Gaya Kepemimpinan

Embed Size (px)

Citation preview

PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LINGGAA. Latar Belakang Dalam menyambut era perdagangan bebas dan liberalisasi ekonomi, sektor ketentraman dan ketertiban merupakan salah satu faktor yang penting bagi bangsa Indonesia demi kelancaran memobilisasi pembangunan di segala bidang, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki jumlah populasi yang sangat banyak. Ketentraman dan ketertiban merupakan suatu hal yang penting dan merupakan kebutuhan sosial oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ketentraman dan ketertiban sebagai salah satu penggerak pembangunan pada umumnya yang mempunyai tanggung jawab moril yang besar atas kelancaran pembangunan tersebut. Hal ini menyatakan bahwa satuan polisi pamong praja merupakan salah satu yang mengemban tanggung jawab demi kelancaran pembangunan terutamanya di daerah kabupaten lingga yang dimana sebagai salah satu kabupaten yang baru dimekarkan daerahnya, dengan hal ini juga perluya pengawasan dan penertiban serta keamanan daerah yang baru dimekarkan menjadi daerah kabupaten dari Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, telah di bentuk perangkat pemerintah baik dalam rangka pelaksanaan azas desentralisasi maupun dekonsentrasi. Dalam pelaksanaan azas dekonsentrasi telah di susun perangkat pemerintah mulai dari tingkat Propinsi, Kabupaten, sampai ke tingkat kecamatan yang di sebut pamong praja. Pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan pembangunan ini sering di kaitkan

1

dengan pembinaan bangsa (Nation Building). Menurut Siagian (1992:13) pengertian pembangunan yaitu Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang di lakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nation Building). Sebagai suatu organisasi pemerintah, satuan polisi pamong praja tidak terlepas dari aspek manajemen, sehingga jalannya organisasi tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan semula. Kepemimpinan merupakan salah satu dari aspek manajemen tersebut. Kepeminpinan juga merupakan suatu kemampuan dengan gaya tersendiri dari seorang pemimpin tersebut dalam mengatur, mengorganisir, mengkoordinasikan serta mempengaruhi para bawahannya untuk menjalankan aktivitas kerja sehingga tujuan dari pada organisasi tersebut dapat tercapai. Secara objektif pelayanan kepada publik, merupkan salah satu kinerja yang harus ditonjolkan oleh satuan polisi pamong praja sebagai salah satu penyedia jasa dalam segi ketentraman dan ketertiban, tingkat pelayanan ini tercermin dari tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan yang diberikan. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana pemimpin dapat menggerakkan dan mempengaruhi bawahannya, sehingga pegawai memiliki tingkat kerja yang tinggi. Ditinjau dari sudut organisasi tinggi rendahnya permasalahan serta bagaiman cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalah tersebut, salah satunya adalah tergantung dari cara atau gaya seorang pemimpin di dalam memimpin organisasi. Keberadaan seorang pemimpin dalam proses menggerakkan suatu organisasi

2

sangatlah dominan dimana apabila seorang pemimpin mempunyai sifat dan karakter berorientasi kepada bawahannya. Masalah peraturan dalam kerja juga merupakan masalah yang penting bagi lancarnya urusan-urusan di setiap organisasi. Oleh karena itu pembinaan terhadap peningkatan kerja bawahan sangat penting jika ingin memajukan suatu organisasi. Untuk itulah di perlukan gaya seorang pemimpin dalam penerapan yang akan mengarahkan serta menentukan perencanaan, penyusunan, bimbingan serta pengawasan guna meningkatkan organisasi, tanpa hal itu pelaksanaan tugas tidak akan berjalan dengan baik. Manusia modern dewasa ini tidak lagi memiliki kemampuan untuk memuaskan semua jenis kebutuhannya yang semakin beraneka ragam tanpa menggunakan berbagai jalur organisasional. Aneka ragam tujuan pribadi tersebut berangkat dari hakekat manusia sebagai mahluk yang multidimensi, Antara lain sebagai mahluk politik, insan ekonomi dan mahluk sosial disamping sebagai individu dengan jati diri yang khas. dalam pendapat yang dikemukakan oleh Siagian (1997:20) mengatakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan tersebut juga berdasarkan pada akseptasi / penerimaan oleh kelompok dan pemilikan keahlian khusus pada suatu situasi khusus, Selain itu ada juga kekuatan yang erat hubungannya dengan kepemimpinan yaitu, Kekuatan menekan dan memaksa, Kekuatan memberikan penghargaan, Kekuatan syah /

3

legitimate, Kekuatan pemilikan keahlian dan kekuatan penyamaan diri dengan orang yang di kagumi / proses identifikasi. Pamudji (1992:63) mengatakan Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan dan mengarahkan orang-orang ke tujuan yang di kehendaki oleh pemimpin. Berdasarkan kondisi faktual dilapangan gejala yang dapat dilihat di satuan polisi pamong praja adalah: 1. Kurangnya pendekatan pemimpin terhadap bawahan terutama di dalam memberikan arahan/dorongan kepada pegawai yang menjadi bawahannya, hal ini tercermin dari kurangnya kontrol/pengawasan dari pemimpin secara kesehariannya. 2. Kurang mengetahui aktifitas bawahan dalam masalah kerja. 3. Kurangnya akses pelayanan satuan polisi pamong praja kabupaten kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan terutama keamanan. Hal ini dapat dirasakan oleh masyarakat yang sering resah akan ketidak amanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan gaya kepemimpinan dari gambaran gejala-gejala tersebut di atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan judul PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LINGGA. B. Perumusan Masalah

Keberhasilan pembangunan selain ditandai oleh kemajuan yang telah dicapai dari sisi positif, juga tergantung sampai sejauh mana pemerataan atau distribusi hasil-hasil pembangunan, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan organisasi yang ada dalam tubuh satuan polisi pamong praja Kabupaten Lingga secara objektif memiliki kelebihan

4

dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan dalam organisasi ini termasuk didalam kinerja para pegawainya dalam memberikan pelayanan kepada publik. Hal ini tidak terlepas dari peran pemimpin dalam membawa organisasi yang dipimpinnya kearah tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan gejala-gejala faktual yang telah disebutkan pada latar belakang maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam suatu penelitian, karena fokus penelitian ini adalah cara gaya kepemimpinan suatu organisasi pemerintah yang sejauh mana gaya kepemimpinan itu mempengaruhi bawahannya dan lebih jauh lagi bagaimana pengaruhnya kerja pegawai atau bawahannya. maka penulis mencoba

menuangkannya kedalam rumusan masalah sebagai berikut. BAGAIMANA PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SATUAN POLISI

PAMONG PRAJA KABUPATEN LINGGA ?. C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui bagaimana Penerapan Gaya Kepemimpinan Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. b. Mengetahui hambatan-hambatan Penerapan Gaya Kepemimpinan Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. 2. a. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk mengaplikasikan dan mengembangkan serta sebagai rujukan bagi peneliti terhadap teori yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu tentang gaya kepemimpinan.

5

b.

Untuk

menambah

wawasan

berpikir

peneliti

mengenai

Penerapan Gaya Kepemimpinan Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. c. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lingga, khususnya di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. D. 1. kepemimpinan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga merupakan organisasi pemerintah yang tidak terlepas dari unsur manajemen roda organisasinya. Manajemen ini dipakai dalam suatu organisasi untuk merencanakan, Konsep Teori Konsep gaya

mengorganisasikan, mengkoordinasikan dan mengawasi jalannya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kepemimpinan dalam suatu organisasi dibutuhkan untuk memberikan arahan, dan motivasi kepada bawahan dalam menjalankan fungsi-fungsi organisasi berdasarkan landasan manajemen yang ada. Pengorganisasian menurut Siagian (1986:27) adalah: keseluruhan menurut proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suasana yang dapat ditegakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan mengorganisasi suatu proses menyangkut pengelompokkan tugas dalam suatu unit organisasi, guna untuk menggerakkan secara nyata, maka pemimpin tersebut mempunyai kekuasaan guna mengawasi kegiatan anggota-

6

anggota dalam kelompok tersebut. Kepemimpinan bertitik tolak dari wadah organisasi itu sendiri, namun menyengkut segi dinamis, organisasi perlu diperhatikan, terutama segi dinamis yang berkaitan dengan interaksi manusia itu sendiri. Hal ini dijelaskan Widjaya (1985:15) Organisasi dapat ditinjau dari dua segi, yaksi segi dinamis menggambarkan kegiatan kerjasama yang dilakukan di dalam mencapai tujuan, sedangkan segi statisnya menggambarkan wadah sebagai tempat dilakukan kegiatan tersebut. Titambhakan lagi oleh Muhammad (2005:1) yang mengatakan bahwa pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Oleh Gary (1996:2) adalah Perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ketujuan yang ingin dicapai bersama. Dipertegas lagi oleh Ermaya (1997:11) bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk mengendalikan pikiran, perasaan atau dengan tingkah laku orang lain, untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Sedangkan menurut Goerge R. Terry seperti yang dikutip oleh Thoha (2001:5) adalah Aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Dilanjutkan oleh pendapat Siagian (1995:24) menjelaskan tentang kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menduduki jabatan sebagai pimpinan kerja untuk mempengaruhi prilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berfikir dan

7

bertindak sedemikian rupa sehingga melalui prilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar supaya perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan pemimpin organisasi. Perihal yang sama juga dikemukakan oleh John Piffner (dalam Tjokroamidjoyo 2000:10) yang mendefinisikan sebagai beikut: kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasikan dan memberikan dorongan kepada individu-individu dan kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Kepemimpinan memegang peranan penting dalam manajemen, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kepemimpianan adalah inti dari manajemen. Inti disini dapat diartikan bahwa kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat yang terdapat dalam organisasi. Keberhasilan atau kegagalan dalam organisasi sebagian besar ditentukan oleh bagaimana gaya yang diterapkan kepemimpinan seseorang tersebut, seorang pimpinan harus berusaha memahami watak dan kondisi bawahannya serta situasi untuk selanjutnya membutuhkan metode dan gaya yang tepat dan situasi untuk mengembangkannya. Thoha (1995:265) mengatakan gaya atau style kepemimpinan yang banyak mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya dan Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin didalam mempengaruhi para pengikutnya. Pemimpin mempunyai sifat, Kebiasaan, Kepribadian sendiri dan wataknya yang khas,

8

sehingga tingkah laku dan gayanya yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya hidupnya itu akan mewarnai prilaku dan kepemimpinannya, Berdasarkan pendapat Wahjosoemidjo (1989:74-75). Tipe atau gaya

kepemimpinan itu ada 8 (delapan) yaitu: 1. Type Kharismatik, dengan ciri cirinya adalah: a. Banyak memiliki aspirasi b. Mempunyai keberanian yang tinggi c. Berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri d. Memiliki kekuatan energi, Daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain 2. Type paternalistic, dengan ciri cirinya adalah: a. Menganggap bawahan sebagai manusia yang belum dewasa, Atau anak kecil yang selalu di kembangkan b. Bersikap terlalu melindungi c. Bersikap selalu mahu tau dan maha besar d. Jarang memberikan bawahan untuk mengambil keputusan sendiri/ inisiatif e. Tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitas bawahan 3. Type Militeristik, Dengan ciri cirinya adalah: a. Lebih banyak menggunakan cara perintah terhadap bawahan, Keras dan otoriter, Kaku dan kurang bijaksana b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahannya c. Sangat menyenangi formalitas yang berlebihan d. Menuntut adanya sikap disiplin keras, Tidak ada kompromi,usul, saran, dan kritik dari bawahan e. Komunikasi hanya searah 4. Type Otokratis Dengan ciri cirinya: a. Menganggap bawahan sebagai alat semata mata b. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi c. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalitas d. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi e. Sering menggunakan paksaan untuk menggerakkan bawahan 5. Type Laizess Faire, Dengan ciri cirinya adalah: a. Tidak bisa mengontrol anak buahnya b. Tidak mempunyai kewajiban c. Tidak mau melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya untuk menciptakan suasana kerja yang kooperatif 6. Type Populistik, Dengan ciri cirinya adalah: a. Berpegang teguh pada nilai nilai masyarakat yang tradisional b. Dapat membangunkan solidaritas rakyat

9

7. Type Administratif atau Eksekutif, Dengan ciri cirinya adalah: a. Mampu menyelenggarakan tugas tugas administrasi secara efektif b. Dapat memberikan motifasi yng baik c. Bermutu tinggi dan dapat mempunyai pandangan yang jauh 8. Type Demokratis, Dengan ciri cirinya adalah: a. Memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahan b. Mau mendengan saran, Nasehat, Usul dan kritikan c. Menghargai potensi setiap individu atau bawahan d. Adanya koordinasi pada semua bawahan e. Mengakui keahlian yang di miliki oleh bawahannya Untuk melaksanakan syarat-syarat kepemimpinan tersebut dalam suatu organisasi, maka gaya kepemimpinan memegang peranan penting sebagaimana di kemukakan oleh Thoha (2001:49) gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mempengaruhi perilaku orang lain. Dari pendapat mengenai gaya kepemimpinan di atas jelas gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi bawahan atau pegawainya. Menurut Likert yang dikutip oleh Thoha (1995:275) dalam menerapkan gaya kepemimpinan, seorang pemimpin akan berhasil jika: 1. 2. 3. Berorientasi kepada bawahan Mendasarkan komunikasi Menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung

Berkaitan dengan hal ini kemampuan dasar tersebut menurut Robert R. Katz, seperti yang dikutip oleh A.S Moenir (1992:117), bahwa kemampuan dasar yang dimiliki bersifat kemampuan tekhnik, kemampuan bersifat manusiawi, dan kemapuan membuat konsepsi. Kartono (1994:62-63) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai berikut:

10

Kemampuan dan keterampilan teknis serta sosial pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada paraktek kehidupan serta praktek organisasi, yaitu: melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari dan semua peralatan yang dipakai, dan yang termasuk dalam kategori teknik kepemimpinan ini antara lain: etika profesi, kebutuhan dan motivasi (manusia), dinamika kelompok, komunikasi, kemampuan pengambilan keputusan , keterampilan diskusi dan lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu dominasi yang didasari oleh gaya kepribadianseseorang, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama E. Konsep Operasional penelitian kemudian dioperasionalkan operasional dengan menurut

Variable-variabel menggunakan

pengukuran-pengukuran.

Definisi

Singarimbun (1989:42) adalah unsur penelitian yang memberitahukan caranya mengukur suatu variabel. Adapun fungsi dari konsep operasional ini adalah alat untuk mengidentifikasi yang diobservasi dengan jalur logika atau penalaran yang digunakan oleh peneliti untuk menerangkan antar fenomena yang dikaji. Konsep teori yang di uraikan dan dirumuskan dalam variabel hipotesa perlu dioperasionalkan, agar diperoleh pemahaman yang sama dan mudah. Selanjutnya konsep gaya kepemimpinan menurut Thoha (1995:49). Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan dan ditunjukkan oleh seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain yang berdorientasi pada bawahan serta mendasarkan pada komunikasi yang digunakan pada bawahan jugu selalu menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung pada bawahan. Gaya kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

11

A.

Berorientasi pada bawahan

yaitu pemimpin harus dapat memperhatikan apa yang menjadi keluhan bawahan maupun apa yang harus dijalankan perintahnya oleh bawahan. upaya tersebut dapat dilihat dari: 1. Perhatian Atasan 2. Keluhan bawahan 3. Sering Memberikan Perintah B. Mendasarkan komunikasi

Yaitu pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan baik terhadap bawahan didalam menyampaikan instruksi-instruksi atau perintah-perintah didalam bekerja seperti kejelasan dan kelengkapan isi informasi, Penyampain informasi dengan segera. Upaya tersebut dapat dilihat dari: 1. Kejelasan informasi 2. Penyampain informasi dengan segera C. Menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung

Ialah pemimpin dan bawahan harus saling berinteraksi didalam menjalankan tugas maupun fungsi organisasi untuk tercapainya hubungan yang kondusif serta menciptakan suasan kekeluragaan dan sikap ucapan yang baik. Upaya ini dapat dilihat: 1. Menjalankan tugas secara bersamaan

12

2. Menciptakan suasan kekeluragaan 3. Sikap ucapan yang baik pada bawahan Selanjutnya, bentuk atau skala pengukuran yang peneliti gunakan adalah skala Guttman, yang mana skala Guttman sangat jelas dan mudah, serta membedakan dan mempunyai 2 (dua) kriteria, yaitu bentuk positif dan negatif. Kemudian bentuk positif diberikan nilai atau point 1 (satu) = a, sedangkan bentuk negatif diberikan nilai atau point 0 (nol) = b. Ini ditambahkan Sugiyono (2005:110) yang mengatakan, bahwa skala Guttman bertipe untuk mendapatkan jawaban yang tegas dari suatu permasalahan, yaitu ya-tidak, setuju-tidak setuju, tinggi-rendah, dan lain-lain. Dalam skala ini dapat dibuat skor tertinggi, yaitu 1 (satu) dan terendah yaitu 0 (nol), serta dapat dimisalkan: a. b. Point 1 (satu) = ya / setuju / cepat / tinggi Point 0 (nol) = tidak / tidak setuju / lambat / rendah F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat Diskriptif kuantitatif, yaitu

menggambarkan dan mencari informasi tentang Penerapan Gaya Kepemimpinana di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. Menurut Sugiono (2005:11) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Selanjutnya Sugiono (2005:14) Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat,

13

skema dan gambar. Dalam penelitian ini, Maka yang di maksudkan dengan mencari informasi yang seluas-luasnya adalah untuk mengungkapkan berbagai fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu bagaimana penerapan gaya kepemimpinana di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga, alasan mengambil penelitian disini adalah: a. Dalam melaksanaan tugas pokok dan fungsinya sangat memerlukan gaya kepemimpinana dalam rangka keamanan, ketentraman, kenyamanan dan ketertiban untuk kearah tujuan yang lebih sempurna dalam pembangunan wilayah pemekaran daerah Kabupaten Lingga sendiri. b. Untuk mencapai visi dan misi pemerintahan yang bersih dan berwibawa, pimpinan harus menunjukkan suatu gaya yang dapat mempengaruhi ataupun menerapkan bawahannya untuk dapat bekerja lebih baik. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini populasi

14

terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga yang berjumlah 138 orang.

b. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan merupakan subjek dari populasi. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang peneliti gunakan adalah Nonprobabilitas sampling, dimana menurut Sugiyono (2004:95) Nonprobabilitas sampling adalah Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dan pengambilan sampelnya berdasarkan Sampling insidental, sebagaimana menurut Sugiyono (2004:96), Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data, Dalam buku lain teknik pengambilan sampel ini dikenal dengan Accidental Sampling, menurut pendapat Sukardi (2007:63-64) Accidental Sampling adalah Teknik dikatakan secara kebetulan karena peneliti memang dengan sengaja memilih sampel kepada siapa pun yang ditemuinya (by accidental) pada tempat, waktu dan cara yang telah ditentukan. Maka dalam penelitian ini di karenakan jumlah populasi terlalu besar dan tidak mungkin untuk menelitinya semua, maka jumlah banyaknya sampel yang di ambil berdasarkan rumus Slovin, sebagaimana menurut pendapat Poguso, Garcia, dan Geurrero (Umar, 2003:120), rumus tersebut sebagai berikut:

15

N n = 1 + N e2 di mana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir. Dengan mengacu pendapat yang dikemukakan oleh Poguso, Garcia, dan Geurrero (Umar, 2003:121), maka dapat ditentukan jumlah sampel yang akan digunakan dengan berdasarkan batas-batas kesalahan yang dapat ditolerir serta berdasar pada jumlah populasi yang telah diketahui, sebagaimana yang di jelaskan pada tabel 1.2. pada halaman berikutnya.

16

Tabel 1.2 Ukuran sampel untuk batas-batas kesalahan dan jumlah populasi yang ditetapkan Populasi 500 1500 2500 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 50000 1% * * * * * * * * * * 5000 8333 2% * * 1250 1364 1538 1667 1765 1842 1905 1957 2000 2381 Batas-batas kesalahan 3% * 638 769 811 870 909 938 959 976 989 1000 1087 4% * 441 500 517 541 556 566 574 580 584 588 617 5% 222 316 345 353 364 370 375 378 381 383 385 387 10% 83 94 96 97 98 98 98 99 99 99 99 100

Sumber : Paguso, Garcia, dan Geurrero (Umar, 2003:121). Berkenaan dengan keterbatasan waktu dan biaya maka batas-batas kesalahan yang ditolerir hanya pada tingkat 10% saja yang peneliti gunakan, dengan artian bahwa 90% tingkat keakuratan data telah mewakili seluruh jumlah populasi, hal ini mengacu pada tabel 1.2 dari pendapat Paguso, Garcia, dan Guerrero. Dengan demikian jumlah sampel penelitian ini jika dihitung adalah sebagai berikut:

17

n =

138 1 + (138 x 10%2) 138 1 + (138 x 0,01) 138 1 + 1,38 138 2,38 57,99

n

=

n

=

n

=

n

=

n = 58 Jadi banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 orang.

4. Sumber dan Jenis Data Guna memperoleh data-data dan informasi yang berhubungan dengan permasalahan pada penelitian ini, maka dalam pelaksanaannya data dan informasi yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang menjadi sasaran penelitian. Kemudian data dikumpulkan, akan diklasifikasikan sesuai kebutuhan penelitian. b. Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang melengkapi data primer, yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis, seperti data tentang gambaran objek penelitian dan sebagainya.

18

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Observasi Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan observasi di objek penelitian, dimana dapat dijelaskan bahwa peneliti melihat secara langsung dan peneliti mengumpulkan data dengan cara menyusun daftar ceklist berdasarkan data yang ditemui khsususnya yang berhubungan dengan Penerapan Gaya Kepemimpinan Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga. b. Kuesioner Teknik kuesioner yaitu mengumpulkan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden dengan mengunakan daftar pertanyaan dari setiap indikator yang ada. Alat yang digunakan adalah angket. 6. Teknik Analisa Data Analisa data di lakukan secara deskriptif, yaitu setelah data-data yang di perlukan terkumpul lalu di lakukan proses editing yaitu mengecek keabsahan data dan kesempurnaan data, seterusnya dilakukan coding, yaitu memberikan kodekode tertentu sekaligus memberikan skor dengan menggunakan Skala Guttman untuk mendapatkan suatu jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan. Selanjutnya dilakukan pengelompokan berdasarkan kategori-kategori tertentu, lalu disusun dalam tabel-tabel frekwensi yang di jelaskan secara kualitatif, Kemudian di buat interval untuk mencari tingkat rata-rata dari indikator-indikator.

19

G.

Sistematika Penulisan

Guna memperoleh hubungan yang menyeluruh serta selaras dengan tujuan penelitian, maka pembahasan akandisajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan uraia mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, konsep operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM Uraian dalam bab ini mencakup gambaran umum Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga, yang meliputi: struktur organisasi, tata kerja, kondisi kepegawaian, tingkat pendidikan, sarana fisik dan non fisik di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga BAB III PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SATUAN

POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LINGGA Dalam bab ini akan diuraikan Penerapan Gaya Kepemimpinan Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga dengan variabel: gaya kepemimpinan, yang indikatornya terdiri dari berorientasi kepada bawahan, Mendasarkan komunikasi, Menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung. BAB IV PENUTUP Dalam Bab ini memuat kesimpulan dan saran tentang Penerapan Gaya Kepemimpinan Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lingga.

20

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU : Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Goerge R. Terry, 1983, Azas-azas manajemen, Alumni, Bandung. Karjadi.1991. Kepemimpinan (leadership), Bandung: PT. Nusantara. Kartini, Kartono,1994. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta: CV. Rajawali Moenir, A. S. 1992. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Muhammad, Arni. 2005, Komunikasi Organisasi. Pengantar, T. Raka Joni Ed.1, Cet. 7. Jakarta: Bumi Aksara. Pamudji, 1992. Kepemimpinan Pemerintah di Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara. Siagian, P. Sondang. 1986. Bunga Rampai Management Modern. Jakarta: Gunung Agung. .1992. Administrasi Pembangunan. Jakarta: PT. Gunung Agung. ..1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketujuh, Bumi Aksara: Jakarta ..1997, Organisasi, Kepemimpinan Administrasi, Gunung Agung: Jakarta. Dan Perilaku

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Sujak, Abi, 1990. Kepemimpinan Manajemen, Rajawali Pers:Jakarta. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

21

Tjokroamidjoyo, Bintoro. 2000. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta: LP3ES Thoha, Miftah. 2001. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1995. perilaku organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Umar, Husein. Kenneth Dan Garry. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Widjaya, AW. 1985. Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan. Jakarta: Akademica Pressendo. Yukl, Gary. 1996. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.

22