Glaukoma Acute

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GLAUKOMA

Citation preview

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tekanan IntraokulerTekanan intraokuler (TIO) adalah tekanan jaringan yang terdapat di dalam bola mata. TIO normal berkisar 10-20 mmHg. Becker mendapatkan TIO normal 16,1 mmHg dengan SD 2,8 mmHg pada 909 populasi, Leydecker dkk (1958) mendapatkan nilai TIO 15,8 mmHg dengan SD 2,6 mmHg pada 10.000 populasi, Goldmann mendapatkan nilai TIO 15,4 mmHg dengan SD 2,5 mmHg pada 400 populasi dengan menggunakan tonometer aplanasi.TIO kedua mata biasanya sama dan menunjukan variasi diurnal. Variasi yang normal tidak melebihi 4 mmHg. TIO yang tetap adalah syaratuntuk kelangsungan penglihatan yang normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea dengan lensa dan lensa dengan retina. Faktor yang banyak mengatur TIO adalah keseimbangan dinamis produksi aqueous humor oleh korpus siliaris dan pengeluarannya melalui kanalis Schlemm.2.2Aqueous HumorAqueous humor adalah cairan jernih yang diproduksi oleh korpus siliaris yang mengisi kamera okuli posterior dan kamera okuli anterior. Aqueous humoranalogpenggantidarah untukstrukturavaskulardan menyediakannutrisi, memindahkan produkekskretorishasil metabolisme, mengangkutneurotransmiter, menstabilkanstrukturokulardan berkontribusi terhadapregulasihomeostasisjaringan-jaringanokular. Aqueous humorjuga memungkinkansel-sel inflamasidan mediatorberedardi matadalam kondisipatologis, serta obat-obatanuntuk disalurkan kepadastrukturmata. Volumenya sekitar 250 mikroliter dan kecepatan pembentukannya bervariasi diurnal sekitar 2-3 mikroliter/menit. Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma.Aqueous humordibentuk olehprosesus siliaris, mengalir dariruangposteriormelewati pupilke ruanganterior, dan keluarmelalui jalurtrabekulardan jalur uveoskleral. Aqueous humorterus menerusdibentuk dandialirkan. Aqueous humor diproduksi melalui 3 mekanisme, yaitu: difus, ultrafiltrasi dan transport aktif.2.2.1 Anatomi Struktur yang Berhubungan dengan Aqueous Humora. Korpus siliarisKorpus siliaris, berbentukseperti segi tiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata(2 mm) dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris yang membentuk aqueous humor. Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Prosesus siliaris memiliki dua lapis epitelium, yaitu lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan epitel pigmen retina dan lapisan tidak berpigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina. Aqueous humor disekresikan secara aktif oleh epitel yang tidak berpigmen.b. Sudut kamera okuli anteriorSudut kamera okuli anterior terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris. Sudut kamera okuli anterior dibentuk oleh garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal Schlemm) dan taji sklera (sklera spur). Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekula berbentuk segi tiga pada potongan melintang dengan dasar yang mengarah ke korpus siliaris. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik. Taji sklera merupakan penonjolan sklera kearah dalam di antara korpus siliaris dan kanal Schlemm. Sudut kamera okuli anterior merupakan komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor.c. Sistem aliran aqueous humor1. Trabekular meshwork Uveal meshwork Corneoscleral meshwork Juxtacanalicular meshwork

Sistem aliran aqueous humor

2. Kanalis SchlemmMerupakan saluran pada perilimbal sklera, dihubungkan oleh septa. Dinding bagian dalam dari kanalis Schlemm dibatasi oleh sel endotel yang ireguler yang memiliki vakuola yang besar. Dinding terluar dari kanal dibatasi oleh sel rata yang halus dan mencakup pembukaan saluran pengumpul yang meninggalkan kanalis Schlemm pada sudut miring dan berhubungan secara tidak langsung dengan vena episklera.3. Saluran kolektor Disebut juga pembuluh aqueous intrasklera, berjumlah 25-35 dan meninggalkan kanalis Schlemm pada sudut lingkaran kearah tepi ke dalam vena episklera. Pembuluh aqueous intrasklera dibagi menjadi dua sistem. Pembuluh terbesar berjalan sepanjang intrasklera dan berakhir langsung ke dalam vena episklera (sistem direk) dan beberapa saluran kolektor membentuk plexus intrasklera sebelum memasuki vena episklera (sistem indirek).2.2.2 Fisiologi Aqueous HumorAqueous humordiproduksi dengan kecepatan 2-3 L/menit dan mengisi bilik anterior sebanyak 250 L serta bilik posterior sebanyak 60 L.Aqueous humor sangat penting bagi mata. Berikut peranan aqueous humor dalam fisiologi mata manusia:1. Sebagai pengganti sistem vaskuler untuk bagian mata yang avaskuler, seperti kornea dan lensa.2. Memberi nutrisi bagi mata seperti oksigen, glukosa dan asam amino.3. Mengangkut sisa-sisa metabolit dan substansi toksik (asam laktat, CO2) untuk dibuang.4. Mempertahankan TIO untuk mempertahankan struktur mata dan penglihatan mata.5. Mengandung askorbat yang berfungsi untuk membersihkan mata dari radikal bebas dan melindungi dari sinar ultraviolet serta radiasi.6. Sebagai imunitas humoral dan seluler dalam keadaan infeksi dan inflamasi.2.2.3 Komposisi Aqueous HumorAqueous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata dapat dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 L, dan kecepatan pembentukannya adalah 2-3 L/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma. Cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.Komposisi aqueous humor normal antara lain air (99,9%), protein (0,04%) dan yang lainnya yaitu Na+ (144 mm/kg), K+ (4,5 mm/kg), Cl- chanel (110 mmol/kg), glukosa (6,0 mm/kg), asam laktat (7,4 mm/kg), asam amino (0,5 mm/kg), inositol (0,1 mmol/kg).Aqueous humor manusia memiliki protein spesifik dengan kadar yang berbeda-beda, yaitu: prealbumin 0,31-0,41 mg/dl, albumin 5,4-6,5 mg/dl, dan transferin 1,3-1,7 mg/dl, konsentrasi IgG dalam aqueous humor manusia telah terdeteksi sekitar 3 mg / dl.2.2.4 Dinamika Aqueous HumorTIO ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah produksi aqueous humor oleh badan siliar, resistensi dari pengaliran aqueous humor pada sudut bilik mata depan menuju sistem jalinan trabekularkanal Schlemm dan level dari tekanan vena episklera serta mengalir melalui jalur uveosklera.a. Pembentukan aqueous humorAqueous humor dibentuk oleh korpus siliaris yang masing-masing dibentuk oleh 2 lapis epitel. Permukaan apikal dari lapisan epitel luar yang berpigmen dan lapisan epitel dalam yang tidak berpigmen berhadapan satu dengan yang lain dan disatukan oleh tight junction. Lapisan epitel dalam yang tidak berpigmmen yang menonjol ke kamera okuli posterior, berisi banyak mitokondria dan mikrovili, sel-sel ini diduga sebagai tempat yang pasti dari produksi aqueous humor.Aqueous humordiproduksi melalui 3 mekanisme fisiologis, yaitu:1. Difusi Difusi adalah pergerakan pasif ion-ion melalui membran karena perbedaan konsentrasi. Saat aqueous humor lewat kamera okuli posterior sampai ke kanalis Schleem, mengalami kontak dengan korpus siliaris, iris, lensa, vitreus, kornea dan trabekula meshwork. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pertukaran secara difusi dengan jaringan sekitarnya. Aqueos humor pada kamera okuli anterior lebih menyerupai plasma dibandingkan dengan aqueous humor pada kamera ukoli posterior akibat dari proses difusi tersebut.2. UltrafiltrasiKira-kira 150L darah mengalir melalui prosesus siliaris setiap menitnya. Ketika darah melalui kapiler prosesus siliaris, kira-kira 4% plasma difiltrasi melalui fenestra kapiler ke ruang interstisial. Proses dimana cairan dan substansi terlarut menembus membran semipermeabel karena adanya perbedaan tekanan disebut sebagai ultrafiltrasi. Di prosesus siliaris perbedaan tekanan tersebut adalah perbedaan tekanan hidrostatik kapiler darah dengan tekanan cairan interstisial.3. Transport aktifTransport aktif (sekresi) adalah proses energy dependent yang secara selektif menggerakkan substansi-substansi melawan perbedaan elektrokemis melalui membran sel. Diduga sebagian besar pembentukan aqueous humor terjadi dengan cara ini, di mana ion-ion secara aktif disekresi ke celahintersel epitel tak berpigmen prosesus siliaris di dekat zonula okluden. Ion-ion yang secara aktif disekresi adalah natrium, klorida dan bikarbonat. Proses ini didukung oleh kurang lebih 1 juta sel epitel tak berpigmen yang masing-masing mensekresi aqueous humor kira-kira sepertiga volume intrasel permenit. Di epitel tak berpigmen prosesus siliaris terdapat aktifitas Na+-K+ ATPase yang cukup untuk mendukung pembentukan aqueous humor.2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pengeluaran Aqueous Humor1. Variasi diurnal TIO berfluktuasi sepanjang hari. Pola variasi diurnal bermacam-macam, pada umumnya tekanan tertinggi terjadi pada waktu bangun pagi dan tekanan terendah terjadi pada waktu tengah malam. Jumlah produksi aqueous humor waktu tidur kira-kira setengah jumlah produksi waktu bangun.Didugavariasi diurnal TIO berhubungandenganvariasi diurnal kortisol plasma.2. Usia dan jenis kelaminProduksi aqueous humor pada laki-laki dan perempuan tidak ditemui banyak perbedaan, namun wanita usia menopause umumnya mempunyai TIO yang relatif lebih tinggi dibandingkan pria umur yang sama. sedangkan produksi aqueous humor akan menurun seiring bertambahnya usia, terutama pada usia diatas 60 tahun. Studi histologi menghubungkannya dengan perubahan pada jaringan trabekula, termasuk penebalan dan penggabungan lapisan trabekula, degenerasi kolagen dan fibril elastik, akumulasi kolagen, hilangnya sel-sel endotel, hiperpigmentasi sel-sel endothelium, akumulasi organel intra selular, akumulasi dan perubahan matrik ekstraselular dan berkurangnya jumlah fakuola raksasa.3 Na+-K+ ATPaseTransport ion mempunyai peran penting pada pembentukan aqueous humor. Na+-K+ ATPase akan meningkatkan produksi aqueous humor. Na+-K+ ATPase memompa ion Na+ keluar dari sel, pada saat yang bersamaan ion K+ dipindahkan dari aqueous humor ke dalam sel. Penghambatan pada enzim ini akan mengurangi jumlah sekresi aqueous humor.4 Karbonik anhidraseKarbonik anhidrase mempunyai peranan penting dalam pembentukan aqueous humor dengan memproduksi ion bikarbonat (HCO3-). Bikarbonat yang terbentuk mempengaruhi transport air dengan cara mengatur pH yang optimum bagi pengangkutan natrium. Kerja penghambat karbonik anhidrase adalah mengurangi masuknya ion bikarbonat dan ion natrium ke bilik mata belakang sehingga akan menurunkan produksi aqueous humor.5 Reseptor Beta adrenergic dan Alfa adrenergicBeta adrenergic dan Alfa adrenergic adalah reseptor yang terletak di epitel tidak berpigmen korpus siliaris. Kedua reseptor ini memiliki kerja yang saling berlawanan. Beta adrenergic bekerja dalam meningkatkan produksi aqueous humor, sedangkan Alfa adrenergic menekan sekresi aqueous humor.6 Tonus otot siliaris Kenaikan tonus otot siliaris menaikan aliran keluar total. Kenaikan tonus otot siliaris dapat disebabkan karena akomodasi, rangsangan pada saraf okulomotor atau pemberat obat-obat parasimpatik. Kenaikan tonus otot siliaris menarik sklera kearah posterior dan ke dalam sehingga membuka celah antara trabekula dan kanal Schlemm.7 Aliran darah ke badan siliarisPenurunan aliran darah ke badan siliaris serta vasokonstriksi menurunkan laju produksi aqueous humor.8 Obat-obatanAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi TIO, yaitu: usia, jenis kelamin, herediter, variasi diural, tekanan darah, latihan, posisi tubuh, hormone, obat-obatan dan makanan, kelainan refraksi, penutupan kelopak mata secara paksa, inflamasi, pembedahan.2.2.6Aliran Keluar Aqueous HumorSebagaimana aqueous humor diproduksi, aqueous humor juga memiliki aliran keluar sistemik. Aqueous humor mengalir dari kamera okuli anterior, keluar ke aliran sistemik melalui dua rute berbeda, yaitu:1. Trabecula outflowTrabecular outflow adalah jalur utama yang mengalirkan aqueous humor kembali ke sistemik. Kira-kira 90% aqueous humor total dialirkan melalui aliran ini, dengan proses yaitu:aqueous humordialirkan dari anyaman trabekular masuk ke dalam kanalisSchlemm. Teori vakuolisasi merupakan mekanisme transport aqueous humor melewati dinding dalam dari kanalisSchlemm. Teori ini menyatakan bahwa jarak transelular yang ada di sel endotel membentuk dinding dalam kanal Schlemmsehingga berbentuk seperti vakuola dan pori-pori yang respon terhadap tekanan dan mentransport aqueous humor melalui jaringan ikat jukstakanalikular ke kanalisSchlemm. Dari kanalisSchlemm, aqueous ditransport melalui 25-35 kanal-kanal pengumpul ke vena episklera melalui jalur direk maupun indirek. Pengeluaran aqueous humor melalui rute ini dapat di ingkatkan oleh obat-obatan (miotik, simpatomimetik) dan tindakan pembedahan.

Teori vakuolisasi Teori vakuolisasi, mengenai transport aqueous melewati dinding dalam kanalis Schlemm: 1. Stadium non-vakuola; 2. Stadium awal lipatan dalam dari permukaan basal di sel endotel; 3. Stadium pembentukan struktur makrovakuola; 4. Stadium pembentukan kanal vakuola transelular; 5. Stadium oklusi dari lipatan basal.

2. Uveoscleral OutflowSekitar 5-15% aliran keluar aqueous humor melalui rute ini. Mekanisme pada aliran ini adalah aqueous humor mengalir dari sudut kamera okuli anterior menuju ke otot siliar dan kemudian ke rongga suprasiliar dan suprakorodial. Cairan ini kemudian meninggalkan mata melalui sklera dan pembuluh darah yang ada. Aliran ini meningkat pada penggunaan siklopegik dan obat-obatan adrenergik sErta operasi seperti cyclodialysis serta menurun pada penggunaan miotikum.

Fisiologi Sirkulasi Humor Akueus

Flow chart Dari Drainase Aqueous humor

2.3 GLAUKOMA2.3.1 DefinisiGlaukoma mencangkup beberapa penyakit dengan etiologi yang berbeda dengan tanda umum adanya neuropathy optik yang memiliki karakteristik adanya kelainan pada nervus optikus dan gambaran gangguan lapang pandang yang spesifik. Penyakit ini sering tapi tidak selalu berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Stadium akhir dari glaukoma adalah kebutaan. 2.3.2 EpidemiologiTerdapat 70 juta orang yang menderita glaukoma di seluruh dunia, dan 7 juta menjadi buta karena penyakit tersebut. Glaukoma merupakan penyakit kedua tersering yang menyebabkan kebutaan pada negara berkembang setelah diabetes mellitus. Dimana 15-20% kebutaan mengalami kehilangan pandangan sebagai hasil dari glaukoma. Di negara Jerman, sebagai contohnya kurang lebih 10% dari populasi diatas usia 40 tahun mengalami peningkatan tekanan intraokular. Kurang lebih 10% pasien yang menemui dokter spesialis mata menderita glaukoma. Pada populasi di negara Jerman, 8 juta penduduk memiliki risiko untuk berkembangnya glaukoma, dimana pada 800.000 orang glaikoma tersebut telah berkembang, dan 80.000 menghadapi kenyataan adanya risiko untuk menjadi buta apabila glaukoma tidak terdiagnosis dan tidak diobati pada saat itu. Di Indonesia, glaukoma menjadi penyebab lebih dari 500.000 kasus kebutaan di Indonesia dan kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen.2.3.3 EtiologiGlaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.Tekanan intraokuler adalah keseimbangan antara produksi humor akueus, hambatan terhadap aliran akueous dan tekanan vena episklera. Ketidakseimbangan antara ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler, akan tetapi hal ini lebih sering disebabkan oleh hambatan terhadap aliran humor akueus.Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.2.3.4 Faktor ResikoBeberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :1. Tekanan darah rendah atau tinggi1. Fenomena autoimun1. Degenerasi primer sel ganglion1. Usia di atas 45 tahun1. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma1. Miopia atau hipermetropia1. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi

Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat1. Makin tua usia, makin berat1. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering1. Kerja las, resiko 4 kali lebih sering1. Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering1. Tembakau, resiko 4 kali lebih sering1. Miopia, resiko 2 kali lebih sering1. Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering2.3.5 KlasifikasiBerdasarkan dari patofisiologinya, glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Klasifikasi Glaukoma

1. Glaukoma primer sudut terbuka Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.Gambaran klinis dari glaukoma primer sudut terbuka, yaitu progresifitas gejalanya berjalan perlahan dan lambatsehingga sering tidak disadari oleh penderitanya, serta gejalanya samar seperti: sakit kepala ringan tajam penglihatan tetap normal; hanya perasaan pedas atau kelilipan saja; tekanan intra okuler terus -menerus meningkat hingga merusak saraf penglihatan.

Glaukoma Primer Sudut Terbuka

1. Glaukoma primer sudut tertutup Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup.Gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti : tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan intra okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea, melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.

Glaukoma Primer Sudut Tertutup

1. Glaukoma kongenital (juvenil)Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama dengan gejala klinis adanya mata berair berlebihan, peningkatan diameter kornea (buftalmos), kornea berawan karena edema epitel, terpisah atau robeknya membran descemet, fotofobia, peningkatan tekanan intraokular, peningkatan kedalaman kamera anterior, pencekungan diskus optikus.2.3.6 Glaukoma AkutI. Definisi Merupakan suatu episode akut dari meningkatnya tekanan intra okular yang terjadi hingga beberapa kali dikarenakan adanya sumbatan pada pengaliran humor akueous secara tiba-tiba. Produksi dari humor akueous dan tahanan dari trabekular sendiri normal. II. Etiologi Secara anatomis, adanya predisposisi pada mata dengan COA yang dangkal, relatif berpengaruh terhadap kesukaran aliran dari humor akueus melewati pupil. Blokade pada pupil meningkatkan tekanan pada COP. Tekanan ini menyenbabkan iris ke anterior ke arah trabekular, menimbulkan blokade pada aliran humor akueous secara mendadak (sudut tertutup). Serangan glaukoma secara tipikal mengenai satu mata (unilateral) dikarenakan pelebaran dari pupil baik dalam keadaan sekeliling yang gelap dan atau di bawah pengaruh stress emosional. Situasi yang tipikal yakni film misteri malam hari di televisi, penggunaan obat-obatan midriatika, obat psikotropik sistemik juga dapat memicu serangan glaukoma.III. Faktor resiko Usia Seperti POAG, usia yang lebih tua meningkatkan risiko PACG. Salah satu alasannya adalah bahwa seiring bertambahnya usia, katarak berkembang yang menghasilkan penebalan dan penyempitan sudut ruang drainase anterior. Sudut drainase yang sempit predisposisi pasien untuk PACG. Ras Populasi Asiaberada pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan PACG daripada ras lain. Sekitar 6% PACG berasal dari orang dewasa populasi Asia, sementara itu ada hanya 0,1 - 0,6% pada ras lain. Kedalaman ruang anterior lebih kecil telah ditemukan terkait dengan PACG. Ada kemungkinan bahwa penduduk Asia memiliki kedalaman ruang anterior lebih kecil dari populasi lain, sehingga meningkatkan risiko PACG. Jenis kelaminPerempuan lebih sering daripada laki-laki. Hal ini umumnya ditemukan bahwa perempuan memiliki mata yang lebih kecil dibandingkan laki-laki olek karena itu, ruang anterior lebih kecil dan sudut drainase sempit. Ini adalah faktor risiko anatomi untuk pengembangan PACG. Riwayat keluarga positif PACGTelah dilaporkan bahwa hingga 20% dari keluarga pasien PACG memiliki sudut drainase sempit. Hal ini umumnya percaya bahwa ukuran mata dapat diwariskan. Jika ukuran mata kecil maka sudut drainase yang sempit, ini adalah factor resiko dari PACG.Factor predisposisiFaktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah : 1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin berathipermetropnya makin dangkal bilik mata depannya.1. Tumbuhnya lensa, menyebabkan bilik mata depan menjadi lebih dangkal. Pada umur 25 tahun, dalamnya bilik mata depan rata-rata 3,6 mm, sedangkan pada umur 70 tahun 3,15 mm.1. Kornea yang kecil, dengan sendirinya bilik mata depannya dangkal.1. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal bilik mata depan.Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa jadi lebih dekat ke iris, sehingga aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan tehambat, inilah yang disebut dengan hambatan pupil. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam bilik mata belakang dan medorong iris ke depan. Pada sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit, adanya dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula, sehingga cairan bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.IV. PatofisiologiPada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut dengan dangerous angle).Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas, perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak tertutup dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup.Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup primer.Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal dengan glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala. Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup kreeping.Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, terutama pada mata yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup.Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di bilik mata belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin berat tekanan intraokuler di bilik mata belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal dg iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara drastic akibat sudut tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut.Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah: plateau iris dan letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil.V. Gejala Gejala Pada onset yang akut didapatkan adanya nyeri yang hebat. Peningkatan tekanan intra okular berpengaruh terhadap saraf korneal (N. Opthalmicus atau cabang pertama dari N.trigeminus) untuk menyebabkan timbulnya nyeri yang tumpul. Dimana nyeri ini dapat menjalar ke pelipis, kepala bagian belakang, dan rahang melalui tiga cabang dari N.trigeminus dimana dapat menutupi asalnya yakni dari okular.Mual dan muntah. Terjadi dikarenakan iritasi pada N.vagus dan dapat menstimulasi gangguan pada abdomen. Gejala umum seperti nyeri kepala, mual dan muntah dapat mendominasi dimana nantinya pasien tidak dapat menyadari adanya gejala lokal.Ketajaman penglihatan berkurang. Pasien menyadari adanya pandangan gelap dan adanya halo di sekeliling cahaya pada mata yang terkena. Gejala-gejala ini disebabkan karena edem dari epitel kornea akibat dari peningkatan tekanan.Gejala prodromal Pasien mengatakan adanya episode transien dari pandangan yang kabur atau adanya halo yang berwarna disekeliling cahaya sebelum timbulnya serangan. Gejala prodromal ini dapat tidak disadari atau dinaggap tidak penting oleh pasien pada episode yang ringan dimana mata akan kembali normal. Identifikasi awal dari pasien risiko tinggi dengan COA yang dangkal dan penemuan pada gonioskopi merupakan hal yang penting karena kerusakan pada struktur dari sudut dapat terjadi lebih lanjut sebelum timbulnya gejala klinis.Sindrom menyeluruh dari glaukoma akut tidak selalu timbul. Penurunan dari visus dapat tidak disadari jika mata lainnya memiliki visis yang normal. Persepsi subjektif dari pasien terhadap nyeri sangatlah bervariasi.

VI. Dasar DiagnosisDiagnosis ditegakan atas dasar tiga gejala dasar yakni : Mata merah unilateral dengan injeksi konjungtiva atau silier Pupil yang dilatasi Bola mata keras pada palpasiPenemuan lainnya : Kornea pudar dan berkabut dengan edem epitel COA dangkal atau kolaps secara komplit. Hal ini jelas terlihat saat mata diiluminasi dengan sumber cahaya yang difokuskan pada sisi lateral dan pada pemeriksaan slit lamp. Inspeksi dari COA yang dangkal akan sulit. Permukaan dari iris secara detail akan terlihat dan iris akan tampak pudar. Fundus akan digelapkan oleh karena opasifikasi dari epitel kornea. Saat fundus dapat divisualisasi karena gejala telah mereda dan kornea jernih, perubahan pada diskus optikus akan bervariasi dari diskus optikus yang normal hingga nervus optikus yang hiperemia. Pada kasus lebih lanjut, kongesti vena akan timbul. Arteri sentralis dari retina akan tetlihat berdenyut pada diskus optikus sehingga darah hanya dapat masuk ke mata selama fase sistolik dikarenakan tekanan intraokular yang tinggi. Visus akan menurun hingga persepsi dari pergerakan tangan.

Gambaran Serangan Akut Glaukoma

VII. Diagnosis BandingMisdiagnosis dapat terjadi karena banyaknya variasi dari gejala yang dapat menstimulasi penyakit lainnya: Gejala umum seperti nyeri kepala, muntah dan mual sering mendominasi dan dapat dengan mudah terdiagnosis sebagai appendicitis atau tumor otak Pada iritis dan iridisiklitis, mata juga merah dan iris tampak pudar. Selain itu tekanan intraokular memiliki tendensi untuk menurun dibandingkan meningkatVIII. PengobatanSerangan akut glaukoma merupakan suatu kegawat daruratan dan pasien memerlukan tindakan segera dari dokter spesialis mata. Penyebab dasar dari gangguan ini memerlukan prosedur pembedahan, meskipun terapi inisial berupa konservatif. 1. Terapi medikamentosa: Agen osmotik Karbonik anhidrase inhibitor Miotik kuat Beta-bloker Apraklonidin 2. Observasi respon terapi: Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil. Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit. Periksa sudut dengan gonioskopi. 3. Parasintesis 4. Bedah Laser: Laser iridektomi Laser iridoplasti 5 Bedah insisi Iridektomi bedah insisi Trabekulektomi 6. Ekstraksi lensa 7. Tindakan profilaksis

Terapi medikamentosa 1. Agen osmotik Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intra okular, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis. Pemberian anti emetik dapat membantu mencegah muntah akibat emesis. Agen osmotik oral pada penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan cairan atau es, agar osmolaritas dan efisiensinya tidak menurun. a. Gliserin, Dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan dipastikan agen ini bekerja selama 5 - 6 jam. Selama penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap pasien diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular. Karena agen ini sendiri dapat menyebabkan mual dan muntah. b. Mannitol,Merupakan oral osmotik diuretik kuat yang dapat memberikan keuntungan dan aman digunakan pada pasien diabetes karena tidak dimetabolisme. Dosis yang dianjurkan adalah 1 - 2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1 - 3 jam dan berakhir dalam 3-5 jam. Bila intoleransi gastrik dan mual menghalangi penggunaan agen oral, maka manitol dapat diberikan secara intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Mannitol dengan berat melekul yang tinggi, akan lebih lambat berpenetrasi pada mata sehingga lebih efektif menurunkan tekanan intraokular. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian manitol intravena c. Ureum intravena, Merupakan agen osmotik yang dahulu sering digunakan, mempunyai berat melekul yang rendah. Urea lebih cepat berpenetrasi pada mata, sehingga tidak seefektif mannitol dalam menurunkan tekanan intraokular. Karena agen ini merupakan salah satu alternatif, maka penggunaan urea harus dengan pengawasan yang ketat untuk menghindari komplikasi kardiovaskular.2,7,10,122. Karbonik anhidrase inhibitor Digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular yang tinggi, dengan menggunakan dosis maksimal dalam bentuk intravena, oral atau topikal. 3. AsetazolamidMerupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada glaukoma akut. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humour akuos, sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat, yang digunakan secara oral dan intravena. Asetazolamid dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan kepada pasien yang tidak mempunyai komplikasi lambung. Dosis alternatif intravena 500 mg bolus, efektif terhadap pasien nousea. Penambahan dosis maksimal asetazolamid dapat diberikan setelah 4-6 jam untuk menurunkan tekanan intraokular yang lebih rendah. Karbonik anhidrase inhibitor topikal dapat digunakan sebagai inisial terapi pada pasien emesis. Sekarang diketahui bahwa, kanhidrase inhibitor oral sedikit atau tidak ada sama sekali efek samping sistemik. Menurut pengalaman penulis pemberian karbonik anhidrase inhibitor oral sangat diperlukan dalam pengobatan gloukoma akut.4. Miotik kuat Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi, diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan awal gloukoma akut. Penggunaannya ternyata tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini terjadi karena muskulus spingter pupil sudah iskhemik sehingga tidak dapat merespon terhadap pilokarpin. Pilokarpin diberikan satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam. Pada umumnya respon pupil negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama sehingga menyebabkan atrofi otot spingter akibat iskhemia.

5. Beta bloker Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi humor akuos. Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30 ? 60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.7,10,12 6. Apraklonidin Merupakan agen alfa2-agonis yang efektif untuk hipertensi okular, apraklonidin bekerja dengan cara menurunkan produksi akuos humor dan tidak memberikan efek pada outflow humor akuos. Apraklonidin 0,5% dan 1%, keduanya telah menunjukkan efektifitas yang sama dan rata-rata dapat menurunkan tekanan intraokular 34% setelah 5 jam pemakaian topikal. Apraklonidin dapat digunakan pada pengobatan glaukoma akut yang dikombinasikan dengan terapi medis lainnya. Setelah tekanan intraokular menurun dan miosis pupil telah dicapai, terapi topikal dengan pilokarpin, beta bloker, karbonik anhidrase inhibitor dan apraklonidin dapat diteruskan sampai tindakan operasi dilakukan atau reopening sudut bilik mata. Pemeriksaan ulang gonioskopi harus dilakukan, jika perlu gliserin tetes mata dapat digunakan untuk menjernihkan kornea. Sekarang ini, dilakukan gonioskopi indentasi untuk mendorong akuos dari sentral ke perifer agar sudut yang telah tertutup dapat terbuka kembali. Tehnik ini telah diuji sebagai terapi untuk serangan sudut tertup akut. Meskipun sudut telah sukses membuka kembali dengan gonioskopi indentasi, tetapi tidak dapat menggantikan terapi definitif yaitu: iridektomi perifer.7,10,12 Observasi respon terapi Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan visus penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah mendapat terapi medika mentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasinya meliputi: 1. Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil. 2. Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit ( yang terbaik dengan tonometer aplanasi). 3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokularnya sudah turun dan kornea sudah mulai jernih. Pada masa observasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa baik, jelek, ataupun sedang. Bila respon terapi baik, maka akan terjadi perbaikan visus, kornea menjadi jernih, pupil kontriksi, tekanan intraokular menurun, dan sudutnya terbuka kembali. Padakeadaan ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser iridektomi. Jika respon terapinya jelek, akan didapatkan visus yang tetap jelek, kornea tetap edema, pupil dilatasi dan terfiksir, tekanan intraokular tinggi dan sudutnya tetap tertutup. Pada kondisi ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser iridoplasti. Jika respon terapinya sedang, dimana didapatkan visus sedikit membaik, kornea agak jernih, pupilnya tetap dilatasi, tekanan intraokular tetap tinggi (sekitar 30 mmHg), sudut sedikit terbuka, pada keadaan seperti ini penanganannya menjadi sulit. Pengulangan indentasi gonioskopi dapat dicoba untuk membuka sudut yang telah tertutup. Bila respon terhadap tindakan tersebut berhasil, dapat dilanjutkan dengan laser iridektomi atau alternatif lainnya seperti laser iridoplasti. Sebelumnya diberikan dahulu tetesan gliserin untuk mengurangi edema kornea supaya visualisasinya jelas. Pada keadaan edema kornea sulit untuk melakukan tindakan laser, karena power laser terhambat oleh edema kornea sehingga penetrasi laser ke iris tidak efektif pada keadaan ini dan laser iridektomi dapat mengalami kegagalan. Jika penetrasi laser tidak berhasil maka pembukaan sudut yang baik tidak tercapai.4 Parasintesis Kalau pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat dalam menurunkan tekanan intraokular ke tingkat yang aman, dan kadang-kadang justru setelah pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan cara menurunkan tekanan intraokular yang cepat dengan tehnik parasintesis, seperti yang dilaporkan oleh Lamb DS dkk, tahun 2002, yang merupakan penelitian pendahuluan (pilot study). Pada 10 mata dari 8 pasien dengan glaukoma akut, yang rata-rata tekanan intraokular 66,6 mmHg sebelum tindakan parasintesis. Setelah dilakukan parasintesis dengan mengeluarkan cairan akuos sebanyak 0,05 ml, didapatkan penurunan tekanan intraokular secara cepat yaitu pada 15 menit setelah parasintesis tekanan intraokular menjadi sekitar 17,1 mmHg, setelah 30 menit menjadi 21,7 mmHg, setelah 1 jam 22,7 mmHg, setelah 2 jam atau lebih 20,1 mmHg. Cara ini juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada pasien.4,14 Bedah laser a. Laser iridektomi Indikasi Iridektomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko, yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Iridektomi laser juga dilakukan pada serangan glaukoma akut dan pada mata kontra-lateral dengan potensial glaukoma akut.2.5,6,7 Kontra indikasi Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis, karena dapat terjadi perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Argon laser lebih diutamakan pemakaiannya dari pada Nd:YAG laser pada individu yang membutuhkan terapi laser iridektomi. Walaupun laser iridektomi tidak membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang bukan disebabkan oleh mekanisme blok pupil, tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya blok-pupil pada pasien dengan sudut bilik mata sempit.2,5.6.7 Pertimbangan sebelum operasi Pada glaukoma sudut tertutup akut, sering mengalami kesulitan saat melakukan iridektomi laser karena kornea keruh, sudut bilik mata depan dangkal, pembengkakan iris. Dokter harus berusaha untuk menghentikan serangan akut dengan tindakan medis sebelum melakukan operasi. Sebelum dilakukan laser harus diberikan terapi inisial gliserin topikal untuk memperbaiki edema kornea, agar mudah untuk mempenetrasi kripta iris. Hati-hati pada saat melakukan iridektomi perifer dan jangan terhalang oleh palpebra. Terapi-awal dengan pilokarpin dapat membantu melebarkan dan menipiskan iris. Terapi-awal dengan aproklonidin dapat membantu menurunkan tekanan intraokular.2,5,6,7 Teknik Pada umumnya iridektomi menggunakan argon laser, tetapi pada keadaan kongesti, edem dan inflamasi akibat serangan akut, tehnik ini sulit dilakukan. Setelah dilakukan indentasi gonioskopi, kekuatan inisial laser diatur dalam 0,02-0,1 detik, ukuran tembakan 50 ?m, dan kekuatan 800-1000 mW. Biasanya tehnik yang digunakan adalah tehnik pewarnaan iris. Komplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal, meningkatnya tekanan intraokular (dapat merusak nervus optikus), iritis, lubang iridektomi lebih cepat tertutup kembali dan terbakarnya kornea dan retina. Argon laser dan Nd:YAG laser sama-sama dapat digunakan untuk iridektomi. Namun, pemakaian Nd:YAG laser lebih disukai. Karena lebih cepat, lebih mudah, dan energi yang dibutuhkan lebih sedikit dari pada argon laser. Lebih lanjut lagi, keefektifan dari Nd:YAG laser ini tidak berpengaruh pada keadaan iris dan lubang iridektomi yang dihasilkan Nd:YAG laser lebih jarang tertutup kembali dari pada argon laser. Setelah indentasi gonioskopi, inisial laser diatur 2-8 mJ. Komplikasi yang dapat terjadi adalah terbakarnya kornea, kapsul anterior lensa robek, perdarahan (biasanya tidak lama), tekanan intraokular meningkat setelah operasi, inflamasi dan lubang iridektomi lambat tertutup kembali. Untuk mencegah kerusakan lensa, operator harus berhati-hati pada saat mempenetrasi Nd:YAG laser ke iris. Lokasi penetrasi harus seperifer mungkin. 2,5,6,7 Perawatan setelah-operasi Perdarahan dapat terjadi di tempat iridektomi, khususnya pada Nd:YAG laser. Pada perdarahan ringan dapat diatasi dengan terapi anti-koagulasi. Namun pada pasien yang mengalami kelainan pembekuan darah dapat diatasi dengan argon laser. Karena argon laser dapat membantu proses koagulasi pembuluh darah. Peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi setelah operasi, terutama pada pasien LTP, mereka dapat diobati dengan penatalaksanaan LTP. Apabila terjadi Inflammasi maka dapat disembuhkan dengan menggunakan kortikosteroid topical.2,5,6,7 Komplikasi Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi pada laser iridektomi meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat. Kerusakan lensa dapat dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer. Ablasio retina sangat jarang, tetapi masih ditemukan pada prosedur Nd:YAG laser iridektomi.2,5,6,7 b. Laser iridoplasti Merupakan tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal diturunkan secara intensif dengan terapi medika mentosa. Bila tekanan intraokularnya tetap sekitar 40 mmHg, visus jelek, kornea edema dan pupil tetap dilatasi. Pada laser iridoplasti ini pangaturannya berbeda dengan pengaturan pada laser iridektomi. Disini pengaturannya dibuat sesuai untuk membakar iris agar otot spingter iris berkontraksi, sehingga iris bergeser kemudian sudutpun terbuka. Agar laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah dan waktunya lama. Aturan yang digunakan ukurannya 500 ?m (200-500 ?m), dengan power 500 mW (400-500 mW), waktunya 0,5 detik (0,3-0,5 detik). Pada penelitian ahli terhadap 20 mata penderita glaukoma akut, dari tekanan intraokular rata-rata sebelum iridoplasti 43,2 mmHg turun menjadi rata-rata 17 mmHg, pada 2 jam setelah dilakukan iridoplasti laser.1,2,5,11 Bedah insisi Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser iridektomi. Seperti; Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4 - 8 minggu. Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas. Pasien yang tidak kooperatif. Tidak tersedianya peralatan laser.1,6a. Iridektomi bedah insisi Jika iridektomi bedah insisi yang dipilih, maka pupil dibuat semiosis mungkin, dengan menggunakan miotik tetes atau asetilkolin intra-kamera. Peritomi superior 3 mm, walaupun beberapa ahli mata memilih tidak melakukan peritomi. Kemudian dilakukan insisi 3 mm pada kornea-sklera 1 mm di belakang limbus. Insisi dilakukan agar iris prolap. Bibir insisi bagian posterior ditekan, sehingga iris perifer hampir selalu prolaps lewat insisi, dan kemudian dilakukan iridektomi. Bibir insisi bagian posterior ditekan lagi diikuti dengan reposisi pinggir iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan satu jahitan atau lebih, dan bilik mata depan dibentuk kembali dengan NaCl 0,9% melalui parasintesis. Setelah operasi selesi, fluoresen sering digunakan untuk menetukan ada tidaknya kebocoran pada bekas insisi. Oleh karena kebocoran dapat meningkatkan komplikasi seperti bilik mata depan dangkal.1,2,7,14 b. TrabekulektomiMengingat komplikasi yang terjadi pada saat dan sesudah operasi trabekulektomi, tidak baik dilakukan pada keadaan glaukoma akut. Namun kadang-kadang, karena suatu kondisi misalnya serangan glaukoma akut yang akan terjadi keterlantaran penyakitnya atau penderita berasal dari tempat yang jauh maka dapat dilakukan tindakan ini, jika mungkin akan dikombinasikan dengan ektraksi lensa (katarak), sebab jika lensanya diangkat akan melebarkan sudut filtrasi sehingga dapat menurunkan tekanan intraokular yang efektif. Indikasi tindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat, atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glaukoma primer sudut tertutup kreeping, juga pada penderita dengan iris berwarna coklat gelap (ras Asia atau China), yang kemungkinan terjadi serangannya lebih berat serta tidak respon dengan tindakan iridektomi perifer.2,5,8,14 Ekstraksi lensa Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ektraksi lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser dapat menghentikan serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman untuk waktu yang akan datang.4,5,8

Etiologi dan Therapi Glaukoma Akut Sudut Tertutup

Nd:YAG laser Iridotomy

IX. ProfilaksisSaat pasien mengeluhkan gejala prodromal yang jelas dan sudut dari COA tampak konstriksi, profilaksis yang paling aman adalah dengan melakukan Nd:YAG laser iridotomy atau peripheral iridectomy. Jika satu mata telah mengalami serangan akut, mata lainnya harus di lakukan tindakan inisial dengan pilocarpine 1% tiap 4-6 jam untuk meminimalisir risiko serangan glaukoma. Mata kedua nantinya dilakukan Nd:YAG laser untuk mencegah glaukoma setelah tindakan pembedahan pada mata pertama stabil. X. PrognosisSeseorang dapat menghilangakn adanya blokade pada pupil dan tekanan intaokular yang menurun pada serangan inisial dengan obat-obatan dan pencegahan pertmanen dengan pembedahan. Glaukoma akut sudut tertutup yang rekuren atau glaukoma sudut tertutup yang berlangsung lebih dari 48 jam dapat menimbulkan sinekhia perifer antara iris dan trabekula. Kasus ini tidak dapat dilakukan Nd:YAG laser iridotomy atau iridectomy dan sudut tertutup dapat terus berlangsung meskipun dilakukan pembedahan. Operasi filtrasi diindikasikan pada kasus ini. Saat tekanan intaokular terkontrol dan kornea jernih, gonioskopi diindikasikan untuk melihat bahwa sudut terbuka kembali dan untuk menyingkirkan sudut tertutup yang persisten.

30