30
BLOK URINARY SYSTEM GLOMERULONEFRITIS Disusun untuk memenuhi tugas mandiri PJBL tentang gangguan System Urinary” Sang Made Firsto Mogi Wisesa Gumilang 125070201111034 Reguler 2 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Glomerulonefritis Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fix

Citation preview

BLOK URINARY SYSTEMGLOMERULONEFRITIS Disusun untuk memenuhi tugas mandiri PJBL tentang gangguan System Urinary

Sang Made Firsto Mogi Wisesa Gumilang125070201111034Reguler 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGlomerulusnefritis merupakan penyebab terjadinya gagal jantung yang mana mobiditas tertinggi terjadi pada anak. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronis dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar bersifat imunologis. Glomerulonefritis adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kumanstreptococcus. Penyakit ini terutama menyerang kelompok usia sekolah 5-15 tahun, pada anak < 2 tahun kejadiannya kurang dari 5%. Lebih sering mengenai anak laki-laki dari pada wanita. Glomerulonefrotis dibedakan menjadi Glomerulonefritis akut biasanya disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus (GNAPS) adalah peradangan glomerulus secara mendadak. Sedangkan Glomerulonefrotis kronik adalah peradangan yang lama dari sel sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga pada tubulus. Glomerulonefritis paska streptokokus dapat didahului oleh infeksi streptokokus hemolitikus grup A. Glomerulonefritis paska streptokokus dapat terjadi setelah radang tenggorokan dan jarang dilaporkan bersamaan dengan demam rematik akut. Glomerulonefritis akut paska streptokokus ( GNAPS ) lebih sering dijumpai di daerah tropis dan negara berkembang, biasanya menyerang anak anak dengan ekonomi rendah. Di Indonesia sebanyak 68,9 % berasal dari keluarga ekonomi rendah dan 82 % dari keluarga berpendidikan rendah. Keadaan lingkungan yang padat, higiene sanitasi yang jelek, malnutrisi dan anemia merupakan faktor resiko untuk terjadinya GNAPS. Pasien yang mengalami Glomerulonefritis akan memiliki tanda dan gejala seperti Penyakit ringan umumnya ditemukan saat melakukan urinalisis secara rutin, Wajah seperti bulan dan edema pada area ekstrimitas, lemah dan anoreksia, Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA), Haluaran urine berkurang. Urine keruh berwarna seperti teh atau cola, dan juga merasa tidak nyaman. 1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan mengenai Glomerulonephritis

1.2.2 Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu :1. Menjelaskan definisi dan klasifikasi Glomerulonephritis2. Menjelaskan etiologi Glomerulonephritis3. Menjelaskan faktor resiko Glomerulonephritis4. Menjelaskan epidemiologi Glomerulonephritis5. Menjelaskan patofisiologi Glomerulonephritis6. Menjelaskan menifestasi klinis Glomerulonephritis7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic Glomerulonephritis8. Menjelaskan penatalaksanaan medis Glomerulonephritis9. Menjelaskan komplikasi Glomerulonephritis10. Menjelaskan pencegahan Glomerulonephritis11. Asuhan Keperawatan Glomerulonephritis

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DefinisiGlomerulonefritis kronis ialah diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap. (Arief Mansjoer, dkk. 2000)Glomerulonefritis kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. (Arif muttaqin & Kumala Sari, 2011)Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronis dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar bersifat imunologis ( Noer. 2009)

2.2 EtiologiTimbulnya glomarulonefrotis akut didahului oleh infeksi bakteri streptokokus ekstra renal, terutama infeksi di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh bakteri streptokokus golongan A tipe 4, 12, 25. Hubungan antara glomarulonefrotis dengan infeksi streptokokus dikemukakan pertama kali oleh Lohleon tahun 1907 dengan alasan : Timbul GNA setelah infeksi skarlatina. Diisolasi bakteri streptokokus hemolitikus. Meningkatnya titer streptolisin pada serum darah.

a) Terjadi sesudah infeksi organ tubuh atau merupakan suatu perkembangan sekunder dari gangguan sistemik.b) Merupakan reaksi antigen antibodi terhadap produksi kompleks imun yang tertinggal di glomerulus dan menghasilkan membran dasar yang menebal pada glomerulus.c) Scarring dan kehilangan filter bisa mengakibatkan gagal ginjal. (Nursalam.2009)d) Faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi juga mempengaruhi terjadinya GNS, setelah terjadi infeksi kuman streptokokus. (Hasan.1999)e) Bakteri : streptokokus grup C,meningococcocus, Sterptoccocus Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhidllf) Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis epidemika dlg) Parasit : malaria dan toksoplasma

Glomerulonefritis Akut Bakteri Stretokokus Berhubungan dengan penyakit auto imun. Reaksi obat. Virus Glomerulonefritis Kronis Glomerulonefritis akut Pielonefritis Diabetes mellitus Hipertensi yang tidak terkontrol Obstruksi saluran kemih Penyakit ginjal polikistik Gangguan vaskuler Lesi herediter Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri) Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.

2.3 Faktor ResikoFaktor resiko terjadinya Glomerulonefritis akut adalah :a. Faktor Biologi Umur tersering pada anak golongan umur 5 15 tahun dan pada bayi jarang terjadi. Jenis kelamin laki laki dua kali lebih beresiko dari pada wanita.b. Faktor lingkungan Prevalensi terjadinya meningkat pada masyarakat yang sosial ekonominya rendah dan lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat atau kotor.c. Faktor perilaku Mengkonsumsi obat antiinflamasi non steroid. Kurang kesadaran akan berobat secara dini sehingga ia terlambat dalam berobat. Tidak rutin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.d. Faktor pelayanan kesehatan Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining penyakit awal.

2.4 Klasifikasia. Kongenital (herediter) Sindrom AlportSuatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang sering diserati tuli saraf dn kelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita sindrom alport. Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan. Sindrom Nefrotik KongenitalSindroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.b. Glomerulonefritis Primer Glomerulonefritis Membrano ProliferasifSuatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA. Glomerulonefritis MembranosaGlomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%. Nefropati IgA (penyakit berger)Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.c. Glomerulonefritis SekunderGlomerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah.Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.

Glomerulonefritis dibedakan menjadi 2 yaitu akut dan kronis adalah sebagai berikut: Glomerulonefritis akut biasanya disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus (GNAPS) adalah peradangan glomerulus secara mendadak yang mna seringkali terjadi karena respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A). Pada glomeruloefritis akut biasanya terjadi sekitar 2 3 minggu setelah serangan infeksi streptokokus. Glomerulonefrotis kronik adalah peradangan yang lama dari sel sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga pada tubulus. (Sloane, Ethel. 2003)

2.5 Patofisiologi(terlampir)

2.6 Manifestasi Klinisa) Penyakit ringan umumnya ditemukan saat melakukan urinalisis secara rutin.b) Riwayat infeksi : faringitis oleh streptokokus kelompok A, virus hepatitis B dan endokarditisc) Proteinuria, hematuria, dan oliguria,d) Wajah seperti bulan dan edema pada area ekstrimitas.e) Lemah dan anoreksia.f) Hipertensi baik ringan, sedang, atau berat dan sakit kepala.g) Anemia akibat kehilangan sel darah ke dalam urine.h) Dari hasil studi klinik ditemukan bahwa kejadian pada glomerulonefritis akut dapat sembuh sampai 90% dengan fungsi ginjal normal dalam 60 hari : Diuresis biasanya mulai satu dua minggu sesudah serangan. Renal clearance dan konsentrasi urea darah kembali normal. Edem dan hipertensi berkurang. Pada pemeriksaan mikroskop proteinuria dan hematuria masih ada dalam beberapa bulan. (Nursalam.2009)i) Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA).j) Nefritis cenderung memiliki periode laten kira kira 10 hari, dan awitan gejala 10 hari setelah infeksi awal.k) Haluaran urine berkurang. Urine keruh berwarna seperti teh atau cola.l) Anak yang lebih kecil mungkin tampak sakit namun jarang untuk mengeluh.m) Anak yang lebih besar mungkin mengeluh sakit kepala, perut tidak nyaman, muntah dan disuria. (Cecily Lynn Betz.2009)

Menifestasi klinis Glomerulonefritis akut

Tahap awal Hematuria (darah dalam urine) Proteinuria (protein dalam urine) Azotemia Berat jenis urine meningkat Laju endap darah meningkat OliguriaTahap akhir Bendungan sirkulasi Hipertensi Edema Gagal ginjal tahap akhir

Menifestasi Klinis pada Glomerulonefritis Kronis1. Kardiovaskuler Hipertensi Pembesaran vena leher Pitting edema Edema periorbital Friction rub pericardial2. Pulmoner Nafas dangkal Krekels Sputum kental dan liat3. Gastrointestinal Anoreksia, mual dan muntah Nafas berbau amonia Perdarahan saluran GI Ulserasi dan perdarahan pada mulut4. Muskuloskeletal Kehilangan kekuatan otot Kram otot5. Integumen Kulit kering, bersisik Warna kulit abu-abu mengkilat Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar (Suzanne C Smelzer. 2001)

2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fisik0. Aktivitas atau istirahat Gejala : kelemahan atau malaise Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot1. Sirkulasi Tanda: hipertensi, pucat,edema2. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (oliguri) Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)3. Makanan atau cairan Gejala : (edema), anoreksia, mual, muntah Tanda : penurunan keluaran urine4. Pernafasan Gejala : nafas pendek Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)5. Nyeri atau kenyamanan Gejala : nyeri pinggang, sakit kepala Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

Urinalisis : hematuria (secara mikroskopi, proteinuria (1+ sampai 4+), endapan sel darah merah, sel darah putih, epitel sel renal, dan berbagai endapat dalam sedimen. Darah : peningkatan pada BUN dan kreatinin, albumin rendah, lipit meningkat, titer antistreptolysin meningkat (dari reaksi organisme streptokokus). Anemi ringan dan leukositosis, dan laju endap darah. Biopsi dengan jarum pada ginjal : sumbatan kapiler glomerulus dari proliferasi sel endotelial Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi). Dehidrasi dapat memperburuk keadaan ginjal, oleh karena itu penderita diharapkan tidak puasa. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini beresiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu. Misal : DM, usia lanjut, dan nefropati asam urat. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.

Pemeriksaan Diagnostik pada Glomerulonefritis Akut1. Urinalisis (UA) menunjukkan hematnya gross, protein dismonfik dan (bentuk tidak serasi) SDm, leusit, dan gips hialin.2. Lajur filtrasi glomeruslus (IFG) menurun, klerins kreatinin pada unrin digunakan sebagai pengukur dan LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin juga ditampung dengan cara arus tegah (midstream).3. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun.4. Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi).5. Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidentifilaasi jenis protein urin yang dikeluarkan dalam urin.6. Elektrolit seru menunjukkan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadar-kadar kalium dan klorida.7. Biopsi ginjal menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan memastikan diagnosis.

Pemeriksaan Diagnostik Glomerulonefritis Kronis1. Urin Warna secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine (anuria) Berat jenis kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1 Protein Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada Klirens kreatinin mungkin agak menurun Natrium lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium2. Darah Ht menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl BUN atau kreatinin meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir SDM menurun, defisiensi eritropoitin GDA asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2 Protein (albumin) menurun Natrium serum rendah Kalium meningkat Magnesium meningkat Kalsium menurun3. Osmolalitas serum Lebih dari 285 mOsm/kg4. Pelogram Retrograd Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter5. Ultrasonografi Ginjal Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif7. Arteriogram Ginjal Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa8. EKG Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa(Doenges, E Marilynn. 2000)

2.8 PenatalaksanaanTidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.3. Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya menolong juga.6. Diurektikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus (Repetto dkk, 1972).7. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.

Penatalaksanaan Medis Glomerulonefritis Akut1. Medik : Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien. Pengawasan hipertenasiantihipertensi. Pemberian antibiotik untuk infeksi. Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien. Terapi Antibiotik Long Term Penicillin, dan pasien harus terhindar dari infeksi, karena dapat menimbulkan nefritis2. Keperawatan : Pasien harus bed-rest sampai tanda dan gejalanya hilang. Dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan keadaan pasien. Pasien dianjurkan secara teratur untuk mengkontro kondisinya pada tim kesehatan. Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya. Anjuran dalam kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.

3. Diet Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum meningkat Tinggi Karbohidrat Rendah Garam Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi, Berikan obat antihipertensi jika diperlukan Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan diuretic Observasi tanda-tanda vital waspada terhadap adanya CHF Jika sudah ambulasi,monitor proteinure dan hematuria jika meningkat bedrest tetap dijalankan,jika ambulasi dapat ditolelir pasien boleh pulang.

Penatalaksanaan Medis Glomerulonefritis Kronis1. Dialisis2. Obat-obatan anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid3. Diit rendah uremiPembatasan cairan dan Na, tinggi KH & rendah protein, Rendah K Bila Ada gagal ginjal. Antibiotik jika ada infeksi pemberian korticosteroid & Cytotoxic.Anti Hypertensi, diuretic, plasmapheresis.(Suzanne C Smelzer. 2001)

2.9 Komplikasia. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangna filtrasi glomerlus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang diperlukan.b. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.c. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.

2.10 Asuhan KeperawatanPengkajian Anamnesis1. Indentitas klien:GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering pada pria2. Riwayat penyakitSebelumnya :Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain.Sekarang :Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.3.Pertumbuhan dan perkembangan : Pertumbuhan :BB = 9x7-5/2=29 kg , menurut anak umur 9 tahun BB nya adalah BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan anak 138 cm. Nadi 80100x/menit, dan RR 18-20x/menit, tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen pertama /molar, umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 1011 tahun jumlah gigi permanen 10-11 buah. Perkembangan :Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu.

Pemeriksaan Fisik1. Aktivitas/istirahat-Gejala: kelemahan/malaise-Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot2. Sirkulasi-Tanda: hipertensi, pucat,edema3. Eliminasi-Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)-Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)4. Makanan/cairan-Gejala: (edema), anoreksia, mual,muntah-Tanda: penurunankeluaranurine5. Pernafasan-Gejala: nafas pendek-Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)6. Nyeri/kenyamanan-Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala-Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

Pengkajian Perpola1. Pola nutrisi dan metabolik:Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.2. Pola eliminasi :Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri, hematuria.3. Pola Aktifitas dan latihan :Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah) , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.4. Pola tidur dan istirahat :Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus5. Kognitif & perseptual :Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.6. Persepsi diri :Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula7. Hubungan peran :Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.8. Nilai keyakinan : Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

Pemeriksaan DiagnostikPada laboratorium didapatkan: Hb menurun( 8-11 ) Ureum dan serum kreatinin meningkat( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum kreatinin : Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ). Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g) Urinalisis (BJ. Urine meningkat: 1,015-1,025, albumin, Eritrosit, leukosit) Pada rontgen:IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes) Pemeriksaan daraha) LED meningkat.b) Kadar HB menurun.c) Albumin serum menurun (++).d) Ureum & kreatinin meningkat.e) Titer anti streptolisin meningkat.

Analisa DataDataEtiologiMasalah keperawatan

DS : klien mengeluh jarang berkemih klien mengeluh bagian kaki terasa bengkakDO : klien tampak edema hipernatremia hipoalbuminemiaFaktor resiko dan etiologi

Reaksi implamasi pada glomerulus

Glomerulonefritis

Penurunan GFR

Penurunan volume urine

Retensi air dan Na

Edema

Glomerulonefritis

Permeabilitas membrane filtrasi turun

Proteinuria

Hipoalbuminemia

Tekanan onkotik membrane sel turun

Ekstravasasi cairan ke intertisial

Edema

Kelebihan volume cairan

Kelebihan volume cairan

DS : klien mengeluh mual dan muntah klien mengeluh tidak nafsu makanDO : hipoalbuminemia terjadi fluktuasi berat badan klien tampak lemahFaktor resiko dan etiologi

Reaksi implamasi pada glomerulus

Glomerulonefritis

Respon GIT

Fetoruremia

Peradangan mukosa saluran pencernaan

Anoreksia

Intek nutrisi tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

DS : klien mengeluh gatal-gatal pada kulitDO : klien tampak edema hiperuremia klien tampak lemahFaktor resiko dan etiologi

Reaksi implamasi pada glomerulus

Glomerulonefritis

Penurunan GFR

Penurunan volume urine

Retensi air dan Na

Edema

Retensi ureum pada darah dn menyebar di jaringan kulit

Gatal- gatal pada kulit

Tindakan klien untuk mengatasi gatal pada kulit

Resiko terjadi luka pada kulit

Resiko infeksi

Resiko infeksi

Prioritas Diagnosa Keperawatan1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi yang ditandai dengan : Klien mengeluh jarang berkemih Klien tampak edema Hipoalbuminemia Hipernatremia2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis yang ditandai dengan Klien mengeluh tidak nafsu makan Klien mengeluh mual dan muntah Klien tampak lemah Terjadi fluktuasi berat badan Hipoalbuminemia3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

Rencana Asuhan KeperawatanNo.Diagnosa keperawatanRenpra

Tujuan dan kriteria hasilIntervensi

1Kelebihan volume cairanNOC : Fluid overload severity Kidney functionSetelah dilakukan intervensi selama 4 X24 jam kelebiahan volume cairan klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :1. Tidak ada edema2. 24 jam intake dan output seimbang3. Elektrolit urin dalam batas normal (Na : 40-220 mEq /hari)

NIC : Fluid management Electrolytemanagement: hypernatremia1.1 Monitor posisi edema klien1.2 Monitor kadar albumin darah klien1.3 Perbaiki status albumin darah klien1.4 Kolaborasi pemberian deuritik2.1 Monitor intake dan output urin 243.1 Monitor status hemodinamik

2Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhNOC : Nutritional status Nutritional status : biochemical measureSetelah dilakukan intervensi selama 7X24 jam status nutrisi klien teratasi dengan kriteria hasil :0. Intek nutrisi klien terpenuhi1. Energy untuk beraktivitas terpenuhi2. Ada peningkatan berat badan ( 2 kg)3. Serum albumin dalam batas normal (> 3,5 mg/dl)

NIC : Nutritional monitoring Nutritional management1.1 monitor mual dan muntah pasien 2.1 Anjurkan klien mengkonsumsi makan tinggi kalori dan protein 3.1 Monitor berat badan klien secar berkala.4.1 kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet TKTP

3Resiko infeksi NOC : risk control: infectious prosesSetelah dilakuakan intervensi selama 3 X24 jam klien terhindar dari resiko infeksi dengan kriteria hasil :a. pasien mampu mngidentifikasi penyebab infeksia. pasien mampu mngontrol lingkungana. pasien mengenali tanda dan gejala infeksi

NIC : Infection protection1.1 Ajarkan pasien cara untuk menghindari infeksi2.1 anjurkan pasein dan keluarga untuk membatasi pengunjung3.1 Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi3.2 anjurkan klien untuk segera melaporkan apabila ada tanda infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Price,Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Volume: 2. Edisi: 6. Jakarta: ECGSmelzer, Suzanne.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta : EKG.Doenges, Marilynn E. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGCBaughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk Brunner and Suddarth. Jakarta : EGC.Cecily Lynn Betz.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : ECGNoer SM. 2009. Buku Ajar Nefrologi Anak Ed 2. Jakarta : Balai Penerbit FK UINursalam.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba MedikaSloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC