24
Tugas Geologi wisata TUGAS GEOLOGI WISATA ( Gedong Songo, Goa Kreo, Taman Buah ) Geologi Gunung Ungaran 1. Fisiografi Regional Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama (Bemmelen, 1970) yaitu: – Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat) – Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang) – Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) – Cabang sebelah timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara- selatan sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat. Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran aluvial Jawa bagian utara, di bagian selatan merupakan jalur Nama : Reza Febri R. NIM : 111.090.065 Kelas : B Page 1

Geowisata - Semarang friska

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

TUGAS GEOLOGI WISATA

( Gedong Songo, Goa Kreo, Taman Buah )

Geologi Gunung Ungaran

1. Fisiografi Regional

Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama

(Bemmelen, 1970) yaitu: – Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat) – Jawa Tengah (antara

Cirebon dan Semarang) – Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) – Cabang sebelah

timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian

yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan

sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu

Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat

dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang

merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat.

Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh

Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung

Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.

Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur

dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah utara berbatasan

dengan dataran aluvial Jawa bagian utara, di bagian selatan merupakan jalur gunung api

Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu), sedangkan pada bagian timur berbatasan

dengan Pegunungan Kendeng (Gambar 2.1). Bagian utara Pulau Jawa ini merupakan

geosinklin yang memanjang dari barat ke timur (Bemmelen, 1970).

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 1

Page 2: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Sketsa fisiografi Pulau Jawa bagian tengah (Bemmelen,1943 vide Bemmelen,

1970, dengan modifikasi)

2.   Stratigrafi Regional

Secara lebih rinci, fisiografi Pegunungan Serayu Utara dibagi menjadi tiga bagian

yaitu bagian barat (Bumiayu), bagian tengah (Karangkobar) dan bagian timur (Ungaran).

Dalam Bemmelen (1970) diuraikan bahwa stratigrafi regional Pegunungan Serayu Utara

bagian timur (Gunung Ungaran dan sekitarnya) dari yang tertua adalah sebagai berikut:

1. Lutut Beds Endapan ini berupa konglomerat dan batugamping dengan fosil berupa

Spiroclypeus, Eulipidina, Miogypsina dengan penyebaran yang sempit. Endapan ini

menutupi endapan Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini berumur Oligo-Miosen.

2. Merawu Beds Endapan ini merupakan endapan flysch yang berupa perselangselingan

lempung serpihan, batupasir kuarsa dan batupasir tufaan dengan fosil Lepidocyclina dan

Cycloclypeus. Endapan ini berumur Miosen Bawah.

3. Panjatan Beds Endapan ini berupa lempung serpihan yang relatif tebal dengan

kandungan fosil Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina ferreroi PROV., N. Angulosa

Prov., Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus TAN., Miogypsina thecideae formis

RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan Miosen Tengah.

4. Banyak Beds Endapan ini berupa batupasir tufaan yang diendapkan pada Miosen Atas.

5. Cipluk Beds Endapan ini berada di atas Banyak Beds yang berupa napal yang berumur

Miosen Atas.

6. Kapung Limestone Batugamping tersebut diendapkan pada Pliosen Bawah dengan

dijumpainya fosil Trybliolepidina dan Clavilithes sp. Namun fosil ini kelimpahannya

sangat sedikit.

7. Kalibluk Beds Endapan ini berupa lempung serpihan dan batupasir yang mengandung

moluska yang mencirikan fauna cheribonian yang berumur Pliosen Tengah.

8. Damar Series Endapan ini merupakan endapan yang terbentuk pada lingkungan transisi.

Endapan yang ada berupa tuffaceous marls dan batupasir tufaan yang mengandung fosil

gigi Rhinocerous, yang mencirikan Pleistosen awal-Tengah.

9. Notopuro Breccias Endapan ini berupa breksi vulkanik yang menutupi secara tidak

selaras di atas endapan Damar Series. Endapan ini terbentuk pada Pleistosen Atas.

10. Alluvial dan endapan Ungaran Muda Endapan ini merupakan endapan alluvial yang

dihasilkan oleh proses erosi yang terus berlangsung sampai saat ini (Holosen). Selain itu

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 2

Page 3: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

juga dijumpai endapan breksi andesit yang merupakan produk dari Gunung Ungaran

Muda.

Menurut Budiardjo et. al. (1997), stratigrafi daerah Ungaran dari yang tua ke yang muda

adalah sebagai berikut:

a) Batugamping volkanik

b) Breksi volkanik III

c) Batupasir volkanik

d) Batulempung volkanik

e) Lava andesitik

f) Andesit porfiritik

g) Breksi volkanik II

h) Breksi volkanik I

i) Andesit porfiritik

j) Lava andesit

k) Aluvium

Peta geologi regional daerah Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997)

3. Tatanan Tektonik

a. Tektonik Regional

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 3

Page 4: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari

waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur.

Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran,

perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke

waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya

(NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah

Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut –

Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai

sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit

disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut.

Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.

Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah

terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang

Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati,

“Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi

Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak

lebih dominan terekspresikan di bagian timur.

Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara

perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi yang mencerminkan pola ini

adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna.

Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan.

Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis

dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang

terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah

Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.

Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang

paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan

tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di

daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih

muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 4

Page 5: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga

Oligosen Akhir.

Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang

telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik

dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.

Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan persebaran

tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Penampang

stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994 menunjukkan

bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan

Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.

Kelompok cekungan Jawa Utara bagian barat mempunyai bentuk geometri memanjang

relatif utara-selatan dengan batas cekungan berupa sesar-sesar dengan arah utara selatan dan

timur-barat. Sedangkan cekungan yang terdapat di kelompok cekungan Jawa Utara Bagian

Timur umumnya mempunyai geometri memanjang timur-barat dengan peran struktur yang

berarah timur-barat lebih dominan.

Pada Akhir Cretasius terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di daerah

Karangsambung menerus hingga Pegunungan Meratus di Kalimantan. Zona ini membentuk

struktur kerangka struktur geologi yang berarah timurlaut-baratdaya. Kemudian selama

tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa.

Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah timur-barat.

Tumbukkan antara lempeng Asia dengan lempeng Australia menghasilkan gaya utama

kompresi utara-selatan. Gaya ini membentuk pola sesar geser (oblique wrench fault) dengan

arah baratlaut-tenggara, yang kurang lebih searah dengan pola pegunungan akhir Cretasisus.

Pada periode Pliosen-Pleistosen arah tegasan utama masih sama, utara-selatan. Aktifitas

tektonik periode ini menghasillkan pola struktur naik dan lipatan dengan arah timur-barat

yang dapat dikenali di Zona Kendeng.

Volkanisme

Posisi pulau Jawa dalam kerangka tektonik terletak pada batas aktif (zona

penunjaman) sementara berdasarkan konfigurasi penunjamannya terletak pada jarak

kedalaman 100 km di selatan hingga 400 km di utara zona Benioff. Konfigurasi memberikan

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 5

Page 6: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

empat pola busur atau jalur magmatisme, yang terbentuk sebagai formasi-formasibatuan beku

dan volkanik. Empat jalur magmatisme tersebut menurut Soeria Atmadja dkk., 1991 adalah :

a) Jalur volkanisme Eosen hingga Miosen Tengah, terwujud sebagai Zona Pegunungan

Selatan.

b) Jalur volkanisme Miosen Atas hingga Pliosen. Terletak di sebelah utara jalur Pegnungan

Selatan. Berupa intrusi lava dan batuan beku.

c) Jalur volkanisme Kuarter Busur Samudera yang terdiri dari sederetan gunungapi aktif.

d) Jalur volkanisme Kuarter Busur Belakang, jalur ini ditempati oleh sejumlah gunungapi

yang berumur Kuarter yang terletak di belakang busur volkanik aktif sekarang.

Magmatisme Pra Tersier

Batuan Pra-Tersier di pulau Jawa hanya tersingkap di Ciletuh, Karang Sambung dan

Bayat. Dari ketiga tempat tersebut, batuan yang dapat dijumpai umumnya batuan beku dan

batuan metamorf. Sementara itu, batuan yang menunjukkan aktifitas magmatisme terdiri atas

batuan asal kerak samudra seperti, peridotite, gabbro, diabase, basalt toleit. Batuan-batuan ini

sebagian telah menjadi batuan metamorf.

Magmatisme Eosen

Data-data yang menunjukkan adanya aktifitas magmatisme pada Eosen ialah adanya

Formasi Jatibarang di bagian utara Jawa Barat, dike basaltik yang memotong Formasi Karang

Sambung di daerah Kebumen Utara, batuan berumur Eosen di Bayat dan lava bantal basaltik

di sungai Grindulu Pacitan. Formasi Jatibarang merupakan batuan volkanik yang dapat

dijumpai di setiap sumur pemboran. Ketebalan Formasi Jatibarang kurang lebih 1200 meter.

Sementara di daerah Jawa Tengah dapat ditemui di Gunung Bujil yang berupa dike basaltik

yang memotong Formasi Karang Sambung, di Bayat dapat ditemui di kompleks Perbukitan

Jiwo berupa dike basaltik dan stok gabroik yang memotong sekis kristalin dan Formasi

Gamping-Wungkal.

Magmatisme Oligosen-Miosen Tengah

Pulau Jawa terentuk oleh rangkaian gunungapi yang berumur Oligosen-Miosen

Tengah dan Pliosen-Kuarter. Batuan penyusun terdiri atas batuan volkanik berupa breksi

piroklastik,breksi laharik, lava, batupasir volkanik tufa yang terendapkan dalam lingkungan

darat dan laut. Pembentukan deretan gunungapi berkaitan erat dengan penunjaman lempeng

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 6

Page 7: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

samudra Hindia pada akhir Paleogen. Menurut Van Bemmelen (1970) salah satu produk

aktivitas volkanik saat itu adalah Formasi Andesit Tua.

Magmatisme Miosen Atas-Pliosen

Posisi jalus magmatisme pada periode ini berada di sebelah utara jalur magmatisme

periode Oligosen-Miosen Tengah. Pada periode in aktivitas magmatisme tidak terekspresikan

dalam bentuk munculnya gunungapi, tetapi berupa intrusi-intrusi seperti dike, sill dan

volkanik neck. Batuannya berkomposisi andesitik.

Magmatisme Kuarter

Pada periode aktifitas kuarter ini magmatisme muncul sebagai kerucut-kerucut

gunungapi. Ada dua jalur rangkaian gunungapi yaitu : jalur utama terletak di tengah pulau

Jawa atau pada jalur utama dan jalur belakang busur. Gunungapi pada jalur utama ersusun

oleh batuan volkanik tipe toleitik, kalk alkali dan kalk alkali kaya potasium. Sedangkan

batuan volkanik yan terletak di belakan busur utama berkomposisi shoshonitik dan ultra

potasik dengan kandungan leusit.

Magmatisme Belakang Busur Gunung Ungaran merupakan magmatisme belakang busur

yang terletak di Kota Ungaran, Jawa Tengah dengan ketinggian sekitar 2050 meter di atas

permukaan laut. Secara geologis, Gunung Ungaran terletak di atas batuan yan tergabung

dalam Formasi batuan tersier dalam Cekungan Serayu Utara di bagian barat dan Cekungan

Kendeng di bagian utara-timur. Gunung Ungaran merupakan rangkaian paling utara dari

deretan gunungapi (volcanic lineament) Gunung Merapi-Gunung Merbabu-Gunung Ungaran.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa fenomena itu berkaitan dengan adanya patahan besar

yan berarah utara-selatan.

Komposisi batuan yang terdapat di Gunung Ungaran cukup bervariasi, terdiri dari basal yang

mengandung olivin, andesit piroksen, andesit hornblende dan dijumpai juga gabro. Pada

perkembangannya, Gunung Ungaran mengalami dua kali pertumbuhan, mulanya

menghasilkan batuan volkanik tipe basalt andesit pada kala Pleistosen Bawah. Perkembangan

selanjutnya pada Kala Pleistosen Tengah berubah menjadi cenderung bersifat andesit untuk

kemudian roboh. Pertumbuhan kedua mulai lagi pada Kala Pleistosen Atas dan Holosen yang

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 7

Page 8: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

menghasilkan Gunung Ungaran kedua dan ketiga. Saat ini Gunung Ungaran dalam kondisi

dormant.

b. Tatanan Tektonik Daerah Ungaran

Gunung Ungaran selama perkembangannya mengalami ambrolan-tektonik yang

diakibatkan oleh pergeseran gaya berat karena dasarnya yang lemah (Gambar 2.3 dan 2.4).

Gunung Ungaran tersebut memperlihatkan dua angkatan pertumbuhan yang dipisahkan oleh

dua kali robohan (Zen dkk., 1983). Ungaran pertama menghasilkan batuan andesit di Kala

Pliosen Bawah, di Pliosen Tengah hasilnya lebih bersifat andesit dan berakhir dengan

robohan. Daur kedua mulai di Kala Pliosen Atas dan Holosen. Kegiatan tersebut

menghasilkan daur ungaran kedua dan ketiga.

Struktur geologi daerah Ungaran dikontrol oleh struktur runtuhan (collapse structure)

yang memanjang dari barat hingga tenggara dari Ungaran. Batuan volkanik penyusun pre-

caldera dikontrol oleh sistem sesar yang berarah barat laut-barat daya dan tenggara-barat

daya, sedangkan batuan volkanik penyusun post-caldera hanya terdapat sedikit struktur

dimana struktur ini dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiardjo et al. 1997).

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 8

Page 9: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Blok diagram struktur volkano-tektonik Ungaran Tua (akhir Pleistosen).

(Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970 dengan perubahan)

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 9

Page 10: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Peta Ungaran fault System dan antiklinorium utara Candi (Bemmelen, 1943 vide

Bemmelen, 1970 dengan perubahan

A. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan

budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten

Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi

ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan

merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927

masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi

ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini

cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung

Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga

dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area

perkemahan, dan wisata berkuda.

Diatas ini indahnya puncak ungaran, dan kemegahan batuan andesit disertai dengan

pesona asri khas daerah pegunungan. Pesona Candi Gedongsongo bagi orang umum semata

mata hanya sebagai pariwisata saja, tapi setidaknya kita lihat bagaimana sejuta pesona

lainnya yang bakal menghiasi dan menghidupi warga Ungaran dan sekitarnya. Lihatlah

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 10

Page 11: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

pesona hutan gundul yang terlihat elok dimata para penebang yang tak memikirkan apa

jadinya kalau hutan itu dibabat habis padahal daerah gunung Ungaran mempunyai fungsi

penting dalam menjaga kestabilan alam ini. Sejuta Pesona lainnya adalah banyaknya sampah

sampah buatan yang sengaja dibuang oleh orang orang yang tak pernah belajar dengan alam

dan sebagian para pendaki gunung tersebut yang mengatasnamakan Pecinta Alam namun

kenyataannya mereka sedang menciptakan keresahan hati sang  ”Penjaga” Ungaran. Namun

Pesona yang menarik bagi seorang geologist tak lain adalah Potensi Geothermal yang ada di

Arca-Arca di komplek Candi Gedong Songo yang dibuat pada abad ke

8 Masehi tidak lagi lengkap. Arca-arca yang di jumpai hanya beberapa

yang tersisa, seperti Durga (Istri Siwa), Ghanesa (Anak Siwa), Agastya

(Seorang Resi) Serta dua pengawal dewa Siwa yaitu Nandiswara dan

Mahakala yang bertugas menjaga pintu candi.

Pada tahun 1916, Pemerintah Belanda secara

resmi mulai melakukan penelitian di komplek

candi yang diserahkan tugas pada saat itu adalah

oleh Dinas Purbakala Belanda. Pada tahun 1928-

1929, dilakukan pemugaran candi Gedong 1.

Pada tahun 1930-1932 dilakukan pemugaran

pada candi Gedong 2. Pemerintah Indonesia

memulai pemugaran pada tahun 1977-1983, yang dipugar pada pada komplek candi gedong 3

, 4 dan 5.  Pada saat itu yang melakukan tugas pemugaran adalah SPSP, pada saat ini

namanya berubah menjadi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Pada tahun 2009

Pemerintah Indonesia mulai melakukan pemetaan ulang semua komplek candi Gedong

Songo.

Setelah memasuki parkir, petualang akan

dibawa ke pintu masuk candi. Untuk petualang

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 11

Page 12: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

lokal dikenai biaya Rp. 6.000,- untuk petualang asal mancanegara harga tiketnya Rp.

25.000,-. Cukup terjangkau dengan sesuatu yang didapatkan nanti. Pandangan pertama

Petualang akan tertuju pada gapura masuk yang mirip candi, lalu berjalan sebentar akan

bertemu dengan tempat tempat pentas dan komplek candi Gedong Songo I . Kebanyakan para

petualang akan berfoto ria di komplek candi ini. Untuk yang satu ini Petualang wajib antri

dan sabar.

Untuk menuju komplek candi II, petualang harus ekstra kuat dan semangat. Letaknya sekitar

500 meter lebih dari komplek candi I. Pada saat ini, pengelola candi Gedong Songo membuat

jalur baru yang memisahkan antara jalur Hikingers dan jalur kuda. Jalur Hikingers akan di

belokkan ke kanan, melewati perbukitan dan warung makan. Beberapa Gazebo di siapkan

untuk tempat istirahat para Petualang yang lelah naik ke perbukitan. Jalannya cukup bersih

karena (maaf) tidak ada kotoran kuda disana-sini. Untuk jalur kuda berada di sebelah kiri

yang letaknya agak berjauhan.

Bagi para Petualang yang sangat capek dan lelah,

bisa menyewa kuda menuju candi-candi tertentu

atau semua komplit seluruh candi. Dengan harga

berkisar sekitar Rp. 25.000,- hingga Rp. 70.000,-

untuk mengintari seluruh komplek candi. Ketika

berada di komplek candi kedua, Petualang akan

merasakan perbedaan dengan candi yang kesatu.

Letaknya yang berada di ketinggian sangat bagus untuk eksplore sejarah dan berfoto ria.

Sama dengan candi yang kesatu, komplek candi kedua juga hanya ada 1 buah candi.

Beberapa bekas candi nampak sangat buruk karena keberadaannya tidak nampak lagi. Entah

belum jadi, atau ‘diamankan’ untuk tujuan tertentu.

Setelah puas dengan komplek candi yang kedua,

hanya berjarak beberapa meter ke atas. Petualang

akan menemukan komplek candi yang ketiga.

Komplek candi yang ketiga ini cukup lengkap

berjumlah 3 buah candi yang saling berdekatan.

Kalau petualang pernah ke Dieng, maka akan di

temukan kemiripan dengan komplek candi Arjuna

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 12

Page 13: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

di Dieng. Dengan beberapa candi yang mengerucut ke atas dan satu buah candi berbentuk

kotak di depannya. Di komplek candi ketiga ini beberapa patung masih ada seperti patung

Durga, Ganesa dan pengawal dewa siwa Nandiswara dan Mahakala yang berada di samping

kanan kiri pintu candi.

Di depan komplek candi ketiga tersebut juga

terdapat uap panas yang berasal dari dalam bum.

Pengelola Candi Gedong songo telah menyiapkan

tempat untuk petualang yang menikmati air

hangat dan uap panas yang konon dapat

menyembuhkan penyakit kulit. Hanya berjarak

sekitar 100 meter ke bawah, dengan jalanan yang

mudah dilalui maka petualang bisa menikmati segarnya uap panas yang menyehatkan.

Namun petulang bisa melakukan perjalanan lagi menuju komplek candi keempat yang

letaknya agak jauh dari komplek candi ke dua dan ke tiga. Hanya perlu berjalan beberapa

menit mengintari bukit, maka pertualang akan tiba di komplek candi ke empat. Dan candi

kelima jaraknya juga tidak jauh dari tempat tersebut. Pada komplek candi yang kelima,

beberapa bangunan candi nampak rusak karena sesuatu sehingga hanya sebuah candi kecil

saja yang tersisa.

B. Goa Kreo

Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Goa

Kreo. Pada waktu kami tiba ditempat tersebut kami

tidak diperbolehkan untuk turun memasuki daerah

Goa tersebut, karena jalan menuju Goa tersebut

sedang dilakukan proyek yaitu pembuatan

bendungan. Kami akhirnya tidak dapat memasuki

daerah tersebut dan hanya melihat pemandangan

daerah sekitar dan banyak terdapat monyet- monyet yang ada di daerah tersebut.

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 13

Page 14: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Goa Kreo ini terletak didukuh Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung

Pati kurang lebih 8 Km dari Tugu Muda, dibuka untuk umum jam 08.00 s/d 18.00 WIB . Goa

Kreo adalah sebuah goa yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu

jati untuk membangun Mesjid Agung Demak . Ketika itu menurut legenda Sunan Kalijaga

bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut. Kata

“Kreo” berasal dari kata Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang

kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni

kawasan ini dianggap sebagai penunggu . Selain menikmati pemandangan alam yang indah

dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga

bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini.

C. Taman Buah

Selanjutnya kami melakukan perjlan ke taman buah yang ada di sekitar daerah

semarang. Di Taman Buah tersebut kami melihat beberapa tanaman buah yang

beranekaragam. Misalnya ada tanaman buah Mangga, jeruk, kelengkeng, pepaya, buah naga,

durian, semangka, dan masih banyak lagi yang lain. Kami mengelilingi taman buah tersebut

dan kami juga melihat tempat penampungan air yang sangat besar.

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 14

Page 15: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Gambar :

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 15

Page 16: Geowisata - Semarang friska

Tugas Geologi wisata

Nama : Reza Febri R.NIM : 111.090.065Kelas : B Page 16