31
Akhlak al-Karimah Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Dosen Pengampu : Dr. Mundzier Suparta, M.A. DISUSUN OLEH : Resti Fauziah 11140110000009 Tsamrotul Fuadah 11140110000022 Miftah Farid 11140110000029 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

membahas beberapa hadis tentang akhlak baik

Citation preview

Page 1: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

Akhlak al-Karimah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits

Dosen Pengampu :

Dr. Mundzier Suparta, M.A.

DISUSUN OLEH :

Resti Fauziah 11140110000009

Tsamrotul Fuadah 11140110000022

Miftah Farid 11140110000029

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kepada kami rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad Saw. Yang kami nanti-natikan syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti.

Ucapan terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada dosen mata kuliah hadis yaitu Bapak Dr. Mundzier suparta, M.A. yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan untuk kami menyusun makalah ini.

Makalah yang berjudul “Akhlak al-Karimah” ini, disusun berdasarkan buku-buku referensi yang semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya pemakalah sebagai pembekalan calon guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Penyusun

i

Page 3: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Belakang .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2

A. Orang yang Baik adalah Orang yang Baik Akhlaknya ................... 2

B. Kejujuran Membawa Kepada Kebikasanaan .................................. 4

C. Orang yang Paling Berkah untuk dihormati ................................... 7

D. Berbuat Baik Kepada Tetangga ...................................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................... 15

A. Kesimpulan ..................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

ii

Page 4: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak adalah suatu gerakan dalam jiwa seseorang yang menjadi

sumber perbuatann yang bersifat baik atau buruk, sesuai dengan pendidikan

yang diberikan kepadanya. Apabila jiwa dididik untuk mengutamakan

kemuliaan dan kebenaran, maka dengan mudah akan lahirnya perbutan-

perbuatan yang baik dan tidak sulit baginya untuk melakukan akhlak baik.

Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi

ini maka manusia di tuntut untuk berakhhlak terpuji karena dengan aklak

terpuji maka manusia akan selamat di dunia dan akhirat dan hendaklah

berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik terhadap

diri sendiri, lingkungan keluarga dan masyarakat. Islam menekankan akhlak

baik dan menyeru kaum Muslim untuk senantiasa membinanya serta

menanamkannya didalam jiwa mereka dan keimanan seorang hamba

berdasarkan keutamaan dirinya dan mengukur keislaman seorang hamba

berdasarkan kebaikan akhlaknya.

B. Perumusan Masalah

Apakah hadist yang berkaitan dengan; Tingkah Laku yang Terpuji

(Akhlak al-karimah) mengenai orang yang baik adalah orang yang baik

akhlaknya, kejujuran membawa kepada kebijaksanaan, orang yang paling

berhak dihormati, dan berbuat baik terhadap tetangga?

C. Tujuan

Mengetahui hadist yang berkaitan dengan orang yang baik adalah

orang yang baik akhlaknya, kejujuran membawa kepada kebijaksanaan, orang

yang paling berhak dihormati, dan berbuat baik terhadap tetangga.

1

Page 5: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Orang yang Baik adalah Orang yang Baik Akhlaknya

Rasulullah saw, bersabda:

حدثني محمد بن حاتم بن ميمون, حدثنا ابن مهدي, عن معاوية بنواس بن حمن بن جبير بن نفير, عن أبيه, عن الن صالح, عن عبد الر

ه صلى الله عليه وسلم عن سمعان األنصاري, قال سألت رسول الل البر واإلثم فقال " البر حسن الخلق واإلثم ما حاك في صدرك وكرهت

اس " . لع عليه الن أن يطArtinya: (2553) “Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin

Maymun, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, Dari Muawiyah bin

Shalih, Dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, Dari Ayahnya, Dari an-Nawas

bin Sam’an al-Anshari, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw

tentang al-birr dan al-itsmi? Beliau menjawab: ‘Al-birr (kebajikan) itu adalah

budi pekerti yang baik, sedangkan al-Itsmi (kejahatan) adalah segala sesuatu yang

menyesakkan dadamu dan engkau tidak suka orang lain tahu.” (HR. Muslim)1

Akhlak adalah perilaku lisan, perbuatan fisik, bahkan perbuatan diam kita.

Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan,

dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Akhlak terpuji yang

ditujukan kepada Allah swt berupa ibadah, dan mengikuti ajaran-ajaran

Rasulullah saw, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik pada

manusia yang lain. Hadits diatas yang terdapat dalam kitab Sahih Muslim dalam

ooر واإلثم ير الب ooاب تفسooب atau Bab makna ‘al-Birr’ dan ‘al-Itsm’

menjelaskan bahwa kebaikan itu adalah sebuah akhlak (budi pekerti yang

baik).

1 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah: 2010), Cet. I, Jilid 4, h. 397.

2

Page 6: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

Asbabul Wurud hadits ini adalah, Kata Abu Umamah, seorang laki-laki

telah bertanya kepada Rasulullah tentang iman. Dijawab oleh Rasulullah seperti

bunyi hadits diatas. Dan sebagai kelengkapannya, orang tersebut bertanya: “Ya

Rasulullah apakah dosa itu?” Jawab Rasulullah: “Jika sesuatu menggoncangkan

jiwamu, tinggalkanlah!”.

Menjadi manusia yang berakhlak mulia bukanlah suatu hal yang mudah.

Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt kepada kita semua untuk

memeperbaiki akhlak manusia. Beliau bersabda:

ما بعثت ألتمم صالح األخالق إنArtinya: “Sesungguhnya Aku diutus hanya untuk memperbaiki akhlak.”

Rasulullah saw juga bersabda:

عن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليهأكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقاوسلم

Artinya: (1230) “Dari Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah saw bersabda: ‘Orang

mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik

akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim, Shahihul

Jaami’)

Akhlak adalah cermin hati. Artinya, ketika seseorang berakhlak baik maka

berarti ia memiliki hati yang bersih dan jernih. Sedangkan orang yang memiliki

akhlak buruk maka hatinya pun tidak jernih dan tidak jelas tujuan hidupnya, dan

membawa keburukan baik untuk dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan

sekitarnya. Itulah sebabnya setiap manusia harus memperbaiki akhlaknya.

Hadist tersebut berkenaan dengan akhlak yang baik, yaitu menerangkan

betapa tingginya nilai orang yang akhlaknya baik, orang yang berbudi pekerti

luhur. Dinyatakan dalam hadist tersebut orang yang demikian adalah orang yang

paling sempurna imannya. Iman adalah sesuatu yang paling tinggi nilainya di sisi

Allah. Iman merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya, karena ia merupakan

landasan dari segala-galanya. Dapat juga dikatakan seorang muslim yang

akhlaknya baik, berarti kadar keimanan orang tersebut tinggi. Sebaliknya

seseorang yang buruk budi pekertinya, tergolong orang yang rendah imannya.

3

Page 7: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

Demikian pentingnya akhlak yang baik itu sampai Nabi menyetarakan akhlak

tersebut dengan iman, padahal iman adalah suatu yang paling mendasar bagi

kehidupan dan kesejahteraan manusia di dunia maupun di akhirat.

Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah

suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan

kita, akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya

seseorang di hadapan sesama.

Akhlak atau budi pekerti yang baik bisa dilakukan dengan berbagai cara

antara lain seperti mengerjakan kebaikan, mencegah kemungkaran, lemah lembut

serta pemaaf.2

Rasulullah saw adalah orang yang paling baik akhlaknya. Hal ini

dinyatakan sendiri oleh Allah sesuai dalam Firman-Nya:

ك لعلى خلق عظي ٤م� وإنArtinya: “Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) mempunyai pekerti yang

agung”. (QS. Al-Qalam: 4).

Sudah sepantasnya pula umatnya juga mewarisi perangai yang terpuji

seperti Rasulullah saw.

أخooر م ي ه و لل جوا من كان ي ل وة حسن ه أ لل في رسول ق كان لك ل�ل ٱ ل� ل� ٱ ٱ ل� ة� ل ٱ ل� ل�ه كثيرا لل ٢١ٱوذكر

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

B. Kejujuran Membawa Kepada Kebijaksanaan

Kejujuran selalu melekat pada pribadi Muslim. Ajaran Islam yang telah

menjadi bagian hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan puncak

segala keutamaan, dan asas kemuliaan akhlak. Kejujuran pada akhirnya akan

membimbing manusia kearah kebaikan, mengantarkan manusia ke surga.

Sebaliknya, dusta membawa manusia menuju kezaliman dan kejahatan, menyeret

ke dalam api neraka dan siksa. Seorang Muslim yang benar akan selalu menghiasi

2 Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim, Asbabul Wurud 1, (Jakarta, Kalam Mulia: 2003), Cet. I, h. 59.

4

Page 8: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

dirinya dengan kejujuran di dalam setiap ucapan dan amalan. Yang demikian itu

merupakan martabat yang tinggi dan mulia.3

Rasulullah Saw bersabda :

قال, وإسحاق بن إبراهيم, وعثمان بن أبي شيبة,حدثنا زهير بن حرب, عن أبي وائل, عن منصور, حدثنا جرير,إسحاق أخبرنا وقال اآلخران

ه ه صلى الله عليه وسلم " إن الصدق,عن عبد الل قال قال رسول اللى يكتب جل ليصدق حت ة وإن الر يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجن

ار وإن صديقا وإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النابا " . ى يكتب كذ جل ليكذب حت الر

Artinya : (2607) “Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harbin, dan

‘Utsman bin Abu Syaibah, dan Ishaq bin Ibrahim, Ishaq berkata, telah

mengabarkan kepada kami, dan berkata dua orang yang lain, Telah menceritakan

kepada kami Jarir, Dari Mansur, Dari Abu Wail, Dari Abdullah , dia berkata:

“Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada

kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan masuk ke dalam surga. Dan

seseorang senantiasa bersifat jujur sehingga dicatat sebagai orang yang jujur. Dan

sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kemaksiatan, sesungguhnya

kemaksiatan mengantarkan masuk ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang

senantiasa berbohong sehingga di catat sebagai seorang yang pembohong.” (H.R.

Muslim).4

Sebagaimana diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala

akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun di akhirat. Ia akan

dimasukan ke dalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu

siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan dalam Al-qur’an

dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran

dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa sebagaimana Allah swt berfirman:

قون مت ق وصدق به أولئك هم لص ذي جاء ب ل ل�و ٱ ۦ ل� ٱ ٣٣ٱ

3Dr. Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press. 1994). Cet.9. h. 11

4 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 435.

5

Page 9: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

Artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan

membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar:

33)

Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak

akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT, sesama manusia,

maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah

Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulullah

saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua

kalimat syahadat.

Dengan kata lain, orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada

Allah SWT. Siapa orang yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan

menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta

maka dusta juga akan menjadi karakterya.

Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana pada

akhirnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta yang berdusta pada

akhirnya akan membawa orang yang dusta ke neraka.5

Asbabul Wurud hadits diatas ialah As Aswad ibnu Ashram menceritakan:

“Aku membawa unta yang gemuk badannya ke Madinah pada saat musim kurang

subur dan keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu

kepada Rasulullah saw dan kemudian beliau menyuruh seseorang melihatnya.

Maka unta itu dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya.

Beliau bersabda: “Mengapa engkau giring untamu ini kesini ?”. Aku  menjawab:

“Aku ingin unta ini sebagai pelayan keperluanku”. Beliau bertanya lagi: “Untuk

melayani siapa unta tersebut ?”. Usman ibnu Affan menjawab : “Untuk  melayani

keperluan saya wahai Rasulullah” . Beliau bersabda: “Bawalah kesini”. Maka unta

itu dibawa dan aku mengikutinya, sedangkan Rasulullah saw menambatkan pula

untanya. Maka aku berkata: “Wahai rasulullah aku wasiat.” Beliau bersabda:

“Apakah engkau dapat menguasai lidahmu?”. Aku  menjawab: “Bagaimana aku

memiliki jika aku tidak menguasai lidahku?”. Beliau bertanya: “Apakah engkau

5 Muhammad Abdul Aziz al-Khauli, Menuju Akhlak Nabi (Semarang: Pustaka Nuun, 2006), h. 150.

6

Page 10: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

menguasai tanganmu?”.  Aku  menjawab: “Bagaimana aku memiliki jika aku

tidak menguasai tanganku?”. Beliau bersabda: “Janganlah lidahmu mengucapkan

sesuatu melainkan kebaikan, dan janganlah engkau bentangkan tanganmu

melainkan untuk kebaikan.” (Riwayat Bukhari)

Orang yang jujur sudah pasti bijaksana, bijaksana pada dirinya, orang lain,

dan lingkungan sekelilingnya dimanapun ia berada. Karena kejujuran adalah awal

mula segala kebaikan. Mari tanamkan kejujuran pada diri kita sekecil apapun

bentuknya.

Inti yang bisa diambil dari hadits ini antara lain yaitu kejujuran termasuk

akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam, jujur merupakan sebaik-baik sarana

keselamatan di dunia dan akhirat, seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di

sisi Allah swt dan di sisi manusia, dusta merupakan sifat buruk yang dilarang

Islam dan merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.6

C. Orang yang Paling Berhak untuk dihormat

Setelah umat manusia mengemban beberapa tugas terhadap Allah swt,

tugas terbesar dan terpenting berikutnya adalah berkaitan dengan perintah ibadah

berbuat baik kepada orang tua. Jadi, siapakah orang yang paling berhak untuk

dihormat? Jawabannya adalah kedua orang tua kita, terutama Ibu.

Rasulullah saw bersabda:

قفي, وزهير بن حرب, قاال حدثنا قتيبة بن سعيد بن جميل بن طريف الث حدثنا جرير, عن عمارة بن القعقاع, عن أبي زرعة, عن أبي هريرة,ه صلى الله عليه وسلم فقال من أحق قال جاء رجل إلى رسول اللاس بحسن صحابتي قال " أمك " . قال ثم من قال " ثم أمك " . الن

قال ثم من قال " ثم أمك " . قال ثم من قال " ثم أبوك " .Artinya: (2548) “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id bin Jamil

bin Tharif suku as-Tsaqafi, dan Zuhair bin Harbin, Telah berkata (Qutaibah dan

Zuhair) telah menceritakan kepada kami Jarir, Dari ‘Umar bin Qa’qa’, Dari Abu

Zur’ah, Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada

Rasulullah saw, lalu dia bertanya: ‘Siapakah manusia yang paling berhak aku

6 Suparman Syukur, Etika Religius (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 274.

7

Page 11: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

perlakukan dengan baik?’ Rasulullah saw menjawab: ‘Ibumu.’ Lalu siapa?

‘Ibumu’. Lalu siapa? ‘Ibumu’. Lalu siapa? ‘Ayahmu’. (HR. Muslim).7

Ibu adalah seseorang yang telah mengandung dan melahirkan kita serta

memelihara dan mengasuh kita dengan kasih sayang tanpa memikirkan untung

dan rugi. Sudah sepantasnya “Ibu” kita hormati dengan penuh kesungguhan.

Begitu pentingnya seorang Ibu, sehingga sampai tiga kali Rasulullah menekankan

bahwa Ibu berhak menerima penghormatan dari anak-anaknya.

Hadist ke-2548 dalam kitab Shahih Muslim jilid ke-4 yang terdapat dalam

به هما أحق بر الوالدين وأن ,atau Bab: Berbakti kepada Dua Orang Tua باب

memberi petunjuk bahwa kita harus menghormati, patuh, dan berbakti kepada

kedua orang tua kita yang telah melahirkan, terlebih pada Ibu, selama kedua orang

tua tidak mengajak durhaka kepada Allah.

Asbab al-Wurud hadits tersebut adalah Muslim meriwayatkan dari Abu

Hurairah bahawa ada seorang laki-laki yang datang menghadap Rasulullah saw,

lalu ia bertanya: siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?

Lalu Rasulullah menjawab “Ibumu”, sampai bertanya tiga kali dengan jawabn

yang sama, baru ketika si pria bertanya lagi untuk yang ke-4 kalinya, Rasulullah

baru menjawab “Ayahmu”.8

Demikian tinggi dan mulianya taraf seorang Ibu dari pandangan Islam.

berbakti kepada Ibu lebih didahulukan karena Ibu-lah asal dari segalanya. Ibu

disebut juga sebagai “Madrasatul Ulaa” karena ibu adalah orang yang pertama

kali mengajarkan anak-anaknya.

Allah swt juga berfirman:

لغن عنooدك إما ي ن ooس ن إ ooد ول اه وب ooدوا إآل إي ب ك أال ت ى رب ooل�وقض ا� ل� ل� ل� ٱ ل�ل�كبر أحدهما ال ٱ همooا ق همooا وقooل ل ه وال ت هما أ كالهما فال تقل ل ل�أ ل� ل� �� م ل�

٢٣كريما

7 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 387.8 Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi AD Damsyiqi, Asbabul Wurud I –

Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadist Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. VII, h. 377-378.

8

Page 12: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-

baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai

berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’:

23).

Dalam ayat tersebut, Allah swt tanpa terpisah setelah menjelaskan perintah

menyembah dan bertauhid kepada-Nya, kemudian menyebutkan hak orang tua

dengan berbakti dan berbuat baik kepada mereka.

Imam Shadiq as dalam mengomentari ayat “wa bil waalidaini ihsana”,

mengatakan bahwa ihsan disitu berarti bersopan santunlah kepada kedua orang

tuamu, berikanlah perhatian kepada mereka, perhatikan dan penuhilah segala

kebutuhannya sebelum mereka meminta kepada mu.9

Ada sebuah kisah dari sahabat Rasulullah, tentang kewajiban

mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada shalat sunnah, dijelaskan

dalam kitab Shahih Muslim pada hadist ke-2550, Rasulullah saw bersabda:

وخ, حدثنا سليمان بن المغيرة, حدثنا حميد بن هالل, حدثنا شيبان بن فرد في صومعة ه قال كان جريج يتعب عن أبي رافع, عن أبي هريرة, أن فجاءت أمه . قال حميد فوصف لنا أبو رافع صفة أبي هريرة لصفة

ه صلى الله عليه وسلم أمه حين دعته كيف جعلت كفها فوق رسول اللمني . حاجبها ثم رفعت رأسها إليه تدعوه فقالت يا جريج أنا أمك كلهم أمي وصالتي . فاختار صالته فرجعت ثم فصادفته يصلي فقال اللهم أمي مني . قال الل انية فقالت يا جريج أنا أمك فكل عادت في الث

مته ي كل هم إن هذا جريج وهو ابني وإن وصالتي . فاختار صالته فقالت اللى تريه المومسات . قال ولو دعت هم فال تمته حت مني الل فأبى أن يكل

عليه أن يفتن لفتن . قال وكان راعي ضأن يأوي إلى ديره - قال -اعي فحملت فولدت غالما فخرجت امرأة من القرية فوقع عليها الر فقيل لها ما هذا قالت من صاحب هذا الدير . قال فجاءوا بفئوسهم

مهم - قال - فأخذوا يهدمون ومساحيهم فنادوه فصادفوه يصلي فلم يكلم ثم ديره فلما رأى ذلك نزل إليهم فقالوا له سل هذه - قال - فتبس

9 Tim Akhlak, Etika Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003), Cet. 1, h. 28.

9

Page 13: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

مسح رأس الصبي فقال من أبوك قال أبي راعي الضأن . فلما سمعوا ذلك منه قالوا نبني ما هدمنا من ديرك بالذهب والفضة . قال ال ولكن

.أعيدوه ترابا كما كان ثم عاله Artinya: (2550) “Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farukh, Telah

menceritakan kepada kami Sulaiman bin Mughirah. Telah menceritakan kepada

kami Humaid bin Hilal, dari Abu Rafi’, dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia

berkata: “Ada seorang laki-laki yang bernama Juraij, dia beribadah di tempat

peribadatannya, lalu ibunya datang.”

Humaid berkata: “Lalu Abu Rafi’ menceritakan kepada kami, seperti yang

diceritakan kepadanya Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa ibunya (Juraij)

tengah memanggilnya, bagaimana ibunya meletakkan telapak tangannya di

dahinya, diangkatlah kepalanya untuk memanggilnya, lalu ibunya berkata: ‘Wahai

Juraij! Aku Ibumu, bicaralah kepadaku! Ketika itu Juraij sedang shalat.’ Juraij

berkata: ‘Ya Allah! Ibuku atau shalatku?’ Lalu dia memilih shala. Maka ibunya

datang untuk kedua kalinya. Ibunya berkata: ‘Wahai Juraij! Aku Ibumu! bicaralah

kepadaku!’ Juraij berkata: ‘Ya Allah! Ibuku atau shalatku?’ Lalu dia memilih

shalat. Ibunya berkata: ‘Ya Allah! Sesungguhnya dia ini adalah Juraij, dia anakku,

sungguh aku telah memanggilnya dan dia tidak menjawab panggilanku. Ya Allah

jangan Engkau cabut nyawanya hingga Engkau uji dia dengan perempuan-

perempuan pezina.’

Humaid berkata: “Jika ibunya berdoa agar Juraij ditimpa fitnah pasti dia

akan terfitnah.”

Humaid berkata: “Ada seorang penggembala kambing yang datang ke

peribadatan Juraij, lalu seorang perempuan desa lewat dan penggembala itu

berzina dengannya sampai hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki.

Perempuan itu ditanya: ‘Anak siapa ini?’ Dia menjawab: ‘Dari pemilik tempat

peribadatan itu!’ Lalu orang-orang datang dengan membawa kampak dan penggali

dari besi, lalu mereka memanggil Juraij, ternyata dia sedang shalat, sehingga dia

tidak menjawabnya. Maka mereka menghancurkan tempat peribadatan itu, ketika

dia melihat hal itu, maka dia menemui mereka dan mereka bertanya kepadanya:

‘Tanyakan kepada perempuan ini?’ Dia tersenyum dan mengusap kepala anak

10

Page 14: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

bayi itu, lalu bertanya: ‘Siapa ayahmu?’ Bayi itu menjawab: ‘Ayahku adalah

penggembala kambing.’ Ketika mereka mendengar hal itu mereka berkata: ‘Kami

bangun lagi peribadatan yang telah kami hancurkan dengan emas dan perak.’ Dia

(Juraij) berkata: ‘Jangan, bangun saja dari tanah, seperti semula.” (HR. Muslim)10

Dari hadits tersebut terlihat jelas bahwa berbakti kepada kedua orang tua,

terutama Ibu harus lebih di dahulukan dari pada shalat sunnah, begitu luar

pentingnya berbakti kepada seorang Ibu sampai-sampai disetarakan dengan shalat

sunnah. Jika Ibu kita memanggil tapi kita dalam keadaan shalat sunnah, maka

shalat tersebut boleh dibatalkan dan penuhilah panggilan Ibumu.

Oleh karena itu sudah sepatutnya kita membalas jasa baik orang tua kita,

terutama Ibu, sekurang-kurangya hormati-lah, muliakan-lah, dan jagalah segala

kebajikannya terutama ketika mereka memerlukan penjagaan kita dihari tua

mereka.

D. Berbuat Baik kepada Tetangga

Tetangga merupakan orang yang rumahnya paling dekat dengan kita.

Dalam Islam, memperhatikan hak tetangga mendapat perhatian yang istimewa.

Dan hal ini dipandang sebagai tanda beriman.

Rasulullah saw bersabda:

حدثنا قتيبة بن سعيد, حدثنا أبو األحوص, عن أبي حصين, عن أبيه صلى الله عليه وسلم " صالح, عن أبي هريرة, قال قال رسول الله ه واليوم اآلخر فال يؤذ جاره, ومن كان يؤمن بالل من كان يؤمن بالل

ه واليوم اآلخر فليقل واليوم اآلخر فليكرم ضيفه, ومن كان يؤمن باللخيرا أو ليصمت ".

Artinya: 6018 “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah

menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash, Dari Abu Hashin, Dari Abu Shalih,

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Siapa yang

beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya;

siapa saja yang beriman kepda Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia

memuliakan tamunya; dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir,

10 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 389-391.

11

Page 15: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

maka hendaklah ia berkata-kata yang baik atau hendaknya dia diam.” (HR.

Bukhari)11

Dari hadits diatas dapat kita ambil pelajaran, untuk mengukur keimanan

seseorang menurut cara Rasulullah saw, yaitu keimanan seorang muslim dapat

dilihat dari tiga hal, yaitu: kebaikannya terhadap tetangganya, berbuat baik kapada

tamu dan perkataannya kepada orang lain. Tiga alat ukur yang sudah disampaikan

oleh Rasulullah saw diatas dan bisa dijadikan barometer bagi seseorang dalam

kehidupan sehari-hari.

Tidak menyakiti hati tetangga, menghormati tamu, dan berkata baik atau

memilih diam menjadi kerangka ukur bagi orang yang beriman kepada Allah swt

dan hari akhir. Orang yang sudah mengaku beriman kepada Allah swt dan hari

akhir, dilarang keras mengganggu apalagi menyakiti tetangga, baik fisik maupun

psikis. Menghormati dan memuliakan orang lain merupakan langkah baik untuk

membangun relasi antara keluarga dan tetangga.

Asbabul Wurud hadits tersebut adalah Allah swt memperlihatkan kepada

hamba-hamba Nya bahwa Allah melihat semua perbuatan yang terkecil sekalipun.

Maka disaat itu datanglah tamu kepada Nabi saw dan Nabi saw tidak bisa

menjamunya karena tidak ada makanan. Rasul bertanya pada istrinya “Punya

makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?”, Istri Nabi saw menjawab “Tidak

ada, yang ada cuma air”. Maka Rasul berkata “Siapa yang mau menjamu tamuku

ini?” Satu orang Anshar langsung mengacungkan tangan “Aku yang menjamu

tamumu ya Rasulullah”. Kemudian sahabat itu membawa tamu Rasul itu ke

rumahnya, sampai dirumah mengetuk pintu dengan keras hingga istrinya bangun.

“Kenapa suamiku? Kau tampak terburu-buru”. “Kita dapat kemuliaan tamunya

Rasulullah. Ayoo.. muliakan, keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan

dan makanan, semua keluarkan. Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang

kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa menyambutnya. Rasul bertanya “Siapa yang

bisa menyambutnya?”, Aku buru-buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi

kita.” Istrinya berkata “Suamiku, makanannya hanya untuk 1 orang. Tidak ada

11 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Sahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah: 2010), Cet. I, Jilid 5, h. 168.

12

Page 16: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

makanan lagi, itu pun untuk anak- anak kita. 2 orang anak- anak kita hanya akan

makan makanan untuk 1 orang, Kau ini bagaimana menyanggupi undangan tamu

Rasul? Kau tidak bertanya lebih dulu? Apakah kita punya kambing, punya ayam,

punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!” Maka suaminya

sudah terlanjur menyanggupi “Sudah kalau begitu anak kita tidurkan cepat- cepat,

matikan lampu agar anaknya tidur”.

Di tidurkan anaknya tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring

untuk 1 orang, “Ini bagaimana? tamunya tidak mau makan kalau hanya ditaruh 1

piring kalau shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut makan karena cuma 1 piring

makanannya”. Suaminya berkata “Nanti sebelum kau keluarkan piringnya, lampu

ini kau betulkan lalu saat makan tiup agar mati pelitanya, jadi pura- pura lampu

mati. Taruh piring, silahkan makan dan kita taruh piring kosong di depan kita,

tamu makan kita tidak usah makan tapi seakan-akan makan dan tidak kelihatan

lampunya gelap”.

Maka tamunya tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya

makan dengan tenangnya, nyenyak dalam tidurnya, pagi-pagi shalat subuh

kembali kepada Rasul saw “Alhamdulillah ya Rasulullah aku dijamu dengan

makanan dan tidur dengan tenang”. Rasul berkata “Allah semalam sangat ridho

kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu.” (Riwayat Bukhari)

Rasulullah saw juga bersabda:

ه بن يوسف يث,حدثنا عبد الل حدثنا سعيد o هو المقبري o عن, حدثنا اللبي صلى الله عليه وسلم يقول " يا, عن أبي هريرة,أبيه قال كان الن

"نساء المسلمات ال تحقرن جارة لجارتها ولو فرسن شاة Artinya: 6017 “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah

menceritakan kepada kami al- Laits, telah menceritakan kepada kami Sa’id yaitu

al-Maqburi Dari Ayahnya Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi saw bersabda,

‘Wahai wanita-wanita muslimah, janganlah tetangga wanita meremeh-kan

(pemberian) tetangga wanita lainnya meskipun berupa kaki kambing.” (HR.

Bukhari)12

12 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 168.

13

Page 17: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

فظ إلسحاق - قال, وإسحاق بن إبراهيم,حدثنا أبو كامل الجحدري - والل, إسحاق أخبرنا عبد العزيز بن عبد الصمد العمي:أبو كامل حدثنا وقال

ه بن الصامت قال, عن أبي ذر,حدثنا أبو عمران الجوني عن عبد الله صلى الله عليه وسلم " يا أبا ذر إذا طبخت مرقة قال رسول الل

فأكثر ماءها وتعاهد جيرانك "Artinya: 2625 “Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil al-Jahdari, dan Ishaq

bin Ibrahim, dan lafadz haditsnya kepunyaan Ishaq, telah berkata Abu Kamil telah

bercerita kepada kami dan telah berkata, Ishaq telah mengabarkan kepada kami,

Abdul Aziz bin Abdi Shomad al-‘Ammi, telah bercerita kepada kami Abu ‘Imran

al-Jauni dari Abdullah bin Shomit. Dari Abu Dzar, dia berkata: “Rasulullah saw

bersabda: ‘Wahai Abu Dzar! Jika engkau memasak daging berkuah, maka

perbanyaklah kuahnya dan sisihkan untuk tetanggamu”. (HR. Muslim)13

Dari beberapa penjelasan hadits diatas dapat dipahami bahwa Rasulullah

sangat menganjurkan untuk saling berbagi terutama kepada orang yang pintu

rumahnya paling dekat dengan kita, yaitu tetangga. Apabila memasak maka

jangan sampai lupa untuk berbagi kepada tetangga kita walaupun diumpamakan

hanya “kaki kambing” atau “kuahnya” saja. Jangan sampai kita membiarkan

tetangga kita hanya mencium aroma harumnya masakan yang kita masak.

Perlu diketahui, tetangga itu bukan hanya orang yang tempat tinggalnya

persis di depan rumah kita, namun sesuai sabda Rasulullah tetangga itu adalah

empat puluh rumah di depan, di belakang, di sebelah kanan dan disebelah kiri

rumah kita.

13 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 450.

14

Page 18: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah perilaku lisan, perbuatan fisik, bahkan perbuatan diam kita.

Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan,

dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

Akhlak adalah cermin hati. Artinya, ketika seseorang berakhlak baik maka

berarti ia memiliki hati yang bersih dan jernih. Sedangkan orang yang memiliki

akhlak buruk maka hatinya pun tidak jernih dan tidak jelas tujuan hidupnya, dan

membawa keburukan baik untuk dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan

sekitarnya.

Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam, jujur merupakan

sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat, seorang mukmin yang bersifat jujur

dicintai di sisi Allah swt dan di sisi manusia, dusta merupakan sifat buruk yang dilarang

Islam dan merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.

Tetangga itu bukan hanya orang yang tempat tinggalnya persis di depan

rumah kita, namun sesuai sabda Rasulullah tetangga itu adalah empat puluh

rumah di depan, di belakang, di sebelah kanan dan disebelah kiri rumah kita.

15

Page 19: Hadis Tentang Akhlak Sayyiah

DAFTAR PUSTAKA

Akhlak, Tim, Etika Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003).

Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Sahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah:

2010).

Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah.

2010).

Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi AD, Asbabul Wurud I – Latar

Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadist Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia,

2003), Cet. VII.

Hasyimi, Dr. Muhammad Ali, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta:

Gema Insani Press. 1994). Cet.9.

Khauli, Muhammad Abdul Aziz al-, Menuju Akhlak Nabi (Semarang: Pustaka

Nuun, 2006).

Syukur, Suparman, Etika Religius (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

Wijaya, Suwarta dan Zafrullah Salim, Asbabul Wurud 1. (Jakarta: Kalam Mulia.

2003).

16