Oleh : Kelompok IV

An. A 17 tahun dirawat di ruangan interne pria Di RS M dengan diagnosa medis Leukemia. Klien masuk dengan status bayar umum (tidak memiliki kartu Jamkesmas) dan meminta rawatan kelas II. Pada saat masuk kondisi klien KU Lemah, Hb=4,2 mg%, Trombosit= 15.000, leukosit=45.000. Saat masuk klien sudah menandatangani inform consent/ kesediaan untuk dilakukan tindakan perawatan dasar setelah diberi penjelasan oleh perawat. Pada hari I rawatan klien sudah mendapatkan terapi transfusi trombosit 10 kantong dan PRC 2 kantong. Karena keadaan klien, klien dipindahkan ke ruang isolasi darah. Setelah 5 hari rawatan dengan status umum setiap perawatan, pengobatan, pemeriksaan dan terapi tranfusi memakan biaya yang sangat besar, sehingga keluarga memutuskan untuk meminta pulang paksa

. Perawat berusaha menjelaskan untuk kondisi klien sangat membutuhkan perawatan di RS, namun keluarga mneyatakan ketidakmampuan dalam hal pembiayaan. Lalu perawatan memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk membantu kondisi pasien tersebut. Pasien dianjurkan untuk mencari kartu Jamkesmas atas nama orang lain. Sehingga akhirnya pasien menyetujui, dan memutuskan pulang dan membayar penuh biaya selama perawatannya.

Kemudian, pasien masuk kembali ke RS tersebut melalui IGD dengan menggunakan kartu Jamkesmas atas nama orang lain. namun ternyata, ada perawat di IGD RS tersebut yang mengetahui bahwa pasien tersebut menggunakan kartu Jamkesmas atas nama orang lain, sehingga perawat yang menganjurkan untuk menggunakan kartu Jamkesmas orang lain tadi dituntut. Namun keluarga balik menuntut karena perawat yang menganjurkannya menggunakan Jamkesmas itu hanya mempunyai niat untuk membantunya

Hak mendapatkan pendapatkan pelayanan medis

Hak memilih rumah sakit/ ruangan Hak mendapatkan inform consent Hak privacy & confidentiality Hak menghentikan pengobatan Hak mendapatkan penjelasan atas

penghitungan biaya

Telah berlakunya SOP orientasi pasien baru masuk di RS tersebut

Adanya nilai-nilai keprofesionalan seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya

Keyword dari suatu pemberian asuhan keperawatan adalah hubungan antara manusia dengan manusia

Perawat M di ruang Interne RS A sekaligus sebagai seoranng konselor HIV/ AIDS (VCT). Perawat M telah mendapatkan pelatihan dasar terkait dengan konseling HIV/ AIDS. Dengan meningkatnya kasus HIV/ AIDS yang dirawat di RS A perawat M sangat disibukkan dengan tugas sebagai seorang konselor. Satu hari dia bias mengkonseling 2-4 orang pasien HIV/ AIDS, dengan masing-masing konseling minimal 30 menit dan dia tidak mendapatkan jasa apa-apa dari tindakan konseling tersebut. Setiap mel;akukan konseling perawat M harus memperhatikan prinsip-prinsip kewaspadaan standar dalam mencegah resiko penularan dari pasien terhadap dirinya baik itu handscoone maupun masker

Namun persediaan handscoone dan masker juga terbatas sehingga perawat M harus mengusahakan sendiri alat perlindungan dirinya. Setelah satu tahun sebagai konselor perawat M mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan lanjutan di Jakarta. Namun pimpinan tidak mengijinkan dengan alasan perawat M sudah pernah mendapatkan pelatihan ini, dan harus memberikan kesempatan pada perawat lain.

Hak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional

Hak mengembangkan diri melalui spesialisasi sesuai dengan latar pendidikan

Hak meningkatkan ilmu pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan-kesehatan secara terus menerus

Hak mendapatkan perhargaan dan imbalan dari jasa profesi

Hak mengembangkan karir sesuai dengan profesinya

Pemimpin yang tidak memahami fungsi Leadership;

Dari sisi perawat mestinya juga memiliki sikap proaktif untuk mendapatkan haknya secara professional