33
GIGI TIRUAN MAKALAH Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Skill lab Mata Kuliah Kedokteran Gigi Pencegahan Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh : Gacelia Weny M 111610101015 Kelompok A FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Gigi Tiruan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gigi Tiruan

GIGI TIRUAN

MAKALAH

Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Skill lab Mata Kuliah Kedokteran Gigi Pencegahan Pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

Disusun oleh :

Gacelia Weny M 111610101015

Kelompok A

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Gigi Tiruan

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala

bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya

sehingga saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang

berjudul “Gigi Tiruan”. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Tim pengajar blok Kedokteran Gigi Pencegahan

2. Drg. Zahara. M, M.Kes dan Drg. Kiswaluyo, M.Kes yang telah memberi

saya kesempatan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan

makalah ini.

3. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini

Saya menyadari bahwa makalah ini mengandung banyak kekurangan, baik

dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, saya mohon maaf jika ada

kesalahan karena saya masih dalam proses pembelajaran. Saya juga berharap

makalah yang telah saya buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada

blok Kedokteran Gigi Pencegahan ini.

Jember, Oktober 2012

Penulis

Page 3: Gigi Tiruan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

BAB III PENUTUP.................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

Page 4: Gigi Tiruan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gigi perlu mendapat perhatian serius, apalagi kalau berisiko

ompong. Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang

untuk kehilangan gigi. Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang. Jika

seseorang kehilangan gigi atau Gigi yang sudah dicabut dan tidak diganti dengan

gigi tiruan dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan tubuh, khususnya

kesehatan gigi dan mulut. Berat ringannya masalah yang ditimbulkan bervariasi

antara satu orang dengan orang yang lain, namun bisa menjadi sangat

mengganggu pada kasus-kasus yang cukup berat.

Hal ini bila dibiarkan lama kelamaan dapat mengganggu kenyamanan saat

pengunyahan makanan. Lebih lanjut lagi, bila ada hambatan dalam pengunyahan

karena adanya posisi gigi yang tidak normal, gigi dan rahang akan mencari gigitan

baru yang nyaman untuk mengunyah. Hal ini pada sebagian besar kasus akan

mengarah kepada kelainan pada sendi rahang pasien. Pada kasus yang cukup

berat, kondisi ini menyebabkan sakit kepala yang cukup berat di daerah sendi

rahang.

Untuk itu, beberapa orang ada yang mengatasinya dengan menggunakan

gigi tiruan agar dapat mengembalikan fungsi gigi dalam menghancurkan atau

mengunyah makanan. Namun tidak semua orang mau menggunakan gigi palsu,

untuk mereka yang tidak mau ataupun tidak mampu untuk membeli gigi palsu,

sudah pasti akan pasrah dengan keadaan walaupun secara keindahan tidak

sedap dipandang mata.

Gigi tiruan atau gigi palsu yang dikenal secara umum di masyarakat kita

adalah gigi tiruan yaang termasuk jenis konvensional, yang diantaranya adalah

gigi tiruan sebagian dan gigi tiruan penuh. Sebenarnya ada banyak jenis gigi

tiruan. Kemajuan di bidang kedokteran gigiselama bertahun-tahun jauh lebih

Page 5: Gigi Tiruan

baik menerapkan metode total perawatan kesehatan melalui bantuan gigi tiruan.

Kedokteran gigi modern selalu berusaha menciptakan inovasi terbaru yang

berusaha untuk menyamai bentuk, fungsi dan karakter gigi alami (gigi asli)

walaupun hal itu memang sulit.

Gigi tiruan menjadi andalan para orang tua yang berusia lanjut untuk

megembalikan tampak estetik mereka yang telah hilang. Tidak sedikit dari

mereka yang merasa meningkat kepercayaan dirinya setelah menggunaka gigi

tiruan (gigi palsu). Hal ini dikarenakan mereka melihat diri di cermin dalam

keadaan tidak dengan wajah yang penuh guratan disekitar bibi, dan tidak kempot

lagi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian gigi tiruan?

2. Apakah tujuan pemakaian gigi tiruan?

3. Apa saja macam-macam dari gigi tiruan?

4. Apakah dampak pemakaian gigi tiruan?

5. Bagaimana perawatan dan penggunaan gigi tiruan yang baik?

1. 3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari gigi tiruan

2. Mengetahui tujuan pemakaian dari gigi tiruan

3. Mengetahui macam-macam dari gigi tiruan

4. Mengetahui dampak pemakaian gigi tiruan

5. Mengetahui perawatan dan penggunaan gigi tiruan yang baik

Page 6: Gigi Tiruan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gigi Tiruan

Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan (protesa, prostesis, restorasi) yang

dibuat untuk menggantikan gigi yang hilang atau jaringan sekitarnya. Gigi tiruan

banyak dipelajari dalam bidang ilmu kedokteran gigi, khususnya dalam bidang

prostodonsia (Gunadi, 1991).

Replika gigi (gigi tiruan) adalah gigi tiruan yang dibuat dari bahan

tertentu untuk menggantikan gigi asli yang telah hilang (Husdiari, 2008).

Menurut Academy of Prosthodontic (1995), prostodonsia adalah cabang

ilmu kedokteran gigi yang dimaksudkan untuk merestorasi dan

mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan

pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli dan atau mengganti gigi-gigi yang

sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak

dengan pengganti tiruan.

Akibat kehilangan gigi tanpa pergantian adalah :

a) Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan

pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi

menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada

saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur

Page 7: Gigi Tiruan

periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga ktivitas

karies dapat meningkat. (Aryanto, 1991:31)

b) Erupsi berlebih

Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi

erupsi berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa

disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpaa disertai

pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami

kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai

pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan

jika suatu hari pasien perlu dibuatkan gigi tiruan lengkap. (Aryanto,

1991:31)

c) Penurunan efisiensi kunyah

Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi gigi

posteriorakan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada

kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu

berpengaruh, maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat

dicerna hanya dengan sedikit pengunyahan saja. (Aryanto, 1991:31)

d) Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih

(overclosure), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi,

dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang. (Aryanto,

1991:32)

e) Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung

Bila ada penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka

gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar

sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan

membran periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan

akhirnya terpaksa di cabut. (Aryanto 1991:32)

f) Kelainan bicara

Page 8: Gigi Tiruan

Kehilangan gigi depan atas dan bbawah seringkali menyebabkan

kelainan bicara, karena gigi-khususnya yang depan- termasuk bagiian

organ fonetik. (Aryanto 1991:32)

g) Memburuknya penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan

mengurangi daya tarik wajah seseoran, apalagi dari segi pandang manusia

modern. (Aryanto 1991:32)

h) Terganggunya Kebersihan Mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak

dengan tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya.

Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, megakibatkan celah antar

gigi mudah disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi

terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi.

Pada tahap berikutnya karies gigi menjadi meningkat. (Aryanto 1991:32)

i) Atrisi

Pada kasus tertentu dimana periodontal gigi asli masih menrima

beban berlebihan, tidak mengalami kerusakan, tetapi tetap sehat.

Toleransi terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi,

sehingga dalam waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal

wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik. (Aryanto 1991:32)

j) Efek terhadap Jaringan Lunak Mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan

ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini

akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang

kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari

tempat yang ditempati protesa. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan

akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

2.2 Tujuan Pemakaian Gigi Tiruan

Page 9: Gigi Tiruan

Dengan maksud menghindari akibat-akibat yang tidak diinginkan seprti

tersebut diatas, biasanya dibuat gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah

hilang, antara lain sebagai berikut :

1) Pemulihan fungsi estetik

Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik

biasanya karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya

berubah bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya gigi geligi.

Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima kenyataan

hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilan

wajahnya tidak terganggu.

Mereka yang kehilangan gigi depan, biasanya emperlihatkan

wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi depresi

pada dasar hidung dan dagu menjadi tampak lebih kedepan. Selain itu,

timbul garis yang berjlan dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang

tidak sesuai dengan usia penderita. Akibatnya, sulcus labio nasalis

menjadi lebih dalam.

Hilangnya gigi depan dapat disebabkan oleh karies, penyakit

periodontal, ruda paksa (trauma) atau gigi yang mengalami malposisi dan

karenanya dicabut. Pada anak-anak, kehilangan depan sering terjadi

karena kecelakaan, dengan akibat dicabutnya gigi tadi. Kehilangan gigi

seperti ini kemudian mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah gigi

yang hilang. Pada usia muda, gigi depan biasanya hilang karena

kecelakaan atau karies. Bila karies sebagai penyebab maka penderita itu

tidak menjaga kesehatan mulutnya dengan baik. Gigi depan jugan hilang

karena perawatan saraf, penambalan atau pembuatan mahkota tiruan.

Pada usia tua, kehilangan gigi depan lebih banyak disebabkan oleh

penyakit periodontal.

Penderita dengan gigi depan malposisi, potrusif atau berjejal dan

tak dapat diperbaiki dengan perwatan ortodhontik, tetapi tetap ingin

Page 10: Gigi Tiruan

memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi

tiruan imidiat yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.

(Aryanto 1991:33)

2) Peningkatan Fungsi Bicara

Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat

statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat

dinamis, yaitu lidah bibir, vulva, tali suara dan mandibula.

Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat

mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangn gigi

depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya

bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan

memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan

kata-kata dan berbicara jelas, terutama bagi lawan bicaranya. (Aryanto

1991:35)

3) Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan

Sudah menjadi pendapat umum bahwa makanan haruslah

dikunyah terlebih dahulu, supaya pencernaan berlangsung dengan baik.

Sebaliknya, pencernaan yang tidak sempurna dapat menyebabkan

kemunduran kesehatan secara keseluruhan.

Bila demikian halnya, lalu timbul pertanyaan : “apa gunanya geligi

tiruan?” jawaban yang dijumpai dalam banyak kasus ternyata

menunjukkan betapa bermanfaatnya geligi tiruan dalam membantu

pengunyahan.

Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi

biasanya mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi

pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan

dilakukan semaksimal mungkin oleh gigi geligi asli pada sisi lainnya.

Dalam hal ini, tekanan kunyah akan dipikul satu sisi atau bagian saja.

Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasakan perbaikan.

Page 11: Gigi Tiruan

Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan

secara lebih merata keseluruh bagian jaringan pendukung. Dengan

demikian protesa ini berhasil mempertahankan atau meningkatkan

efisiensi kunyah. (Aryanto 1991 : 37)

4) Pelestarian Jaringan Mulut yang masih tinggal

Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau

mengurangi efek yang timbul karena kehilangan gigi. (Aryanto 1991:38)

5) Pencegahan Migrasi Gigi

Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat

bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap

selanjutnya menyebbabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian

terbukalah kesempatan makan terjebak disana, sehingga mudah terjadi

akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada perdangan jaringan

periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi.

Membiarkan ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan

pula terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan akibat serupa. Bila

overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang alveolar

pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan

protesa dikemudian hari. (Aryanto 1991:38)

6) Peningkatan distribusi Beban Kunyah

Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah

beratnya beaban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini

memperburuk kondisi periodontal, apalagi bial sebelumnya sudah ada

penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke

labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat,

beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada

permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai.

Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu

waktu lama.

Page 12: Gigi Tiruan

Overerupsi gigi pada keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan

terjadinya kontak oklusi premature atau interferensi oklusal. Pola kunyah

jadi berubah karena pasien berusaha menghindari kontak premature ini.

Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini

mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah. (Aryanto 1991:39)

2.3 Macam-macam Gigi Tiruan

Di dalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan atau dental prothesis

meliputi :

1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan atau Partial denture

a. Gigi tiruan sebagian lepasan/partial denture : Gigi palsu lepasan

sebagian menggantikan sebagian gigi yang hilang sedangkan gigi palsu

penuh menggantikan semua gigi yang hilang baik pada rahang atas

ataupun bawah.

Jenis gigi ini adalah tipe yang konvensional atau sudah lama

dipakai oleh sebagian besar orang, kelemahan dari gigi tiruan jenis ini

adalah mudah fraktur atau patah bila terjadi benturan yang terlalu keras,

dan juga terkadang stain atau noda yang berasal dari makanan bisa

menempel ke plat gigi jenis ini.

- Flexidenture/valpalst

Page 13: Gigi Tiruan

Jenis gigi ini yang banyak dipakai

sekarang, valpalst lebih tahan pecah dan

tidak memerlukan kawat bila ia berfungsi

sebagai gigi tiruan sebagian lepasan (gtsl).

Kelemahannya adalah diperlukan support

yang memadai dari tulang rahang atau

processus alveolaris karena valplast ini

bersifat lentur, dengan demikian

diperlukan ridge/landasan dari tulang

rahang yang harus bagus kondisinya

- Jenis yang ketiga adalah

kedua jenis gigi tiruan

yang telah disebut diatas

dikombinasikan dengan

metal (metal frame).

Frame atau kerangka dari

metal diperlukan sebagai

tambahan sebagai

stabilisasi denture

didalam mulut.

b. Gigi tiruan cekat/Fixed denture :

- Mahkota tiruan (dental crown)

Crown dibuat pada kasus dimana mahkota gigi sudah rusak, atau

pada gigi yang sudah dirawat saluran akar. Crown menutupi seluruh

bagian mahkota gigi yang sebelumnya sudah diasah terlebih

dahulu.

Page 14: Gigi Tiruan

Ilustrasi mahkota tiruan penuh pada gigi

depan rahang atas. Gigi yang akan dipasang

crown terlebih dulu diasah, kemudian

crown dilekatkan dengan menggunakan

semen khusus kedokteran gigi

- Mahkota jembatan (dental

bridge)

Bridge dibuat untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang,

dengan menggunakan gigi di sebelah gigi yang hilang sebagai

penjangkaran. Gigi di sebelah gigi yang hilang akan diasah, lalu

dipasangkan mahkota tiruan.

Crown dapat terbuat dari logam (all metal),

porselen (all porcelain), resin akrilik, atau

paduan logam dengan porselen (porcelain-

fused-to-metal crown/PFM) atau bahan

resin komposit dengan penguatan fiber.

Yang paling sering digunakan adalah PFM

crown, karena paling menyerupai tampilan

gigi asli dengan kekuatan yang baik untuk menahan tekanan kunyah.

c. Gigi tiruan lengkap/Full denture

Yaitu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi dalam satu lengkung

rahang maupun seluruh rahang di dalam rongga mulut

Page 15: Gigi Tiruan

PEMBAGIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

A. Berdasarkan bahan yang dipakai untuk membuat

a. vulcanite denture -dibuat dari vulkanit

b. acrylic denture-dibuat dari akrilik

c. frame denture-dibuat dari logam

B. Dilepas/tidak dapat dilepas

a. removable partil denture= GTS Lepasan

b. fixed denture/bridge= GTC

C. Saat pemasangan

a. convesional-dipasang setelah gigi hilang

b. immediete-dipasang segera setelah gigi hilang / dicabut

D. Jaringan pendukung

a. tooth borne-didukung oleh gigi

b. mucosa / tissue borne-didukung mukosa

c. mucosa and tooth-didukung gigi&mukosa

E. Letak daerah tak bergigi / sadel

a. anterior tooth suported case

b. all tooth suported case

c. free and supotred case

F. Memakai wing bagian bukal/labial atau tidak

a. open face: GTS yg dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan tsb dibuat

apabila

1. keadaan prosessus aleolaris masih baik

2. biasa pada gigi anterior

3. pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar

b. close face: GTS yg dibuat gusi tiruan bagian labial, gigi tiruan tsb

dibuat apabila

Page 16: Gigi Tiruan

1. prosessus alveolaris telah mengalami absorbs

2. perbaikan profil

2. Gigi Tiruan cekat atau fixed denture

Pembagian gigi tiruan cekat/permanen

a. mahkota jaket (crown), gigi tiruan untuk merestorasi struktur gigi yang

rusak dengan cara membungkusnya.

b. Mahkota jembatan (bridge), gigi tiruan untuk mengganti gigi yang hilang

dengan membungkus gigi tetangga.

c. Vencer non-direct, untuk merestorasi sebagian permukaan gigi yang

rusak.

Bahan gigi tiruan permanen meliputi logam,emas, akrilik, dan porselen.

Logam dan emas

Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas

mempunyai kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai

bertahun-tahun, keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak

korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas

tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli.

Akrilik

Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket

sementara (menunggu mahkota jaket permanen). Bahan akrilik biasanya

dikombinasikan dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat

menahan beban kunyah. Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat

disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah berubah warnanya.

Porselen

Bahan porselen adalah bahan yang paling popular saat ini. Kelebihannya

adalah pilihan warna gradasi warna yang sangat estetis dan

permukaannya mengkilap. Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi

asli. Kekuatannya lebih tinggi dari bahan akrilik, tetapi tidak sekuat logam.

Page 17: Gigi Tiruan

Kekurangan dari bahan porrselen bersifat rapuh sehingga tidak dapat

diasah dan tidak dapat diletakkan dipermukaan kunyah gigi belakang.

(drg. Donna pratiwi, Sp. Prosto :2007)

3. Gigi tiruan lengkap atau full denture

4. Implant

2.4 Dampak dari Pemakaian Gigi tiruan

Dari berbagai penelitian yang selama ini dilakukan, ternyata pemasangan

geligi tiruan semacam ini, bila dilakukan tidak hati-hati dan desain kurang

sempurna dapat pula mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan organ

pengunyahan. (Aryanto 1991 :41) Dampaknya dapa berupa :

Peningkatan akumulasi plak

Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan hubungan

pemakaian protesa sebagian dengan meningkatnya akumulasi plak dalam

segi kualitas, tetapi yang pasti dalam segi kuantitas. Akumulasi plak iini

tidak hanya terjadi disekitar gigi-gigi disekitar protesa, tetapi juga pada

geligi antagonisnya, kecuali pada pasien yang telah mengikuti intruksi

pemeliharaan kebersihan mulut dengan betul.

Sudah dipahami bahwa penimbunan plak dibiarkan akan

menybabkan inflamasi, yang pada tahap lanjut menyebabkan

periodontitis kronis. Dengan sendirinya perlekatan periodontal akan

cepat rusak dan menimbulkan poket dan akhirnya meresorbsi tulang

alveolar berlebih. (Aryanto 1991 :40)

Trauma langsung

Mukosa mulut sangat rentan terhadap trauma langsung yang

diterimanya dari komponen protesa. Bar lingual yang diletakkan terlalu

dekat pada tepi gingival, cengkraman kontinu yang kurang mendapat

dukungan gigi, terbenamnya protesa pada gusi, merupakan beberapa

Page 18: Gigi Tiruan

contoh yang sering dijumpai. Demikian pula, lengan cengkram yang

terlalu menekan email. Sehingga seolah-olah sengaja dikikis. (Aryanto

1991 :40)

Penyaluran gaya kunyah

Gaya-gaya fungsional disalurkan oleh protesa ke jaringan yang

berkontak dan berada dibawahnya. Pada geligi tiruan dukungan gigi,

hampir seluruh gaya ini diteruskan ke tulang alveolar melalui ligament

periodontal. Mengingat karakteristik serat-serat ini, hendaknya selalu

diusahakan agar semua gaya bersifat renggang (tensile) dan disebarkan

seluas mungkin yang dapat menerimanya.

Masalahnya menjadi lebih sulit pada geligi tiruan dukuangan

jaringan atau kombinasi, sebab yang dapat menahannya relatif kurang

luas. (Aryanto 1991 :40)

Permukaan oklusal

Pada geligi tiruan sebagian lepasan yang permukaan oklusalnya

tidak didesign dengan betul, gerak penutupan rahan mungkin terhalang

oleg adanya kontak oklusi premature. (Aryanto 1991 :41)

Hal ini dapat mengakibatkan :

1. Kerusakan pada gigi atau jaringan periodontalnya, bila kontak

premature itu mengenai gigi tadi atau jaringan periodontalnya

2. Terjadi peradangan mukosa dan resorbsi tulang di bawahnya bila

kontak premature diterima oleh sadel protesa

3. Disfungsi otot kunyah dan wajah, bila pasien berusaha

menghindari kontak, dengan cara mengubah pola gerak

kunyahnya.

2.5 Perawatan dan Penggunaan Gigi Tiruan yang Baik

1. Perawatan gigi tiruan

Page 19: Gigi Tiruan

Belajar menggunakan geligi tiruan baru membutuhkan waktu dan

kesabaran, terutama bagi pemakai pemula. Untuk pasien yang pernah

dan bisa memakai protesa sekalipun, sebuah geligi tiruan baru juga terasa

asing. Ia harus menyadari bahwa geligi tiruan barunya berlainan dan

karenanya harus mengubah bebrapa kebiasaan lama dan membiasakan

dirinya dengan protesa baru ini. (Aryanto 1993 : 407)

Beberapa hari sampai beberapa minggu merupakan periode

penyesuaian, baik bagi si pemakai maupun geligi tiruannya.

Geligi tiruan harus dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan secara berkala

dan disikat sekurang-kurangnya dua kali sehari, dengan sikta yang halus

dan deterjen cair sebagai pembersih. Dalam hal ini, deterjen lebih baik

daripada pasta gigi, karena kurang abrasive, sehingga dapat mencegah

terjadinya goresan pada resin. Pembersihan tadi sebaiknya dilakukan

diatas sebuah basin yang sebagian berisi air atau handuk basah, untuk

memperkecil kemungkinan pecahnya geligi tiiruan, andaikata jatuh pada

saat dibersihkan. (Aryanto 1993 : 407)

Penggunaan bubuk-bubuk untuk geligi tiruan atau jenis adhseif

biasanya tidak dianjurkan untuk gelgi tiruan baru. Adhesif sering kali

menyebabkan retensi berlebihan dan gaya-gaya yang ditimbulkannya

dapat merusak jaringan pendukung. Bila pasien benar-benar

membutuhkannya, pertimbangkanlah matang-matang. (Aryanto 1993 :

408)

Gigi tiruan sebaiknya secara teratur direndam oleh pasien dalam

larutan disinfektan. Dua macam cairan telah terbukti efektif dalam

mengendalikan plak gigi tiruan :alkalin hipkolorit dan cairan klorheksidin

glukonat. Alkalin hipoklorit terbukti efektif dalam pembersihan plak gigi

tiruan, sedangkan klorheksidin glukonat efektif dalam menghambat

pembentukannya. Bila digunakan larutan hipoklorit yang mengandung

0,08% klorin atau cairan klorheksidin glukonat 0,1% gigi tiruan harus

Page 20: Gigi Tiruan

direndam selama satu malam. Jika tidak mungkin menyarankan kepada

pasien untuk menanggalkan gigi tiruannya sepanjang malam dapat

dipakai cara lain yaitu merendam dalam larutan hipoklorit yang

mengandung 0,16% klorin selama 20 menit setiap hari atau merendam

dalam cairan klorheksidin 2% selama kurang lebih 5 menit setip hari.

Sebelum direndam gigi tiruan harus disikat dengan cermat untuk

menghilangkan sebagian plaknya, dan bila larutan klorheksidin yang

digunakan, dibilas untuk membersihkan sisa-sisa sabunnya karena sabun

ini bisa menetralkan klorheksidin. Becark-bercak biasa terlihat pada gigi

tiruan yang direndam dalam larutan klorheksidin. Biasanya noda-noda itu

tidak berat dan dapat dibersihkan dengan merendamnya ke dalam

larutan pembersih hipoklorit. (Basker RM 2003 : 110)

Kehadiran basis kerangka logam mempersulit keadaan ini karena

penggunaan hipoklorit menimbulkan korosi pada basisnya. (Basker RM

2003 : 110)

2. Kesehatan Mulut dan Pemakaian Gieligi Tiruan

Protesa sebaiknya dilepas dari mulut pada malamhari untuk

memberi kesempatan istirahat yang memadai kepada jaringan mulut

pendukungnya. Dengan demikian selama 8 dalam tiap 24 jamnya,

jaringan mulut yang ditutupi geligi tiruan semoat beristirahat.

Salah satu faktor yang berperan yang dapat mngakibatkan

perubahan-perubhan pada jaringan mulut, adalah lamanya suatu protesa

dipakai dalam mulut. Karena itu banyak ahli yang menganjurkan supaya

geligi tiruan tidak dipakai sepanjang siang dan malam hari secara terus-

menerus. Dengan demikian, selain bisa beristirahat, lidah maupun otot-

otot disekitar mulut, dengan bantuan saliva sempat melakukan

pembersihan dan stimulasi terhadap jaringan yang berada dibawah

protesa. (Basker RM 2003 : 111)

Page 21: Gigi Tiruan

Cukup banyak kepustakaan yang menyatakan bahwa pemakaian

geligi tiruan siang malam secara terus-menerus tidaklah menguntungkan

bagi kesehatan mulut si pemakai. Memang ada pengecualian, dimana

beberapa pasien dapat dan menggunakan terus-menerus, tetapi tidak

membawa akibat buruk yang nyata. Sulitnya tak ada satu metode pun

yang dapat meramalkan hal ini. Karena bagi kita sulit untuk

menganjurkan hal yang lebih pasti alih-alih menyarankan perkara yang

mungkin kebetulan saja. Jadi, pemakaian protesa secare terus-menerus

tanpa akibat buruk, tampaknya hanya merupakan suatu kebetulan saja.

(Aryanto 1993 : 411)

3. Kontrol

Seperti halnya pasien dokter gigi biasa, kontrol periodik bagi

pemakai geligi tiruan juga sama pentingnya. Sudah dikemukakan bahwa

jaringan mulut maupun geligi tiruan selalu mengalami perubahan. Setelah

pemakaian beberapa waktu, geligi tiruan mengalami proses perubahan,

begitu pula bagian tertentu dari jaringan mulut si pemakai. Cengkeraman

sudah mulai tidak pas lagi letaknya terjadi peradangan gingival, gigi

pendukung mengalami karies, resorbsi tulang linger sisa, adalah beberapa

contoh yang perlu mendapatkan perhatian. Hal seperti ini mengakibatkan

geligi tiruan menjadi tidak pas lagi. Protesa dalam keadaan seperti ini

dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung tanpa

penderita tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang salah. Mengingat hal ini,

pasien wajib di beritahu mengenai pemeriksaan berkala bagi mulut dan

geligi tiruan yang dipakainya. Pemeriksaan berkala minimal 2 kali dalam

setahun perlu dilakukan. Cara ini akan mencegah terjadinya kerusakan

lanjut yang mungkin timbul. (Aryanto 1993:412)

Page 22: Gigi Tiruan

BAB III

PENUTUP

I. Gigi tiruan adalah gigi yang menggantikan sebagian dari pada gigi

asli yang hilang.

II. Fungsi dari gigi tiruan antara lain : pemulihan fungsi estetik,

perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan, perbaikan dan

peningkatan fungsi pengunyahan, pelestarian jaringan mulut yang

masih tinggal, pencegahan migrasi gigi dan peningkatan distribusi

beban kunyah.

III. Klasifikasi gigi palsu yaitu : gigi tiruan sebagian lepasan/partial

denture, gigi tiruan cekat/fixed denture, gigi tiruan lengkap/full

denture, dan implant

IV. Dampak dari pemakaian gigi tiruan antara lain : akumulasi plak,

trauma langsung, penyaluran gaya kunyah dan permukaan oklusal

V. Perawatan gigi tiruan adalah dengan menjaga selalu

kebersihannya dan dalam penggunaannya sebaiknya dilepas pada

waktu malam hari.

Page 23: Gigi Tiruan

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan sebagian

Lepasan Jilid I. Jakarta : Hipokrates

Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan sebagian

Lepasan JilidII. Jakarta : Hipokrates

Basker RM. 2003. Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi. Edisi 3

Jakarta : EGC