14
Wiwi Hartika 5211141121 Akuntansi - A 20 MACAM HADITS DHA’IF

Hadits dha'if

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hadits dha'if

Wiwi Hartika 5211141121

Akuntansi - A 20 MACAM HADITS DHA’IF

Page 2: Hadits dha'if

20 MACAM HADITS DHA’IF

1. Hadits Munkar

Hadits munkar menurut bahasa ism maf’ul dari kata inkar lawan kata dari menyetujui.

Sedangkan menurut istilah beberapa ulama ahli hadis memberi pengertian terhadap hadis

munkar dengan beberapa definisi namun yang paling terkenal adalah dua definisi di bawah

ini:

1. Hadis yang di dalam sanadnya terdapat perowi yang telah banyak kelalaiannya dan

telah terlihat sifat fasiq dalam dirinya. Ini adalah definisi yang disebutkan Imam Ibn

Haja rnamun beliau menisbatkan definisi ini kepada ulama selain beliau. Jadi definisi

ini bukan dari beliau. Salah satu yang memakai definisi ini adalah Imam Baiquni.

2. Definisi yang kedua adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perowi yang lemah

yang bertentangan dengan riwayats eorang tsiqoh. Inilah riwayat yang disebutkan

Imam Ibn Hajar dan beliau mengambil definisi bersandar kepada definisi ini. Adapun

perbedaan antara munkar dan syadz adalah apabila munkar adalah riwayat seorang

yang lemah atau dhoif sedangkan syadz adalah riwayat seorang yang tsiqoh

namunbertentangan dengan riwayat yang lebih tsiqoh.

Contoh dari hadis matruk adalah sebagai berikut:

ل أعرابي ، وال أعجمي ، وال غالملم يحتلم ال يتقدم الصف األو

"Tidak akan maju kebarisan depan seorang arab atau yang bukan arab atau seorang anak

yang belum baligh.”

2. Hadits Matruk

Hadits matruk menurut bahasa adalah ism maf’ul dari kata taroka yang artinya

meninggalkan.Jadi arti dari kata matruk adalah yang ditinggalkan. Secara istilah ahli hadis

arti dari hadis matruk adalah hadis yang di dalam sanadnya terdapat seorang perowi yang

dituduh berbohong. Perbedaanya dengan hadis palsu adalah dalam hadis palsu seorang

perowi dikenal sebagai pembohong dalam hadis atau sebagai pemalsu hadis, sedangkan

dalam hadis matruk adalah perowi yang dikenal dengan kebohongannya dalam perkataan

sehari-hari, bukan dalam hadits.

Contoh dari hadis matruk adalah sebagai berikut:

عن النبي صلى هللا عليه وسلم أنه قال: " أنا شجرة وفاطمة أصلها أو فرعها، وعلى لقاحها، والحسن والحسين

والفرع اللقاح والورق والثمر في الجنة ثمرتها، وشيعتنا ورقها، فالشجرة أصلها من جنة عدن، االصل

Page 3: Hadits dha'if

Dari Nabi SAW beliau bersabda: aku adalah pohon dan Fatimah adalah akarnya atau

cabangnya, dan Ali adalah sarinya, Hasan dan Husain adalah buahnya, dan syiahkita

adalah daunnya, pohon itu asalanya dari surga and, asalnya, cabangnya, sarinya, daunnya,

dan buahnya ada dalam surga.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ismail bin Ahmad dari Ismail bin Mus’adah dari Hamzah

bin Yusuf dari Abu Ahmad bin Adi dari Umar bnSannan dari Hasan bin Ali Al-Azdi dari

AbdurRozak dari ayahnya dari Mayna bin AbiMayna dari Adurrohman bin ‘Auf dari Nabi.

3. Hadits Mudraj

Menurut bahasa mudraj merupakan isim maf'ul dari kata adrajt, yang berarti aku

memasukkan sesuatu pada sesuatu yang lain. Adapun menurut istilah adalah Hadis yang

dirubah susunan sanadnya , atau matannya dimasuki sesuatu yang bukan menjadi bagiannya

tanpa pemisah. Hadis mudraj itu terdiri dari dua macam: mudraj isnad dan mudraj matan.

a. Mudraj isnad.

Defenisinya: Hadis yang dirubah susunan sanadnya.

Bentuknya: seorang rawi menyusun suatu sanad dan memasukkan sanad/perawi lain,

lalu si rawi mengucapkan kata-kata yang merupakan pernyataannya sendiri; tetapi sebagian

orang yang mendengarnya menduga bahwa pernyataannya itu merupakan matan Hadis.

Kemudian hal itu diriwayatkan dalam bentuk seperti itu dari dirinya.

Contohnya:

من كثر ت صالته بالليل حسن وجهه بالنهار

"Siapa saja memperbanyak shalatnya di malam hari, maka pada siang hari wajahnya

menjadi indah"

b. Mudraj matan.

Definisinya: Hadis yang matannya dimasuki sesuatu yang bukan menjadi bagiannya,

tanpa pemisah. Jenis ada tiga macam:

Idrajnya dilakukan pada bagian awal (matan) hadis. Kasus ini sangat sedikit akan

tetapi kasus ini lebih banyak terjadinya jika dibandingkan idraj di tengah matan

(Hadis).

Idrajnya dilakukan pada bagian tengah Hadis. Ini lebih sedikit dari idraj di awal hadis.

Idrajnya dilakukan pada bagian akhir hadis. Ini yang paling banyak.

Hukum Hadis Mudraj.

Menurut kesepakatan ulama dari kalangan ahli hadis,fuqaha, dan selain mereka, idraj

itu tidak boleh dilakukan. Pengecualiannya hanya untuk menafsirkan lafadz-lafadz hadis

yang asing, hal ini tidak dilarang, karena itu az-Zuhri dan imam-imam lain telah

melakukannya.

Kitab yang memuat hadis mudraj/membahas hadis mudraj :

Al-Fashlu li al-Washli al-Mudraj fi an-Naqli,karya al-Khatib al-Baghdadi.

Taqrib al-Manhaj bi tartib al-Mudraj,karya Ibnu Hajar.

Page 4: Hadits dha'if

4. Hadits Mu’allal

Mu’allal menurut bahasa artinya yang ditimpa penyakit.

Hadits Mu’allal menurut istilah adalah “hadits yang dhahirnya shahih, tetapi setelah diperiksa

terdapat ‘ilat yang dapat merusak keshahihan hadits tersebut”. ‘Illat adalah sebab

tersembunyi yang dapat merusak keshahihan sebuah hadits.

Salah satu hal yang dapat menolong untuk mengetahui ‘illat sebuah hadits adalah bila

si perawi meriwayatkan hadits itu sendiri, atau riwayat orang lain menyelisihi hadits yang ia

riwayatkan, atau indikasi lainnya yang hanya diketahui oleh seorang yang ahli dalam bidang

ilmu ini. Seperti terjadi keraguan atau kesamaran pada perawi . Ini dapat dilakukan baik

dengan menyingkap hadits yang sebenarnya mursal, atau memarfu’kan hadits yang mauquf,

atau memasukkan suatu hadits ke dalam hadits yang lain, atau pengkaburan yang serupa itu.

Maka hadits seperti ini dihukumi tidak shahih. Dan ‘illat kadang terdapat pada sanad, dan

kadang terdapat pada matan, dan kadang terdapat pada keduanya secara bersamaan.

5. Hadits Maqlub

Hadis maqlub menurut bahasa merupakan isim maf'ul dari kata al-qalbu, yang berarti

memalingkan sesuatu dari arahnya. Adapun menurut istilah adalah:

.هو ما وقعت المخالفة فيه بالتقديم وبالتأخير

Hadis yang terjadi mukhalafah (menyalahi Hadis lain), disebabkan mendahulukan dan

mengakhirkan. Tukar – menukar yang dikarenakan mendahulukan sesuatu pada satu tempat

dan mengakhirkannya pada tempat lain, adakalanya terjadi pada matan Hadis dan adakalanya

pada sanad Hadis. Contoh tukar-menukar yang terjadi pada matan, ialah hadis muslim dari

abu hurairah r.a :

ورجل تصدق بصدقة اخفاها حتى ال تعلم يمينه ما تنفق شماله

" ... dan seorang yang bersedekah dengan suatu sedekah yang disembunyikan, hingga tangan

kanannya tak mengetahui apa-apa yang telah dibelanjakan oleh tangan kirinya."

Dalam matan Hadis ini terjadi pemutar-balikan dengan hadis riwayat Imam al-Bukhari

atau riwayat Muslim sendiri, pada tempat lain,yang berbunyi:

حتى ال تعلم شماله ما تنفق يمينه

“Hingga tangan kirinya tak mengetahui apa-apa yang dibelanjakan tangan kanannya.”

6. Hadits Mudharib

Hadis Mudharib ialah:

التووووودافع موووووع ووووود تصوووووور هوووووو موووووا وقعوووووت المخالفوووووة فيوووووه باالبووووودا لوووووى وجوووووه ي صووووول فيوووووه

المرجح

"Hadis yang mukhalafahnya (menyalahi Hadis lain), terjadi dengan

pergantian pada satu segiyang saling dapat bertahan, dengan tidak ada

yang dapat ditarjihkan."

Dengan demikian ini, berarti bahwa Hadis mudltharrib itu adalah

sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan beberapa jalan

yang berbeda-beda, yang tidak mungkin dapat dikumpulkan atau

ditarjihkan.

Page 5: Hadits dha'if

Sebagaimana idraj, ada yanng terjadi pada sanad dan ada yang pada

matan, demikian juga idtharab ini, adakalanya terjadi pada sanad dan

adakalanya pada matan. Contoh Hadis mudhtharib pada matan, seperti

Hadis:

ن أنس رضي هللا نه قا ان النبي صلى هللا ليه وسلم وابا بكرو مر فكانوا يفت ون القراءة بال مد

.هلل رب العالمين

"Dari Anas r.a mengabarkan bahwa Rosulullah saw.,abu bakar dan

umar r.a konon sama memulai bacaan sholat dengan bacaan Al-

Hamdulillahirabbil 'alamin."

Hadis Mudhtharib itu ditetapkan dhaif berdasarkan kepada galibnya

dan kebanyakan. Oleh karena itu, tidak mustahil ada hadis mudhtharib

yang shahih atau hasan. Seperti yang terdapat pada shahihain. Hadis

shahihun (hasanun) mudhtharibun ini umumnya terjadi dalam perselisihan

tentang soal nama rowi, sedang sifat orangnya tetap tsiqah.

7. Hadits Muharraf

Ialah Hadits yang mukholafahnya terjadi disebabkan karena

perubahan syakal kata.

Contoh tahrif pada matan misalnya hadits dari Jabir r.a:

د يعني ابن جعفر ن شعبة قا سمعت سليمان قا س معت أبا سفيان و حدثني بشر بن خالد حدثنا م م

قا قا سمعت جابر ليه يو الحزاب رمي أبي بن بد الل صلى الل لى أك له فكواه رسو الل

وسل

Artinya:”Ubai (bin Ka’ab) telah terkena panah pada perang Ahzab mengenai

lengannya,lalu Rasulullah nengobatinya dengan besi hangat.”

8. Hadits Syad

Kata Syadz secara bahasa adalah kata benda yang berbentuk isim fa’il yang berarti

“sesuatu yang menyendiri”. Menurut mayoritas ulama, kata Syadz bermakna : “yang

menyendiri”.

Adapun secara istilah, menurut Ibnu Hajar, hadits Syadz adalah “hadits yang

diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya yang bertentangan dengan perawi yang lebih

terpercaya”. Bisa karena perawi yang lebih terpercaya tersebut lebih kuat hafalannya, lebih

banyak jumlahnya, atau karena sebab-sebab lain yang membuat riwayatnya lebih

dimenangkan, seperti karena jumlah perawi dalam sanadnya lebih sedikit. Hadits Syadz dapat

terjadi pada sanad maupun matan.

Contoh-Contoh Hadits Syadz

1. Contoh Syadz yang Terjadi dalam Sanad

Page 6: Hadits dha'if

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah;

dari jalur Ibnu ‘Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu ‘Abbas,”Sesungguhnya

ada seorang laki-laki yang meninggal di masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan

ia tidak meninggalkan ahli waris kecuali bekas budaknya yang ia merdekakan. Maka

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberikan semua harta warisannya kepada bekas

budaknya”. Imam Tirmidzi, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits tersebut

dengan sanad mereka dari jalur Ibnu Juraij, dari ‘Amr bin Dinar, dari Ausajah, dari Ibnu

‘Abbas,”Sesungguhnya seorang laki-laki meninggal…………”. Hammad bin Yazid

menyelisihi Ibnu ‘Uyainah, karena ia meriwayatkan hadits tersebut dari ‘Amr bin Dinar dari

Ausajah tanpa menyebutkan Ibnu ‘Abbas.

2. Contoh Syadz pada Matan

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi; dari hadits

Abdul Wahid bin Ziyad, dari Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah secara marfu’ :

”Jika salah seorang di antara kalian selesai shalat sunnah fajar, maka hendaklah ia

berbaring di atas badannya yang kanan”.

Hukum Hadits Syadz dan Mahfudh

Hadits Syadz termasuk dari hadits-hadits yang tertolak. Sedangkan hadits Mahfudh termasuk

hadits-hadits yang diterima.

9. Hadits Mushahhaf

Secara bahasa, kata mushahhaf adalah isim maf’ul dari kata At-Tashhif, yang berarti kesalahan

tulis yang ada pada kitab-kitab hadits.

Sedangkan Ash-Shahafi adalah sebutan bagi perawi yang meriwayatkan hadits dengan

membacakan buku, sehingga ia melakukan kesalahan karena kesulitan membedakan huruf-huruf yang

mirip.

Ada yang mengatakan bahwa asal mula dinamakan dengan sebutan tersebut karena ada

sekelompok orang yang mengambil ilmu dari membaca buku saja tanpa berguru, sehingga ketika

mereka meriwayatkan ilmunya, mereka melakukan perubahan. Maka saat itu orang-orang berkata

tentang mereka,“Qad shahafu” (= “Pantas aja demikian, mereka hanya meriwayatkan hadits dari

buku saja” ). Mereka dinamakan Mushahhifuun (= orang-orang yang meriwayatkan ilmunya dari

byku). Sedangkan bentuk mashdar dari kata tersebut adalah At-Tashhif.

10. Hadits Mardud

Secara bahasa mardud artinya ialah yang ditolak, yang tidak diterima. Secara istilah Hadits

Mardud ialah hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan adanya dan tidak menunjuki

keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Dalam

definisi yang ekstrim disebutkan bahwa hadis mardud adalah semua hadis yang telah dihukumi dhoif.

Adapun hadits mardud itu terbagi menjadi 5 lima bagian.

A. Hadits yang tertolak karena gugur dari sanadnya

Page 7: Hadits dha'if

Yang dimaksud dengan hadits yang tertolak karena gugur dari sanadnya adalah;

terputusnya rantai sanad dengan gugurnya seorang perawi atau lebih baik disengaja oleh

sebagian perawi atau tidak disengaja, gugurnya tersebut baik secara transparan maupun

tersembunyi. Yang masuk kategori hadits yang tertolak karena gugurnya perawi dari sanad

adalah sebagai berikut:

Hadis Muallaq

ما حذف من مبتدأ إسناده راو فأكثر ولو إلى آخر اإلسناد

Apabila dari awal sanad dihilangkan seorang periwayat atau lebih dan seterusnya

sampai akhir sanad.

Hadis Mursal

ابعي صلى هللا ليه وسلم من قو أو فعل أو تقرير أو صفة -الذي سمع من الص ابة –ما نسبه الت إلى النبي

Hadits yang disandarkan oleh para tabi’in -mereka adalah orang yang mendengarkan

hadits dari shahabat- kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik berupa perkataan,

perbuatan, taqrir, ataupun sifat.

Hadis Mu'dlal

والي ما سقط من إسناده راويان أو أكثر بشرط الت

Apabila dari sanadnya hilang dua rawi atau lebih dengan syarat secara berurutan.

Hadis Mudallas

م اوي ن شيخه الذي لقيه وسمع منه ما لم يسمع منه، بصيغة ت تمل الس كعن أو قا ا أن يروي الر

Apabila seorang periwayat meriwayatkan (hadits) dari seorang guru yang pernah ia

temui dan ia dengar riwayat darinya (tetapi hadits yang ia riwayatkan itu) tidak pernah ia

dengar darinya, (sedang ia meriwayatkan) dengan ungkapan yang mengandung makna

mendengar, seperti “dari” atau “ia berkata”.

Hadis Muanan

Pengertian dari muanan adalah hadits yang sanadnya terdapat redaksi ‘an (dari)

seseorang.

B. Mardud Karena Cacat Pada Rawi

Mardudu karena ada cacat pada rawi maksudnya adalah adanya aib yang menjadi

pembicaraan/bahasan dari segi keadilan dan agamanya serta dari sisi ketelitian, hafalan dan

Page 8: Hadits dha'if

perhatiannya. Sebab-sebab cacatnya seorang rawi ada sepuluh, lima hal berkaitan dengan

keadilannya ( adalah ) dan lima lainnya berkaitan dengan ketelitiannya ( dhabth )

Yang berkaitan dengan keadilannya adalah :

Dusta ( kidzb )

Tuduhan dusta ( ittihamul kadzib )

Kefasikan ( fisq )

Bid’ah

Ketidak jelasan identitas ( jahalah )

Yang berkaitan dengan ketelitiannya ( dhabth ) adalah :

Kesalahan fatal ( fakhsyul gholath )

Hafalan jelek ( su’ul hifdz )

Lalai ( ghoflah )

Banyak wahm/ragu-ragu ( kastratul auham )

Berbeda dengan yang lebih kuat ( mukholafatusstiqot )

Dan yang termasuk dalam kategori Mardu karena cacat pada rawi sebagai berikut :

MAUDHU’

Dalam pengertian bahasa maudhu’berarti yang diletakkan, karena lemahnya. Dalam

pengertian istilah berarti dusta yang diada-adakan dan dinisbahkan kepada Rasulullah SAW.

Dengan kata lain hadist maudhu’ adalah hadist palsu.

AL-MATRUK

Artinya yang ditinggalkan, yaitu manakala dalam sanadnya ditemukan rawi yang

tertuduh sebagai pendusta. Hal itu bisa diketahui melalui kebiasaannya sehari-hari atau dia

hanya mempunyai satu jalur sanad yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan umum. Jenis

ini termasuk yang sangat lemah dan harus ditolak, posisinya berada setelah maudhu’.

AL-MUNKAR

Artinya yang diingkari, yaitu manakala sebab cacatnya rawi adalah salah satu dari tiga

hal : fahsyul gholath ( kesalahan yang fatal ), ghoflah ( lali, ceroboh) dan fisq ( kefasikan –

melakukan yang dilarang syareat ).

AL-MU’ALLAL ( AL – MA’LUL )

Hadist ma’lul berarti mengandung cacat/aib ( penyakit ). Biasanya peneyebabnya

adalah “ wahm “ keraguan. Secara lahiriah hadist ini tampak selamat dari cacat tetapi bila

diselidiki secara mendalam akan ditemukan aibnya.

Page 9: Hadits dha'if

AL-MUKHOLAFAH LISSTIQOT ( BERTENTANGAN DENGAN YANG LEBIH

KUAT )

Cacatnya rawi karena bertentangan dengan tsiqot ( yang lebih kuat ) melahirkan lima

jenis hadist, masing-masing : Mudroj, maqlub, al-mazid fi muttashilissanad, al-mutthorib dan

al- mushahhaf.

AL-JAHALAH BIRRAWWI

Yaitu rawi hadist yang tidak diketahui identitasnya dengan jelas, karena ia

mempunyai banyak sebutan, gelar dan nama atau karena ketidak populerannya, sehingga

tidak dikenal. Bisa juga sengaja namanya tidak disebut dengan jelas dan hal ini disebut

mubham.

AL-BID’AH

Artinya adalah tambahan baru dalam agama setelah disempurnakan.

SU’UL HIFDZI

Artinya lemah hafalan, dimana seorang rawi lebih sering salah dari pada benarnya.

11. Hadits Mu’dhal

Hadits mu’dhal adalah hadits yang pada sanadnya terdapat keterputusan 2 orang rawi secara

berurutan. Hadits mursal dari tabi’ut tabi’in termasuk ke dalam jenis hadits mu’dhal.

Ibnu Shalah berkata:

ين من ف ن ص م ول ال نه ق وقا مقق . ”ققل و ول ص هللالى ص هللاليه و لا ”الفاهقف: وم

”وهلا هللالى متين من هلمى م مق هذص ل نقلق ، ”م سر ”التاين م عب مصنفقخه

“ م سر

“Juga termasuk hadits mu’dhal, perkataan ulama fuqaha: ‘Rasulullah

Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:…‘. Al Khatib dalam sebagian tulisannya menamai

hadits yang demikian sebagai hadits mursal. Tentu saja ini berlaku bagi yang memegang

madzhab yang berpendapat bahwa semua hadits yang sanad-nya tidak bersambung adalah

hadits mursal”

Beliau juga berkata:

ا ووى ا وهاقل للف هوك الايقمل: هللاملم متا ومتا مياول: ، ” هللاما هللان اللب ققل: وق

اللاهي ققل: ماا أهللانله ا هللاما، ش اللب هوهه هللان أ د هللان الن هللالى ، ”ميتذا هللالى ميه

Page 10: Hadits dha'if

ص هللاليه و لا، ققل: ماا أ ا منه ا هللاما أ لقر والن هللالى ص هللاليه و لا، منق ن أش هلمى

مبنسر

“Al A’masy telah meriwayatkan dari Asy Sya’bi, ia berkata:

يه لى م ذا هللا يت اول: ، م ي تا م تا وم لم م يقمل: هللام ا وك ال لف ه اقل ل وه

‘Akan dikatakan pada seseorang di hari kiamat kelak: Engkau mengetahui ini dan itu? Ia

berkata: Tidak. Maka mulutnya pun ditutup‘. (Al Hadits)

Al A’masy telah meriwayatkan hadits ini secara mu’dhal. Karena Asy Sya’bi meriwayatkan

dari Anas, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Ada keterputusan sanad pada Anas dan

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, sehingga tepatlah untuk dikatakan sebagai hadits

mu’dhal”

12. Hadits Mursal

Yang dimaksud dengan hadis mursal menurut mayoritas ulama hadis, ialah hadis yang

disandarkan langsung kepada Nabi oleh al-tabi’iy,baik al-tabi’iy besar maupun al-

tabi’iy kecil, tanpa terlebih dahulu hadis itu disandarkan kepada sahabat Nabi. Menurut

pendapat ini, hadis dinyatakan sebagai mursal, apabila hadis itu marfu’ dan periwayat yang

berstatus al-tabi ‘iy tidak menyebutkan nama sahabat yang menerima langsung hadis itu dari

Nabi. Dalam hal ini, al-tabi ‘iy tidak dibedakan antara yang senior dan yang yunior

Sebagian ulama mensyaratkan, al-tabi’iy yang menyandarkan hadis langsung kepada

Nabi itu haruslah al-tabi’iy besar, misalnya Sa’id bin al-Musayyab (wafat 94 H = 712 M).

Karena, al-tabi’iy besar menerima hadis pada umumnya langsung dari sahabat Nabi. Sedang

apabila yang menyandarkan al-tabi’iy kecil, misalnya Ibn Syihab al-Zuhriy (wafat 124 H =

742 M), maka hadis itu tidak disebut sebagai hadis mursal,melainkan disebut sebagai

hadis munqathi’. Karena, al-tabi’iy kecil menerima hadis pada umumnya dari al-tabi

‘iy besar dan tidak langsung dari sahabat Nabi. Menurut pendapat ini, hadis mursal itu

harus marfu’, periwayat yang terputus (gugur) haruslah periwayat yang berstatus sahabat

Nabi dan periwayat yang menggugurkan haruslah al-tabi’iy besar.

13. Hadits Mu’allaq

Hadits Mu’allaq adalah hadits yang sebagaimana didefinisikan oleh para ahli hadits :

“ Hadits yang dari pangkal sanadnya dihilangkan satu rawi atau lebih secara berurutan ”

Gambaran Hadits Mu’allaq

Yang termasuk gambaran dan bentuk dari hadits muallaq diantaranya :

1. Dihilangkannya semua sanad kemudian dikatakan.

2. Di antaranya juga dihilangkannya seluruh sanadnya kecuali satu orang shahabat, atau

tersisa seorang shahabat dan satu orang tabi’in saja.

Contoh :

Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari rahimahullah pada pembukaan bab :

“Hadits-Hadits Yang Disebutkan Tentang Paha ” :

Page 11: Hadits dha'if

وقا أبو موسى غطى النبي صلى هللا ليه و سلم ركبتيه حين دخل ثمان

“Abu Musa radiyallahu 'anhu berkata : “Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam menutup dua lutut

beliau ketika Utsman masuk”

Hadits ini adalah hadits Mu’allaq, karena Imam Bukhari menghilangkan seluruh

sanadnya kecuali satu orang shahabat yaitu Abu Musa al-Asy’ari.

Hukum Hadits Mu’allaq

Hadits Mu’allaq adalah tertolak karena tidak adanya salah satu syarat hadits maqbul

(yang diterima) yaitu tersambungnya sanad.

Itu karena dalam Mu’allaq ada satu rawi atau lebih yang dihilangkan, padahal kita tidak tahu

keadaan rawi yang dihilangkan.

14. Hadits Mubham

Hadis mubham adalah hadis yang di dalam matan dan sanadnya terdapat seorang

perawi yang tidak disebut namanya.

15. Hadits Munqathi

Hadits munqathi’ ialah hadis yang sanad-nya terputus di bagian mana saja, baik di

bagian periwayat yang berstatus sahabat, maupun periwayat yang bukan sahabat.

Hadits munqathi’ ialah hadis yang sanad-nya terputus, karena periwayat yang tidak

berstatus al-tabi‘in dan sahabat Nabi telah menyatakan menerima hadis dari sahabat

Nabi.

Hadits munqathi’ ialah hadis yang bagian sanad-nya sebelum sahabat, jadi periwayat

sesudah sahabat, hilang atau tidak jelas orangnya.

Hadits munqathi’ adalah hadis yang dalam sanad-nya ada periwayat yang gugur

seorang atau dua orang tidak secara berurutan.

Hadits munqathi’ ialah hadis yang dalam sanad-nya ada seorang periwayat yang

terputus atau tidak jelas.

Hadits munqathi’ ialah hadis yang sanad-nya di bagian sebelum sahabat, jadi

periwayat sesudah sahabat, terputus seorang atau lebih tidak secara berurut dan tidak

terjadi di awal sanad.

Hadits munqathi’ ialah pernyataan atau perbuatan al-tabi’in.

16. Hadits Mudallas

Dikatakan mudallas, karena dalam hadis itu terdapat tadlis yaitu bercampurnya gelap

dan terang. Adapun hadis mudallas dinamai demikian karena ia mengandung kesamaran dan

ketertutupan. Jadi yang dimaksud dengan hadis mudallas adalah hadis yang di dalamnya ada

sesuatu yang disembunyikan.

Page 12: Hadits dha'if

Menurut ulama hadis, jenis tadlis secara umum ada dua macam, tadlis al-

isnad dan tadlis al-syuyukh.

Yang dimaksud dengan tadlis al-isnad ialah seorang periwayat menerima hadis dari

orang yang semasa, tetapi tidak bertemu langsung. Atau ia menerima/bertemu

langsung, tetapi tidak menyebut namanya. Misalnya, ia hanya mengatakan, “saya mendengar

hadis dari si polan”. Diperkirakan, tidak menyebut nama itu mengandung maksud agar aib

yang ada pada guru tidak kelihatan. Ulama sangat mencela periwayat yang

melakukan tadlis,khususnya tadlis al-isnad. Karena, orang yang me-lakukan tadlis telah

melakukan pengelabuan kualitas hadis kepada orang lain. Kualitas hadis yang bercacat

dilaporkan seolah-olah tidak bercacat.

Periwayat yang telah diketahui pernah melakukan tadlis, misalnya dia menggunakan

kata-kata sami’tu atau haddasaniy pada hal dia tidak me-nerima riwayat hadis itu dengan al-

sama’, seluruh hadis yang disampaikan oleh periwayat tersebut ditolak oleh ulama hadis.

Sikap ulama menolak riwayat dari periwayat yang telah men-tadlis-kan hadis, walaupun pen-

tadlis-an itu hanya dilakukan sekali saja, merupakan sikap yang sangat hati-hati dari ulama

hadis.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan tadlis al-syuyukh ialah seorang periayat menyebut

nama pemberi hadis, bukan namanya yang dikenal oleh halayak, tetapi namanya kurang

dikenal. Misalnya, al-Khatib berkata, “Telah bercerita kepada kami Ali Ibn Abu Ali al-

Bishri……” nama yang terkenal tokoh yang dimaksud adalah Abul Qasim Ali ibn Abu Ali,

bukan Ali saja. Tampaknya hal yang lumrah bila orang itu lebih dikenal nama kampungnya

dari pada namanya sendiri, seperti ada juga orang yang lebih dikenal dengan namanya dari

pada gelarnya.

17. Hadits Saqiem

Shahih menurut bahasa lawan dari kata Saqim (sakit). Kata shahih juga telah menjadi

kosakata bahasa Indonesia dengan arti sah; sempurna sehat (tiada segalanya); pasti.

Pengertian hadits shahih secara definitif eksplisif belum dinyatakan oleh ahli hadits dari

kalangan al-muttaqaddimin (sampai abad III H). Mereka pada umumnya memberikan

penjelasan mengenai criteria penerimaan hadits yang dipegangi. Diantaranya pernyataan-

pernyataan mereka adalah: tidak diterima periwayatan suatu hadits kecuali yang bersunber

dari orang-orang yang tsiqqat, tidak diterima periwayatan suatu hadits yang bersumber dari

orang-orang yang tidak dikenal memiliki pengetahuan hadits, dusta, mengikuti hawa nafsu,

orang-orang yang ditolak kesaksiannya.

Gambaran mengenai pengertian hadits shahih agak jelas setelah imam Syafi’I

memberikan ketentuan bahwa riwayat suatu hadits dapat dijadikan hujjah, apabila:

Diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya pengalaman agamanya; dikenal

sebagai orang yang jujur memahami dengan baik hadits yang diriwayatkan

mengetahui perubahan arti hadits bila terjadi perubahan lafaznya; mampu

meriwayatkan hadits secara lafaz; terpelihara hapalannya, bila meriwayatkan hadits

secara lafaz, bunyi hadits yang diriwayatkan sama dengan punya hadist yang

diriwayatkan oleh orang lain; dan terlepas dari tadlis (penyembunyian cacat).

Rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW, atau dapat juga tidak

sampai kepada nabi.

Page 13: Hadits dha'if

18. Hadits Majhul

Definisi hadis majhul adalah kata al-majhula• artinya orang yang tidak di ketahui jati

dirinya atau sifat-sifatnya .Majhul mencakup dua hal:

Majhul Al-Ain artinya: seorang perawi yang disebut namanya dan tidak ada yang

meriwayatkan darinya kecuali seorang perawi saja. Orang ini tidak diterima

riwayatnya kecuali ada ulama yang mengatakan bahwa ia adalah perawi yang dapat di

percaya.

Majhul Al-Hal dinamakan juga Al-mastur(yang tertupi).

Majhul Al-Hal adalah seorang perawi yang mana ada dua orang atau lebih

meriwayatkan hadits darinya dan tidak ada ulama yang mengatakan bahwa ia

adalah perawi yang dapat di percaya.• Riwayat orang seperti ini menurut pendapat

yang paling benar adalah ditolak.

19. Hadits Muhmal

Muhmal menurut bahasa artinya yang dibiarkan, yang ditinggalkan, yang diacuhkan.

Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan dari salah seorang yang serupa

namanya, atau kuniyahnya, atau laqabnya, atau salah satu dari yang tersebut ini serta nama

ayah, atau nama kakeknya, atau pada segala yang tersebut, sedang salah satu seorang dari dua

orang yang serupa itu tidak kepercayaan. Contohnya:

الذي أذهب عن ي األ ذى، وعافاني.كان النبي صلى هللا عليه وسلم إذا خرج من الخالء : الحمد لل

Gambaran dari sanad hadis tersebut sebagai barikut:

1) Ibn Majah

2) Harun bin Ishaq

3) Abdurrahman Al Muhariby

4) Ismail bin Muslim

5) Anas bin Malik

Yang menjadi persoalan dari rawi-rawi hadis tersebut ialah: Ismail bin Muslim, karena

ada dua orang yang bernama Ismail bin Muslim yang kebetulan kedua-duanya menerima

hadis dari Hasan Al Qatadah, salah seorang dari keduanya itu termasuk orang yang tidak

tsiqah (yakni Ismail bin Muslim Al Bashry) sedang yang lain termasuk orang yang tsiqah

(Ismail bin Muslim Al ‘Abdy). Karena tidak jelas inilah maka hadis itu dianggap lemah.

20. Hadits Maudhu

Hadis maudhu’ adalah hadis yang dicipta serta dibuat oleh seseorang (pendusta), yang

ciptaan itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. secara palsu dan dusta, baik disengaja

maupun tidak.

Ciri-ciri hadis maudhu:

Para ulama menetukan bahwa ciri-ciri kemaudhu’an suatu hadis terdapat pada sanad

dan matan hadis.

Page 14: Hadits dha'if

Ciri-ciri yang terdapat pada sanad hadis, yaitu adanya pengakuan dari si pembuat

sendiri, qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis maudhu’, dan

qarinah-qarinah yang berpautan dengan tingkah lakunya.

Adapun ciri-ciri yang terdapat pada matan, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi

ma’na dan segi lafazh. Dari segi ma’na, yaitu bahwa hadis itu bertentangan dengan Al-

Qur’an, hadis mutawatir, ijma’, dan logika yang sehat. Dari segi lafazh, yaitu bila susunan

kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.