Click here to load reader
View
11
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mata
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul Glaukoma Akut ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Mata di UPT. Kesehatan Indera Mata. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Ira Karina Siregar, Sp. M, selaku dokter pembimbing.
2. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan UPT. Kesehatan Indera Mata.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan , Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar1
Daftar isi2
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang3
BAB II Tinjauan Pustaka
II. 1. Anatomi4
II. 2. Definisi4
II. 3. Epidemiologi6
II. 4 Klasifikasi6
II. 5 Patogenesis9
II. 6 Etiologi11
II. 7 Faktor Resiko12
II. 8 Diagnosis22
II. 9 Tatalaksana24
II. 10 Prognosis 23
BAB III Kesimpulan
Kesimpulan............................................................................................................30
Daftar Pustaka 31
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 40 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. 1,2)
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata. Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal.
Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), Glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (Glaukoma pada bayi).1,2,3,4,8,9,10)
Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum. Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.2,4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1. Anatomi Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian. Keempat kelompok ini terdiri dari:1
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.1
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah.1
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
Otot-otot penggerak bola mata
Dinding bola mata yang terdiri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding
Juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing.5
4) Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung. 5,6
Aqueous Humour
Sekresi dan drainase aqueous humor diatur oleh keseimbangan antara sekresi dan drainase aqueous humor (gambar 2). Cairan ini disekresikan ke posterior iris oleh prosesus ciliary dan kemudian mengalir anterior ke ruang anterior.
Aqueous humor memberikan nutrisi ke iris, lensa, dan kornea. Aqueous humor ini keluar dari prosessus ciliary lalu masuk ke dalam sirkulasi vena melalui anyaman trabekuler dan secara independen keluar melalui jalur uveoscleral.
Gambar 2. Fisiologi dari Aqueous Humour
II. 2Definisi
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. 4,
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang ditandai oleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangan lapangan pandang). 2
Glaukoma akut merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor akueus. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma Akut merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani dalam 24 48 jam.
II. 3Epidemiologi
Menurut WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age-related macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), cornela opacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%).
Dari hasil Survei Kebutaan dan Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005, menunjukkan, pada kelompok usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma sebesar 1,2 % dan prevalensi kebutaan karena glaukoma sebesar 0,1% dari total kebutaan sebesar 4,0 %.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%
II. 4Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan American Academy of Ophthalmology adalah:
I. Glaukoma Sudut Terbuka (glaukoma yang paling sering terjadi)
1.Glaukoma Sudut Terbuka Primer
2.Glaukoma Bertekanan Normal
3.Glaukoma Juvenile
4.Suspek Glaukoma
5.Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder
II. Glaukoma Sudut Tertutup
1.Glaukoma Sudut Tertutup Primer
i.Akut
ii.Subakut
iii.Kronik
2.Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder dengan Blok Pupil
3.Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder Tanpa Blok Pupil
4.Sindroma Iris Plateau
III. Childhood Glaukoma
1.Glaukoma Kongenital Primer
2.Glaukoma yang berhubungan dengan kelainan bawaan
3.Glaukoma sekunder pada anak-anak dan bayi
II. 5Patogenesis
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Gambar 3. Patogenesis Closed Angle Glaucoma
II. 6Etiologi
Pada Acute Angle Closure Glaucoma (AACG), ada penyumbatan mendadak sekitar trabecular meshwork sehingga cairan aqueous humor tidak bisa mengalir keluar dari mata. Tapi cairan aqueous humor masih diproduksi, sehingga tekanan intra okular mulai naik dengan cepat. Sebagai tekanan meningkat, hal ini dapat mulai merusak saraf optik di belakang mata dan pengliha