22
Kata Pengantar Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul “Glaukoma Akut ” ini dapat diselesaikan. Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Mata di UPT. Kesehatan Indera Mata. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. dr. Ira Karina Siregar, Sp. M, selaku dokter pembimbing. 2. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan UPT. Kesehatan Indera Mata. Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari. Glaukoma Akut Page 1

Glaukoma Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata

Citation preview

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul Glaukoma Akut ini dapat diselesaikan.

Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Mata di UPT. Kesehatan Indera Mata. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ira Karina Siregar, Sp. M, selaku dokter pembimbing.

2. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan UPT. Kesehatan Indera Mata.

Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan , Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar1

Daftar isi2

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang3

BAB II Tinjauan Pustaka

II. 1. Anatomi4

II. 2. Definisi4

II. 3. Epidemiologi6

II. 4 Klasifikasi6

II. 5 Patogenesis9

II. 6 Etiologi11

II. 7 Faktor Resiko12

II. 8 Diagnosis22

II. 9 Tatalaksana24

II. 10 Prognosis 23

BAB III Kesimpulan

Kesimpulan............................................................................................................30

Daftar Pustaka 31

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1

Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 40 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. 1,2)

Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata. Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal.

Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), Glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (Glaukoma pada bayi).1,2,3,4,8,9,10)

Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum. Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.2,4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Mata

Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian. Keempat kelompok ini terdiri dari:1

1) Palpebra

Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.1

2) Rongga mata

Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah.1

3) Bola mata

Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:

Otot-otot penggerak bola mata

Dinding bola mata yang terdiri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding

Juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.

Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing.5

4) Sistem kelenjar bola mata

Terbagi menjadi dua bagian:

Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata

Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung. 5,6

Aqueous Humour

Sekresi dan drainase aqueous humor diatur oleh keseimbangan antara sekresi dan drainase aqueous humor (gambar 2). Cairan ini disekresikan ke posterior iris oleh prosesus ciliary dan kemudian mengalir anterior ke ruang anterior.

Aqueous humor memberikan nutrisi ke iris, lensa, dan kornea. Aqueous humor ini keluar dari prosessus ciliary lalu masuk ke dalam sirkulasi vena melalui anyaman trabekuler dan secara independen keluar melalui jalur uveoscleral.

Gambar 2. Fisiologi dari Aqueous Humour

II. 2Definisi

Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. 4,

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang ditandai oleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangan lapangan pandang). 2

Glaukoma akut merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor akueus. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma Akut merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani dalam 24 48 jam.

II. 3Epidemiologi

Menurut WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age-related macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), cornela opacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%).

Dari hasil Survei Kebutaan dan Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005, menunjukkan, pada kelompok usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma sebesar 1,2 % dan prevalensi kebutaan karena glaukoma sebesar 0,1% dari total kebutaan sebesar 4,0 %.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%

II. 4Klasifikasi

Klasifikasi glaukoma berdasarkan American Academy of Ophthalmology adalah:

I. Glaukoma Sudut Terbuka (glaukoma yang paling sering terjadi)

1.Glaukoma Sudut Terbuka Primer

2.Glaukoma Bertekanan Normal

3.Glaukoma Juvenile

4.Suspek Glaukoma

5.Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder

II. Glaukoma Sudut Tertutup

1.Glaukoma Sudut Tertutup Primer

i.Akut

ii.Subakut

iii.Kronik

2.Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder dengan Blok Pupil

3.Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder Tanpa Blok Pupil

4.Sindroma Iris Plateau

III. Childhood Glaukoma

1.Glaukoma Kongenital Primer

2.Glaukoma yang berhubungan dengan kelainan bawaan

3.Glaukoma sekunder pada anak-anak dan bayi

II. 5Patogenesis

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

Gambar 3. Patogenesis Closed Angle Glaucoma

II. 6Etiologi

Pada Acute Angle Closure Glaucoma (AACG), ada penyumbatan mendadak sekitar trabecular meshwork sehingga cairan aqueous humor tidak bisa mengalir keluar dari mata. Tapi cairan aqueous humor masih diproduksi, sehingga tekanan intra okular mulai naik dengan cepat. Sebagai tekanan meningkat, hal ini dapat mulai merusak saraf optik di belakang mata dan penglihatan dapat berkurang.

Beberapa orang lebih beresiko menderita AACG karena struktur (anatomi) dari mata. Misalnya, jika daerah dekat pangkal iris sangat sempit, meshwork trabecular bisa diblokir lebih mudah. Atau, jika lensa lebih tebal dan terletak lebih jauh ke depan daripada normal, hal ini dapat memiliki efek yang sama. Jadi, beberapa orang memiliki apa yang dikenal sebagai sudut drainase yang sempit atau ruang anterior dangkal. Hal ini dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk terserang glaukoma akut. Pada beberapa orang, iris dapat menjadi lebih tipis dan lebih floppy dari biasanya sehingga lebih cenderung menyebabkan penyumbatan meshwork trabecular.

Sebagaimana disebutkan di atas, otot-otot iris bertanggung jawab untuk mengendalikan ukuran pupil. Umumnya, pada seseorang yang rentan terhadap AACG, itu terjadi ketika pupil mereka akan lebih besar (dilatasi) dan 'batang' lensa mereka ke bagian belakang iris mereka. Ini berarti bahwa humor aqueous tidak dapat mengalir dari ruang posterior mata mereka melalui pupil ke ruang anterior. Blok ini dalam aliran cairan menyebabkan tekanan di dalam ruang posterior meningkat. Cairan berair mengumpulkan belakang iris dan menyebabkan iris untuk tonjolan ke depan dan memblokir meshwork trabecular. Hal ini untuk mencegah drainase cairan aqueous dari mata mereka dan tekanan di dalam mata mereka meningkat pesat. Hal ini sangat mungkin terjadi jika Anda memiliki tipis, floppy iris atau ruang anterior dangkal.

Seseorang rentan terhadap AACG ada beberapa situasi yang dapat memicu hal itu. Sebagai contoh, adalah sangat umum bahwa serangan AACG datang pada saat seseorang berada dalam situasi di mana pupil mungkin akan lebih melebar. Ini bisa jadi sementara menonton televisi dalam cahaya redup atau selama saat stres atau kegembiraan.

Berbagai obat-obatan juga dapat memicu AACG, antara lain :

a. Tetes mata yang digunakan untuk melebarkan pupil - ini dapat digunakan untuk mata check-up.

b. Antidepresan trisiklik atau dari jenis SSRI.

c. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengobati rasa sakit (mual), sakit (muntah) atau kondisi kesehatan mental yang disebut skizofrenia. (Ada jenis obat yang disebut fenotiazin, salah satunya adalah chlorpromazine.)

d. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengobati alergi atau sakit maag, seperti klorfenamin, cimetidine dan ranitidine.

e. Obat yang digunakan selama anestesi umum.

II. 7Faktor Resiko

Orang yang mempunyai risiko untuk menderita glaukoma yaitu orang tua (lebih dari 40 tahun), dimana prevalensi penderita glaukoma makin tinggi seiring dengan peningkatan usia, penderita diabetes, penderita hipertensi, penggunaan medikasi yang mengandung steroid dalam jangka waktu lama, riwayat keluarga glaukoma (risiko 4 kali orang normal), perempuan punya resiko tinggi untuk menderita glaukoma dari pada pria, miopia, migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi darah yang buruk), atau kecelakaan pada mata sebelumnya.

II. 8 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa glaukoma sudut tertutup perlu dilakukan

1. Anamnesa

Mengeluhkan pandangan kabur, melihat pelangi atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), nyeri pada kedua mata, muntah muntah.

2. Pemeriksaan fisik

Pada Inspeksi : Injeksi konjungtiva, kornea oedem, iris oedem dan berwarna abu abu, pupil sedikit melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar.

Pemeriksaan Visus

Tonometri, yang sering digunakan yaitu Tonometri Schiotz, alat ini berguna untuk menilai tekanan intra okular. Tekanan intra okular normal berkisar antara 10-21 mmHg.

Gambar 4. Tonometri Schiotz

Gonioskopi, digunakan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan yang dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang diantaranya terdapat jalinan trabekular. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer ke depan.

Gambar 5. Goniskopi

Oftalmoskop, digunakan untuk melihat penggaungan (cupping) N. Optikus, atrofi N. Optikus, diskus optikus dan mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan, serta asimetri CDR antara dua mata 0,2 atau lebih. Terjadi oleh karena tekanan intraokuler tinggi menekan bagian tengah papil sehingga terjadi gangguan nutrisi papil.

Gambar syaraf optik normal Gambar syaraf optik glaukoma

II. 9Penatalaksanaan3,4

Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnose ditegakkan sebelum serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan intraokular, dapat dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan dgn oral 500 mg/1000mg oral). Tetes mata pilokarpin menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta bloker (Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik. Setelah suatu serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan intra okuler sesegera mungkin. Obat obat yang dapat digunakan, yaitu :

Menghambat pembentukan humor akueus

Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu agonis alfa adrenergik yang baru yang berfungsi menurunkan produksi humor akueous tanpa efek pada aliran keluar. epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid digunakan apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu segera dikontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%.

Fasilitasi aliran keluar humor akueous

Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueous dengan bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang dioleskan sebelum tidur. Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan, terutama pada pasien dengan katarak, dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu bagi pasien muda.

Penurunan volume korpus vitreum

Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum. Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma akut sudut tertutup. Gliserin 1ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi pemakaian pada pasien diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain adalah isosorbin oral atau manitol intravena.

Miotik, Midriatik

Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut diakibatkan oleh pergeseran lensa ke anterior, atropine atau siklopentolat bisa digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis.

Bila tidak dapat diobati dengan obat obatan, maka dapat dilakukan tindakan :2,8)

Iridektomi dan iridotomi perifer

Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan diantara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser neonidium: YAG atau aragon atau dengan tindakan bedah iridektomi perifer, tetapi dapat dilakukan bila sudut yang tertutup sebesar 50%.

Trabekulotomi (Bedah drainase)

Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

II.10Prognosis

Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera ditangani dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen.

BAB III

KESIMPULAN

Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.

Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (glaukoma pada bayi).

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi akut, subakut, kronik, dan iris plateau.

Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera ditangani dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen

Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan intra okuler sesegera mungkin

DAFTAR PUSTAKA

1. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 9. EMS: Jakarta. 2005

2. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta. Widya Medika. 1996

3. Dr Naomi Hartree, Acute Angle Closure Glaucoma, available at www.patient.co.uk/health/acute-angle-closure-glaucoma.

4. Ilyas S. et all. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta. 2001. hal : 254-9.

Glaukoma AkutPage 2