monoterpen

yang mengandung gugus hidroksil (alkohol). Senyawa ini memiliki sifat

hidrofilik dan dapat masuk melewati membran sel. Senyawa monoterpen

teroksigenasi berinteraksi dengan komponen intraseluler sehingga

mengganggu replikasi sel. Komponen monoterpen hidrokarbon adalah

senyawa yang bersifat hidrofobik. Komponen ini akan berikatan dengan

komponen lipid membran sel sehingga mengganggu permeabilitas

membran sel. Permeabilitas membran sel yang terganggu mengakibatkan

kebocoran sel bakteri (Miksusanti et al., 2008).

Kedua reaksi yang ditimbulkan oleh komponen monoterpen

teroksigenasi (hidrofilik) dan komponen monoterpen hidrokarbon

(hidrofobik) mengakibatkan kematian sel. Kematian sel akan membentuk

zona bening pada media agar yang telah berisi suspensi bakteri uji

(Chahyadi et al., 2014).

Uji Mann whitney dilakukan untuk membandingkan data pada

masing-masing kelompok konsentrasi dengan kontrol negatif. Pada

kelompok konsentrasi 30% hingga 90% nilai p menunjukkan seluruhnya

p < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara kelompok konsentrasi dengan kontrol negatif.

Konsentrasi 90% memiliki daya hambat paling luas dibandingkan

konsentrasi dengan 30%, 50%, dan 75%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri, semakin besar daya

hambat yang dihasilkan karena semakin tinggi kosentrasi minyak atsiri

senyawa aktif yang terkandung akan semakin tinggi pula (Kusmiyati dan

Agustini, 2006).

Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu metode yang digunakan

pada perlakuan kontrol dan perlakuan minyak atsiri berbeda. Perlakuan

kontrol dilakukan dengan metode disk sedangkan perlakuan minyak atsiri

menggunakan metode sumuran. Metode disk dan metode sumuran

Page 15: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

11

masing-masing akan menghasilkan diameter zona hambat yang berbeda.

Metode sumuran akan menghasilkan diameter zona hambat yang lebih

besar dari pada metode disk pada konsentrasi yang sama. Hal tersebut

terjadi karena proses osmolaritas dari konsentrasi minyak atsiri yang

lebih tinggi sehingga penyebaran lebih menyeluruh dan pertumbuhan

bakteri yang dihambat semakin luas (Dalimarth, 2006).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, senyawa minyak

atsiri temu kunci mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella

typhi dan Streptococcus pyogenes. Hasil penelitian Miksusanti et al.

(2008) menunjukkan adanya aktifitas antibakteri minyak atsiri temu

kunci terhadap bakteri Escherecia coli. Demikian juga hasil penelitian

Mahmudah dan Atum (2017) menunjukkan temu kunci dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Dengan

demikian hasil penelitian ini sudah sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang menunjukkan potensi minyak atsiri temu kunci sebagai anti bakteri.

5. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah Minyak atsiri

temu kunci memiliki daya hambat pada pertumbuhan bakteri Salmonella

typhi dan Streptococcus pyogenes.Konsentrasi minyak atsiri yang memiliki

aktivitas antibakteri paling baik terhadap bakteri Salmonella typhi dan

Streptococcus pyogenes adalah konsentrasi 90 %.

DAFTAR PUSTAKA

Arniputri, R. B., Sakya, A. T., & Rahayu, M. 2007. Identifikasi Komponen UtamaMinyak Atsiri Temu Kunci (Kaemferia pandurata Roxb.) pada ketinggiantempat yang berbeda. BIODIVERSITAS, 135-137.

Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse, S. A. 2004. Jawetz,Menick, AdelbergMikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 16: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

12

Chahyadi, A., Hartati, R., Wirasutisna, K. R., & Elfahmi. 2014. Boesenbergiapandurata Roxb., An Indonesian Medicinal Plant : Phytochemistry,Biological Activity, Plant Biotechnology. Procedia Chemistry, 13-37.

Chatim, A. 2010. Klasifikasi dan Taksonomi Kuman. In A. Syahrurrachman, A.Chatim, A. Soebandrio, K. Anis, Santoso, H. B. Harun, . . . H. A. Rahim,Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran (p. 21). Tangerang: Binarupa Aksara.

Cita, Y. P. 2011. Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Tifoid. Jurnal KesehatanMasyarakat, 42-45.

Crump, J. A., P.Luby, S., & Mintz, E. D. 2004. The Global Burden of TyphoidFever. Bulletin of The World Health Organization, 346-353.

Dalimarth, S. 2006. Atlas Tumbuhan Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: PuspaSwara.

Elgayar, M. 2001. Antimicrobial Activity of Essential Oils from Plants againstSelected Pathogenic and Saprophytic Microorganism. Food Protection,1019-1024.

Erviani, A. E. 2013. Analisi Multidrug Resistensi terhadap Antibiotik padaSalmonella typhi dengan Teknik Mulplex PCR. biogenesis, 51-60.

Geonadi, F. A., Fitria, M., W, D. P., Sulistyorini, E., & Asyiah, N. (2014,September 1). Temu Kunci (Boesenbergia pandurata). Retrieved fromccrc.farmasi.ugm.ac.id: http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=166

Gunawan, S., Setiabudi, R., Nafrialdi, & Elysabeth. 2008. Farmakologi danTerapi ed.5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Hayani, E. 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci SecaraKomatografi Kolom. Buletin Teknik Pertanian, 35-37.

Holtikultura, D. J. 2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014. Jakarta:Direktorat Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian.

Kementrian Pertanian Indonesia. 2014. Warta Ekspor. Jakarta: Ditjen PEN.

Jaksa, S. 2009. Minyak Atsiri Dari Beberapa Tanaman Obat. Jurnal Kedokterandan Kesehatan.

Katno, P. S. 2009. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan ObatTradisional. Balai Penelitian Obat Tawangmangu, Fakultas FarmasiUniversitas Gajah Mada.

Kusmiyati, & Agustini, N. W. 2006. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dariMikroalga Porphyridium cruentum. BIODIVERSITAS, 48-53.

Page 17: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

13

Lestari, Y., Ardiningsih, P., & Nurlina. 2016. Aktivitas Antibakteri Gram PpositifDan Negatf Dari Ekstrak Dan Fraksi Daun Nipah (Nypa fruticans Wumb.)Asal Pesisir Sungai Kakap Kalimantan Barat. JKK, 1-8.

Limsuwan, S., & Voravuthikunchai, S. P. 2008. Boesenbergia pandurata (Roxb.)Schltr Eleutherine americana Merr. and Rhodomyrtus tomentosa (Aiton)Hask as antibiofilming producing and antiquorum sensing inStreptococcus pyogenes. FEMS Immuno Med Microbol 53, 429-436.

Mahmudah, F. L., & Atum, S. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak EtanolTemu Kunci (Boeenbergia pandurata) Terhadap Bakteri Streptococcusmutans. Jurnal Penelitian Saintek, 59-66.

Miksusanti, Jennie, B. S., Ponco, B., & Trimulyadi, G. 2008. Kerusakan DindingSel Eschericia coli kl.l oleh Minyak Atsiri Temu Kunci(Kaempferiapandurata). Berita Biologi Jurnal Ilmiah Nasional, 1-8.

Nihlati, I., Rohman, A., & Hertiani, T. 2008. Daya Antioksidan Ekstrak EtanolRimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) Dengan MetodePenangkapan Radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Jurnal FarmasiUGM, 1-8.

Nizet, V., & Arnold, J. C. 2005. Streptococcus pyogenes. Etiological Agents ofInfectious Disease, 698-707.

Parwata, O. A., Sukardiman, & Widiartini, A. 2014. Isolasi danAktivitasAntikanker Pinostrobin dari Temu Kunci (Kaempferia pandurata Roxb)Terhadap Fibrosarkoma Mencit Hasil Induksi Benzopiren. Jurnal Kimia.

Pramitasari, O. P. 2013. Faktor Risiko Penyakit Demam Tifoid Pada Penderitayang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal KesehatanMasyarakat, 1-8.

Pratiwi, S. 2011. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Soepardi, A. A., Iskanda, N., J. B., & Restuti, R. D. 2012. Buku Ajar IlmuKesehatan Telingan Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: BadanPenerbit FK UI.

Syahrurachman, a. c. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:UGM Press.

Page 18: HALAMAN PERSETUJUAN - UMSeprints.ums.ac.id/62505/11/NASPUB pdf-2 bobby bener.pdf · 2018-05-08 · HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN. 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

14

Warsa, U. C. 2010. Kokus Gram Positif. In A. e. Syahrurachman, Buku AjarMikrobiologi Kedokteran (p. 125). Tangerang: Binarupa Aksara.

Widodo, D. 2009. Demam Tifoid. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M.Simadibrata K, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyaikit Dalam (p. 2797).Jakarta: InternaPublishing.