19
Laporan Kasus GRAVES OPTHALMOPATHY Oleh: Muhammad Firdaus 0808121327 Pembimbing: dr. Bagus Sidharto, Sp.M KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU 0

Graves Opthalmopathy

  • Upload
    ndoc

  • View
    44

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Kasus

GRAVES OPTHALMOPATHY

Oleh:

Muhammad Firdaus

0808121327

Pembimbing:

dr. Bagus Sidharto, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

PEKANBARU

2013

0

GRAVES OPTHALMOPATHY

I. PENDAHULUAN

Istilah penyakit Graves menggambarkan kombinasi hipertiroidisme dengan

kelainan mata. Pasien dengan kelainan mata penyakit Graves tetapi tanpa bukti klinis

hipertiroidisme dinyatakan mengidap penyakit Graves oftalmik. Pasien mungkin

memperlihatkan miksedema pratibia dan jari-jari gada, apabila timbul bersamaan

dengan tanda-tanda mata, kelainannya disebut akropaki (acrophacy) tiroid.1,2,3

II. DEFINISI

Tiroid oftalmopati (Graves thyroid-associated atau dysthyroid orbitopathy)

adalah suatu kelainan inflamasi autoimun yang menyerang jaringan orbital dan

periorbital mata, dengan karakteristik retraksi kelopak mata atas, edema, eritem,

konjungtivitis, dan penonjolan mata (proptosis).3,4

III. EPIDEMIOLOGI

Dari berbagai macam penelitian berpendapat bahwa tiroid oftalmopati

mengenai wanita 2,5-6 kali lebih sering daripada pria tetapi kasus berat lebih sering

dijumpai pada pria. Tiroid oftalmopati mengenai penderita dengan usia 30-50 tahun

dan kasus berat lebih sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.3,4,5

IV. PATOGENESIS

Autoantibodi menyerang fibroblast pada otot mata, dan fibroblast tersebut

dapat berubah menjadi sel-sel lemak (adiposit). Sel-sel lemak dan pembesaran otot

dan menjadi radang. Vena-vena terjepit, dan tidak dapat mengalirkan cairan,

menyebabkan edema.3,4,5

Gambaran utama adalah distensi nyata otot-otot okular akibat pengendapan

mukopolisakarida. Mukopolisakarida bersifat sangat higroskopik sehingga

meningkatkan kandungan air didalam orbita.1

1

Sekarang diperkirakan terdapat dua komponen patogenik pada penyakit

Graves:

1. Kompleks imun tiroglobulin-antitiroglobulin berikatan dengan otot-otot

ekstraokular dan menimbulkan miositis

2. Zat-zat penyebab eksoftalmos bekerja dengan imunoglonulin oftalmik untuk

menyingkirkan thyroid stimulating hormone dari membran retro-orbita, yang

menyebabkan peningkatan lemak retro-orbita.1,3,4,5

V. GAMBARAN KLINIS

Tanda mata penyakit Graves mencakup retraksi palpebra, pembengkakan

palpebra dan konjungtiva, eksoftalmos dan oftalmoplegia. Pasien datang dengan

keluhan nonspesifik misalnya mata kering, rasa tidak enak, atau mata menonjol.(1,2)

The American Thyroid Association membuat penentuan derajat tanda okular

berdasarkan peningkatan keparahan1:

Kelas Tanda

0

1

2

3

4

5

6

Tidak ada gejala atau tanda

Hanya tanda, yang mencakup retraksi kelopak mata atas, dengan atau tanpa lid

lag, atau proptosis sampai 22 mm. Tidak ada gejala

Keterlibatan jaringan lunak

Proptosis > 22 mm

Keterlibatan otot ekstraokuler

Keterlibatan kornea

Kehilangan penglihatan akibat keterlibatan saraf optikus

Retraksi kelopak mata patognomonik untuk penyakit tiroid, terutama apabila

berkaitan dengan eksoftalmos. Mungkin unilateral atau bilateral dan mengenai

2

kelopak mata atas dan bawah. Kelainan ini sering disertai oleh miopati restriktif, yang

mula-mula mengenai rektus inferior dan menimbulkan gangguan elevasi mata.1,2,3,4,5,6

Patogenesis retraksi kelopak mata bermacam-macam, antara lain:

1. Hiperstimulasi sistem saraf simpatis

2. Infiltrasi peradangan langsung pada otot levator

3. Miopati restriktif otot rektus inferior dapat menimbulkan retraksi kelopak

mata akibat peningkatan stimulasi levator sewaktu mata mencoba melihat ke

atas.1

A. Eksoftalmos

Kelainan ini biasanya asimetrik dan mungkin unilateral, dan secara klinis

perlu dilakukan perkiraan resistensi terhadap retropulsi bola mata secara manual.

Peningkatan isi orbita yang menimbulkan eksoftalmos sebagian besar disebabkan

oleh peningkatan massa otot-otot okular.1,2,3,4

B. Oftalmoplegia

Kelainan ini lebih sering dijumpai pada penyakit Graves oftalmik, biasanya

mengenai orang tua dan asimetrik. Keterbatasan elevasi adalah kelainan yang paling

sering dijumpai, terutama disebabkan oleh adhesi antara otot rektus inferior dan

oblikus inferior. Kelainan ini dapat dikonfirmasi dengan mengukur tekanan

intraokular sewaktu elevasi, di mana terjadi peningkatan tekanan intraokular yang

mengisyaratkan adanya pertautan. Sering terjadi pembatasan-pembatasan gerakan

mata pada semua posisi menetap. Pasien mengeluhkan diplopia.1,2,3,4

C. Kelainan Saraf Optikus dan Retina

Kompresi bola mata oleh isi orbita dapat menyebabkan peningkatan tekanan

intraokular dan strie retina atau koroid. Diskus optikus dapat membengkak dan

menyebabkan gangguan penglihatan akibat atrofi optikus. Neuropati optikus yang

berkaitan dengan penyakit Graves kadang-kadang terjadi akibat penekanan dan

3

iskemia saraf optikus sewaktu saraf ini menyeberangi orbita yang tegang, terutama di

apeks orbita.1,3

D. Kelainan Kornea

Pada sebagian pasien, dapat ditemukan keratokonjungtivitis limbik superior.

Pada eksoftalmos yang parah, dapat terjadi pemajanan dan ulserasi kornea.1,3,4

VI. DIAGNOSIS

Tiroid oftalmopati secara klinis di diagnosa dengan munculnya tanda dan

gejala pada daerah mata, tetapi uji antibodi yang positif (anti-tiroglobulin, anti-

mikrosomal, dan anti-tirotropin reseptor) dan kelainan kadar hormon-hormon tiroid

(T3, T4 dan TSH) membantu menegakkan diagnosa.3,4

Pemeriksaan pencitraan dapat membantu menegakkan diagnosa, antara lain:

1. CT Scan dan MRI

CT scan dan MRI memberikan gambaran yang sangat baik dari otot-otot

ekstraokular, perlekatan otot, lemak intrakonal, dan anatomi apeks orbital.

Pembesaran otot muncul dalam berbagai bentuk diantara perut otot, dan penebalan

biasanya lebih dari 4 mm. Penonjolan lemak intrakonal dapat menyebabkan

proptosis. Kedua pemeriksaan ini dapat mendiagnosa tiroid oftalmopati dengan atau

tanpa penekanan saraf optik.3,4,5

2. Ultrasonografi Orbital

Pemeriksaan ini sangat baik untuk diagnosa tiroid oftalmopati, dan kekhasan

reflektivitas internal otot-otot ekstraokular dari sedang sampai tinggi, sama halnya

dengan pembesaran perut otot. Perlekatan dari otot ekstraokular dapat digambarkan

dengan mudah. Pasien dengan tiroid oftalmopati menunjukkan peak-systolic rendah

dan percepatan end-diastolic yang dapat dinilai dengan pencitraan Doppler.3,4,5

4

3. Pencitraan Nuklir

Infiltrasi orbital dengan sel-sel mononuklaer pada tiroid oftalmopati dapat

diidentifikasikan oleh reseptor pencitraan dengan octreotide, sebuah analog

somatostatin teradiasi. Pasien dengan tiroid oftalmopati aktif menunjukkan

pengambilan octreotide yang tinggi dan merespon pengobatan lebih baik, misalnya

dengan kortikosteroid atau terapi radiasi. Pasien dengan kelainan inaktif, tidak

merespon pengobatan ini.5

Pemeriksaan histologis memberikan gambaran:

1. Infiltrasi sel limfositik

2. Pembesaran fibroblas

3. Penumpukan mukopolisakarida

4. Edema interstisial

5. Peningkatan produksi kolagen

6. Fibrosis dengan perubahan degeneratif pada otot-otot mata.3

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Selulitis Orbital : infeksi yang serius dari jaringan mata dengan keluhan

demam,

proptosis, pergerakan mata terbatas, kelopak mata merah dan

berair.

2. Selulitis Preseptal : inflamasi dan infeksi dari kelopak mata dan bagian kulit

disekitar mata dengan gejala mata berair, mata merah, kotoran

mata, nyeri, injeksi konjungtiva dan demam.(3)

VIII. PENATALAKSANAAN

5

A. Pengobatan Medis

1. Kontrol adekuat terhadap hipertiroidisme

2. Terapi untuk pemaparan kornea (karena penutupan palpebra tak adekuat

malam hari) harus dengan tetes mata metilselulosa sepanjang hari dan salep

kloramfenikol malam hari

3. Tetes mata guanetidin dapat menghasilkan perbaikan retraksi kelopak

temporer, yang mungkin berguna secara kosmetik

4. Prisma yang diselipkan pada kacamata penderita bisa membantu mengoreksi

setiap diplopia

5. Kasus-kasus parah dengan gejala hilangnya penglihatan, edema diskus, atau

ulserasi kornea yang harus diterapi segera dengan kortikosteroid dosis tinggi

(mis. Prednisolon 100-120 mg per hari) selama tiga sampai empat hari dan

kemudian dikurangi. Jika tidak ada perbaikan dalam beberapa hari, maka

harus dipertimbangkan dekompresi bedah dan radioterapi orbita.1,2,3,4,5

B. Pengobatan Bedah

Dekompresi orbita biasanya dilakukan dengan mengangkat dinding medial

dan inferior melalui pendekatan etmoidal. Dekompresi apeks orbita perlu dilakukan

agar hasil akhir baik. Dekompresi bedah orbita bertujuan menghilangkan tekanan

intraorbita.

Pembedahan pada otot-otot yang menggerakkan bola mata mungkin perlu

dilakukan untuk meluruskan pandangan pada penderita yang sudah lama mengidap

diplopia.1,2,3,4,5

IX. KOMPLIKASI

Dengan tiroid eksoftalmos, dapat terjadi infeksi atau keterlibatan kornea.3

6

X. PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik. Kebanyakan pasien tidak memerlukan tindakan

pembedahan. Faktor-faktor resiko untuk tiroid oftalmopati yang progresif dan berat

yang membuat prognosis menjadi buruk antara lain:

1. Jenis kelamin laki-laki

2. Usia lebih dari 50 tahun

3. Onset gejala cepat dibawah 3 bulan

4. Merokok

5. Diabetes

6. Hipertiroidisme berat atau tidak terkontrol

7. Kemunculan miksedema pretibia

8. Kadar kolesterol tinggi (hiperlipidemia)

9. Penyakit pembuluh darah perifer.3,4

7

Gambar 1. Gambar 2.

Ket.: Gambar 1.: Proptosis berat dan retraksi kelopak mata dari tiroid oftalmopati.

Pasien ini juga memiliki kerusakan saraf penglihatan dari tiroid

oftalmopati.

Gambar 2.: CT scan potongan axial dari orbital. Tampak pembesaran otot

yang memisahkan perlekatan otot dari bola mata.

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny M Pendidikan : SMA

Umur : 531 tahun Agama : Islam

8

Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah

Alamat : Pekanbaru MRS : 18 Sept 2013

Pekerjaan : IRT MR : 790870

Keluhan Utama : Mata kiri terasa menonjol sejak 3 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 1 tahun SMRS pasien mengeluhkan mata kanan terasa sangat terang/silau,

mata sering berair apabila penglihtan pasien terlalu silau, pasien tidak mengeluhkan

penurunan penglihatan, tidak ada gatal, nyeri, pasien juga mengeluhkan mata terasa

besar dan menonjol keluar. Tidak ada keluhan sering lapar, tidak tahan panas (-).

Pada saat itu pasien sedang hamil 4 bulan.

Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan mata terasa menonjol, gatal-gatal,

merah, berair. Pasien tidak mengeluhkan adanya penurunan penglihatan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Diabetes melitus (-), Hipertensi (-)

Riwayat Pengobatan:

Pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat Diabetes melitus (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Vital sign : TD 120/80 mmHg, HR= 93 x/menit

T= afebris

Pemeriksaan KGB preaurikuler : Tidak teraba pembesaran

9

STATUS OPHTALMOLOGI

OD OS

20/20 Visus Tanpa Koreksi 20/20

- Visus Dengan Koreksi -

Ortoforia, Eksoftalmus

Proptosis 25 mm

Posisi Bola Mata Ortoforia

Proptosis 23 mm

Gerakan Bola Mata

Normal (palpasi) Tekanan Bola Mata Normal (palpasi)

Edema (-), Sikatrik (-)

Lagoftalmus 5mm

Palpebra Edema (-), Sikatrik (-)

Lagoftalmus 2mm

Injeksi konjungtiva (-),

Injeksi silier (+)

Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-),

Injeksi silier (-)

Keratitis (+) di bawah Kornea Jernih

Tidak ada kelainan Sklera Tidak ada kelainan

Dalam, hipopion (-),

hifema (-)

COA Dalam, hipopion (-),

hifema (-)

Bulat, sentral, diameter

3mm, refleks cahaya (+)

Iris/Pupil Bulat, sentral, diameter

3mm, refleks cahaya (+)

Jernih Lensa Jernih

(+)

Jernih

Bulat, CDR 0,3, aa/vv 2/3

DBN

Reflex (+)

Fundus

Reflex

Media

Papil

Retina

Makula

(+)

Jernih

Bulat, CDR 0,3, aa/vv 2/3

DBN

Reflex (+)

10

Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium :

Tot T3 : 3,10 mmol/L (0,92-2,33 nmol/l)

Tot T4 : 164,91 mmil/L (60-120 nmol/l)

TSH : <0,05 µUI/ml (0,25-5 µUI/ml)

CT scan orbita

Resume :

Pasien perempuan umur 31 tahun datang dengan keluhan matakanan nyeri

sejak 3 bulan SMRS, gatal gatal (+), merah (+), penurunan penglihatan (-). Sejak 1

tahun SMRS pasien mengeluhkan penglihatan selau, bola mata terassa besar,

menonjol keluar, sering lapar (-), tidak tahan panas (-), tidak ada penurunan

penglihatan.

Diagnosis kerja : Graves opthalmopathy + keratitis lagoftalmus OD

11

Pemeriksaan anjuran : Optalmoskop Indirek

Terapi: - Air mata buatan 6 gtt ODS

- kloramfenikol ed 1 gtt ODS malam hari

- Ofloxacin 6 gtt OD

Prognosis :

Quo ad vitam : dubia

Quo ad fuctionam : dubia

Quo ad kosmetikum : dubia

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. G., Asburry T., Riordan-Eva P., Suyono Y. J. (ed), Penyakit

Endokrin; Gangguan Kelenjar tiroid: Penyakit Graves, Oftalmologi Umum,

Widya Medika, Jakarta, 2000, (14): 330-332.

2. Glasspool M. G., Andrianto P. (alih bahasa), Penyakit Thyroidea, Atlas

Berwarna Oftalmologi, Widya Medika, Jakarta, 1990: 106-108.

3. Thyroid Ophthalmopathy available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1218444-overview.htm

4. Ophthalmopathy, Thyroid available from:

http://emedicine.medscape.com/article/383412-overview.htm

5. Elkington A. R., Khaw P. T., Waliban (alih bahasa), Penyakit Mata Distiroid,

Petunjuk Penting Kelainan Mata, EGC, Jakarta, 1996.

12