63
MATERI 6 GEOGRAFI PERTANIAN 6.1 Pengantar Geografi Pertanian 6.1.1 Pengertian Geografi Pertanian Etimologis istilah "geografi pertanian" memiliki akar Yunani dan Latin. Kata 'geografi' berasal dari kata Yunani 'Geographia' yang berasal dari dua kata, nama 'geografis' yang berarti bumi dan 'Graphia' makna untuk menjelaskan. Kata "pertanian" berasal dari istilah Latin 'Agercultura' yang mempunyai asal dalam kata-kata 'mengubah' yang berarti ladang dan 'culturd' makna budaya atau memupuk. Pertanian dalam arti sempit berkaitan dengan usaha bercocok tanam, sedangkan dalam atian luas sebagai kajian ilmiah. Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui penggunaan lahan untuk bercocok tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya. Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang budidaya tanah dan pengaruh budidaya seperti pada bentuklahan fisik.Geografi pertanian mempelajari pola spasial dalam kegiatan pertanian, termasuk variasi dalam kegiatan pertanian dalam biomes utama, penetapan batas wilayah pertanian, studi pertanian sebagai suatu sistem, dan klasifikasi sistem pertanian, biasanya dengan mengacu pada istilah: intensif / ekstensif; komersial / subsisten; pergeseran / menetap dan pastoral / subur / campuran. Geografi pertanian merupakan kegiatan yang mengkaji pertanian di berbagai belahan bumi sebagai hasil interaksi

Geo Pertanian Print

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Geo Pertanian Print

MATERI 6

GEOGRAFI PERTANIAN

6.1 Pengantar Geografi Pertanian

6.1.1 Pengertian Geografi Pertanian

Etimologis istilah "geografi pertanian" memiliki akar Yunani dan Latin. Kata

'geografi' berasal dari kata Yunani 'Geographia' yang berasal dari dua kata, nama

'geografis' yang berarti bumi dan 'Graphia' makna untuk menjelaskan. Kata "pertanian"

berasal dari istilah Latin 'Agercultura' yang mempunyai asal dalam kata-kata 'mengubah'

yang berarti ladang dan 'culturd' makna budaya atau memupuk. Pertanian dalam arti sempit

berkaitan dengan usaha bercocok tanam, sedangkan dalam atian luas sebagai kajian ilmiah.

Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui penggunaan lahan untuk bercocok

tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya.

Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang

budidaya tanah dan pengaruh budidaya seperti pada bentuklahan fisik.Geografi pertanian

mempelajari pola spasial dalam kegiatan pertanian, termasuk variasi dalam kegiatan

pertanian dalam biomes utama, penetapan batas wilayah pertanian, studi pertanian sebagai

suatu sistem, dan klasifikasi sistem pertanian, biasanya dengan mengacu pada istilah:

intensif / ekstensif; komersial / subsisten; pergeseran / menetap dan pastoral / subur /

campuran.

Geografi pertanian merupakan kegiatan yang mengkaji pertanian di berbagai belahan

bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam dan juga mengkaji pola-pola dari kegiatan

pertanian yang bervariasi dari tempat-tempat, meliputi segala kegiatan pertanian pada ruang

dan waktu pertanian. Dengan demikian, definisi geografi pertanian dapat dinyatakan sebagai

bagian studi geografi yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena pertanian

dengan mengunakan hampiran ekologi dan regional dalam kontek keruangan.menurut Brian

W (1985) dalam Sriartha (2000) ada lima karakteristik pertanian yaitu : 1). Setiap wilayah

pertanian dijumpai banyaknya unit-unit pertanian yang banyak dan memiliki luas yang

berbeda-beda. 2). Pada sebidang lahan pertanian dapat diproduksi berbagai hasil pertanian. 3)

proses prudksi pertanian berlangsung secara biologis melalui tumbuhan dan hewan. 4).

Penentuan lokasi tidak banyak bisa ditentukan oleh petani. 5).kegiatan pertanian untuk

memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasar.

6.1.2 Cakupan dan Tinjauan Geografi Pertanian

Page 2: Geo Pertanian Print

Adapun objek atau tujuan geografi pertanian  menurut Singh dan Dhilon ( 1984 ) yaitu :

1. Perbedaan macam-macam pertanian yang tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam

spasial

2. Tipe-tipe pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan

dengan daerah lain.

3. Menganalisa pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya

4. Arah dan isi perubahan dalam pertanian.

5. Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau perusahaan

pertanian

6. Menghitung dan menguji tingkat perbedaan antara wilayah

7. Identifikasi wilayah yang produktivitas pertaniannya lemah; dan

8. Mengungkap wilayah pertanian yang stagnasi, transisi, dan dinamis.

6.1.3 Pendekatan Studi Geografi Pertanian

Dua pendekatan geografi pertanian adalah :

1) Pendekatan Empiris

Memberikan pandangan bahwa pendekatan deskripsi apa yang dikemukakan (apa

adanya) tentang bentang lahan pertanian

Pendekatan tentang pola dengan metode induktif dan generalisasi sebagai dasar dari

hasil-hasil studi yang berbeda-beda

2) Pendekatan Normatif

Difokuskan pada landscape pertanian yang ada, dengan memberikan asumsi-asumsi

dengan menggunakan hipotesa dengan teori-teori yang ada tentang produksi

pertanian.

Pendekatan tentang adanya perbedaan spasial

1) Geographical determinism model

Diasumsikan bahwa lingkungan fisikal sebagai determinan dalam proses pengambilan

keputusan dalam determinism model

Diasumsikan bahwa faktor ekonomi seperti pemasaran, produksi, dan biaya transport

dianggap homogen sebagai penentu dalam proses pengambilan keputusan.

2) Socio-personal determinsm model

Diasumsikan bahwa serangkaian faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan

untuk pertanian adalah nilai-nilai petani, tujuan, motivasi, dan sikap

Page 3: Geo Pertanian Print

3) Radical model

Diasumsikan bahwa dengan teknologi tinggi dan munculnya agribisnis sebagai kemajuan

dalam pertanian

6.2 Sejarah dan Faktor yang Mempengaruhi Pertanian

6.2.1 Sejarah Pertanian

Perkembangan Sistem Pertanian di Indonesia Pertanian merupakan aktivitas ekonomi

yang utama dan terbesar di Indonesia. Penerapan sistem pertanian pada masa orde baru

dilakukan dengan pencanangan Revolusi Hijau. Adanya dampak negatif dari penerapan

revolusi Hijau tersebut, maka para ahli/pakar mulai memikirkan solusi lain untuk mengganti

Sistem Pertanian Revolusi Hijau tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya konsep

pembangunan berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang

pertanian yaitu adanya ‘Agenda 21 Indonesia’. Yang memuat tentang Pengembangan

Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan. Sehingga kemudian berkembang sistem pertanian

organik yang dikembangkan oleh sebagian petani.’

Bentuk-bentuk pertanian di Indonesia :

1. Sawah

Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan

banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang

surut.

a. Pertanian Sawah Irigasi

adalah pertanian yang dikerjakan di sawah irigasi. Persebarannya banyak terdapat di

Pulau Jawa, Bali dan Madura.

     b. Pertanian  Sawah Tadah Hujan

adalah pertanian yang dikerjakan pada musim penghujan saja. Persebaran ; Gunung

Kidul, NTT, NTB, dan daerah tanah karst/tanah kapur lainnya.

     c. Pertanian Sawah Pasang Surut

adalah pertanian yang dikerjakan di daerah sekitar pantai atau muara sungai. Pada

umumnya jenis padi yang ditanam adalah ; Banarawa (padi yang tahan di daerah sangat

basah ). Persebaran ; Sumatra, Kalimantan dan Papua

     d. Pertanian Sawah Lebak

 adalah pertanian yang dikerjakan disekitar kanan kiri sungai. Persebarannya ; Jawa,

Sumatera,  Kalimantan dan Papua

Page 4: Geo Pertanian Print

2. Tegalan

Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air

hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar

rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan

yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk

ditubuhi tanaman pertanian.

3. Pekarangan

Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya

dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami

tanaman pertanian.

4. Ladang Berpindah

Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil

pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah

sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah

lama tidak digarap.

6.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertanian

1. Faktor fisik

a. Iklim : temperatur dan curah hujan

b. Topografi : relief, batuan

c. Tanah : kandungan kimia dan sifat fisik tanah

d. Air : potensi air, kedalaman

2. Faktor Non Fisik (Unsur Manusia)

a. Kultur dan sejarah

- Tenaga kerja, tingkat keterampilan dan teknologi petani

- Adanya kemampuan jumlah tenaga kerja

- Kondisi fasilitas jalan dan sarana transport maupun prasarananya

b. Faktor ekonomi

- Modal : pemilikan kemampuan modal peralatan, tempat, dan uang

- Supply produksi pertanian, dalam kaitannya dengan permintaan pasar

- Harga : harga-harga sarana produksi dan harga produksi pertanian

c. Faktor politik

Page 5: Geo Pertanian Print

Hewan dan tanaman

Faktor fisik :ReliefBatuanTanahAirSinar mataharilokasi

Faktor ekonomi dan manusia:Tenaga kerja dan pendapatanBangunan dan mesinPupuk dan pestisidaPolitik dan kebijakan pemerintahSistem pemasaranPengetahuan dan pendidikankecerdasan

Produk hewani untuk dijual

Tanaman untuk dijual

Limbah pupuk dan tanaman

Bankinvestasi Pendapatan dari pertanian

Lahan pertanian

INPUT OUTPUT

Gambar 6.1 Sistem Analisis yang Diterapkan dalam Pertanian

Hewan dan tanaman

Faktor fisik :ReliefBatuanTanahAirSinar mataharilokasi

Faktor ekonomi dan manusia:Tenaga kerja dan pendapatanBangunan dan mesinPupuk dan pestisidaPolitik dan kebijakan pemerintahSistem pemasaranPengetahuan dan pendidikankecerdasan

Produk hewani untuk dijual

Tanaman untuk dijual

Limbah pupuk dan tanaman

Bankinvestasi Pendapatan dari pertanian

Lahan pertanian

INPUT OUTPUT

- partisipasi petani dalam praktek dan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan

dengan pembangunan pertanian, seperti harga, pajak, penilaian ekspor impor

- larangan untuk menanam suatu jenis tanaman, misal : ganja

- bantuan pemerintah berupa modal, bibit, pupuk, dan sabagainya

d. Faktor teknologi

- Irigasi

- Pupuk

- Bioteknologi

6.2.3 Tanah

Tanah adalah lapisan kulit bumi paling luar yang merupakan hasil pelapukan dan

pengendapan batuan yang dalam. Proses terjadinya telah bercampur dengan bermacam-

macam bahan organis. Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik

pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi

lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai

Gambar 6.1 Sistem Analisis yang Diterapkan dalam

Pertanian

Page 6: Geo Pertanian Print

tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.

Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi

tanah

1. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

Berikut ini adalah jenis tanah di Indonesia.

1) Tanah humus

Tanah humus adalah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan organik). Tanah humus

sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman. Tanah jenis ini terdapat

di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian.

2) Tanah vulkanis

Tanah vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang dikeluarkan

oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur. Oleh karena itu, banyak daerah pertanian

diusahakan di daerah vulkanis. Tanah jenis ini terdapat di Pulau Jawa bagian utara, Sumatra,

Bali, Lombok, Halmahera, dan Sulawesi. Pulau Jawa dan Sumatra paling banyak mempunyai

gunung berapi sehingga paling luas tanah vulkanisnya.

3) Tanah podzol

Tanah podzol adalah tanah yang terjadi karena pengaruh suhu rendah dan curah hujan tinggi,

sifatnya mudah basa. Jika terkena air, tanah podzol menjadi subur, warnanya kuning dan

kuning kelabu. Di Indonesia, jenis tanah tersebut terdapat di pegunungan tinggi.

4) Tanah laterit

Tanah laterit adalah tanah yang terjadi karena suhu udara tinggi dan curah hujan tinggi,

mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan larut dan

meninggalkan sisi oksida, besi, dan aluminium. Tanah laterit terdapat di Jawa Timur, Jawa

Barat, dan Kalimantan Barat.

5) Tanah pasir

Tanah pasir adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan sedimen, tidak berstruktur. Tanah

pasir kurang baik untuk pertanian karena sedikit mengandung bahan organik. Tanah pasir

terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi.

Page 7: Geo Pertanian Print

6) Tanah gambut

Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu tergenang air (rawa).

Karena kekurangan unsur hara dan peredaran udara di dalamnya tidak lancar, proses

penghancuran tanah tidak sempurna. Tanah jenis ini kurang baik untuk pertanian. Jenis tanah

ini terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya.

7) Tanah mergel

Tanah mergel adalahtanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir, dan tanah liat.

Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Tanah

mergel subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya

Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara.

8) Tanah kapur (Renzina)

Tanah kapur adalahtanah yang terjadi dari bahan induk kapur (batu endapan) dan telah

mengalami laterisasi lemah. Jenis tanah ini terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi,

Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.

9) Tanah padas

Tanah padas adalah tanah yang amat padat karena mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air

yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Jenis tanah ini terdapat hampir di seluruh

wilayah Indonesia.

10) Tanah endapan

Tanah endapan adalah tanah yang terjadi akibat pengendapan batuan induk yang telah

mengalami proses pelarutan dan pada umumnya merupakan tanah subur. Jenis tanah ini

terdapat di Jawa bagian utara, Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian barat, dan selatan.

Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa, dan buah-buahan.

Jenis tanah endapan, yaitu:

a) tanah endapan laterit;

b) tanah endapan pasir; dan

c) tanah endapan vulkanis.

11) Tanah terrarosa

Page 8: Geo Pertanian Print

Tanah terrarosa adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Tanah ini banyak

terdapat di dasar dolina-dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah batu

kapur. Tanah ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara,

Maluku, Sumatra.

2. Degradasi Tanah dan Erosi

Degradasi Tanah

Degradasi tanah adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena penurunan kapasitas tanah

pada saat sekarang atau saat yang akan datang, dalam mendukung kehidupan manusia yang

dipengaruhi aktifitas manusia (Oldeman et.al., 1991 dalam van Lynden, 2000). Secara umum,

degradasi tanah berarti penurunan kualitas tanah, dalam arti menghilangnya satu atau lebih

fungsi tanah (Blumm, 1988 dalam van Lynden, 2000). Kualitas tanah dapat dinilai

berdasarkan fungsi tanah yang berhubungan dengan ekologi dan  fungsi tanah yang

berhubungan dengan aktivitas manusia.

Tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi yang terjadi

in-situ.  Terdapat tipe degradasi tanah, yaitu:

-    polusi

-    erosi (pemindahan bahan tanah oleh air dan angin)

-    penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik

-    salinisasi/alkalinisasi

Erosi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat

yang diangkut oleh media alami ketempat lain (Arsyad, 1989). Ada dua macam erosi, yaitu

erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal juga disebut erosi geologi atau erosi alami

merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami.

Biasanya terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal

yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah

pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia

yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah. Erosi

dipercepat dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain sebagai berikut :

a. Merosotnya peroduktivitas tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan

merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.

Page 9: Geo Pertanian Print

b. Sungai, waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga

daya guna dan basil guna berkurang

c. Secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim

penghijauan dan kekeringan pada musim kemarau.

d. Dapat menghilangkan fungsi hidrologi tanah.

Menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam : erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit,

erosi tebing sungai, erosi internal dan tanah longsor (Suripin 2001).

1. Erosi Percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian

atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya

partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan

kekasaran permukaan tanah, dan penutupan tanah.

2. Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan

tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).

3. Erosi Alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-

partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur

yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.

4. Erosi Parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran yang

terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan

tanah biasa.

5. Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing

sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika

vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.

6. Erosi Internal (Internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir primer

kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan

udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat

sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi

alur.

7. Tanah Longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan

tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar

3. Konservasi Tanah

Konservasi tanah mempunyai arti luas dan sempit dimana konservasi tanah dalam arti luas

adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan yang sesuai dengan

Page 10: Geo Pertanian Print

kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang

diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan koservasi tanah dalam arti sempit

adalah upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh

erosi. Secara garis besar, metode konservasi tanah dan air dibagi menjadi 3 yaitu : metode

vegetatif, mekanik, dan kimia.

a.   Konservasi Tanah Secara Vegetatif

Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan

tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah

atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah,

menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi

fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara

lain: penanaman penutup lahan berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung

mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi

pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah

Erosi yang berlangsung secara terus-menerus akan berakibat fatal bagi

kehidupan manusia. Hilangnya sumber daya alam yang ada, khususnya tanah dan

berkurangnya tingkat kesuburan tanah akan merugikan manusia. Untuk menjaga kestabilan

tanah di daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka diperlukan beberapa

langkah antara lain sebagai berikut:

a.   Terasering,  yaitu pola bercocok tanam dengan sistem berteras-teras (bertingkat) untuk

mencegah terjadinya erosi tanah.

b.   Contour farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur (kemiringan), sehingga

perakarannya dapat menahan tanah dari erosi.

c.   Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan laju erosi.

d.  Contour plowing, yaitu membajak tanah searah garis kontur, sehingga terjadilah alur-alur

horizontal untuk mencegah terjadinya erosi.

e.  Contour strip cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah

dalam bentuk memanjang dan sempit dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya

berbelok-belok. Masing-masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara

berselang seling (tumpang sari).

f.  Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah

satu unsur hara, akibat diserap terus menerus oleh salah satu jenis tanaman.

Page 11: Geo Pertanian Print

g.  Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan-hutan yang gundul untuk mencegah terjadinya

erosi, tanah longsor, dan banjir

b. Konservasi Tanah Secara Mekanik

Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan

pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan

erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usaha secara berkelanjutan.Pada

prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara

vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat

menutup permukaan tanah sepanjang tahun.

Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan persyaratan utama untuk mencegah

terjadinya penurunan kualitas lahan. Metode tersebut ditujukan untuk memelihara,

mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan

baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk

dilakukan karena : 

a. Kondisi topografi wilayah dilahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng.

b. Kondisi curah hujan relatif tinggi.

c. Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan

yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat.

d. Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.

Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya : 

a. Pengolahan tanah

b. Pembangunan teras.

c. Pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi

persediaan air dalam tanah.

d. Penanaman tanaman dalam setrip kontur.

Bentuk – Bentuk Konservasi Tanah Secara Mekanik 

1. Teras bangku atau teras tangga  

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan

tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga.

Fungsi utama teras bangku adalah: 

a. memperlambat aliran permukaan; 

Page 12: Geo Pertanian Print

b. menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai

merusak; 

c. meningkatkan laju infiltrasi tanah dan 

d. mempermudah pengolahan tanah.

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang

horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang

berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli).

Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai

sistem wanatani.

2. Gulud atau Guludan

Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud.

Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud

terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah 

Fungsi dari gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran

permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk

mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk

meningkatkan efektivitas gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan

diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai

penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai

kompensasi dari kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan

tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya.

3. Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman

tahunan Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman buah-buahan.

4. Teras kebun  

Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan

buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan

teras bertujuan untuk :

1.meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah, 

Page 13: Geo Pertanian Print

2.memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya untuk fasilitas

jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.

5. Rorak atau lubang resapan air

Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran

resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan

menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai

tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.

c. Konservasi Tanah Secara Kimiawi

Metode kimiawi adalah metode konservasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik

organik maupun anorganik guna memperbaiki kesuburan tanah, sifat tanah dan menekan laju

erosi. Salah satu cara kimia dalam usaha pencegahan erosi adalah dengan pemanfaatan soil

conditioner atau bahan pemantap struktur tanah. Bahan kimia ini memiliki penngaruh yang

sangat besar terhadap stabilitas tanah. Selain stabilitas tanah metode ini tahan terhadap

mikroba dan mampu memperngaruhi kemampuan tanah untuk menahan unsur hara. 

Bahan kimia yang banyak di pakai dalam pemantapan struktur tanah ini adalah :

1. MCS : campuran dimethyldichlorosilane dan methyl-trichlorosilane. Cairan ini dapat

mudah menguap, gas yang terbentuk akan bercampur dengan air tanah dan membuat agregat

tanah stabil. 

2. Emulsi Bitumen : Bitumen merupakan bahan kimia termurah di bandingkan dengan

senyawa kimia yang lain dan mengandung gugus aktif Carboxyl. Bahan kimia ini

menyebabkan tanah lebih hidrofobik sehingga sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat

tanah yang mudah mengeras 

3. Polyacrylamide (PAM). 

Dari 3 macam metode yang digunakan dalam konservasi air dan tanah, metode vegetatif atau

biologi dan metode mekanik yang banyak digunakan di daerah Sleman, Yogyakarta. Hampir

setiap perkebunan atau lahan pertanian di daerah tersebut menggunakan metode ini. Hal ini

dikarenakan dapat diaplikasikan dengan mudah masyarakat sekitar dan tidak membutuhkan

biaya yang cukup mahal. Pada lahan tersebut terdapat tanaman tumpang sari yang berfungsi

untuk mencegah terjadinya erosi dan mulsa yang dipakai untuk menahan air hujan yang turun

Page 14: Geo Pertanian Print

agar tidak langsung jatuh ke permukaan tanah. Selain itu di tepi tiap lahan terdapat bangunan

yang berfungsi untuk menampung aliran air, baik yang berasal dari air hujan maupun dari

aliran sungai. Hal ini bertujuan agar disaat musim kemarau tiba lahan pertanian tidak

kehabisan persediaan air.

6.2.3 Tipe Pertanian

1) Pertanian intensif

Tujuan utama usahatani adalah mendapatkan keuntungan maksimum

Produksi per ha tinggi dan sedikit potensi lahan yang terbuang

Jenis tanaman yang diusahakan yang secara ekonomis menguntungkan

Pertanian intensif dijumpai di negara yang padat penduduknya dan di negara maju

yang langka lahan

Pertanian intensif memperhatikan/melaksanakan :

Crop rotation (pergiliran tanaman)

Dihindarkan saat kerja/kosong

Penggunaan bibit, pupuk, dan pengelolaan terencana dengan teknologi tepat guna

Pembuatan teras (pengelolaan lingkungan fisik yang maksimum)

Menggunakan/ dengan sistem tanaman campuran (mixed croping)

2) Pertanian subsisten

a. Orientasi produksi untuk kebutuhan konsumsi keluarga

b. Jika produksi surplus bukan merupakan tujuan utama, dan jika surplus produksi dijual

pada pasar lokal

c. Tenaga kerja keluarga

d. Tanah merupakan sebagian besar input

e. Modal lebih kecil

f. Input yang berupa bibit dan pupuk merupakan hasil usahatani sendiri

3) Pertanian ekstensif

a. Lahan yang diusahakan relatif luas

b. Efisiensi kurang, banyak lahan yang terbuang karena tidak diusahakan semestinya

c. Produksi per hektar rendah

d. Teknologi terbatas

Page 15: Geo Pertanian Print

e. Tidak begitu mengharapkan return

f. Keuntungan tidak menentu

g. Tanaman yang diusahakan bervariasi

h. Tenaga kerja keluarga

i. Terdapat di wilayah yang belum maju (aksesibilitasnya rendah)

4) Pertanian perkebunan

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah

dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan

barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha

perkebunan dan masyarakat.

5) Peternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak

untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak

terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada

tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan

prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara

optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan

hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan

kecil seperti ayam, kelinci

6.3. Persebaran Hasil Pertanian di Indonesia

6.3.1  Persebaran Hasil Pertanian

Hasil pertanian negara kita antara lain padi (beras), jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang

tanah. Di mana saja persebaran hasil pertanian ini?

Padi (beras)

Daerah penghasil padi (beras) antara lain Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat.

Jagung

Daerah penghasil jagung antara lain Jawa Tengah (Wonosobo, Semarang, Jepara, dan

Rembang); Jawa Timur (Besuki, Madura); serta Sulawesi (Minahasa dan sekitar danau

Tempe).

Page 16: Geo Pertanian Print

Ubi kayu (singkong)

Daerah penghasil singkong adalah Sumatera Selatan, Lampung, Madura, Jawa Tengah

(Wonogiri), dan Yogyakarta (Wonosari).

Kedelai

Daerah penghasil kedelai adalah Jawa Tengah (Kedu, Surakarta, Pekalongan, Tegal, Jepara,

Rembang), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Jember).

Kacang tanah

Daerah penghasil kacang tanah ialah Sumatera Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah

(Surakarta, Semarang, Jepara, Rembang, Pati), Jawa Barat (Cirebon, Priangan), Bali, dan

Nusa Tenggara Barat (Lombok).

6.3.2 Persebaran Hasil Perkebunan

Hasil perkebunan negara kita antara lain tebu, tembakau, teh, kopi, karet, kelapa

(kopra), kelapa sawit, cokelat, pala, cengkeh, lada, dan vanili. Di mana saja persebaran hasil

perkebunan tersebut? Mari kita lihat satu per satu.

Tebu

Daerah penghasil tebu, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan

Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam).

Tembakau

Daerah penghasil tembakau ialah Sumatera Utara (Deli), Sumatera Barat (Payakumbuh),

Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Tengah (Surakarta, Klaten, Dieng, Kedu,

Temanggung, Parakan, Wonosobo), dan Jawa Timur (Bojonegoro, Besuki).

Teh

Daerah penghasil teh, yaitu Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Garut), Jawa Tengah

(Pegunungan Dieng, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan), Sumatera Utara (Pematang

Siantar), dan Sumatera Barat.

Kopi

Daerah penghasil kopi, yaitu Jawa Barat (Bogor, Priangan), Jawa Timur (Kediri, Besuki),

Sumatera Selatan (Palembang), Bengkulu (Bukit Barisan), Sumatera Utara (Deli, Tapanuli),

Lampung (Liwa), Sulawesi (Pegunungan Verbeek), Flores (Manggarai).

Karet

Daerah penghasil karet, yaitu D.I. Aceh (Tanah gayo, Alas), Sumatera Utara (Kisaran, Deli,

Serdang), Bengkulu (Rejang Lebong), Jawa Barat (Sukabumi, Priangan), Jawa Tengah

Page 17: Geo Pertanian Print

(Banyumas, Batang), Jawa Timur (Kawi, Kelud), dan Kalimantan Selatan ( pegunungan

Meratus).

Kelapa (kopra)

Daerah penghasil kelapa, yaitu Jawa Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas),

D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Kediri), Sulawesi Utara (Minahasa, Sangihe, Talaud,

Gorontalo), dan Kalimantan Selatan (pegunungan Meratus).

Kelapa Sawit

Daerah penghasil kelapa sawit ialah D.I. Aceh (Pulau Simelue), Sumatera Utara (Pulau Nias,

Pulau Prayan,Medan, Pematang Siantar).

Cokelat

Daerah penghasil cokelat ialah Jawa Tengah (Salatiga) dan Sulawesi Tenggara.

Pala

Daerah penghasil pala ialah Jawa Barat dan Maluku.

Cengkeh

Daerah penghasil cengkeh ialah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa

Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas), Sulawesi Utara (Minahasa), dan

Maluku.

Lada

Daerah penghasil lada ialah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang, Pulau

Bangka), dan Kalimantan Barat.

Vanili

Dihasilkan di daerah Flores (Manggarai, Bajawa), Papua, dan daerah-daerah lainnya di

Indonesia.

6.3.3 Persebaran Hasil Kehutanan

Hasil kehutanan negara kita antara lain kayu dan rotan. Jenis kayu yang dihasilkan antara

lain keruing, meranti, agathis, jati, cendana, akasia, dan rasamala. Di mana saja persebaran

hasil kehutanan ini?

Kayu keruing, kayu meranti, dan kayu agathis terutama dihasilkan di daerah-daerah

Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Kayu jati dihasilkan di daerah Jawa Tengah.

Kayu cendana banyak dihasilkan di Nusa Tenggara Timur.

Akasia dan rasamala dihasilkan di daerah Jawa Barat.

Rotan dihasilkan dari daerah Kalimantan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.

Page 18: Geo Pertanian Print

6.3.4 Persebaran Hasil Peternakan

Hasil peternakan negara kita antara lain sapi, kerbau, kuda, dan babi. Berikut ini

pesebaran hasil peternakan di Indonesia.

Ternak sapi. Daerah penghasil ternak sapi adalah Sumatera (Aceh), Jawa, Madura,

Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa).

Ternak kerbau. Daerah penghasil kerbau adalah Aceh, Sulawesi, dan Jawa.

Ternak kuda. Daerah penghasil kuda adalah Nusa Tenggara Timur (Pulau Sumba) dan

Sumatera Barat.

Ternak babi. Daerah penghasil ternak babi adalah Bali, Maluku, Sulawesi Utara

(Minahasa), Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa Barat (Karawang)

6.3.5 Persebaran Hasil Perikanan

Budi daya udang dan bandeng, terdapat di pantai utara Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Daerah penangkapan ikan (nelayan tradisional dan modern) antara lain Sumatera

Timur (Bagan Siapi-api), Bengkalis untuk jenis ikan terubuk. Sedangkan ikan

tenggiri, cumi-cumi, udang, rumput laut, dan ikan layang-layang ditangkap dari

daerah Laut Jawa, Selat Sunda, Pantai Selatan (Cilacap), Selat Bali, Selat Flores, dan

Selat Makasar. Kepulauan Maluku (Ambon) menghasilkan tiram, mutiara, dan

tongkol.

Budidaya ikan di darat. Budidaya ikan di darat itu ada bermacam- macam, antara lain

di tambak/empang, waduk/bendungan, sawah (minapadi), sungai (sistem keramba),

dan di danau.

6.4 Metode-Metode Pertanian

a. Metode Weaver dan Metode Thomas

John C Weaver, J,T Coppock, dan D. Thomas, analisa variansi penyebaran keruangan

terutama di terapkan pada bidang agrikultur untuk mengkaji penggunaan lahan pertanian.

Analisa ini didasarkan atas pendekatan faktor tunggal dengan dominan (single-factor

dominance) dan pendekatan faktor yang jamak (multifactor approach) dengan menerapkan

model matematik statistik varian.

J.T Coppock mengembangkan metode Weaver untuk keseluruhan spektrum aktifitas

pertanian dengan mengubah ternak dan tanaman ke dalam unit dan pembedaan secara umum

berdasarkan pembobotan yang baku.

Page 19: Geo Pertanian Print

b.Metode Von Thunen

Anggapan yang dikemukakan oleh Von Thunen adalah tanah dasar semuanya.

Intensitas setiap tanaman tertentu. Berdasarkan anggapan ini, maka bentuk pemanfaatan

tanah itu konsentris melingkari kota yang merupakan pasar, sehingga yang penting di sini

adalah menyusun daerah tanaman secara ekonomis. Tanah yang paling dekat dari kota

hendaknya dimanfaatkan untuk kehutanan. Tanah diluarnya dimanfaatkan untuk ladang

gandum dan tanah di luarnya lagi digunakan untuk peternakan. Tanah yang digunakan untuk

peternakan merupakan tanah terluar yang memiliki nilai, sehingga setelah tanah peternakan

tidak memiliki nilai apapun. Daerah pembuangan sampah adalah tanah yang tidak memiliki

nilai karena terletak di luar dari tanah peternakan.

Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas

dasar perbedaan sewa lahan. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di

pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan

hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.

6.5 Upaya Peningkatan Produksi Pertanian

Usaha yang dilakukan pemerintah bersama-sama dengan masyarakat untuk

meningkatkan produksi pertanian antara lain melalui program intensifikasi, ekstensifikasi,

mekanisasi, diversifikasi, dan rehabilitasi lahan pertanian. Intensifikasi merupakan upaya

peningkatan produksi pertanian tanpa menambah luas lahan yang ada, tetapi mengupayakan

lahan seoptimal mungkin, misalnya melalui program Sapta Usaha Tani, yang meliputi:

1) pengolahan tanah yang baik;

2) pemilihan bibit unggul

3) pengairan (irigasi);

4) pemupukan;

5) pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu;

6) pengolahan pasca panen; dan

7) pemasaran hasil.

Ekstensifikasi merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan menambah

luas lahan yang telah ada, misalnya melalui pembukaan lahan hutan, semak belukar atau

mengeringkan lahan rawa untuk dijadikan tanah pertanian. Upaya ini banyak dilakukan di

wilayah-wilayah yang masih luas, seperti Kalimantan dan Papua. Adapun mekanisasi

Page 20: Geo Pertanian Print

pertanian merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan mengaplikasikan

teknologi pertanian berupa mesin-mesin pertanian yang modern dan tepat guna.Selain

intensifikasi, ekstensifikasi dan mekanisasi, upaya peningkatan produksi juga dilakukan

melalui program diversifikasi, yaitu peragaman jenis tanaman baik melalui sistem tumpang

sari maupun tumpang gilir. Tumpang sari dapat diartikan sebagai peragaman jenis tanaman

pada sebidang lahan pada periode waktu yang sama, misalnya tanaman tomat

ditumpangsarikan dengan sayuran. Adapun tumpang giliradalah sistem peragaman jenis

tanaman pertanian dengan sistem rotasi, misalnya padi-palawija-padi.Rehabilitasi merupakan

upaya pengembalian tingkat kesuburan tanah yang sudah kurang produktif

6.5.1 Irigasi

Irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian.

Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi

pertumbuhan tanaman. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air

untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air

bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak (PP 20/2006). Tindakan intervensi manusia untuk

mengubah agihan air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau

seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980).

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan

pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang

membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang

kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air dari sumber-

sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah

maupun yang diusahakan manusia.

Metode pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam : 1) Irigasi Permukaan; 2)

Irigasi Lapisan Bawah; 3) Sprinkler; 4) Drip atau Trickle (Hakim, dkk., 1986).

1.    Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)

Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan

penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem

irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam

Page 21: Geo Pertanian Print

hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau

kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno

di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.

Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan cara ini (pemberian air di permukaan) :

Efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi

Air pengairan dapat dihemat

Pemberian air dapat dilakukan secara teratur dan merata

Dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran

Terjadinya penambahan unsur-unsur hara dalam tanah yang mudah diserap oleh akar

tanaman demi pertumbuhan dan perkembangannya.

Kekurangan irigasi permukaan yaitu :

Diperlukan biaya yang lebih besar bagi pengaturan air yang intensif serta penggunaan

lebih banyak tenaga

Penekanan terhadap pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu) kurang efektif

2.    Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)

Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah

di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa

porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya

dimanfaatkan oleh tanaman.

3.   Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)

Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan

memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah.

Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain dengan menggunakan

pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar. Untuk dapat memberikan

siraman yang merata sering digunakan alat pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat

berpindah-pindah.

Keuntungan irigasi curah : 

- Pengukuran air lebih mudah

Page 22: Geo Pertanian Print

- Tidak mengganggu pekerjaan dan hemat lahan

- Efisiensi air tinggi 

- Investasai dengan mempertimbangkan kebutuhan

- Jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga D & P lebih murah.

Beberapa kelemahan dari sistem irigasi curah adalah :

1. memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yangcukup tinggi, antara lain untuk

operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil

2. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi

yang cukup terliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi

(Susanto, dkk, 2006).

4.   Sistem irigasi tetes (trickle irrigation atau drip irrigation)

Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadang-kadang drip

irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat

tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem

pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar.

Keuntungan irigasi tetes : 

Efisiensi sangat tinggi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada

pemabasahan daun, run off rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok)

Respon lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) terhadap tanaman

Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak

mengganggu keseimbangan kadar lengas

Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur

Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi

Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, penyiraman

Meningkatkan drainase permukaan

Sistem irigasi tetes memiliki beberapa kelemahan, terutama jika akan diterapkan secara luas

di Indonesia, antara lain :

Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam

desain, instalasi dan pengoperasian sistem

Page 23: Geo Pertanian Print

Penyumbatan emiter yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi air yang dapat

mengurangi efisiensi dan kinerja sistem

Pada daerah yang tidak terbasahi berpotensi terjadi pemupukan garam

Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a.        Irigasi Sistem Gravitasi

Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan dalam

kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di

permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran tinggi. Pengaturan dan

pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.

b.        Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara

gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan

modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat

dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Setasiun Pompa

Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu).

c.         Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang

memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang

direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari

peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai

panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang

berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan

akan dibuang pada saat air laut surut.

Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang

merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,

pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama

adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama,

saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan

pelengkapnya.

Page 24: Geo Pertanian Print

Klasifikasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi

dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringan

irigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis.

1.  Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air

lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan

berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik

yang sulit untuk pembagian air.

Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan

serius yakni :

a.   Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi,

air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.

b.  Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk

karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.

c.   Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek

2.  Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap

dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan

permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya

serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi

daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.

3.   Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran

irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa

maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran

pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan

kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang.

Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier

terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100

Page 25: Geo Pertanian Print

ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke

sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter

dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis

yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien

dengan mempertimbangkan waktuwaktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani.

Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air

irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda

satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih

sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebihmurah.

Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi

pembagian air di jaringan utama.

6.5.2 Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan

baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk

berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormontumbuhan membantu kelancaran

proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah

material suplemen

1. Pupuk Organik

Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan

yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat

tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. Selain pupuk anorganik,

pupuk organik juga harus dberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk organik adalah

sebagi berikut:

a. Kompos

Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa

tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara yang berguna

untuk perbaikan struktur tanah.

b.  Pupuk Hijau

Page 26: Geo Pertanian Print

Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah.

Pupuk organik jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai

dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di

daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagi penambah unsur mikro dan

perbaikan struktur tanah.

c.   Pupuk kandang

pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara

dalam puouk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan 5% K2O (tergantung

dari jenis hewan dan bahan makanannya). Makin lama pupuk kandang mengalamai

proses pembusukan, makin rendah perimbangan C/N-nya.

2.  Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang

sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar

tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam

yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat menghasilkan

bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.

Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, pupuk anorganik digolongkan sebagai berikut :

6.6 Pupuk Tunggal

Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara sebagai

penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.

a. Pupuk Nitrogen

Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah:

Mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan merangsang

pertunasan.

Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya.

Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik)

Nitrogen diserap dalam tanah berbentuk ion nitrat atau ammonium. Kemudian, didalam

tumbuhan bereaksi dengan karbon membentuk asam amino, selanjutnya berubah menjadi

protein. Nitrogen termasuk unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman karena

16-18% protein terdiri dari nitrogen. Pupuk yang paling banyak mengandung unsur

nitrogen adalah pupuk urea.

Page 27: Geo Pertanian Print

Macam-macam pupuk nitrogen sebagai berikut.

pupuk urea(CO(NH2)2) yang mengandung 47% nitrogen (paling tinggi

dibandingkan dengan pupuk nitrogen jeni lain).

pupuk ZA (Zwavel Ammonium) atau ammonium sulfat ((NH4)2SO4) yang

mengandung 21% nitrogen.

Pupuk ammonium klorida (salmiak) atau NH4Cl, mengandung 20% nitrogen.

Pupuk ASN (ammonium Sulfat Nitrat) atau [(NH4)3(SO4)(NO3)], mengandung

23-26% nitrogen.

Pupuk natrium nitrat atau sodium nitrat (NaNO3), mengandung 15% nitrogen.

b.    Pupuk Fosforus

Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses:

respirasi dan fotosintesis

penyusunan asam nukleat

pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.

Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap

kekeringan, dan,

Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu

panen.

Unsur fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsur

nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan

AlPO4. Macam-macam pupuk fosfor sebagai berikut :

pupuk superfosfat (Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah larut dalam air sehingga

mudah diserap oleh akar tanaman. Contoh: Engkel superfosfat (ES) yang

mengandung sekitar 15% P2O5, Double superfosfat (DS) yang mengandung

sekitar 30% P2O5, dan Tripel Superfosfat (TSP) yang mengandung sekitar

45%P2O5.

Pupuk FMP (Fused Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)2 yang baik

digunakan pada tanah yang banyak mengandung besi dan aluminium.

Pupuk aluminium fosfat (AlPO4)

Pupuk besi (III) fosfat (FePO4)

c.    Pupuk Kalium

Page 28: Geo Pertanian Print

Fungsi kalium bagi tanaman adalah

Mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman.

Mempercepat metabolisme unsur nitrogen,

Mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur.

Macam-macam pupuk kalium sebagai berikut:

pupuk kalium klorida atau potassium klorida (KCl). Ada 2 macam pupuk KCl yang

beredar di pasaran, yaitu KCl 80 (mengandung 50% K2O) dan KCl 90 (mengandung

53% K2O).

Pupuk ZK (Zwavel Kalium) atau kalium sulfat (K2SO4) yang baik digunakan pada

tanaman yang tidak tahan te rhadap konsentrasi ion klorida tinggi. Ada 2 macam

pupuk ZK yang beredar di pasaran, yaitu ZK 90 (mengandung 50% K2O) dan ZK 96

(mengandung 53% K2O).

2.    Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang

digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK,

dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang

mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat

(NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCL).

Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi

angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat

10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)dan 15% kalium (sebagai K2O).

Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman

yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K

tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P,

dan K yang beragam.

Nilai suatu pupuk ditentukan oleh hal-hal berikut :

a.   Kadar unsur, makin tinggi kadar unsur, akin tinggi nilai pupuk.

b.   Higroskopisitas, pupuk buatan mulai menarik air pada kelembaban 51-99%. Pupuk yang

mudah menarik air, misalnya urea mengalami masalah pada penympanan, sifat

higroskopis secara langsung tidak mempengaruhi nilai pupuk sebagai penambah

kesuburan tanah.

Page 29: Geo Pertanian Print

c.   Kelarutan, mempengaruhi mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung diambil oleh

tanaman.

d.  Cara kerja, bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat

dihisap oleh tanaman  dan memperlihatkan pengaruhnya. Bekerjanya pupuk sangat

mempengaruhi waktu dan cara penggunaan pupuk.

e.   Keasaman, beberapa jenis pupuk dapat dipakai untuk meningkatkan, mempetahankan,

atau mengurai keasaman tanah.

Pengaruh negatif penggunaan pupuk

a.    Pengaruh negatif pupuk urea

tanah akan bersifat agak asam

penggunaan urea berlebihan dalam kurun waktu yang berdekatan akan mengurangi

proses tumbuhnya kecambah dari suatu bibit dan mengurangi daya serap akar.

b.    Pengaruh negatif pupuk superfosfat

Jika kelebihan superfosfat, tanah akan kelebihan asam. Hal ini dikarenakan

superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam tanah.

Dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman yang tumbuh pada

tanah yang mengandung banyak unsur aluminium. Hal ini dikarenakan superfosfat

dapat mempercepat pembentukan racun aluminium, atau toxic aluminium.

c.    Pengaruh negatif pupuk ammonium sulfat

Dapat bersifat racun bagi tanah jika diberikan pada tanah tanpa disertai kapur. Tanpa

adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi dengan besi, aluminium,

dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan mangan.

Kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam. Dengan

demikian, pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa.

6.5.3 Bioteknologi

1. Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi adalah suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui

transformasi biologi sehingga menjadi produk yang berguna. Supriatna (1992 ) memberi

batasan tentang arti bioteknologi secara lebih lengkap, yakni: pemanfaatan prinsip–prinsip

ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem atau proses biologis untuk menghasilkan

Page 30: Geo Pertanian Print

dan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi

kepentingan hidup manusia.

2. Manfaat Bioteknologi dalam Pertanian

Dalam bidang pertanian bioteknologi dapat di aplikasikan. Sekarang ini para ilmuan

berhasil meningkatkan tampilan buah dan sayur, memperpanjang waktu makanan untuk di

simpan, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman dan membuat tanaman tahan terhadap

penyakit dan hama. Pada masa yang akan datang, para ahli pertanian mengharapkan

bioteknologi mampu menghasilkan tanaman yang tahan lama terhadap segala kondisi iklim,

seperti iklim kering, iklim panas, atau dingin. Oleh karena itu, bioteknologi menjadikan

petani mampu memanfaatkan tanah yang sebelumnya jarang diusahakan. Dengan

memanfaatkan bioteknologi ini dapat menghasilkan tanaman yang identik dalam waktu

singkat. Selain itu modifikasi tanaman hias membuka jalan untuk menghasilkan warna-warna

yang tidak biasa sehingga mampu meningkatkan nilai varietas dan nilai ekonominya.

3. Perkembnagan Bioteknologi dalam Pertanian

Dalam bidang pertanian bioteknologi menggunakan sistem transgenik yang mulai di

kembangkan, namun menuai penolakan dari berbagai pihak yang menyebabkan teknologi ini

tidak pesat perkembanganya. Tanaman pertanian yang telah berhasil meningkatkan produksi

dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas dan jagung. Penggunaan marka molekuler

(penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang di inginkan dari keturunan hasil

persilangan dengan sifat-sifat yang tanaman berdasarkan DNA yang dimiliki tanaman akan

mempercepat prossnya.

Salah satu kelebihannya adalah mempersingkat pengujian tanaman . jika dengan cara

konvensiaonal di perlukan waktu sedikitnya  5tahun, sedangkan dengan cara ini hanya di

perlukan waktu paling lama 3 tahun.dengan marka molekuler, pada generasi ketiga tanaman

hasil persilangan sudah stabil. Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk

mengetahui jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemulia

menjadi lebih mudah dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya

adalah perlindungan terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari ancaman kepunahan.

Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam

tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik. Sudah

diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama

penyakit

Page 31: Geo Pertanian Print

4. Dampak Negatif Penggunaan Bioteknologi

Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh

potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan

manusia terdapat kemungkinan produk gen asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis

maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia, perlu

dicermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan

interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan

pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.

      Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional

dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat

menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang

maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi

modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan,

misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi

agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin

menambah dominasi negara maju

5. Dampak Positif Bioteknologi

a. Bioteknologi dikembangkan melalui pendekatan multidisipliner dalam wacana

molekuler. Ilmu-ilmu dasar merupakan tonggak utama pengembangan bioteknologi

maupun industri bioteknolog

b. Bioteknologi dengan pemanfaatan teknologi rekayasa genetik memberikan dimensi

baru untuk menghasilkan produk yang tidak terbatas.

c. Bioteknologi pengelolahan limbah menghasilkan produk biogas, kompos, dan lumpur

aktif.

d. Bioteknologi di bidang kedokteran dapat menghasilkan obat-obatan, antar lain vaksin,

antibiotik, antibodi monoklat, dan intrferon

e. Bioteknologi dapat meningkatkan variasi dan hasil pertanian melalui kultur jaringan,

fiksasi nitrogen pengendalian hama tanaman, dan pemberian hormon tumbuhan.

f. Bioteknologi dapat menghasilkan bahan bakar dengan pengelolahan biommasa

menjadi etanol (cair) dan metana (gas)

Page 32: Geo Pertanian Print

g. Bioteknologi di bidang industri dapat menghasilkan makanan dan minuman, antara

lain pembuatan roti, nata decoco, brem, mentega, yoghurt, tempe, kecap, bir dan

anggur

6.5.4 Revolusi Hijau

1. Pengertian Revolusi Hijau

Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk

meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan

teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau

modern.

Revolusi hijau muncul berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat

manusia.Timbulnya masalah pangan bagi umat manusia disebabkan oleh beberapa faktor :

1.      Kebutuhan pangan semakin meningkat

2.      Lahan pertanian semakin berkurang

3.      Banyak lahan pertanian rusak akibat perang

4.      Adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya

5.      Adanya lahan yang rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi

Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting yaitu

1. penyediaan air melalui sistem irigasi,

2.  pemakaian pupuk kimia secara optimal,

3. penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan

4. penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.

Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadilah peningkatan hasil tanaman pangan

berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada

tempat-tempat tertentu

Di Indonesia revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian.

Ekstensifikasi dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih

banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, (lima usaha

tani), yaitu :

1. Teknik pengolahan lahan pertanian

2. Pengaturan irigasi

Page 33: Geo Pertanian Print

3. Pemupukan

4. Pemberantasan hama

5. Penggunaan bibit unggul

Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya dilakukan dengan

empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut.

a. Intensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan

pancausaha tani.

b. Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka

lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan

ternak.

c. Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan

keanekaragaman usaha tani.

d. Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan

kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.

2. Dampak Positif  Revolusi Hijau

1.      Penggunaan mesin traktor untuk pengolahan sawah dan tanah

2.      Teknologi hujan buatan

3.      Penggunaan mesin untuk memanen gandum atau padi

4.      Ditemukannya mesin penggiling padi dan gandum

5.      Intensifikasi dalam dunia pertanian

6.      Ditemukannya bibit unggul

7.      Berdirinya IPTN ( Industri Pesawat Terbang Nusantara)

8.      Pembangunan pabrik di berbagai tempat, missal pabrik semen (Krakatau Steel)

9.      Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian.

10.  Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya untuk

memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik

karena revolusi hijau.

11.  Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.

12.  Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama

terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke

sektor agrobisnis.

13.  Meningkatkan produktivitas tanaman pangan..

Page 34: Geo Pertanian Print

14.  Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri

menjadi terpenuhi.

15.  Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.

16.  Kualitas tanaman pangan semakin meningkat.

3. Dampak Negatif Revolusi Hijau

1.      System bagi hasil mengalami perubahan

2.      System panen bersama berubah menjadi system upah

3.      Kesempatan kerja di pedesaan berkurang karena diganti menjadi mesin

4.      Timbul urbanisasi karena di desa tidak ada pekerjaan

5.      System ekonomi desa makin luas

6.      Ketergantungan pada pupuk kimia makin besar 

7.      Biaya produksi dan perawatan makin mahal

8.      Polusi tanah dan kematian berbagai jenis hewan karena obat hama

9.      Penanaman tidak memperhatikan siklus akan mengakibatkan kebalnya hama

10.  Timbul kerusakan hutan karena tebang kayu dengan mesin

11.  Penggunaan pupuk buatan dan pwstisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan

pertanian menjadi tidak subur lagi.

12.  Berkurangnya keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh

penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.

13. Adanya mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi

terpinggirkan.

14.  Rasa kegotongroyongan semakin menurun.

15. Hasil panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan.

16.  Muncullah komersialisasi produksi pertanian

17.  Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah

18.  Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan antarlapisan petani di

desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan

kepentingan.

19.  Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi pengikat

hubungan antar lapisan.

20.  Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah melalui jual beli.

Page 35: Geo Pertanian Print

21.  Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani lapisan

bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas

tanah.

22.  Menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda.

23.  Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun gaya

berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial.

24.  Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain seiring

perkembagan teknologi.

6.6 Pangan dan Ketahanan Pangan

6.6.1 Pengertian Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain

yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan,

pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan

peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,

dan membahayakan kesehatan manusia

6.6.2 Ketahanan Pangan

Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan

pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus

lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi :

(1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian

ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan

ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang

bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

Page 36: Geo Pertanian Print

(2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis,

kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan

kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama.

(3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan bahwa distribusi pangan

harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air.

(4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah

diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu kecukupan (sufficiency), akses

(access), keterjaminan (security), dan waktu (time).Dengan adanya aspek tersebut maka

ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga

komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability dan stability),

kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan pemanfaatan pangan.

Rawan Pangan

Rawan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang

cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan berakvitas dengan baik. Rawan pangan dapat

dibedakan 2 jenis yaitu : (a) rawan pangan kronis, yaitu ketidakcukupan pangan secara

menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan

melalui pembelian di pasar atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini berakar pada

kemiskinan dan (b) rawan pangan transien/ transistori, yaitu penurunan akses terhadap

pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara kontemporer

6.6.3 Permasalahan Pangan Dunia

a. Bencana kelaparan

Disebabkan karena kenaikan harga pangan duniadan bergantinya iklim yang tidak

teratur dapat  mengakibatkan tanaman yang ditanam atau padi tidak dapat berkembang

dengan sempurna atau tidak dapat hidup menghasilkan nasi untuk makanan manusia sehari-

hari. Jumlah orang yang kelaparan setiap harinya mencapai angka tertinggi dalam sejarah

sebanyak 1 milyar, atau tepatnya 1,02 milyar, menurut data World Food Program PBB.

Jutaan orang yang berada di tepi jurang kelaparan saat ini masuk dalam kategori ini akibat

krisis ekonomi global yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan dan banyak orang

yang kehilangan pekerjaan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, pada tahun 2012

Page 37: Geo Pertanian Print

terdapat tambahan sekitar 100 juta orang yang mengalami kelaparan dan kemiskinan kronis

dibandingkan tahun lalu. Sementara jumlah orang yang sangat membutuhkan makanan

bertambah, agen-agen bantuan juga melaporkan rendahnya jumlah bantuan yang diberikan

serta pemangkasan anggaran

b. Sejarah bencana kelaparan dunia

Wabah Kelaparan Besar (bahasa Inggris: The Great Famine mengacu pada kejadian

meluasnya kelaparan di Eropa pada rentang waktu antara tahun 1845-1852. Walaupun

melanda banyak negara Eropa saat itu, dampak terparah terjadi di Irlandia dan Skotlandia.

Dalam sejarah Irlandia bahkan wabah kelaparan ini berdampak luas berupa berkurangnya

penduduk wilayah ini sebesar 20% sampai 25%, yang awalnya berjumlah lima juta penduduk

turun menjadi 3 juta akibat tingginya tingkat kematian dan emigrasi.

Penyebab awal kelaparan ini adalah beruntunnya kegagalan panen kentang akibat

hampir semua umbi kentang tidak dapat dikonsumsi karena terserang hama kentang. Pada

waktu itu, di Irlandia sekitar sepertiga penduduk tergantung sepenuhnya pada kentang untuk

penghidupannya. Akibatnya, dampak terparah mengenai negara itu. Diperkirakan satu juta

orang meninggal dunia dan satu juta lainnya meninggalkan Irlandia. Wabah kelaparan ini di

Irlandia kemudian berdampak luas secara politik, sosial dan ekonomi; dan sampai sekarang

masih diperdebatkan makna sejarahnya.

Setelah kasus di Irlandia, menyusul lah kasus di Ukraina yang disebut

Holdomor.Holodomor adalah peristiwa pembunuhan dan kelaparan beramai-ramai pada

1932-1933 di Ukraina. Hampir 7 juta mati kelaparan akibat tirani Uni Soviet yang

mengamalkan dasar Josef Stalin dengan tujuan menghapus semangat kebangsaan rakyat

Ukraina. Sebanyak 25.000 penduduk kampung meninggal setiap hari atau pada harga 1.000

orang per jam atau 17 orang per menit. Rata-rata umur penduduk Ukraina pada 1933 adalah

7.3 tahun untuk pria dan 10.9 tahun untuk wanita, sedangkan dalam kalangan anak, satu dari

setiap tiga orang, meninggal dunia.Kasus ini oleh sebagian warga dunia dianggap sebagai

persamaan dengan kasus Holocaust oleh Hitler. Kelaparan di Ukraina terjadi karena sistem

denda yg diberlakukan stalin dimana denda tersebut berupa gandum dan bahan makanan lain

dari kampung yang tidak mematuhi kuota akuisisi sereal dan produk pertanian yang sengaja

dikenakan dengan sangat tinggi.

Dilanjutkan pada tahun 1943, adalah kasus Kelaparan di Benggala 1943, yaitu

peristiwa kelaparan yang menimpa Benggala (yang saat itu dijajah oleh Britania).

Diperkirakan sekitar 3 juta orang tewas akibat kelaparan dan gizi buruk. Pemerintah

Page 38: Geo Pertanian Print

Benggala bereaksi dengan malas-malasan dan tidak kompeten, menolak untuk menghentikan

ekspor makanan dari Benggala.

Britania Raya mengalami kekalahan di Singapura pad tahun 1942. Burma selanjutnya

diduduki oleh Jepang. Burma merupakan pengekspor beras terbesar di dunia pada periode

antar perang. Pada tahun 1940, sekitar 15% dari beras India berasal dari Burma. Sementara

itu, beras terus diekspor dari India untuk memberi makan tentara perang. Hal ini diperparah

dengan tibanya siklon pada 16 Oktober 1942 di Benggala danOrissa. Banyak daerah

penanaman beras yang banjir, sehingga terjadi gagal panen. Akibatnya, petani harus

memakan hasil surplus mereka, dan bibit yang seharusnya ditanam pada musim dingin 1942-

1943 telah dimakan pada saat cuaca panas tiba pada Mei 1943.

c. Solusi bencana kelaparan

Pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang dikenal dengan Kedaulatan Pangan.

Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik

dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah

lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi

pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Kedaulatan pangan juga merupakan

pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang

lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluarga yang berdasarkan pada prinsip

solidaritas–bukan pertanian berbasiskan agribisnis yang berdasarkan pada profit semata

d. Diversifikasi pangan dan perkembangannya

Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan dan

penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi

adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang

pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat. Kasryno et al. (1993)

memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan

perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan

distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi

pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi

pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan.

Diversifikasi konsumsi pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas.Dalam aspek

Page 39: Geo Pertanian Print

makro, peranan diversifikasi pangan dapat dijadikan sebagai instrumen kebijakan untuk

mengurangi ketergantungan pada beras sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan

nasional, serta dapat dijadikan instrumen peningkatan produktifitas kerja melalui perbaikan

gizi masyarakat. Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara

nasional terbukti tidak menjamin adanya kketahanan pangan tingkat wilayah (regional),

rumah tangga atau individu.

Manfaat Diversifikasi Pangan

1. Semakin beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan

2. Kelangkaan suatu jenis pangan tidak memicu kenaikan harga secara signifikan karena

kebutuhan pangan masih dapat dicukupi dengan adanya jenis pangan yang lain

3. Kelangkaan suatu pangan pokok seperti beras, dapat diisi atau digantikan oleh umbi-

umbian sehingga tidak menimbulkan keresahan sosial

Perkembangan Diversifikasi Pangan

Diversifikasi telah dilaksanakan sejak awal tahun 1960-an. Pada saat pemerintah

mengkhawatirkan pertumbuhan produksi beras yang tidak seimbang dengan pertambahan

penduduk, mulai dilancarkan penyuluhan gizi, termasuk pengetahuan bahwa beras dapat

diganti dengan bahan pangan lain dengan nilai gizi yang sama. Pemerintah melakukan

kampanye "bukan hanya beras" yang disertai dengan introduksi beras ketela, kedelai, jagung

Pada akhir dekade 60-an mulai dicanangkan program perbaikan gizi keluarga, bekerja

sama dengan lembaga asing, seperti organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and

Agriculture Organization of the United Nations, FAO), organisasi kesehatan dunia (Wolrd

Health Organization, WHO), dan organisasi untuk kesejahteraan anak (United Nation

Children's Fund, UNICEF).

Program ini mencakup peningkatan kesadaran gizi dan pemanfaatan pekarangan untuk

menghasilkan pangan hasil ternak, ikan, sayuran dan buah. Hingga saat ini program-program

peningkatan kesadaran gizi dan pemasyarakatan pola makan dengan gizi seimbang tersebut

masih terus dilanjutkan, dengan bentuk dan intensitas yang bervariasi dari waktu ke waktu.

Di samping itu dilancarkan pula pengembangan produk-produk pangan, terutama sumber

karbohidrat khas daerah, agar semakin diterima sebagai alternatif bahan pangan pilihan.

Namun setelah program diversifikasi pangan berjalan lebih dari empat puluh tahun,

keberagaman pangan yang kita inginkan belum kunjung tercapai. Apabila dinilai menurut

standar Pola Pangan Harapan (PPH) dengan nilai ideal 100, maka :

Page 40: Geo Pertanian Print

· Keragaman penyediaan pangan nasional tahun 2001 mencapai nilai sekitar 73

· Dalam hal konsumsi (berdasarkan Susenas 1999) baru sekitar 63.

· Pola konsumsi pangan kita sekitar 40 persen diwarnai oleh padi-padian yangsebagian

besar beras; 26 persen sayur dan buah; 13 persen pangan hewani terutama ikan, daging

unggas dan telur; 8 persen kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan kacang

tanah; dan 6 persen minyak dan lemak terutama bahan nabati.

Dengan proporsi ideal padi-padian dan pangan hewani sebesar 25 dan 24 persen, pola

konsumsi kita masih terlalu tinggi pada padi-padian dan terlalu rendah pada pangan hewani.

Aspek yang Memicu Diversifikasi Pangan

Tiga aspek penting yang harus digarap untuk memacu diversifikasi pangan secara efektif,

yaitu:

1. daya tarik ekonomi dan citra pangan yang ditawarkan;

2. kemampuan ekonomi masyarakat; dan

3. kesadaran masyarakat terhadap pangan bergizi dan kesehatan.

Tantangan Diversifikasi Pangan

1. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras

2. Upaya penggalian dan pemanfaatan sumber sumber pangan karbohidrat lokal masih

kurang

3. Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam

4. Kemampuan memproduksi pangan lokal masih rendah, terutama musim paceklik

5. Penerapan teknologi produksi dan teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat

tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar.