229

Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA
Page 2: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Page 3: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA
Page 4: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Lestari, dan Abdul Quddus

Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Sanabil

Page 5: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Katalog dalam Terbitan (KDT)

Lestari, & Abdul Quddus Genealogi Pemikiran Modern Islam Nusantara, Sanabil, 2017

xiv + 212 hlm.; 15,5 x 23

cm ISBN:

Genealogi Pemikiran Modern Islam Nusantara Penulis Editor Layout & Design Cover

: Lestari, dan Abdul Quddus : Erlan Muliadi : Muhammad Amalahanif

ISBN:

Cetakan I, September 2017

Penerbit: CV. Sanabil Jl. Kerajinan I Perum Puri Bunga Amanah Blok C/13 Sayang-sayang, Cakranegara, Mataram Email: [email protected] Telp./SMS 081805311362

All right reserved. Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku

ini dalam bentuk apapun, juga tanpa izin tertulis dari penerbit.

iv

Page 6: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Pengantar Penulis

Puji dan syukur kepada Allah yang telah memberikan begitu

banyak nikmat kepada kami, sehingga dengan nikmat tersebut, kami mampu menyelesaikan edisi

revisi dari buku ini. Shalawat dan salam senantiasa

dihaturkan kepada Nabi Rasul akhir zaman Muhammad

SAW yang telah membawa pencerahan dan kemajuan bagi

ummat Manusia.

Keyakinan yang kuat pada Islam, sejatinya melahirkan

perubahan yang signifikan diberbagai aspek kehidupan, baik dari

aspek, ibadah, moral, ekonomi, pendidikan, budaya, dan lain

sebagainya. Hal ini dimungkinkan mengingat Islam hadir sebagai

agama besar yang menuntun umatnya menuju kemajuan dan

keselamatan. Al-qur‟an yang menjadi sumber utama ajaran

Islam menyediakan doktrin yang cukup baik dan tepat untuk

mengkonstruk kehidupan tersebut. Kita bisa melihat pada wahyu

pertama berisi perintah iqra‟ ‟“membaca” dengan menyebut

nama Tuhanmu, dari sini akan terjadi proses Aqalā, yang

menuntut untuk mengerti apa yang dibaca, baik teks maupun

alam. Nazharā, setelah proses membaca maka dilanjutkan dengan

proses merenungkan atau proses menalar untuk menemukan

sebuah pemahaman dan kesimpulan. Tadabbarā, juga demikian,

menganjurkan untuk merenungkan apa yang dibaca. Tafakkarā,

memikirkan apa yang dibaca. Faqihā, faham akan apa yang telah

dibaca.

v

Page 7: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Tazakkarā, mengingat atau mendapat pelajaran dari apa yang

dibaca. Fahimā, ini juga sama. Ulu al-Bab, Ulu al-Abshar, al-

´Ilm. Namun semua nilai-nilai universal yang ada dalam Islam

tersebut, tidak akan bermakna dan berfungsi dalam

kehidupan manusia, jika pemeluknya tidak memiliki pemikiran dan intlektualitas yang maju, hanya

mengedepankan Islam dalam bentuk slogan-slogan dan

simbol-sombol, umat Islam terpenjara dalam hegemoni

aliran-aliran sempit dan eksklusif. Hal yang dibutuhkan oleh

umat Islam adalah tipologi pemahaman, keyakinan, dan

pengamalan Islam yang lebih maju, yang peka terhadap

perubahan dan perkembangan zaman yang dihadapi.

Buku ini melirik beberapa pemikiran Islam modern di

Indonesia yang mencoba merespon perkembangan dan

perubahan yang ada. Dalam mengkaji Islam modern di

Indonesia, kami mencoba melakukan penelusuran secara

genealogi-historis dan doktrinal dari gerakan-gerakan Islam

yang ada, mulai dari masa orde baru sampai era reformasi

saat ini.

Sebagai akhir dari kata pengantar ini, kami berharap

kritik dan saran dari pembaca untuk kami jadikan perbaikan

dari semua kekuranga yang ada pada buku ini. Semoga semua

yang kita lakukan dari ilmu yang kita miliki mendatangkan

manpaat bagi perkembangan dan kemajuan kita semua.

Penulis

vi

Page 8: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Prolog H. Mutawali REKTOR UIN MATARAM

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji, hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam

semoga tetap tercurahkan pada makhluk termulia Nabi

Muhammad SAW yang dengan segenap dinamika

perjuangannya telah merubah kegelapan dunia menjadi

tercerahkan dan terberkahi Allah SWT.

Agama Islam tidak pernah lekang oleh gilasan waktu dan

terpenjara oleh kungkungan tempat, sebagai agama yang

rahmatan lil Alalamin, justru Islam selalu hadir menawarkan

fresh ijtihad yang shaalihun li kulli zamanin wa makanin (luwes

fleksibel sesuai dengan waktu dan tempat dimana Islam

hadir). Dalam konteks Hukum Islam (fiqih) misalnya, posisi

mapan berbagai sumber hukum Islam, seperti ijma‟, qiyas, maslahah mursalah, „urf, dan kaidah taghayyur al-ahkam bi taghayuri al-azminah, menjadi tidak relevan ketika tidak

memberikan ruang bagi dinamika pemikiran dan lahirnya

ijtihad baru. Dalam upaya mensukseskan agenda

pembaharuan tersebut, maka gerakan insidad bab al-ijtihad

(penutupan pintu ijtihad) merupakan wacana utopia yang

menuntut untuk segera dipinggirkan, namun tentu

vii

Page 9: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

mekanisme kerja-kerja ijtihad baru tersebut harus tetap

dilakukan dalam koridor al-muhâfazhah „alâ qadîm al-shâlih wa-lakhdzu bi al-jadîd al-ashlah.

Reinterpretasi dan perumusan kembali pemikiran Islam

merupakan aktifitas yang tidak bisa dielakkan (inevitable),

yang dalam praktiknya memperhatikan realitas sosial,

ekonomi, politik, budaya, dan tradisi masing-masing lokalitas

umat. (Akh. Minhaji, 2004, 51). Dari sekian banyak teks

ajaran agama, baik al-Qur‟an maupun alhadis, hanya ada

sekitar 10% yang berupa diktum kulli dan qat„i yang konstan

dan immutable. Segmen ini mesti diterima apa adanya tanpa

harus adaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada di

sekitarnya. Segmen ini adalah persoalan-persoalan dasar

menyangkut sendi-sendi ajaran agama yang mempunyai

nilai-nilai strategis, seperti persoalan keimanan (pengesaan

Tuhan) dan bentuk-bentuk ibadah, seperti shalat, puasa dan

zakat. Sementara selebihnya, sekitar 90%, teks ajaran agama

berupa aturan global yang bersifat juz‟i dan zhanni. Segmen

ini mempunyai nilai taktisoperasional yang langsung

bersentuhan dengan fenomena sosial dan kemasyarakatan.

Karena wataknya yang taktis itulah maka segmen ini

menerima ekses perubahan pada tataran operasionalnya

sepanjang tetap mengacu pada pesan-pesan moral yang

terkandung dalam ajaran agama. (Abu Yasid, 2004, 2)

Di era global saat ini, Perguruan Tinggi Keagamaan

Islam (PTKI) dituntut untuk melakukan pengembangan riset

dan ilmu pengetahuan guna memainkan perannya dalam

memberikan solusi cerdas terhadap aneka problem sosial

keagaaam ummat, bangsa dan negara. Pengembangan Ilmu

viii

Page 10: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pengetahuan keislaman yang holistikintegratif-konprehensif

sangat dibutuhkan, demi lahirnya generasi intelektual Islam

handal yang mampu melahirkan pemikiran dan peradaban

gemilang.

Buku Genealogi Pemikiran Modern Islam Nusantara yang

ditulis oleh saudara Lestari dan Abdul Quddus ini

menawarkan kajian yang sangat menarik tentang peta

perkembangan pemikiran teologi Islam. Buku ini

menganalisis pemikiran tokoh-tokoh Islam diberbagai

belahan dunia yang mencoba melakukan perubahan

worldview, dengan cara dan pendekatan yang berbeda dalam

mereinterpretasi nash-nash alQur‟an-Hadis dan sumber-

sumber keilmuan Islam klasik. Ada yang mengusung jalan

pemurnian ajaran Islam dengan menghidupkan kembali Islam

ortodoks, sehingga pola keberislaman menjadi eksklusif,

taklidi, dan dogmatis. Selain itu, muncul gerakan yang

mengusung jalan pembaharuan dengan lebih memberikan

ruang bagi akal untuk melakukan ijtihad dengan mengacu

pada kondisi empiris dari perkembangan zaman. Namun

subtansi dan tujuan mereka sama, yakni rekonstruksi

peradaban Islam dengan cara menghidupkan dan

menegakkan kembali ijtihad dalam memahami ajaran Islam

Dari buku ini, kita bisa memahami dinamika pemikiran

Islam Indonesia yang ternyata sangat signifikan dalam

memainkan perannya pada perkembangan Indonesia sebagai

bangsa yang mayoritas berpenduduk Muslim. Sebagai Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Saya

mengucapkan selamat dan memberikan apresiasi yang tinggi

kepada penulisnya, semoga buku ini dapat memberikan

ix

Page 11: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

kontribusi ilmiah bagi pengembangan kualitas pemahaman

civitas akademika dan masyarakat pada umumya, serta

tentunya dapat memperkaya wawasan dan literatur ilmiah

dalam diskursus pemikiran teologi Islam.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

x

Page 12: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Daftar Isi

Pengantar Penulis ~ v

Prolog: Rektor UIN Mataram ~ vii

Daftar Isi ~ xi

Bagian 1

Pendahuluan ~ 1

Sketsa Gerakan Teologi

Pembaharuan dalam Islam ~ 1

Daftar Pustaka ~ 9

Bagian 2

Teologi Pandangan Dunia Islam

Reaktualisasi Nalar Kritis Islam ~ 12

Modernisme Barat:

Sebuah Telaah Kritis Kearah Perbandingan ~ 20

Epistemologi Barat ~ 25

Sketsa Historis Pengembangan Filsafat Islam ~ 30

Kemampuan Akal Dalam Filsafat Islam ~ 37 Akal

Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan ~ 41 Daftar

Pustaka ~ 49

xi

Page 13: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 3

Geneologi-Historis

Pemikiran Teologi Modern Indonesia ~ 54

Daftar Pustaka ~ 64

Bagian 4

Teologi Eksklusivisme Islam Tipologi

Keyakinan, Pemahaman dan Pengamalan ~ 68

Geneologi Historis

Munculnya Eksklusivisme Islam ~ 68

Faktor Lahirnya Eksklusivisme Islam ~ 70

Karakteristik Eksklusivisme Islam ~ 77

Daftar Pustaka ~ 83

Bagian 5

Teologi Revivalisme Islam

Manifestasi Gerakan Furitanisasi Aqidah,

Ibadah dan Hukum Muamalah ~ 88

Daftar Pustaka ~ 91

Bagian 6

Teologi Islam Rasional ~ 92

Islam Rasional di Indonesia ~ 92

Daftar Pustaka ~ 99

Bagian 7

Teologi Neo-Modernisme Islam ~ 101

Daftar Pustaka ~ 107

xii

Page 14: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 8

Teologi Islam Modernis ~ 109

Daftar Pustaka ~ 124

Bagian 9

Teologi Fundamentalisme-Radikalisme Islam

antara Pemurnian, Penguatan Ideologi dan Teror ~ 127

Definisi Fundamentalisme Agama ~ 129

Fundamentalsime Islam ~ 130

Radikalisme Islam ~ 135

Mengenal Islam Radikal ~ 137

Latar Belakang Munculnya Radikalisme Agama ~ 143

Karakteristik Islam Radikal ~ 145

Pemikiran dan Gerakan Radikalisme Agama ~ 148

Daftar Pustaka ~ 151

Bagian 10

Teologi Islam Liberal ~ 154

Sejarah dan Pengertian Islam Liberal ~ 157

Islam Liberal di Indonesia ~ 160 Daftar

Pustaka ~ 162

Bagian 11

Teologi Islam Spiritualis Kesatuan Teologis

Untuk Harmonis ~ 163

Sebab Kelahiran Islam Spiritualis ~ 163

Sejarah Kemunculan Tasawuf di Dunia Islam ~ 165

xiii

Page 15: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Relevansi Islam Spiritualis dengan Konteks

Modern ~ 172 Peran Tasawuf di Era

Modern ~ 172 Sebagai Landasan

Epistemologi Islam ~ 174 Pandangan

Tentang Manusia ~ 176 Pandangan

Tentang Alam ~ 181

Gerakan Spiritualis-sufistik di Indonesia ~ 188

Dafatar Pustaka ~ 192

Bagian 12

Teologi Islam Emansifatoris ~ 196

Daftar Pustaka ~ 201

Bagian 13

Teologi Islam Kultural-Transformatif ~ 202

Daftar Pustaka ~ 211

Biodata Penulis ~ 212

xiv

Page 16: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 1

PENDAHULUAN

Sketsa Gerakan Teologi Pembaharuan Dalam Islam

bad modern merupakan abad kelam bagi umat Islam. AHal ini berbeda

dengan masyarakat Barat yang mengalami kemajuan dalam berbagai aspek. Sadar akan kondisi keterbelakangan ini, maka di berbagai tempat,

di dunia Islam, muncul tokoh-tokoh yang mencoba

melakukan perubahan dengan cara dan jalan yang berbeda-

beda. Namun subtansi dan tujuan mereka sama, yakni

rekonstruksi peradaban Islam dengan cara menghidupkan

dan menegakkan kembali ijtihad dalam memahami ajaran

Islam. Tulisan ini tidak akan mengkaji semua tokoh

pembaharuan Islam secara detail, namun hanya sebagian saja.

Inti dari pemikiran pembaharuan atau modernime Islam yang

diusung oleh tokoh-tokoh tersebut adalah, menawarkan cara

1

Page 17: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

baru dalam membaca atu menafsisr nash-nash al-Qur‟an dan

Hadis, serta sumber-sumber keilmuan Islam klasik, atau

paling tidak melakukan reinterpretasi dengan menggunakan

mekanisme atau metode ilmu-ilmu sosial modern yang

berkembang, serta melihat realitas sosial yang sedang

dihadapi.

Al-Quran harus dihadapkan dengan realitas empiris yang

sedang dihapai. Abduh misalanya, yang dalam pandangan

John L. Esposito mimiliki pijakan utama mengenai

keselarasan antara Islam dan akal yang saling sinergis, tidak

ada kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan Islam. Abduh

berpendapat, bahwa kemunduran umat Islam saat berhadapan

dengan modernisasi adalah karena aqidah dan praktek agama

yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti pemujaan,

syafaat dan kekeramatan para wali, pembekuan nalar,

kreativitas dan dinamisme akibat kepasifan dan fatalisme sufi

maupun karena skolastisisme kaku ulama tradisional yang

melarang ijtihad. Abduh optimis bahwa transformasi

masyarakat tergantung pada reinterpretasi Islam dan

aktualisasinya melalui pendidikan dan reformasi sosial. Untuk

itu, Abduh melakukan pembedahan intisari ajaran Islam

dengan melakukan klasifikasi ajaran yang mutlak dan ajaran

yang berubah.1

Menurut Abduh, ijtihad harus terus dilaksanakan, ijtihad ini

harus lansung ke pada al-Qur‟an dan hadits yang menjadi

sumber ajaran Islam. Mengkaji kembali ayat al-Qur‟an yang

1John L. Esposito, Islam Warna Warni: Ragam Ekspresi Menuju ‚Jalan Lurus‛ (al-Shirat al-Mustaqim), terj. Arif Maftuhin, (Jakarta: Paramadina, 2004), cet. I., h. 162-163.

2

Page 18: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

bersifat umum dan yang terkait dengan aspek muamalah,

terutama hukum kemasayarakatan agar sesuai dengan

tuntutan zaman. Sedangkan masalah ibadah tidak perlu

ditafsirkan kembali. Taklid pada ulama, menurut Abduh tidak

dibenarkan dalam Islam, karena akan menjadi penyebab dan

sumber kemunduran serta kebodohan. Taklid membelenggu

nalar dan kreativitas ummat. Islam menempatkan akal dalam

posisi yang penting dan sentral, Islam adalah agama yang

rasional, dengan demikian wahyu tidak akan mungkin

bersebrangan dengan akal, kalaupun ada, maka harus dicari

jalan penyelesaiannya. Manusia dilihat sebagai mahluk yang

memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berbuat, namun

bukan berarti manusia harus melupakan eksistensi Tuhan

sebagai yang lebih tinggi dari dirinya.2

Muhammed Arkoun dengan teori Rethinking atau islhlâhî.

Arkoun melihat bahwa pemikiran Islam yang berkembang selama

ini bersifat tertutup dan cenderung dogmatis (pembekuan nalar)

umat Islam, yang berdampak apada munculnya kompleksitas

masalah yang tidak dipikirkan atau yang belum dipikirkan. Arkoun

kemudian menawarkan ide tentang pembedaan antara ide “tradisi ideal” sebagai hasil dari misi al-Qur‟an di Makkah dan Madinah,

dengan tradisi yang datang setelah masa awal tersebut, yang

merupakan implikasi dari pembacaan atau pengulangan tradisi

ideal awal tersebut. Rethingking atau pembacaan kembali “tradisi ideal” dalam Islam tersebut, Arkaun menggunakan tiga

pendekatan,

2Pembahasan lebih lengkap tentang kebebasan kehendak dan perbuatan manusia dalam pandangan Abduh, baca, Muhammad Abduh, Risalah Tuhid, terj. (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), cet. I.,

3

Page 19: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

yakni semiotika, pendekatan sejarah dan sosiologi serta

pendekatan teologis.3

Arkoun melihat terdapat penyakit yang disebut dengan

logosentrisme dalam pemikiran Islam, yang memiliki

beberapa ciri, yakni; Pertama, bersifat dogmatis dan terkait

dengan kebenaran teologis. Kedua akal yang berfungsi untuk

menganalisis secara kritis telah dibatasi wilayah cakupannya

pada metafisika, teologi, moral dan hukum. Ketiga dalam

berpikir, akal hanya terpokus pada rumusan umum yang

menggunakan metode analogi, implikasi dan oposisi. Keempat

bersifat apologis terhadap penafsiran yang sudah ada. Kelima,

pemikiran Islam tidak melihat pada proses sejarah, budaya,

sosial dan etnik, sehingga cendrung menjadi kebenaran

obsolut yang harus diikuti secara menyeluruh dan

menekankan taklid. Keenam Pemikiran Islam bersifat lahiriah

atau tekstual yang diproyeksikan dengan bahasa yang

terbatas dan cendrung mengaulang apa yang sudah ada,

sedangkan pengetahuan batin yang melampaui logosentrime

diabaikan.4

Logosentrisme atau nalar Islam yang dimaksudkan

tersebut adalah nalar ortodoksi, epistemologis, skolastik atau

pemikiran Islam klasik. Menurutnya bangunan keilmuan

3Untuk lebih jelasnya mengenai pemikiran Arkoun, baca,

Muhammed Arkoun, ‚ Rethinking Islam‛ dalam Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Isu-isu Global, editor, Charles Kurzman, terj. Bahrul Ulum Heri Junaidi, (Jakarta: Paramadina, 2003), cet. II., h. 334-364.

4Sebagaimana yang dikutif dalam, Suadi Putro, Mohammed Arkoun Tentang Islam Modernitas, (Jakarta: Paramadina, 1998), cet. I., h. 38.

4

Page 20: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islam seperti fiqh, kalam, filsafat, tafsir dan tasawuf tidak

mengalami perubahan dari awal keberadaanya sampai

sekarang, padahal umat Islam sedang berhadapan dengan

dunia yang terus mengalami perkembangan, baik dari aspek

kualitas maupun kuantitas, intesitas maupun ekstensitasnya.

Itulah sebabnya Arkoun menawarkan pembaruan dalam

bidang keilmuan Islam tersebut atau wacana keagamaan

Islam pada tataran yang qorani, yang lebih mendasar,

mendalam dan subtansial, yakni sebuah wacana yang memuat

nilai-nilai normativitas, spiritualitas dan fungsional.5

Arkoun menawarkan untuk mengkaji Islam dan

kebudayaan peradaban Islam dengan menggunakan metode

ilmu sosial, seperti ilmu sejarah, antroplogi, sosiologi dan

bahasa (semantik).6 Menurut M. Amin Abdullah, pusat

pemikiran Arkoun terletak pada kritik epistemologis pada

konstruk keilmuan ilmu-ilmu agama secara keseluruhan.

Struktur dan bangunan keilmuan Islam dilihat sebagai

produk sejarah pemikiran keagamaan biasa yang berlaku

hanya pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini Arkoun

bukannya mengingkari nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat

transenden, namun saat bersentuhan dengan kehidupan

manusia maka hal itu sudah diwarnai oleh kehidupan sosial

empirik.7

5Amin Abdullah, ‚Arkoun dan Kritik Nalar Islam‛, dalam,

Tradisi, Kemoderenan, dan Metamodernisme, (Yogyakarta: LkiS, 1996), h. 5-17.

6Amin Abdullah, ‚Arkoun dan Kritik Nalar Islam‛, dalam, Tradisi, Kemoderenan, dan Metamodernisme, h. 1-21.

7Amin Abdullah, ‚Arkoun dan Kritik Nalar Islam‛, dalam, Tradisi, Kemoderenan, dan Metamodernisme, h. 5. Mengenai

5

Page 21: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Fazlurrahman dengan ide pembedaan yang jelas antara

Islam normatif dengan Islam historis, mengkaji sebab-sebab

atau kondisi sosial historis yang melatar belakangi

diturunkannya suatu ayat, untuk selanjutnya dipetakan

dengan konteks sekarang.8 Menurut Rahman pemikiran

Islam saat ini merupakan pemikiran yang tidak berakar pada

sejara dan tidak relevan dengan kondisi masyarakat. Ia

melihat bahwa pemikiran yang lepas dari akar historisnya

pada masa Islam klasik dinilai sebagai pemikiran yang tidak

outentik, sehingga tidak bisa mengembangkan dinamika dan

tidak mampu bertahan karena tidak memiliki kemapanan.9

Pendidikan Islam juga harus dirubah yakni dengan

menerima pendidikan sekuler modern Barat, namun harus

terlebih dahulu diklasifikasikan dan dimasukkan unsur -unsur

ajaran Islam. Hal ini memiliki dua fungsi, yakni: 1)

membentuk kepribadian generasi Islam dengan nilai Isl. 2)

memungkinkan para ahli untuk memahami spesipikasi

masing-masing dengan nilai-nilai Islam.10

pembahasan pemikiran Arkoun baca, Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis Arkoun, terj. Ahmad Baequni, (Bandung: Mizan, 2000), cet. I., h. 165-195.

8Untuk lebih jelasnya, baca, Fazlur Rahman, ‚Islam dan Modernitas‛ dalam, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, editor, Charles Kurzman, h. 520-550.

9Nurcholis Madjid, ‚Fazlur Rahman dan Rekonstruksi Etika Al-qur’an‛, dalam, Jurnal Islamika, No. 2,1993, h. 24.

10Untuk lebih jelasnya, baca, Islam & Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago & London: the University of Chicago Press, 1982), cet. I.

6

Page 22: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Hassan Hanafi dengan ide At-turâts wa at-Tajdîd (Tradisi

dan pembaruan) yang terdiri dari tiga agenda, yakni, pertama

menekankan cara pandang atau sikap terhadap tradisi lama,

kedua sikap terhadap tradisi Barat, dan ketiga adalah sikap

terhadap realitas (teori interpretasi),11 Di samping itu Hanafi

juga terkenal dengan teologi pembebasan, seperti dalam

karyanya yang berjudul Al-Yasâr al-Islâmî,12 di samping itu

Hanafi juga menawarkan Hermenutika al-Qur‟an yang

bercorak sosial dan eksistensial, yang dipandang solusif bagi

permasalah umat Islam dewasa ini yang masih berada dalam

hegemoni dogmatisme, ketertindasan dan keterbelakangan.13

11Untuk lebih jelasnya, baca, Hassan Hanafi, Oksidentalisme: Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, Terj., M. Najib Buchori, (Jakarta: Pramadina, 2000), cet. I. baca juga Hassan Hanafi, Dari Aqidah ke Revolusi: Sikap Kita Terhadap Tradisi Lama, terj. Asep Usman Islmail, Suadi Putro, Adul Rouf, (Jakarta: Paramadina, 2003), cet. I.

12Untuk lebih jelasnya mengenai ide ‚Islam Kiri‛ Hasan Hanafi ini, baca, Kazuo Shimogaki, Kiri Islam: Antara Modernisme dan Posmodernisme; Telaah Kritis Pemikiran Hasan Hanafi, terj., M. Imam Azis & M. Jadul Maulana, (Yogyakarta: LKiS, 2000), cet. IV.

13Bagi Hanafi konstruksi metode tafsir al-Qur’an sangat

urgen dan signifikan untuk mewadahi gagasan pembebasan dalam Islam. Tafsisr ini nantinya berguna untuk menjembatani perlawanan atau pembebasan umat Islam dari

ketertindasan dari luar maupun dari dalam oleh umat Islam sendiri yang otoritarian. Tafsir revolusioner Hanafi ini

merupakan anasir dari metode -metide sosial dan klaisk Islam yang diintegrasikan menjadi satu, seperti

Hermeneutik, fenomenologi, dan marxisme. Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembebasan: Metodologi Tafsir al-Qur’an

Menurut Hassan Hanafi, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 8-9.

7

Page 23: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Sementara itu Nasr Hamid Abu Zaid menawarkan konsep

perlunya mengkaji kembali hubungan antara teks al-Qur‟an

dengan para pembacanya (terutama tafsir yang telah berubah

menjadi teks kedua setelah al-Qur‟an), terutama terhadapa

ulumul Qur‟an. Ia melihat bahwa tafsir yang ada selama ini cendrung melihat teks sebagai subyek, bukan sebagai

obyek sebagaimana dalam ta‟wil. Akibatnya adalah tafsir

terhadap al-Qur‟an menjadi tertutup untuk orang banyak dan hanya orang-orang tertentu yang berhak menafsirnya.14

Adonis15 melihat terdapat dua corak kebudayaan

pemikiran Arab-Islam dari awal sampai abad modern, yakni

yang imitatif atau mengikuti secara total apa yang sudah ada

sehingga menginginkan ortodoksi total (mempertahankan

kemapanan) dan kelompok yang kreatif atau menginginkan

perubahan dalam semua aspek keilmuan, baik teologi, hukum,

politik, budaya, dan bahasa sastra-puisi. Menurut Adonis

kebudayaan peradaban Arab-Islam bukan hasil dari aktivitas

intelektual dengan gerak realitas, melainkan hasil dari keyakinan yang bersumber pada wahyu dan syari‟at. Itulah sebabnya aktualisasinya tidak bersifat eksperimental, analitis -

14Untuk lebih jelas, baca, Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum

an-Nash Dirasah fi ‘Ulūm al-Qur’ân, terj., Khoiran Nahdiyyin, Tekstualitas Al-Qur’an: Kriti terhadap Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: LKiS, 2005), cet. IV.

15Adonis bukanlah nama asli, melainkan nama pemberian

dari tokoh dan pendiri Partai Nasional Syiria tahun 1940, yakni Anton Sa’adah. Adapun nama Asli Adonis adalah Ali Ahmad Said. Adonis, Atstsabit wa al-Mutahwwil: Bahts fî al-Ibdâ΄ wa al-Itbâ’ ‘inda al-’Arab, Adonis, jilid II, diterjemahkan oleh Khairon Nahdiyyin, menjadi, ‚Arkeologi Sejarah-Pemikiran-Arab-Islam,‛ (Yogyakarta: LKis, 2007), cet. I., h. xiv.

8

Page 24: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

krtitis, melainkan bersifat penegasan dan pemapanan

terhadap apa yang diwahyukan.16

Mengenai pembacan atau penafsiran terhadap teks dalam

konteks pemikiran Arab-Islam, menurut Adonis memiliki dua

corak: Pertama kelompok yang memahami teks dan

difungsikan sebagai media perjuangan dan pembebasan.

Kedua kelompok yang membaca teks dasar agama secara

literalis. Menafsir dan memahami masa sekarang dan masa

yang akan datang dengan cakrawala literalitas, serta

membangun sistem, nilai dan budaya berdasarkan semangat

literalitas. Namun pembacaan yang dominan terhadap teks

agama adalah sebagai pembacaan ideologis, pembacaan teks

menjadi medan pertentangan dan pertarungan atau

mengubah teks menjadi teks politis.17

Selain tokoh-tokoh tersebut masih terdapat tokoh lain

yang tergerak untuk melakukan perubahan cara pandang

terhadap ajaran Islam. Namun kehadiran tokoh-tokoh di atas

dirasa cukup representative untk melihat kondisi ummat

Islam di era modern saat ini.

Daftar Pustaka

Abdullah, Amin, 1996. ‚Arkoun dan Kritik Nalar Islam‛, dalam, Tradisi, Kemoderenan, dan

Metamodernisme, Yogyakarta: LkiS.

16Adonis, Atstsabit wa al-Mutahwwil: Bahts fî al-Ibdâ΄

wa al-Itbâ’ ‘inda al-’Arab, h. xIviii-xIix. 17 Adonis, Atstsabit wa al-Mutahwwil: Bahts fi al-Ibda

wa al-Itba ‘inda al-Arab, h. xIv-Ii.

9

Page 25: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Abduh, Muhammad, 1989. Risalah Tuhid, terj.

Jakarta: Bulan Bintang, cet. I.

Adonis, 2007. Atstsabit wa al-Mutahwwil: Bahts fî

al-Ibdâ΄ wa al-Itbâ’ ‘inda al-’Arab, terj.,

Khairon Nahdiyyin, Yogyakarta: LKis, cet. I.

Arkoun, Muhammed, 2003. ‚ Rethinking Islam‛ dalam

Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam

Kontemporer Tentang Isu-isu Global, editor,

Charles Kurzman, terj. Bahrul Ulum Heri

Junaidi, Jakarta: Paramadina,cet. II. B. Saenong, B., Ilham, 2002. Hermeneutika

Pembebasan: Metodologi Tafsir al-Qur’an

Menurut Hassan Hanafi, Jakarta: Teraju.

Hanafi, Hassan, 2000. Oksidentalisme: Sikap Kita

Terhadap Tradisi Barat, Terj., M. Najib

Buchori, Jakarta: Pramadina, cet. I.

Hanafi, Hassan, 2003. Dari Aqidah ke Revolusi: Sikap

Kita Terhadap Tradisi Lama, terj. Asep Usman

Islmail, Suadi Putro, Adul Rouf, Jakarta:

Paramadina, cet. I.

Lee, D, Robert, 2000. Mencari Islam Autentik: Dari

Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, terj. Ahmad Baequni, Bandung: Mizan,

cet. I.

L, John, J, Esposito, 2004. Islam Warna Warni:

Ragam Ekspresi Menuju ‚Jalan Lurus‛ (al-Shirat

al-Mustaqim), terj. Arif Maftuhin, Jakarta:

Paramadina, cet. I.

10

Page 26: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Madjid, Nurcholis, 1993. ‚Fazlur Rahman dan

Rekonstruksi Etika Al-qur’an‛, dalam, Jurnal

Islamika, No. 2.

Nasution, Harun, 1991. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Putro, Suadi, 1998. Mohammed Arkoun Tentang Islam Modernitas, Jakarta: Paramadina, cet. I.

Shimogaki, Kazuo, 2000. Kiri Islam: Antara

Modernisme dan Posmodernisme; Telaah Kritis

Pemikiran Hasan Hanafi, terj., M. Imam Azis

& M. Jadul Maulana, Yogyakarta: LKiS, cet. IV.

Zaid, Abu, Hamid, Nasr, 2005. Mafhum an-Nash

Dirasah fi ‘Ulūm al-Qur’ân, terj., Khoiran

Nahdiyyin, Tekstualitas Al-Qur’an: Kriti

terhadap Ulumul Qur’an, Yogyakarta: LKiS,

cet. IV.

11

Page 27: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 2

TEOLOGI PANDANGAN

DUNIA ISLAM

REAKTUALISASI NALAR KRITIS ISLAM

etelah kita kaji mengenai hajatan luhur para pemikir SIslam modern di

atas, maka bagian ini kita akan melihat sebuah khazanah keilmuan Islam yang masih layak untuk ditawarkan sebagai alat untuk

mengkonstruk

dunia yang lebih progres. Cara atau mekanisme dalam

mempersepsi dunia (world view) berpengaruh besar terhadap

tindakan manusia dalam kehidupannya. Atau dengan kata

lain, gambaran atau citraan manusia tentang dunia menuntun

tindakan, kepercayaan, dan arah. Jadi permasalahan tata cara

atau mekanisme dalam hidup berkaitan dengan bagaimana

cara memandang dunia. Sehingga pembahasan tentang

12

Page 28: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pandangan dunia pada dasarnya mengarah pada pengkajian

tentang manusia itu sendiri, baik manusia dalam konteks

keagamaan, kultur atau bahkan Negara Bangsa. Terkait

dengan ini, di era modern ini terdapat dua cara pandang,

yakni cara pandang teosentris atau religius1 dan

antruposentris-sekuleris.2 Cara pandang seseorang tentang

pengetahuan dan dunia inilah dalam pandangan Thomas

Kuhn diistilahkan sebagai paradigma.3

Agama dalam konteks ini merupakan salah satu sumber

dari pandangan dunia manusia. Hal ini disebabkan karena

agama hadir dengan visi dan misi yang cukup humanis,

memberikan acuan atau tuntunan doktrinal bagi manusia

untuk mencapai kemajuan. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Godfrey Gunnatilleke dalam bukunya, Religion and

Development in Asian Societies:.......sepanjang sejarah, agama telah

menjadi kekuatan yang paling berarti dalam perubhan dan

transformasi Eropa, reformasi proterstan dengan kehancuran

fiodalisme, Budhisme yang telah memberikan ajaran etika

humanisme, awal pertumbuhan Islam dengan menyatukan bangsa-

bangsa Arab, kita melihat gerakan agama telah memberikan

1 Pandangan dunia yang menitik beratkan segala sesuatu

pada Tuhan. Ini adalah cara pandang dunia Islam.

2 Cara pandang dunia yang menitik beratkan segala sesuatu pada manusia dan orientasi segalanya pada alam empirik. Ini adalah pandangan dunia modern Barat.

3Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions : Peran Paradigma Dalam revolusi Sains, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 46.

13

Page 29: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

bentuk idiologi kepada sebagian besar kekuatan sosial

menyelenggarakan perubahan hidup dan masyarakat.4

Joachim Wach juga melihat agama sebagai yang memiliki

tiga bentuk dalam pengungkapan nilai universalnya, yakni,

belief sistem (sistem kepercayaan), sistem of worshif (ssistem

penyembahan), sistem of social relation (sistem hubungan

masyarakat).5 Sedangkan dalam tataran nilai religiusitas,

agama memiliki lima dimensi, yaitu, dimensi belief (ideologi),

dimensi practice (praktek agama), dimensi feeling

(pengalaman), dimensi knowledge (pengetahuan), dimensi effect

(konsekwensi).6

Islam sebagai agama, jika dilihat dari doktrin-doktrinnya

dalam al-Qur‟an dan al-Hadits sangat menentang sikap

yang mengarah pada pola hidup yang jauh dari kemajuan dan

produktivitas umatnya, seperti sikap apatis, statis,

individialistik, otoriter, radikal dan eksklusif.7 Islam juga

tidak membenarkan sikap yang mengarah pada bentuk

melemahkan diri pada selain Tuhan, seperti kultus, fanatik,

atau bahkan pada sesutau yang dianggap keramat, dan lain

sebagainya.8

4 Sebagaimana yang dikutif dalam, Fachry Ali, Agama,

Islam dan Pembangunan, (Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 20.

5Joachim Wach, Sociology of Religion, (The university of Chicago Press, 1948), h. 37.

6Roland Robertson, ed., Agama Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, terj., Achmad Fedyani Saifuddin, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), h. 295-297.

7Safruddin Bahar, The Religous of Man, (New York; Hargestown San Francsco, 985), h. 29.

8Itulah sebabnya disamping manusia menerima agama dengan emosionalitas dan semangat yang tinggi, namun juga harus di

14

Page 30: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Penentangan akan sikap yang demikian bisa dilihat dari

anjuran Islam untuk menjadi kritis dan berdaya intlektual

holistik. Wahyu pertama berisi perintah iqra‟ ‟“membaca” dengan menyebut nama Tuhanmu, dari sini akan terjadi

proses Aqalā, yang menuntut untuk mengerti apa yang

dibaca, baik teks maupun alam. Nazharā, setelah proses

membaca maka dilanjutkan dengan proses merenungkan atau

proses menalar untuk menemukan sebuah pemahaman dan

kesimpulan. Tadabbarā, juga demikian, menganjurkanuntuk

merenungkan apa yang dibaca. Tafakkarā, memikirkan apa

yang dibaca. Faqihā, faham akan apa yang telah dibaca.

Tazakkarā, mengingat atau mendapat pelajaran dari apa yang

dibaca. Fahimā, ini juga sama. Ulu al-Bab, Ulu al-Abshar, al-

´Ilm.

Namun semua nilai-nilai universal yang ada dalam Islam

tersebut, tidak akan bermakna dan berfungsi dalam

kehidupan manusia, jika pemeluknya tidak memiliki

pemikiran dan intlektualitas yang maju. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Ali Shariati9 bahwa suatu agama akan menjadi

penting dan bermamfaat bukan karena agama itu sendiri,

sertai dengan akal agar agama tidak dianut secara asal-asalan, bersifat taklid buta (menerima begitu saja ajaran agama tampa mengetahuai alasan dan maksud yang jelas). Disinilah terlihat akal menjadi sebuah acuan untuk memberi pertimbangan, mengkaji, mendukung dan mengabsahkan apa yang dihayati secara emosional. Azyumardi Azra, ‚Intraksi Agama dan Kebudayaan‛ dalam pengantar, Fachry Ali, Agama, Islam, dan Pembangunan, h. ii.

9Ali Syari’ati, Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, terj., M. S. Nasrulloh dan Afip Muhammad, (Bandung: Mizan, 1995), h. xiii.

15

Page 31: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

melainkan tergantung pada kualitas pikiran dan intlektualitas

para pemeluknya, jika pemeluknya berfikiran dangkal dan

tekstual-skripturalais maka agama tersebut akan menjadi

sempit dan tidak bernilai universal, melainkan akan menjadi

agama yang kering nilai, dan pemeluknya akan menjadi

dogmatis, konserpatif, eksklusif, fundamentalis-radikal dan

militan, namun jika pemeluknya kritis dan berwawasan luas,

maka agama akan menjadi lebih bernilai universal dan

responsif terhadap perkembangan zaman.10

Namun apa yang ditemukan saat ini adalah Islam yang

diwujudkan dalam bentuk slogan-slogan dan simbol-

sombol.11 Umat Islam terpenjara dalam hegemoni aliran-

aliran sempit dan eksklusif. Hal ini menjadi pertanyaan besar

yang harus diselami. Marcel A. Boisard menggambarkan

dengan radikal kondisi umat Islam di era modern ini, bahwa

kondisi umat Islam sangat terbelakang, gerakan refitalisasi

dan refungsionalisasi nilai-nilai tradisional lebih diutamakan

dari pada melakukan riset-riset ilmiah yang berbasis saintifik

yang mengarah pada terciptanya teknologi. Para ulama dan

imam terjebak pada upaya mempertahankan ortodoksi sempit

dengan alasan demi menjaga orisinalitas dan autentisitas

dokrin dan nilai-nilai Islam, namun dengan cara

pengekangan terahadap kreatifitas berfikir rasional, dan hasil

dari jihad ortodoksi tersebut adalah kegagalan membawa dan

menampilkan Islam yang mampu menjawab dan merespons

tuntutan profanitas zaman yang terus berubaha dan

10 Ali Shariati, Tugas Cendikiawan Muslim, terj., M. Amin Rais, (Jakarta: PT GrafindoPersada, 1996), h. 103.

11 Umat Islam menjadi umat yang sloganistik dan simbolistik.

16

Page 32: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

berkembang, dan umat Islam sendiri kemudian gagal menjadi

umat yang maju, melainkan menjadi umat yang reseptif dan

konsumeristis terhadap apa yang dihadirkan oleh pemikiran

intlektual, budaya sekular dan ideologi sosial modern, serta

sains dan teknologi Barat.12

Senada dengan Marcel A. Boisard, Muhammad Al-

Fayyadl juga melihat umat Islam saat ini mengalami

kemunduran dalam segala aspek, terutama dalam masalah

sosial politik, pendidikan, ekonomi, budaya, sains, teknologi,

dan pemikiran. Justru yang terlihat adalah, sikapnya yang

ekslusif, dogmatis, paternalistik, konserpatif, radikal, budaya

oligarki yang diabadikan, pemimpin yang dianggap maksum,

pemerintahan yang non demokratis, deskriminatif terhadap

kaum wanita, feodalisme, persetruan antar beda mazhab dan

aliran, penantian tampa henti pada sang pemimpin gaib,

lahirnya sikap patalistik dari pemahaman Tasawuf dan

Kalam. Muhammad Al-Fayyadl, melihat bahwa penyebab

dari semua itu adalah hilangnya tradisi ijtihad, semua

permasalahan dianggap sudah terjawab oleh ulama-ulama

terdahulu sehinga generasi sekarang tidak perlu berijtihad

kembali dan cukup dengan mengutif apa yang sudah

ditetapkan ulama terdahulunya.13

Dengan sikap yang eksklusif, taklid dan dogmatis ini,

doktrin normatif Islam yang subtantif dan pengalaman

12Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, terj., H. M.

Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 310.

13Muhammad Al-Fayyadl, ‚Menjemput Islam Masa Depan‛ dalam pengantar, Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan, terj., R. Cecep Lukman Yasin dan Helmi Mustafa, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005), h. 6-7.

17

Page 33: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

kebudayaan Islam sendiri dalam bentuk khazanah-khazanah

intlektual tidak difahami dan dimaknai secara autentik dan

kontekstual, sehingga umat Islam gagal merespon perubahan

zaman yang bersifat profan ini. Sikap yang demikian juga

berdampak pada krisis epistemologis di dunia Islam.Upaya

kearah gerakan reformasi dan rekonstruksi paradigma

pemikiran Islam agar lebih progresif dan kontekstual oleh

tokoh-tokoh pembaharu dan modernis Islam, ditentang oleh

kaum ortodoks-salafi Islam. Maka abad modern Islam selain

diwarnai dengan kemunduran di sisi lain diwarnai juga

dengan pertikaian antara kelompok ortodoks-salafi yang

konserpatif dan kaum modernis-reformis (pertikain antara

yang memakai metode Tuhan dan metode manusia) atau

dengan kata lain antar kelompok yang menggunakan metode

Barat-sekuler dengan kelompok yang menerapkan metode

Islam klasik-tradisional. Worldview Islampun (pandangan

dunia Islam) menjadi sempit.

Sadar akan nilai universal agama tersebut, maka dalam

pandangan dunia religius, terdapat dua kelompok yang

berseteru, yakni, pandangan religius yang ekstrims dan

pandangan religius yang humanis. Pandangan dunia religius

yang ekstrim bersifat metafisis dan eskatologis sehingga

cenderung menafikan potensi dan peran manusia sebagai

mahluk potensial dalam mengaktualisasikan dirinya, sebagai

mahluk yang memiliki indra, hati, pikiran, dan kehendak

bebas, manusia dilihat sebagai mahluk yang tidak berdaya,

lemah, semua dikemabalikan pada Tuhan. Dasar pandangan

hidup religius yang ekstrim adalah bersifat mitos atau

tahayul masa lampau dan tidak melihat peran atau pengaruh

ilmu pengetahuan modern. Pada hakekatnya pandangan

18

Page 34: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

religius yang ekstrim bermuara pada sikap otoriter, dekaden,

dehumanisasi, eksklusif, dogmatis, konserpatif, radikial-

militan. Sedangkan pandangan hidupa religius yang humanis

lebih melihat pada pengangkatan citra, harkat dan fungsi

manusia di bumi sebagai mahluk yang memaenkan peran

signifikan sebagai realisasi rencana penciptaan, mansuia

berfungsi sebagai khalifah.

Di era ketertinggalan, atau era eksklusif, taklid dan

dogmatis umat Islam saat ini, dibutuhkan suatu pandangan

dunia yang lebih rasional dan empirik. Tapi bukan

rasionalisme dan empirisme. Melainkan suatu pandangan

dunia yang menitik beratkan pada kemajuan sains dan

teknologi, namun tetap dalam paradigma teosentrisnya,

tauhid sebagai fondasi dan tujuan ahir. Sebab jika kita

menengok ke belakang, yakni abat klasik, maka kita akan

menemukan bagaaimana umat Islam mampu merajut

peradaban besar yang menginspirasi peradaban dunia, bahkan

Barat saat ini.

Dalam kondisi eksklusivisme yang demikian, salah satu

dari khazanah intlektual Islam yang bisa diandalkan saat ini

adalah, melanjutkan dan mengembangkan nalar kritis filsafat

Islam abad klasik. Reaktualisasi nalar kritis filsafat Islam ini

bukan berarti kembali ke masa lalu, melainkan meniru pola

kritis dengan mengarah pada kondisi yang dihadapi saat ini.

Dalam filsafat Islam ditemukan objek kajian yang bersifat

rasional, empiris dan metafisis. Ketiga komponen ini

mewakili pandangan dunia Islam untuk era krisis ini.

19

Page 35: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Modernisme Barat:

Sebuah Telaah Kritis Kearah Perbandingan

Abad modern dalam pandangan Seyyed Hussein Nasr

adalah abad dimana manusia kehilangan visi Ilahiahnya

sehingga menderita penyaakit kehampaan spiritual. Sebuah

kemajuan yang diharapkan dari Ilmu pengetahuan, teknologi

dan filsafat rasionalisme hanya mampu memberikan kepuasan

material-fisikal, tapi tidak mampu memberikan nilai spiritual

transendental yang hanya bisa didapat dengan jalan

kepatuhan kepada Tuhan.14 Senada dengan Nasr, Nurcholis

Madjid mengatakan bahwa abad modern sebagai abad

teknokalis telah mengabaikan harkat kemanusiaan yang

paling mendasar dari manusia, yakni nilai rohani.15

Berbicara tentang abad modern di Barat, maka hal

penting yang dibicarakan sebagai indikator atau ciri

dominannya adalah, pertama lahirnya semangat humanisme- antroposentrisme. Kedua lahirnya sains dan teknologi modern

sekuler dan positivistik.

Pertama, ideologi humansime-antroposentrisme.

Pandangan ini merupakan ajaran tentang indevendensi dan

liberitas manusia atas dirinya dan segala sesuatu di alam.

Disinilah lahir filosof dan ilmuan yang cendrung melahirkan

ide-ide yang rasionlaistis dan empirik. Dengan semangat

indevendensi ini banyak dari tokoh-tokoh ilmuan tersebut

tidak percaya pada Tuhan (atheis), seperti Darwin, Laplace,

14Seyyed Hussein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj.

Abdul Hadi W.M., (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 198. 15Nurcholis Madjid, Warisan Intlektual Islam; Khazanah

Intlektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 79.

20

Page 36: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Freud, dan lain sebagainya.16 Manusia tidak lagi menganggap

dirinya sebagai peziarah di dunia, melainkan sebagai pencipta

dan penguasa alam. Kebebasan menjadi segala-galanya.17

Kedua, Abad modern dipenuhi oleh ilmuan dari berbagai

disiplin ilmu. Di abad ini, ilmu telah mengalami sekularisasi

(penghilangan segala unsur spiritual dari objek -objek ilmu).18

Terjadinya sekularisasi ilmu di Barat didorong oleh

pandangan ideologis bangsa Eropa yang bersipat rasional

dan sekuler serta tidak mempercayai hal-hal yang bersifat

metafisis-spiritual.19 Dengan demikian Sains modern Barat

secara objek kajian hanya fokus pada objek material-empirik,

dengan alasan bahwa objek fisik memiliki status ontologism

yang jelas.20 Tujuan dari sains tersebut adalah untuk

16Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu: Panorama

Filsafat Islam, h. 88.

17 Dalam pandangan Nasr, dengan lahirnya konsep manusia

yang demikian, akan berdampak pada sikap arogan dan eksploitatif terhadap alam, alam dilhat sebagai b enda mati, sebagai sumber pemenuhan material manusia semata, tampa ada unsur spiritualitas di dalamnya, alam diperlakukan sebagai pelacur yang tampa tanggung jawab atasnya, akhirnya alam didominasi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan material. Seyyed Hussein Nasr, Man And Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, (Geoge Allen & Unwin, Ltd. London, 1976), h. 18.

18Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam, (Bandung: Mizan, 2003), h. 121.

19Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam, h. 86.

20Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam , h. 1-7.

21

Page 37: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

memahami alam dan selanjutnya menguasai alam bagi

kemudahan dan kesejahtraan hidup manusia.21 Sains modern

Barat dikonstruksi berdasarkan semangat humanisitik -

antroposentris, pengetahuan yang sistematis tentang alam

dan dunia fisik yang indrawi. Ahirnya seperti yang dikatakan

Nasr, sains menjadi raja dan tolak ukur nilai-nilai

kemanusiaan dan kebenaran.22

Untuk mewujudkan sains alam modern tersebut, tugas

utama dari ilmuan adalah melakukan nihilisasi subtansi

kosmos dari karakteristik sakralnya, agar menjadi profan,

maka terjadilah sekularisasi alam oleh sains empirik--

materialis-sekuler tersebut, selanjutnya terjadi proses reduksi

terhadap kosmologi menjadi sains-sain partikuler tentang

subtansi materi, dengan demikian dalam pandangan yang

lebih umum, sains berkecendrungan mereduksi yang tinggi

ke yang rendah,23 yang sakral menjadi profan, dan lain

sebagainya. Semua itu dilihat Nasr sebagai implikasi

dihilangkannya fungsi signifikan dari metafisika,24 metafisika

21Armahedi Mahzar, Revolusi Integralisme Islam: Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam, (bandung Mizan, 2004), h. 221-222.

22Seyyed Hussein Nasr, Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, (Geoge Allen & Unwin, Ltd. London, 1976), h. 28.

23Seyyed Hussein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam: Jembatan Filosfis dan Religius Menuju Puncak Spiritual , h. 32-34.

24Metafisika (ilm I-ilahiyyat) ilmu yang mempelajari

tentang wujud sebagaimana adanya. Metafisika mengajarkan tentang masalah hukum yang menyangkut hal-hal jasmani dan spiritual, seperti quiditas-quiditas, kesatuan, pluralitas, keharusan, kemungkinan. Setelah itu membahas tentang awal

22

Page 38: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

direduksi menjadi filsafat yang rasionalaistik, dan hanya

menjadi tambahan bagi sains alam dan matematis.25 Paling

tidak ini terlihat dari upaya konstruksi metode atau

epistemologi sains Barat yang dibangun pada abad ke-15 oleh

Francis Bacon dan Rene Descartes, metode ilmiah atau

epistemologi Barat telah mengalami proses empirisis, dan

pada masa kontemporer mencapai puncaknya pada

positivistik logis. Dengan demikian, sarjana Barat telah

berhasil membuang wahyu sebagai sumber pengetahuan, dan

mereduksi wahyu pada tataran hayalan dan dongeng, paling

tidak ini terlihat jelas pada tiga abad terahir.26

Kemajuan peradaban duniawi-empirik-pragmatis-

materialis Barat tersebut menjadi kiblat masyarakat dunia,

sehingga usaha kearah proses modernisasi terus bergulir

semua maujud sehingga dipereloh hal-hal yang bersifat

spiritual. Kemudian membahas tentang cara kehadiran segala yang maujud dari yang bersifat spiritual sampai yang

fisikal. Disamping itu juga membahas tentang jiwa setelah

berpisah dari tubuh dan kembali ke asalnya, Ibn Kholdun, Muqaddimah, terj. Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2006), 678-679. Dalam pandangan Nasr, metafisika merupakan

sains tentang yang rill, asal usul dan tujuan semua benda, ilmu tentang wujud obsolut, dan ilmu yang relatif bukan

eksak. Seyyed Hussein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam:

Jembatan Filosfis dan Religius Menuju Puncak Spiritual, h 99.

25Seyyed Hussein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam: Jembatan Filosfis dan Religius Menuju Puncak Spiritual , h. 34.

26Louay Safi, Ancangan Metodologi Alternatif: Sebuah Refleksi Perbandingan Metode Penelitian Islam dan Barat, terj. Imam Khoiri, (Yogyakarta: Tiara wacana, 2001), h. 7-8.

23

Page 39: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

diseluruh belahan dunia. Dalam posisi dan kondisi yang

demikian, Barat sebagai masyarakat yang mempopulerkan

perkembangan zaman ini, menjadi kiblat bagai kemajuan dan

kemegahan kehidupan modern, sains dan teknologi telah menjadi kekuatan yang begitu sistematis dalam

menghegemoni paradigma kehidupan ilmiah. Teknologi

modern yang dicapai Barat telah menarik nalar ilmuan dan

intelektual seluruh umat manusia, dan paradigma

epistemologi27 sains modern Barat tersebut telah menjadi

superfawor dan superior dalam menghegemoni kehidupan

manusia, terutama para ilmuan, intelektual, politik dan lain

sebagainya.

Bahkan di dunia Islam sendiri tidak bisa lepas dari

ketergantungannya pada epistemologi dan sains modern

Barat tersebut. Al-Attas28 melihat bahwa ilmu pengetahuan

masa kini dan modern dibangun dan ditafsir serta

diproyeksikan melalui pandangan dunia, visi intelektual, dan

persepsi psikologis dari kebudayaan dan peradaban Barat.

27Merupakan cabang dari filsafat, epistemologi ini lebih

mengarah pada teori tentang ilmu pengetahuan, apa yang dapat diketahui (objek ilmu) dan bagaiman sesuatu itu diketahui (metode ilmu), Mulyadhi Kartanegara, Muzaik Khazanah Islam: Bunga Rampai Dari Chicago , (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 117.

28Al-Attas adalah tokoh Islam yang mempopulerkan wacana

keilmuan Islam Seyyed Hussein Nasr. Wacana tersebut dikemukakn pada komperensi pertam Islam di Makkah dengan mengusung upaya ke arah gerakan Islamisasi sains. Al-Attas merupakan salah satu tokoh yang paling serius dalam mewacanakan gerakan islamisasi sains tersebut, kemudian disambut baik oleh beberapa tokoh seperti al-Faruqi dan ziaduddin Sardar.

24

Page 40: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Dan dengan masuknya aspek-aspek yang berasal dari

pandangan filsafat Barat kedalam pemikiran intlektual Islam

tersebut telah melahirkan sikap yang diistilahkan al-Attas

sebagai "deislamisiasi pemikiran umat Islam".29

Epistemologi Barat

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang

berarti pengetahuan.30 Epistemologi merupakan teori tentang

ilmu pengetahuan, yang berkaitan dengan apa yang dapat

diketahui, ini terkait dengan objek; dan bagaimana

mengetahui sesuatu, ini terkait dengan metode.31 Menurut H.

M. amin Abdullah terdapat tiga persoalan pokok dalam

masalah epistemologi ini, pertama, apakah sumber-sumber

pengetahuan itu?, darimana pengetahuan yang benar datang,

dan bagaimana cara diketahuinya?. Kedua, apakah sifat dasar

pengetahuan itu?, apakah ada dunia yang benar-benar di luar

pikiran manusia, kalau ada apakah dapat diketahui? Ini

merupakan persoalan apa yang tampak oleh indra dengan

29Wan Mohd Nor Wan Daud, Fislafat Dan Praktek Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, terj. Hamid Fahmy, M. Arifin Ismail, dan Iskandar Amel, (Bandung: Mizan, 1998), h. 333-334.

30 Istilah ini pertama kali digunakan sebagai term teori pengetahuan oleh J.F. Ferrier, filsuf Scotlandia. Lihat Jalal Muhammad Alhamid Musa, Manhaj al-Bahts al-Ilm ‘Indal Arab, (Beirut: Dar al-kutub al-Lubnani, 1972), h. 33.

31Mulyadhi Kartanegara, Muzaik Khazanah Islam: Bunga Rampai Dari Chicago, h. 117.

25

Page 41: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

hakekat. Ketiga, apakah pengetahuan kita itu benar?,

bagaiman cara membedakan yang benar dari yang salah?.32

Dasar pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah secara

sistematis telah diletakkan oleh para filosof Yunani sejak abad

kelima sebelum Masehi33 oleh tokoh-tokoh seperti Socrates,

Plato, dan Aristoteles serta filsuf lainya. Plato menggunakan

pendekatan penelitian yang diistilahkan oleh

32H. M. Amin Abdullah, ‚Aspek Epistemoloi Filsafat

Islam‛, Dalam, Irma Fatimah dkk, Filsafat Islam: Kajian Ontologism, Epistemologis, Aksiologis, Histories, Prospektif, ( Yogyakarta: LESFI, 1992), h. 28. Mengenai definisi epistemologi terdapat banyak pandangan,

diantaranya P. Hardono Hadi menyatakan, epistemologi

merupkan cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba

menentukan kodrat dan skop pengetahuan, pengandaian-

pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas

pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. D. W. Hamly

mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang

berkorelasi dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, dasar

dan pengandaian-pengandaiannya serta secara umum dapat

diandalkanya sebagai penegasan bahwa seseorang memiliki

pengetahuan. Dagobert D. Runmes epistemologi merupakan

cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-

metode dan validitas pengetahuan. Sedangkan Azyumardi Azra

mendifinisikan epistemologi sebagai ilmu yang membahas

tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan

validitas ilmu pengetahuan. Untuk lebih jelasnya, baca,

Mujamil Omar, Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode

Rasional Hingga Metode Krtik , (Jakarta: Erlangga, 2005),

h. 3-4.

33Oliver Leaman, Pengantar filsafat Islam: Sebuah Pendekatan Tematis, (Bandung : Mizan, 2001), 8. Baca juga M.M.Syarif (Ed.), A History of Muslim Philoshophy, Vol I, (Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1963), h. 346-348

26

Page 42: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

ilmuan modern dengan aliran idealisme atau rasionalisme.34

Mekanisme kerja dari pendekatan ini adalah pengetahuan

ilmiah diperoleh secara deduktif yakni berangkat dari umum

ke khusus, atau mengkonstruk konklusi umum dengan

mengandalkan ide-ide murni, akal dan logika untuk kemudian

menerapkannya pada kasus-kasus tertentu. Pendekatan ini

melahirkan alat bantu pengetahuan ilmiah berupa

matematika.35

Aristoeles meletakkan dasar pengembangan ilmu

pengetahuan ilmiah melalui pendekatan empiris dengan

mengacu pada kemampuan indra. Pendekatan ini kemudian

dikenal dengan istilah metode empirisme atau metode

induktif. Dalam hal ini, pengetahuan ilmiah diperoleh dengan

cara mengambil konklusi umum atau generalisasi dari

sejumlah kejadian baik fenomena alam maupun sosial yang

bersifat kasuistik. Pendekatan empirisme atau metode

induktif tersebut telah melahirkan alat bantu ilmu

pengetahuan ilmiah yang disebut statistika.36

Penerapan metode ilmiah (Scientific Method) yang

berwatak rasional dan empiris berhasil mengkonstruk suatu

pandangan kehiduapan manusia dalam bentuk modernisme.

Pandangan dunia modernisme kemudian melahirkan corak pemikiran yang bersifat rasionalisme, liberalisme,

34Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 118.

35Harun Nasution, Falsafat Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 1991), h. 23-51.

36Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Philosophycal Instructions, An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy,( New York : Global Publications, 1999), h. 11

27

Page 43: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

positivisme, materialisme, pragmatisme dan sekulerisme.37

Berbagai aliran filsafat ini menurut Frithjof Schuon telah

terlepas dari scientia sacra (ilmu pengetahuan suci) atau

philosophia perennis (filsafat keabadian).38

Gregori Bateson, mengkritik epistemologi Barat

modern39 yang telah mengkondisikan manusia terasing dari

37Istilah Sekuler berasal dari kata latin ‘Saeculum ‘ yang berarti ruang dan waktu. Ruang menunjuk pada pengertian duniawi, sedangkan waktu menunjuk pada pengertian sekarang atau zaman kini. Istilah sekulerisme pertama kali diperkenalkan oleh George Jacob Holyoake pada tahun 1846 M. Menurutnya, Secularism is an ethical system founded on the principle of natural morality and independent of revealed religion or supernaturalism. Lihat William H. Swatos, Secularization, dalam George Ritzer (ed.) Encyclopedia of Social Theory, (London: Sage Publication, 2005), vol.1, 680, Bandingkan dengan Harvey Cox, The Secular City, (New York: The Macmillan Company, 1966), 2. Bryan wilson, Secularization, dalam Mircea Eliade (ed.), The Encyclopedia of Religion, (New York: Macmillan, 1995), vol.13, h. 159 dan http://atheism.about.com/library/FAO/religion/blrel sec

def.htm.

38Frithjof Schuon, Understanding Islam, (trans.) D.M.

Matheson (London: Unwin Paperbacks, 1981). Frithjof Schuon mendefinisikan Scientia sacra sebagai suatu karakteristik sains yang secara konseptual masih terikat dan terintegrasi dengan wahyu Ilahi. Nilai-nilai etika wahyu mendasari bangunan sains secara paradigmatik. Sehingga tujuan ahir dari sains bermuara pada pengungkapan kebesaran Tuhan sebagai sumber segala kehidupan. Lawan dari Scientia Sacra adalah Sains Profan atau Profan Knowledge.

39Dalam konteks ini, istilah Barat tidak selamanya merujuk pada letak geografis, tapi lebih pada paradigma berpikir yang rasional dan ilmiah, serta mengesampingkan peran spiritual. Sedangkan istilah modern disebut Hodgson

28

Page 44: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

alam, dari sesamanya bahkan dari manusia sendiri. Lebih

lanjut dalam papernya berjudul Pathologies of Epistemology,

Bateson menuding epistemologi Barat sebagai fundamental

error yang berujung pada kesengsaraan manusia itu sendiri.40

Dalam konteks inilah Jurgen Habermas mengatakan bahwa

kehidupan modern tidak hanya mewariskan kehidupan yang

materialistik dan hedonistik, tapi juga menyebabkan intrusive

dalam bukunya The Venture of Islam dimulai sejak tahun 1789 yang merujuk kepada kompleks tertentu yang mempunyai ciri-ciri kultur tertentu. Lihat Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam: Iman dan Sejarah Dalam Peradaban Dunia, terj. Mulyadhi Kartanegara (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 70

40Gregori Bateson, Steps to an Ecology of Mind, (New

York: Ballantin Books, 1972), h. 487. Di Barat sendiri muncul tokoh-tokoh pengkritik berbagai kelemahan paradigma

modern. Diantara tokoh tersebut adalah Louis Masignon (1962), Rene Guenon dengan karya The Crisis of Modern

World, Ananda K Coomraswamy, Titus Burckhart, Henri Corbin (1978), Martin Ling, Frithjof Schuon. Semua tokoh tersebut

mengkritik dan memberikan solusi atas probelema modernisme dengan merumuskan model atau filsafat baru yang holistik yang bersumber dari perennialisme dan tradisionalisme.

Mengenai pandangan-pandangan para filosof perenial tersebut selanjutnya lihat artikel-artikel mereka dalam buku The

Sword of Gnosis: Metaphysics, Cosmology, Tradition, Symbolism, diedit oleh Jacob Needleman, Arkana, (London,

1986). Tradisionalisme adalah suatu paham (ajaran) yang berdasar pada tradisi. Webster mendefinisikan tradisionalisme sebagai suatu doktrin atau ajaran yang merupakan tandingan (counter) terhadap modernisme, liberalisme dan radikalisme. Selanjutnya lihat Noah Webster, Webster Third New International Dictionary of the English Language Unabridged, (Massachusetts, USA: G & C Merriam Company Publishers, 1996), h. 2422

29

Page 45: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

massif dan krisis yang mendalam pada berbagai aspek

kehidupan.41

Sketsa Historis Pengembangan Filsafat Islam

Dinamika ilmu rasional atau ilmu aqliyah di dunia Islam,

dimulai denga proses penerjemahan karya-karya filsafat

Yunani ke dalam bahasa Arab, yang dimulai sejak tahun 750 -

900 M, pada masa pemerintahan Umayyah. Namun

penerjemahan secara besar-besaran dimulai pada masa

khalifah al-Mansur dari Abbasiyah dan mengalami

puncaknya pada masa al-Ma‟mun.42 Diantara para

penerjemah tersebut adalah: Hunayn Ibn Ishaq (w. 873 M),

Ishaq (anak dari Hunayn, w. 910 M), Sabit Ibn Qurra (825 -

901 M), Qusta Ibn Luqa, SHubays, Abu Bisr Matta Ibn

Yunus (w. 939 M), Mereka banyak menterjemahkan karya-

karyafilsafat Aristoteles dan Plato serta karya-karya

Neoplatonisme.43

Usaha transfomasi karya-karya Filsafat Yunani dan

Alexandria pada abad kedua, ketiga dan keempat tersebut,

kemudian melahirkan filosof-filosof Islam yang besar. Pada

abad ketiga Islam pun memulai penulisan dan penelitian

dengan lebih sistematis dan adaptif, maka muncullah

41Jurgen Habermas, The Dialectics of Rationalizations,

dalam Sociology Department (Washington University: XLIX, 1981), h. 20

42Hj. Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. I., h. 78 -79.

43Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), cet. 12, h. 3-5

30

Page 46: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

beberapa filosof muslim, dan al-Kindi tercatat sebagai filosof

pertama.44 Kemudian muncul tokoh-tokoh yang begitu

briliam dalam melahrkan ide-ide filosfisnya.45 Secara aliran,

filsafat Islam memiliki beberapa aliran, diantranya, pertama,

aliran peripatetik.46Kedua, aliran iluminasionis (Isyraqiyyah).47

44Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h. 7 45Karyanya yang cukup populer adalah ide tentang

penciptaan alam dari ketiadaan Creation ex nihilo, yang diambil dari konsep pemikiran filsafat Yunani, terutama pada Neo-Platonisem. Untuk lebih jelasnya tentang geografi al-Kindi, baca Henry Corbin, History of Islamik Philosophy, Tanslated by Liadain Sherrard, (London and New York, Kegan Paul International Ltd, 1993), h. 154 -157.

46Yakni aliran yang identik dengan filosof-filosof

seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Aliran ini dirujukkaan pada Aristoteles yang dalam mengajar filsafat selalu berjalan-jalan. H. Muzairi, dkk. Filsafat Islam: Kajian Ontologis, Epistemolgis, Aksiologis, Historis, Prospektif, (Yogyakarta: LESFI, 1992), ce. I., h. 76.

47Aliran yang mengedepankan sumber perolehan ilmu pada

konsep penggabungan akal dan intuisi. Toko utama aliran ini adalah Syihab al-Din Yahya al-Syuhrawardi (549-587/1154-

1191). Aliran ini lahir dalam rangka meresfons aliran Aristotelianisme di kalangan Islam diatas. Dari segi

ontologis aliran ini menganggap bahwa esensi lebih penting dari pada eksistensi, sebab eksistensi hanya ada dalam

pikiran, gagasan umum dan konsep sekunder yang tidak terdapat dalam realitas, sedangkan yang benar -benar ada

atau realitas yang sesungguhnya adalah esensi-esensi yang tidak lain adalah bentuk cahaya. Untuk lebih jelasnya, baca, Syihab al-Din Yahya al-Syuhrawardi, Hikmah Al Israq:

Teosofi Cahaya Dan Metafsika Khuduri, terj. Muhammad`al-Fayyadl, (Yogyakarta: Islamika, 2003), cet. I.

31

Page 47: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Ketiga, aliran Teosofi Transenden atau al-Hikmah al-

Mutaaliyyah (979-1050/1571-160).48

Dengan pengembangan ilmu aqliyah ini, umat Islam

berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga

melahirkan ilmuan-ilmuaan yang kapasitas dan kualitas

keilmuannya di akui di seluruh dunia. Bahkan beberapa ide

pembaharuan yang muncul di abad modern dipengaruhi oleh

kejayaan ini.49 Tradisi keilmuan Islam bukan hanya

memberikan kontribusi positif terhadap umat Islam dalam

masa kejayaan Islam, tetapi hasilnya juga mampu dirasakan

oleh umat manusia hingga era modern. Bahkan, kemajuan

Eropa yang begitu pesat saat ini, juga tidak terlepas dari

tradisi keilmuan Islam.50 Dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi dan produk-produk canggih, istilah yang dipakai

dalam ilmu dan teknologi Barat dipinjam dari bahasa Arab

yang kemudian diserap kedalam bahasa Inggris, seperti,

admiral, alchemi, alcohol, alcive, alfalfal, algebra, algorithm,

48Muhsin Labib, Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla

Shadra, (Jakarta; al-Huda, 2005), cet. I., 35. Aliran ini merupaka sintesis dari disiplin ilmu yang pernah ada di dunia Islam, tercatat ada empat aliran ynag mempengaruhi pemikiran Shadra, yakni kalam, pemikiran peripatetik, pemikiran iluminasionis dan pemikiran tasawuf.

49 Hasan Asari, Modernisasi Islam : Tokoh, Gagasan, dan Gerakan (Bandung : Cipta Pustaka Media, 2002), h. 13-17.

50 Seyyed Hossein Nasr, A Young Muslim's Guide to the Modern World (Chicago : Kazi Publication Inc, 1994), h. 135-148.

32

Page 48: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

alkali, azimuth, azure, cpher, coffee, cotton, elixir, jar, magazine,

nadir, sofa, dan lain sebgainya.51

Al-fazani, tokoh matematika Islam abad ke 9, ia telah

menerjemahkan karya matematika India yang sangat terkenal

ke dalam bahasa Arab dengan judul Sindhind al-kabir.

Matematika India ini telah memperkenalkan angka dari satu

sampai sembilan, orang Arab menyebutnya angka India,

sedangkan di Barat dikenal dengan Arabic number. Kemudian

muncul tokoh Islam (Muhammad ibn Musa al-khawarizmi, w.

833 M) yang memperkenalkan angka “nol” dengan sebutan

sifr, kata ini kemudian dikenal di Barat dengan istilah cipher

dan zero. Selain itu ia juga terkenal dengan temuannya dalam

merumuskan al-Jabar, ini adalah nama dan cabang

matematika, yang diambil lansung dari nama kitabnya al-

jabar wa al-muqabbalah. Namanya juga secara diam-diam

diabadikan oleh barat dengan nama logaritma, ini merupakan

teori matematika yang diambil dari istilah inggris algorithm.

Kata ini setelah ditelaah merupakan terjemahan dari nama al-

khawarizmi.

Tokoh lain yang terkenal dalam bidang kedokteran

adalah Ibn Sina, di Barat ia terkenaldengan julukan

Avvicenna atau disebut juga Aristoteteles Baru. Ia telah

melakukan observasi yang seksama terhadap ratusan jenis

tumbuhan dan bermacam-macam hewan yang dilihat dari

manfaat medis dan nutritifnya. Ia juga terkenal dengan

begitu banyak hasil penelitian, diantaranya meningestik, cara

tersebarnya epidemic dan sifat menular tuberculosis. Itulah

51 Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,

(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h. 69-70.

33

Page 49: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebabnya ia merupakan ilmuan dalam bidang kedokteran

yang paling terkenan di dunia Islam dan Barat. Karya

kedokterannya al-Qanun fi al-Thibb telah diterjemahkan

kedalam bahasa latin pada abad ke12 dan menjadi textbook

utama selama 600-700 tahun di universitas-universitas

terkemuka di Erofa; Oxford, Paris dan Budapest. Sampai

sekarang karnya ini masih dipelajari di beberapa belahan

dunia Islam terutama di Iran dan Pakistan dan di salah satu

Uinversitas terbesar di Jerman. Buku ini menjadi buku daras

mengenai kedoteran. Kandungan yang tercakup dalam

karyanya ini adalah; farmasi, farmakologi, dan zoology, ilmu

bedah dan saraf.

Dalam bidang fisika muncul al-Biruni (w. 1038m) dan ibn

Haitsam (w.1041 m). Al-Biruni merupakan tokoh

ensiklopedis Islam terbesar, ia menguasai hampir seluruh

bidang ilmu pengetahuan, namun banyak dari karyanya yang

tidak ditemukan. Diantara keilmuanya yang bisa direkam

sejarah adalah; astronomi, geografi, matematika, mineralogy

dan etnografi. Ia bahkan telah mendahului Newton dalam

temuannya mengenai hukum gravitasi. Dia orang pertama

yang mengkritik pandangan Aristoteles yang mengatakan

bahwa pusat gravitasi bersifat ganda; inti bumi untuk unsur

tanah dan air, dan langit untuk unsur udara dan api. Namun

bagi al-Biruni pusat atau sumber gravitasi adalah satu dan

sama. Yaitu di pusat bumi, baik untuk tanah dan air maupun

untuk udara dan api.

Adapun yang menyebabkan satu unsur yang satu

melayang dan yang satunya tenggelam adalah berat jenis

unsur tersebut berlainan. Ia melakukan eksperimen-

34

Page 50: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

eksperimen secara intensif dilaboratorium fisikanya,

sehinggga ia berhasil menciptakan geravitasi spesifik bagi

lebih dari 20 unsur kimia. Hasil temuan ini masih akurat jika

dibandingkan dengan ukuran gravitasi spesifik modern. Ia

juga telah berhasil mengukur keliling bumi secara matematis

dengan menggunakan rumus-rumus trigonometri. Penelitian

ini menunjukkan bahwa ternyata bumi ini bulat, hal ini

berarti ia telah lebih dahulu menemukan keadaan bumi yang

bulat dari ilmuan pelayar Barat spanyol seperti Vasco

Dagama atau colombus.

Sedangkan Ibn Haitsam seorang ahli fisika. Di Barat

dikenal dengan sebutan al-Hazem (dari kata al-Hasan, nama

depan Ibn Haitsam). Ia menulis buku optic sebanyak tujuh

jilid dengan judul al-Manazir. Karya ini pada masanya

disebut fisika karna optic pada masa tersebut masih

merupakan cabang dari fisika. Temuan utama dari karya ini

adalah teori penglihatan (vision). Ia melakukan penelitian

mengenai cahaya dan pengaruhnya terhadap mata, ia pun

menemukan kesimpulan bahwa kita dapat melihat sebuah

objek karena objek memantulkan cahaya pada kornea mata

kita. Temuan ini pada masanya dan sekarang menjadi temuan

paling benar.

Teori optic Ibn Haitsam ini ternya berpengaruh besar

terhadap teori-teori optic di Barat, sehingga banyak dari

tokoh-tokoh Barat yang meneliti masalah ini pun menjadi

berpengaruh dan mengikutinya, seperti; Roger Bacon,

Vitello, Peckham, Johanes Kepler dan Newton. Selain itu

temuan penting lainnya dari Haitsam adalah mengenai

langkah-langkah penting dalam memahami spectrum cahaya

35

Page 51: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dan meneliti mengenai bagaiamana terjadinya pelangi melalui

teori refleksi dan refraksi, dan telah menciptakan alat-alat

optic, seperti gelas cembung, cekung, parabolic, lensa

kacamata, teleskop dan yang paling mutahir adalah camera

obscura gambar terbalik dalam lensa kamera untuk

eksperimen.

Saintis Islam lainnya adalah dalam bidang astronomi.

Terdapat begitu banyak astronot Islam pada abad klasik,

namun yang bisa dipaparkan disini hanyalah beberapa tokoh,

diantaranya: al-Battani, al-Farghani, al-Biruni, Nasir al-Din

al-Tusi, Quthb al-Din al-Syirazi, al-Majrithi, dan Ibn Syatir.

Ciri has dari astronomi Islam adalah tidak berkarakter

ptolemius. Astronomi ptolomius bersifat geosentris. Dalam

pandangan Marshall Hodgson ostronomi Islam telah

menemukan konsep mengenai pandangan bahwa bumilah

yang mengelilingi matahari. Diantara tokoh yang paling

besar dalam maslaah ini adalah Nasir al-Din al-Tusi, dan Ibn

Syatir, yang di Barat dikenal dengan Thusi‟s Couple”, yakni

sebuah kaitan link antara dua vector panjang yang sama dan

konstan yang berputar pada kecepatan yang konstan. Ini

merupakan modul planeter yang berbeda dengan yang

dikembangkan plotomius.

Menurut Tuby Huff dalam bukunya The Rise Of Early

Modern Science, modul planeter inilah yang secara harfiyah

dijiplak oleh Nicholai Copernicus tanpa menyebut

sumbernya, yang kemudian di Barat dikenal dengan

Covernican Revolution. Lebih lanjut Tuby Huff mengatakan

bahwa Copernicus tidak lain adalah murid terkemuka dari

mazhab astronomi Maraghah (nama kota tempat didirikannya

36

Page 52: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

observatorium yang megah dunia Islam). itulah sebabnya

banyak orang Barat mengatakan bahwa revolusi ilmiah yang

sebenarnya telah dimuali di Maragah.

Dalam bidang biologi muncul tokoh seperti Jalaluddin

Rumi yang mengajukan teori evolusi jauh sebelum Darwin.

Bagi Rumi, Tuhan sebagai sebab asal dan cinta alam sebagai

sebab derivatif dari evolusi alam. Sehingga evolusi tidak

mungkin terjadi tanpa cinta alam, sebagai kekuatan universal,

sedangkan cinta alam ini tidak mungkin tumbuh tanpa objek

kecintaannya, Tuhan. Ini berbeda dengan pandangan Darwin

yang mengatakan bahwa evolusi di alam terjadi karena

adanya hukum seleksi alamiah, dan hukum seleksi alamiah

merupakan mekanisme alam yang berjalan dengan

sendidrinya sehingga tidak memerlukan uluran tangan

Tuhan.52

Kemampuan Akal Dalam Filsafat Islam

Akal dalam bahasa Arab disebut al-„aql, dan dalam al-

Qur‟an ditemukan beberapa ayat dalam bentuk kata kerja,

yakni „aqaluh satu ayat, ta‟qilun 24 ayat, na‟qil satu ayat, ya‟qiluha satu ayat, dan ya‟qilun 22 ayat, yang semuanya berarti faham dan mengerti.53 Makna faham dan mengerti

dari akal tersebut tercermin pada para filosof muslim yang

mengadopsi dan mengembangkan pemikiran filsafat Yunani,

yakni nous, yang berarti daya berfikir yang terdapat dalam

52 Untuk lebih jelasnya mengenai semua tokoh Islam ini, baca, Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam: Menyibak Tirai Kejahilan, (Bandung: Mizan, 2003), cet. I.

53Harun Nasution: Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta:

UI-Press, 1986), cent.II., h. 5-8.

37

Page 53: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

diri manusia. Atas dasar pengaruh dari Yunani tersebutlah

akal dalam pandangan para filosof muslim dilihat sebagai

salah satu daya dari jiwa (al-nafs) yag terdapat pada

manusia.54

Berbicara tentang filsafat didunia Islam, berarti berbicara

tentang Ilmu pengetahuan, Murthadha Mutahahhari melihat

filsafat di dunia Islam lebih dipandang sebagai filsafat

pertama atau metafisika. Dan jika kita memakai perspektif ini,

maka perkembangan filsafat di dunia Islam meliputi empat

bagian: metafisika, teologi, psikologi dan akal atau logika.55

Dalam Islam ditemukan pernyataan-pernyataan yang

memeberikan ruang besar dan penting bagi akal, seperti,

“tidak ada agama tampa akal” “Tidak ada kewajiban

menjalankan ajaran Islam bagi mereka yang tidak berakal”.

Inilah pernyataan-pernyataan yang kita temukan dalam Islam

yang mengindikasikan peran dan fungsi akal yang begitu

besar dalam proses penerapan dan pelaksanaan ajaran-ajaran

Islam.

Menarik juga untuk diulas drama konflik, polemik dan

perdebatan yang seru, yang terjadi pada sejarah awal

penciptaan manusia (Adam), yakni antara Tuhan, Malaikat

dan Iblis. Polemik yang terjadi di surga tersebut telah

melahirkan korban atas pembelaan akal dan intlektualitas

manusia. Bagaimana Tuhan menjadikan manusia dengan

kemampuan berfikirnya menempati posisi yang istimewa

54Harun Nasution: Akal dan Wahyu dalam Islam, h. 8. 55Murthadha Mutahahhari, Filsafat Hikmah: Pengantar

Pemikiran Shadra, terj. Tim Penerjemah Mizan., (Bandung: Mizan, 2002), cet. I., h. 58 -59.

38

Page 54: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dihadapan Tuhan (khlifah di muka bumi),56 dan dengan

adanya akal pada manusia, malaikat yang begitu setia dan

dekat dengan Tuhan harus sujud dihapan Adam, bahkan akal

yang dimiliki telah melahirkan kecemburuan pada iblis, dan

mendatangkan fitnah bagi iblis, sehingga mereka dinyatakan

oleh Tuhan sebagai musuh yang nyata bagi manusia. Karena

akal manusia dibela oleh Tuhan dihadapan para abdi setiaNya

tersebut.

Menurut Nasr Hamid Abu Zaid, problem pemahaman

terhadap agama pada umat Islam mulai muncul sejak

turunnya wahyu dan setelah munculnya nast-nast agama.

Terdapat pandangan bahwa teks-teks agama memiliki

wilayah epektivitas sendiri, dan terdapat wilayah lain yang

merupakan wilayah epektiviats akal.57 Setelah nabi meninggal

dan seiring dengan berkebangnya Islam keberbagai wilayah,

yang berhadapan dengan kultur dan tradisi masyarakat yang

berbeda-beda, kompleksitas

56Dalam kisah ini diceritakan bahwa malaikat dan iblis

disuruh oleh Tuhan untuk bersujud dihadapan Adam, namun malaikat dan iblis menolak karena merasa diciptakan dari

sesuatu yang lebih mulya dari manusia. Malaikat berkata ‚engkau akan menciptakan manusia yang suka berbuat

kerusakan dimuka bumi?‛, lalu Tuhan menjawab ‚sesungguhnya Aku lebih tau dari kalian‛. Setelah itu malaikat bersujud

dihapan Adam, hanya iblis yang tetap memepertahankan fiodalismenya dihapdan tuhan dan adam. Dikisahkan pula,

bahwa malaikat disuruh untuk menyebutkan nama -nama yang telah diajarkan kepada adam,namun tidak satu pun malaikat yang mengingatnya.Ali Shariati, Tugas Cendikiawan Muslim,

terj. M. Amien Rais, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1996), cet. I., h. 7-8.

57Nasr Hamid Abu Zaid, Kriti Wacana Agama, terj., Khoiron Nahdiyyin, (Yogyakarta: LKis, 2003), cet. I., h. 25.

39

Page 55: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

permasalahan pun muncul, sehingga menuntut tindakan

interpretasi dari sumber ajaran Islam, yakni Qur‟an dan

Hadits. Tidak ada jawaban lansung dari pertanyaan akan

masalah yang dihadapi, sebab sang guru telah meninggal,

yang hanya meninggalkan kitab sebagai pedoman yang masih

berserakan dimanan-mana dan diotak beberapa tahfiz, serta

hadits yang masih terbungkus dalam hapalan dan

pendengaran para sahabat. Maka akal sebagai karunia yang

dijadikan untuk berfiir dan memahami harus dibangunkan

dari tidurnya yang lelap untuk berperan aktif dalam

membedah kitab tersebut.

Perdebatan mengenai akal terus bergulir sepanjang

sejarah penyampaian risalah Tuhan, akal yang

menerjemahkan ajaran Tuhan kedalam bahasa budaya dan tradisi manusia, sehingga ajaran-ajaran tersebut

termanifestasikan dalam kehdidupan sehari-hari manusia.

Dihadapan para filosof Islam, akal telah memainkan peran yang signifikan dalam mentransformasikan ilmu

pengetahuan, bahkan akal telah dijadikan sebagai basis

pencarian kebenaran, sumber ilmu pengetahuan, untuk

mengetahuai Tuhan, memahami agama, dan mengungkap

rahasia penciptaan Tuhan. Atas dasar fungsinya yang

demikian luas, akal dalam pandangan para filosof muslim

telah mengalami perdebatan yang serius, sehingga

melahirkan pandangan yang berbeda-beda antara filosof yang

satu dengan yang lainnya.

40

Page 56: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Akal Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Bagaimana peran akal dalam filsafat Islam, atau

bagaimana para filosof muslim memposisikan dan

memandang akal? Sebagaimana telah disinggung di atas,

bahwa akal dalam pandangan al-Qur‟an sendiri dilihat sebagai sebuah alat atau media untuk memahami, bahkan

dalam beberapa ayat ditemukan ahir ayat yang berbunyi, agar

kamu berpikir.58 Akal merupakan sebuah standar bagi kadar

kemanusiaan manusia, bahakan dalam Islam menjadi sarat

bagi diembankannya seseorang dalam melakukan ajaran-

ajaran Islam.Dalam etika Islam, akal menempati posisi yang

tinggi dalam Islam.59 Adalah Yunani yang memperkenalkan

tentang akal, manfaat dan kelebihan akal bagi manusia,

melalui pemikiran para filosofnya, terutama Plato dan

Aristoteles. Aristoteles melihat akal terdiri dari empat

macam: 1) akal aktual abdi. 2) akal yang ada secara potensial

(yang dimiliki oleh jiwa). 3) akal yang beralih dari potensial

ke aktual. 4) akal sekunder (yang mewakili akal pada indra).60

Dalam pandangan filosof Islam, akal memiliki beragam

jenis dan fungsi. Akal merupakan salah satu sumber ilmu

bahkan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh

melalui indra. Akal manpu menerobos batas-batas indrawi

melalui metode silogistik, sehingga mampu menangkap

58Mengenai kedudukan akal dalam al-Quran dan al-hadits,

Harun Nasution: Akal dan Wahyu dalam Islam, h. 39-70. 59Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakekat

Tuhan, Alam dan Manusia, h. 48. 60Nurcholis Madjid, Khazanah Intlektual Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1994), cet. I., h. 95.

41

Page 57: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

objek-objek non material atau ma‟qulat yang berbeda

dengan objek-objek yang mahsusat (objek yang hanya bisa

ditangkap oleh indra).61 Mulla Shadra menggunakan metode

rasionalisnya dalam filsafat pada pendekatan mistik irfan,

bahkan dalam metafisikanya, Shadra membagi empat perjalan

akal intlektual manusia dalam pengembaraan transkosmiknya

menuju Tuhan: 1) perjalanan dari mahluk menuju Allah. 2)

perjalanan dalam Allah menuju Allah. 3) perjalanan dari

Allah menuju mahluk bersama Allah. 4) perjalanan dalam

mahluk bersama Allah).62

Akal dalam tradisi filsafat Islam terbagi ke dalam dua

jenis, yakni akal teoritis dan akal praktis (etika),63 yang

menerima makna-makna yang berasal dari materi melalui

indra pengingat yang ada pada jiwa. Kemudian akal teoritis,

yang menagkap arti-arti murni, arti-arti yang tak tidak ada

dalam materi, seperti Tuhan, roh dan malaikat. Akal teoritis

memiliki empat derajat: 1) akal material, yang masih bersifat

potensi. Akal yang hanya menangkaparti-arti murni arti-arti

yang tidak berada dalam materi. 2) akal bakat, yakni akal

yang telah memiliki kemampuan berfikir murni abstrak. Akal

ini telah mampu menangkap pengertian dan kaedah-kaedah

umum. 3) akal aktual, akal yang lebih banyak memiliki

61Mulyadhi Kartanegara,Nalar Religius: Memahami Hakekat

Tuhan, Alam dan Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2007), cet. I., h. 15.

62Murthadha Mutahahhari, Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra, h. 66.

63Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Menuju Epistemologi Islam, (Bandung: Mizan, 2003), cet. I., h. 21.

42

Page 58: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

kemampuan untuk menerima pengertian dan kaedah umum.

4) Akal perolehan.64

Ibn Rusyd melihat akal sebagai sumber ilmu yang sejati

dibandingkan dengan indera. Akal dibagi kedalam dua jenis,

yakni akal praktis dan teoritis. Akal praktis dapat dimiliki

semua orang karena lebih mengandalkan pengalaman

inderawi, perasaan dan imajinasi, itulah sebabnya akal praktis

ini tidak memiliki ketetapan, melainkan senantiasa berubah

berkembang atau menyusut seiring dengan pengalaman,

persepsi, imajinasi dan gambaran yang diterima. Sedangkan

akal teoritis, Ibn Rusyd melihatnya sebagai yang berkaitan

dengan pengetauan perolehan. Dalam konteks ini akal

memiliki tiga tahapan kerja: 1) abstraksi (proses pencerapan

gagasan universal atau objek-objek yang ditangkap indera), 2) Kombinasi (akal mengkombinasikan dua atau lebih dari

abstraksi-abstraksi indera sampai menjadi konsep), 3)

penilain (hal ini berlaku saat konsep-konsep tersebut

dihadapkan pada proposisi-proposisi benar atau salah).65

Akal teoritis inilah sebetulnya yang paling berperan

dalam upaya perolehan dan penyempurnaan ilmu

dibandingkan dengan indera dalam masalah mendapatkan

ilmu pengetahua. Hal ini disebabkan karena akal memiliki

kemampuan untuk menangkap kuiditas atau esensi dari

sesuatu yang diamati atau difahami. Dengan kemampuan ini

akal dapat mengetahui konsep universal dari sebuah objek

yang diamatinya lewat indera yang bersifat abstrak dan tidak

64Harun Nasution: Akal dan Wahyu dalam Islam, h. 10-11. 65Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004), cet.I., h. 102-104.

43

Page 59: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

lagi berhubungan dengan data-data partikular. Jika

mengamati suatu objek, seperti meja misalnya, kita tidak

sedang berbicara tentang meja yang terdiri dari beragam

bentuk dan besar ukurannya, melainkan berbicara tentang

hakekat atau kuiditas yang meliputi keseluruhan meja

tersebut. Dengan kemampuan akal dalam menangkap esensi

dari benda-benda yang diamati, manusia bisa menyimpan

makna dan pemahaman tentang beragam objek ilmu yang

bersifat abstrak.66

Terkait dengan akal sebagai sumber ilmu pengetahuan,

maka tidak lengkap kalau tidak membahas tentang

epistemologi Islam. Dalam konteks epistemologi Islam, objek

kajian dan metode kajiannya bersifat integral-holistik. Objek

kajian tidak hanya terbatas pada masalah empirik -material-

inderawi, tapi juga pada sesuatu yang bersifat immateril dan

metafisik. Entitas-entitas non fisik sepert konsep-konsep

mental, ruh, malaikat, dan jin. Atau seluruh rangkaian wujud

baik yang gaib maupun yang fisik.

Sedangkan dari metode sumber ilmu pengetahuan,

epistemologi Islam juga mengintegrasikan seluruh

kemampuan manusia, baik indera, akal, dan hati. Dari ketiga

alat tersebut lahir bermacam-macam metode. Dan inilah yang

pernah dilakuka oleh para ilmuan-filosof dan sufi Islam

terdahulu.67 Metode yang digunakan dalam epistemologi

Islam oleh para ilmuan Islam terdahulu adalah pertama

66Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan:

Pengantar Menuju Epistemologi Islam, h. 25. 67Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan:

Pengantar Menuju Epistemologi Islam, h.117-119.

44

Page 60: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

metode observasi (Bayani), kedua metode logis atau

Demonstratif (Burhani), metode intuitif (Irfani). Ketiga metode

ini bersumber pada indra, akal dan hati.68

Khusus untuk metode demonstratif (burhani) oleh para

filosof muslim, terutama al-Farabi menempatkan burhani

sebagai metode paling baik dan unggul, sehingga ilmu-ilmu

filsafat yang memakai metode burhani dinilainya lebih tinggi

dari pada ilm-ilmu agama lainnya (kalam dan fiqh) yang tidak

menggunakan metode burhani,69 dilihat sebagai salah satu

metode rasional yang berfungsi untuk menguji validitas

kebenaran dan kesalahan dari pernyataan atau teori-teori

ilmiah dengan cara memperhatikan keabsahan dalam

pengambilan kesimpulan.70 Disini metode burhani terlihat

sebagai silogisme (yang mengacu pada makna asal. Silogisme

merupakan bentuk argumen dimana dua proposisi yang

disebut premis minor dan mayor diserasikan sehingga

mencapai kesimpulan yang benar dan pasti menyertai premis-

premis tadi)Aristoteles, yang dalam bahasa Arab

68Untuk lebih jelasnya baca, Mulyadhi Kartanegara,

Menembus Batas Waktu; Panorama Filsafat Islam, h. 61-66. 69Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, h. 222. 70Al-farabi melihat metode demonstratif sebagai bagian

terpenting dari logika yang berfungsi sebagai: 1) untuk mengatur dan menuntun akal kearah pemikiran yang benar dalam hubungannya dengan pengetahuan yang mungkin salah. 2) untuk melindungi pengetahuan dari kemungkinanya untuk salah. 3) sebagai alat bantu dalam menguji dan memeriksa pengetahuan yang mungkin tidak bebas dari kesalahan. Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Menuju Epistemologi Islam, h. 56.

45

Page 61: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

disebut qiyas.71Lagi-lagi akal dimaenkan sebagai alat atau

metode untuk menentukan dan mendapatkan ilmu

pengetahuan yang logis dan ilmiah.

Selain berfungsi sebagai sumber ilmu pengetahuan, akal

juga digunakan sebagai alat untuk memahami ajaran-ajaran

Allah yang termuat dalam al-Qur‟an, atau dengan bahasa

populernya, hubungan antara agama dan akal, atau posisi akal

dalam wahyu, atau hubungan filsafat dan agama.

Mengenai hubungan antara akal dan wahyu, filsafat dan

agama, para filosof berpandangan bahwa antara keduanya

saling berhubungan dan melengkapi, sejalan dan serasi.

Sebgaimana telah disinggung di atas, bahwa entah apa

jadinya al-Qur'an tanpa akal, sebab tanpa akal pesan-pesan

Tuhan tidak akan sampai pada pemahaman manusia, al-

Qur'an hanya akan menjadi teks yang mati dan hanya akan

berbicara dalam kebisuan, tanpa nilai praktis sebagai kitab

petunjuk. Untuk itu perlu diualas pandangan beberapa filosof

Islam yang mencoba melihat hubungan akal dengan wahyu.

71Pengetahuan burhani didasarkan pada objek eksternal

(materi maupun non materi, adanya persepsi dalam pikiran, pengungkapan atas gambaran yang ada dalam pikiran melalui bahasa), maka sebelum melakukan proses silogisme, terlebih dahulu harus melewati beberapa tahapan: tahap pengertian (proses abstraksi atas objek-objek eksternal yang diserap

akal), tahap pernyataan (proses pembentukan kalimat atau proposisi atas pengertia-pengertian yang ada), tahap penalaran (proses pengambilan keputusan berdasarkan atas hubungan diantara premis-premis yang ada, inilah silogisme). Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, h. 224-225.

46

Page 62: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Al-Kindi (796-873 M) melihat filsafat sebagai media

ilmiah yang mengantarkan manusia pada kebenaran,

sebagaimana agama. Keduanya bertemu pada satu kebenaran

tentang Tuhan, yakni filsafat dengan akal dan agama dengan

wahyu. Al-Farabi, juga melihat keharmonisan diantara

keduanya, ia berpendapat bahwa kebenaran yang dibawa

wahyu dan yang dihasilkan filsafat hakekatnya satu,

walaupun bentuknya berbeda. Bahkan akal dalam pandangan

al-Farbi merupakan alat untuk melakukan ta‟wil atas ayat-

ayat al-Qur‟an yang mutasyabihat. Kemudian Ibn Miskawaih

juga demikian, ia berpendapat bahwa antara filosof dan nabi

tidak ada perbedaan yang besar dan memiliki hubungan yang

erat. Nabi sampai pada hakekat-hakekat karena daya

pengaruh akal aktif atas daya imajinasinya, dan hakekat-

hakekat itu juga yang sampai pada filosof, namun dengan

cara berfikr bukan dengan daya imanjinasi. Ibn Sina juga

demikian, ia melihat nabi dan filosof menerima kebenaran

dari sumber yang sama yakni jibril (akal aktif). Perbedaanya

pada bahwa nabi memeperoleh akal aktif melalui perolehan,

sedangkan filosof melalui latihan. Ibn Tufail yang

menuangkan pendapat tentang hubungan akal dengan wahyu

dan filsafat dengan agama dalam bentuk cerita tentang Hayy

Ibn Yakzan.72

al-Kindi melihat filsafat sebagai jalan bagi manusia untuk

mendapatkan kebenaran, sebagaiamana agama. Filsafat yang

menggunakan akal, bagi al-Kindi akan mampu sampai pada

kebenaran, sehingga kebenaran dilihat sebagai sesuatu yang

bersesuaian dengan akal dan apa yang diluar akal. Akal yang

72Harun Nasution: Akal dan Wahyu dalam Islam, h. 82-84.

47

Page 63: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

merupakan bagian dari jiwa (jiwa dilihat sebagai yang

memiliki tiga daya: daya bernafsu, daya amarah dan daya

berfikir) yang berfikir ini yang disebut akal.73

Kemudian Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria al-Razi

(863-925 M) merupakan filosf Islam yang radikal dalam

berfikr, Ia dianggap tidak ercaya apda wahyu dan kenabian

dan optimis bahwa akal mampu mengetahui yang baik dan

buruk, mampu mengetahui Tuhan. Kemudian al-Farabi

dengan konsep emanasi, Tuhan dilihat sebagai akal pertama

yang tunggal dan mutlak, lalu Tuhan berfikr tentang dirinya

maka muncullah maujud lain, dan begitu seterusnya samapai

pada akal kesepuluh. Sebagaimana al-Kindi, al-Farabi melihat

jiwa sebagai yang memiliki, daya, dan salah satu dayanya

adalah berfikr (akal praktis dan akal teoritis), kemudian akal

sebagai daya berfikr memiliki tiga tingkatan: akal potensial,

akal aktual, akal mustafad.74

73Harun Nasution: Akal dan Wahyu dalam Islam, h. 6-11.

Hampir semua filosof Islam dalam pembahasan mengenai hubungan filsafat (akal) dengan agama (wahyu) memiliki kesamaan, walaupun terdapat perbedaan namun tidak begitu besar, terutama dalam masalah akal sebagai daya berfikir, ,masing-masing filosof memiliki kesamaan.

74Sebagaimana yang dikutif dalam Harun Nasution: Falsafah

dan Mistisisme dalam Islam, h. 12-19. Setelah itu muncul Ibn

Sina, al-Ghazali, dan Ibn Rusyd para filosf ini melihat akal

sebagai sebuah daya yang mampu mengantar manusia pada

kebenaran tentang Tuhan dan agama, baik dan buruk. Bahkan akal

telah berjasa dalam mengungkap tabir yang menutupi sebagian

ayat al-Quran yang bersifat mutasyabihat. Filsafat dengan akal

di dalamnya telah menjadikan agama sebagai yang logis, atau

menjadi pengawal agama.

48

Page 64: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Kemudian Ibn Rusyd hadir untuk mendamaikan

pertentang kalam para teolog dan filosof dalam permasalahan

apakah aql merupakan landasan naql atau naql merupakan

landasan aql. Ibn Rusy hadir dengan mengatakan bahwa aql

burhani sejalan dengan naql.75 Dalam payung yang lebih

besar, Ibn Rusyd merupakan filosof yang hadir untuk

mengharmonisasikan filsafat dengan agama. Bagi Ibn Rusyd

fungsi filsafat adalah mengadakan penyelidikan tentang alam

wujud dan melihatnya sebagai jalan menuju Tuhan, dalam hal

ini ia mengutif surat al-A‟raf ayat 185, dan dalam surat al-

Hasyr ayat 2. Surat terahir ini dilihat sebagai ayat yang

menganjurkan manusia untuk melakukan qiyas, dan kalau

dimikian maka mempelajari logika dan filsafat. Ia melihat al-

Qur‟an sebagai memiliki makna lahir dan bathin.

Daftar Pustaka

Abdullah, H. M. Amin. 1992. ‚Aspek Epistemoloi Filsafat Islam‛. Dalam Irma Fatimah dkk,

Filsafat Islam: Kajian Ontologism,

Epistemologis, Aksiologis, Histories,

Prospektif. Yogyakarta: LESFI.

A. Boisard, Marcel. 1980. Humanisme Dalam Islam,

terj., H. M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.

Abu Zaid, Nasr, Hamid. 2003. Kriti Wacana Agama, terj., Khoiron Nahdiyyin. Yogyakarta: LKis.

75Hasan Hanafi, Dari Teologi Statis ke Anarkis, terj.,Miftah Faqih, (Yogyakarta; LKis, 1992), cet. I. h. 61-62.

49

Page 65: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Al-Fayyadl, Muhammad. 2005. ‚Menjemput Islam Masa

Depan‛ dalam pengantar, Kembali ke Masa

Depan, terj., R. Cecep Lukman Yasin dan

Helmi Mustafa. Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta.

al-Syuhrawardi, Syihab, al-Din, Yahya. 2003. Hikmah Al Israq: Teosofi Cahaya Dan Metafsika

Khuduri, terj. Muhammad`al- Fayyadl. Yogyakarta: Islamika, 2003.

Bateson, Gregori. 1972. Steps to an Ecology of Mind. New York: Ballantin Books.

Corbin, Henry.1993. History of Islamik Philosophy,

Tanslated by Liadain Sherrard. London and

New York, Kegan Paul International Ltd.

Daud, Wan, Mohd, Wan. 1998. Fislafat Dan Praktek

Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas,

terj. Hamid Fahmy, M. Arifin Ismail, dan

Iskandar Amel. Bandung: Mizan. G. S. Hodgson, Marsal. 2002. The Venture of Islam:

Iman dan Sejarah Dalam Peradaban Dunia,

terj. Mulyadhi Kartanegara. Jakarta: Paramadina.

Habermas, Jurgen. 1981. The Dialectics of

Rationalizations, dalam Sociology Department

Washington University: XLIX, 1981.

Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Kanisuis, Yogyakarta, 1980.

Hatta,Mohammad. 1986. Alam Pemikiran Yunani. UI-Press: Jakarta, 1986.

50

Page 66: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

H. Muzairi, dkk. 1992. Filsafat Islam: Kajian

Ontologis, Epistemolgis, Aksiologis,

Historis, Prospektif. Yogyakarta: LESFI.

Hanafi, Hasan. 1992. Dari Teologi Statis ke Anarkis,

terj.,Miftah Faqih. Yogyakarta; LKis, 1992.

John De Luca (Ed.). 1972. Reason and Experience;

Dialogues in Modern Philosophy. San Fansisco:

Free man, Cooper & Co.

Kartanegara, Mulyadhi. 2003. Pengantar Epistemologi Islam:Menyibak Tirai Kejahilan. Bandung:

Mizan.

________. 2003. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar

Epistemologi Islam. Bandung: Mizan.

________. 2000. Muzaik Khazanah Islam: Bunga Rampai Dari Chicago. Jakarta: Paramadina.

________. 2005. Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung: Arasy Mizan.

________. 2007. Nalar Religius: Memahami Hakekat Tuhan, Alam dan Manusia. Jakarta: Erlangga.

Kholdun, Ibn. 2006. Muqaddimah, terj. Ahmadie Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Labib, Muhsin. 2005. Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla Shadra. Jakarta; al-Huda.

M. Lapidus,Ira. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam,

terj. Ghufron A. Mas’adi. Jakarta: PT

RajaLapindo Persada.

Madjid, Nurecholis. 1984. Warisan Intlektual Islam;

Khazanah Intlektual Islam, Jakarta: Bulan

Bintang.

51

Page 67: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

________. 1994. Khazanah Intlektual Islam. Jakarta:

Bulan Bintang.

Mahzar, Armahedi. 2004. Revolusi Integralisme

Islam: Merumuskan Paradigma Sains dan

Teknologi Islam. Bandung Mizan.

Mujamil Omar. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam

Dari Metode Rasional

Hingga Metode Krtik.

Jakarta: Erlangga.

Mutahahhari,Murthadh. 2002. Filsafat Hikmah:

Pengantar Pemikiran Shadra, terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Mizan.

Nasution, Harun. 2006. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

________. 1975, Pembaruan dalam Islam: Sejaarah

Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan

Bintang.

Nasr, Seyyed, Hussein, 1991. Tasawuf Dulu dan

Sekarang, terj. Abdul Hadi W.M. Jakarta:

Pustaka Firdaus.

________. 1976. Man And Nature:The Spiritual Crisis

of Modern Man, Geoge Allen & Unwin, Ltd.

London. Safi, Louay. 2001. Ancangan Metodologi Alternatif:

Sebuah Refleksi Perbandingan Metode

Penelitian Islam dan Barat, terj. Imam

Khoiri. Yogyakarta: Tiara wacana.

Shariati,Ali. 1996. Tugas Cendikiawan Muslim, terj.

M. Amien Rais. Jakarta: PT Raja Grapindo

Persada.

Page 68: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

52

Page 69: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Soleh, Khudori. 2004. Wacana Baru Filsafat Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sunanto, Hj. Musrifah.2004. Sejarah Islam Klasik:

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.

Jakarta: Prenada Media.

53

Page 70: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 3

GENEOLOGI-HISTORIS

PEMIKIRAN TEOLOGI

MODERN INDONESIA

gama dalam kehidupan manusia merupakan fakta Ahistoris dan fakta

sosial dari sebuah keyakinan mutlak yang tidak terbantahkan. Agama hadir dalam diri manusia sepanjang sejarah eksistensinya di muka bumi,

bahkan totalitas hidup dan kehidupan manusia dikonstruk

oleh keyakinan atas agamanya. Dan yag ditemuka kemudian

adalah agama sebagai sistem nilai yang universal dalam diri

manusia. Kenyataan ini kemudian melahirkan pertanyaan Kenapa manusia beragama? Kenapa agama memaenkan

peran yang begitu penting? Pertanyaan ini bergulir

54

Page 71: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

menjadi sebuah diskursus dalam berbagai disiplin ilmu,

sehingga melahirkan banyak teori dan pendekatan dalam

mengkajinya. Dalam ilmu sosil, terutama antropologi dan

sosiologi mengajukan beberapa teori, Seperti teori jiwa, teori

batas nalar, teori penderitaan dan teori konflik. Sedangkan

teologi mengemukakan teori fitrah. Azyumardi Azra melihat

agama hadir berdasarkan kebutuhan manusia, paling tidak

dari aspek emosionalitas manusa itu sendiri.1 Semua teori

tersebut seakan-akan memutlakkan ketidakmustahilan

manusia untuk tidak beragama.

Selain itu, agama merupakan wilayah atau bagian dari

fenomena hidup yang susah untuk difahami, sebab agama

yang sama akan berubah bentuk pemahaman pada wilayah

yang berbeda, tergantung dari seting sosial-kultural

masyarakat. Itulah sebabnya kita menemukan beberapa

pendefinisian agama oleh para pakar, sosiolog dan

antropolog, seperti Clifford Geertz, dengan merumuskan

agama sebagai : (1) Sebuah sistem simbol yang berfungsi untuk

(2) membangun perasaan dan motivasi yang penuh kekuatan,

pervasif dan tanpa akhir dalam diri manusia dengan (3)

merumuskan konsep mengenai tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsepsi-konsepsi tersebut dengan suatu aura

faktualitas sehingga (5) perasaan dan motivasi diatas menjadi

realistis2

1 Azyumardi Azra, ‚Intraksi Agama dan Kebudayaan‛ dalam

pengantar, Fachry Ali, Agama, Islam, dan Pembangunan, (Yogyakarta: PLP2M, 1985), cet. I, h. 10.

2Clifford Geertz, ‚Religion as a Cultural System‛ dalam R. Banton (ed.) Anthropological Approach to the Study of Religion, 1965, h. 42

55

Page 72: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

William James mendefinisakan agama sebagai „...

perasaan, tindakan, dan pengalaman manusia secara individual

saat berada dalam perenungan atau kontemplasi saat sendiri sejauh

tindakan menyendiritersebut membawanya ke dalam kondisi yang

membawanya untuk berhubungan dengan apa pun yang dianggap

sacral.3 Sementara Joachim Wach (1892-1967), menerapkan

beberapa persyaratan mutlak untuk sampai kepada

pemahaman yang benar dan utuh terhadap agama yang

diteliti, diantaranya adalah syarat intelektual, kondisi emosional

yang cukup, kemauan yang keras dan pengalaman yang

memadai.4 Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang

memberikan gambaran tentag apa itu agama, bagaimana

memahami agama. Dari pendefinisian agama tersebut tampak

bahwa agama seakan-akan menjadi sebuah daya sakral bagi

manusia yang dimanifestasikan kedalam pola hidup sehari-

hari.

Deskripsi di atas memberikan acuan pemahaman kepada

manusia, bahwa semua itu merefleksikan bentuk dari

manifestasi agama dalam kehidupan sosial-kultural

masyarakat. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah

bagaimana masyarakat mempersepsikan agama kedalam

dirinya, terinternalisasi menjadi sebuah keyakinan mutlak,

dan mampu diterjemahkan kedalam kehidupan sehari-hari

3William James, Varietes of Religious Experience, ( New

York : Longmans, 1929), h. 31.

4Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama: Inti dan Bentuk

Pengalaman Keagamaan, terj. Djamannuri, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 15-18. Lihat juga H.A. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia , (Bandung: Mizan, 1998), h. 61-63

56

Page 73: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebagai worldview dalam memahamai, mempersepsi dan

menjalankan kompleksitas hidup di dunia yang profan dan

ambigu ini?

Sebagaimana ulasan di atas, bahwa telah terdapat

perhatian para sosiolog dan antropolog terhadap upaya

penelitian untuk memahami agama. Paling tidak kesimpulan

sementara yang bisa diambil adalah, bahwa pengambilan dan

penentuan sikap keberagamaan tidak lepas dari upaya

hermetisasi5 atu interpreatsi terhadap agama. Proses

hermetisasi inilah yang akan melahirkan bentuk dan warna

agama dalam diri manusia. Namun upaya hermetisasi ini

tidak lepas dari keterpengaruhan seseorang atas kultur,

pendidikan, ekonomi, politik dan kepentingan-kepentingan

yang ingin dicapai, sehingga perbedaan kondisi kultur,

pendidikan dan tingkat intlektualitas seseorang akan

melahirkan perbedaan bentuk pemahaman dan ekspresi

religiusitasnya.6

Masalah tersebut paling tidak diungkapkan oleh Mukti

Ali, bahwa (a) persoalan dan pengalaman keagamaan bersifat

subyektif dan individualistik. Tiap orang mengartikan agama

sesuai dengan pengalaman keagamaannya sendiri. (b) karena

dimensi kesakralannya, tidak ada orang yang begitu

5Hermenetik ditemukan di Yunani, yakni pada Hermes atau

Nabi Idris dalam Islam yang mencoba menyebarkan ajaran Tuhan dengan upaya penerjemahan ajaran agama atau bahasa Tuhan kedalam bahasa masyarakat agar mudah difahami dan diyakini.

6Dalam Islam perbedaan tersebut hanya berlaku pada masalah-masalah yang bersifat furu’iyah semata bukan masalah qot’i (solat, puasa, zakat, haji, Tauhid, kenabian dan lain sebagainya).

57

Page 74: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

bersemangat dan emosional selain membicarakan agama. (c)

konsepsi tentang agama akan sangat dipengaruhi oleh latar

belakang (backround), disiplin ilmu dan tujuan orang yang

memberikan pengertian tentang agama.7 Islam sebagai

agama juga telah melahirkan beragam bentuk pemahaman

dan praktek pengamalan dari umatnya, sebagaimana yang

akan kita lihat nanti.

Dalam sejarah peradaban Islam ditemukan beberapa

contoh perbedaan pemahaman dan ekspresi keberislaman,

terutama setelah nabi Muhammad meninggal dunia, tepatnya

pada masa khalifah Usman dan Ali. Maka pada masa awal

Islam ditemukan kelompok-kelompok Islam dalam bentuk

aliran-aliran, terutama antara kubu Umayyah dan Abbasiyah.

Dan pada masa pertengahan atau Islam klasik ditemukan

beragam kelompok atau mazhab, seperti kelompok Islam aliran kalam (Khawarij, Maturidyah, Mu‟tazilah, Asyariyah,

Qadiriyah, Jabariyah, Syiah dan Sunni). Mazhab Fiqh

(Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi‟i).

Dalam bidang filsafat, Islam pernah meiliki tokoh-tokoh

yang begitu briliam dalam melahrkan ide-ide filosfisnya,

diantranya, pertama, aliran Peripatetik.8 Kedua, aliran

7Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini (Jakarta: Rajawali Press, 1987), h. 5-6

8Yakni aliran yang identik dengan filosof-filosof

seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Aliran ini direfresentasikan pada Aristoteles yang dalam mengajar filsafat selalu degan berjalan -jalan. H. Muzairi, dkk. Filsafat Islam: Kajian Ontologis, Epistemolgis, Aksiologis, Historis, Prospektif, (Yogyakarta: LESFI, 1992), ce. I., h. 76.

58

Page 75: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

iluminasionis (Isyraqiyyah).9 Ketiga, aliran teosofi transenden

atau al-Hikmah al-Mutaaliyyah (979-1050/1571-160).10 Dalam

bidang tasawuf juga ditemukan tokoh-tokoh yang melahirkan

bentuk dan ekspresi Islam dalam beragam konsep dan ajaran,

terutama dalam masalah persepsi dan pengalaman eksistensialnya setelah melakukan pengembaraan

transkosmik dan menyatu dengan Zat Allah.

Semua bentuk aliran dalam Islam tersebut selanjutnya

melahirkan tipologi keyakinan, persepsi dan sikap keagamaan

yang berbeda-beda. Seorang filosof akan meyaakini dan

mengamalkan Islam secara rasional. Sufi secara esoteris atau

subtatif. Ahli fikih secara formalistis dan ritualistik.

Pleksibilitas Islam tersebutlah yang memungkinkan lahirnya

wajah baru kebersilaman sesuai dengan metode pendekatan

9Aliran yang mengedepankan sumber perolehan ilmu pada

konsep penggabungan akal dan intuisi. Tokoh utama aliran ini adalah Syihab al-Din Yahya al-Syuhrawardi (549-

587/1154-1191). Aliran ini lahir dalam rangka meresfons aliran Aristotelianisme di kalangan Islam diatas. Dari segi ontologis aliran ini mengannggap bahwa esensi lebih penting dari pada eksistensi, sebab eksistensi hanya ada dalam

pikiran, gagasan umum dan konsep sekunder yang tidak terdapat dalam realitas, sedangkan yang benar-benar ada atau realitas yang sesungguhnya adalah esensi-esensi yang tidak lain adalah bentuk cahaya. Untuk lebih jelasnya, baca, Syihab al-Din Yahya al-Syuhrawardi, Hikmah Al Israq:

Teosofi Cahaya Dan Metafsika Khuduri , terj. Muhammad`al-Fayyadl, (Yogyakarta: Islamika, 2003), cet. I.

10Muhsin Labib, Para Filososf Sebelum dan Sesudah Mulla

Shadra, (Jakarta; al-Huda, 2005), cet. I., h. 35. Aliran ini merupakan sintesis dari disiplin ilmu yang pernah ada di dunia Islam, tercata ada empat aliran yang mempengaruhi pemikiran Shadra, yakni kalam, pemikiran peripatetik, pemikiran iluminasionis, pemikiran tasawuf.

59

Page 76: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

yang dilakukan. Namun yang jelas setiap pemahaman dan

penafsiran harus tetap berada dalam wilayah-wilayah yang

dibenarkan oleh Islam.

Gerakan keislaman atau kebangkitan Islam dimulai sejak

Islam bersentuhan dengan Barat melalui kolonialisasi dan

imperialisasi wilayah kekuasaan Islam,11 dan ini merupakan

awal dari abad modern didunia Islam, atau dalam pandangan

Harun Nasution merupakan masa kebangkitan Islam.12 Islam

dihadapkan pada kondisis zaman yang begitu progresif,

berada diluar bayangan umat Islam sebelumnya. Barat

datang dengan seperangkat temuan-temuan canggih dalam

bentuk sains dan teknologi, sistem sosial yang begitu apik,

semuanya merupakan cermin atau ciri dari modernisme yang

berkembang di Barat. Napoleon Banoparte (1798-1801) yang

datang ke Mesir misalanya datang dengan segenap perangkat

modernisme, seperti, disertakannya para ilmuan,

perpustakaan, literatur Eropa Modern, laboratorium ilmiah,

serta alat-cetak dengan hurup Latin, Yunani dan Arab.13

Dari kondisi inilah maka dimulai apa yang dinamakan

dengan gerakan kebangkitan Islam, yang dalam pandangan

Fazlur Rahman bahwa respons Islam terhadap Barat justru

melahirkan Muslim Modernis dalam pandangan yang

11Baca, Karn Armstrong, Islam Sejarah Singkat, terj.,

Fungky Kusnaendy Timur, (Yogyakarat: Jendela, 2003), cet. I., h. 169-192.

12Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UI Press, 1995), cet. 5., jilid I., h. 88.

13Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, h.

95.

60

Page 77: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

modernis pula.14 Terkait dengan ini maka tokoh-tokoh yang

lahir adalah mereka yang telah berintraksi dengan budaya

luar terutama budaya pemikiran dan pendidikan Barat,

sehingga pandangan keislaman yang mereka ajukan lebih

kontekstual dan demokratis. Dalam pandangan mereka,

trasformasi budaya modern Barat yang progresif ke wilayah

Islam sudah tidak terbendung, maka agar Islam relevan

dengan kondisi zaman yang dihadapi harus ada reinterpretasi

yang lebih edukatif, kontekstual, progresif dan akomodatif,

atau rethinking Islam.15 Rethinking Islam yang ditawarkan

Mohammed Arkoun bertujuan untuk menggunakan nalar

kritis bebas rasional untuk mengelaborasi sebuah visi baru

dan koheren yang mengintegrasikan kondisi baru yang

dihadapi umat dengan unsur-unsur tradisi Muslim yang

masih ada, atau integrasi antara kemajuan budaya modern

Barat dengan khazanah-khazanah keilmuan Islam.16 Maka

dalam bahasa Islam upaya tersebut dinamakan ijtihad yang

kontinyu dan intensif dalam segala aspek, baik fiqh, kalam

dan lain sebagainya.

14Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhamad, (Bandung:

Pustaka, 2001), cet. I., h. 316.

15Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, terj. Ruslani., (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I., h. 6.

16Gerakan pembaharuan ini dimulai sejak Islam

bersentuhan dengan dunia Barat melalui kolonialisasi dan imperialisasi wilayah kekuasaan Islam, dan ini merupakan awal dari abad modern didunia Islam, Karn Armstrong, Islam Sejarah Singkat, terj., Fungky Kusnaendy Timur, (Yogyakarat: Jendela, 2003), cet. I., h. 169 -192.

61

Page 78: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Azyumardi Azra juga melihat respons umat Islam

terhadap modernisme dan modernisasi Barat dilakukan

dengan tiga bentuk, pertama, apoligetik, kedua identifikatif

dan ketiga afirmatif.17 Secara garis besarnya sebagai sebuah

dampak dari kehadiran bangsa Barat di dunia Islam telah

melahirkan tiga kelompok Islam yang bersekala luas di

seluruh belahan dunia Islam, yakni, Islam Revivalisme, Islam

Reformis dan Islam fundamentalis.18

Demikianlah gambaran singkat tentang sejarah lahirnya

gerakan kebangkitan Islam di era Modern ini, yang bertujuan

sebagai pengantar kearah pembahasan untuk melihat tipologi

gerakan dan warna warni pemikiran Islam di Indonesia,

sebagai penutup, ada baiknya kita cantumpakan ilustrasi dari

Huntington terkait dengan kebangkitan Islam tersebut,

yakni: …..awal tahun 1970-an simbol-simbl, kepercayaan- kepercayaanpraktik-praktik, institusi-institusi, kebijakan-kebijakan,

dan organisasi Islam semakin dipegang teduh dan didukung oleh

satu miliar umat Islam di dunia yang membentang dari Maroko

sampai Indonesia, dari Nigeria sampai Kazakhastan. Proses

islamisasi dimulai dari wilayah kultur hingga apda wilayah

politik dan sosial.19

17Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam; Dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Posmodernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), cet. I., h. iv-vi.

18 Bruce B. Lawrence, Islam Tidak Tunggal: Melepaskan Islam Dari Kekerasan, terj., Harimukti Bagus Oka, (Jakarta: Serambi, 2004), cet. II., h. 59.

19 Samuel P. Huntington, Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, terj., M. Sadat Ismail, (Yogyakarta: Qolam, 2001), cet. 2., h. 186-187.

62

Page 79: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Jika pada masa awal dan pertengahan saja sudah

sedemaikian kompleks dan plural bentuk Islam yang

diekspresikan oleh umatnya, pertanyaannya sekaranga

adalah, bagaimana dengan konteks sekarang yang telah

begitu jauh tertinggal dengan periode sejarah Islam awal dan

pertengahan, yang mana pertemuan budaya yang satu

dengan yang lainnya begitu kuat. Pemikiran progresif abad

modern yang lahir di Barat masuk kedalam ide intlektual dan

sikap masyarakat Islam, terutama dalam konteks Indonesia

yang secara historis, geografis dan kultural jauh berbeda

dengan sumber Islam, yakni Arab? Bahkan masyarakat

Indonesia lebih banyak bersentuhan dengan ide-ide progresif

modern Barat ketimbang Arab, baik dalam bentuk ide-ide

idiologi sosial politik modern Barat. Ahirnya sebagai sebuah

konsekwensi logis-kultural-teologis, maka sudah pasti

pemahaman dan ekspresi keberislaman akan menjadi plural,20

terutama jika kita mengacu pada teori determinisme

lingkungan,21 yakni, perubahan sosial, teori pembangunan,

teori budaya dan lain sebagainya.

Keragaman pemahaman dan ekspresi Islam yang

ditampilkan oleh umat Islam Indonesia inilah yang akan

dikaji dalam tulisan ini, sebuah perkembangan tipologis peta

20Tentunya masalah ini tidak akan dikaji secara historis,

dalam arti mengkaji sejarah awal masuk dan berkembangnya Islam

di Nusantara, namun lebih kepada masa dimana Islam mengalami pluralitas pemahaman dan ekspresi pada masyarakat Indonesia, terutama pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi. Atau pada masa modern di Indonesia.

21Teori yang mengacu pada konsekwensi atau kepastian yang mengarah pada dialektika sinergis antara diri dengan lingkungan.

63

Page 80: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pemikiran keislaman di Indonesia. Semua kelompok dan

aliran pemikiran Islam tersebut hadir sebagai respons

terhadap proses globalisasi dan modernisasi di Indonesia.

Gerakan pemikiran tersebut terlihat baik dalam pemikiran

individu, kelompok maupun organisasi keislaman. Dalam

sejarah perkembangan teologi di Indonesia terjadi dan

dipengaruhi oleh konteks situasi dan kondisi historis tertentu

yang dihadapi kaum muslim Indonesia, yang mana untuk

kemudian meransang nalar intlektualitas para cendikiawan

muslim untuk memberikan respons-respons tertentu, yang

mengarah pada gerakan pembaruan.

Menurut Azyumardi Azra, teologi yang dianut Islam

Indonesia sejak awal perkembangannya adalah teologi

Asy‟ariya. Namun teologi Asyariyah dianggap tidak memberikan kebebasan pada manusia, karena terlalau

mempostulatkan doktrin kepatuhan dan kepasrahan terhadap

Allah, maka abad ke-17 muncul kaum neo-sufisme.

Sedangkan pada abad kontemporer sekitar tahun 70-an

muncul pula beberapa gerakan, seperti teologi modernisme, teologi transformatif, teologi inklusivisme, teologi

Fundamentalis, teologi neo-tradisionalisme.22

Daftar Pustaka

al-Syuhrawardi, Yahya, al-Din, Syihab, 2003. Hikmah Al Israq: Teosofi Cahaya Dan Metafsika

Khuduri, terj. Muhammad`al- Fayyadl, Yogyakarta: Islamika, cet. I.

22Untuk lebih lengkapnya baca, Azyumardi Azra, Konteks

Berteologi di Indonesia; Pengalaman Islam, (Jakarta: Paramadina, 1999), cet. I., h. 43-54.

64

Page 81: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Ali, Mukti, 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, Jakarta: Rajawali Press.

Arkoun, Mohammed, 2001. Islam Kontemporer Menuju

Dialog Antar Agama, terj. Ruslani.,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. I.

Armstrong, Karn, 2003. Islam Sejarah Singkat, terj.,

Fungky Kusnaendy Timur, Yogyakarat: Jendela

cet. I.

Azra, Azyumardi, 1996. Pergolakan Politik Islam;

Dari Fundamentalisme, Modernisme hingga

Posmodernisme, Jakarta: Paramadina, cet. I.

Azra, Azyumardi, 1999. Konteks Berteologi di

Indonesia; Pengalaman Islam, Jakarta:

Paramadina, cet. I.

Azra, Azyumardi, 1985. ‚Intraksi Agama dan

Kebudayaan‛ dalam pengantar, Fachry Ali,

Agama, Islam, dan Pembangunan, Yogyakarta:

PLP2M, cet. I.

B. Lawrence, Bruce, 2004. Islam Tidak Tunggal:

Melepaskan Islam Dari Kekerasan, terj.,

Harimukti Bagus Oka, Jakarta: Serambi, cet.

II.

Geertz, Clifford ‚Religion as a Cultural System‛

dalam R. Banton (ed.) Anthropological

Approach to the Study of Religion, 1965. H. Muzairi, dkk. 1992. Filsafat Islam: Kajian

Ontologis, Epistemolgis, Aksiologis, Historis, Prospektif, Yogyakarta: LESFI, ce.

I.

65

Page 82: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

James, William 1929. Varietes of Religious

Experience, New York : Longmans.

Joachim Wach, Joachim. 1948. Sociology of Religion, The university of Chicago Press.

Labib, Muhsin, 2005. Para Filososf Sebelum dan Sesudah Mulla Shadra, Jakarta; al-Huda, cet.

I.

Nasution, Harun, 1995. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta: UI Press, cet. 5., jilid I.

Rahman, Fazlur, 2001. Islam, terj. Ahsin Muhamad, Bandung: Pustaka, cet. I.

Robertson, Roland ed., 1992. Agama Dalam Analisa dan

Interpretasi Sosiologis, terj., Achmad

Fedyani Saifuddin, Jakarta: CV Rajawali. Safi, Lauay, 2001. Ancangan Metodologi Alternatif:

Sebuah Refleksi Perbandingan Metode

Penelitian Islam Dan Barat, Terj., Imam

Khoiri, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, cet.

I.

Saleh, Faozan, 2004. Teologi Pembaruan: Pergeseran

Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX,

terj., Fauzan Saleh, Jakarta: Serambi, cet.

I.

Wach, Joachim, 1996. Ilmu Perbandingan Agama: Inti

dan Bentuk Pengalaman Keagamaan, terj.

Djamannuri, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

H.A. Mukti Ali, 1998. Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Bandung: Mizan.

66

Page 83: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

P. Huntington, Samuel, 2001. Benturan Peradaban dan

Masa Depan Politik Dunia, terj., M. Sadat

Ismail, Yogyakarta: Qolam, cet. 2.

67

Page 84: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 4

TEOLOGI

EKSKLUSIVISME ISLAM

TIPOLOGI KEYAKINAN,

PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN

Geneologi Historis Munculnya Eksklusivisme Islam

ksklusif berasal dari bahasa Inggris yakni, exlusive Eyang bermakna sendiri,

dengan tidak disertai orang lain, berdiri sendiri, terpisah dari yang lain, dan tidak memiliki hubungannya dengan yang lain.1

Dalam kamus Oxford juga bermakna yang sama, yakni,

Exclusive bermakna, “tidak disertai yang lain”, terpisah dari

1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris

Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1979), cet. VIII., h. 222.

68

Page 85: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

yang lain, tidak termasuk, semata-mata, kehususan.2

Eksklusivisme Islam berarti suatu faham atau pandangan

tentang Islam yang tertutut. Selanjutnya yang penting untuk

dicermati adalah bentuk atau jenis dari Eksklusivisme

tersebut, yakni eksklusivisme internal (ke dalam) dan

eksklusivisme eksternal (ke luar).

Eksklusivisme internal yakni sikap eksklusif dalam

memahami, meyakini dan mengamalkan agama. Dalam artian

bahwa eksklusivisme ini disejajarkan dengan tradisionalisme,

konservatisme, irrasional, tidak melihat Islam dalam aspek

yang luas, melainkan dalam aspek yang sangat sempit dan

berada dalam hegemoni aliran pemikiran dan mazhab

tertentu, tidak mau menerima dan melakukan pembaruan

dalam cara pemahaman, cara pandang kearah yang lebih

rasional dan kontekstual, melainkan cenderung bersikap

dogmatis, totalistik, fanatik, taklid dan kultus. Inilah yang

akan menjadi fokus dari tulisan ini. Sedangkan eksklusivisme

eksternal (ke luar) berarti pandangan yang menganggap

agama sendiri yang paling benar, sedangkan agama lain

salah, keselamatan hanya ada dalam Islam, dan tidak ada pada

agama lain.

Eksklusivisme Islam tidak hadir begitu saja tanpa ada

sebuah cara atau metode yang melahirkannya. Eksklusivisme

bisa saja dipengaruhi atau paling tidak berkorelasi dengan

pengalaman keagamaan, perspektif, dan metode atau

2Joyce M. Hawkins, Kamus Dwi bahasaoxford-Erlangga: Inggris-Indonesia1, Indonesia-Inggris, terj. A. Remy Rohadian, Ading Dimyati, Sepina Yuda Purnamasari(Jakarat: Erlangga, 1996), cet. I., h. 115

69

Page 86: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

epistemologi yang digunakan.3 Epistemologi yang digunakan

akan berperan dalam menentukan tipologi kepemelukan dan

pengamalan Islam. Jika epistemologi yang digunakan bersifat

rasional, maka kepemelukan dan pengamalan agamanya tentu

lebih kritis dan terbuka.4 Demikian juga dengan yang

mengandalkan intusi, maka corak kepemelukan dan

pengamalan Islamnya pun akan bersifat intuitif, yakni lebih

mengedepankan pengamalan batin.5

Faktor Lahirnya Eksklusivisme Islam

1. Faktor Wawasan Pemahaman Islam

Di atas telah disebutkan bahwa doktrin Islam yang

terkandung dalam al-Qur‟an terdapat dua bentuk, yakni yang

Qot„î dan Zonnî . Ranah Zonni inilah yang kemudian

melahirkan ragam penafsiran. Usaha memahami ajaran Islam

inilah nantinya yang akan membentuk warna dan corak

3Epistemologi berasal dari bahasa Yunani atau Greek,

yakni episteme, yang berarti pengetahuan, ilmu pengatahuan, dan logos berarti pengetahuan, imformasi. Dapat juga disebut ‚Pengetahuan tentang pengetahuan‛, bahkan terkadang disebut juga teori pengetahuan. Epistemologi berkaitan dengan filsafat ilmu, terutama yang berkaitan dengan teori ilmu pengetahuan. Berbicara tentang Epistemologi dalam Islam, maka akan mengacu pada al-Qur’an dan Sunnah sebagai objeknya, dan metodenya menggunakan bayani, burhani dan irfani (akal, pengalaman dan intuisi), William L. Reese, Dictionary Philosophy and Religion, (New York: Humanity Books, 59 John Glenn Drive’ Amherst, 1996), h. 205.

4Dalam Islam corak kepemelukan yang rasional terdapat pada para filosof dan teologi Qadiriyah dan Mu’tazilah.

5Dalam konteks Islam, kepemelukan dan pengamalan Islam yang bersifat intuitif ini terdapat pada kelompok tasawuf.

70

Page 87: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

tipologis kepemelukan dan pengamalan Islam. Hal ini

sebagaimana yang dikatakan Ali Shariati6 bahwa agama akan

menjadi penting dan bermanfaat bukan karena agama itu

sendiri, melainkan tergantung pada kualitas pikiran dan

intlektualitas para pemeluknya, jika pemeluknya berfikiran

dangkal dan tekstual-skripturalais, maka agama tersebut

akan menjadi sempit dan tidak bernilai universal, namun jika

pemeluknya kritis, berwawasan luas, dan progresif, maka

agama akan menjadi lebih bernilai universal, modern dan

responsif.7 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Jalaluddin

Rahmat, bahwa agama akan berperan tergantung pada

pemeluknya, bergantung pada peranan yang kita berikan, dan

bergantung pada bagaimana kita memandang agama.8

Dengan demikian, wawasan dalam konteks ini dimaknai

sebagai tingkat kemampuan dan daya pikir yang dimiliki

umat Islam dalam mensikapai agamanya. Daya pikir ini dapat

diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yakni pertama yang

kritis, rasiolan, progresif dan inovatif. Dalam Hal ini dapat

dilihat dari kepemelukan dan pengamalan Islam oleh teologi

Mu‟tazilah dan para filosof Islam pada abad pertengahan.9

6Ali Syari’ati, Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, terj., M. S. Nasrulloh dan Afip Muhammad, (Bandung: Mizan, 1995 ), cet. II., h. xiii.

7Ali Shariati, Tugas Cendikiawan Muslim, terj., M. Amin Rais, (Jakarta: PT GrafindoPersada, 1996), cet. I., h. 103.

8Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif; Ceramah-Ceramah di Kampus, (Bandung: Mizan, 1998), cet. IX., h. 36.

9Qadiriyah dan Mu’tazilah tidak mau terjebak dalam pemahaman dangkal terhadap wahyu John L. Esposito, dalam Islam Warna Warni: Ragam Ekspresi Menuju ‚Jalan Lurus‛, h. 71.

71

Page 88: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Sedangkan di abad modern ditemukan pada kelompok modernis

Islam, terutama yang telah bersentuhan dengan budaya dan

pendidikan modern Barat.10 Kedua adalah yang sempit, irrasional

dan tradisiolis, yakni tidak mau melakukan rasionalisasi dan

ijtihad, melainkan cendrung menerima secara dogmatis, literalis

dan taklid apa yang sudah diyakininya, yang didapat dari ulama

terdahulu. Dalam teologi misalnya terdapat kaum Khawarij,

Jabariyah dan Asy‟ariyah yang menempatkan akal sebagai yang nomor dua, dan cendrung bersifat predestination.11 Dalam

masalah fiqh, terdapat sikap tidak mau melakukan ijtihad dan

cedrung bersifat dogmatis dan taklid pada hukum yang telah ada. 12

Faktor wawasan Islam inilah yang cukup dominan dalam

menentukan eksklusivisme dalam Islam, karena paradigma

pendidikan Islam yang dipergunakan terlihat pada

pengkajian Islam yang hanya terpaku pada masa awal dan

kelasik Islam, dan cendrung dilihat dalam perspektik dan

aspek yang sempit. Islam tidak dilihat dalam jalinan

historitasnya yang panjang, yang telah berbaur dengan

beragam bentuk kebudayaan dan pemikiran kemanusiaan

yang sarat dengan perubahan dan kepentingan.

2. Faktor Aliran-aliran Mazhab Dalam Islam

Di atas telah disebutkan bahwa, dalam Islam terdapat

alira-aliran mazhab yang dikonstruksi sebagi lensa atau jalan

bagi umat Islam untuk memahami dan mengamalkan ajaran

10John L. Esposito, h. 175-184. 11John L. Esposito, h. 89-94. 12John L. Esposito, h. 105-106.

72

Page 89: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islam. Pesan dibalik kemunculan aliran-aliran tersebut

seakan-akan berbunyi, bahwa untuk generasi selanjutnya

tidak perlu melakukan ijtihad, melainkan cukup kembali dan

membuka kitab-kitab yang dibuat oleh ulama-ulama terdahulu. Aliran-aliran inilah yang selanjutnya

menghegemoni dan membelenggu nalar umat Islam

sekarang. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa

kemunculan beragam aliran dalam Islamlah yang membuat

lahirnya sikap eksklusif umat Islam. Hal ini dimungkinkan

karena dengan munculnya aliran-aliran tersebut, maka

terbentuklah orientasi kepemelukan dan pengamalan Islam

dalam wajah aliran yang dianut. Disamping itu, karena

masing-masing aliran dalam Islam sering mengalami

ketegangan dan komplik, atas nama klaim kebenaran, yakni

merasa aliran sendiri yang paling benar, sedangkan yang lain

salah.

Dalam bidang teologi Islam, eksklusivisme ditunjukkan

oleh kaum Khawarij dalam melihat orang-orang yang terlibat

arbitrase. Bagi kaum Kahwarij al-Muhakkimah, bahwa Ali,

Muawiyah dan Amr Ibn al-„As dan Abu Musa al-Asy‟ari yang menjadi juru runding dan semua yang terlibat dalam

albitrase dinyatakan sebgai kafir. Tidak hanya kelompok

Khawarij al-Muhakkimah, Khawarij al-Azariqah lebih

eksklusif lagi, bagi kelompok ini, terhadap orang yang tidak

sepaham dan tidak mau hijrah ke wilayahnya dikatakan

sebagai musyrik.13 Tidak hanya itu antara Asy‟ariyah dan

13Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah

Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1972), cet. II., h. 14.

73

Page 90: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Mu‟tazilah juga demikian, bagaima pertentangan-

pertentangan mereka mengenai dosa besar, keadilan Allah,

kedudukan al-Qur‟an dan lain sebagainya, takdir Allah. Semua ini menjadi lahan pertikaian yang masing-masing

mengklaim pendapat aliran sendiri yang paling benar.14

Pada masa pemerintahan Abbasiyah, muncul ketegangan

antara ulama dan khalifah yang dianggap mengadopsi

praktek-praktek luar yang tidak Islami. Ulama juga

menyerang kelompok sufi dan filusuf, bagi ulama, syariat atau

fikh adalah jalan yang benar dan lurus yang menjadi kreteria

dalam aqidah dan perilaku baik dalam intlektual, sosial dan

standar-standar ortodoksi. Cara pengamalan Islam yang

seperti ini dinilai kurang tepat oleh para sufi dan filosof yang

lebih menekankan jalan batin berupa kontemplasi bagi para

sufi, dan penggunaan nalar oleh para filosof dalam

menangkap pesan wahyu.

Pertikaian dalam bidang filsafat semakin besar dengan

kritik al-Ghazzali ke pada para filosof Islam.15 Al-Ghazali

menilai para filosof telah keliru dalam beberapa pendapatnya,

yang tercatat sebanyak dua puluh, namun yang paling krusial

ada tiga, yakni Alam itu kekal dalam arti tak bermula, Tuhan

tidak mengetahui spesifikasi atau perincian wujud dan

fenomena dalam alam, dan tidak ada kebangkitan jasmani di

akherat.16

14John L. Esposito, h. 86-94. 15John L. Esposito, h. 71. 16Harun Nasution, Falsafah & Mistisisme Dalam

Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1983), cet. III., h. 44-45.

74

Page 91: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Dalam lingkup aliran yang lebih besar, yakni antara

Sunni dan Syi‟ah, masing-masing memiliki pijakan

tersendiri dalam kepemelukan dan pengamalan Islam. Kedua

aliran ini memiliki tipologi filsafat, tasawuf dan Fiqh yang

berbeda-beda, tentunya perbedaan ini bukan tampa sebab,

melainkan lebih karena sikap eksklusif dalam mewuj udkan

kepemelukan dan pengamalan Islam. Dalam bidang tasawuf,

Sunni hanya mengenal tingkat ma‟rifah dan tidak sampai

pada tataran penyatuan dengan Allah sebagaimana tasawuf di Syi‟ah. Dalam bidang fiqh, Sunni memiliki empat mazhab, yakni Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi‟I, yang masing-

masing mazhab memiliki wilayah yang berbeda-beda untuk

konteks saat ini. Mazhab Hanafi dianut diwilayah Timur Tengah

Arab dan Asia Selatan, Maliki di Afrika Utara, Tengah, dan Barat, Manbali di Saudi Arabia, dan Syafi‟I di

wilayah Afrika Timur, Arabia Selatan, dan Asia Tenggara.

Syi‟ah juga memiliki mazhab Fiqh tersendiri, yang paling dominant adalah mazhab Ja‟fari.17

Semua ini membuktikan bahwa para pengikut mazhab

dalam Islam telah memicu bagi lahirnya pemahaman dan

wawasan Islam yang sempit, dalam artian bahwa umat Islam

tidak mau melihat dan memahami Islam dari aspek yang lebih

luas, melainkan cukup berpegang pada aliran yang dianut

saja.

3. Faktor Sejarah Islam

Eksklusvisme Islam juga dipengaruhi oleh bagaimana

umat Islam melihat kejayaan peradaban yang digapainya,

17John L. Esposito, h. 106.

75

Page 92: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

mulai dari awal abad permulaan Islam, sebagaimana yang

dikemukakan Robert N. Bellah.18 Pada masa Islam klasik,19

lahir para filosof, teolog, sufi dan fuqaha‟. Semua itu

merefliksikan Islam yang termanifestasikan ke dalam

kehidupan sosial keduniawian sehingga melahirkan

peradaban dunia yang besar. Islam dalam keyakinan para

pemeluknya pada masa-masa awal dan klasik telah berperan

sebagai penggerak bagi lahirnya etos intlektual dan

kreatifitas umatnya sebagai refleksi dari mengaktualisasikan

eksistensi diri kearah hidup yang lebih baik dan maju.20

Disinilah terlihat watak Islam yang inklusif.

18Hal inilah yang diilustrasikan Robert N. Bellah dengan:

Dihadapan Nabi Muhammad masyarakat Arab telah melakukan

lompatan yang jauh kedepan dalam bidang sosial dan kapasitas

politik. Pada saat struktur yang sudah dibentuk oleh Nabi

tersebut dilanjutkan oleh para khalifah pertama untuk

menyediakan prinsif pembentukan suatu imperiom dunia, hasilnya

kemudian adalah sesuatu yang sangat modern untuk masa dan

tempatnya saat itu. Modern dalam hal tingginya tingkat

komitmen, keterlibatan dan partisipasi yang diharapkan dari rakyat biasa sebagai anggota masyarakat......, Sebagaimana yang dikutif dalam Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1998), cet. XI., h. 62-63.

19Sejarah perkembangan Islam dibagi ke dalam tiga

periode, pertama periode klasik (650-1250), kedua periode pertenghan (1250-1800), ketiga periode modern (1800-sekarang). Dimasa klasik tersebutlah Islam mengalami kemajuan peradaban. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)h. 4-6.

20Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, h. 69-70.

76

Page 93: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Romantisme sejarah kejayaan peradaban Islam ini

menjadi salah satu faktor eksklusif dalam memeluk Islam.

Bagi umat Islam setelah abad pertengahan adalah tidak perlu

melakukan ijtihad dan temuan baru mengenai aqidah, hukum

dan lain sebagainya, sebab semua sudah ada dalam kitab -

kitab ulama terdahulu, sehingga hanya dengan membuka

kembali kitab-kitab tersebut sudah cukup untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini.

Karakteristik Eksklusivisme Islam

1. Literalis atau Tekstualis

R.William Liddle melihat sikap literalis atau skripturalis

sebagai kelompok yang tidak memandang diri mereka terlibat

dalam kegiatan intelektual yang mencoba mengadaptasikan

pesan-pesan Muhammad dan makna Islam ke dalam kondisi-

kondisi sosial. Menurut mereka pesan-pesan dan makna itu

sebagian besar sudah jelas termaktub dalam kehidupan,

karena itu mereka cenderung berorientasi pada syari‟at.21 Islam dilihat dari perspektif normativisme teks, sehingga

sikap pengamalan dan cara pandang dalam hidup adalah

berangkat dari teks al-Qur‟an dan Hadits dan berahir

dalam teks pula. Tokoh-tokoh pengkritik dari sikap literalis

atau skripturalis ini adalah Nasr Hamid Abu Zaid, Muhamad

Arkoun, Adonis.

21 R. William Liddle, Skripturalisme Media Dakwah, Suatu

Bentuk Pemikiran dan Aksi Polotik Islam di Indonesia Masa Orde Baru, dalam Mark Woodward (ed) Jalan Baru Islam, Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia, Bandung: Mizan, 1999, h. 304.

77

Page 94: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Skripturalisme dilabelkan pada tokoh pembaharu Islam

Muhamad Abduh dan murid-muridnya. Geertz menyebut

Abduh dan murid-murudnya sebagai kelompok Islam

skripturalisme, mereka merupakan penerus dari Ibn Hambal,

Ibn Taymiyah dan abd al-Wahhab. Pandangan kaum

Muslimin yang melihat Islam sebagai yang universal, sering

menjadi modal kesadaran untuk mengubah kemandekan

lokalisme. segala macam bentuk perlawanan kaum muslimin

terhadap kolonialisme dan ketimpangan sosial lainnya

berangkat dari kesadaran ini.22 Dalam pandangan kaum

skripturalis, al-qur‟an dan Sunnah merupakan sesuatu yang sempurna, suci, yang datang dari Tuhan, dan tidak ada

jalan kritik padanya. Karena sikap inilah kemudian kaum

skripturalis dilabelkan dengan Islam fundamentalis.23

2. Dogmatis

Karakteristik yang menonjol dari Islam Eksklusif adalah

dogmatisme terhadap doktrin-doktrin Isalam yang sudah ada

dalam pemahaman dan keyakinan, dengan demikian

cendrung pasif dan taken for grented dalam menerima dan

memahami Islam, menerima apa adanya Islam yang didapat

lewat pemahaman figur Islam yang dihormati, dan tidka

berupaya untuk menalar atau mempertimbangkan ajaran

Islam yang didapat. Taklid inilah corak yang has. Ajaran

22Robert N. Bellah, Beyond Belief: Essay on Religion in

a Post-Tradisionalist World, (University of California press; Berkeley and Los Angeles, Calipornia: Ltd. London, England, 1970), h. 159-160.

23Robert N. Bellah, Beyond Belief: Essay on Religion in a Post-Tradisionalist World, h. 160-161.

78

Page 95: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islam diyakini bersifat obsolut dan mutlak benar sehingga

harus diyakini dan diamalkan apa adanya, akal tidak boleh

mempertanyaka dogma-dogma tersebut. Sikap dogmatis

dalam beragama merupakan sikap mempertahankan ajaran

yang sudah ada harus dianggap sempurna dan mapan

sehingga tidak menerima reinterpreatsi dan perubahan.24

3. Totalistik

Karaktersitik lain dari Islam eksklusif adalah

berpandangan totalistik. Islam dilihat sebagai agama yang

total (Kaffah), serta mengandung wawasan-wawasan, nilai-

nilai serta petunjuk yang bersifat lengkap, mencakup segala

aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, budaya, dan lain-

lainnya. Pandangan yang bersifat totalistik ini berasumsi

bahwa pemahamannya berangkat dari teks yang bersumberr

pada wahyu, dengan demikian maka segala aspek kehidupan

haru berdasarkan pada hukum dan ajaran Islam.25

Di Indonesia, pandangan totalsitik ini ditemukan pada

sosok seorang Dr. Fuad Amsyari perlu disadari bahwa Islam

itu bersifat kaffah, utuh menyangkut segala segi kehidupan

termasuk mencari segala permaslahan harus berasal dari sumber-

sumber Islam. Tidak ada masalah apa pun di dunia yang itdak

dapat dipecahkan oleh acuan Islam. Karena itu strategi dan taktik

adalah bagian dari Islam, baik hal itu berkaitan dengan strategi

dan taktik dalam jihad atau strategi dan taktik manusia untuk

24Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, h. 87.

25M. Syafi’I Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia:

Sebuah Kajian Politik Tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru, h. 175.

79

Page 96: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

hidup mencari kebahagiyaan lahir dan batin, individu-masyarakat,

dan dunia akherat. Di sini jelas bahwa upaya pemikiran strategi

dan taktik untuk suatu masalah tertentu dalam kehidupan sama

sekali tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang

mana pun. Tidak boleh ada strategi dan taktik dalam kehidupan

seorang muslim ataupun kelompok muslim yang boleh bertentangan

dengan prinsip-prinsip Islam.26

4. Fanatik

Fanatik juga merupakan sifat yang menonjol. Islam

Eksklusif menganggap bahwa hanya Islam sendiri yang

benar sedangkan yang lain salah, hanya kelompok dia yang

benar sedang yang lain salah. Fanatisme tidak menerima

pluralitas dalam Islam, baik mazhab, pemahaman dan lain

sebagainya. Dalam sejarah Islam ditemukan kelompok

Khawarij yang begitu eksklusif mempertahankan fanatisme

femahaman dan keyakinannya, sehingga menghantar

kelompok tersebut pada tingkat aktualisasi Islam yang keras,

penghujatan terhadap orang di luar kelompoknya sebagai

kafir dan harus diperangi. Di era sekarang karakter kwarij

masih ditemukan pada umat Islam, terutama pada kelompok

yang religius ekstrimis, seperti kelompok fundamentalisme

Islam dan Islam radikal. Di Indonesia bisa ditemukan pada

kelompok FPI dan Hizbu Tahrir.

26Sebagaimana yang dikutif dalam, M. Syafi’I Anwar,

Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik Tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru, h. 177.

80

Page 97: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

5. Ideologis

Ini merupakan ciri dari Islam Eksklusif, bahwa Islam

dijadikan sebagai ideologi hidup, Islam dibuat sedemikian

rupa menjadi sumber dan alasan untuk menjastifikasi tujuan-

tujuan atau pola hidup yang dijalankan. Islam dijadikan

sebagai ideologi sering dipraktekkan oleh para politisi

dengan mebentuk partai yang berlabelkan Islam.27 Disinilah

terlihat Islam dijadikan sebagai legitimasi dan jastifikasi

kepentingan. Islam dijadikan sebagai ideologi dapat diartikan

sebagai ideologi yang berazaskan pada Islam atas segala

tindakan yang dilakukan oleh umat Islam.28 Dijadikannya

Islam sebagai ideologi disebabakan oleh pandangan dan

keyakinan bahwa Islam adalah agama yang bersifat universal

dan total.29 Di Indonesia ditemukan pada kelompok FPI dan

Hisbu Tahril yang cendring menjadi kerumunan muslim

yang bercorak simbolis dan sloganistik.

Dalam sejarah Islam awal gerakan Islam sebagai ideologi dapat ditemukan pada pemberontakan Mu‟awiyah terhadap

Ali, kemudian kaum khawarij yang memberontak atas nama

keadilan dan kebaikan, dan pemberontakan Zaediyah dari

cucu Ali.30 Sedangkan di era modern dapat ditemukan dalam

gerakan-gerakan Islam yang berada dalam kelompok gerakan

27Di Indoneis misalnya, terdapat partai politik Islam,

seperti PKS, PPP, PBBB, PBR, PKNU, dan lain sebagainya.

28Abdul Qadir Djaelani, Perjuangan Ideologi Islam di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 23.

29Khalifah Abdul Hakim, Islamik Ideology, (Lahore:

Institut of Islamic Culture, 1993), h. iv.

81

Page 98: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islamisme, seperti gerakan yang dilakukan oleh Jamaluddin

al-Afghani, Hasan al-Banna, dan lain-lain.

6. Formalistik

Eksklusivisme dalam Islam juga memiliki karakteristik

legalisme atau formalisme, yakni lebih mengedepankan

ketaatan yang ketat dan formal pada ajaran Islam dalam

segala aspek kehidupan, yang ditandai dengan penggunaan

simbol-simbol Islam, seperti pembentukan politik Islam,

Bank Islam, asuransi Islam, dan yang paling dominant adalah

pola kebersilaman yang bersfiat Arabisme, yakni dengan

menggunakan pakean ala Arab atau gambis, dan

pemeliharaan jenggot. Menurut Azyumardi Azra, artikulasi

keberagamaan formalisme ini bisa melahirkan sikap

fundamentalsime, baik yang pada gilirannya juga dapat

mengambil berbagai bentuk ekskpresi, baik yang bersipat

damai maupun radikal, hal ini disebbakan oleh wataknya

yang cenderung literalis dalam memahami agama.31 Menurut

M. Sirajudin Syamsudin formalisme Islam sangat

mengedepankan ideologisasi atau politisasi yang mengarah

pada simbolisme secara formal.32 Formalisme Islam lebih

bersipat simbolis dan sloganistik.

Akhirnya, Islam eksklusif atau eksklusivisme Islam lebih

melihat Islam sebagai agama yang totalistik dan definitif

dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi

dalam segala aspek kehidupan dan di setiap kondisi zaman.

Paradigma pemahaman terhadap ajaran Islam bersifat

82

Page 99: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dogmatis, taklid, dan tekstual sehingga tidak menginginkan

adanya reinterpretasi yang lebih, empiris dan inklusif,

melainkan mencukupkan diri dengan apa yang sudah ada

sebagai warisan keislaman. Sedangakan bentuk keyakinan

bersifat totalistik dan ideologis. Dari aspek pengamalan

ajaran Islam bersifat formalistik, simbolik, fanatik,

sloganistik, militant, fundamental dan radikal.

Daftar Pustaka

Abduh, Muhammad, 1989. Risalah Tauhid, terj. Jakarta: Bulan Bintang, cet. I.,

Abdullah, Amin,. 1998. ‚Arkoun dan Kritik Nalar

Islam‛, dalam, Tradisi, Kemoderenan, dan

Metamodernisme, Yogyakarta: LkiS.

Adonis, 2007. Atstsabit wa al-Mutahwwil: Bahts fî

al-Ibdâ΄ wa al-Itbâ’ ‘inda al-’Arab, terj.,

Khairon Nahdiyyin, Yogyakarta: LKiS, cet. I.

Ali, Fachry, 1985. Agama, Islam dan Pembangunan, Yogyakarta: PLP2M.

Arjoman, Amir, Said, 2006. ‚Thinking Globally About

Islam‛, dalam, The Oxford Handbook of Global

Religions, edited, Mark Juergensmeyer,

Oxford: University Press. Azra, Azyumardi, 2000. Islam Subtantif: Agar Umat

Tidak Jadi Buih, Bandung: Mizan, cet. I.

________, 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina, cet.

I.

Bahar, Safruddin, 1985. The Religous of Man, (New York; Hargestown San Francsco.

83

Page 100: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bellah, N, Robert, 1970. Beyond Belief: Essay on

Religion in a Post-Tradisionalist World,

University of California Press; Berkeley and

Los Angeles, Calipornia: Ltd. London,

England.

Boisard, A, Marcel, 1980. Humanisme Dalam Islam,

terj., H. M. Rasjidi, Jakarta: Bulan

Bintang, cet. I.

Djaelani, Qadir, Abdul, 1996. Perjuangan Ideologi

Islam di Indonesia, Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya.

Esposito, L, John, 2004. Islam Warna Warni: Ragam

Ekspresi Menuju ‚Jalan Lurus‛ (al-Shirat al-

Mustaqim), terj. Arif Maftuhin, Jakarta:

Paramadina, cet. I.

Hakim, Abdul, Khalifah, 1993. Islamic Ideology, Lahore: Institut of Islamic Culture.

Hanafi, Hassan, 2000. Oksidentalisme: Sikap Kita

Terhadap Tradisi Barat, Terj., M. Najib

Buchori, Jakarta: Pramadina, cet. I.

Hawkins, M, Joyce, 1996. Kamus Dwi bahasa Oxford-

Erlangga: Inggris-Indonesia1, Indonesia-

Inggris, terj. A. Remy Rohadian, Ading

Dimyati, Sepina Yuda Purnamasari, Jakarat:

Erlangga, cet. I.

Hidayat, Komaruddin, 1998. Tragedi Raja Midas:

Moralitas Agama dan Krisis Modernisme,

Jakarta: Paramadina, cet. I.

84

Page 101: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

John M. Echols dan Hassan Shadily, 1979. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, cet.

VIII.

Kuhn, Thomas, 2000. The Structure of Scientific

Revolutions : Peran Paradigma Dalam revolusi

Sains, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Kurzman, Charles, 2003. Wacana Islam Liberal:

Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu

Global, editor, terj. Bahrul Ulum Heri

Junaidi, Jakarta: Paramadin, cet. II.

Lee, D., Robert, 2000. Mencari Islam Autentik: Dari

Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, terj. Ahmad Baequni, Bandung: Mizan,

cet. I.

Madjit, Nurcholish, 1998. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, cet. XI.,

Mark, Woodward (ed), 1999. Jalan Baru Islam,

Memetakkan Paradigma Mutakhir Islam

Indonesia, Bandung: Mizan.

Nasution, Harun, Islam Rasional: Gagasan dan

Pemikiran, (Jakarta: Mizan), cet. I.

______, 1972. Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah

Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press,

cet. II.

______, 1983.Falsafah & Mistisisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet. III.

______, 1975. Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah

Pemikiran Dan Gerakan, Jakarta: Bulan

Bintang.

85

Page 102: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

______, 1991. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta:

Bulan Bintang.

Putro, Suadi, 1998. Mohammed Arkoun Tentang Islam Modernitas, Jakarta: Paramadina, cet. I.

Rahmat, Jalaluddin, 1998. Islam Alternatif; Ceramah-

Ceramah di Kampus, Bandung: Mizan, cet. IX.

Reese, L, William, 1996. Dictionary Philosophy and

Religion, New York: Humanity Books, 59 John

Glenn Drive’ Amherst.

Robertson, Roland, ed., 1992. Agama Dalam Analisa

dan Interpretasi Sosiologis, terj., Achmad

Fedyani Saifuddin, Jakarta: CV Rajawali.

Sardar, Ziauddin, 2005. Kembali ke Masa Depan,

terj., R. Cecep Lukman Yasin dan Helmi

Mustafa, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

cet I. Saenong, B., Ilham, 2002. Hermeneutika Pembebasan:

Metodologi Tafsir al-Qur’an Menurut Hassan Hanafi, Jakarta: Teraju.

Shariati, Ali, 1996. Tugas Cendikiawan Muslim,

terj., M. Amin Rais, Jakarta: PT

GrafindoPersada, cet. I.

Syari’ati, Ali, 1995. Islam Mazhab Pemikiran dan

Aksi, terj., M. S. Nasrulloh dan Afip

Muhammad, Bandung: Mizan, cet. II.

Wach, Joachim, 1948. Sociology of Religion, The university of Chicago Press.

86

Page 103: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Worldmark, 2006. Encyclopedia of Religious

Practices, edited, Thomas Riggs, Thomson

Gale, Volume I.

Zaid, Abu, Hamid, Nasr, 2005. Mafhum an-Nash

Dirasah fi ‘Ulūm al-Qur’ân, terj., Khoiran

Nahdiyyin, Tekstualitas Al-Qur’an: Kriti

terhadap Ulumul Qur’an, Yogyakarta: LKiS,

cet. IV.

_______, 2003. Kritik Wacana Agama, terj., Khoiron Nahdiyyin, Yogyakarta: LKis, cet. I.

87

Page 104: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 5

TEOLOGI

REVIVALISME ISLAM

MANIFESTASI GERAKAN FURITANISASI

AQIDAH, IBADAH DAN HUKUM MUAMALAH

eberadaan Revivalisme Islam merupakan bentuk Kpenolakan dan

perlawanan terhadap modernisme Barat yang telah mempengaruhi cara pandang ummat Islam terhadap dunia (permasalahan sosial). Bangsa-

bangsa eropa seperti Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris dan

Prancis telah menguasai perdagangan di wilayah Islam. Atas

dasar kondisi keterpurukan dan penjajahan tersebut, maka

lahir gerakan Revivalisme Islam.1

1Bruce B. Lawrence, Islam Tidak Tunggal: Melepaskan Islam Dari Kekerasan, (Jakarta: Serambi, 2004), cet. II. h. 73.

88

Page 105: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Dalam perkembangannya, Revivalisme Islam mengalama

beberapa corak atau tipologis, yakni yang moderat dan

radikal. Revivalsime Islam moderat lebih mengedepankan

sikap penghayatan dan pengamalan Islam secara individual

ataupun berkelompok, sehingga arah yang dituju adalah

meng menghidupkan kembali Islam yang damai, Islam yang bisa dijadikan sebagai kekuatan ideologis dalam membendung

arus modernisasi yang mengarah pada tercitapnya budaya

vulgar dalam diri umat Islam. Kelompok ini di Era sekarang

tercermin pada kelompok-kelompok jamaah Tablig yang

memenuhi masjid-masjid untuk solat berjama‟ah dan muzakarah. Islam Revivalis mengajarkan tentang huruj,

yakni berkunjung ke masjid-masjid di seluruh dunia Islam

selama 40 hari 40 malam. Ciri lainnya adalah melakukan

dakwah keliling mengajak masyarakat untuk solat berjamaah.

Dihadapan mereka ilmu pengetahuan tidak terlalu penting,

sebab yang utama adalah ibadah vertikal. kelompok

Revivalsime Islam radikal, mengarah pada gerakan

perlawanan terhadap ideologi di luar ideologi Islam.

Sehingga kelompok Revivalsime Islam radikal bertujuan

untuk menciptakan sistem sosial, budaya, politik, dan

ekonomi yang berasaskan Islam.2

Di Indonesia, kelompok Revivalisme Islam dalam konteks

Indonesia merupakan gerakan keislaman yang bertujuan

untuk mengembalikan Islam pada ajarannya yang murni.

Kemunduran ummat Islam di era modern disebabkan oleh

2Azyunardi Azra, Islam Reformis; Dinamika Intlektual dan

Gerakan, (Jakarta: PT Grapindo Persada, 1999), cet. I., h. 47.

89

Page 106: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

kondisi pengamalan dan keyakinan yang telah dinodai oleh

bid‟ah, khurafat, tahayul, dan tradisi lokal, serta pemikiran dan idiologi sosial modern Barat. Karena itulah maka Islam

harus dimurnikan kemabali. Dalam upaya pelaksanaan

puritanisasi Islam tersebut, langkah yang diambil oleh kaum

Revivalis adalah penerapan dan pengembangan ijtihad,

khususnya dalam masalah-masalah yang berkenaan dengan

hukum. Contoh yang dapat diamani adalah gerakan Padri di

Minang Kabau pada awal abad ke-19, dan Muhammadiyah.

Keduanya menyerukan gerakan kembali pada al-Qur‟an dan

al-Hadits. Di samping menyuarakan puritanisasi, gerakan

revivalis Islam juga mengajarkan untuk melakukan

penafsiran dan Hijrah.3

Di era Modern ijtihad kaum Revivalis dalam aspek

hukum terlihat dengan munculnya unsur syariat dalam

sistem perbangkan, atau melahirkan Bank Syari‟at. Dalam

aspek teologi mereka mengacu pada teologi kaum salafi yang

ditemukan dari ajaran Ibn Taimiyah. Bidang Politik muncul

partai-partai yang berlabelkan Islam. Intinya bagi kaum

Revivalisme Islam adalah refuritanisasi Islam dibidang

aqidah, ibadah dan hukum muamalah. Sebab semua itu telah

mengalami distorsi. Kembali kepada ajaran Islam dan Sunnah

merupakan ciri dakwahnya. Revivalisme Islam tidak

menganut suatu faham atau mazhab dalam Islam.

3 Azyunardi Azra, Islam Reformis; Dinamika Intlektual dan

Gerakan, h. 47-50.

90

Page 107: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Daftar Pustaka

B. Lawrence, Bruce, 2004. Islam Tidak Tunggal:

Melepaskan Islam Dari Kekerasan, terj.,

Harimukti Bagus Oka, Jakarta: Serambi, cet.

II.

Azra, Azyunardi, 1999. Islam Reformis; Dinamika

Intlektual dan Gerakan, Jakarta: PT Grapindo

Persada, cet. I.

91

Page 108: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 6

TEOLOGI ISLAM

RASIONAL

Islam Rasional Di Indonesia

alam konteks Indonesia tokoh yang dianggap Drasional

adalah Nurcholis Madjid, Harun Nasution, Abdurrahman Wawid, Ahmad Wahib, Amin Rais. Bagaimana paradigma Islam yang

dikembangkan Islam rasional? Inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini, terutama pandangan Harun Nasution.

Sedangkan yang lainnya telah dilabelkan dalam kelompok pemikiran yang lain, seperti Nurchlis Madjid, Djohan Effendi,

Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid lebih dilihat sebagai tokoh Neo-

92

Page 109: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Modernisme Islam oleh Greg Barton Ph. D,1 Fachry Ali

dengan sebutan Islam yang Wajar atau Islam Kultural

(terutama Nurcholis Madjid dan Gusdur).2 Harun Nasution

(1919-1998)3 dikenal sebagai tokoh yang rasional bahkan

dikatakan sebagai Abduh kedua atau Abduhnya Indonesia.

Gagasan-gagasan Islam rasional Harun tercermin pada

perjuangannya memasukkan ajaran Mu‟tazilah dalam

kurikulum perkuliahan di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta saat menjabat sebgai Rektor tahun

1973.

Harun Nasution dikenal sebagi tokoh yang rasionalis,

sehingga karya-karya yang dilahirkannya hampir tidak lepas

dari pandangannya yang rasional tersebut, seperti, Islam

ditinjau dari Berbagai Aspek, Pembaharuan dalam Islam:

Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Tipologi Islam Aliran-

Aliran Sejarah analisa Perbandingan, Filsafat Agama,

Falsafah dan Mistik dalam Islam, Akal dan Wahyu dalam

Islam, Perkembangan Modern dalam Islam, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu‟tazilah dan Islam Rasional

Gerakan dan Pemikiran. Dengan sikapnya yang rasional

1Baca, Greg Barton Ph.D., Gagasan Islam Liberal Di Indonesia; Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang Tahqiq, (Jakarta: 1999)

2Fachry Ali, Golongan Agama dan Etika Kekuasaan: Keharusan Demokratisasi dalam Islam Indonesia, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), cet. I., h. 121.

3Mengenai bigrafi Harun Nasution, baca, Zaim Uchrowi,

dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution, (Jakarta: Panitia Penerbit Buku dan Seminar 70 Tahun Harun Nasutio dan Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989), h. 3-62.

93

Page 110: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

itulah, maka Harun merupakan tokoh modernis yang dimiliki

oleh Umat Islam Indonesia. Namun perlu dari awal

ditekankan bahwa akal dalam pandangan Harun tidaklah

menghapus Wahyu, wahyu tetap dianggap sebagai yang

unggul dan mutlak benar, akal hannya menginterpretasi teks

wahyu sesuai dengan kebutuhan manusia.4

Sebuah pernyataan yang akan membakar jiwa dan

menimbulkan kemarahan yang besar dari seorang muslim

jika al-Qur‟an yang dianggap sakral dan lengkap dalam

memberikan panduan dan petunjuk bagi manusia, yang

dijamin dan dijaga oleh Tuhan sendiri dan berlaku sepanjang

zaman, tiba-tiba dianggap sebagai kitab yang tidak lengkap

dalam memberikan solusi permasalahan bagi manusai. Harun

dengan penuh pertimbangan intlektual dan keimanannya

melontarkan pernyataan bahwa al-Quran tidaklah mencakup

segala-galanya dan tidak pula menjelasakan segala

permasalahan manusia, baik masalah sosial, ekonomi, politik,

maupun sains dan teknologi modern. Ayat al-Quran yang

terdiri dari ayat Makiyah dan Madaniah tidak akan sanggup

menjawab permasalahan manusia yang begitu kompleks.

Ayat yang berbicara masalah hukum misalnya hanya terdapat

230 ayat, masalah ibadah sekitar 140 ayat. Dari semua itu

maka tidaklah cukup untuk menjawab peramsalah manusia.5

Apa penilaian orang jika sesuatu yang diajarakan nakjis

oleh agama tapi justru dipelihara oleh umat Islam, sudah

4Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta:

UI-Press, 1986), cet. II., jilid. VI., h. 25-31. 5Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

(Bandung: Mizan, 1998), cet. V., h. 21.

94

Page 111: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

tentuk akan dinilai buruk, jorok dan lains sebagainya, tapi

bagi Harun semua yang dianngap tabu oleh umat Islam

dilampaui dengan penuh pertimbangan intlektual dan

imannya. Bagi Harun kemungkinan anjing juga diyakininya

nakjis, tapi bukan berarti tidak bermamfaat bagi manusia.

Anjing berguna sebagai penjaga gudang, penjaga rumah,

ternak dan lain sebagainya. Dari segi mamfaat inilah maka

anjing dipelihara oleh Harun, dan mengatakan pandangannya

bahwa anjing itu haram hannya akan menghambat kepada

peningkatan keamanan dan masalah kriminalitas sosial.6

Bagaiamana pemikiran rasional modernis Harun? Sebagai

seorang intlektual yang terdidik dengan begitu disiplin dan

menimba ilmu-ilmu keislaman di Negara-negara Islam seperti di

Mesir dan Makkah, Harun tentunya memiliki kapasitas

pengetahuan yang tingggi, dan sebagai seorang intlektual

akademisi, Harun merasa prihatin dengan kondisi umat Islam

Indonesia, yang berada dalam hegemoni pemahaman keagamaan

yang sempit dan tradisionalis. Bagi Harun sikap yang demikian

tidak akan bisa berdampingan dengan modernisasi yang sedang

berlansung di Indonesia.7 Umat Islam Indonesia dalam pandangan

Harun hanya mengenal Islam dari perspektif fiqh Syafi‟I sedangakan dalam segi teologi hanya dalam perspektif Asy‟ariyah. Dengan

demikian Islam Indonesia adalah Islam hasil pemahaman

Syafi‟I dan Asy‟ariyah. Karena hanya dilihat dari dua sudut

6Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

(Bandung: Mizan, 1996), cet. IV., h. 157. 7Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

h.157.

95

Page 112: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

inilah maka Islam dalam masyarakat menjadi sempit, padahal

Islam memiliki horizon yang sangat luas.8

Disamping itu, secara tidak lansung yang menggerakkan

Harun untuk melakukan pembaharuan Islam di Indonesia

adalah ummat Islam dianggap sebagai penghalang bagi

gerakan modernisasi yang dilakukan pemerintah Orde Baru

saat itu. Dengan sikap yang agak ambigu namun risih

melihat pandangan yang demikian, ia mencoba menganalisa

permasalahan umat Islam, sehingga secara tidak lansung

Harun membenarkan klaim tersebut. Bagi Harun

kemungkinan yang menyebabkan pandangan tersebut lahir

adalah: 1) karena umat Islam mempunyai pandangan yang

sempit tentang Islam, yaitu pandangan yang bersifat

legalistis, sementara pandangan yang bersifat teologis,

filososfis dan ilmiah kurang diperhatikan. 2) umat Islam

secara umum berada dalam penjara tradisi, yakni masih dan

tidak mau meninggalkan pemahaman Islam masa lalu. 3)

karena terhegemoni oleh pandangan tradisional, maka ummat

Islam dalam usahanya menyelesaikan persoalan modern yang

ilmiah dan penuh dengan temuan teknologi, mengajak

kembali kepada kitab yang ditinggalkan ulama terdahulu,

bukan kembali ke pada al-Qur‟an dan sunah dengan

melakukan reinterpretasi.9

Untuk mengubah pandangan yang sempit dan tradisional

tersebut, maka harus dilakukan gerakan-gerakan

8Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

h. 160. 9Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

h. 165.

96

Page 113: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pembaharuan dan pengembangan dalam beberapa aspek: 1)

kurikulum dan pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah

harus ditambahkan dengan dasar-dasar hukum Islam,

perbandinagn Mazhab, teologi dengan aliran-aliran yang

terkandung di dalamnya, filsafat, mistisisme, sejarah

kebudayaan Islam mualai dari zaman klasik sampai modern. 2) dalam menghadapi permasalahan yang ditimbulkan

modernsime dan teknologi modern, umat Islam seharusnya

jangan kembali ke pada ajaran ulama terdahulu, melainkan

kembali membedah al-Quran dan hadis.10

Atas dasar kondisi inilah maka Harun mencoba

melakukan gerakan pembaharuan dengan menawarkan Islam

yang ditinjau dari berbagai aspek, baik fiqh, teologi, filsafat

dan tasawuf.11 Namun agar tidak terjebak pada pembaharuan

yang patalistik dalam artian membabi buta, perlu dilakukan

klasifikasi atau pembedaan antara ajaran Islam yang qath‟I dan yang zhanni, atau perlu dibedakan ajaran yang obsolut

dan relatif12. Islam memiliki ajaran yang mutlak dan tidak

dapat diubah dan ajaran yang dapat diubah, yakni yang

berupa hasil pemikiran dan penafsiran manusia atau ulama

yang merupakan hasil dari penafsiran terhadap ajaran yang

mutlak tersebut.13

10Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

h. 166. 11Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek,

(Jakarta: UI-Press, 1986). 12Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun

Nasution, (Jakarta: LSAF, 1989), h. 53 13Harun Nasutio, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek,

(Jakarta: UI-Press, 1986), jilid. II., cet. VI., h. 93.

97

Page 114: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Menurut Harun, selama ini umat Islam hanya

mengetahui dua bentuk nast, yakni yang qot‟I dan zhanni,

masing-masing menurut wurut dan dalalahnya. Padahal di

samping menurut wurut dan dalalah, nast yang qot‟i dan zhanni bisa dilihat dari perspektif tampiz (pelaksananya), sehingga

nast yang qat‟i dalam pelaksanaannya tidak selamanya qot‟i. Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa di dalam hukum fiqh, hukum yang qhat‟i jumlahnya relatif sedikit. Ada bagian Qur‟an dan Hadits yang tidak bisa disesuaikan dengan kondisi zaman, berarti ajaran tersebut obsolut.14

Sedangkan dalam aspek aqidah, sebagian terdapat qhat‟i

al-dalaalah dan sebagiannya zhanni al-dalalah dan zhonni al-

Wurut. Misalnya mengenai rukun imam yang enam, yakni

percaya pada qadhak dan qadar Allah. Bagi Harun ajaran ini

akan berdampak pada sikap patalistik, padahal kondisi

sekarang menuntut upaya dan kreatifitas mansuia, maka

masalah ini bisa disesuaikan dengan kondisi zaman, sebab

hadisnya bersifat zhanni al-wurut. Dalam pandangan Harun,

14Contoh yang diajukan adalah masalah riba yang tetap

obsolut mesti sudah banyak orang yang melakukan riba, kemudian

babi, walaupun di Barat babi tidak haram dan dimakan namun

tidak mendatangkan penyakit. Semua itu tidak bisa dilakukan

perubahan, dalam arti ajaran Islam yang obsolut tidak bisa

mengikuti perkembanagn zaman dan tidak bisa diubah. Pada level

zhonni al -dalalah inilah hukum bisa disesuaikan dengan perkembanagan zaman. Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun Nasution, h. 54.

98

Page 115: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

rukun iman bukan enam, melainkan lima sebagaimana yang

disebutkan dalam al-Qur‟an.15

Apa yang menjadi payung besar dari gerakan

pemabahruan Harun? Jawabanya adalah ijtihad yang terus

menerus sesuai dengan perkemabangan dan kebutuhan umat.

Ijtihad pada al-Quran dan hadits yang sifanya terbatas

tersebut, bukan pada level pemikiran ulama terdahulu. Di

samping itu pengetahuan dalam bidang keagamaan tidak

semuanya bersumber pada wahyu, melainkan hasil ijtihad

manusia, dengan cara analisa atas gejala-gejala historis,

argumen rasional dan pengalaman subjektif.16

Harun Nasution telah meletakkan sebuah pijakan untuk

melihat Islam secara lebih koprehensif dan tidak berpatokan

pada tradisi keislaman masa klasik saja, melainkan harus

senantiasa dikembangkan mengikuti arus dan perubahan

zaman. Ide ini dituangkan dalam karyanya Islam Ditinjau

Dari Berbagai Aspek. Dan ide tersebut kemudian diwujudkan

oleh sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta dalam bentuk mata

kuliiah Kajian Islam Komprehensif (KIK) dan Pendekatan

Metodologi Studi Islam (PMSI). Semua itu bertujua untuk

mengkaji Islam agar lebih dinamis dan edukatif.

Daftar Pustaka

Ali, Fachry, 1996, Golongan Agama dan Etika Kekuasaan: Keharusan Demokratisasi dalam

15Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun

Nasution, h. 55 16Harun Nasution, Falsafah Agama, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1973), h. 11.

99

Page 116: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islam Indonesia, Surabaya: Risalah Gusti, cet. I.

Nasution, Harun,1986, Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI-Press, cet. II., jilid. VI.

_______, 1998, Islam Rasional: Gagasan dan

Pemikiran, Bandung: Mizan, cet. V.

_______, 1973, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta: UI-Press.

_______,1973. Falsafah Agama, Jakarta: Bulan Bintang..

Uchrowi, Zaim, 1989. Refleksi Pembaharuan Pemikiran

Islam: 70 Tahun Harun Nasution, Jakarta:

Panitia Penerbit Buku dan Seminar 70 Tahun

Harun Nasutio dan Lembaga Studi Agama dan

Filsafat.

100

Page 117: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 7

TEOLOGI NEO-

MODERNISME ISLAM

azlurrahman merupakan intlektual Islam yang

Fmencetuskan istilah Neo-Modernisme Islam dicetuskan. Bagi Fazlurrahman Neo-Modernisme merupakan

sintesa pemikiran dari rasionalitas kaum modernis yang tetap mempertahankan tradisi keilmuan klasik Islam, untuk selanjutnya dikaji berdasarkan konteks situasi yang sedang

berkembang. Dalam pandangan Fazlurrahman sejarah gerakan Islam pada dua abad terahir terbagi kedalam empat bentuk,

yakni, pertama, gerakan revivalis di ahir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Kedua, gerakan modernis. Ketiga Neo-Revivalis yang

modern namun

101

Page 118: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

agak reaksionis. Dan keempat adalah Neo-Modernis, yakni

yang diusung oleh Fazlur Rahman sendiri.1

Bendera Neo-Modernsme Islam di Indonesia dikibarkan

oleh Nurcholis Madjid melalui ide pembaruan pemikiran

dalam Islam sekitar tahun 70-an pada sebuah seminar.

Nurcholis Madjid menyampaikan makalah yang berjudul

Keharusan Pemabaharuan Pemikiran Islam dan Masalah

Integrasi Umat. Makalah ini kemudian disebar luaskan oleh

media masa tampa sepengetahuan Nurcholis Madjid.2

Nurcholis Madjid merupakan tokoh pembaharuan yang

ide-idenya dianggap sebagai pemikiran yang paling radikal,

lantaran ia menggarap atau membedah ajaran Islam yang

prinsifil atau fundamental, seperti masalah ketuhanan,

kemanusiaan, dan keduniawian.3 Ide-ide tersebut merupakan

1Greg Barton, Gagasan Islam Liberal Di Indonesia; Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang Tahqiq, (Jakarta: 1999), cet. I., h. 9.

2Untuk lebih jelasnya latar belakang lahirnya gerakan

neo-modernisme Islam di Indonesia, baca, Greg Barton Ph.D., Gagasan Islam Liberal Di Indonesia; Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid, h. 9-68.

3Slogan ini dilontarkan Caknur karena melihat kondisi

para politisi yang menggunakan lebel Islam untuk memobilisasi masa, bahkan memilih partai berlebelkan Islam menjadi tolak ukur religiusitas masyarakat Islam saat itu, atau untuk menjadi muslim yang benar maka harus memilih partai Islam. Para politisi ini lupa akan kebutuhan mendesak dari rakyat yang harus diperjuangkan, mereka sibuk dengan memperjuangkan eksistensi partai yang mereka bangun. Namun disini terjadi sikap yang paradox dari Caknur

102

Page 119: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

metode untuk mengakomodasi gerakan pemerintahan Orde

Baru yang terlihat cenderung menyudutkan tokoh-tokoh

Islam, dengan asumsi bahwa Islam menghalangi langkah

modernisasi pembangunan bahkan berseberangan dengan

ideologi Bangsa. Melihat keadaan tersebut, maka Nurcholis

Madjid mendamaikan komplik tersebut, dengan cara mendukung aspirasi dan unsur-unsur yang menopang

pemerintahan Orde Baru, seperti TNI, kelompok teknokrat,

dan intlektual.4

Namun sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa

mereka adalah para tokoh reformis, modernis dan pembaharu

dalam Islam yang bertujuan untuk melihat realitas zaman

dalam kaca mata Islam, sehingga pemahaman Islam menjadi

lebih relevan dan aktual sesuai dengan kondisi zaman modern

yang edukatif, progresif, trasformatif, kritis dan penuh

dengan kemajuan pembangunan dalam segala aspek, lahirnya

sains dan teknologi. Realitas zaman inilah yang menuntut

gerakan neo-modernisme Islam untuk melihat Islam secara

lebih komprehensif dan aktual. Tawaran utama dari gerakan

ini adalah melakukan ijtihad dan pemungsian akal rasio

manusia untuk membedah dan menafsir al-Qur‟an dan al-

Hadits.

Desakralisasi bertujuan untuk membumikan ajaran Islam,

desakralisasi merupakan kebutuhan orgen umat Islam di era

modern agar tidak hanya menengok kebelakang, yakni ke

sendiri, bahwa ternyata Caknur justru mendukung PPP sebagai satu-satunya partai Islam pada saat itu.

4Faozan Saleh, Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX, terj., Fauzan Saleh, (Jakarta: Serambi, 2004), cet. I. h. 320.

103

Page 120: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

tradisi klasik yang sudah ketingalan zaman, namun tetap

diupayakan untuk menyelesaikan permasalah sosial yang

begitu terpuruk. Desakralisasi akhirnya menawarkan sebuah

rasionalitas Islam demi memenuhi dan merespon

perkembangan zaman.

Neo-modernisme melakukan terobosan baru pada aspek

ijtihad. Ijtihad yang dikembangkan merupakan kombinasi

dari dua paradigma keilmuan, yakni keilmuan tradisional-

klasik Islam dan metode Barat modern. Ijtihad yang

dilakukan dengan mengedepankan metode yang lebih

universal dalam menafsir al-Qur‟an dengan menempatkan

rasionalitas dan sadar akan pentingnya menempatkan teks

kitab suci dan realitas modern dalam bingkai historis dan

kultural.5 Hal ini tercermin dalam ide Caknur yang

menekankan cara untuk mengaktualisasikan ajaran Islam

secara benar dan tepat oleh umat Islam diwilayahnya sendiri,

yakni Indonesia, dengan cara memahami doktrin agama

dengan tepat serta memahami lingkungan sekitar dimana

ajaran tersebut akan diimplementasikan. Itulah sebabnya

Caknur mencetuskan pemikiran tentang Islam Kultural

sebagai agama yang berperan sebagai sumber dan sistem nilai

serta pedoman etika dan budaya dalam kehidupan berbangsa.

Dengan kemampuan yang demikian, maka neo- modernisme sebagai sebuah gerakan pembaharuan

keagamaan yang tergerakkan oleh keinginan untuk

mengkontruksi wajah dan bentuk Islam yang aktual dan

progresif.

5 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), h. xvii.

104

Page 121: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Jika dilihat dalam perspektif akademis maka gerakan

pembaharuan dari kelompok neo-modernisme Islam ini

memang sebuah kemestian yang fundamen dan urgen,

mengingat kondisi umat Islam saat ini berada dalam

keterpurukan dan hanya menjadi konsumen dari produk-

produk pemikiran, kebudayaan dan teknologi Barat.

Disamping itu isu-isu yang ditawarkan sebagai sebuah

agenda pembaharuan cukup aktual dan mengacu pada kondisi

realitas sosial yang dihadapi umat Islam saat ini, baik dalam

bidang politik, kenegaraan, ekonomi, pendidikan, hak asasi

manusia, hukum, dan lain sebagainya.

Sebagaimana yang diungkapkan Marcel A. Boisard bahwa

kondisi umat Islam sangatlah terbelakang, gerakan

revitalisasi dan refungsionalisasi nilai-nilai tradisional lebih

diutamakan dari pada melakukan riset-riset ilmiah yang

berbasis saintifik yang mengarah pada terciptanya teknologi.

Para ulama dan imam terjebak pada upaya mempertahankan

ortodoksi sempit dengan alasan demi menjaga orisinalitas

dan autentisitas dokrin dan nilai-nilai Islam, namun dengan

cara pengekangan terahdap kreatifitas berfikir rasional, dan

hasil dari jihad ortodksi tersebut adalah kegagalan membawa

dan menampilkan Islam yang mampu menjawab dan

merespons tuntutan profanitas zaman yang terus berubaha

dan berkembang, dan umat Islam sendiri kemudian gagal

menjadi umat yang maju, melainkan menjadi umat yang

reseptif dan konsumeristis terhdap apa yang dihadirkan oleh

105

Page 122: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pemikiran intlektual, budaya sekular dan ideologi sosial

modern, serta sains dan teknologi Barat.6

Senada dengan Marcel A. Boisard, Muhammad Al-

Fayyadl juga melihat umat Islam saat ini mengalami

kemunduran dalam segala aspek, terutama dalam maslah

social politik, pendidikan, ekonomi, budaya, sains dan

teknologi, dan pemikiran. Yang lebih terlihat sebagai sebuah

kemajuan pada umat Islam adalah, sikapnya yang ekslusif,

dogmatis, paternalistik, konserpatif, radikal, budaya oligarki

yang diabadikan, pemimpin yang dianggap maksum,

pemerintahan yang non demokratis, deskriminatif terhadap

kaum wanita, feodalisme, persetruan antar beda mazhab dan

aliran, penantian tampa henti pada sang pemimpin gaib,

lahirnya sikap patalistik dari pemahaman tasawuf dan kalam.

Muhammad Al-Fayyadl, melihat bahwa penyebab dari semua

itu adalah hilangnya tradisi ijtihad, semua permasalahan

dianggap sudah terjawab oleh ulama-ulama terdahulu

sehinga generasi sekarang tidak perlu berijtihad kembali dan

cukup dengan mengutif apa yang sudah ditetapkan ulama

terdahulunya.7

Kondisi yang demikian juga terjadi pada masyarakat

Islam Indonesia sehingga ide-ide reformis yang ditawarkan

akan mampu memberikan sumbangan bagi terciptanya

religiusitas yang humanis, pemerintahan yang demokratis,

6Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, terj., H. M.

Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. I., h., 310.

7Muhammad Al-Fayyadl, ‚Menjemput Islam Masa Depan‛ dalam pengantar, Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan, terj., R. Cecep Lukman Yasin dan Helmi Mustafa, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet I., h. 6-7.

106

Page 123: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sikap inklusif. Jadi semangat humanis dan demokratisasi yang

ditawarkan paling tidak akan memberikan peluang bagi

tercipatanya masyarakat yang edukatif, progresif, toleran,

egalitarian, inklusif dan mandiri serta indenvenden.

Daftar Pustaka

Al-Fayyadl, Muhammad, 2005. ‚Menjemput Islam Masa

Depan‛ dalam pengantar, Ziauddin Sardar,

Kembali ke Masa Depan, terj., R. Cecep

Lukman Yasin dan Helmi Mustafa, Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, cet I. Barton, Greg, 1999. Gagasan Islam Liberal Di

Indonesia; Pemikiran Neo-Modernisme

Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad

Wahib, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang

Tahqiq, Jakarta: 1999, cet. I.

Boisard, Marcel A., 1980. Humanisme Dalam Islam,

terj., H. M. Rasjidi, Jakarta: Bulan

Bintang, cet.I.

Fachry Ali dan Bahtiar Efendy, 1986. Merambah Jalan

Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam

Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan.

Madjid, Nurcholis, 1987. Islam Kemordernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan.

Madjid, Nurcholis, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina.

Nasution, Harun, 2001. Pembaharuan Dalam Islam:

Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:

Bulan Bintang, cet. II.

107

Page 124: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Saleh, Faozan, 2004. Teologi Pembaruan: Pergeseran

Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX,

terj., Fauzan Saleh, Jakarta: Serambi, cet.

I.

108

Page 125: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 8

TEOLOGI ISLAM

MODERNIS

stilah Islam modernis telah mendatangkan perhatian Iyang

besar dari kangalangan intlektual Islam, baik dalam rangka memberikan definisi maupun dari aspek tujuan pemikirannya. Bassam

Tibi melihat gerakan modernis Islam sebagai upaya untuk melakukan akulturasi budaya, yakni dengan melakuakn integrasi sains dan

teknologi modern ke dalam Islam sambil melakukan prevemtifiaksi atas konsekwensi negatif yang akan muncul dari penerapannya.1

1Bassan Tibbi, The Crisis of Modern Islam: A preindustrial Culture in the Scientific-Teknologikal Age, (Slat Lake City: The University of Utah Press, 1988), h. 1143.

109

Page 126: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Sekularisme, alinasi dan ambruknya pilar-pilar moral atau

dekadensi spiritual masyarakat Barat merupakan implikasi

negatif dari sains dan teknologi modern. Itulah sebabnya

kaum modernis berusaha untuk mensistesiskan nilai-nilai

ruhani dan moral Islam dengan sains dan teknologi tersebut.

Sedangkan Mukti Ali melihat modernisme Islam sebagai

gerakan yang berupaya melakukan purifikasi agama dan

kebebasan berpikir. Maka Islam modernis adalah gerakan ke

arah puritanisasi untuk mengajak umat Islam kembali kepada

al-Qur‟an dan Sunnah serta mengajak untuk diberikannya ruang bagi akal untuk mengeksplorasi Islam

sepanjang eksflorasi tersebut tidak bertentangan dengan al-

Qur‟an dan al-Sunnah.2

Sementara itu Fazlur Rahman melihat Islam modernis

sebagai gerakan Islam yang berusaha menyesuaikan Islam

dengan pengaruh modernitas dan westernisasi di dunia Islam,

dengan cara re-interpretasi doktrin Islam agar relevan

dengan perkembangan dan perubahan zaman.3

Dari definisi diatas maka kita dapat memberikan identitas

kepada kelompok Islam modernis sebagai: pertama kelompok

yang menganjurkan ijtihad, terutama mengenai persoalan

muamalah atau sosial kemasyarakatan. Dalam upaya ini

mereka cenderung bersifat inklusif dalam melakukan

penafsiran, baik yang bersumber dari peradaban lain dengan

cara akulturasi, maupun dengan cara adaptif. Kedua dengan

2A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini,

(Jakarta: Rajawali, 19988). 3Fazlu Rahman, Islam, (Chicago: The University of

Chicago Press, 1982), h. 215-216.

110

Page 127: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

penekanan pada ijtihat, maka sudah pasti mereka tidak

membenarkan sikap jumud dan taklid buta, sebab yang

demikian tidak mencerminkan penggunaan akal, melainkan

sikap dogmatis belaka. Pelabelan diatas pada kelompo

modernis Islam dapat dilihat pada pandangan Fazlur Rahman

(Islam), A. Mukti Ali (Islam dan modernisme), Deliar Noer

(Gerakan Modern Islam).

Kaum modernis Islam dalam melakukan gerakan

reinterpretasi atau pembaharuan, lebih disebabkan oleh

perbedaan yang besar dan signifikan antara masyarakat Barat

dan Islam. Dimana Barat telah begitu maju dalam bidang

sains dan teknologi, ideologi-ideologi sosial politik modern,

HAM, kebebasan, pluralisme, demokrasi, sistem sosial yang

stabil dan lain sebagainya. Sehingga program-program

mereka adalah lebih mengarah pada permasalahan sosial

masyarakat, seprti pendidikan, kebudayaan dan status kaum

hawa. Satu yang paling melekat dari mereka adalah sikap

liberal dan pluralis, sebagai wujud dari sikap inklusif.

Dengan pandangan yang demikian, maka apa yang telah

ditetapkan oleh ulama terdahulu harus segera dilihat dalam

perspektif kekinian, dan jika tidak memadai untuk diterapkan

maka harus ditinggalkan. Selama ini umat Islam cenderung

mengobsolutkan pandangan ulama terdahulu dan merasa

semua permasalahan sudah tersedia dalam karya-karya

mereka, sehingga umat Islam tinggal membukanya. Hal ini

terlihat jelas terutama dalam masalah hukum fiqh dan kalam,

para pengikut suatu mazhab hukum enggan melakukan

ijtihad karena imam mazhab mereka telah menyediakannya

111

Page 128: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

secara komprehensif. Salah satu dari peninggalam ulama

terdahulu yang mesti dikaji ulang adalah konsep ijmak.

Apa yang digambarkan oleh sejarah tentang Islam pada

masa klasik adalah Islam yang begitu maju dalam peradaban

dan kebudayaan yang besar di segala aspek kehidupan.

Dengan kata lain, secara historis dan sosial Islam ditangan

pemeluknya telah melakukan suksesi revolusi radikal.4 Dan

pada masa Islam klasik, lahir para filosof, teolog, sufi,

mufassir dan fuqaha‟.5 Semua itu merefleksikan Islam yang

termanifestasikan kedalam kehidupan sosial keduniawian

sehingga melahirkan peradaban dunia yang besar. Semua ini

merefleksikan bahwa Islam melihat kehidupan sosial-dunia

sebagai fondasi yang kuat untuk menghadapai kehidupan

akherat yang abadi.

Islam dalam keyakinan para pemeluknya pada masa-masa

awal dan klasik telah berperan sebagai penggerak bagi

4Hal inilah yang diilustrasikan oleh Robert N. Bellah

dengan: Dihadapan Nabi Muhammad masyarakat Arab telah

melakukan lompatan yang jauh kedepan dalam bidang sosial dan kapasitas politik. Pada saat struktur yang sudah dibentuk oleh Nabi tersebut dilanjutkan oleh para khalifah pertama untuk menyediakan prinsif pembentukan suatu

imperiom dunia, hasilnya kemudian adalah sesuatu yang sangat modern untuk masa dan tempatnya saat itu. Modern dalam hal tingginya tingkat komitmen, keterlibatan dan partisipasi yang diharapkan dari rakyat biasa sebagai anggota masyarakat......, Sebagaimana yang dikutif dalam Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1998), cet. XI., h. 62-63.

5Untuk lebih jelasnya, baca, Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 25.

112

Page 129: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

lahirnya etos intlektual dan kreatifitas umatnya sebagai

refleksi dari mengaktualisasikan eksistensi diri kearah hidup

yang lebih baik dan maju.6 Kondisi tersebut berbeda dengan

kondisi di era modern, dimana ummat Islam berada dalam

kemunduran dan perpecahan.

Berdasarkan keadaan faktual umat Islam inilah maka

muncul gerakan pembaharuan. Kelompok modernis Islam

mencoba melakukan dekonstruksi cara pandang terhadap

Islam. kelompok modernis ini lahir dari ide yang mereka

dapatkan pada pengalaman Modern Barat yang begitu maju

dalam segala aspek. Maka dari sini kita dapat melihat bahwa

Islam modernis bertujuan untu melakuakn gerakan relevansi

Islam dengan realitas sosial yang dihadapi umat Islam di era

modern ini. Sebelumnya dalam istilah Harun Nasution

disebut dengan tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam.7

Setelah itu muncul tokoh modernis seperti Fazlur Rahman,

Muhamad Arkoun, Abed Aljabiri dan lain sebagainya.

Gerakan modernis Islam di Negara-negara Islam tersebut

kemudian merembes ke Indonesia, terutama kelompok yang

6Dari sejarah Islam klasik ditemukan tokoh -tokoh

ilmuan, sufi dan filosof yang besar, yang karya-karyanya sangat berpengaruh di dunia bahkan di Barat, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan produk-produk canggih, hal ini terlihat dari istilah yang dipakai dalam ilmu dan teknologi yang dipinjam dari bahasa Arab yang kemudian diserap kedalam bahasa Inggris, seperti, Admiral, Alechemi, Alcphol, Alcpve, Alfalfal, Algebra, Algorithm, Alkali, Azimuth, Azure, Cpher, Coffee, Cotton, Elixir, Jar, Magazine, Nadir, Sofa, dan lain sebagainya. Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, h. 69-70.

7Baca Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

113

Page 130: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

merasa terpengaruhi oleh pemikiran Fazlur Rahman. Seperti

apa bentuk pemikiran Islam modernis di Indonesia? Lahir

dari para tokoh muda Islam Ilndonesia yang telah berintraksi

dengan budaya luar, baik mereka yang mengenyang

pendidikan di Barat maupun di Timur Tengah. Namaun

kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang

bersentuhan dengan ide dan budaya pemikiran sosial modern

Barat yang progresif. Sehingga begitu mereka kembali ke

Indonesia dan melihat situasi umat Islam yang begitu massif dan apatis, sementara gerakan modernisasi oleh

pemerintahan Orde Baru terus merambah kewilayah-wilayah

pelosok, namun ulama tidak mampu menyuguhkan nuansa

Islam yang aktual dan progresif, sehingga masyarakat seakan

tidak memiliki sistem nilai yang kuat dari Islam untuk

membendung arus modernisasi tersebut.

Menurut Saiful Muzani persoalan dasar yang terus

menerus dirasakan umat Isalam, minimal para intlektual

adalah kurang harmonisnya hubungan antara Islam sebagai

ajaran dengan kehidupan sehari-hari umat. Doktrin Islam

yang terkandung dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah tidak

secara jelas dan eksplisit menjelaskan realitas umat. Itulah

sebabnya dibutuhkan penjelasan dan pemahaman yang

tingkat abstraksinya lebih rendah dan lebih elaboratif,

sehingga menyentuh ke persoala-persoalan kongkrit yang

terus berubah, dan metodenya adalah sebagian mengadopsi

teori-teori sosial modern Barat.8

8Saiful Muzani dkk, ‚Islam Dalam Hegemoni Teori Modernisasi: Telaah Kasus Awal‛ dalam Prisma (Majalah Pemikiran Politik, Sosial dan Ekonomi), NO. 1 tahun XXII, 1993, h. 73.

114

Page 131: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Persoalan inilah yang kemudia mengantarkan Nurcholis

Madjid, Kuntowijoyo dan M. Dawam Raharjo Harun

Nasution, Ahmad Wahid, dan Abdurrahman Wahid atau

Gusdur untuk melakukan ijtihad demi menemukan

mekanisme pemahaman yang tepat dalam konteks

pembangunan dan modernisasi yang berlansung di Indonesia.

Dengan menawarkan ide perubahan paradigmatik dalam

melihat Islam dan perubahan sosial. Mereka menganjurkan

ijtihad sebagai bentuk reinterpretasi Islam agar mampu

memberikan pijakan moral dalam proses pembangunan dan

modernisasi. Berbeda dengan kaum modernis Islam generasi

tua yang merupakan sisa-sisa fungsionaris kepengerusan

Masyumi, mereka cenderung merespons modernisasi dengan

cara repolitisasi Islam sebagai upaya menumbuhkan politik

Islam.9

Dilain pihak Islam dianggap sebagai penghambat

pembangunan oleh pemerintahan Orde Baru, sehingga para

tokoh Islam dimarjinalkan dalam proses pembangunan

tersebut. Umat Islam tidak diberikan Ruang yang luas untuk

mengekspreiskan diri. Sementara itu partai-partai Islam yang

berada dalam satu partai yakni PPP cenderung melakukan

politisasi atas Islam, ukuran keberislaman yang benar adalah

jika memilih partai Islam. Maka Caknur melakukan terobosan

untuk mendamaikan komplik tersebut dengan ide-ide yang

dicetuskan yang mengarah pada pendukungan terhadap

aspirasi dan unsur-unsur yang menopang

9M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia:

Sebuah Kajian Politik Tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru, (Jakarta: Paramadina, 1995), cet. I., h. 25 -26.

115

Page 132: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pemerintahan Orde Baru, seperti TNI, kelompok teknokrat,

dan intlektual, demi mewujudkan cita-cita pembangunan

Nasional, seperti stabilitas politik dan modernisasi

Indonesia.10

Mereka hadir dengan menawarkan perlunya

pembaharuan dalam Islam. Nurcholis dengan ide Keharusan

Pemabaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat.

Nurcholis dengan kemampuannya dalam menguasai

Khazanah keilmuan klasik Islam dan modern Barat hadir

dengan tawaran yang integratif. Ia membedah Islam dengan

metodologi keilmuan Barat dan Islam. sehingga isu-isu sosial

yang menjadi titik yang dibidik oleh pemikirannya, seperti

pluralism, hak azasi manusia, pembangunan social,

pendidikan dan budaya dan lain sebagainya. Ijtihad yang

dikembangkan merupakan kombinasi dari dua paradigm

keilmuan, yakni keilmuan tradisional-klasik Islam dan

metode Barat modern.11

Dalam rangka menjelaskan hubungan doktrin Islam dan

umat Islam, Nurcholish banyak menggunakan pendekatan

sejarah peradaban Islam dan teori sosial modern, terutama

yang dikembangkan oleh Weberian dan Parsonian, melalui

sosiologi agama Robert N. Bellah dan antropologi budaya

yang dikembangkan Clifford Geertz. Semua itu dilakukan dengan pertimbangan epistemologis Nurcholish,

sebagaimana yang ia katakana: Ilmu pengetahuan baik yang

10Faozan Saleh, Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana

Islam Sunni di Indonesia Abad XX, h. 320. 11Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban,

(Jakarta: Paramadina, 1992), h. xvii.

116

Page 133: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

alamiah maupun social adalah netral. Artinya tidak mengandung

nilai kebaikan dan kejahatan pada dirinya sendirinya senidiri.

Nilanya diberikan oleh manusia yang memilikinya atau

menguasainya. Sebagaimana halnya dengan apa yang netral. Ilmu

pengetahuan dapat dipergunakan untuk tujuan yang bermanfaat

maupun yang merusak.12

Dari sini jelas Nurcholish melihat bahwa baik buruknya

ilmu pengetahuan bergantung pada orang yang

mempergunakannya, dan orang yang menilainya dari sudut

pandang yang dipergunakan. Apa yang dikatakan Nurcholis

ini ada benarnya, baginya Ilmu-ilmu sosial modern yang ada

di Barat sekarang juga jika ditelusuri secara geneologi

historisnya berasal dari berbagai wilayah dan budaya, dan

yang paling besar sumbanganya dalam ilmu pengetahuan

modern Barat tersebut adalah umat Islam. Umat Islam

merupakan orang pertama yang menginternasionalkan Ilmu

pengetahuan,13 namun begitu ilmu pengetahuan tersebut

dipegang oleh Barat, maka menjadi destruktif, karena ilmu

telah mengalami sekularisasi14 dan dipegang oleh ilmuan

yang tidak bertuhan. Maka mempergunakan kembali ilmu

sosial moderen Barat sekarang adalah sah-sah saja, karena

sama dengan mengambil kembali khazanah keilmuan Islam.

12Nurcholish Madjid, Keislaman, Kemodernan, dan

Keindonesiaan, (Bandung: mizan, 1998), cet. XI., h. 268.

13Nurcholish Madjid, Keislaman, Kemodernan, dan Keindonesiaan, h. 274-275.

14Renaisans juga merupakan abad dimulainya sebuah gerakan sekularisasi ilmu. Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2002), cet. I., h. 121.

117

Page 134: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Namun dalam kondisi yang demikianlah seharusnya Islam

memaenkan peran sebagai penyelamat bagi etika ilmu

pengetahuan modern, sebab sumbangan Islam bagi ilmu

pengetahuan adalah faham tauhid. Ilmu pengetahuan modern

dari segi etika dan moral pada saat ini amat miskin15

Nurcholish menggunakan teori-teori sosial untuk

mengelaborasi ajaran Islam dan untuk mereaktualisisasi

tradisi Islam. Baginya modernisasi berarti merombak

mekanisme kerja yang tidak berlandaskan akal atau yang

tidak akliyah menjadi yang akliyah, yang berguna untuk

efisiensi yang maksimal. Hal itu harus dilakukan dengan

menggunakan temuan mutahir manusia dalam bidang ilmu

pengetahuan. Ia juga berpendapat bahwa modernisasi bagi

umat Islam di Indonesia adalah keharusan bahkan kewajiban

yang mutlak, modernisasi merupakan perintah dan ajaran

Tuhan.16 Namun sebagaimana yang dikatakan di atas, bahwa

Nurcholis adalah sosok yang memadukan antara Ilmu

tradisional Islam dengan ilmu sosial modern. Hal ini terlihat

dari padanganya tentang, bahwa pada masa Rasulullah dan

khalifah yang empat, umat Islam begitu modern, baik dalam

bidang ekonomi, bahkan Islam terlalu modern, sehingga system kelembagan sesudahnya tdiak mampu

mneyanganya.17

15Nurcholish Madjid, Keislaman, Kemodernan, dan

Keindonesiaan, h. 276.

16Untuk lebih jelasnya, baca Nurcholish Madjid, Keislaman, Kemodernan, dan Keindonesiaan, h. 172.

17Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Keimanan, dan Kemodernan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h. xI.

118

Page 135: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Khusus untuk masalah kemajuan ekonomi pada masa

Islam awal, Nurcholis melihat bahwa untuk konteks modern

saat ini pandangan teologi Asy‟ariyah tentang konsep kasb dilihatnya sebagai sistem yang dapat menumbuhkan etos

kerja umat Islam. Ia mengelaborasi konsep kasb ini denagn

apa yang telah dilakukan Weber terhadap penelitiannya

tentang sekte Calvinis. Baginya pengertian kasb tidak bisa

dipisahkan dari konsep zuhud atau asketisme.18 Bekerja keras

disertai sikap hemat, memungkinkan surplus dan saving yang

pada ahirnya akan berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi

umat.19 Dari sini tampak perpadauan yang apik antara

Tradisi Islam dan teori sosial modern Barat. Nurcholis

menganjurkan umat Islam untuk memahami dan mengetahui

agama dan bangsanya dengan baik, sebab diwilayah itulah

Islam akan ditelurkan menjadi system nilai yang

teraktualisasi sebagai pijakan melangkah dan bergerak.

Berbeda dengan ide modernis Harun Nasution, Ia melakukan

modernisasi Islam berangkat dari instansi pendidikan yakni IAIN

saat diangkat menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Gerakan Islam modernis yang ia lancarkan pertamakali adalah

berjuang memasukkan matakuliah teologi dan filsafat di fakultas

Ushuluddin. Bagi Harun, umat Islam Indonesia menjadi

terbelakang karena Islam yang dikenal dan dijalankan hanya pada

perspektif hukum fiqh semata dan itupun terbatas pada mazhab Syafi‟I

18Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah

Telaah Kritis Tentang Keimanan, dan Kemodernan, h. 481. 19Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah

Telaah Kritis Tentang Keimanan, dan Kemodernan, h. 602.

119

Page 136: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sedangkan dari segi teologi terpaku pada teologi Asy‟ari.

Dengan demikian Islam Indonesia adalah Islam hasil

pemahaman Syafi‟I dan Asy‟ariyah. Karena hanya dilihat dari

dua sudut inilah maka Islam dalam masyarakat menjadi

sempit, padahal Islam memiliki horizon yang sangat luas.20

Atas dasar kondisi inilah maka Harun mencoba

melakukan gerakan pembaharuan dengan menawarkan Islam

yang ditinjau dari berbagai Aspek, baik fiqh, kalam, teologi,

filsafat dan tasawuf.21 Namun agar tidak terjebak pada

pembaharuan yang patalistik dalam artian membabi buta,

perlu dilakukan klasifikasi atau pembedaan antara ajaran

Islam yang qath‟i dan yang zhanni, atau perlu dibedakan

ajaran yang obsolut dan relative.22

Islam memiliki ajaran yang mutlak dan tidak dapat diubah.

Namun pemikiran dan penafsiran manusia atau ulama atas Islam

harus tetap diuapayakan untuk dikoreksi.23 Menurut harun, selama

ini umat Islam hanya mengetahui dua bentuk nast, yakni yang qot‟i dan zhanni, masing-masing menurut wurut dan dalalahnya.

Padahal disamping menurut wurut dan dalalah, nast yang qot‟i dan zhanni itu bisa dilihat dari perspektif tampiz, sehingga nast yang qat‟i dalam

pelaksanaanya tidak selamanya qot‟i. Lebih jauh ia

20Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,

h. 160. 21Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek,

(Jakarta: UI-Press, 1986). 22Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun

Nasution, h. 53 23Harun Nasutio, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek,

(Jakarta: UI-Press, 1986), jilid. II., cet. VI., h. 93.

120

Page 137: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

menjelaskan, bahwa di dalam hukuk fiqh, hukum yang qhat‟i jumlahnya realtif sedikit. Ada bagian al-Qur‟an dan

al-Hadits yang tidak bisa disesuaikan dengan kondisi zaman,

berarti ajaran tersebut obsolut.24

Sedangkan dalam aspek aqidah, sebagian terdapat qhat‟i

al-dalalah dan sebagiannya zhanni al-dalalah dan zhonni al-

Wurut. Misalnya mengenai rukun iman yang enam, yakni

percaya pada qadhak dan qadar Allah. Bagi Harun ajaran ini

akan berdampak pada sikap patalistik, padahal kondisi

sekarang menuntut upaya dan kreatifitas mansuia, maka

masalah ini bisa disesuaikan dengan kondisi zaman. Hal ini

dimungkikan mengingat hadisnya bersifat zhanni al-wurut.

Dalam pandangan Harun rukun iman tidak berjumlah enam

melainkan lima, sebagaimana yang disebutkan dalam al-

qur‟an.25

Disamping itu Amin Rais yang dikenal dengan bapak

reformis Islam, sebagai sorang politisi dan adpokat, ia

menawarkan pembaharuan Islam dalam lima aspek. Pertama,

aspek aqidah. Hal ini dimaksudkan bahwa perlu adanya

24Contoh yang diajukan adalah maslah riba yang tetap

obsolut mesti sudah banyak orang yang melakuakan riba,

kemudian babi, walaupun di Barat babi tdiak haram dan dimakan

namun tdiak mendatangkan penyakit. Semua itu tidak bisa

dilakukan perubahan, dalam arti ajaran Islam yang obsolut

tidak bsia mengikuti perkembanagn zaman dan tidak bisa diubah.

Pada level zhonni al -dalalah inilah hukum bisa disesuaikan dengan perkembanagan zaman. Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun Nasution, h. 54.

25Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun Nasution, h. 55.

121

Page 138: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

tanzhiful aqidah atau furipikasi aqidah, pembersihan,

pemurnian, dari semua kekotoran yang bertentangan dengan

al-Qur‟an dan al-Sunnah. Kedua, pembaharuan dalam

Teologi Islam, yakni membumikan ajaran Islam kedalam

kehidupan kemasyarakatan, kehidupan sosial yang kongkrit.

Amin menganjurkan agar bentuk pemahaman teologi untuk

konteks sekarang tidak mesti seperti pembahasan teologi

pada masa awal kelahirannya, melainkan pembahasan teologi

yang relevan dengan permasalahan yang kita hadapi di era

modern ini. Ketiga, pembaharuan dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi. Hal ini penting sebab tanpa ilmu dan

teknologi maka umat Islam tidak akan mampu menggapai

sebuah kejayaan, doa sapu jagat yang dilantunkan tidak akan

teralisasi, jika ilmu dan teknologinya tidak memadai.

Keemapat adalah umat Islam harus juga memodernisasi diri

dalam bidang organisasi dan menejemen. Kelima,

pembaharuan etos kerja yang lebih Islami dan Qorani.26

Ide-ide tersebut Amin Rais wujudkan dalam wadah

politik, dengan mendirikan partai, yakni Partai Amanat

Nasional (PAN). Sebetulnya Amin Rais telah memiliki wadah

dalam bentuk organisasi Islam Muammadiya. Namun wadah

tersebut dirasa tidak cukup untuk mengubah keadaan ummat

Islam, maka dengan mendirikan Partai Politik Amin Rais

berharap melalui kekuasaan semua itu bisa diwujudkan.

Namun upaya kekuasaan masih belum bisa terwjud juga, hal

ini terbuktidengan kegagalan Amin Rais menjadi Presiden

26Amin Rais, Tauhid Sosial: Formula Menggempur

Kesenjangan, (Bandung: Mizan,1998), cet. III., h. 53 -59.

122

Page 139: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

tahun 2009 dan pada tahun 2014 PAN gagal memenangkan

pertarungan politik.

Dilain pihak muncul Gusdur sebagai tokoh modernis

Islam Indonesia yang berdarah biru politik dan lahir dari

keluarga pendiri Nahdhatul Ulama (NU). Gusdur yang

terkenal dengan si aneh yang cerdas dan cendrung bersifat

memberontak atas apa yang sudah menjadi aturan, ia prontal

dan anti kemapanan. Banyak orang menganggap Gusdur

sebagai tokoh yang misterius lantaran susah untuk

memahami ide dan tingkah Gusdur yang terkesan masa bodo.

Akibat dari sulitnya memahami Gusdur kemudian banyak

gelar yang dilabelkan orang kepadanya, seperti politisi

sekuler, intlektual liberal, namun disisi lain ia dikenal sebagai

seorang figur religius. Namun orang bisa melihat Gusdur

sebagi tokoh Bangsa sekaligus agamawan yang humanis. Hal

ini misalnya terlihat dari upayanya dalam menyeru

pluralisme dan tolenransi, pahlawan kelompok minoritas

(cina Indonesia, kaum Kristen). Gusdur seorang Muslim yang

religius, figur mistis. Gusdur juga seorang yang menganggap

khazanah Islam klaisk sebagai khazanah yang penting dan dia

sendiri bangga dengan semua itu.27

Sebagai seorang yang pernah menjabat sebagai pengurus

PB NU dan sebagai keturunan lansung dari pendiri NU,

Gusdur tumbuh dalam lingkungan Islam Tradisional, namun

dalam tataran empirik terutama dalam kancah politiknya ia

terlihat sebagai sosok Islam yang sekuler. Lihat saja

27Untuk lebih jelasnya siapa gusdur baca, Greg Barton,

‚Memahami Abdurrahman Wahid‛, dalam, Prisma Pemikiran Gusdur, (Yogyakarta: LKiS, 1999), cet. I., h. xx-xiv.

123

Page 140: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

anjurannya terhadap orang-orang NU yang ingin masuk

dalam kancah pemerintahan, dia menyeru NU untuk masuk

dalam pemerintahan atas dasar yang moderat dan

berwawasan kebangsaan, bukan Islam radikal. Sebab Gusdur

melihat Islam sebagai agama sosial yang menawarkan

tatanan sosial dan moral. Dalam hal ini ia membedah ajaran

al-Qur‟an pada aspek humanism, seperti egalitarianism atau

persamaan, konsensus, dan keadilan. Dari sinilah Gusdur

kemudian dianggap banyak kalangan sebagi tokoh

pembaharu, bapak demokrasi di Indonesia, bahkan ujung

tombak pembaharu dalam NU.28

Daftar Pustaka

Ali, A. Mukti, 1998. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali.

Anwar, M. Syafi’i, 1995. Pemikiran dan Aksi Islam

Indonesia: Sebuah Kajian Politik Tentang

Cendikiawan Muslim Orde Baru, Jakarta:

Paramadina, cet. I.

Barton, Greg, 1999. ‚Memahami Abdurrahman Wahid‛,

dalam, Prisma Pemikiran Gusdur, Yogyakarta:

LKiS, cet. I.

Bassan Tibbi, Bassan, 1988. The Crisis of Modern

Islam: A preindustrial Culture in the

Scientific-Teknologikal Age, Slat Lake City:

The University of Utah Press.

28Andree Feillard, NU Vis-à-vis Negara; Pencarian Isi,

Bentuk dan Makna, terj. Lesmana, (Yogyakarta: LKiS, 2008), cet.II., h. 349-350.

124

Page 141: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Enjiner, Ali, Asghar, 2000. Devolusi Negara Islam,

terj., Imam Mutaqin, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, cet. I.

Feillard, Andree, 2008. NU Vis-à-vis Negara;

Pencarian Isi, Bentuk dan Makna, terj.

Lesmana, Yogyakarta: LKiS, cet.II.

Kartanegara, Mulyadhi, 2002. Menembus Batas Waktu:

Panorama Filsafat Islam, Bandung: Mizan,

cet. I. _____, 2002. Menembus Batas Waktu: Panorama

Filsafat Islam, Bandung: Mizan, cet. I.

Madjid, Nurcholis, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Pae z,m zz ramadina.

_____, 1998. Keislaman, Kemodernan, dan

Keindonesiaan, Bandung: Mizan, cet. XI.

_____, 1992. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Keimanan, dan

Kemodernan, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.

_____, 1998. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, cet. XI.

Mudhdifir, Ali, 1988. Kamus Teori dan Aliran Dalam Filsafat, Yogyakarta: Liberty, cet. I.

Muzani, Saiful, dkk, 1993. ‚Islam Dalam Hegemoni

Teori Modernisasi: Telaah Kasus Awal‛ dalam

Prisma (Majalah Pemikiran Politik, Sosial

dan Ekonomi), NO. 1 tahun XXII. Nasution, Harun, 1975. Pembaharuan Dalam Islam;

Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, Jakarta:

Bulan Bintang.

125

Page 142: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Nasution, Bakti, Hasan, 2001. Filsafat Umum, Jakarta: Gaya Media Pratama, cet. I.

Yazdi, Misbah, Taqi, Muhammad, 2003. Buku Daras

Filsafat Islam, terj. Musa Kazhim dan Saleh

Bagir, Bandung: Mizan, cet. I.

Nasution, Harun, 2001. Pembaharuan Dalam Islam;

Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:

Bulan Bintang, cet. I.

Nasution, Harun, 1986. Islam Ditinjau dari Berbagai

Aspek, Jakarta: UI-Press.

Rahman, Fazlur, 1982. Islam, Chicago: The University of Chicago Press.

Rais, Amin, 1986. Tauhid Sosial: Formula Menggempur

Kesenjangan, Bandung: Mizan, cet. III.

Secularization, Swatos, H., William, dalam George

Ritzer (ed.) 2005. Encyclopedia of Social

Theory. London: Sage Publication, vol. I.

126

Page 143: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 9

TEOLOGI

FUNDAMENTALISME-

RADIKALISME ISLAM

ANTARA PEMURNIAN, PENGUATAN

IDEOLOGI DAN TEROR

enurut Karn Armstrong, yang melatar belakangi Mmunculnya

gerakan fundamentalisme agama adalah rasa takut pada gerakan modernisme dan liberalisme sosial. Para elit agama melihat bahwa

sistem

sekuler diciptakan untuk menghapus agama, sehingga musuh

yang mereka hadapi bersifat internal, yakni gerakan

127

Page 144: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pemikiran radikal dan liberal dalam masalah kebudayaan atau

kebangsaan mereka sendiri.1

Dengan lahirnya pemikiran liberal dan sekuler

dikhawatirkan menggeser peran agama dalam kehidupan

sosial masyarakat, agama menjadi termarjinalkan kedalam

urusan privat dan bersipat subjektif belaka. Akibatnya adalah

lahirnya gerakan kekarasan sebagai jalan pembelaan diri.

Namun jalan kekerasan agak jarang dipergunakan, justeru

yang lebih terlihat sebagai bentuk perlawanan adalah dengan

cara perjuangan untuk menerapkan hukum dan peraturan

agama dalam kehidupan sosial masyarakat yang telah dirusak

oleh kaum sekuler, sehingga nilai-nilai Ilahiyah akan

terwujud.2

Sejarah kemunculan Fundamentalsime Agama pada abad

modern justeru pada negara yang paling maju dari berbagai

aspek, Negara yang mengembangkan demokrasi dan yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia, yakni Amerika Serikat,

abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 pada berbagai gerakan

keagamaan Kristen Protestan.3

Fundamentalsime Kristen AS hadir sebagai reaksi

terhadap gerakan modernisme Amerika yang sekuler.

1Karn Armstrong, Islam Sejarah Singkat, terj. Fungky

kusnaendy Timor, (Yogyakarta: Jendela, 2003), h. 193 -194. 2Karn Armstrong, Islam Sejarah Singkat, h. 195-196. 3Karn Armstrong, Berperang Demi Tuhan, terj., Sartio

Wahono dkk, (Bandung: Mizan, 2001), cet. 2., h. x. Istilah fundamentalisme diambil dari jidul buku The Fundamentals: a Testimony to the Truth, Jamesa Barr, Fundamentalisme, terj., Stephan Suleman, (Jakarta: BPK Gunung Mulya, 1996), cet. 2., h. 2.

128

Page 145: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Disamping itu para tokoh Kristen berjuang untuk

menyelaraskan ajaran agama dengan kemajuan ilmu

pengetahuan, evolusionisme dan liberalisme. Kaum

fundamentalis Gereja tetap berpegang teguh pada lima ajaran

mutlak Kristen, yakni: 1. Injil tidak dapat salah. 2. Ketuhanan

Yesus Kristus. 3. Yesus lahir dari Perawan Mariam. 4.

Penebusan dosa. 5. Kebangkitan kembali Yesus kedunia

secara fisik.4 Semua bentuk kemajuan yang lahir dari sains

dan perkembangan sosial kemasyarakatan yang bertentangan

dengan lima ajaran Gereja tersebut dianggap sebagai

ancaman.

Definisi Fundamentalisme Agama

Fundamentalisme secara etimologis berasal dari bahasa

Latin, yakni Fundamentum yang berarti “dasar”.5 Menurut Ernest Gellner, fundamentalisme Agama memiliki pengertian

yang luas, salah satunya dapat dimaknai sebagai integrisme

(bahasa Prancis) yang berarti kekakuan, gagasan dari

integrisme adalah iman harus dipegang teguh dan total,

difahami secara harfiah, tidak mengenal kompromi, tidak

mengenal reinterpretasi bahkan reduksi.6

4 Untuk lebih jelasnya, baca Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, (Jakarta: Paramadina, 1999), cet. I., h. 133 -142.

5J. B., Fozeman (ed); Encyclopedi and Dictionary, (M.A. London, 1974) sebagaimana yang dikutif dari Rifyal Ka’bah, Islam dan fundamentalisme, (Jakarta: Panjimas, 1984), cet. I., h. 1.

6Ernest Gellner, Menolak Posmodernisme Antara fundamentalsiem Rasionalis dan Fundamentalisme Religius,

129

Page 146: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Untuk tidak mengupas secara luas pandangan para tokoh

mengenai definisi fundamentalisme agama ini, dan sebagai

sebuah kesimpulan, bahwa fundamentalsime agama dimaknai

oleh para peneliti sebagai kelompok agama yang merespon

gerakan modernisasi atau perubahan sosial dalam kehidupan,

dan menyeru kepada kembali keajaran dasar agama secara

total, sebab agama tidak mungkin salah.

Fundamentalsime Islam

Sebagaimana disinggung diatas, bahwa pengalaman

fundamentalisme Kristen kemudian dibawa oleh para peneliti

untuk menamai gerakan kelompok Islam yang menentang

pemikiran yang bersifat pembaharuan dengan memasukkan

unsur-unsur modernisme kedalam tatanan sosial masyarakat.

Sehingga penerapan tersebut menjadi kontroversial saat

melabelkannya pada Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Martin Van Bruenessen: “menerapkan terminologi

fundamentalisme pada Islam akan menimbulkan beragam asosiasi, sebab biar bagaiamanpun kita akan

mendeskripsikannya tetap akan menjadi ilusif dan sulit untuk

difahami”.7

terj., Hendro Prasetyo dan Nurul Agustina, (Bandung: Mizan, 1994), h. 13.

7Martin Van Bruenessen, ‚Fundamentalisme Islam Sesuatu

yang Harus Difahami atau Dijelaskan, dalam Imron Rasidi (ed) Agama Dalam Pergumulan Masyarakat Dunia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998), h. 63. Sehingga banyak kalangan yang tidak setuju dengan pelabelan fundamentalsime pada konteks Islam, seperti, Riffat Hasan dan Chandra Muzaffar.

130

Page 147: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Itulah sebabnya banyak kalangan yang menolak untuk

dilabelkan pada agama Islam. Namun sudah menjadi sebuah

rahasia umum dalam kajian selama ini bahwa pelabelan

fundamentalisme pada kelompok Islam berdasarkan

kesamaan ciri, baik dalam prinsip dan prakteknya, seperti

yang diungkapkan oleh Ibrahim Abu Bakar melihat terdapat

beberapa kesamaan antara Fundamentalsime Kristen dengan

Fundamentalisem Islam, diantaranya: 1) penafsiran yang

literalis terhadap kitab suci. 2) fundamentalisme mirip

dengan sikap fanatisme, eksklusivisme, Radikalisme,

intolaran dan militant. 3) fundamentalisme menekankan pada penolakan terhadap modernisme, liberalisme, dan

humanisme. 4) kaum fundamentalsime melihat orang diluar

dirinya sebagai yang sesat dan kelompok merekalah yang

paling benar dalam menafsirkan agama.8

Dari kalangan umat Islam sendiri juga cenderung tidak

mau menggunakan istilah Fundamentalsime, seperti Yusuf

Qorddhawi memakai istilah Sahwah Islamiyah, Mohammed

Arkoun dengan istilah Islamawiyah,9 Hasan Hanafi dengan

istilah al-Usuliyyah Islamiyyah.10 Sedangkan yang melatar

belakangi lahirnya fundamentalsime Islam adalah hampir

sama dengan fundamentalsisme Kristen, yakni penolakan

8Seperti yang dikutif Hadimulyono, ‚Fundamentalisme: Istilah Yang Dapat Menyesatkan‛, Ulumul Qur’an, No., 3 Vol. IV, 1993, h. 5

9Mohamed Arkoun, Membongkar Wacana Hegemoni Dalam Islam dan Postmodernise, (ed), terj. Jaohari dkk, (Surabaya: AL-FIKRI, 1999), cet. I., h. 209.

10Hasan Hanafi, Aku Bagian Dari Fundamentalsime Islam, terj., Kamran As’ad Irsady Mufliha Wijayanti, (Yogyakarta: Islamika, 2003), cet. I., h. 107.

131

Page 148: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

atas gerakan modernisme sekulerisme di negara Islam,

karena dipandang bertentangan dengan doktrin Islam. Jadi

fundamentalisme Islam lahir untuk membendung permasalah

internal yang diakibatkan oleh kelompok Islam sendiri yang

berusaha mengembangkan budaya modernisme sekulerisme

Barat.11

Apa makna fundamnetalisme Islam? Dalam

mendefinisikan fundamnetalisme Islam ini para peneliti

cenderung berbeda, diantaranya, seperti Musa Keilani

mendefinisikan fundamentalsime Islam sebagai gerakan sosial

dan keagamaan yang menyeru umat Islam untuk kembali

kepada prinsif-prinsif dasar Islam, kembali pada kemurnian

etika dengan cara mengintegrasikannya secara positif,

kembali menjalankan hubungan yang harmonis dengan

Tuhan, manusia dengan masyarkat, dan manusia dengan

kepribadiannya sendiri. Jan Hjarpe mengartikan

fundamentalsime Islam sebagai keyakinan kepada al-Qur‟an

dan Sunnah sebagai sumber otoritatif yang mengandung

norma-norma politik, ekonomi, sosial, budaya untuk

menciptakan masyarakat yang baru. Sementara Leonard

Binder, fundamentalisme Islam sebagai aliran keagamaan

yang bercorak romantisme dan mengajak untuk kembali ke

masa awal Islam, kaum fundamentalis berkeyakinan bahwa

doktrin Islam bersifat lengkap, sempurna dan total, hukum-

hukum Tuhan diyakini mengatur segalanya.12

11Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai Fundamentalsime

Islam beserta tokoh-tokohnya, baca, Karn Armstrong, Islam Sejarah Singkat, h. 194-206.

12Sebagaimana yang dikutif dalam, Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam;

132

Page 149: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Sebagian lagi lebih melihat Fundamentalisme dari aspek

rigid dan riteralis dalam memahami agama. Seperti, Allan

Taylor melihat fundamentalsime Islam sebagai kelompok

yang melakukan pendekatan konservatif dalam melakukan

reformasi keagamaan, bercorak literalis dan lebih

menekankan gerakan furitanisasi ajaranagama. Sementra itu

Bannerman melihat kaum fundamentalis sebagai kelompok

ortodoks yang bercorak rigid dan ta‟ashu yang bertujuan

untuk menegakkan konsep-konsep keagamaan dari abad

klasik.

Daniel Pipes melihat fundamentalis sebagai kelompok

yang meyakini syariah sebagaia peraturan yang abadi

sepanjang zaman tampa melakukan reinterpretasi untuk

menyeselesaikannya dengan perkembangan zaman, sehingga

kaum fundamentalis sebagai kaum legalis yang konservatif.

Bassam Tibi mengartikan fundamentalis sebagai kelompok

yang menolak segala sesuatu yang baru dalam kehidupan

sosial selain dari apa yang sudah tersedia dalam doktrin

agama.13

Setelah memberikan definisi dari fundamentalisme, para

pengamat juga memberikan ciri bagi kelompok, seperti

Fazlur Rahman, baginya ciri yang melekat pada kelompok

fuindamentalis adalah sikap anti Barat dan anti modernisme.

Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama’at-i-Islami (Pakistan), (Jakarta: Paramadina, 1999), cet. I., h. 16-17.

13Sebagaimana yang dikutif dalam, Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam; Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama’at-i-Islami (Pakistan), h. 17-18.

133

Page 150: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Kaum fundamentalis dilihat sebagai kelompok seloganistik

yang bersifat distingtif, namun pada dasarnya mereka anti

akan sains, sehingga pemikiran kaum fundamentalis sejatinya

tidak berdasarkan pada al-Qur‟an dan budaya intlektual tradisional Islam.14

Dari paradigma pemahaman yang rigid dan literalis

tersebut, kaum Fundamentalsime Islam menganggap Islam

sebagai agma yang total, sehingga tidak perlu lagi

memasukkan unsur-unsur luar Islam atau Barat untuk

menyelesaikan permasalaahan umat Islam. Yang perlu

dilakuakan adalah menerapkan hukum-hukum Islam menjadi

sebuah sistem nilai yang universal dalam hidup, baik dalam

masyarakat maupun Negara.

Kalau kita mengacu pada definisi dan ciri

Fundamentalisme Islam tersebut, maka untuk kasus Islam

Indonesia pada dasarnya mirip dengan gerakan pemurnian

Islam dari unsur-unsur ideologi Barat, terutama Amerika

Serikat dan unsur budaya lokal yang bersifat mistis, yang

dinilai masih berbau animisme dan mencerminkan ajaran

Hindu-Budha. Fundamentalisme Islam Indonesia terlihat

dalam gerakan furitanisasi yang dilakukan oleh ormas

Muhammadiyah, Salafi dan kelompok Front Pembela Islam.

Pemurnian Islam dari unsur budaya disebabkan oleh

peraktik keislaman yang bercampur dengan budaya lokal.

Islam Indonesia secara umum memang identik dengan

integrasi Islam dengan Budaya, hal ini disebabkan oleh

14Fazlur Rahma, Islam and Modernity; An Intlektual Transformation, (Minneapolis: Bibliotheca Islamica, 1979), h. 162-169.

134

Page 151: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

proses penyebarannya yang mengunakan media budaya atau

akulturasi dengan budaya lokal. Inilah ciri utama dari

gerakan Fundamentalisme Muhammadiyah. Sedangkan FPI

lebih mengedepankan gerakan ideologis dalam mewujudkan

dakwahnya.

Radikalisme Islam

Bila kita berbicara tentang perubahan sosial (social

change), pada umumnya kita akan menemukan tiga macam

pendekatan, yaitu pendekatan konservatif, radikal atau

revolusioner dan pendekatan reformis. Dalam pandangan

Islam, pendekatan konservatif jelas tidak diunggulkan,

konservatif biasanya didukung oleh kaum formalis dan para

pembela buta terhadap tradisi serta mereka yang tergolong

ulama salafi. Konservatisme mengarah pada pelestarian

tradisi dan berupaya untuk dijadikan sebagai sarana dalam menjawab permasalahan kehidupan sosial modern.

Pendekatan konservatisme tidak menghendaki adaya

perubahan dan "modernisasi" karena dianggap merusak

tatanan nilai tradisi yang digenggam. Sehingga tatkala akan

melakukan inovasi alternatif akan dianggap sebagai tindakan

yang salah. Keyakinannya adalah semua yang dicari umat

Islam sekarang sudah tercantum dalam khazanah tradisi yang

diwarisi.

Pendekatan radikal revolusioner mengarah pada

pencabutan tradisi sampai keakar-akarnya, dan menganggap

pelestarian tradisi sebagai penyebab stagnasi sosial. Padahal,

tidak semua tradisi berkonotasi dan bersubstansi negatif

destruktif. Adapun pendekatan reformis, sebagai jalan tengah

135

Page 152: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

antara konservatif dengan radikal memang lebih dekat

dengan ajaran Islam, tapi belum sepenuhnya mencerminkan

pendekatan perubahan sosial seperti diajarkan oleh Islam

melalui nabi Muhammad. Reformisme menekankan

perubahan secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit

(pada tingkatan teoritis), akan tetapi dalam praktek sering

tidak dapat diterapkan, karena kekuatan internal dan

eksternal yang anti perubahan dan kemajuan memperoleh

waktu yang longgar untuk menyusun kekuatan guna

menjegal reformisme. Sejarah memang tidak banyak memberikan contoh yang menunjukkan keberhasilan

pendekatan reformisme dalam perubahan sosial.15

Saat Islam berintraksi dengan modernitas, umat Islam

terperanjat kaget, kaget karena sebelumnya mereka merasa

menjadi umat yang paling maju dalam budaya dan peradaban,

namun begitu Barat datang dalam bentuk kolonialisasi dan

inperialisasi, barulah mereka tertunduk malu. Barulah

dimulai apa yang diistilahkan sebagai kebangkitan Islam, atau

era modern Islam. Dalam konteks inilah kemudian muncul

berbagai respon yang ditonjolkan umat Islam sebagai bentuk

kebangkitan Islam.

Menurut khaled Abou El Fadl bahwa dalam rangka

merespon zaman modern, umat Islam terbagi kedalam dua

kelompok, yakni yang modert dan yang Puritan. Bagi

kelompok Modert, para pakar juga melabelkan dengan

istilah-istilah yang berbeda, seperti, modernis, progresif dan

reformis. Sedangkan kelompok puritan sering dilabelakan

15M. Amin Rais, Cakrawala Islam, (Bandung: Mizan, 1987),

Cet. 1, h. 136-137.

136

Page 153: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dengan istilah, fundamentalis, militan, ekstrimis, radikal,

fanatik dan jahidis.16 Namun semua istilah tersebut dinilai

kurang tepat. Sedangkan Fazlur Rahman melihat ada empat

bentuk kelompok, yakni Revivalisme Islam, neo-revivalis,

modernis dan neo modernis.

Adapun mekanisme atau pendekatan dalam merespons

modernisasi Barat di dunia Islam, Menurut Azyumardi Azra

terdapat tiga bentuk respon. Pertama adalah apologetik,

pembelaan terhadap diri dengan tetap mempertahankan

pandangan diri sebgai umat yang paling baik, sebab Islam

telah menyiapkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi.

Maka pendekatan apologetik ini bersifat normative dan

idealistic, dengan mengabaikan realitas dan progresiofitas

fenomena dan problem social. Kedua adalah dengan cara

identifikatif, cara ini dibuat untuk identifikasi masalah-

masalah yang dihadapi guna merumuskan respon dan

identitas Islam. Ketiga pendekatan apirmatif, yakni bertujuan

untuk menegaskan kembali kepercayaan terhadap Islam dan

sekaligus untuk memperkuat kembali eksistensi umat Islam.17

Mengenal Islam Radikal

Sebetulnya usaha untuk mengatributkan atau melabelkan

istilah pada sebuah keyakinan, pendirian, idealisme dan

16Khaled Abou El fadl, Selamatkan Islam dari Muslim

Puritan, terj. Helmi Mustofa, (Jakarta: Serambi, 2006), cet. I., h. 27-31.

17Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga Post-Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), cet. I., h. Iv-vi.

137

Page 154: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

idiologi merupakan upaya yang sulit, hal ini disebabkan oelh

label-label tertentu hanya memberikan deskripsi dan tak

jarang merupakan bentuk klaim bahkan penghakiman.

Namun demi tercapainya sebuah pisau analisis terhadap suatu

fenomena, maka tindakan tersebut sah-sah saja asal sesuai

dengan teori dan indikator yang identik dengan

permasalahan tersebut.

Terkait dengan itu, maka secara etimologis, radikalisme

berasal dari kata radix, yang berarti akar. Seorang radikal

adalah seseorang yang menginginkan perubahan terhadap

situasi yang ada dengan menjebol sampai ke akar-akarnya. A

radical is a person who favors rapid and sweeping changes in laws

of goverments. Seorang radikalis adalah seorang yang

menyukai perubahan-perubahan secara cepat dan mendasar

dalam hukum dan metode-metode pemerintahan. Jadi

radikalisme dapat dipahami sebagai suatu sikap yang

mendambakan perubahan dari status quo dengan jalan

menghancurkan status quo secara total, dan menggantinya

dengan sesuatu yang baru sama sekali berbeda. Biasanya cara yang digunakan adalah revolusioner artinya

menjugkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis melalui

kekerasan (violenceri) dan aksi-aksi ekstrim.18

Secara sosilogis bisa diterangkan bahwa radikalisme

kerap kali muncul bila terjadi banyak kontradiksi dalam orde

sosial yang ada. Bila masyarakat mengalami anatomi atau

kesenjangan antara nilai-nilai dengan pengalaman, dan

masyarakat tidak mempunyai daya lagi untuk mengatasi

kesenjangan tersebut, maka radikalisme dapat muncul ke

18 M. Amin Rais, Cakrawala Islam, h. 4.

138

Page 155: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

permukaan. Dengan kata lain akan timbul proses radikalisme

dalam lapisan-lapisan masyarakat,19 terutama di kalangan

anak muda.

Sedangkan Istilah Islam radikal sampai saat ini belum ada

kesepakatan di antara pengamat Islam tentang istilah yang

tepat untuk menggambarkan gerakan Islam radikal. Istilah

yang paling umum adalah "fundamenalisme", guna

menunjukkan sikap kalangan muslim yang menolak tatanan

sosial yang ada dan berusaha menerapkan suatu model

tatanan tersendiri yang berbasiskan nilai-nilai doktrinal

Islam.20 Hal ini juga masih mendatangkan permasalahan yang

besar.

Meskipun demikian istilah fundamentalisme dipengaruhi

oleh pengalaman radikal Kristen Protestan.21 Untuk menghindari bias keagamaan, beberapa pengamat

menggunakan istilah tertentu yang bersifat sosiologis dan

19M. Amin Rais, Cakrawala Islam,, h. 5. 20Tarmizi Taher, Anatomi Radikalisme Keagamaan Dalam

Sejarah Islam, dalam Bahtiar Efendy dan Hendro Prasetyo, Radikalisme Agama, Jakarta: PPIM-IAIN, 1998, h. 6.

21Fundamentalsime Kristen AS hadir sebagai reaksi terhadap gerakan modernisme Amerika yang sekuler, namun disamping itu para tokoh kristen berjuang untuk menyelaraskan ajaran agama dengan kemajuan ilmu pengetahuan, evlusionisme dan liberalisme. Kaum fundamentalis tetap berpegang teguh pada lima ajaran mutlak

Kristen, yakni: 1. Injil tidak dapat salah. 2. Ketuhanan Yesus Kristus. 3. Yesus lahir dari Perawan Mariam. 4.

Penebusan dosa. 5. Kebangkitan kembali Yesus kedunia secara fisik. Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, (Jakarta: Paramadina, 1999), cet. I., h.

133-142.

139

Page 156: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

politis seperti "radikal, ekstrim, nasionalis keagamaan atau

cukup dengan islamis". Kesulitan menerapkan istilah ini juga

muncul dari kenyataan bahwa anggota gerakan radikalisme

keagamaan tidak pernah menyebut dirinya fundamentalis

atau istilah Arabnya Ushuliyyun.22

Media massa Arab biasanya menyebut mereka kaum

radikal atau ekstrim sedangkan Hasan al-Banna sendiri

selaku pendiri al-Ikhwan al-Muslimun, salah satu organisasi

keagamaan yang dikenal radikal menamakan dirinya

Salafiyah yang artinya secara harfiyah adalah orang-orang

terdahulu. Istilah ini secara teknis menunjukkan upaya

mengiktui perilaku keagamaan yang didasarkan al-Qur'an,

Sunnah Rasul dan praktik kehidupan orang saleh terdahulu.

23 Olever Roy menyebutkan gerakan Islam yang berorientasi

pada pemberlakuan syariat sebagai Islam Fundamentalis,

yang ditunjukkan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin.

Hizbuttahrir, Jamaah Islamiyah, dan Islamic Salvation Front

(FIS).24

Namun istilah fundamentalis bagi John L. Espito terasa

lebih provokatif dan bahkan pejoratif sebagai gerakan yang

22Tarmizi Taher, Anatomi Radikalisme Keagamaan Dalam

Sejarah Islam, dalam Bahtiar Efendy dan Hendro Prasetyo, Radikalisme Agama, h. 6. Lihat juga Martin E. Marty dan R. Scott Appleox (ed): Fundamentalism and the State, Remaking Polities, Economis and Militance, Chicago: The University of Chicago Press, 1993, h. 153.

23Tarmizi Taher, Anatomi Radikalisme Keagamaan Dalam Sejarah Islam, dalam Bahtiar Efendy dan Hendro Prasetyo, Radikalisme Agama, h. 7.

24Olever Ropy, The Failure of Political Islam, London:

I.B. Tauris & Co. Ltd., 1994, h. 2.

140

Page 157: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pernah dilekatkan pada Kristen sebagai kelompok literlis,

statis dan ekstrem. Pada gilirannya fundamentalisme sering

merujuk kepada kehidupan masa lalu, bahkan lebih jauh lagi

fundamentalisme sering disamakan sebagai ekstrimisme,

fanatisme politik, aktivisme politik, terorisme dan Anti

Amerika. Karena itu, John L. Es Posito lebih memilih

menggunakan istilah revivalisme Islam atau aktivisme Islam

yang memiliki akar tradisi Islam.25

Negarawan senior, Lee Kuan Yew menggunakan istilah

gerakan militan Islam ketika melihat militansi Islam secara

global yang berasal dari Negara Islam seperti Afganistan dan

Pakistan. Komentar Lee ditujukan dengan maraknya ormas

Islam yang siap jihad ke Afganistan seperti FPI, KISDI,

Majlis Mujahidin, dan PPMI. Istilah ini juga digunakan oleh

perdana menteri Malaysia, Mahathir Muhammad dengan

menunjuk kelompok militan Islam di Malaysia (PAS dan

Mujahidin).26 Sedangkan Robert W. Hefner menggunakan

istilah anti liberal. Hefner secara jelas menunjuk DDII dan

KISDI sebagai kelompok Islam anti Liberal. Kelompok ini

tidak setuju dengan apa yang dianggap sebagai bias liberal

dilingkungan IAIN maupun DEPAG.27

25Dikutip oleh Khamani Zada, Islam Radikal Pergulatan

Ormas-ormas Islam Garis Keras di Indonesia, Bandung, Teraju, 2002, Cet. 1. h. 14 dalam buku Jhon L. Espito, Myth or Relity The Islamic Threat?, Oxford University Press, 1992 h. 7-8.

26Khamani Zada, Islam Radikal Pergulatan Ormas -ormas Islam Garis Keras di Indonesia h. 14.

27Robert W. Hefner, Civil Islam: Islam dan Demokraasi di Indonesia, Jakarta: ISAI, 2001, h. 197. Lihat juga Khamani Zada, h. 14.

141

Page 158: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Sementara Abid al-Jabiri menggunakan istilah

ekstrimisme Islam. Kelompok Islam ekstrim biasanya

mengarahkan permusuhan dan perlawanan kepada gerakan-

gerakan Islam "tengah" atau moderat. Oleh Jabiri disebutkan,

musuh bebuyutan Islam ekstrim adalah kelompok yang

paling dekat dengannya. Islam moderat al-Jabiri

menunjukkan perbedaan dari gerakan Islam ekstrim dimasa

kontemporer ini. Gerakan-gerakan ekstrimis masa lalu

mempraktikkan ekstrimisme pada tatanan akidah, sedangkan

gerakan-gerakan ekstrim kontemporer menjalankannya pada

tatanan syariah dengan melawan mazhab-mazhab moderat.28

Muhammad Said al-Asmawi juga menggunakan istilah

ekstrimisme yang telah menjadi gejala global: menyebar

keseluruh pelosok dunia di setiap negara.29

R. William Liddle menggunakan istilah Islam

Skripturalis yaitu kelompok Islam yang tidak memandang

diri mereka terlibat terutama dalam kegiatan intelektual yang

mencoba mengadaptasikan pesan-pesan Muhammad dan

makna Islam ke dalam kondisi-kondisi sosial ke penghujung

abad dunia ke dua puluh ini. Menurut mereka pesan-pesan

dan makna itu sebagaian besar sudah jelas termaktub dalam

kehidupan, karena itu mereka cenderung berorientasi pada

syariat.30

28Muhammad Abid al-Jabiri, Agama, Negara dan Penerapan

Syariah, Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2001, h. 139-140. 29Muhammad Said al-Asmuni, al-Islam al-Siyasi, Kairo:

Arabiyah li al Thiba'ah wa al-Nasyr, 1992, h. 166.

30R. William Liddle, Skripturalisme Media Dakwah, Suatu Bentuk Pemikiran dan Aksi Polotik Islam di Indonesia Masa Orde Baru, dalam Mark Woodward (ed) Jalan Baru Islam,

142

Page 159: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Berdasarkan pada muatan esensial yang relatif sama

antara istilah Islam fundamentalis, ekstrim, militan,

skriptualis, Islam anti liberal, maka lebih pas kita

menggunakan Islam Radikal yang menurut hemat penulis

selalu berorientasi pada karakteristik kekerasan yang tidak

pernah memandang kelompok yang di luar mereka berada

dalam koridor kebenaran.

Latar Belakang Munculnya Radikalisme Agama

Kiranya bukanlah sebuah organisasi kalau dikatakan

bahwa radikalisme agama sama dengan radikalisme sosial,

hanya dapat dipahami dalam kontek sosial tertentu. Apakah

dengan motivasi atau lebih tepat dengan kerangka pengertian

simbolik bahasa agama, atau dengan motivasi pembebasan

politik atau misalnya kepercayaan akan datangnya ratu adil,

sekelompok orang akan menjadi radikal dan ekstrem sebagai

reaksi atas sebuah situasi dan dalam sebuah konteks. Oleh

karena itu, sebuah penelitian tentang radikalisme agama

sudah tentu memerlukan pengetahuan sejarah, khususnya

sejarah agama yang bersangkutan.31

Jika kita hubungkan dengan fakta sejarah maka akan

ditemukan adanya kelompok-kelompok dalam Islam yang

berpandangan Fundamentalis, walaupun tidak sepenuhnya

muncul sebagai reaksi terhadap modernisasi, melainkan juga

Memetakkan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia , Bandung: Mizan, 1999, h. 304.

31Edy Kristiyanto OPM, Perspektif-perspektif Historis Tentang Radikalisme Religius dalam Agama Katolik, Dalam Radikalisme Agama, Bakhtiar Efendy (ed), Jakarta: PPIM-IAIN, 1998, h. 45.

143

Page 160: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

karena latar belakang politik, teologi dan lain sebagainya.

Dalam bidang teologi misalnya kita jumpai Khawarij,

kelompok ini muncul sebagai reaksi terhadap sikap khalifah

Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyah serta para pendukungnya

dari tokoh yang bertikai ini mengambil jalan penyelesaian

dengan cara arbitrase (damai) yang berakhir dengan

kemenangan dari pihak Muawiyah. Kelompok ini kemudian

menuduh orang-orang yang terlibat dalam arbitrase sebagai

kafir.32

Kecenderungan untuk menafsirkan teks-teks keagamaan

secara rigit dan literalis seperti dilakukan oleh kaum fundamentalis Protesten, ternyata ditemukan juga dikalangan

penganut agama-agama lain di abad ke dua puluh ini. Karena

itu tidaklah mengherankan jika para sarjana orientalis dan

islamis Barat kemudian menyebut kecenderungan serupa di

kalangan masyarakat muslim sebagai "Fundamentalis Islam".

Disamping dihubungkan dengan Islam, istilah

fundamentalisme juga dihubungkan dengan agama-agama

lain, sehingga muncul istilah kaum "Fundamentalis Sikhs",

dan sebagainya. Tetapi berbeda dengan kaum

fundamentalisme Protestan yang memang menyebutkan

dirinya fundamentalis, kelompok-kelompok dengan

kecenderungan serupa di dalam agama-agama lain malah

menolak disebut sebagai kaum fundamentalis. Kelompok-

kelompok seperti itu, di Timur Tengah, lebih suka menyebut

diri mereka dengan istilah-istilah seperti Ushuliyah

32Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari

Fundamentalisme, Modernisme, Hingga Post-Modernisme, h. 127-141.

144

Page 161: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islamiyah (asas-asas Islam), Ba'ats Islam (Kebangkitan Islam)

atau Harakah Islam (gerakan Islam), sementara kelompok-

kelompok yang kurang menyukai mereka menyebutnya

Muta'asshibin (kelompok fanatic) juga Muthathrrifin

(kelompok radikal/ekstrim).33

Dari gambaran di atas tampaknya ada empat faktor yang

menyebabkan lahirnya kaum fundamentalis atau radikalis:

Pertama, karena faktor modernisasi yang dapat dirasakan

menggeser nilai-nilai agama dan pelaksanaanya dalam agama.

Kedua, karena pandangan dan sikap politik yang tidak sejalan

dengan sikap dan ideologi politik yang dianut penguasa.

Ketiga, kerena ketidakpuasan terhadap kondisi sosial,

ekonomi, politik dan sebagainya yang berlangsung di

Indonesia. Keempat, karena sifat dan karakter ajaran Islam

yang dianutnya cenderung bersifat rigid (kaku) dan literlis.

Karakteristik Islam Radikal

Secara personal orang-orang Islam mengidentikkan

dirinya dengan perjuangan-perjuangan berada dalam titik

krisis yang didalamnya ada aksi individu dapat menjadikan

segalanya berbeda. Karakteristik-karakteristik yang dimiliki

agama yang mengantarkan sosok spiritual ke dalam

kekerasan, tapi juga hal-hal lain yang mengitarinya: situasi-

situasi keras yang lebih meraih pembenaran kekerasan dan

ekstrimisme dalam agama mengarah pada kekerasan, yang

33Yusril Ihza Mahendra, Fundamentalisme, Faktor dan Masa

Depannya, dalam M. Wahyu Nafis, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam, Jakarta: Paramadina, 1996, Cet. 1, h. 98.

145

Page 162: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pada waktu yang bersamaan komplik-komplik kekerasan

tersebut meneriakkan validasi keagamaan.34

Ketika komprontasi terhadap ekstrimisme agama

dicirikan sebagai perang kosmis, perang suci, jihad dan

seterusnya, maka: 1. Perjuangan dipahami sebagai sebuah

pertahanan indentitas dan kemuliaan yang mendasar. 2.

Hilangnya perjuangan yang tak terduga, juga akibat negatif

dari suatu perjuangan dipahami berada diseberang jangkauan

konsepsi manusia. Perjuangan bisa dipandang sebagai

pengambilan tempat pada tataran tranhistoris. Semakin

banyak tujuan-tujuan yang tak terwujud dan menjadi

pleksibel, semakin keras kemungkinan yang akan mereka

dewakan dan dipandang sebagai pemenuhan titah suci. 3.

Perjuangan yang buntu dan tidak dapat dimenangkan dalam

realitas atau term-term yang nyata.

Adanya ketiga karakteristik tersebut meningkatkan

keserupaan bahwa perjuangan di dunia nyata bisa saja

dipahami melalui term-term kosmis (jihad) sebagai perang

suci yang melahirkan ciri pemahaman radikalisme dalam

agama.35 Radikalisme sering menunjukkan sikap ekstrimisme

politik dalam aneka ragam bentuknya, atau usaha untuk

merubah orde sosial secara drastis dan ekstrim. Walauapun

tradisi menggunakan kekerasan dalam bentuk perang

merupakan sarana ampuh untuk membangun suatu bangsa

dalam sejarah peradaban manusia, namun sejarah

34Mark Juergensmeyer, Teror atas nama Tuhan, Kebangkitan Global Kekerasan Agama (ed. Terj.), Jakarta: Mizan Press, 2002, Cet. 1, h. 214.

35Mark Juergensmeyer, Teror atas nama Tuhan, Kebangkitan Global Kekerasan Agama, h. 214-217.

146

Page 163: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

membuktikan tidak satupun agama yang meligitimasi apalagi

menganjurkan kekerasan. Sebagaimana agama Kristen, Islam

juga tampil sebagai gerakan reformis bukan agama

ekspansoris. Namun sejarah timbulnya kekerasan temporal

(negara) yang didirikan atas nama agama, tradisi kuno

melancarkan perang untuk mencapai kemenangan dan

penaklukan mewarnai negara-negara baru.36

Berpijak pada tataran sosiologis tersebut di atas

radikalisme dapat dicirikan dan ditandai oleh tiga

kecenderungan umum. Pertama, radikalisme merupakan

respon terhadap kondisi yang sedang berlangsung, biasanya

respon tersebut muncul dalam bentuk evaluasi penolakan

atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak

dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dapat

dipandang bertanggung jawab terhadap kondisi yang ditolak.

Kedua, radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan,

melainkan terus berupaya mengganti tatanan-tatanan

tersebut dengan suatu bentuk tatanan yang lain. Ciri ini

menunjukkan bahwa di dalam radikalisme terkadang suatu

program atau pandangan dunia (worl view) tersendiri. Kaum

radikal berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut

menjadi ganti dari tatanan yang sudah ada.

Ketiga, kuatnya keyakinan kaum radikalis terhadap

kebenaran yang mereka bawa. Sikap ini pada saat yang sama

dibarengi dengan penafian kebenaran dengan ssstem lain

yang akan diganti. Dalam gerakan sosial keyakinan tentang

kebenaran program atau filosofi sering dikombinasikan

36Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, Bandung: Mizan Press, 1998, Cet. 4, h. 282.

147

Page 164: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dengan cara-cara pencapaian yang megatasnamakan nilai-

nilai ideal seperti kerakyatan atau kemanusiaan, akan tetapi

kuatnya keyakinan ini dapat mengakibatkan munculnya sikap

emosional yang menjurus pada kekerasan.37

Ciri-ciri radikalisme sosial di atas dapat dijadikan titik

tolak untuk memahami fenomena agama yang memiliki

pendekatan karakteristik. Tentu saja tiga ciri tersebut tidak

dapat dijadikan sebagai patokan untuk menilai apakah

fenomena sebuah agama dapat dikategorikan radikal atau

tidak. Ketiganya semata-mata berfungsi sebagai working

hyipotesis untuk membantu melihat persoalan yang

mengandung kemiripan-kemiripan. Dengan kata lain, jika

suatu fenomena keberagamaan hanya memenuhi satu atau

dua ciri bukan berarti ia tidak dapat diasosiasikan dengan

radikalisme. Sebaliknya bila fenomena tersebut memiliki

criteria lebih dari tiga, ia juga tidak dapat dikeluarkan dari

kategori radikalisme tentunya kelonggaran ini perlu diberi

catatan yakni bila menang tidak dapat istilah lain yang

mampu menjelaskan.38

Pemikiran dan Gerakan Radikalisme Agama

Para radikalis telah kehilangan kesabaran terhadap atau

menolak para modernis. Ada garis halus yang sering

dilanggar antar tradisionalis yang kita sebut radikal

kepercayaan dan imannya. Perbedaannya terdapata pada

37Khamani Zada, h. 16-17, Lihat juga Bakhtiar Efendy dan Hendro Prasetyo, Teror atas nama Tuhan, Kebangkitan Global Kekerasan Agama, hal. 1.

38Khamani Zada, h. 16-17.

148

Page 165: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

strategi dan gaya mereka. Strateginya dijelaskan oleh lebih

dari filasafat politik, karakter personal, usia dan gaya hidup

turut membedakan perbedaan ini. Beberapa radikalis bukanlah orang yang intelektual dan ingin

mengimplementasikan tatanan Islam melalui bersenjata dan

komprontasi. Biasanya mereka terdorong oleh kebencian dan

rasa jijik pada apa yang mereka sebut "Barat" banyak yang menghadapi bahaya menjadi misologis. Mereka

membangkitkan kemarahan dan kebencian dikalangan

muslim. Retorika mereka mengandung banyak populisme dan

dorongan untuk berbuat anarki, mereka ini bukanlah figur-

figur establisme dan seringkali ditolak.39

Golongan radikal memandang rendah para modernis dan

lalu oleh para modernis dicap sebagai fundamentalis dan

sebagian besar sarjana Barat, termasuk sarjana dari generasi

muda dan hanya lebih simpatik, ditolak oleh golongan radikal

karena tercemari oleh orientalisme.40 Fazlurrahman mendefinisikan sikap pemikiran mereka sebagai

fundamentalis posmodernis atau neo fundamentalis dan

menggarisbawahi sikap anti Barat.41

Kaum radikal berpikir dan mendambakan kesadaran

politik dalam maknanya yang tepat: menyadari identitas diri

sendiri berarti menyadari kekuatan-kekuatan institusional

39Akbar S. Ahmed, Posmodernisme Bahaya dan Harapan Bagi

Islam (terj.), Bandung: Mizan, 1994, Cet. 4, h. 168.

40Akbar S. Ahmed, Posmodernisme Bahaya dan Harapan Bagi Islam, h. 169.

41Fazlurrahman, Islam and Modernity: Trasnformation of an Intellectual Tradition, Chicago: The University Presas, 1984, h. 136.

149

Page 166: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

yang telah bekerja pada diri orang itu sendiri. Jalan menuju

pembebasan pribadi tidak bersifat privat atau melalui

meditasi namun lewat politik. Kesadaran berkembang lewat

tindakan yang sadar, reflektif, akurat. Pemisahan antara

pemikiran dan tindakan yang berorientasi pada pemahaman

agama yang diyakininya.42

Sejalan dengan itu Kuntowijoyo menyatakan bahwa

fundamentalisme Islam adalah gerakan anti industri, suatu

hal yang tidak disadari bahkan oleh pengikut

fundamentalisme itu sendiri, karena industrialisasi sudah

menimbulkan dampak negative seperti dominasi masa lalu

oleh masa kini, dominasi industri atas alam, dominasi bangsa

atas bangsa lain. Sejalan dengan itu kaum fundamentalis

memiliki karakter pemikiran berikut: 1) Kaum fundamentalis

ingin kembali ke zaman Rasul. Dalam berpakaian mereka

cenderung memakai jubah dan cadar dengan maksud untuk

menolak industri fashion . 'kesalahan' yang mereka lakukan

ialah menganggap fashion yang bersifat muamalah sebagai

akidah. 2) Kaum fundamentalis ingin kembali ke alam,

sebenarnya semboyan back to nature ini temannya, tetapi

dengan alasan lain misalnya, untuk menolak wewangian

buatan pabrik, kaum fundamentalis memakai bahan-bahan

alamiyah seperti siwak minyak wangi tanpa alcohol dan

sejenisnya. Kesalahannya sama dengan pertama. 3) Kaum

fundamentalis memiliki implikasi politik. Ini yang menyebabkan negara-negara industri mencap

fundamentalisme sama dengan terorisme. Negara-negara

42Michael Novak, Teologi Politik Radikal, Yogyakarta:

Jendela, 2000, Cet. 1. h. 137.

150

Page 167: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

barat terutama Amerika Serikat melihat Iran, Libia, FAS, Al-

Jazair, Somalia dan Sudan sebagai sarang fundamentalis

sekaligus teroris.43

Daftar Pustaka

Akbar S. Ahmed, 1994. Posmodernisme Bahaya dan

Harapan Bagi Islam (terj), Bandung: Mizan,

Cet. 4.

Alwi Shihab, 1998. Islam Inklusif Menuju Sikap

Terbuka Dalam Beragama, Bandung: Mizan, Cet.

4.

Armstrong, Karn, 2003. Islam Sejarah Singkat, terj.

Fungky kusnaendy Timor, Yogyakarta: Jendela,

cet. I.

Armstrong, Karn, 2001. Berperang Demi Tuhan, terj., Sartio Wahono dkk, Bandung: Mizan, cet. 2.

Azra, Azyumardi, 1996. Pergolakan politik Islam:

dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga

Post-modernisme, Jakarta; Paramadina, cet.

I.

Azra, Azyumardi, 1999. Konteks Berteologi di

Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta:

Paramadina, cet. I. Edy Kristiyanto OPM, 1998. Perspektif-Perspektif

Historis Tentang Radikalisme Religius Dalam

Agama Katolik, Dalam Radikalisme Agama,

Bakhtiar Efendy (ed). Jakarta: PPIM-IAIN.

43Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, Bandung:

Mizan, 1997, Cet. 1, h. 49.

151

Page 168: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Fazlurrahman, 1984. Islam and Modernity:

Transformation of an Intellectual Tradition,

Chicago: The University Presas.

Jhon L. Espito, 1992. Myth or Reality The Islamic Threat?, Oxford: Oxford University Press.

Khamani Zada, 2002. Islam Radikal Pergulatan Ormas-

ormas Islam Garis Keras di Indonesia,

Bandung: Teraju, Cet. 1. Kuntowijoyo, 1997. Identitas Politik Umat Islam,

Bandung: Mizan, Cet. 1.

M. Amin Rais, 1987. Cakrawala Islam, Bandung:

Mizan, Cet. 1.

Mark Juergensmeyer, 2002. Teror Atas Nama Tuhan,

Kebangkitan Global Kekerasan Agama (ed.

terj.), Jakarta: Mizan Press, Cet. 1. Mark Woodward (Ed), 1999. Jalan Baru Islam,

Memetakkan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia, Bandung: Mizan.

Martin E. Marty Dan Scott Apleox (Ed), 1993.

Fundamentalism and The State, Remaking

Polities, Economis and Militance, Chicago:

The University Of Chicago Press. Martin E. Marty Dan R. Scott Appleby, 1993.

Introduction, Fundamentalism Observed,

Chicago: University Of Chicago Press.

Michael Novak, 2000. Teologi Politik Radikal,

Yogyakarta: Jendela, Cet.1.

Muhammad Abid Al-Jabiri, 2001. Agama, Negara, dan

Penerapan Syariah, Yogyakarta: Fajar Pustaka.

152

Page 169: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Muhammad Said Al-Asmuni, 1992. Al-Islam Al-Siyasi, Kairo: Arabiyah Li Al Thiba'ah Wa Al-Nasyr.

Olever Ropy, 1994. The Failure of Political Islam, London: I.B, Tauris & Co. Ltd.

R. William Liddle, Skripturalisme Media Dakwah,

Suatu Bentuk Pemikiran dan Aksi Politik di

Indonesia Masa Orde Baru.

Robert W. Hefner, 2001. Civil Islam: Islam dan

Demokrasi di Indonesia, Jakarta: ISAI.

Tarmizi Taher, Anatomi Radikalisme Keagamaan

Dalam Sejarah Islam, dalam Bahtiar Effendy dan

Hendro Prasetyo, Radikalisme Agama, Jakarta:

PPIM-IAIN.

Yusril Ihza Mahendra, 1996. Fundamentalisme, Factor

dan Masa Depannya dalam M. Wahyu Nafis,

Rekunstruksi dan Renungan Religius Islam,

Jakarta: Paramadina, Cet. 1.

Yusuf Al-Qardawi, 2001. Ekstrimisme Dalam Wacana Islam, Islam Liberal, Pemikiran Islam

Kontemporer Tentang Isu-Isu Global,

Charterkhurzman (Ed), Jakarta: Paramadina, Cet. 1.

153

Page 170: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 10

TEOLOGI

ISLAM LIBERAL

erdapat pandangan bahwa manusia merupakan Tmahluk homo

religius. Ini berarti bahwa beragama dan bertuhan adalah fitrah bahkan merupakan ontologi dari manusia itu sendiri. Agama telah menjadi

penuntun atau worldview manusia dan Tuhan sendiri adalah

tujuan itu sendiri. Nilai sakralitas dari agama berupa ritual-

ritual yang terkandung dalam doktrinnya diyakini sebagai

blue prin ajaran Tuhan. Manusia di dalam kehidupannya tidak

satu gerakan yang lepas dari agama itu sendiri. Betapa tidak,

Zat maha hidup Tuhan mengalir dalam diri manusia dan ruh

manusipun ditiupkan Tuhan, sehingga jazad yang ada

menjadi potensial dalam aktualisasinya di alam empirik ini.

154

Page 171: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Demikianlah manusia tidak bisa berpaling dari agama dan

Tuhan.

Lalu bagaimana ajaran agama itu bisa difahami untuk

kemudian dipraktekkan dalam hidup dan kehidupan sebagai

worldview manusia? Maka jawabannya adalah memfungsikan

akal pikiran untuk memahami ajaran yang bersifat teks

bahkan yang berupa alam mayapada yang begitu menawan

dan misterius ini. Keduanya adalah kitab Tuhan yang mesti

difahami sebagai jalan untuk memahami Tuhan itu sendiri.

Namun upaya kearah pemahaman agama paling banyak

dilakukan pada subyek teks kitab suci agama. Dari teks inilah

para ulama mengkaji agama untuk selanjunya diterapkan

sebagai prakteks dalam kehidupan, entah sebagai hukum,

pembedaan mana perintah kebaika dan laranga keburukan

dan lain sebagainya. Pemahaman teks keagamaan terus

berklembang seiring dengan perkembangan peradaban

manusia itu sendiri.

Islam sebagai agama yang memiliki kitab suci al-Quran

dan sunnah Nabi kemudian menjadi rujukan dalam

memahami ajarannya, disamping ijtihad akliyaha yang

dilakukan oleh umat Islam sendiri apa bila rumusan dan

legalitas masalah tidak ditemukan pada kedua sember

tersebut. Dan fitalitas ijtihad ini pernah dipraktekkan oleh

umat Islam pada abad klasik atau pertengahan.1 Namun

seiring perkembangan zaman dan keterlenaan para elit Islam

menikmati kemegahan kekuasaaannya, umat Islam kemudian

1Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah

Pemimikiran dan Gerakan. (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet. 14. h. 5.

155

Page 172: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

terpuruk dan jatuh kelembah kemunduran. Agama kemudian

hanya dijadikan lejitimasi kekuasaan penguasa Islam. Ijtiha

ditutup dan fiqh menjadi standar kebenaran dalam Islam.

Reduksi Syari‟at ke dalam fiqh ini kemudian berbuah

kemandulan kreatifitas umat Islam, pemikiran dibatasi jangan

sampai bertentangan dengan hukum yang sudah ada dalam

mazhab masing-masing. Penafsiran al-Quran pun dimonopoli

oleh ulama fiqh, sehingga begitu Islam bersentuhan dengan

abad modern, umat Islam menjadi badut budaya modern

Barat, konsumen pemikiran, budaya dan sains serta teknologi

Barat.

Maka melihat kondisi tersebut sebagian elit Islam mulai

bangkit dan berupaya melakukan ijtihad namun tetap pada

segelintir orang yang memiliki otoritas atau yang sudah

ditunjuk oleh Negara, sehingga tetap menghasilkan

kegagalan. Namun di lapisan bahwah atau kelompok yang

diam namun progresit muncul para pemikir Islam yang

mencoba melakukan pembaharuan, karena melihat kegagalan

kaum ortoksi dalam mentrasformasikan Islam di ranah sosial

atau konteks zaman.2 Secara garis besar dapat kita katakan

bahwa dalam merespons kondisi zaman modern ini, umat

Islam memakai dua pendekatan, yakni dengan tetap

mempertahankan metode dan ajaran Islam klasik dan

kelompok yang mencoba memakai pendekatan keilmuan

Barat.

2Untuk lebih jelasnya tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam,

baca Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemimikiran dan Gerakan.

156

Page 173: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Dari kedua kelompok ini yang akan dikaji dalam tulisan

ini adalah kelompok Islam yang mencoba mengadopsi dan

menerapkan sistem keilmuan modern untuk membedah

Islam, disamping tetap memakai metode Islam klasik. Kedua

pendekatan ini diklasifikasi menjadi sintesis yang dijadikan

media transformasi Islam kedalam kehidupan modern. Atau

mengkontekstualisasikan Islam dengan kondisi zaman. Atau

bisa dikatakan kelompok yang berangkat dari realitas empirik

untuk selanjutnya melihatnya pada teks, atau bisa saja tampa

dikembalikan pada teks namun mengacu pada subtansi dari

realitas yang ada.

Sejarah dan Pengertian Islam Liberal

Liberal merupakan istilah yang dipakai oleh Charles

Krzman dalam bukunya Liberal Islam; a Source Book. Dalam

buku ini termuat beberapa tokoh Islam kontemporer yang

dilihat sebagai pemikir liberal, progresif, indevenden, kritis

dan modern. Sebelumnya terdapat buku yang ditulis oleh

Leonard Binder Islamic Liberalizm. Dan dalam buku Albert

Hourani Arabic Thought in The Liberal Age. Istilah Islam

liberal sejatinya didasarkan atau mengacu pada kesadaran

akan pentingnya sebuah gerakan memikirkan dan

menafisrkan Islam secara kontekstual, kritis, dinamis,

progresif dan modern. Maka dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa Islam liberal merupakan kelompok Islam yang

mencoba melakukan ijtihad secara bebas dalam arti tidak lagi

mau dipenjara dalam sistem pemahaman keislaman yang

sifatnya diwarisi dari Islam klasik saja, atau kelompompok

Islam yang mencoba lepas dari penjara tradisi dalam

157

Page 174: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

memahami agama dan melihat realitas kehidupan. Atau

kelompok Islam yang mengusung kebebasan dalam

melakukan ijtihad dalam artian tidak dimonopoli oleh kaum

tua atau ulama semata.

Dalam sejarah kebangkitan pemikiran Islam di Negara-

negara Arab pada masa modern, maka akan ditemukan

pemikir modern liberal dari Mesir Rif‟at Tahtawi. Dan

mencapai puncaknya pada masa Muhammad Abduh. Dari

Abduh inilah kemudian muncul pemikir Islam yang

melahirkan ide-ide modernis dan liberal terutama yang

beraliran kiri seperti Qasim Amin dan Ali Abdul Razik. Dan

pada masa kontemporer saat ini, kita menemukan tokoh-

tokoh seperti Hssan Hanafi, Mohammed Arkoun, Muhammed

Abed Jabiri, Nasr Hamid Abu Zayd, Ali Abdul

Razik, Mahmud Thaha, dan Abdullah Ahmad Na‟im.3

Inti dari Islam liberal adalah meramu Islam berdasarkan

realitas dan kondisi globalitas zaman yang empirik, dengan

cara melakukan reinterpretasi Islam agar sesuai dengan

kondisi zaman yang ada. Mereka berangkat dari realitas baru

ke pada teks, naumn teks agama tidak dijadikan sebagai

legitimasi atas realitas yang ada, melainkan yang ingin

dilakukan dengan cara tersebuta adalah adanya sebuah

pemahaman yang lebih aktual dan progresif sehingga agama

menjadi tidak kering dan mandul, atau agama tidak menjadi

penghalang bagi pluarlisme. Agama tidak lagi menjadi alasan

untuk memarjinalkan perempuan, agama tidak lagi menjadi

3Ahmad Sahal dkk, ‚Akar-akar Liberalisme Islam;

Pengalaman Timur Tengah‛ dalam Luthfi Assyaukanie, Wajah Liberal Islam di Indonesia, h. 158-159.

158

Page 175: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

penghalang bagi demokrasi, agama tdiak lagi menjadi penjara

bagi kebebasan dalam mengekspresikan keyakinan dan

peribadatan masyarakat.

Sedangkan dari segi sejarahnya, Islam liberal dengan

pengertian kebebasan berpikir dalam memahami doktrin

Islam yang termaktub di al-Qur‟an dan al-Sunnah sudah

ditemukan pada Islam awal4 seperti keberanian Umar Bin

Khattab dalam pembagian barang hasil rampasan perang.

Umar melakukan pembagian harta rampasan tersebut tidak

berdasarkan atas apa yang ada dalam al-Qur‟an surah al-Anfal 41 yang telah dilakukan nabi Muhammad.5

Kebanyakan dari umat Islam klasik yang memiliki

keberanian yang sifatnya melampaui kebiasaan umum dalam

menafsir al-Qur‟an dan sunnah adalah para filosof Islam, seperti Arrazi, al-Farai dan Ibn Rusyd menggunakan

4Yang dimaksud dengan Islam liberal dalam hal ini pada

masa awal adalah, bahwa ontologi dan primordialitas Islam adalah wahyu al-Qur’an dan ini menujukkan bentuk Islam yang sangat sederhana. Namun begitu Islam dikembangkan dalam

bentuk penafsiran oleh Nabi, para sahabat, dan seterusnya, Islam menjadi agama yang kompleks, munculnya beberapa aliran dan mazhab menambah rumit dan kompleknya Islam. Dari sini dapat dikatakan bahwa Islam liberal dalam konteks

historisnya merupakan sebuah gerakan pemikiran dalam rangka memahami Islam untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sosial. Nabi, sahabat dan mazhab menafsirkan Islam dalam ruang budaya dan sejarah dan berdasarkan pada masalah yang

dihadapi. Luthfi Assyaukanie, Wajah Liberal Islam di Indonesia, (Jakarta: JIL, 2002), h. xxiv.

5Mengenai tindakan pemikiran yang dalam prakteknya tidak berdasarkan pada al-Qur’an, baca, Ahmad Sahal dkk. ‚Umar Bin Khattab dan Islam Liberal‛ dalam Luthfi Assyaukanie, Wajah Liberal Islam di Indonesia, h. 4-8.

159

Page 176: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

silogisme Aristoteles sebagai metodologi burhani untuk

melakukan pengkiyasan atau ta‟wil untuk memahami ayat-ayat al-Quran yang mutasyabihat. Kemudian para sufi

dengan pendekatan esoterisnya melakukan peribadatan

kepada Tuhan dengan cara melampaui kebiasaan praktek

ibadah dan pemahaman umat Islam. Dari aliran kalam Islam

terdapat kelompok Mu‟tazilah yang melihat akal sebagai yang fundamental dalam memahami Islam.

Dari paparan historis tersebut jelas bahwa upaya kearah

pemahaman Islam yang kritis dan indevenden memiliki

akarnya dalam Islam awal dan klasik. Bagaimana dengan

Islam saat ini, yang memiliki masalah yang lebih kompleks,

yakni berhadapan dengan progresifitas budaya, baik

pemikiran, politik, ekonomi, sains dan teknologi, HAM,

Gender, kemiskinan dan kebodohan, dan lain sebagainya.

Semua itu mengindikasikan sebuah upaya ijtihad yang lebih

mendalam dan progresif.

Islam Liberal di Indonesia

Pembaharuan pemikiran dan cara pandang terhadapa

Islam di Indonesia, menurut Azyumardi Azra dapat

ditemukan pada tokoh-tokoh empat Sumatra di Aceh.

Sedangkan menurut M. Dawam Raharjo, awal mula sejarah

kesadaran dan kebangkitan Islam di Indonesia pada era

modern dapat ditemukan pada pemikiran dan gerakan Raden

Aria Wiratmaja yang mendirikan Hulp en Sparbaank de

Inlandse Bestuur Ambtenaren pada tahun 1895. Inilah yang

menjadi embrio bagi lahirnya Bank perkreditan rakyat

sebagaimana kita temukan saat ini dengan modal dari kas

160

Page 177: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Masjid untuk menolong kaum pribumi yang miskin. Gerakan

perubahan pemahaman dan gerakan sosial keagamaan umat

Islam Indonesia dari sejak pra merdeka sampai merdeka

memiliki empat jenis gerakan, yakni: 1) Islam sebagai

gerakan kaum pribumi Indonesia. 2) Islam sebagai gerakan

politik kebangsaan. 3) Islam sebagai gerakan ekonomi kaum

pribumi. 4) Islam sebagai gerakan sosial.6 Di era reformasi

sampai sekarang, muncul tokoh-tokoh muda Islam yang

terhimpun dari berbagai golongan dan propesi, yakni dari

kalang NU, Universitas Paramadina, Aktivis Jurnalis, IAIN.

Diantara mereka muncul sebagai tokoh Islam Liberal

Indonesia. Mereka menafsirkan sejarah dan doktrin Islam

menjadi parallel-konektif dengan prinsip-prinsip demokrasi

yang berkembang di Indonesia, dan pluralisme kebudayaan

modern.7 Prinsip demokrasi dan humanis inilah yang menjadi

pegangan bagi Islam Liberal di Indonesia.

Islam Liberal di Indonesia yang mengedepankan

semangat humanis, egalitarian, toleransi dan demokrasi,

menuntutnya untuk melakukan penafsiran atas ajaran Islam

yang dianggap sudah mapan sebagai ajaran yang tidak bisa

dikotak katik, terutama pada aspek hukum Fikih.

Kemunculan tokoh-tokoh muda Islam Liberal seperti Ulil

Abshar Abdalah, Zuhairi Misrawi dan lainnya membuat

aliran ini menjadi kontropersial di kalangan ulama dan

6M. Dawam Raharjo, Intlektual Intlegensia dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendikiawan Muslim, (Bandung: Mizan, 1999), cet. IV., h. 217-255.

7Denny J.A., dkk ‚Berharap Kepada Islam Liberal‛ dalam dalam Luthfi Assyaukanie, Wajah Liberal Islam di Indonesia, h. 20.

161

Page 178: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

intlektual Islam. Pelabelan sebagai faham dan pemikiran

sesat adalah sesuatu yang lumrah bagi Islam Liberal. Namun

yang menarik dari tokoh muda Islam Liberal adalah

penguasaan mereka yang tinggi terhadap khazanah keilmuan

Islam klasik. Mereka kebanyakan mengenyang pendidikan di

pesantren.

Daftar Pustaka

Assyaukanie, Luthfi, 2002. Wajah Liberal Islam di Indonesia, Jakarta: JIL.

Nasution, Harun, 2003. Pembaharuan dalam Islam:

Sejarah Pemimikiran dan Gerakan. Jakarta:

Bulan Bintang.

Raharjo, M. Dawam, 1999. Intlektual Intlegensia dan

Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendikiawan

Muslim, Bandung: Mizan, cet. IV.

162

Page 179: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 11

TEOLOGI ISLAM

SPIRITUALIS

KESATUAN TEOLOGIS UNTUK HARMONIS

Sebab Kelahiran Islam Spiritualis

slam sebagai agama selain bersipat holistik juga bersifat

Idualistik, seperti konsep baik dan buruk, pahala dan dosa, surga dan neraka. Bahkan Islam sendiri mengandung

dua dimensi, yakni lahir dan batin atau eksoteris (syari‟at) dan esoteris (tasawuf). Manusia sebagai mahluk Tuhan juga

memiliki dua dimensi tersebut, dimensi lahir dan batin, dimesi material dan spiritual. Dualisme dalam diri manusia terlihat pada sisi tersebut, yakni jiwa dan jasad. Berdasarkan watak manusia yang demikianlah agama hadir memberikan kebutuhan untuk

memenuhi kedua dimensi

163

Page 180: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

manusia tersebut. Agama hadir berdasarkan kebutuhan yang

amat manusiawi, paling tidak dari segi emosional manusia itu

sendiri.1

Atas dasar dualisme Islam dan manusia itulah maka

dalam sejarah Islam ditemukan kelompok-kelompom yang

mengembangkan perjalanan Tauhidnya dengan dua bentuk

tersebut. Ada kelompok Islam yang formalistik-ritualisti atau

Fiqh dan ada Islam yang esotoris-sufistik. Khusus untuk

Islam esoteris telah terdapat beberapa tokoh sufi yang begitu

gemilang dalam melahirkan corak Islam esoteris. Dan yang

menarik dari para sufi ini, sebagaimana yang dikatakan oleh

Harun Nasution bahwa, mereka merasa puas dengan jalan

pendekatan kepada Allah melalui ibadah ritual seperti, solat,

puasa dan lain sebagainya, itulah sebabnya mereka kemudian

mencari jalan lain yakni tasawuf, yang bertujuan untuk

memperoleh hubungan lansung dengan Tuhan bahkan

menyatu dengan Tuhan, yakni dengan lahirnya sebuah

kesadaran akan adanya komunikasi antara roh manusia

dengan Tuhan melalui jalan asketik, kontemplasi atau

menghindar dari kenikmatan duniawi.2

Apa relevansinya dengan Islam spiritualis-sufistik untuk

konteks sekarang? Sebagaimana yang telah diungkapkan di

atas, bahwa Islam sebagai agama memiliki dua dimensi, yakni

1Azyumardi Azra, ‚Intraksi Agama dan Kebudayaan‛ dalam pengantar, Fachry Ali, Agama, Islam, dan Pembangunan, (Yogyakarta: PLP2M, 1985), cet. I, h. 10.

2Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UI-Press, 1986), jilid. II., h. 71. Dalam buku ini termuat juga asal-usul tasawuf Islam beserta ajaran-ajaran dan para tokohnya.

164

Page 181: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

lahir dan batin. Maka Islam spiritualis-sufistik merupakan

suatu gerakan keislaman yang mencoba hidup dan beribadah

berdasarkan dimensi batiniyah dari Islam tersebut, dengan

jalan inilah mereka beribadah dan membersihkan jiwa agar

menyatu dengan Zat yang Maha Kuasa. Latar belakang

kelahiran dari Islam spiritualis-sufistik dapat dilihat dari

permasalahan ubudiyah dan sosial kemorderenan, seperti: a)

Pengamalan Islam yang formalistik oleh hukum fiqh, namun

tidak sampai pada hakekat solat tersebut. b) kecintaan

terhadap dunia dalam beragam aspeknya dan bentuknya. c)

pandangan yang inklusif dalam menemukan persamaan

dalam perbedaan agama, dengan pandangan bahwa inti dari

semua agama adalah satu, Tuhan yang sama dan satu.3

Menarik untuk mengelaborasi Tasawuf Islam ini secara

lebih luas dan komprehensif sebagai dasar kajian historis kita

untuk melihat kebangkitan Islam spiritualis atau sufistik di

era modern khususnya dalam konteks Indonesia.

Sejarah Kemunculan Tasawuf di Dunia Islam

Tasawuf lahir disebabkan oleh ketidak adilan dalam dunia

politik Islam di awal abad pertama hijriyah, disini tasawuf berperan sebagai refleksi perlawanan terhadap

penyimpangan dari syari'at Islam oleh pemerinta.

Pemerintah saat itu secara praktis hanya menjadikan Islam

sebagai legitimasi kekuasaan. Gerakan ini kemudian meluas

ke berbagai belahan dunia Islam, dengan tujuan untuk

3Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyuni Nafis, Agama

Masa Depan Perspektif Pirenialis, (Jakarta: Paramadina, 1995), cet. I., h. 15.

165

Page 182: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

mengembalikan ajaran Islam yang ortodoks berdasarkan

pada apa yang disampaikan Muhammad. Para sufi melakukan

gerakan dakwah dan pemurnian Islam dengan menjunjung

tinggi pesan Islam.4

Teori tentang asal usul tasawuf dalam Islam masih dalm

perdebatan, seperti ada yang mengatakan dari: a) pengaruh

Kristen dengan paham menjauhkan diri dari dunia dan hidup

mengasingkan diri dlam biara-biara. b) Falsafah mistik

Pythagoras terutama dalam pandnagannya tentang roh yang

bersifat kekal dan berada di dunia sebagai yang asing. c)

falsafah emanasi Platonius, dengan pandnagan bahwa wujud

yang ada merupakan pancaran dari Zat Tuhan, roh berasal

dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan, tetapi karena

roh terlempar ke alam materi, maka roh menjadi kotor, dan

untuk kembali ke asalnya roh harus terlebih dulu disucikan,

yakni dengan cara meninggalkan kehidupan dunia dan

mendekat kepada Tuhan. d) ajaran Budha tentang nirwana.

Untuk mencapai nirwana seseorang harus meninggalkan

dunia dan hidup dnegan kontemplatif dan asketik. e) dan

ajaran Hinduisme, terutama ajaran tentang persatuan

manusia pada atman dengan Brahman.5

Sedangkan geneologi dari kata tasawuf itu sendiri, masih

menyisakan perdebatan di antara para pengkaji, ada yang

mengatakan tasawuf dikaitkan dengan jenis pakaian yang

4Said Agil Siraj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial

Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), cet. I., h. 34.

5Untuk lebih jelasnya baca, Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), cet. Ke-12., h. 44-45.

166

Page 183: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

kasar yang disebut shuff atau wool. Pakaian wool menjadi ciri

pakean para zahid yang menjadi simbol dari kesederhanaan.

Korelasi antar pakaian wool dengan kesederhanaan hidup

para zahid memang relevan, karena para sufi pada masa-masa

awal relatif menjauhkan diri dari kemewahan materi, karena

diaanggap sebagai penghalang untuk mencapai kedekatan

dengan Allah. Bahkan Memakai pakean wool kasar sudah

menjadi kebiasaan dan identitas orang-orang saleh sebelum

datangnya Islam. Sehingga menurut Ibn kholdun kata sufi itu

merupakan kata jadian, sehingga berasal dari kata showf,

sebab para sufi sering memakai pakian dari bulu domba,

sebab dengan pakain yang sederhana dan kasar tersebut

dimaksudkan untuk menentang orang-orang yang suka

berpakaian mewah.6

Di samping itu ada yang mengatakan bahwa kata tasawuf

berasal dari bahasa Yunani, yakni sophos, yang berarti hikmah

atau kemulyaan. Dikatakan demikian, karena para sufi dalam

hidupnya selalu mencari hakekat atau hikmah. Pendapat lain

mengatakan bahwa kata sufi diambil dari kata shafa atau

shfwun yang berarti bening hal ini diidentikkan dengan

kejernihan dan kesucian hati para sufi. Kata tasauf juga

diambil dari kata shaff atau barisan terdepan, karena para sufi

dalam mencari keredhaan Allah selalu paling depan dan tidak

mau ketinggalan.7

Sedangkan definisi tasawuf juga mengundang perbedaan

pendapat. Diantranya, Ibrahim Basuni memberi definisi

6Ibn Kholdun, Muqaddimah, h. 624. 7Julian Beldick, Mystical Islam: An Introduction to

Sufism, I. B., Tauris & Co Ltd, London, 1992. h. 30-32.

167

Page 184: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

tasawuf setelah menghimpun beberapa definisi dari para

pengamat, kateogori pertama tasawuf dimaknai sebagai al-

Bidayah, yakni manifestasi dari kesadaran spiritual manusia

tentang dirinya sebagai mahluk Allah. Ketegori kedua adalah

al-Mujahadah sebuah amaliah dan latihan dengan satu tujuan,

yakni berjumpa dengan Allah. Kategori ketiga adalah al-

Madzaqot sebuah pengalaman tentang apa yang dialami dan

dirasakan seorang sufi, apakah ia melihat Allah, atau

merasakan kehadiranNya dalam hatinya atau merasa bersatu

denganNya. Dari pendekatan yang ketiga ini tasawuf

kemudian diartikan sebagai al-Ma'rifatu al-Haq.8

Berdasarkan pemaknaan di atas kita bisa memaknai

tasawuf sebagai jalan Ruhani menuju Ilahi, sebuah jalan dan

bentuk kesadaran spiritual seorang hamba untuk

mendapatkan pencerahan, sakralitas diri dan kemulyaan

dihadapan Allah, sehingga dengan kemulyaan tersebut

seorang hamba akan memiliki kualitas spiritual dengan

beragam manifestasi dalam hidupnya, entah ia merasakan

kedamain, dibukakan ijab, dan mendapatka ilmu pengetahuan

eksistensial dari Allah, bahkan memiliki karamah yang luar

biasa.9 Tasawuf sebagai sebuah kesadaran dan jalan spiritual

8H. A., Rifay Siregar, Dari Sufisme Klasik ke Neo-

sufisme, (Jakarta: Rajawali Perss, 2002), cet. 2., h. 33-35.

9Karamah inilah yang menjadi bukti kesalehan seorang

sufi dihadapan masyarakat, karamah inilah yang dimiliki oleh Abdul Kadir Jilani, wali songo, dan lain sebagainya. Karamah ini memiliki beragam bentuk manifestasi, yang intinya adalah jika dilihat dari perspektif orang awam dan modern dikategorikan sebagai yang irrasional, walaupun itu nyata.

168

Page 185: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

untuk mengintegrasikan diri dengan Tuhan sehingga yang

dilihat dan dirasakan sebagai satu-satunya wujud mutalak

hanyalah Allah, sufi merupakan orang yang telah mampu

membuka misteri Tuhan dalam hidupnya.10

Adapun perkembangan tasawuf dalam Islam terdiri dari

beberapa fase dan bentuk. Fase pertama diwakili oleh para

sahabat, para tabi‟in dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Pada fase ini pendekatan sufi lebih bercirikan pelaksanaan

ibadah yang total kepada Allah, kesetiaan penuh kepada Allah,

menjauhkan diri dari kesenangan harata, jabatan, dan menjauhkan

diri ari kehidupan dunia dengan melakukan asketsime atau hidup

dalam kezuduan. Lalu pada abad keduan dan sesudahnya tasawuf

dan gelar sufi diberikan pada kehidupan orang-orang yang senang

beribadah.11

Secara detil dapat diungkapkan bentuk dan gerakan dan

ciri perkembangan tasawuf Islam, fase zuhud, berkembang

pada abad pertama dan keduan hijriyah. Tokoh-tokohnya

seperti, hasan Basri (wafat tahun 110 H) dan rabi‟ah

adawiyah (wafat tahun 185 H). Fase abad ke tiga hijriyah, sufi

lebih mengarahkan fokus spiritualnya pada jiwa dan tingkah

laku yang mulya. Hal ini terlihat dari uppaya dan gerakan

yang dilakukan sufi dalam rangka menegakkan moral,

sehingga tasawuf pada abad ini berkembang menjadi gerakan

moral keagamaan. Pada abad ini juga berkembang tasawuf

yang lebiih mengedepankan pemikiran yang ekslusif, salah

satu tokohnya adalah al-Hallaj dengan konsep hulul.

10Seyyed Hussein Nasr, Sufi Essays, London George Allen and Unwil Ltd, Ruskin Hause, museum Steet, 1972, h. 43.

11Ibn Kholdun, Muqaddimah, h. 623-624.

169

Page 186: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Pada abad ke lima hijriyah, muncul tasawuf yang lebih

mengedepankan tasawuf yang berdasarkan pada al-Qur‟an

dan al-Sunnah, tokohnya adalah al-Ghazali.12 Setelah itu pada

abad-abad selanjutnya muncul tokoh-tokoh sufi yang

mengembangkan tarekat, seperti Sayyid Ahmad ar-rifa‟I (wafat tahun 570 H) dan Sayyid Abdul Qadir Jaelani (wafat

tahun 651 H). setelah itu muncul tasafuf yang memadukan

pengalaman tasawuf dengan filsafat atau lebih dikenal dengan

teosufi. Tokohnya adalah Syuhrawardhi (wafat tahun 549 H) dengan kitab Hikmah al-Isyraqiyah, Syeh Muhyiddin

Ibn Arabi (638 H), tokoh-tokoh tersebut banyak emlahirkan

konsep tentang jiwa, moral, pengetahuan, wuju dan lain

sebagainya.13

Sedangkan jika dilihat dari tipologi tasawuf, menurut

Taftazani, terdapat dua bentuk tasawuf. Pertama, tasawuf

religius, ini merupakan sebuah gejala spiritual yang dimiliki

oleh semua agama. kedua tasawuf filosofis atau teosufi, merupakan kombinasi pengalaman mistik dengan

pengetahuan filsafat, ini diwarisi dari para filosof Yunani dan

Eropa.14 Tasawuf falsafi biasanya diidentikkan dengan para

filosof karena kemampuannya dalam mengintegrasikan

pengalaman mistik dengan pengetahuan intlektual, dan upaya

integrasi tersebut merupakan tugas akal dan orang yang

mampu melakukan integrasi tersebut dipandang

12Rosiahan Anwar dan Muhtar Solihin, Ilmu Tasawuf,

(Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), cet. I., h. 53. 13Rosiahan Anwar dan Muhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, h. 52. 14Abu al-Wafa' 'al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ila al-

Tashawwuf al-Ilslam, terj. Ahmad Rofi'I Ustsmani, Sufi Dari Zaman ke Zaman, (Jakarta: Pustaka, 1997), cet. 2., h. 1 -2.

170

Page 187: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebagai filosof yang sebenarnya.15 Seorang folosof

memerlukan ilmu pengetahuan dan pengalaman mistik, sebab

intuisi mistik merupakan ilham, tokoh-tokoh utama

khususnya di Yunani adalah Heraclitus, Plato dan

Parmenides.16

Adapun tujuan dari mistisisme baik di luar Islam maupun

dalam Islam sendiri menurut Harun Nasution adalah untuk

mencapai hubungan lansung dengan Tuhan, sehingga

disadari benar bahwa sufi telah berada dengan Tuhan.

Dengan demikian mistisisme atau tasawuf merupakan

kesadaran akan kominikasi antara roh manusia dengan

Tuhan, yakni dengan cara mengasingkan diri menjalani

kehidupan aketik dan zuhud. Kesadaran etrsebut kemudian

mengambil bentuk perasaan dekat dengan Tuhan bahkan

bersatu dengan Tuhan.17

15Tasawuf jenis ini ditemukan di aliran al-Hikmah al-

Muta’aliyah karya Mulla Shadra.

16Betrand Russel, Mysticism and Logic, (New york: the

Modern Library, 1927), h. 16-29. Russel juga memberikan karakteristik bagi tasawuf filosofis ini, di antaranya, pertama, keyakinan atas intuisi dan pemahaman batin sebagai metode pengetahuan dan sebagai kebalikan dari pengetahuan rasional analitis. Kedua, keyakinan atas ketunggalan, serta pengingkaran atas kontradiksi dan diferensiasi. Ketiga, pengingkaran atas realitas zaman. Keempat, keyakinan atas kejahatan sebagai sesuatu yang bersifat lahiriyah semata dan ilusi, yang dikenakan pada kontradiksi dan diferensiasi yang dikendalikan oleh rasio analitis, h. 28-55.

17Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 2002), cet. I., jilid II., h. 68.

171

Page 188: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Relevansi Islam Spiritualis Dengan Konteks Modern

Arah dari kajian Islam Sufistik ini sebetulnya adalah ingin

melihat bahwa abad modern sejatinya telah melahirkan krisis

multidimensional bagi manusia, sebab modernisme Barat

dengan kemajuan sains dan teknologi hanya mampu

memberikan niali material pragmatis, dengan mengorbankan

nilai spiritual dari manusia itu sendiri. Moderniats telah

menjadikan manusia serakah dan tanpa pegangan hidup,

sebab rasionalitas diri, antroposentrisme, sekularisme dan

sains yang bebas nilai telah menjadikan manusia sebagai raja

atau penguasa di muka bumi, sehingga tindakan eksploitatif

terhadap kehidupan, terutama alam sudah tidak terelakkan

lagi, sehingga lahirlah krsisis global. Berdasarkan ini semua

maka sebelum melihat signifikansi dari Islam Sufistik ini

terlebih dahulu kita kaji apa itu modernisme Barat.

Peran Tasawuf di Era Modern

Abad modern dalam pandangan Seyyed Hussein Nasr

adalah abad dimana manusuia kehilangan visi Ilahiahnya

sehingga menderita kehampaan spiritual. Sebuah kemajuan

yang diharapkan dari Ilmu pengetahuan, teknologi dan

filsafat rasionalisme hanya mampu memberikan kepuasan

material-fisikal, tapi tidak mampu memberikan nilai spiritual

transendental yang hanya bisa didapat dengan jalan

kepatuhan kepada Tuhan.18 Senada dengan Nasr, Nurcholis

Madjid mengatakan bahwa abad modern sebagai abad

18Seyyed Hussein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj.

Abdul Hadi W.M., Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 198.

172

Page 189: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

teknokalis telah mengabaikan harkat kemanusiaan yang

paling mendasar dari manusia, yakni nilai rohani.19

Dari pandangan dua tokoh tersebut dapat diambil

gambaran bahwa abad modern merupakan abad dimana

agama tidak lagi dilihats sebagai sebuah kebenaran wahyu,

jalan keselamatan dan lain sebagainya, agama telah

digantikan dengan pandangan hidup yang materialistik-

empirik dan pragmatis. Sikap yang demikian dapat dilihat

dari agenda dan bentuk paham sekularime dan sekularisasi

yang digalakan dalam segala aspek kehidupan, dan agama

dimarjinalkan bahkan ditempatkan dipinggiran ingatan.

Maka mengacu pada pernyatan Nasr dan Caknur tersebut

bahwa manusia modern adalah manusia yang kehilangan visi

ilahiah, dampak yang diakibatkan adalah kehilangan makna

hidup, tidak adanya nilai spiritualitas sebagai sebuah

paradigma nilai yang dijadikan landasan moral dalam melihat

realitas kehidupan. Dampak dari semua itu adalah sains

modern Barat yang dideklasrasikan sebagai yang bebas nilai,

lahirnya manusia yang serakah, karena tujuan hidup adalah

ekonomi dan materi, masyarakat modern menjadi masyarakat

yang hedonis, sehingga dengan pijakan hidup yang

materialistik tersebut manusia menjadi serakah dan kemudian

mengeksploitasi alam dengan menggunakan perangkat saisn

dan teknologi, wal hasil krisis global pun terjadi dalam tiga

diemensi. Menurut Prittjif Capra (krisis ekologis, sosiologis

dan psikologis). Dengan paradigma hidup yang meterialistik

tersebut pula negara-negara maju di

19Nurcholis Madjid, Warisan Intlektual Islam; Khazanah

Intlektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 79.

173

Page 190: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Eropa melakukan impasi dan kolonialisasi terhadap negara

lain guna memenuhi kebutuhan ekomi industri di negaranya,

bahan-bahan mentah diambil dengan paksa dari negara

jajahan, penyebaran idologoi politik modern di negara-negara

jajahan dan lain sebagainya.

Dalam konteks dan situasi krisis inilah maka

Tasawuf signifikan untuk kita kaji kembali sebagai salah satu

cara untuk mengobati penyakit tersebut, disamping cara-cara

yang lain. Maka hal yang dapat kita ambil adalh, pertama,

dapat dijadikan sebagai landasan epistemology Islam yang

komprehensif dan holistic, kedua apndnaganya tentang

manusi, dan yang ketiga adalah apndangannya tentang alam.

Sebagai Landasan Epistemologi Islam

Dalam konteks epistemologi Islam, objek kajian dan

metode kajiannya lebih bersifat integral-holistik. Objek kajian

tidak hanya terbatas pada masalah empirik -material-indrawi,

tapi juga pada sesuatu yang bersifat immateril dan metafisik.

Entitas-entitas non fisik sepert konsep-konsep mental, ruh,

malaikat, dan jin.20 atau seluruh rangkaian wujud baik yang

gaib maupun yang fisik.

Sedangkan dari metode sumber ilmu pengetahuan,

epistemologi Islam juga mengintegrasikan seluruh

20 Dari kerangka berfikir seperti inilah dalam pandangan

Mulyadhi, epistemologi Islam telah berhasil mengkonstruksi klasifikasi ilmu yang komprehensif dan disusun secar hirarkis. Metafisika menempati tingkat tertinggi, kemudian matematika dan terahir ilmu-ilmu fisik. Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu; Panorama Filsafat Islam, I., h. 58-59.

174

Page 191: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

kemampuan manusia, baik indra, akal, dan hati. Dari ketiga

alat tersebut lahir bermacam-macam metode. Dan inilah yang

pernah dilakuka oleh para ilmuan-filosof dan sufi Islam

terdahulu.21 Metode yang digunakan dalam epistemologi

Islam oleh para ilmuan Islam terdahulu adalah pertama

metode observasi (Bayani), kedua metode logis atau

Demonstratif (Burhani), metode intuitif (Irfani). Ketiga metode

ini bersumber pada indra, akal dan hati.22

Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, bahwa

sistem ideologi sosial modern Barat tersebut, baik sains

sekuler, ideologi politik, bahka pola hidup materialistis-

pragmatisnya, telah merambah secara global di seluruh

belahan dunia, dengan proses modernisasi. Proses

modernisasi yang menghilangkan nilai-nilai kearifan

tradisional masyarakat, baik yang bersumber dari agam

maupun tradisi dan budaya lokan masyarakat (Local Wisdom)

dengan alasan tidak relevan dengan kondisi zaman. Maka

upaya kearah preventifikasi dari dampak negatif modernitas

Barat tersebut dan upaya ke arah puritanisasi diri dan

peradaban, diperlukan sebuah konsep yang lahir dari ajaran

yang bersifat sakral, yakni agama dengan konsep dan ajaran

etisnya.

Salah satu bagian dari ajaran agama yang telah

dipraktekkan oleh umat Islam terdahulu adalah dalam bentuk

komunitas ajaran tasawuf, filsafat, fiqh dan kalam. Namun

21Mulyadhi Kartanegara, Minyibak Tirai Kejahilan: Muzaik

Khazanah Islam: Bunga Rampai Dari Chicago, h.117119. 22Untuk lebih jelasnya baca, Mulyadhi Kartanegara,

Menembus batas waktu; panorama filsafat islam, h. 61-66.

175

Page 192: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

pada makalah ini akan mengambil satu bagian aliran dalam

Islam tersebut, yakni tasawuf. Tasawuf inilah nantinya yang

akan membentuk individu-individu yang etis-religius,

sehingga dari pribadi yang menjadi citra ilahi tersebut akan

lahir tatanan hidup sosial yang harmonis, akan lahir ilmuan

yang religius dan menciptakan bangunan ilmu pengtahuan

yang bersifat integral-holistik, atau dalam term Islam yakni

sains Islmi. Sebab dalam tasawuf manusia diajarkan untuk

melakukan amalan-amalan, dan amalan tersebut tergantung

pada makom yang telah dijalani sang penuntut. Inti dan

tujuan dari semua itu adalah untuk menciptakan pribadi yang

tercerahkan dan soleh, sehingga dalam hidupnya senantiasa

melakuan apa yang baik dalam pandangan agama dan Tuhan,

atau berahlak dengan sifat-sifat Allah. Puncak tertinggi dari

makom-makom tersebut adalah ma'rifah. Dimana sang sufi

telah sampai pada kesempurnaan dalam mencerap kemulyaan

dan kebahagyaan dalam hidupnya. Di makom inilah sang sufi

telah kehilangan diri sebgai manusia, melainkan yang dilihat

hanyalah Allah23. Dari Ma'rifah inilah sang sufi meneguk

ilmu secara lansung dari Allah.

Pandangan Tentang Manusia

Agama Islam memandang manusia sebagai mahluk Allah

yang paling mulia, melebihi malaikat. Manusia dibekali Allah

dengan akal pikiran, dengan kelebihan inilah manusia

menjabat status di bumi sebagai khalifah Alllah dan sebagai

proyeksi dimensi teologis ke dalam tataran sosial. Manusia

23Seyyed Hussein Nasr, Sufi Essays, London George Allen

and Unwil Ltd, Ruskin Hause, Museum Steet, 1972, h. 43.

176

Page 193: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebenarnya berada anatar ciptaan spiritual dan material.

Dalam arti esensial, dalam diri manusia terdapat seluruh

ciptaan. Manusia juga diciptakan menurut gambaran Tuhan24

Manusia digambarkan oleh al-Quran sebagai sebaik-baik

ciptaan,25karena kemulyaan manusia diahadpan Tuhan,

manusia bahkan diajarkan lansung oleh Alllah atas nama-

nama.26

Dengan akal pikirannya manusia mampu mengetahui

realaitas. Dengan kemampuan berbicara mansia mampu

berkomunikasi dengan Allah bahkan menjadi teman

bicaraNya yang saheh. Ini terlihat dengan adanya wahyu dan

ilham sebagi media komunikasi manusia dengan Allah.

Manusia merupakan perpaduan dari yang tinggi sampai yang

rendah, mansia menjadi cermin yang di dalamnya teremanasi

nama dan sifat-sifat Allah. namun kelebihan itu hanya sebatas

setatusnya sebagai hamba dan mahluk, namun dihadapan

Allah manusia tetap tidak memiliki apa dan sangat kecil dan

terbatas, keberadaannya di bumi hanya sementara. Dihadapan

Allah manusia hanyalah hamba yang segala

24 Seyyed Hussein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam:

Jembatan Filosofis dan Religius Menuju Puncak Spiritual, h. 122. Konsep manusia diciptakan menurut gambaran Tuhan, sebetulnya lahir dari konsep Tasyabbuh dan Tanzih Ibn Arabi.

25 (Q. S. al-Tin/95: 4-6) Artunya: sesungguhnya Kami ciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian. Kemudian Kami kembalikan ia ke derajat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.

26 Hal ini sesuai dengan firman Allah yang mengajarkan nama-nama kepada adam, sebagaiman firman Allah dalam Surat al-Baqarah/2: 30 yang artinya: dan Dia yang mengajarkan adam nama-namaseluruhnya.

177

Page 194: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

aktifitas dan tujuan hidupnya hanyalah patuh kepada Allah.

dalam perspektif tasawuf ini merupakan sebuah acuan bahwa

dihapan Tuhan manusia tidak memiliki apa-apa, dan manusia

harus membebaskan diri dari prangsangka akan memiliki

sesuatu bahkan meiliki wujud tersendiri.27

Dalam tasawuf manusia sering dicitrakan sebagai citra

Ilahi, yakni dalam konsep insan kamil Ibn Arabi (w. 638

H/1240 M) yang menjadi fokus penampakan diri Tuhan. Abu

Yazid al-Busthami (w. 261 H/874 M) juga mengeluarkan

konsep tentang al-Wali al-Kamil. Menurut ajaran ini, wali

yang sempurna adalah orang yang telah sampai pada makom

ma'rifah yang sempurna tentang Allah, ma'rifah yang

sempurna akan membuat wali sirna atau fana' dalam sifat-

sifat ilahiyah, dan wali yang sirna dalam nama ilahiah yang

al-Zahir (nyata) akan dapat menyaksikan keajaiban Qudrah

Allah, sedangkan wali yang sampai dalam nama Allah al-

Bathin dapat menyaksikan rahasia-rahasia alam, dan wali

yang sirna dalam nama Allah al-Awwal dapat menyaksikan

masa lalu, dan wali yang sirna dalam nama Allah al-Akhir

dapat menyaksikan masa depan. Kemudian dari al-Hallaj (w. 309 H/913 M) tentang doktrin al-Hulul, doktri ini

mengajarkan bahwa manusia (adam) dilihat sebagai

penampakan lahir dari cinta Allah yang azali kepada zat-Nya

yang mutlak, dan tidak bisa disifatkan. Itu sebabnya manusia

diciptakan dalam citra shurah Allah yang mencerminkan

segala sifat dan asma' Allah, dengan demikian ia (adam)

27Charles Le Gai Eaton, ‚Manusia‛, dalam, Seyyed Hussein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualistas Islam, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Mizan, 2002), cet. I., h. 482-483.

178

Page 195: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

adalah Dia (Allah). kemudian al-Hakim al-Tirmidzi (w. 320

h/932 M) dengan konsep khatm al-Auliya'. Konsep ini melihat

bahwa mansuia yang telah mencapai puncak ma'rifah yang

sempurna tentang Allah. Dengan demikian ia mendapatkan

cahaya dari Allah dan mendapatkan quwwah ilahiyah (daya

ilahiyah).

Setelah itu muncul al-Suhrawardi (w. 587 H/1190 M)

yang melihat bahwa manusia sempurna itu harus memiliki

tiga klasifikasi, pertama, orang yang mendalami masalah

analitis, tetapi tidak mendalami masalah ketuhanan. Kedua,

orang yang mendalami masalah ketuhaman, tetapi tidak

mendalami masalah analitis. Ketiga adalah orang yang

mendalami pembahasan analitis dan masalah ketuhanan

sekali gus. Setelah itu muncul Ibn Sab'in (w. 667H/ 1268 M)

dengan konsep al-Muhaqiqah. Konsep ini mengajarkan,

bahwa manusia sempurna dari sisi ontologisnya merupakan

penampakan lahir dari Wujud Mutlak secara paripurna,

karena melaluinya Wujud Mutlak menampakkan Diri-Nya

sebagai kebenaran dan kebaikan murni. Sedangkan dari sisi

mistis, konsep tersebut manusia sempurna adalah orang yang

telah mencapai pengetahuan tertinggi atau ilmu al-Tahqiq,

yakni oarang yang telah menyadari akan kesatuan mutlak,

yang memandang hanya ada satu wujud hakiki, yakni Wujud

Mutlak, sedang wujud alam adalah ilusi belaka. Kemudian

Abd al-Karim Ibn Ibrahim al-Jili (767-826 H/1365-1422 M)

yang menyempurnakan konsep insan kamil Ibn Arab.28

28Yunasri Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep

Insan Kamil Ibn Arabi Oleh al-Jili, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I., h. 6-14.

179

Page 196: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Dari penjelasan diatas tampak terlihat perbedaan antara

konsep Barat tentang manusia yang antroposentris, sebagai

penguasa dan pusat dari segala sesuatu, yang melihat pada kemampuan indra dan rasio manusia dalam

mengaktualisasikan dirinya di bumi. Manusia dianggap

sempurna dan sebagai penguasa hanya karena kemampuan

mencipta sesuatu atau peradan budaya material, namun tdiak melihat manusia sebagai mahluk yang memiliki

pertanggungjawaban kepada Tuhan.

Manusia dalam konsep Barat telah meniadakan nilai-nilai

spiritual dalam hidupnya, dengan demikian manusia super di

Barat adalah mnusia yang telah membunuh Tuhan

(Nietzsche) dengan konsep overman-nya. Akiabtnya manusia

menjadi kehilang makna hidup dan tujuan hidup, manusia

menjadi depresi dan hampa spiritual. Manusia yang gelisah

karena tidak ada pegangan hidup teologis sehingga idak ada

lagi kedamain dalam jiwa. Dengan demikian bisakah dikatan

sempurna, tentu tidak, manusia yang kuat dalam pandagan

Barat adalah manusia yang memiliki kekayaan yang banyak,

jabatan yang tingi, popularitas yang mendunia. Dengan

demikian manusia sempurna Barat adalah manusia yang

masuh menggantungkan diri pada segala sesuatu yang

bersipat duniawi, tampa materi manusia Barat tdiaklah

menjadi apa-apa. Hal ini berbeda dengan konsep manusia

sempurna dalam ajaran tasawuf, yakni manusia yang telah

tercerahkan oleh Allah karena rutinitas pengabdiannya yang

tampa henti, manusia yang dibimbing oleh Allah secar

lansung tampa berusaha dengan proses indrawi dan

rasionalisasi, manusia yang telah mampu memandang segala

sesuatu di dunia sebagai yang tidak berarti apa-apa, baik

180

Page 197: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

materi, jabatan dan popularitas, karena semuanya bersifat

ilusi dan sementara, lalu bisakah manusia menggantungkan

diri pada sesuatu yang serba terbatas dan profan, tentu tidak,

maka dalam tasawuf mengajarkan bahwa tempat

menggantungkan diri adalah pada Dia yang serba meilki dan

tidak ada batasannya, Allah. Jadi dapat disimpulkan bahwa

konsep manusia di Barat adalah manusia yang materialis- pragmatis, dalam artian manusia yang masih

menggantungkan diri pada kemegahan dan kemewahan dunia

(kemegahan dan kemewahan ini dikembalikan ke Barat,

bukan ke sufi yang memandangnya tidak ada apa-apa),

sedangkan dalam tasawuf manusia sempurna adalah manusia

yang tercerahkan dan yang telah mencapai puncak

pengetahuan tertinggi dalam ma'rifah, Allah sebagai

pembimbing dan tempat menggantungkan hidup dan mati.

Pandangan Tentang Alam

Dalam Islam terdapat bandangan bahwa alam diciptakan

dalam kebenaran dan oleh kebenaran dan bukan dengan sia-

sia (Q. S. al-Anbiya', 21: 16).29 Dengan demikian maka Dalam

Islam juga terdapat dua konsep wahyu, yakni Qur'an dan

Alam. Alam merupakan ayat Allah untuk dikaji sebagai mana

mengkaji dan membaca al-Qur‟an, yang tujuannya adalah

untuk menelusuri jejak-jejak kekausaan Allah, mendapatkan

hikmah dan mampaat bagi kehidupan. Terkait dengan

mamfaat mengkaji alam, dalam Islam juga mengajarkan ada

29Artinya: Kami tidak ciptakan langit dan bumi serta segala yang ada diantara keduannya dengan bermain-main. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang diciptakan Allah itu sia-sia.

181

Page 198: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

duan mampaat, yakni sebagai pemenuhan sumber materi dan

sebagi sumber spiritual. Alam ditundukka Allah untuk

manusia, dengan demikian manusia wajib mengkaji alam

demi menemukan hukum-hukum alam dan entitas-entista

yang ada pada alam tersebut demi memudahkan untuk

mendapatkan fungsi dan ammfaat lam bagi kehidupan

masnuai.

Dengan demikian alam dalam konsep spiritualitas alam,

sebgaiman yang dikemukakan Nasr adalah sahabat bagi

penegmbara dijalan spiritual dan penolong bagi orang yang

emmiliki spiritual dalam perjalanannya melewati bentuk-

bentuknya menuju alam ruh, yang menjadi sumber manusia

dan kosmos. Itulah sebabnya, mengkaji alam akan mendatangkan hikmah ilahiyah bagi manusia, dengan

ketentuan bahwa alam tidak dipisahkan dari prinsip ketuhan.

Sebab alam merupaka sumber karunia yang didalamnya indra

kontemplatif muslim merasakan kehadiran Allah, dia menyaksikan do‟a dan kepatuhan mahluk kepada ketentuan

Allah. inilah yang oleh Ibn Arabi, bahwa melihat alam

sebagai napas yang Maha Pengasih yang dihembuskan

kepada realitas-realitas arketipal. Dengan demikian semua

entitas yang ada dialam merupakan aktualisasi dari kasih

sayang Allah, inilah yang menyebabkan alam juga dipandang

sebagai yang bertasbih dan memuja kepada Allah

berdasarkan eksistensinya sendiri. 30

30 Seyyed Hussen Nasr, ‚Kosmos dan Tatanan Alam‛, dalam

Seyyed Hussein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualistas Islam, h. 468-472.

182

Page 199: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Alam juga sering disebut dengan tanda-tanda kekuasaan

Allah. maka tepatlah jika dikatakan alam sebagai media atau

sumber bagi nilai-nilai spiritual bagi mereka yang sadar.

Alam dalam konteks taswuf dilihat sebagai wadah tajalli dari

nama dan sifat-sifat Allah, dan hakekat alam adalah ilusi31

belaka.32 Jadi dalam pandangan tasawuf Islam, alam dilihat

sebgai ciptaan Allah dan merupakan wahyu Tuhan yang

tersirat, karena itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah.

Adapaun bagi manusia, alam dimampaatkan sebagai sumber

pemenuhan kebutuan material dan spiritual.

Pandangan tasawuf tentang hakekat alam tersebut

berbeda dengan pandangan Barat. Barat lebih melihat alam

sebagai sesuatu yang mati bahkan sebagai mesin raksasa

yang ditentukan oleh hukum-hukum yang tidak jelas dan

menentu. Dari cara pandang yang demikian lahirlah sikap

yang eksploitatif terhadap alam, alam diperlakukan sebagai

objek pemenuhan kebutuhan material manusia, dan sains

berfungsi untuk memudahkan pencapaian tersebut. Dalam

pandangan Nasr, bahwa masyarakat modern Barat telah

memperlakukan alam sebagai pelacur tampa ada kewajiban

dan tanggung jawab atasnya. Alam dilihat sebagai yang

terpisah dari Tuhan, alam berdiri sendiri dan eksis degan

31Makna ilusi dalam konteks ini adalah, jika seorang sufi

telah sampai pada ma’rifah maka yang dilihat dalam segala yang ada di alam ini adalah Allah, atau dalam konteks tasawuf Ibn Arabi ‚kesatuan wujud‛ (wahdatul al-Wujud).

32Yunasri Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Arabi Oleh al-Jili, H. 13.

183

Page 200: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sendirinya.33 dari sikap eksploitatif tersebutlah maka alam

kemudian mendatangkan bencana bagi kehidupan mansuia

dan ekosistem lainnya. Inilah yang disebut Pritjof Capra

sebagai krisia global akibat dari kesalahan cara pandang dan

keserakahan manusia terhadap alam.34

Maka untuk memulihkan kemabali alam yang sudah

rusak ini, akibat dari pandnagan sekuler dan ilmu

pengetahuan serta teknologi yang jauh dari nilai-nilai

spiritualitas agama,35 meunut Nasr harus dilakuak dengan

mengubah cara pandang dan sikap manusia terhadap alam,

yakni dengan melakukn fungsionalisasi ajaran agama dan

kearifan moral.36

Terkait dengan tawaran Nasr tersebut dan dengan

mengubah cara pandang masyarakat modern terhadap alam,

maka ajaran tasawuf diperlukan untuk diaktualisasikan dalam

konteks tersebut. Dengan alasan bahwa tasawuf juga

merupakan ajaran tentang kearifan, sebagaiman yang

termuat dalam kajian pirenialism, yang di dalam ajarannya

melihat alam sebagai cerminan Tuhan dan manusia mesti

memperlakuakannya dengan baik demi terjalinnya hubungan

yang harmonis-sinergis-dialektis. Menyikapi tawaran Capra

bahwa krisis global disebabkan oleh cara pandang

33Seyyed Hussein Nasr, Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, h. 18.

34 Pritjof Capra, The Web of Life, (London: Harper Colling, 1996), h. 4-6.

35Seyyed Hussein Nasr, Religion and the Order of Nature, (New York: Oxford University Press, 1996), h. 3.

36Seyyed Hussein Nasr, Religion and the Order of Nature, h. 29.

184

Page 201: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

(worldview)37 dan kesarakahan manusia terhadap alam,

tasawauf juga memainkan peran, bahwa tasawuf meiliki cara

pandang yang spiritialis terhadap alam, dan mempergunakan

alam sebagai salah satu jalan menelusuri jejak-jeka kekuasaan

Tuhan.

1. Tasawuf sebagai fondasi konstruksi epistemologi sains yang Islami dan

holistik.

Dalam pemikiran keilmuan Islam setidaknya terdapat tiga

macam teori ilmu pengetahuan, yakni pertama pengetahuan

rasional, kedua pengetahuan indrawi, ketiga pengetahuan kasyf

yang diperoleh melalui ilham.38 Sebagaiamana yang telah

diungkapkan diatas bahwa epistemolog sains modern Barat

jika dilihat dari objek kejiannya hanya fokus pada masalah

material-empirik-indrawi, namun dalam epistemolog Islam

yang telah dirintis oleh para ilmuan Islam abad klasik tidak

membatasi objek kajian pada yang empirik-indrawi saja,

melainkan objek yang non fisik dan metafisis pun menjadi

kajian yang sangat penting. Sedangkan dari segi cara

mendapatkan pengetahuan, Barat hanya menggunakan

kemampuan indra dan akal, dan dengan metode observasi,

37Ini dimaksudkan dengan cara pandang sains modern Barat

terhadap alam, yakni dilihat dari paradigma Cartesian-Newtonian. Alam dilihat sebagai mesin raksasa yang mati. Dalam pandangan ini Tuhan tidak dimasukkan sebagai pusat utama dari alam, alam menjadi tersekulerkan, dan jauh dari nilai-nilai spiritual.

38 H. M. Amin Abdullah, ‚Aspek Epistemologi Filsafat Islam‛, dalam H. Musa Asyarie, dkk, Filsafat Islam; Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis, Prospektif, h. 35-36.

185

Page 202: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

perifikasi dan rasionalisasi. Sedangkan dalam Islam,

sebagaimana yang diungkapkan diatas, mempergunakan

semua potensi manusia, fisik dan rohaninya.39

Khusus dimensi kasyaf, ini merupakan hasil dari perjalan

hidup kerohaniaan sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah,

sehingga pengetahuan yang dimiliki bersifat dihadirkan

secara lansung tampa proses pengindraan dan rasionalsiasi.

Pengetahuan kasyaf bersifat ketersingkapan, merasakan,

kesaksian, hasrat Ilahiyah, ilham. Semua istilah tersebut

mengacu pada kondisi sufi saat menyatu dengan Allah atau

setelah sampai pada makom ma'rifah, sehingga ilmu yang

dimiliki sufi bersifat lansung dari Allah. penyingkapan berarti

Tuhan membuka hati sufi untuk menanamka ilmu.40

Dari bentuk epistemologi sains Islam terdahulu inilah

yang menjadi fondasi gerakan-gerakan Islamisasi sains yang

diprogramkan oleh tokoh-tokoh Islam modern dan

kontemporer. Sebab secara filososfis, sains modern Barat

yang menghegemoni keilmuan dunia telah jauh dari norma-

norma dan telah gagal memainkan fungsinya bagi

kesejahtraan manusia dan keharmonisan alam, tapi sebaliknya

datang sebagai sebab krisis kehidupan secara global. Upaya

rekonstruksi dengan melakuakan revipalisasi dan puritanisasi

sains keislaman abad klasik oleh tokoh-tokoh Islam,

memberikan peluang bagi pertumbuhan doktrin tasawuf

ditengah-tengah kehidupan modern sebagai salah

39 Baca, Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, h.116-147.

40 William C. Chittick, The Sufi Path of Knowledge: Pengetahuan Sufi, terj. Achmad Nidjam, M. Sadat Ismail, dan Ruslani, (Yogyakarta: Qalam, 2001), cet. I., h. 8.

186

Page 203: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

satu basis epistemologi sains. Sehingga ilmuan yang lahir

kemudian adalah ilmuan yang religius dan sains yang lahir

dari ilmuan yang religius adalah sains yang tidak bebas nilai.

2. Tasawuf sebagai jalan kedamaian dan ketentraman hidup.

Konsep utamanya adalah bahwa kegelisahan manusia

diakibtkan oleh kehilangan makna dan tujuan hidup akibat

tidak adanya pemenuhan spiritual terhadap jiwa manusia.

Dalam kondisi yang demikian manusia modern hanya

cendrung memperhatikan kebutuhan material. Maka konci

untuk mengobati semua itu adalah kembali mengisi jiwa

dengan ajaran agama, memasukkan Tuahan kedalam hidup.

maka dalam upaya tersebut tasawuf memainkan peran yang

sangat signifikan.

Tasawuf sebagai jalan kedamaian dan ketentraman hidup

manusia bisa dicarai dari beberapa ajaran tasawuf, seperti

doktrin rela, zuhud, syukur, tawakkal. Rela melahirkan sikap

ihlas dan tidak merasa berat untuk menerima semua kondisi

hidup yang datang menghampiri. Rela ini akan melahirkan

hati dan pikiran yang tenang, sebab tidak ada lagi beban

hidup yang dipikirkan, semuan diterima apa adanya dan

ihlas.41 Zuhud. Ajaran ini mengajarkan kesederhanaan (tidak

serakah dan terlalau cinta dunia sampai pada tahap

materialsme atau hedonisme) bukan kemiskinan atau

menghindari dari kehiudpan dunia. Syukur akan melahirkan

sikap yang penuh dengan kesadaran religius, bahwa apa yang

41Rela bukan berarti bersikap pasif dan patalistik, rela disini dilihat dalam konteks yang paling sederhana dan sedah difahami oleh manusia, bahwa semua ketentuan ada di tangan Allah, manusia hanya berusaha dan berdo’a.

187

Page 204: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dimiliki adalah pembirian dan milik Allah. tawakkal

mengajarkan sikap pasrah kepada ketentuan Allah, semua

dikembalikan kepada kehendak Allah.

Doktrin-doktrin tasawuf di atas akan mampu mengobati

penyakit masyarakat modern yang telah kehilangan

kedamain akibat perceraiannya dengan agama dan Tuhan.

Kegersangan spiritual telah menjadikan masyarakat modern

Barat sebagai manusia yang berdimensi satu, yakni

masyarakat yang materialsitis. Tasawuf mengajarkan

keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari, oleh dan untuk

Allah, dari Allah semua berasal dan ke Allah pula semua akan

kembali.

Gerakan Spiritualis-sufistik di Indonesia

Apa relevansinya dengan konteks Indonesia? Inilah

pertanyaan yang penting untuk dijawab dalam tulisan ini.

Maka terdapat dua bentuk gerakan Islam Spirituals-sufisik di

Indonesia. Pertama, sebagaimana yang diketahui bahwa

Indonesia terdiri dari beragam suku, etnis dan budaya, serta

agama. Pluralitas bangsa Indonesia dalam berbagai aspek

sosial kultural ini jika tidak dipayungi dengan pemikiran

yang bisa menaungi semua perbedaan yang ada tentunya

akan menjadi rawan komplik, dan ini sudah terbukti dengan

sering terjadinya komplik antar etni dan agama. Sementara

Pancasila yang menjadi Falsafah dan yang menaungi

pluralitas Bangsa tersebut seakan-akan tidak memiliki

kekuatan dalam masyarakat. Maka dalam kondisi yang

demikian adalah penting untuk menelurkan ide yang bersifat

spiritualis-sufistik yang melihat perbedaan tersebut sebagai

188

Page 205: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebuah kemestian dalam dunia yang profane, namun ternyata

dalam keragaman tersebut terdapat satu hal yang

menyatukan, yakni kesatuan teologis. Maka gerakan Islam

Spiritualsi-sufistik memiliki dua bcorak,yakni, Pertama

gerakan dalam bentuk ide pemikiran. Kedua adalah

spiritualis-sufistik dalam tataran empirik, atu kelompok-

kelompok tarekat, tasawuf.

Pertama Islam spiritualis-sufistik dalam bentuk gagasan

pemikiran. Hal ini terkait dengan gagasan untuk membangun

perdamaian antar umat beragama di Indonesia agar tidak

terjadi komplik atas nama Tuhan. Islam sebagai agama yang

mayoritas pengikutnya di Indonesia harus menjadi kekutan

untuk menebarkan perdamain, sebab Islam memiliki

perangkap yang kuat dan banyak secara doctrinal dan

historis. Sebgaimaan yang diungkapkan Gamal Albana, jika

umat Islam mengakui keEsaan Tuhan dan kekelanNya, maka

sebetulnya sudah mengakuai pluralitas di luar Tuhan, bahwa

yang Tunggal hanyalah Allah dan diluar Allah adalah plural.

Jika ini tidak diyakini maka secara tidak sadar umat Islam

telah menyekutukan Allah.42

Upaya kearah gerakan tersebut telah dilakuakan oleh para

pemikir intlektual Islam, seperti Komaruddin Hidayat,

Nurcholis Madjid, kelompok Islam Liberal (Ulil Absar

Abdalah), para pemikir Paramadina, Kautsar Azhari Noer,

Zainun Kamal, Alwi Shihab, Soetjipto, Wirosardjono, Anand

Krisna. Tokoh-tokoh ini dengan tegas dan brani melintasi

42Gamal Al-Bana, Pluralitas dalam Masyarakat Islam,

terj., Tim MataAir Publishing, (Jakarta: MataAir Publishing, 2006), h. 5.

189

Page 206: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

atau melampaui batas-batas fiqh dalam menegakkan harmoni

antar umat beragama di Indonesia. Satu buah refleksi

pemikiran yang terhimpun dari mereka adalah dengan

terbitnya buku berjudul Fiqh Lintas Agama: Membangun

Masyarakat Inklusif-Pluralis, yang inti dari pemikiran

tersebut adalah bagaimana memandang dan mensikapi umat

yang berbeda agama.43 Mereka melihat pluralitas yan ada

sebagai yang bersumber pada Satu Tuhan, dan perbedaan

daris segi ajaran, syari‟at, bahasa agama, disebabkan

perbedaan geografis dan kultur yang berbeda. Mereka

seakan-akan mengibaratkan agama seperti Terminal yang

mana setiap angkutan yang datang dari berbagai arah dan

keluar keberbagai arah pula, namun tetap akan kembali dan

bertemu pada terminal yang sama.

Kedua adalah gerakan Islam Spiritualis-sufistik dalam

tataran praktek dan pengmaalan. Ini merupakan paham yang

mempraktekkan unsur batiyah atau esoterik dalam Islam,

yang dapat diperoleh melalui peran aktif pada kelompok-

kelompok ekslusif spiritualis, tasawuf atau tarekat. Kelompok

ini tidak mau terlibat atau tidak peduli dengan permasalahan

sosial baik ekonomi, politik dan sebagainya, yang terpenting

adalah bagaimana mendapatkan kesucian batin dan dekat

dengan Tuhan. Kelompok ini muncul di Indonesia lebih

disebabkan oleh proses modernisasi dan globalisasi yang

terkadang menimbulkan disorientasi dan dislokasi psikologis

pada masyarakat tertentu, dismaping juag disebabkan oleh

43Untuk lebih jelasnya, baca nurcholis Madjid dkk dalam

Mun’im A Sirry, Fiqh Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2005), cet. VII.

190

Page 207: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

ketidakpuasan terhadap bentuk agam yang dikembangkan

oleh ulama atau organsiasi keagamaan yang lebih bersifat

normative-ritualsitik semata atau eksoteris.44

Kelebihan dari kelompok praktisi Islam spiritualis ini

adalah jika dilihat dari sikap para pencari Tuhan dengan jalan

menyendiri dan tidak secara kolektif atau menampakkan

simbul-simbul Islam sangat penting untuk menjaga

keharmonisan antar agama, sebab sikap acuh dan seakan

tidak mau peduli dengan urusan dan keyakinan orang lain

justru berdampak positif, tidak ada istilah kafir, murtad dan

lain sebagainya yang keluar untuk mendiskreditkan agama

dan keyakinan orang lain. Kesibukan pada intensitas zikir dan

menyendiri akan menyempitkan waktunya untuk menilai

orang lain, waktu yang dimiliki lebih banyak dipergunakan

untuk melakukan ibadah guna mendekatkan diri pada Tuhan

dan mencapai maqom tertinggi dalam hirarki kesufian.

Bahkan dari segi fungsinya dalam kehidupan sosial, Islam

Spiritualis-sufistik telah dijadikan sebagai tempat rehabilitasi

atau pengobatan bagi para pecandu narkoba, seperti yang

dilakukan oleh Abah Anom.

Namun yang harus diwaspadai dari pengamalan dan ide

Islam spiritualis-sufistik ini adalah dihawatirkan akan

melahirkan sikap singkretis, dalam arti menggabungkan

semua agama dalam satu paket, sehingga orang yang

beragama Islam sesungguhnya secara tidak lansung telah

beragama Kristen atau Hindu. Dengan demikian nilai-nilai

syari‟at dari Islam dengan sendirinya tidak berfungsi.

44Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, h. 10.

191

Page 208: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Disaamping itu kehawtiran yang muncul dari Islam

spiritualis-sufistik ini adalah hilangnya tanggung jawab

sosial, baik pada keluarga maupun masyarakat. Dengan

keasikan melakukan penyendirian dan menghindar dari

kehidupan duniawi kewajiban terhadap keluarga menjadi

terabaikan.

Sedangkan Islam Spiritualis-sufistik dalam tatarn

pemikiran para intlektual Islam Indonesia bertujuan untuk

mendamaikan dan menciptakan kehidupan yang harmonis

antar umat beragama, sebab pluralitas merupakan kepastian

yang tidak bisa dihindarkan selama kita masih bersetatus

hamba dan sebagai mahluk. Dengan ide pluarlisme atau

kesatuan teologis diharapkan akan tercapai kehidupan yang

toleran, egalitarian dan harmonis di Indonesia yang

pluralistik ini. Disamping itu Islam spiritualis-sufistik dalam

tataran praktis adalah untuk mengembalikan Tuhan dalam

diri kehidupan masyarakat yang modern yang berada dalam hegemoni kebutuhan material, sehingga nilai-inilai

transendental menjadi terabaikan, dan ini merupakan

implikasi dari munculnya isme-isme Barat yang bernuansa

sekuler. Maka Islam spiritualis-sufistik hadir untuk

mengembalikan Tuhan kedalam diri.

Dafatar Pustaka

Al-Bana, Gamal, 2006. Pluralitas dalam Masyarakat

Islam, terj., Tim MataAir Publishing,

Jakarta: MataAir Publishing.

Ali, Yunasri, 1997. Manusia Citra Ilahi:

Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Arabi

Oleh al-Jili, Jakarta: Paramadina, cet. I.

192

Page 209: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Azra, Azyumardi, Fachry Ali, 1985. Agama, Islam, dan Pembangunan, Yogyakarta: PLP2M, cet. I.

Beldick, Julian, 1992. Mystical Islam: An

Introduction to Sufism, I. B., Tauris & Co

Ltd, London.

Capra, Prijof 1996. The Web of Life, London: Harper Colling.

Chittick, C., William, The Sufi Path of Knowledge:

Pengetahuan Sufi, terj. Achmad

Eaton, Gai, Le, Charles, 2002. ‚Manusia‛, dalam,

Seyyed Hussein Nasr, Ensiklopedi Tematis

Spiritualistas Islam, terj. Rahmani Astuti,

Bandung: Mizan, cet. I. Hidayat, Komarudin dan Nafis, Wahyuni, Muhammad,

1995. Agama Masa Depan Perspektif Pirenialis, Jakarta: Paramadina, cet. I.

Kartanegara, Mulydhi, 2002. Menembus Batas Waktu:

Panorama Filsafat Islam, Bandung: Mizan.

_______, 2005. Mulyadhi, Integrasi Ilmu: Sebuah

Rekonstruksi Holistik, Bandung: ARASY Mizan.

_______, 2003. Mulyadhi, Menyibak Tirai Kejahilan:

Pengantar Epistemologi Islam, Bandung:

Mizan.

_______, 2000. Mulyadhi, Muzaik Khazanah Islam:

Bunga Rampai Dari Chicago, Jakarta:

Paramadina.

Kholdun, Ibn. 2006. Muqaddimah, terj. Ahmadie Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus.

193

Page 210: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Madjid, Nursholis, 1984. Warisan Intlektual Islam; Khazanah Intlektual Islam, Jakarta: Bulan

Bintang.

Nasution, Harun, 1986. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jakarta: UI-Press, jilid. II.

Nasution, Harun, 2006. Filsafat dan Mistisisme Dalam

Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet. Ke-12.

Nasr, Hussein, Seyyed, 1991. Tasawuf Dulu dan

Sekarang, terj. Abdul Hadi W.M., Jakarta:

Pustaka Firdaus.

Nasr, Hussein, Seyyed, 1972. Sufi Essays, London

George Allen and Unwil Ltd, Ruskin Hause,

Museum Steet. Nasr, Hussein, Seyyed, 1996. Religion and the Order

of Nature, New York: Oxford University

Press.

Nasr, Hussein, Seyyed, 1972. Sufi Essays, London

George Allen and Unwil Ltd, Ruskin Hause,

museum Steet.

Russel, Betrand, 1972. Mysticism and Logic, New york: the Modern Library.

Siraj, Agil, Said, 2006. Tasawuf Sebagai Kritik

Sosial Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi

Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan, cet. I.

Siregar, Rifay, A., H., 2002. Dari Sufisme Klasik

ke Neo-sufisme, Jakarta: Rajawali Perss,

cet. 2.

194

Page 211: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Sirry, A., Mun’im, 2005. Fiqh Lintas Agama:

Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis,

Jakarta: Paramadina, cet. VII.

Solihin, Muhtar dan Anwar, Rosiahan,2002. Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, cet. I.

Taftazani, Al-Ghanimi, al-Wafa’, Abu, 1997. Madkhal

ila al-Tashawwuf al-Ilslam, terj. Ahmad

Rofi'I Ustsmani, Sufi Dari Zaman ke Zaman,

Jakarta: Pustaka, cet. 2.

195

Page 212: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 12

TEOLOGI ISLAM

EMANSIFATORIS

slam Emansifatoris lahir dari rahim para cendikiawan

Imuda Islam Indonesia, terutama dari kalangan muda NU. Dengan bekal penguasaan terhadap kitab-kitab dan tradisi Islam, dan model hermeneutika. Tokoh-tokoh muda tersebut

mencoba menghadirkan cara pandang yang lebih kontekstual tentang Islam. Paradigma keislaman yang mereka hadirkan

merupakan kelanjutan dari nalar kritis Islam yang pernah ada dalam sejarah Islam klasik. Islam Emansipatoris atau Islam

untuk pembebasan, bisa dikatakan sebagai gerakan yang muncul dalam rangka mengatasi kesenjangan antara agama yang hanya

dilihat sebagai jalinan

196

Page 213: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

teks semata, namun tidak mampu menjangkau realitas sosial

empirik yang ada.

Islam emansipatoris berangkat dari problem

kemanusiaan, sedangkan teks dilihat sebagai subordinat

terhadap pesan moral atau spiritual, dan tidak dipahami

sebagai hukum atau undang-undang, tetapi sebagai sinyal

pembebasan. Disini Islam emansipatoris membedah teks

untuk aksi, sehinga yang menjadi target pembebasannya

adalah: 1) cara mendefinisikan dengan adil apa yang dipahami

sebagai problem kemanusiaan. 2) metode memperlakukan

teks dalam tahap refleksi kritis. Disini teks bukan satu-

satunya rujukan dalam melakukan refleksi kritis. 3) metode

dalam memperlakukan teks sebagi sumber kritik. 4) memperlakukan teks secara lebih ringan dan

mendekonstruksinya, yaitu dengan mengabaikan teks dan

tidak terlalu mengagungkanya dalam pembahasan.1

Dari sini kita bisa mengambil pemahaman tentang Islam

emansipatoris, bahwa kehadirannya adalah untuk

pembebasan dan penyelesain permasalahan sosial manusia,

sebab agama sebagai sebuah sistem nilai yang terinternlisasi

dalam kehidupan manusia secara eksplisit menjadi rujukan

dalam menyelesaikan suatu masalah (worldview), maka mau

tidak mau disaat umat Islam dihadapkan pada permasalahan

hidup yang begitu kompleks ditengah-tengah globalitas

zaman, maka Islam harus berfungsi sebagai penggerak atas

1Masdar F. Mas’ud, dalam pengantar umum ‚Paradigma dan Metodologi Islam Emansipatoris‛ dalam, Very Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir Agama Untuk Praksis Pembebasan, (Jakarta: P3M, 2004), cet. I., h. I-xvi.

197

Page 214: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

keyakinan masyarakat yang mapan tersebut, sehingga agama

yang telah berurat akar tersebut mampu berperan bukan

hanya sebagai keyakinan yang abstrak atau sebatas

pemahaman teoritis akademis, melainkan lebih dari itu yakni

dalam tataran praktis, sebagai media pembebasan.

Kenyataan yang ditemukan selama ini bahwa lahirnya

gerakan keislaman di Indonesi yang begitu banyak namun

tidak ada yang fokus pada upaya penyelesaian permasalahan

sosial dan kemanusiaan dalam perspektif agama. Bahkan

belum membuka diri pada pemikiran kemoderan yang sadar.

Akibat dari itu semua adalah banyaknya permasalahan

kemanusiaan yang tidak terpecahkan dan agama dibuat

menjadi mandul akan solusi permasalahan tersebut, seperti

permasalahan HAM, demokrasi, Pluralisme agama dan

kesetaraan jender.2

Maka dari pandangan yang demikianlah Islam

emasipatoris lahir untuk memberikan warna yang praktis

dari Islam untuk penyelesain problem sosial dan keagamaan

manusia. Paling tidak ada tiga kelompok keislaman yang

dinilai oleh Islam emansipatoris sebagai yang gagal

memaenkan peran sebagai agenda pembebasan, yakni,

pertama Islam Skripturalis, dilihat sebagai kelompok yang

mendasarkan diri pada teks, titik awal dan akhir adalah teks.

Kedua Islam ideologis, Islam yang tidak berangkat dari teks

dan tidak pula berakhir pada teks, melainkan dari pilihan

kebenaran dan idenya sendiri yang diideologikan. Teks hanya

2Very Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir Agama

Untuk Praksis Pembebasan, (Jakarta: P3M, 2004), cet. I., h. 1.

198

Page 215: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dijadikan sebagai legitimasi dan jastifikasi atas apa yang

diinginkan. Ketiga Islam modernis yang hanya melakukan

pendalilan terhadap realitas kemodernan atas nama agama.3

Gerakan pemikiran keislaman tersebut dilihat oleh Islam

emansipatoris sebagai kelopmpok yang hanya melihat Islam

dalam tataran teoritis atau teks, namun jauh dari tataran

praksis. Mereka tidak melakukan upaya-upaya pengenalan

kepada masyarakat luas tentang Islam dan tantangan

kehidupan yang problematic ditengah-tengah globalitas

zaman. Islam emansipatoris melankah lebih jauh dengan

agenda-agenda pembangunan social yang prkatis terutama

dalam pembanguan pendidikan Islam dan pemahaman islam

yang lebih komprehensif, edukatif dan progreisf. Terkait

dengan.4

Maka terkait dengan studi agama ini, Islam emansipatoris

melakukan tiga bentuk, pertama agama dilihat

3Masdar F. Mas’ud, dalam pengantar umum‚Paradigma dan Metodologi Islam Emansipatoris‛ dalam, Very Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir Agama Untuk Praksis Pembebasan, h. xi-xv.

4Langkah yang dilakukan dalam tataran praktis adalah, pertama pendidikan dan bahtsul Masa’il yang bertujuan untuk, 1) mengenalkan pemikiran islam kontemporer, baik dalam bidang teologi, filsafat, fiqh, tafsir dan tasawuf. 2) mengenalkan pemikiran-pemikiran progresif yang berkembang di dunia modern saat ini. 3) merev iew pwmikiran

klasik yang selama inidiajdiakn referensi dalam mengakji agama. 4). Kedua talk Show diradio dan TV. Ketiga homepage

dan mailinglist. Keempat lembaran urnal. Kelima,penerbitan buku. Keenam melakukan seminar regional. Very Verdiansyah,

Islam Emansipatoris: Menafsir Agama Untuk Praksis Pembebasan, h. 77-79.

199

Page 216: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebagai realitas sosial. Disini agama terkadang dilihat sebagai

produk sejarah, sebagaimana agama juga membentuk sejarah.

Hal ini dilihat dengan alasan bahwa pesan-pesan agama

merupakan pesan sosial dan sejarah, sehingga terjadilah

akulturasi antara agama dan realitas. Kedua kritik wacanan

agama. Ketiga melakukan reinterpretasi atas doktrin-doktrin

keagamaan.5

Terkait denga itu semua, maka Islam emansipatoris

dalam menjalankan agenda perubahannnya terlebih dahulu

melakukan pembebasan cara pandan terhadap teks, yakni

pertama, teks harus dibebaskan dari pensakralan oleh umat

Islam, teks tidak lagi dilihat sebagai dialektika antara wahyu

dan budaya, melainkan wahyu yang terpisah dari budaya,

karena itu teks telah berpisah dengan konteks budaya. Teks

tdiak berdampingan dengan problem yang dihadapi mansuai.

Kedua, kerancuan mentodologi. Selama ini pemahaman

tentang agama seakan lepas dari aspek metodologi, sehingga

doktrin agama terkadang berdampak patalistik pada manusia.

Dengan adanya metodologi pemahaman yang komprehensif

maka agama tidak hanya dilihat sebagai dokumen teologis,

melainkan media bagi terciptanya perubahan pada konteks

realitas.6

Inilah langkah pertama yang dilakukan Islam

emansipatoris sebagai jalan menuju agenda selanjutnya.

Kemudian setelah itu Islam emansipatoris merumuskan tiga

5Very Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir Agama

Untuk Praksis Pembebasan, h. 80-81. 6Very Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir Agama

Untuk Praksis Pembebasan, h. 75-76

200

Page 217: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

hal dalam merumuskan Islam yang ingin diletakkan dalam

tataran praktis diskursif. Pertama memberikan pandangan

baru tentang teks, yakni melihat teks dari permasalah

kontekstual dan problem kemanusiaan, karena teks lahir dari

situasi sosiokultural masyarakat pada zamannya. Kedua

menempatkan manusia sebagai subjek penafsiran keagamaan.

Selama ini pemahaman agama berangkat dari teks yang

kemudian diturunkan menjadi hukum dalam rangkan

memberi status hukum kepada realitas. Akibtnya teks

menjadi kehilangan semangat trasformatifnya. Ketiga Islam

emansipatoris pokus pada permasalah manusia bukan pada

perdebatan teologis, dalam artian bahwa persoalan agama

dialihkan ke permasalah praktis bukan permasalah ritualistik,

atau dari permasalah teosentris menuju antroposentris.

Dengan demikian agama selain berperan sebagai ritual

peribadatan tapi agama juga berperan sebagai sarana

pembebasan.7

Daftar Pustaka

Mas’ud, F., Masdar, 2004. ‚Paradigma dan Metodologi

Islam Emansipatoris‛ dalam, Very

Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir

Agama Untuk Praksis Pembebasan, Jakarta:

P3M, cet. I.

Verdiansyah, Very, 2004. Islam Emansipatoris:

Menafsir Agama Untuk Praksis Pembebasan,

Jakarta: P3M, cet. I.

7Very Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir Agama Untuk Praksis Pembebasan, h. 75-77.

201

Page 218: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Bagian 13

TEOLOGI ISLAM

KULTURAL-

TRANSFORMATIF

i era pembaharuan pemikiran Islam Indonesia, ilmu Dsosial

seperti antropologi, ilmu budaya, sosiologi, dan sejarah, mendapatkan tempat ditangan intlektual Islam sebagai ilmu

pengetahuan yang membantu dalam melahirkan penafsiran dan pemahaman Islam yang lebih kontekstual, salah satu

kelompok Islam yang mempergunakan ilmu-ilmu sosial tersebut adalah Islam Kultural. Kelompok ini hadir sebagai

gerakan pemikiran keislaman yang ingin berkontribusi dalam perkembangan kemajuan ummat Islam di Indonesia. Istilah

kultural berasal

202

Page 219: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dari kata culture yang berarti kesopanan, kebudayaan, dan

pemeliharaan.1 Dari definisi tersebut, maka Islam kultural

dapat dimaknai sebagai sebuah pemikiran Islam yang

dikonstruksi berdasarkan perspektif kebudayaan untuk

memahami Islam.

Sebagaimana pengertian kebudayaan sebagai sebuah hasil

karya budi daya manusia. Ini merupakan pengertian yang

sangat umum, namun jika kita melihat dari bentuk

kebudayaan yang dihasilkan yakni dalam dua jenis, intlektual

(pemikiran kefilsafatan, seni sastra), dan benda (benda-benda

bersejarah). Islam Kultural lahir sebagai gerakan pemikiran

keislaman yang bertujuan untuk melibatkan agama dalam

proses kehidupan sosial manusia, yang selama ini diabaikan

oleh sebagian kelompok Islam yang hanya mengedepankan ajaran Islam yang ritualistik-formalistik, sehingga

melahirkan kesalehan individual semata, namun kering dari

kesalehan sosial. Dalam arti bahwa jika seorang hamba telah

melakukan kewajiban ritual dalam bentuk ibadah wajib

maupun sunat secara teologis-vertikal, maka seakan-akan

hamba tersebut sudah melakukan kebaikan yang besar dan

merasa tidak memiliki kewajiban yang bersifat muamalah atau

sosial horizontal.

Islam Kultural lahir untuk melakukan transformasi,

membentuk dan untuk selanjutnya menjadikan Islam yang

berfungsi dalam segala aspek kehidupan. Hal ini sesuai

dengan makna dari kata transformation (bahasa Inggris) yang

1 Johan M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris

Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1979), cet. VIII. h. 159.

203

Page 220: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

berarti perubahan atau menjadi.2 Dari definisi ini maka secara

umum, bahwa Islam transformatif bertujuan, untuk:

1. Pemikiran Islam yang bertujuan mengaktualisasi

Islam rahmatan lil alamin.

2. Untuk menciptakan kehidupan yang integral dan

holistik dalam kehidupan, yakni pemaduan antara

kesalehan vertikal yang kemudian terwujud dalam

kesalehan sosial-horizontal. Atau dengan kata lain

aktualisas nilai ritual ibadah yang dikerjakan kedalam

kehidupan sosial dalam bentuk cinta, kasih saying,

toleran dan egalitarian terhadap sesama manusia,

bahkan mungkin terhadap lingkungan alam.

3. Bertujuan untuk mengembangkan Islam yang aktual

pada kondisi zaman yang dihadapi.

Setelah kita elaborasi makna dan tujuan dari Islam

transformatif tersebut, maka yang menjadi pertanyaan

sekarang adalah, apakah terdapat landasan normatif dan

historisnya dalam Islam? Sebagai sebuah pemikiran

keislaman yang lahir dari seorang muslim, maka sudah tentu

terdapat landasan doktrinal dan historisnya. Seperti tujuan

pertama yang ingin mewujudkan Islam yang menebar cinta

dan kasih saying bagi alam semesta, maka ajaranpandnagan

ini akan ditemukan dalam surat al-Ambiya‟ 21: 107, yang

artinya: sesungguhnya Kami mengutusmu wahai Muhammat

untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Al-Quran sendiri

diwahyukan sebagai kitab yang didalamnya diajdikan

2John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris

Indonesia, h. 601.

204

Page 221: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS.

Al-Nahl, 16: 44).

Tujuan kedua, yang mengarah pada terciptanya kesalehan

sosial dari kesalehan individual, hal ini bisa dimaknai bahwa

setelah melakukan kewajiban ibadah yang bersifat vertikal

(solat puasa) maka kesalehan tersebut harus diaktualisasikan

dengan sikap peduli terhadap orang miskin, yatim piatu

dalam bentuk mendermakan pikiran, tenaga dan harta untuk

membatu, terlibat aktif dalam urusan kemaslahat bersama.

Secara doktrinal masalah kepedulian sosial banyak dimuat

dalam al-Qur‟an dan al-Hadits, bahkan terdapat dalam

rukun Islam (mengeluarkan zakat). Sedangkan tujuan ketiga,

yakni mengakomodir semangat perkembangan zaman,

dengan cara melakukan reinterpretasi terhadap Islam agar

mampu berperan sebagai sistem nilai di setiap situasi dan

kondisi. Hal ini banyak tercermin dalam al-Quran yang

menganjurkan untuk berfikir dalam memahami fenomena

alam sebagai sebuah tanda kekuasaan Tuhan.

Secara historis Islam transformatif dalam gerakan

pemikiran Islam dapat ditemukan pada sikap Nabi

Muhammad yang penuh kasih, sopan, toleran, egalitarian,

peduli sama anak yatim dan melakukan musawarah dengan

para sahabat dalam memecahkan suatu masalah yang

dihadapi. Bahkan dalam melakukan ekspansi kewilayah lain,

tentara Islam senantiasa melakukan penaklukan secara etis,

jika tidak dalam keadaan terdesak tidak akan melakukan

tindakan kekerasan.

Salah satu tokoh yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah

pemikir Islam Indonesia yang begitu popular dan memiliki

205

Page 222: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

ide-ide transformatif yang luar biasa, yakni Kuntowijoyo. Ide

transformasi masyarakat Kuntowijoyo dilakukan dengan

pendekatan historis, sehingga pemikiran Kuntowijoyo lebih

bersifat metodologis ketimbang subtantif. Islam dalam

pandangan Kuntowijoyo adalah: agama sekuler” dalam arti

bahwa, Islam lahir dan tumbuh untuk memperjuangkan

pembebasan dan penyelamatan manusia di dunia “kini dan di

sini” demi suatu cita-ita eskatologis yang sudah pasti. Oleh

karena itu orientasi Islam yang bersifat mengedepankan

orang lain atau altrusitas Islam yang berdasarkan pada etika

transendental tersebut harus diarahkan pada ranah yang

objektif dan empiris. Dan karena kehidupan yang objektif

empiris tersebut merupakan resultan dari kondisi sistem sosial-ekonomi-politik yang bersifat historis, maka

perjuangan Islam adalah perjuangan untuk meperbaikinya.

Dalam arti bahwa, Islam jangan hanya dijadikan sebagai

pemberi legitimasi terhadap sistem sosial yang ada,

melainkan harus mengontrol sistem tersebut.3

Bagaimana Islam bisa menjadi pengontrol sistem sosial

yang ada? Disinilah dibutuhkan sebuah kesiapan metodologi

dan aksiologi, agar umat Islam berperan sebagai pengendali

sistem, atau dengan kata lain sebuah interpretasi untuk aksi

dalam kerangka paradigmatik Islam. Dari kerangka dan

tujuan inilah Kuntowijoyo kemudian menggagas ide tentang

reaktualisasi Islam yang memiliki dua jenis agenda. Pertama,

bersifat akademis-intlektual. Dalam kerangka ini, Islam dapat

3A. E. Priyono, ‚Feriferalisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia (Menyimak Pemikiran Kontowijoyo)‛, dalam prolog, Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1998), cet. VIII., h. 26-27.

206

Page 223: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

dikembangkan sebagai paradigma teoritis atas dasar

epistemik dan etis yang secara an sich dimiliki Islam. Seperti

dalam tataran normatif, Islam memiliki konstruk sistem nilai

koheren yang terdiri dari ajaran wahyu sebagai ajaran

obsolut dan transendental. Untuk dapat berfungsi sebagai

acuan aksiologis, konsep-konsep normatif Islam tersebut

melalui dua medium, yakni ideologi dan ilmu.

Agama menjadi idiologi karena disamping mampu

membentuk realitas, tapi juga mampu memberikan motivasi

etis-teologis untuk merekonstruksinya. Dengan demikian

idiologi dapat diwujudkan menjadi aksi. Sedangkan agama

dapat dikembangkan menjadi ilmu, yakni dengan cara

merumuskan dan mengelaborasi konsep-konsep normatif

agama pada tingkat empiris dan objektif. Dengan demikian

agama dijabarkan menjadi teori untuk aplikasi. Dengan

mengelaborasi konsep normatif agama menjadi teoritis ilmu,

maka agama sejatinya dikembalikan pada acuan orientasi

normatif, dan ilmu akan disubordinasikan ke dalam standar-

standar etika agama. Dari sini akan lahir sebuah bentuk

integrasi ilmu dan agama atau antara teori dan nilai.4

Mengenai perkembangan Islam di Indonesia,

Kuntowijoyo membaginya kedalam dua perkembangan.

Pertama periode paleoteknik atau periode agraris. Pada masa

agraris umat Islam Indonesia bercorak mitis dan majis. Pada

periode ini umat Islam masih belum mengalami

4A. E. Priyono, ‚Periferalisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia (Menyimak Pemikiran Kontowijoyo)‛, dalam prolog, Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, h. 36038.

207

Page 224: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

perkembangan yang dalam pola pikir, fenomena alam masih

dilihat sebagai masalah yang besar dan sulit untuk diatasi.

Namun sikap demikian lebih dikarenakan oleh belum adanya

teknoplogi yang tercipta untuk mensikapi fenomena alam.

Sebagaiamana ciri masyarakat paleoteknik yang masih

mengandalkan tenaga binatang dalam mengelola alam.

Disamping itu, masyarakat Islam periode agraris juga masih

belum mengkonstruksi pengorganisasian masyarakat,

sehingga sulit untuk mobiliasai dan menggalang solidaritas.

Kedua adalah periode neoteknik atau periode industrialis.

Pada masa ini, umat Islam Indonesia mulai melakukan upaya

pemikiran yang lebih progresif, walaupun kepercayaan pada

mistik dan majis masih dilakukan, namun yang menjadi ciri

dari periode ini adalah lahirnya organisasi-organisasi

keislaman modern serta ulama dan intelektual yang mencoba

melakukan pembaharuan terhadap pola pikir dan paradigma

keberislaman.5

Namun kewaspadaan harus tetap dijaga oleh umat Islam

saat menghadapi masa industrialisasi, sebab industrialisasi

pada dasarnya merupakan hasil kebudayaan dan sains modern

Barat, yang mana rasionalisme, modernisme dan sekularsime

merupakan ciri dari kebudayaan modern Barat tersebut. Jika

hal-hal seperti itu tidak diwaspadai maka akan mendatangkan

bencana bagi umat Islam Indonesia. Berangkat dari sikap

waspada dan prepentif inilah Kuntowijoyo menawarkan cara

respon yang dianggapnya merupakan khazanah intlektual

Islam itu sendiri atau Islam

5Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi,

(Bandung: Mizan, 1991), cet. I., h. 280-281.

208

Page 225: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

memiliki cara berpikir tersendiri yakni cara berpikir yang

rasioanal dan empiris. Bagi Kuntowijoyo Islam

menganjurkan pentingnya akal pikiran dan pencarian

pengetahuan melalui observasi. Al-Qur‟an menganjurkan

untuk menelaah fenomena alam, dalam sejarah dan dalam diri

kita. Dari sini terlihat bahwa Islam memiliki cita-cita rasional

dan empirik. Formulasi inilah yang harus dipergunakan umat

Islam untuk menghadapi periode neoteknik dan saat ini.

Terkait dengan formulasi sistem dan keilmuan Islam

yang rasional dan empiris tersebut Kuntowijoyo menawarkan

lima cara reaktualisasi ajaran Islam sebagai bentuk

kebangkitan dan respons umat Islam terhadap kebudayaan

yang dihadapi.

Pertama, perlunya dikembangakan interpretasi atau

penafsiran sosial struktural lebih dari pada penafsiran

individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu di

dalam al-Qur‟an. Kedua mengubah cara berfikir subjektif

menjadi cara berfikir objekrtif. Ketiga mengubah Islam yang

normati menjadi teoritis. Keempat mengubah pemahaman

yang a-historis menjadi pemahaman yang historis. Kelima

merumuskan formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi

formulasi yang bersifat spesifik dan empirik. Dengan

diaktualsikannya kelima cara tersebut Kuntowijoyo optimis

bahwa umat Islam Indonesia akan mampu menjawab

tantanga zaman yang dihadapi.6

Dari kutipan ini dapat terlihat bagaimana Kuntowijoyo

melihat Islam sebagai sistem nilai sosial yang berfungsi

6Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, h. 283-285.

209

Page 226: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

sebagai penggerak sosial yang melahirkan idiologi

transformatif, hal ini jika dilihat dalam konteks pemikiran

Weber yang memandang agama memiliki unsur

motivasionisme dalam melahirkan etos dan spirit bagi

pengikutnya.Ahirnya sebagai sebuah kesimpulan dalam

tulisan ini akan dicantumkan kata-kata atau ide transformati

Kuntowijoyu: salah satu kepentingan Islam sebagai sebuah

ideologi sosial adalah bagaimana mengubah masyarakat sesuai

dengan cita-cita dan visinya mengenai transformasi sosial. Semua

idiologi sosial atau filsafat menghadapi suatu pertanyaan pokok,

yakni bagaimana mengubah masyarkat dari kondisi yang sedang

dihadapi menuju kepada keadaan yang lebih dekat dengan tatanan

idealnya. Penjelasan terhadap semua pertanyaan-pertanyaan pokok

tersebut akan melahirkan teori-teori sosial yang berfungsi untuk

menjelasakan kondisi masyarkat yang empiris pada masa kini dan

sekaligus akan memberikan “insight” mengenai perubahan dan

transformasinya. Karena teori-teori yang diderivasi dari idiologi

sosial sangat berkepentingan terhadap terjadinya transformasi

sosial, maka dapat dikatakan bahwa hampir semua teori sosial

tersebut bersifat transformatif.7

Kuntowijoyo melahirkan ide Islam transformatif dalam

konteks bagaimana agama mampu berperan dalam tataran

hidup sebagai penggerak kearah hidup yang lebih baik dan

progresif. Namun apakah Kuntowijoyo melihat Islam sebagai

sebuh sistem yang membentuk atau mempengaruhi atau

membentuk suatu budaya masyarakat atu tidak? Hal ini

belum jelas, tapi yang pasti bahwa Kuntowijoyo melihat

7Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, h.

337.

210

Page 227: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara

Islam sebagai agama harus mampu memaenkan peran

idiologis dalam melakukan transformasi sosial bagi umatnya

sepanjang zaman dan dalam kondisi apapun dan kakapanpun.

Tapi idiologi yang dimaksud disini adalah idiologi yang

bersifat membangun kearah hidup yang lebih baik maju dan

progresif, bukan idiologi yang menghancurkan stabilitas dan

pluralitas hidup.

Daftar Pustaka

A. E. Priyono, 1998. ‚Feriferalisasi, Oposisi, dan

Integrasi Islam di Indonesia Menyimak

Pemikiran Kontowijoyo)‛, dalam prolog,

Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi

Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, cet. VIII.

John M. Echols dan Hassan Shadily, 1997. Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia, cet.

VIII.

Kuntowijoyo, 1991. Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan, cet. I.

211

Page 228: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA

Biodata Penulis

Lestari lahir di Dusun Pegading Kecamatan Kopang Lombok Tengah pada 4 April 1982. Pendidikan yang ia tempuh mulai dari SD, Stanawiyah Darul Mahmudin NW Montong Gamang tahun 1994-1997, MAKN-MAN 2 Mataram tahun 1997-2000. Kemudian Ia melanjutkan program S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

Jurusan Aqidah Filsafat, S2 Tahun 2007-2010 di Kampus yang sama dengan konsentrasi Pemikiran Islam. Selama Kuliah S1 ia aktif sebagai pengurus Cabang PMII Ciputat, Dewan Pembina dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Sasak Jakarta (IMSAK), anggota pengurus Lembaga Studi Islam Progresip (LSIP). Tahun 2010 sampai sekarang Ia diangkat menjadi Dosen Tetap STIT Darussalimin NW Praya Lombok Tengah dan diamanahkan menjabat sebagai Ketua LP3M, Dosen Luarbiasa UIN Mataram. Selain Mengajar ia juga aktip melakukan penelitian yang diselenggarakan oleh direktorat pendidikan Islam, Kordinator Forum Komunikasi Dosen Peneliti (FKDP) Kopertais IV Surabaya cluster Sasambo/NTB, Dewan Pembina dan Ketua Umum Local Wisdom Research (LWR) periode 2016-2021.

Abdul Quddus adalah dosen tetap UIN Mataram untuk mata kuliah Filsafat dan Tasawuf, Lahir di Lombok 11 Nopember 1978. Meraih peghargaan wisudawan terbaik program doktor bidang pemikiran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Berbagai penghargaan research internasional telah diraih mulai

dari Academic Recharging (ARFI) di Jerman-Belanda 2012, post doctoral research di Universitas Ibnu Tufayl, Marocco (2013), tahun 2014 mendapat kehormatan sebagai Guest Lecturer di Aukcland University, New Zealand melalui program POSFI. Tahun 2016 post doctoral research di Western Sydney University, Australia. Aktif sebagai narasumber diberbagai seminar internasional; Jakarta 2013, Malaysia 2014, Kitakyushu-Jepang 2016, menulis beberapa buku dan artikel ilmiah. Kini dipercaya sebagai editor in chief jurnal ‘Schemata’ dan Ketua Program Doktor (S.3) Pascasarjana UIN Mataram.

212

Page 229: Genealogi Pemikiran Modern ISLAM NUSANTARA